Anda di halaman 1dari 10

2.

1 Definisi Epulis
Epulis merupakan istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti tumor pada
gingiva (gusi). Definisi epulis adalah tumor jinak yang tumbuh dari gingiva, berasal dari
jaringan periodonsium atau jaringan periosteum.

2.2 Faktor Predisposisi Epulis


Faktor predisposisi epulis antara lain iritasi kronis lokal (misalnya kalkulus, karies servikal,
sisa akar gigi) dan perubahan hormonal.

Gambar 1. Gambaran predileksi epulis pada gusi dan bukalis

2.3 Klasifikasi Epulis


Epulis dapat dibedakan berdasarkan etiologi terjadinya antara lain :
1. Epulis Gravidarum
2.Epulis Congenitalis
3. Epulis Fibromatosa
4. Epulis Granulomatosa
5. Epulis Fissuratum

2.3.1 Epulis Gravidarum (Tumor Kehamilan)


Epulis gravidarum adalah granuloma pyogenik yang berkembang pada gusi selama
kehamilan. Tumor ini merupakan lesi proliferatif jinak pada jaringan lunak mulut dengan
angka kejadian berkisar dari 0.2 hingga 5 % dari ibu hamil. Epulis tipe ini berkembang
dengan cepat, dan ada kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya.Tumor kehamilan
ini biasanya muncul pada trimester pertama kehamilan namun ada pasien yang melaporkan
kejadian ini pada trimester kedua kehamilannya.
Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan hormon estrogen dan progestin
pada saat kehamilan. Penyebab dari tumor kehamilan hingga saat ini masih belum dipastikan,
namun diduga kuat berhubungan erat dengan perubahan hormonal yang terjadi pada saat
wanita hamil. Faktor lain yang memberatkan keadaan ini adalah kebersihan mulut ibu hamil
yang buruk.

Gambar 2. Epulis gravidarum pada wanita hamil


Gejala tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna yang
bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang berwarna keunguan, paling
sering dijumpai pada rahang atas.
Umumnya pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah
saat pengunyahan atau penyikatan gigi. Pada umumnya lesi ini berukuran diameter tidak
lebih dari 2 cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan ukuran lesi yang jauh lebih besar
sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.
Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya segera setelah ibu
melahirkan bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan lesi ini sebaiknya ditunda
hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan perdarahan terus terjadi sehingga
mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan rutinitas sehari-hari.
Namun pada kasus-kasus dimana epulis tetap bertahan setelah bayi lahir, diperlukan
biopsi untuk pemeriksaan lesi secara histologis. Rekurensi yang terjadi secara spontan
dilaporkan pada 75 % kasus, setelah 1 hingga 4 bulan setelah melahirkan.Bila massa tonjolan
berukuran besar dan mengganggu pengunyahan dan bicara, tonjolan tersebut dapat diangkat
dengan bedah eksisi yang konservatif. Namun terkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat
dengan laser karena memberi keuntungan yaitu sedikit perdarahan.
2.3.2 Epulis fibromatosa
Epulis jenis ini lebih sering dujumpai dibandingkan jenis lainnya dan sering mengalami
rekuren (kambuh) bila operasi pengangkatannya tidak sempurna. Umumnya dijumpai pada
orang dewasa. Terutama pada bagian gingiva, bibir dan mukosa bagian bukal
 etiologi : iritasi kronis
 klinis : letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi kenyal
 pengobatan : eksisi
 terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan lidah
Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival dan juga sering terjadi
pada pipi dan lidah. Etiologinya berasal dari iritasi kronis. Tampak klinis yang terlihat antara
lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak pucat, konsistensi kenyal, batas tegas, padat dan
kokoh. Epulis ini pula tidak mudah berdarah dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa mengganggu pengunyahan dan menjadi
trauma serta ulserasi. Histologis ditandai oleh proliferasi jaringan ikat collagenic dengan
berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi ditutupi oleh epitel skuamosa
berlapis. Pengobatan ini dengan eksisi biopsi bedah dan memiliki tujuan untuk
menyingkirkan lesi/neoplasma lainnya.

