Dosen Pembina
Farina Pramanik, drg., MM., Sp.RKG.
disusun oleh
Tutor 9
Benazir Amriza D.(160110130117)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah mata kuliah DSP-5 ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah dengan pokok bahasan Red and White Lesions of The Oral Mucosa ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah DSP-5.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr.Nina Djustiana,
drg., M. Kes.,
2. Pembimbing makalah staf pengajar DSP-5,
3.Teman-teman yang telah memberikan saran yang membangun serta membantu
kelancaran penyelesaian makalah ini.
Penulis sudah berusaha mewujudkan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Namun
jika masih ada kekurangan penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun.
Terima kasih, dan semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
10
17
22
23
25
BAB IV KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lichen Planus merupakan kerusakan pada keratinosit basal autoimun
yang dimediasi oleh sel-T dan merupakan suatu penyakit peradangan
mukokutaneus yang menyerang kulit dan mukosa mulut (Cheng S.Y, 2002). Lesi
ini dapat muncul pada mukosa mulut saja, kulit saja, ataupun keduanya. Etiologi
dari lichen planus hingga saat ini belum diketahui, tetapi ada beberapa factor
predisposisi yang dicurigai sebagai pencetus timbulnya lesi. Faktor predisposisi
tersebut antara lain adalah obat, makanan, kebiasaan merokok, kandidiasis oral,
hepatitis C, faktor alergi kontak, dan trauma (Cheng S.Y, 2002).
Manifestasi klinis dari lichen planus terbagi menjadi beberapa macam.
Tipe retikular (92%), plak (36%), dan papula (11%) biasanya bersifat
asimptomatik, bebas dari rasa sakit dan tidak memerlukan perawatan yang
spesifik. Pada sisi lain, tipe atrofik (44%), erosif (9%), dan bullosa/bulla (1%)
biasanya menyebabkan rasa sakit terbakar yang parah dan sukar sembuh terhadap
perawatan konvensional (Cheng S.Y, 2002).
Untuk membedakan lichen planus dengan penyakit lainnya, digunakan
diagnosis banding dengan tujuan untuk menentukan diagnosa yang tepat.
Diagnosis banding dari lichen planus antara lain adalah geografic tongue (Benign
Migratory Glossitis), Leukoplakia, Frictional keratosis, Muccous Membrane
Pemfigoid, Pemfigus fulgaris. Penyakit-penyakit tersebut memiliki gambaran lesi
yang menyerupai lichen planus. Oleh karena itu, sebagai dokter gigi harus dapat
membedakannya dengan seksama untuk menentukan diagnosis, karena akan
berpengaruh juga terhadap perawatannya. Tanpa diagnosis yang tepat akan dapat
menyulitkan dokter gigi dalam memberikan pengobatan dan perawatan yang
maksimal.
Perawatan pada lichen planus dapat digunakan berdasarkan gejala dan
tipe dari lichen planus tersebut. Pengobatan lichen planus dapat berupa
kortikosteroid topikal atau intralesional, retinoid topikal atau sistemik, tacrolimus
atau thalidomide topikal. Pada lichen planus yang timbul tanpa gejala seperti
pada tipe retikuler, plak, dan papula biasanya digunakan kortikosteroid topical.
Sedangkan pada tipe atrofi, erosive dan bula, biasanya digunakan kortikosteroid
encer. Pasien lichen planus biasanya tidak dapat sembuh total, karena lesi tersebut
akan timbul rekuren. Kebersihan oral dari pasien juga harus dioptimalkan.
bandingnya?
Bagaimana etiopatogenesis kasus?
Bagaimana tatalaksana kasus sesuai dengan konsep patofisiologis kasus?
Bagaimana pemeriksaan penunjang dan rujukan yang tepat terkait kasus?
Bagaimana cara mengaplikasikan konsep bioetik humaniora dan
i.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Overview Kasus
2.1.1.
Identitas Pasien
Nama
:Umur
: 55 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
2.1.2.
Anamnesa
Rasa mulut terbakar dan lidah kasar sejak 6 tahun lalu
Mulut sakit saat makan makanan pedas dan panas
Telah diobati obat topikal (histatin, benzidomine, hidroklorida, dan
obat kumur klorhexidine) tapi lesi tidak pernah sembuh
Pasien menderita diabetes melitus tipe 2, telah diobati dengan
2.1.3.
Hasil Pemeriksaan
2.4.6.1.
Ekstraoral
Tidak ada kelainan (TAK)
2.4.6.2.
