Anda di halaman 1dari 13

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. Status Ilmu Penyakit Mulut


Tanggal kunjungan : 12 Juni 2012

1.2. Data Pasien


Nama Pasien : Nn. Asnidar
Jenis Kelamin : Perempuan
Usian : 22 tahun
Alamat : Lampulo

1.3. Anamnesis
Pasien perempuan usia 22 tahun datang ke RSGM UNSYIAH dengan keluhan adanya
luka pada bagian dalam pipi belakang bawah. Luka tersebut timbul dua hari yang lalu
setelah tergigit pada saat makan. Pasien masih merasakan rasa yang sangat nyeri sehingga
menyebabkan ketidaknyamanan pada saat makan dan menelan. Pasien mengaku sebelumnya
tidak pernah merasakan luka seperti ini. Namun, belum dilakukan perawatan apapun untuk
menghilangkan rasa sakitnya. Pasien tidak sedang dalam keaadaan stress atau menstruasi.
Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk.

Gambar 1.1. Foto Intra Oral, adanya ulser dalam pada mukosa bukal kiri
1.4. Riwayat Penyakit Sistemik

Penyakit Jantung : Ya / Tidak


Hipertensi : Ya / Tidak
Diabetes Melitus : Ya / Tidak
Kelainan Darah : Ya / Tidak
Penyakit Hepar : Ya / Tidak
HIV + / AIDS : Ya / Tidak
Kelainan Pernafasan : Ya / Tidak
Kelainan GIT : Ya / Tidak
Penyakit Ginjal : Ya / Tidak
Atopsi (asma, eksim, alergi) : Ya / Tidak
Alergi (makanan, obat, logam) : Ya / Tidak
Hamil : Ya / Tidak
Kontrasepsi : Ya / Tidak
Lain-lain : Ya / Tidak

1.5. Pemeriksaan Ekstra Oral


Kelenjar Limfe
Submandibula : kanan : Teraba +/ - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/ -
Kiri : Teraba +/ - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/ -
Submental : Teraba +/ - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/ -
Servikal : kanan : Teraba +/ - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/ -
Kiri : Teraba +/ - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/ -
Bibir : TAK
Wajah : Simetri / Asimetri
Sirkum Oral : TAK
Lain-lain : TAK

1.6. Pemeriksaan Intra Oral


Mukosa Bukal : Fordyce’s granule +/ -
Cheek Biting +/ -
- Adanya peninggian pada permukaan mukosa bukal gigi 37
yang berupa garis putih yang memanjang di bagian oklusal
gigi 37- 38.
- Adanya ulser dalam pada mukosa bukal posterior gigi 37
karena tergigit, berukuran ± 6mm, dikelilingi dengan tepi
yang eritema.

Mukosa Labial : TAK


Palatum Durum : Torus Palatinus +/ -
Palatum Molle : TAK
Lidah : Warna coating : dorsum : TAK
ventral : TAK
Dasar mulut : TAK
Gingiva : TAK
Saliva : TAK
Lain-lain : TAK
Halitosis :+/ -

1.7. Pemeriksaan Penunjang


Radiologi :-
Darah :-
Mikrobiologi : -

1.8. Masalah Klinis


Terdapat lesi ulserasi yang dalam pada mukosa bukal kiri bagian posterior hamper
mendekati area retromolar pad dengan diameter berukuran 6mm, berwarna putih
kekuningan disertai halo eritema pada tepinya. Berbentuk bulat memiliki batas yang
jelas.

1.9. Diagnosis
Traumatik Ulser
DD : Stomatitis Aphtousa Recurrent Mayor (SAR Mayor)

1.10. Rencana Perawatan dan Perawatan


- KIE : Pasien dianjurkan untuk berhati-hati ketika mengunyah makanan.
Dianjurkan untuk menjaga kebersihan rongga mulut.
- Pemberian Kenalog in Orabase 0,1 %
- Instruksikan kepada pasien untuk kembali 7 hari setelah pemberian obat untuk
kontrol.

1.11. Status Kontrol IPM


Tanggal Kunjungan : 19 Juni 2012

1.12. Anamnesis
Pasien telah datang 7 hari yang lalu dengan keluhan adanya ulserasi yang dalam
pada bagian pipi belakang bawah dekat dengan area retromolar pad. Setelah diberikan
kenalog in orabase, ulser menghilang dan pasien tidak merasakn lagi keluhan yang lain.