Gambar 3. Epulis fibromatosa

Secara mikroskopis terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang
mengalami proliferasi dengan ditandai oleh adanya rate peg tidak beraturan. Stroma terdiri
dari jaringan ikat fibrosa padat dan kolagen yang tersusun dalam berkas yang tidak beraturan.
Juga ada sel radang kronis dalam stroma.
Gambar 4. Mikroskopis epulis fibromatosa

2.3.3. Epulis Granulomatosa


Epulis granulomatosa dapat terjadi pada semua umur namun kasus ini paling banyak
didiagnosa pada pasien dalam golongan umur 40-60 tahun, dan terutama terjadi pada wanita.

Gambar 5. Epulis granulomatosa pada daerah palatal gigi insisif atas

Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi, kaya
vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan umumnya berwarna merah
keunguan.
Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya berukuran kurang dari 2 cm
namun ada kasus yang ukurannya diameter melebihi 4 cm. Lesi ini dapat tumbuh menjadi
massa yang bentuknya tidak beraturan yang dapat menjadi ulserasi dan mudah berdarah. Pada
beberapa kasus giant cell epulis dapat menginvasi tulang di bawahnya sehingga pada
gambaran radiografis akan terlihat erosi tulang. Sebagian besar terdiri atas jaringan granulasi.
Konsistensi kenyal, mudah berdarah bila tersenggol.
Terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang mengalami proliferasi
dengan rete peg (papil epitel yang masuk ke dalam stroma jaringan ikat dibawah epitel) yang
tidak beraturan. Stroma terdiri dari jaringan granulasi yang disusun oleh jaringan ikat,
pembuluh darah, sebukan sel radang akut dan kronis. Bila ada ulserasi, biasnya sel radang
yang banyak dijumpai adalah PMN sehingga dambarannya menyerupai granuloma
piogenikum.

Gambar 6. Mikroskopis epulis granulomatosa


Perawatan giant cell epulis melibatkan bedah eksisi dan kuretase tulang yang terlibat.
Gigi yang berdekatan dengan epulis juga perlu dicabut bila sudah tidak dapat dipertahankan,
atau dilakukan pembersihan karang gigi (scaling) dan penghalusan akar (root planing).
Dilaporkan angka rekurensi sebesar 10 % sehingga diperlukan tindakan eksisi kembali.

2.3.4. Epulis Kongenital


Penyebab dari terjadinya epulis kongenital belum pasti namun para ilmuwan meyakini
bahwa epulis ini berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang asalnya dari neural crest.
Epulis tipe ini adalah kondisi kongenital yang sangat jarang ditemui, dan terjadi pada
bayi saat kelahiran. Dari penelitian didapati bahwa epulis kongenital lebih banyak dijumpai
pada bayi perempuan daripada laki-laki dengan rasio 8:1, dan paling banyak terjadi pada
maksila (rahang atas) dibandingkan mandibula (rahang bawah).

Gambar 7. Seorang bayi perempuan dengan congenital epulis, kasus yang pertama kali
dilaporkan pada tahun 1871 dan hingga kini hanya sekitar 200 kejadian yang pernah
dilaporkan.
Pada bayi yang baru lahir dijumpai massa tonjolan pada mulutnya, biasanya pada tulang
rahang atas bagian anterior (depan). Dari 10% kasus yang dilaporkan, lesi yang terjadi adalah
lesi multipel namun dapat juga berupa lesi tunggal. Ukuran lesi bervariasi, dari 0.5 cm hingga
2 cm namun ada kasus di mana ukuran epulis mencapai 9 cm. lesi ini lunak, bertangkai dan
terkadang berupa lobus-lobus dari mukosa alveolar. Bila epulis terlalu besar, dapat
mengganggu saluran pernafasan dan menyulitkan bayi saat menyusu.
Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular cell tumor yang terjadi
pada orang dewasa. Perbedaannya adalah pada epulis kongenital tidak rekuren dan
tampaknya tidak berpotensi ke arah keganasan. Kelainan ini dapat ditemui secara dini saat
sang ibu memeriksakan kandungan melalui alat sonography namun diagnosa yang pasti
belum dapat ditegakkan.
Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan sendirinya dan
menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi yang berukuran
kecil tidak membutuhkan perawatan.
Lesi yang lebih besar dapat mengganggu pernafasan dan/atau menyusui sehingga perlu
dilakukan pembedahan dengan anestesi total. Dilaporkan keberhasilan penggunaan laser
karbondioksida untuk mengoperasi lesi epulis yang besar. Dari kasus-kasus yang ada,
kejadian ini tampaknya tidak mengganggu proses pertumbuhan gigi.

