Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Nervus Facialis


Nervus facialis keluar dari dasar tengkorak melalui foramen stylomastoideum, antara
ujung mastoid lateral dan styloid medial. Pada foramen stylomastoideum, nervus facialis
lewat ke kelenjar parotis biasanya sebagai batang tunggal yang besar. Kemudian terbagi dalam
kelenjar parotis ke temporofacial nya dan cabang cervicofacial. Jarang terjadi pemisahan ini
dapat terjadi dalam tulang temporal dan keluar dari foramen stylomastoideus, sebagaimana
cabang terpisah.(2)

Dalam kelenjar parotis saraf dapat mengasumsikan sejumlah konfigurasi dengan


anastomoses sering antar cabang. Namun umumnya lima cabang utama saraf dapat
diidentifikasi: 1 temporalis 2) zygomaticum 3 bukalis 4 mandibularis, dan 5 servikalis.
Cabang tulang temporal menginervasi otot frontalis yang memungkinkan untuk pemunculan
volunter pada alis mata. Cabang zygomatic menginervasi otot oculi orbicularis dan sangat
penting untuk mata yang tepat menutup. Saraf bukalis menginervasi buccinator dan
orbicularis oris yang memungkinkan untuk penutupan mulut yang tepat dan aktivitas otot pipi
. Cabang mandibula menginervasi platysma . Saraf aurikularis posterior yang timbul hanya
setelah keluar dari nervus facialis dari foramen stylomastoideus, mengirimkan cabang ke otot
occipitalis posterior pada tengkorak..(2)

1
Gambar 1 : Nervus fasialis dan percabangannya
Ket:1.cabang temporal;2. cabang zygomaticum; 4. muskulus masseter; 5. cabang
mandibular marginal ;6. m.digastricus nterior; 7. cabang cervical; 8.kelenjar parotid ; 9.
m digastricus posterior; 10. Saraf fasialis; 11.pes anserinus

Nervus fasialis mempunyai dua devisi yaitu serabut motorik yang menginervasi
muskulus-muskulus ekspresi wajah dan serabut yang menginervasi lidah. Kedua radiks
tersebut keluar dari pons kemudia berjalan Bersama nervus vestibulococlear ke anterolateral
menuju meatus acusticus internus (MAI) kemudian masuk ke dalam nervus fasialis keluar
melalui 3 tempat:(1)
1. Hiatus Canalis Nervi Petrosi Majoris
Nervus yang keluar dari cranium melalui hiatus canalis nervi petrosa majori diserbut
sebagi N.petrosus major. Nervus ini berjalan di sepanjang sulcus nervi petrosa majoris
kemudian berjalan di bawa ganglion trigeminus selanjutnya masuk ke foramen
lacerus. N. petrosus major bergabung dengan N. petrosus profunda membentuk N.
canalis pterigoide yang berjalan ke fossa pterygopalatine bergabung dengan ganglion
pterigopalatinum.
2. Foramen Stylomastoideum
Setelah masuk kedalam canalis nervi faciallis terdapat cabang nervus yang berjalan ke
lateral di atas vestibulum sampai ke dinding media cavitas tympani membentuk
ganglion geniculi yang menuju dinding posterior cavitas tympani dan berjalan turun
2
sampai keluar cranium melalui foramen stylomastoideum, nervus ini berjalan ke
anterior menembus glandula parotid dan bercabang menjadi 5 cabang motoris yang
disebut dengan jalur limas lintas rami, yaitu:
a. Rr. Temporalis berjalan ke superior dan kedepan untuk menginervasi m. faciallis,
termasuk musculus orbitalis dan dahi
b. Rr Zygomatic, berjalan transversal untuk menginervasi m. facialis pada regio
zygomaticus, orbita dan infraorbital
c. Rr.bucalis, menginervasi m. buccinator
d. R. marginalis mandibularis, menginervasi m mentalis dan otot-otot labiuminferior
e. R.colli(R.cervical), menginervasi m. plasty
3. Fissure petrotympanica
Cabang nervus facialis yang keluar melalui fissure petrotympa ini bernama N chorda
Tympani yang dipercabangkan persis di atas foramen foramen stylomastoide.
Kemudian memasuki cavum tympani keluar melalui fissure petrotympatica ke fossa
infratemporalis bergabung dengan nervus lingaulis dan nervus mandibularis untuk
menginervasi mandibularis secara sensorik khusus(pengecap) pada 2/3 anterior lidah
kecuali papilla vallata.