Gambar 1.2. foto intra oral setelah perawatan ulserasi yang telah hilang pada mukosa bukal kiri.
1.13. Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula : kanan : Teraba +/ - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/ -
Kiri : Teraba +/ - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/ -
Submental : Teraba +/ - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/ -
Servikal : kanan : Teraba +/ - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/ -

Kiri : Teraba +/ - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/ -

Bibir : TAK
Wajah : Simetri / Asimetri
Sirkum Oral : TAK
Lain-lain : TAK
1.14. Pemeriksaan Intra Oral
Mukosa Bukal : Fordyce’s granule +/ -
Cheek Biting +/ -
Mukosa Labial : TAK
Palatum Durum : Torus Palatinus +/ -
Palatum Molle : TAK
Lidah : Warna coating : dorsum : TAK
ventral : TAK
Dasar mulut : TAK
Gingiva : TAK
Saliva : TAK
Lain-lain : TAK
Halitosis :+/ -

1.15. Diagnosis
Traumatik ulser (sembuh / hilang)
DD : SAR Mayor
1.16. Rencana Perawatan
Perawatan tidak dilanjutkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Etiologi
Secara sederhana ulser dapat didefinisikan sebagai kehilangan epithelium. Ulser
didahului terlebih dahulu dengan blister yang dapat berupa vesicle atau bullae. Walaupun
banyak lesi ulserasi yang secara klinis terlihat sama, etiologi penyebab timbulnya dapat
berasal dari reactive, infeksi, immunologi, dan penyakit neoplastic.1
Traumatik ulser merupakan lesi jaringan lunak yang paling sering ditemukan dalam
rongga mulut. Penyebab utamanya dapat dikarenakan oleh trauma mekanik yang sederhana
dan dapat juga disebabkan karena hubungan sebab-akibat antara suatu lesi. Banyak lesi
ulserasi yang disebabkan karena trauma yang tidak sengaja dan secara umum terlihat pada
area yang berdekatan dengan gigi seperti bibir bawah, lidah dan mukosa bukal.1
Selain disebabkan karena trauma mekanik, traumatik ulser juga dapat disebabkan oleh
kebiasaan yang abnornmal seperti menggigit pada pasien dengan gangguan kejiwaan,
iatrogenik tekanan yang terlalu kuat dari saliva ejektor, terkena mata bur pada saat
melakukan preparasi.1,2 Selain itu traumatik ulser juga dapat disebabkan oleh bahan kimia
karena tingkat keasaaman dan kebasaannya atau karena kemampuan bahan tersebut untuk
bertindak sebagai iritan lokal atau alergen. Termal juga dapat menyebabkan terjadinya
ulserasi pada rongga mulut seperti pizza yang panas, atau karena terkena material
kedokteran gigi seperti wax atau dental coumpound.1

2.2. Gambaran Klinis


Traumatik ulser secara klinis terbagi atas dua yaitu traumatik ulser akut dan traumatik
ulser kronis. Traumatik ulser akut menunjukkan tanda dan gambaran klinis adanya inflamasi
akut, yaitu rasa sakit dengan derajat yang bervariasi, warna kemerahan, adanya
pembengkakan. Ulserasi pada traumatik akut dilapisi dengan eksudat fibrin putih
kekuningan dan dikelilingi dengan halo erythema. Sedangkan traumatik ulser kronis secara
klinis dapat terlihat dilapisi dengan membran kekuningan dan dikelilingi oleh tepinya yang
tinggi yang menunjukkan daerah hyperkeratosis. Rasa sakitnya minimal bahkan tidak ada
sama sekali. Terkadang adanya indurasi pada lesi ini dikarenakan oleh pembentukan luka
parut dan adanya infiltrasi sel inflamtori kronis.1,2
Traumatik Ulser Akut Traumatik Ulser Kronis
Sakit Tidak ada rasa sakit
Dasar kekuningan dengan tepi eritema Dasar kekuningan dengan peninggian tepi
Adanya riwayat trauma Adanya riwayat trauma
Sembuh dalam 7-10 hari jika penyebab Penyembuhannya lama jika teriritasi,
dihilangkan terutama pada bagian lidah
- Terkadang gambaran klinisnya hamper mirip
dengan squamous cell carcinoma

Gambar 2.1. Traumatik Ulser akut yang terdapat di bawah lidah karena tekanan saliva ejektor

Gambar 2.2. traumatik ulser kronis pada lateral lidah.


2.3. Histologi
Ulserasi akut menunjukkan kehilangan permukaan epithelium yang digantikan oleh
jaringan fibrin terutama mengandung neutrophil. Dasar ulser mengandung kapiler yang melebar
seiring dengan waktu diisi oleh jaringan granulasi. Regenerasi dari sel epithelium dimulai dari
tepi ulser, dengan sel proliferasi yang pindah melewati dasar jaringan granulasi dan dibawah
benang fibrin.1,2
Sedangkan pada ulserasi yang kronis menujukkan daerah dasar yang mengandung
jaringan granulasi, disertai dengan luka parut yang berada di bagian terdalam jaringan. Terlihat
campuran sel inflamatori secara keseluruhan. Terkadang dapat diamati adanya regenerasi epitel
yang mungkin tidak terjadi dikarenakan adanya trauma yang berlanjut atau karena faktor lokal
yang terdapat pada jaringan tersebut.1,2