Intraoral
Lesi erosif, deskuamatif pada ginggiva
Lesi erosif dibatasi striae keratotik pada mukosa bukal kanan
dan kiri (bilateral)
Lesi putih keratotik pada dorsal lidah
Gigi 36,37 terdapat tambalan amalgam
2.1.4.
Diagnosis
Oral Lichen Planus
2.1.5.
Diagnosis Banding
Erythema Multiforme
Graft-versus-host disease
Candidiasis
Lupus erithematous
Geographic Tongue
Leukoplakia
Pemphigus
Eriteroplakia
2.2.
Kerangka Konsep
ANAMNESA
Mulut terasa terbakar, lidah panas (6
bulan)
ILMU KED.
DASAR
Mukosa mulut,
lidah
ETIOLOGI
Penyakit autoimun
yg di mediasi oleh
sel T pemicu
apoptosis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
DIAGNOSIS
BANDING
Leukoplakia,
Geographic
DIAGNOSIS : OLP
PENATALAKSANAAN
Farmakologi dan non-farmakologi
2.3.
RUJUKAN
Jaringan Periodontal
Jaringan periodontal adalah jaringan pendukung gigi, di mana fungsinya dalam
sistem stomatognatik secara umum adalah untuk menahan dampak tekanan
oklusal (shock absorption). Jaringan periodontal terdiri atas empat komponen
utama yaitu gusi/gingiva, ligament periodontal, sementum, dan tulang alveolar.
Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut, melekat dan menutupi prosesus
alveolaris dan cervical gigi. Pada permukaan vestibulum di kedua rahang, gingiva
secara jelas dibatasi mukosa mulut yang lebih dapat bergerak oleh garis yang
bergelombang disebut perlekatan mukogingiva. Garis demarkasi yang sama juga
ditemukan pada aspek lingual mandibular antara gingival dan mukosa mulut. Pada
palatum, gingiva menyatu dengan palatum dan tidak ada perlekatan mukogingiva
yang nyata
Anatomi gingiva
Adalah bagian gingival yang terletak pada daerah korona gigi dan tidak melekat
pada gingiva. Merupakan daerah pinggir gingiva yang menyelimuti gigi seperti
kerah baju, membentuk dinding jaringan lunak sulkus gigi dan dapat dipisahkan
dari gigi dengan menggunakan probe periodontal. Dekat margin gingiva tersebut
terdapat suatu alur dangkal, disebut sebagai sulkus gingiva, yang merupakan
kelanjutan dari marginal gingiva. Pada gingiva yang sehat margin gingiva
berukuran lebar kurang lebih 1 mm, bervariasi sekitar 0.5-2 mm. Pada 50% kasus,
batas marginal gingiva dipisahkan dari gusi cekat oleh free gingiva groove.
Berukuran lebar kurang lebih 1 mm.
Adalah perluasan dari marginal gingiva. Bersifat tegas, kenyal, terikat kuat pada
periosteum tulang alveolar di bawahnya. Permukaan luar attached gingiva ini
terus meluas dari free gingival groove sampai mucogingival junction, yaitu
mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat digerakkan. Attached gingiva adalah
bagian yang berkeratinisasi dan warnanya bervariasi dari pink terang hingga
gelap, dan mungkin mengandung pigmen melanin.
Gingiva interdental
Gambaran mikroskopis
Epitel gingiva
Terdiri atas epitel gepeng berlapis.
10
Lidah
11
Radiks : melekat pada tulang hyoid dan mandibular, dibagian bawah kedua
tulang terdapat otot gniohyoid dan otot mylohyoid.
Korpus : bentuk cembung, bersama apeks membentuk 2/3 anterior lidah.
Radiks korpus dipisahkan oleh alur berbentuk V disebut sulkus
terminalis.
Apeks
Persyarafan Lidah
Terdiri dari 3 bagian
12
2.4.
Etiologi
Etiologi dari OLP adalah adanya destruksi sel keratinosit
Etiopatofisiologi
Etiologi OLP tidak diketahui. Selama beberapa tahun terakhir,
telah menjadi lebih jelas bahwa sistem kekebalan tubuh memiliki peran
13
14
penyakit
autoimun
mediasi
sel
T namun
15
limfosit. Sel T kemudian akan berikatan pada keratinosit dan IFN- , dan
regulasi berkelanjutan dari p653, matriks metalloproteinase 1 (MMP1)
dan MMP3 memicu proses kematian sel (apoptosis), yang akan
menghancurkan sel basal epithelial.