Gambar: Percabangan luar nervus fasialis(3)

3
Saraf fasialis memiliki lima percabangan penting sebagai berikut:(4)
1. Nervus petrosus superfisialis mayor keluar dari ganglion geniculi. Saraf ini memiliki
cabang preganglionik parasimpatetik yang memberi sinaps pada ganglion
pterygopalatina. Serat-serat saraf ini memberi percabangan sekromotorik pada
kelenjar lakrimalis dan kelenjar pada hidung dan palatum. Saraf ini juga mengandung
serat afferen yang didapat dari taste bud dari mukosa palatum.
2. Saraf stapedius, memberi persarafan pada muskulus stapedius di telinga tengah.
3. Korda timpani muncul di kanalis fasialis di dinding posterior kavum timpani. Bagian
saraf ini langsung menuju permukaan medial dari bagian atas membran timpani dan
meninggalkan telinga tengah melalui fisura petrotimpanikus dan memasuki fossa
infratemporal dan bergabung dengan nervus lingualis. Korda timpani memiliki serat
preganglionik parasimpatetik berupa serat sekremotorik yang memberi persarafan
pada kelenjar liur submandibular dan sublingual. Korda timpani juga memiliki serat
saraf taste bud dari 2/3 anterior lidah dan dasar mulut.
4. Nervus aurikularis posterior memberi persarafan otot aurikel dan muskulus
temporalis. Terdapat juga cabang muskularis yang keluar setelah saraf keluar dari
foramen stylomastoideus. Cabang ini memberi persarafan pada muskulus stylohyoid
dan muskulus digastricus posterior.
5. Lima cabang terminal untuk otototot mimik. Cabang-cabang itu adalah cabang
temporal, cabang zigomatik, cabang buccal, cabang mandibular dan cabang cervical

4
Gambar 2.Percabangan nervus facialis.

Nervus fasialis dengan semua perjalanannya ini mengontrol mimik wajah (facial
expression), salivasi dan lakrimasi serta digunakan untuk sensasi rasa dari anterior lidah, dasar
mulut dan palatum.(4)

Gambar 3 : diagram skematik dari saraf fasialis, yang memperlihatkan distribusi motorik, rasa
pengecapan dan parasimpatik

5
II.2 Vaskularisasi Saraf Fasiali
Dalam perjalanannya melalui os temporalis, nervus fasialis mendaptkan suplai darah
dari tiga arteri, yaitu :(5)
1. Arteri sebelli inferior anterior yang memberi perdarahan pada saraf pada fossa
posterior, cabang pembuluh darah ini, yaitu arteri auditori interna, memberi darah pada
nerve fasialis di dalam kanalis auditori interna. Ujung dari cabang-cabang arteri ini
memberika aliran darah pada saraf sampai ganglion genikulum
2. Cabang petrosal dari arteria meningea media memasuki kanalis pada ganglion
genikulum dan bercabang menjadi cabang-cabang ascendens dan dencendens. Cabang
descendes berjalan ke distal Bersama saraf ke foramen stilomastoideaus, sedangkan
cabang ascendens memberi perdarahan daerah proksimal dari ganglion genikulum.
3. Cabang stylomastoid dari arteri aurikularis memasuki kanalis fasialis melalui foramen
stilomastoideus dan segera bercang menjadi ascendens dan descendans. Cabang
ascendens berjalan Bersama nervus fasialis sampai ke batang ganglion genikulum.
Cabang descendens memberi perdarahan pada saraf ke bawah ke foramen
stilomastoideus dan Bersama dengan nervus aurikularis posterior.
II.3 Pemeriksaan Fisis Nervus Fasialis
Pemeriksaan fungsi nervus V II meliputi:(6)

a. Pemeriksaan motorik nervus fasialis

b. Pemeriksaan viserosensorik dan viseromotorik nervus intermedius.

Prosedur pemeriksaan nervus Fasialis


a. Pemeriksaan motorik(6)
1. Meminta penderita untuk duduk dengan posisi istirahat (rileks).
2. Pemeriksa mengamati muka penderita bagian kiri dan kanan apakah simetris atau
tidak.
3. Pemeriksa mengamati lipatan dahi, tinggi alis, lebar celah mata, lipatan kulit
nasolabial dan sudut mulut.
4. Meminta penderita menggerakkan mukanya dengan cara sbb:

6
 mengerutkan dahi, bagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam. o
Mengangkat alis.
 Menutup mata dengan rapat, lalu pemeriksa mencoba membuka dengan
tangan.
 Memoncongkan bibir atau nyengir.
 Meminta penderita menggembungkan pipinya, lalu pemeriksa menekan pipi
kiri dan kanan untuk mengamati apakah kekuatannya sama. Bila ada
kelumpuhan maka angin akan keluar dari bagian yang lumpuh.