2.4. Perawatan
Sebagian besar kasus traumatik ulser dapat sembuh dengan sendirinya sekitar 7-10 hari
jika penyebab timbulnya dihilangkan. Jika adanya rasa sakit dapat diberikan topical
corticosteroid. 1,3

2.5. Diagnosis Banding


Beberapa kelainan yang dapat dijadikan diagnosis banding untuk traumatik ulser antara
lain :
 Stomatitis Aphtousa Recurrent (SAR)
Stomatitis aphtousa recurrent (SAR) dikarakteristikkan dengan serangan penyakit
yang kambuh secara berulang, bulat atau oval, dengan ulserasi yang sakit yang terjadi
dengan jarak waktu beberapa hari atau sampai 2-3 bulan. SAR ini biasanya terjadi pada
mukosa oral yang dilaporkan pernah mengalami lesi ini sebelumnya.4
Stomatitis aphtousa recurrent dikarakteristikkan dengan ulser yang kambuh
kembali (recurrent) yang terdapat pada oral mukosa pada pasien tanpa adanya tanda dari
penyakit lain. Adanya gangguan imunitas, kekurangan darah, alergi atau gangguan
psikological semuanya terkait dengan penyebab stomatitis aphtousa recurrent. 1,2,3
SAR secara klinis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk yaitu ulser minor,
ulser mayor dan ulser herpetiform. Ulserasi minor merupakan tipe SAR yang paling
banyak ditemukan yaitu sekitar 80% dengan ukuran diameter SAR kurang dari 1 cm dan
sembuh tanpa terbentuk jaringan parut. Ulserasi mayor memiliki ukuran diameter lebih
besar dari 1 cm dan penyembuhannya lama dan sering meninggalkan jaringan parut
setelah mas penyembuhan. Terakhir, bentuk herpetiform ulserasi secara klinis gambaran
lesinya berupa ulserasi yang berukuran diameternya kecil dan hamper mengenai seluruh
mukosa rongga mulut.1,2,3
Walaupun penyebab dari timbulnya SAR tidak diketahui, namun sejumlah faktor
banyak dipaparkan yang berhubungan dengan timbulnya SAR pada rongga mulut. Faktor
predisposisi terbesar yang menyebabkan timbulnya SAR diantaranya adalah herediter,
kekurangan zat dalam darah, abnormalitas dari imunologi. Faktor yang paling banyak
dipaparkan timbulnya SAR yaitu faktor herediter. Kekurangan zat dalam darah juga dapat
menjadi faktor penyebab timbulnya SAR dalam rongga mulut seperti kekurangan zat
besi, folate dan vitamin B12. Namun, banyak penelitian yang memaparkan etiologi dari
SAR berpusat pada gangguan atau kelainan imunitas.3
Selain faktor yang telah disebutkan di atas, ada beberapa faktor lain yang turut
juga mempengaruhi timbulnya SAR diantaranya trauma, stress phsicology, kecemasan,
dan alergi terhadap makanan, merokok juga dapat meningkatkan frekuensi dan keparahan
dari SAR.3

a. Minor Stomatitis Aphtousa Reccurrent


Lesi ini merupakan tipe SAR yang paling sering ditemukan dengan presentase
sekitar 80%. Tipe lesi ini biasanya terlihat sebagai suatu ulser yang single,
sakit, bentuknya oval, dengan ukuran diamternya 0,5 cm serta dilapisi dengan
membrane fibrin putih kekuningan dan dikelilingi dengan halo eritema. Lesi
SAR yang multiple juga kadang terlihat dengan ukuran diameter kecil (1-5)
yang terlihat pada mukosa bukal, mukosa labial, dasar mulut.1,2,3,4
Ulser biasanya berpusat pada bagian anterior dari rongga mulut. Tahap
prodomal dari ulserasi ini bervariasi biasanya seperti sensasi terbakar untuk
jangka waktu yang pendek sebelum munculnya ulser, selanjutnya ulser akan
terjadi secara langsung akibat dari kehilangan epitel. SAR minor dapat
sembuh dalam 7-10 hari dan tanpa pembentukan jaringan parut. Rekurensi
dari lesi ini bervariasi tergantung dari individu.1,2,3,4
Gambar 2.3. Stomatitis Aphtousa Reccurrent Minor.

b. Major Stomatitis Aphtousa Reccurrent


Tipe lesi ini memiliki ukran diameter yang besar dibandingkan dengan SAR
minor yaitu >0.5 cm, adanya rasa sakit yang sangat dan penyembuhan yang
lama. Dikarenakan oleh kedalaman inflamasi, secara klinis SAR mayor
memperlihatkan bentuk seperti kawah yang dalam dan proses penyembuhan
yang meninggalkan jaringan parut. Lesi ini dapat sembuh dalam waktu 6
minggu dan segera setelah satu ulser menghilang maka akan muncul ulser
yang lain.1,2,3,4