Perjalanan kronis dari OLP merupakan hasil dari aktivasi faktor
nuclear mediator inflamasi kappa B (NF-B), dan inhibisi dari jalur
pengontrol faktor pertumbuhan transformasi (TGF-beta/smad) yang
menyebabkan hiperpoliferasi keratinosit yang memicu timbulnya lesi
putih.
2.4.5.
Treatment
Restorasi
Pasien OLP, terutama OLP gingival, membutuhkan oral hygiene
treatment yaitu dengan pengangkatan plak subgingival dan supragingival
dan kalkulus.
Reaksi lichenoid merupakan lesi yang secara klinis dan
histologis terlihat sebagai OLP, namun memiliki etiologi yang dapat
diidentifikasi. Faktor presipitasinya antara lain penyakit Graft-versusHost kronis (cGVHD), beberapa material dental, dan berbagai macam
obat.
Dental material yang dapat menyebabkan reaksi lichenoid oral
adalah amalgam, resin komposit, kobalt, dan emas. Namun, lesi dapat
16
diduga OLP hanya jika berada di dekat restorasi tersebut. Jika terjadi,
maka dibutuhkan penggantian restorasi tersebut.
2.4.5.2.
Agen Topikal
Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal dengan potensial sedang seperti
17
Obat Sistemik
Kortikosteroid sistemik biasanya digunakan pada kasus dimana
Bedah
Cryosurgery telah digunakan secara khusus pada OLP erosif
yang resisten terhadap obat, tetapi lesi ini dapat berkembang berbekas.
Laser juga telah digunakan untuk merawat OLP. Laser karbon
dioksida digunakan pada lesi multisentrik atau area yang sulit dijangkau.
2.4.5.6.
Surveillance Kanker
Pasien dengan OLP simptomatik membutuhkan monitoring
2.4.6.
2.4.6.1.
Pemeriksaan Penunjang
Komponen papula atau retikuler sangat penting dalam
mendiagnosis OLP. Papula sering terlihat bersama dengan lesi plaquelike erythematous atau ulseratif
2.4.6.2.
Lesi pada gingiva untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa inasional biopsy dan histologis, karena tampak seperti lesi
erythematous, sehingga memudahkan diagnosis (Burkets, 2008).
18
Diagnosis Banding
2.5.1. Erythema Multiforme
Etiologi dari Erythema mUltiform adalah karena reaksi imun,
penyakit HSV, dan reaksi obat. Tanda dan gejala klinis nya adalah penyakit
ini biasa ditemukan pada usia sekitar 20-40 tahun. Gejala predormalnya
adalah demam, malaise, sakit kepala, luka di tenggorokan, dan batuk.
Erythema Multiforme selain terjadi pada mukosa oral, dapat terjadi juga di
tangan, kaki, lutut, dan organ genital. Ciri-ciri yang khas dari penyakit ini
adalah adanya inflamasi disertai cincin eritematus.
Erythema Multiform dijadikan diagnosis banding dari oral lichen
planus karena manifestasi klinisnya yang mirip dengan tekstur oral lichen
19
2.5.3.
Lupus Erythematous
20
21
2.5.5.
Oral Leukoplakia
suatu kelainan berupa bercak atau plak putih yg tidak dapat di
karakteristik secara klinik. - Leukoplakia yg disertai diskeratosis atau
dysplasia merupakan lesi precancer. Dijadikan diagnosis banding karena
memiliki lesi putih dirongga mulut yang mirip dengan gambran klinis oral
lichen planus.
GAMBARAN KLINIS :
- Pria rata2 60 tahun
- 70% ditemukan pd vermilion bibir, mucosa bukal & gusi
- lesi pada lidah, vermilion bibir & dasar mulut 90% menunjukkan
displasia
Karakteristik lesi :
-
berupa plak abu-abu putih dan sedikit menonjol tidak dapat hilang jika
di apus
translucent
keriput , lunak
datar,dan batas tegas, tampak erythema diskitarnya
22
Perbedaan dengan lichen planus oral bisa di liat dari pinggiran lesi. Pada
leukoplakia pinggirannya tampak eritema atau kemerahan. Sedangkan pada
lichen planus oral disekitarnya tampak striae putih
2.5.6.
Terdapat plak putih yang dikelilingi eritema, plak ini dapat di hilang
jika diapus dan meninggalkan bekas kemerahan
Perbedaannya dengan oral lichen planus oral bisa dibedakan dari sekitar lesi
kemerahan pada candidiasis dan striae putih pada oral lichen planus
2.5.7.