Gambar 16. Pemeriksaan motorik N. VII. (6)


b. Pemeriksaan viseromotorik (parasimpatis) (6)

1. Memeriksa kondisi kelenjar lakrimalis, basah atau kering


2. Memeriksa kelenjar sublingualis
3. Memeriksa mukosa hidung dan mulut.

7
c. Pemeriksaan sensorik(6)

1. Meminta pemeriksa menjulurkan lidah.


2. Meletakkan gula, asam garam, atau sesuatu yang pahit pada sebelah kiri
dan kanan dari 2/3 bagian depan lidah.
3. Meminta penderita untuk menuliskan apa yang dirasakannya pada
secarik kertas.

Catatan: Pada saat dilakukan pemeriksaan hendaknya: (6)

1. lidah penderita terus menerus dijulurkan keluar


2. penderita tidak diperkenankan bicara
3. penderita tidak diperkenankan menelan

II.4 Fungsi Nervus Fasialis


1. Ekspresi Wajah
Fungsi utama dari nervus facialis adalah mengontrol otot-otot mimik di wajah.
Selain itu juga memberikan innervasi untuk bagian posterior dari musculus digastricus,
stylohyoideus, dan musculus stapedius. Semua otot ini adalah otot lurik yang berasal
dari branchiomeric hasil dari perkebangan arcus pharyngealis kedua.(4)
Otot-otot wajah terletak di jaringan subkutan anterior dan posterior dari scalp,
wajah, dan leher. Kebanyakan dari otot ini melekat pada tulang atau fascia dan efek dari
kontraksinya adalah berupa tertariknya kulit. Otot-otot ini menggerakan kulit dan
merubah ekspresi wajah. Otot-otot mimik juga mengelilingi mulut, mata dan hidung dan
berperan sebagai spingter dan dilator untuk menutup dan membuka. (4)
.Orbicularis oris berperan sebagai spingter di mulut. Buccinator berperan dalam
hal tersenyum dan membantu pipi tetap kencang. Orbicularis oculi mentutup kelopak
mata dan membantu aliran air mata. (4)

2. Sensasi di Wajah
Nervus facialis melayani rasa kecap pada 2/3 bagian anterior dari lidah melalui

8
chorda tympani. Rasa kecap ini kemudian dikirim ke pars superior dari nucleus
solitarius. Rasa umum dari 2/3 anterior dari lidah dilayani oleh serat-serat aferen dari
nervus V3. Rasa umum dan rasa kecap ini serat-seratnya keduanya dibawa oleh nervus
lingualis sebelum chorda tympani meninggalkan nervus lingualis untuk memasuki
cavum tympani melalui fissura petrotympanicum. (4)
Nervus facialis kemudian membentuk ganglion geniculatum, yang mengandung
badan sel untuk serat-serat rasa kecap dari chorda tympani, rasa lain dan jalur sensoris.
Dari ganglion geniculatum serat-serat untuk rasa kecap berlanjut sebagai nervus
intermediatus yang berjalan ke kuadran anterior superior dari fundus meatus acousticus
internus bersama radix motoris dari nervus facialis. (4)
Nervus intermediatus mencapai fossa cranialis posterior lewat meatus acousticus
internus sebelum mengadakan sinapsis dengan nusleus solitarius. Nervus facialis juga
melayani innervasi afferen oropharynx di bawah tonsila palatina. Begitu juga sedikit
untuk kulit di sekitar auricula yang dibawa oleh nervus intermedius. (4)

II.5 Implikasi Klinis


a. Lesi Upper Motor Neuron (UMN)
Lesi pada UMN dari nervus facialis tidak menyebabkan terjadinya kelumpuhan pada
musculus frontalis dan orbicularis oris. Ini disebabkan karena adanya kontrol bilateral dari
otot-otot facial atas. Begitu juga jika terjadi gangguan pada serat-serat corticonuclearis pada
satu sisi (capsula interna), sisi yang lain tidak akan terganggu. Tapi hal ini tidak berlaku untuk
otot-otot facial di bagian bawah. (7)
b. Lesi Lower Motor Neuron (LMN)
Lesi LMN baik itu terjadi di badan sel dari motorik nucleus facialis, jalurnya di
perifer, intrakranial atau ektrakranial akan menyebabkan terjadinya lesi pada nervus
facialis secara komplit pada sisi ipsilateral. Lesi LMN ini lebih dikenal dengan istilah
facial palsy. (7)