Gambar 2.4. Stomatitis Aphtous Reccurrent Mayor


c. Herpetiform Stomatitis Aphtousa Reccurrent
Tipe lesi ini berbeda dari bentuk SAR yang lain dan kasus yang sering ditemui
hanya sekitar 5-10%. Dalam bentuk tipe herpetiform, lesinya berukuran kecil
yaitu sekitar 1-2 mm dan dalam jumlah yang banyak (bias mencapai seratus
ulser pada waktu yang bersamaan). Walaupun terdapat pada area yang non
keratinisasi, namun sisi yang paling sering dijumpai adanya tipe lesi ini pada
area margin lateral lidah dan dasar mulut. Ulser yang single berwarna abu-abu
tanpa disertai tepi yang eritema, sehingga membuat lesi ini cukup sulit untuk
divisualisasi. Lesi ini mirip dengan infeksi primary herpes simplex virus
(HSV). Lesinya sangat sakit sehingga sangat menggaggu makan dan
berbicara. Tiap ulsernya dapat sembuh dalam 7-14 hari dan periode
penyembuhan sampai terserang kembali bervariasi. Penyembuhannya dapat
meninggalkan jaringan parut.1,2,3,4

Gambar 2.5. Herpetiform Stoamtitis Aphtousa Reccurrent

Gambar 2.6. Tabel gambaran klinis pada tiga tipe SAR


BAB III
PEMBAHASAN

Pada kunjungan pertama pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Unsyiah tanggal 12 Juni
2012 datang dengan keluhan adanya luka pada bagian dalam pipi belakang bawah. Luka tersebut
timbul dua hari yang lalu setelah tergigit pada saat makan. Pasien masih merasakan rasa yang
sangat nyeri sehingga menyebabkan ketidaknyamanan pada saat makan dan menelan. Pasien
mengaku sebelumnya tidak pernah merasakan luka seperti ini. Namun, belum dilakukan
perawatan apapun untuk menghilangkan rasa sakitnya. Pasien tidak sedang dalam keaadaan
stress atau menstruasi. Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk. Tidak ada riwayat penyakit
sistemik.

Pemeriksaan ekstra oral tidak menunjukkan adanya kelainan, sedangkan pada pemeriksaan
intra oral ditemukan lesi ulserasi yang dalam pada mukosa bukal kiri bagian posterior hamper
mendekati area retromolar pad dengan diameter berukuran 6mm, berwarna putih kekuningan
disertai halo eritema pada tepinya. Berbentuk bulat memiliki batas yang jelas. Berdasarkan
anamnesa dan gambaran klinis yang diperoleh didiagnosa pasien mengalami traumatik ulser.
Traumatic ulser merupakan lesi rongga mulut yang paling sering terjadi yang disebabkan oleh
trauma fisik seperti pipi atau lidah yang tergigit, atau pada gingiva karena terkena tekanan sikat
gigi yang terlalu kuat, iritasi karena gigi tiruan yang terlalu panjang, kesalahan penggunaan alat
kedokteran gigi, trauma kimia atau trauma suhu seperti berkontak dengan makanan yang panas.

Pada saat anamnesa diketahui bahwa traumatic ulser yang terjadi pada pasien diakibatkan
oleh trauma gigitan pada saaat mengunyah makanan yaitu pada gigi 27 dan 37. Gigitan yang
tidak sengaja merupakan faktor penyebab terbesar yang paling sering ditemui pada pasien
dengan traumatic ulser.

Perawatan yang diberikan kepada pasien pada saat kunjungan pertama yaitu kenalog in
orabase 0,1% yang diaplikasikan secara tipis pada permukaan lesi ulser yang kering dipakai 2x
sehari sesudah makan dan sebelum tidur. Selanjutnya disarankan kepada pasien untuk berhati-
hati pada saat mengunyah makanan. Pada kunjugan kedua tanggal 19 juni 2012 lesi ulserasi telah
hilang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Regezi,J.A. dkk. 2003. Oral Pathology : Clinical Pathologic Correlation (4th ed).
Elseiver Science. St.Louise, Missouri. USA.
2. Nevile, W.B. dkk. 2002. Oral and Maxillofacial Pathology (2nd ed). Saunders Company.
USA.
3. Greenberg,M.S. dkk. 2008. Burket’s Oral Medicine (8th ed). BC Dekker Inc : Hamilton.
4. Field, E.A & Allan, R.B. 2003. Review article: oral ulceration–aetiopathogenesis, clinical
diagnosis and management in the gastrointestinal clinic. Aliment Pharmacol Ther.
Blackwell Publishing Ltd. 18: 949-962.

Anda mungkin juga menyukai