2.3.5 Epulis Fissuratum


Epulis fissuratum adalah hyperplasia mukosa akibat trauma ringan kronik oleh
pinggiran gigi palsu. Epulis fissuratum dianalogikan sebagai akantoma fissuratum pada kulit.
Epulis fissuratum muncul berhubungan dengan pinggiran gigi palsu. Epulis biasanya
ditemukan pada vestibuler maksila atau mandibula. Kebanyakan epulis fissuratum terjadi
pada ras kulit putih. Ini berhubungan dari dominasi ras kulit putih untuk sering menggunakan
gigi palsu. Kebanyakan kasus terjadi pada wanita. Pada kenyataannya, wanita lebih suka
menggunakan gigi palsu dalam waktu yang lebih lama, karena alasan estetik. Kemungkinan,
perubahan epitel menjadi atropi pada wanita menopause, mempengaruhi kejadiannya pada
wanita yang lebih tua. Epulis fissuratum terbanyak terjadi pada umur 50, 60, dan 70-an, tapi
dapat ditemukan pada hampir seluruh umur. Epulis fissuratum pernah ditemukan pada anak
kecil. Faktanya, lesi berhubungan dengan penggunaan gigi palsu dan proses iritasi yang
kronis memiliki insidensi lebih tinggi pada individu yang lebih tua.
Pemeriksaan pada pasien epulis fissuratum patient typically ditemukan
pembengkakan pada mukosa hiperplastik, dimana meliputi pinggiran dari gigi palsu. Lesi
lebih sering pada bagian depan dari gigi palsu. Lesi pada daerah lingual jarang ditemukan.
Lesi ini lebih sering pada bagian anterior rahang. Permukaan dari massa epulis fissuratum :
halus, biasanya berbentuk ulseran atau papiler. Ukuran dari lesi epulis fissuratum lesion
bervariasi; pada beberapa lesi kecil, tapi dapat meliputi seluruh mukosa vestibuler yang
kontak dengan gigi palsu. Walaupun sering dalam warna mukosa, eritema juga bisa terjadi,
jika terjadi inflamasi. Beberapa lesi muncul mejadi granuloma piogenik, disebabkan
proliferasi kapiler.

Gambar 8. Epulis Fissuratum pada anterior mandibula, pada tempat gigi palsu biasa dipasang.
Terlihat fambaran eritema. Pada permukaan lesi biasanya halus seperti pada gambar.
Penyebab dari epulis fissuratum adalah iritasi kronis ringan pada tempat pemasangan
gigi palsu. Biasanya, berhubungan dengan resopsi dari tulang alveolar, supaya gigi palsu
dapat bergerak pada mukosa vestibuler, mengakibatkan inflamasi hiperplasi jaringan yang
berproliferasi pada tepi gigi palsu tersebut.
Lesi ini dapat dihilangkan dengan eksisi. Selain itu, gigi tiruan yang menjadi
timbulnya lesi ini harus diperbaiki hingga dapat memiliki kecekatan yang baik namun tidak
memberi tekanan berat terhadap mukosa supaya mencegah iritasi yang lebih berat lagi. Meski
lesi ini sangat jarang dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa, namun sebagai tindakan
preventif sebaiknya dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada lesi yang telah dibuang
tersebut.
Pemeriksaan gigi rutin, dapat mencegah epulis fissuratum. Pasien yang menggunakan
gigi palsu jarang sadar, bahwa mereka juga perlu memeriksakan kesehatan mulut mereka ke
dokter gigi, sehingga meningkatkan resiko terjadinya epulis fissuratum.
Dengan penatalaksanaan segera, prognosis dari epulis fissuratum ini adalah baik.
Masalah yang mungkin terjadi adalah, massa pada daerah mukosa vestibuler dan
berhubungan dengan gigi palsu sering lolos dari diagnosis sebagai epulis fissuratum.
Sayangnya, pada kasus yang jarang, massa ini dapat menjadi skuamos sel karsinoma atau
sudah bermetastase. Karena itu, jaringan ini, setelah diesktirpasi harus diperiksa secara
histologis. Perlu disarankan kepada pasien untuk memeriksakan gigi mereka secara rutin jika
dibutuhkan dan jika ada gangguan pada jaringan mulut.
Gambar 9. massa pada mukosa vestibuler posterior ini, berhubungan dengan penggunaan gigi
palsu total. Pada pasien ini, massa sudah berubah menjadi skuamous sel karsinoma.