9
Tanda-tanda klinis lain yang menyebabkan adanya gangguan pada nervus facialis
adalah:
1. Penyakit pada kelenjar parotis
Penyakit pada kelenjar parotis seperti tumor, trauma atau operasi bisa menyebabkan
kerusakan pada nervus facialis. Yang ditandai dengan adanya kelemahan pada otot wajah
ipsilateral yang sulit dipulihkan.
2. Hiperakusis
Disfungsi pada musculus stapedius akan menyebabkan tulang-tulang pendengaran menjadi
tidak aktif, dan timbul suara yang distorsi dan menggema di telinga.
3. Bell’s palsy
Bell’s palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan saraf perifer wajah (nervus fasialis) secara
akut pada sisi sebelah wajah. Kondisi ini menyebabkan ketidakmampuan penderita
menggerakkan separuh wajahnya secara sadar (volunter) pada sisi yang sakit. Penyakit ini
bersifat sembuh sendiri (self-limited), tetapi menimbulkan penderitaan yang besar bagi pasien
jika tidak ditangani dengan sempurna. Kontroversi dalam tatalaksana masih diperdebatkan,
dan penyebabnya pun masih tidak diketahui dengan pasti. Hipotesis penyebabnya antara lain
iskemik, vaskular, virus, bakteri, herediter, dan imunologi. Terapi yang dilakukan selama ini
adalah untuk meningkatkan fungsi saraf wajah dan proses penyembuhan. Manajemen terapi
yang digunakan akan sangat terkait dengan struktur anatomi dan fungsi serta kelainan yang
berhubungan dengannya. Modalitas terapi Bell’s palsy yaitu dengan kortikosteroid dan
antiviral, latihan fasial, elektrostimulasi, fisioterapi dan operasi dekompresi. Sekitar 80-90%
pasien dengan Bell’s palsy sembuh total dalam 6 bulan, bahkan pada 50-60% kasus membaik
dalam 3 minggu. Sekitar 10% mengalami asimetri muskulus fasialis persisten, dan 5%
mengalami sekuele yang berat, serta 8% kasus dapat rekuren. (8)
4. Reflex Cornea
Timbul refleks berkedip pada kedua mata jika salah satu mata yang dirangsang. Ini disebabkan
karena aferen dari refleks kornea dibawa oleh nervus trigeminus sedangkan eferennya dibawa
oleh nervus facialis ke otot musculus orbicularis. (8)

10
5. Herpes yang mengenai Ganglion Geniculatum (Sindrom Ramsay Hunt)
Herpes zoster bisa berada dalam kondisi dorman di ganglion geniculatum saat awalnya
terkena varicella, sesaat kemudian infeksi virus ini kembali muncul yang ditandai dengan
munculnya vesikel eritema di daerah sekitar meatus acousticus externus. Gejalanya berupa
hilangnya rasa kecap pada lidah 2/3 anterior dan juga kelumpuhan pada otot-otot mimik. (8)

BAB III
KESIMPULAN

11
DAFTAR PUSTAKA
1. Aditya J. Ilmu dasar Kedokteran Gigi. Santoso T, Ihsan A, editors.
surakarta: muhammadya university press;
2. MDLawrence R. Lustig, MD, & John K. Niparko M. clinical
neurotology( Diagnosis and managing disorder of hearing,balance and
facial nerve. USA: Martin Dunis; 2003.
3. Goyena R. Netter’s Head and Neck Anatomy for dentistry. 3rd ed. Vol.
53, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpia: Elseiver;
2019. 1689–1699 p.
4. Anatomi B, Unud FK, Udayana U. ASPEK ANATOMI KLINIS
NERVUS FACIALIS. 2017;
5. Subagiartha IW. Gambaran Elektromyografy Sebagai Faktor Penentu
Prognosis Bell’s Palsy. In. Available from:
https://core.ac.uk/download/pdf/11712333.pdf
6. Mirawati DK, Sudomo A, Hartanto OS. Pemeriksaan neurologi. 2012;1–
200. Available from: http://www.google.co.id/search?client=ms-android-
lenovo&q=pemeriksaan+neurologi+dian+kurnia&oq=pwpemeriksaan+ne
12
urologi+dian+kurnia&qs=mobile-gws-lite..
7. Monkhouse S. Cranial Nerve’s, Functional Anatomy. 2005. 162 p.
8. Mujaddidah N. Tinjauan Anatomi Klinik dan Manajemen Bell’s Palsy.
Tinj Anat Klin dan Manaj Bell’s Palsy. 2017;1(02):1–11.

13

Anda mungkin juga menyukai