Persamaan
Tanda klinis
Epidemiologi
23
Reaksi immunologik
predisposisi
Perbedaan
Tanda klinis
Kerusakan epidermal/
Sinar matahari
Arsen
Hidrokarbon
Suhu
Radiasi kronis
Parut
Virus
SCC tipe invasive:
memproduksi berbagai
Epidemiolog
mukosa buccal
Lebih banyak dijumpai pada
pada perempuan
laki-laki dibanding
disbanding laki-laki
perempuan
2.6.
Epidemiologi Kasus
1.9.1 Prevalensi oral lichen planus yaitu sebesar 1-3%
1.9.2 Ditemukan pada orang dewasa dengan usia pertengahan, dengan ratarata 50-60 tahun.
24
1.9.3 Dalam perbandingan oral lichen planus, wanita lebih sering terkena
penyakit ini daripada pria; sedangkan pada lichen planus dermis, pria lebih
sering terkena daripada wanita.
2.7.
Bioetika Humaniora
Autonomy
Suatu bentuk kebebasan bertindak dimana seorang dokter
mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukan sendiri.
Dalam prinsip ini, dokter diharapkan dapat menghormati martabat
manusia.
Pertama, setiap pasien harus diperlakukan sebagai manusia yang
memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri). Kedua,
setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu
mendapatkan perlindungan.
Ciri-cirinya antara lain:
pasien
Berterus terang
Menghargai privasi pasien
Menjaga rahasia pasien
Menghargai rasionalitas pasien
Melaksanakan informed consent
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan
Beneficence
Prinsip berbuat baik merupakan segi positif dari prinsip tidak
merugikan. Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan
Non-maleficence
Prinsip ini merupakan suatu cara teknis untuk menyampaikan
bahwa seorang dokter berkewajiban tidak mencelakakan orang lain.
Bila seorang dokter tidak bisa berbuat baik kepada seseorang, maka
sekurang-kurangnya dokter wajib untuk tidak merugikan orang lain.
Justice
Prinsip keadilan mempunyai makna proporsional, sesuai dengan
fungsi dan kebutuhannya.
26
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1. Kasus
Seorang pria berusia 55 tahun dirujuk ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
dengan keluhan utama rasa mulut terbakar dan lidah kasar sejak 6 bulan yang
lalu. Pasien mengeluh mulut terasa sakit terutama ketika makan makanan panas
dan pedas. Gejala ini sebelumnya telah diobati dengan berbagai obat topikal,
antara lain nistatin, benzidamine hidroklorida, dan obat kumur clorhexidine, tapi
lesi tidak pernah sembuh.
Pada pemeriksaan
ekstraoral
tidak
ditemukan
kelainan.
Pada
27
Hipersensitivitas obat
28
BAB IV
KESIMPULAN
Dari kasus, Pasien merasakan gejala rasa mulut terbakar dan lidah kasar sejak 6
bulan yang lalu. Pasien juga merasakan rasa sakit terutama ketika makan makanan panas
dan pedas. Gejala ini sebelumnya telah diobati dengan berbagai obat topikal, antara lain
nistatin, benzidamine hidroklorida, dan obat kumur clorhexidine, tapi lesi tidak pernah
sembuh. Dari pemeriksaan intraoral ditemukan lesi erosif, desquamatif pada gingiva.
Pada mukosa bukal kanan dan kiri tampak lesi erosif dibatasi oleh striae putih keratotik.
Lesi putih keratotik juga tampak pada dorsal lidah. Pada pemeriksaan gigi tampak gigi
36, 37 dengan tambalan amalgam. Dan pasien mengonsumsi obat diabetes karena
menderita Diabetes Melitus tipe II
Dari anamnesis, tanda, dan gejala pasien dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami Oral Lichen Planus.
Dari informasi, faktor predisposisi yang terkait dengan kasus di atas, antara lain
karena penggunaan dental material dan hipersensitivitas obat glibenclamide. Perawatan
yang diberikan terhadap pasien berupa:
29
DAFTAR PUSAKA
Burket, LM., Greenberg, MS.,Glick, M., Ship, JA. 2008. Burkets Oral
Medicine 11th Ed. Ontario: BC Decker.
Partogi, Donna. 2008. Karsinoma Sel Skuamosa. Medan: Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK.USU/RSUP H. Adam
Malik/RS.Dr.Pirngadi
30