2.4 Tata laksana Epulis


Ekskokleasi epulis ialah pengangkatan jaringan patologis dari ginggiva, pencabutan gigi yang
terlibat serta pengerokan sisa jaringan pada bekas akar gigi.
a. Indikasi operasi
Epulis kecuali epulis gravidarum
b. Kontra indikasi Operasi
Ko morbiditas berat
c. Diagnosis Banding
Karsinoma gingiva
d. Pemeriksaan Penunjang
FNA
e. Teknik Operasi
Menjelang operasi
Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi yang akan dijalani
serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan permohonan dari
penderita untuk dilakukan operasi. (Informed consent).
 Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi.
 Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.
 Antibiotika profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin kombinasi dengan Garamycin, dosis
menyesuaikan untuk profilaksis.
Tahapan operasi
 Dilakukan dalam kamar operasi, penderita dalam narkose umum dengan intubasi
nasotrakheal kontralateral dari lesi, atau kalau kesulitan bisa orotrakeal yang
diletakkan pada sudut mulut serta fiksasinya kesisi kontralateral, sehingga lapangan
operasi bisa bebas. Posisi penderita telentang sedikit “head-up”(20-250), ekstensi
(perubahan posisi kepala setelah didesinfeksi).
 Desinfeksi intraoral dengan Hibicet setelah dipasang tampon steril di orofaring.
 Desinfeksi lapangan operasi luar dengan Hibitane-alkohol 70% 1:1000.
 Posisikan penderita tengadah dengan mengganjal bantal pundaknya.
 Dengan menggunakan mouth spreader mulut dibuka sehingga lapangan operasi lebih
jelas. Insisi dilakukan diluar tepi lesi pada jaringan yang sehat dengan menggunakan
couter-coagulation, lakukan rawat perdarahan, lakukan pembersihan lebih lanjut
dengan jalan mencabut gigi yang terlibat serta lakukan kerokan pada sisa sekitar
tumor.
 Surat pengantar PA diberi keterangan klinis yang jelas.
f. Komplikasi operasi
 Perdarahan
 Infeksi
 Residif
g. Mortalitas
Sangat rendah
h. Perawatan Pascabedah
 Infus Ringer Lactate dan Dextrose 5% dengan perbandingan 1 : 4 (sehari). Antibiotik
profilaksis diteruskan 1 hari.
 Setelah sadar betul bisa dicoba minum sedikit-sedikit, setelah 6 jam tidak mual bisa diberi
makan.
 Pada penderita yang dipasang kasa verband tampon steril pada saat operasi untuk
menghentikan perdarahan pada bekas akar gigi, bisa dilepas setelah 1 jam dari operasi atau
ancaman perdarahan sudah berhenti.
 Kumur-kumur/Oral hygiene penderita di teruskan terutama sebelum dan sesudah
minum/makan.
 Penderita boleh pulang sehari kemudian.
i. Follow-Up
Tiap minggu sampai luka operasi sembuh

Anda mungkin juga menyukai