Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

“MUCOCELE”

Disusun Oleh :
dr. Tania Anasthasia Tiurmaa Hutagalung

Dokter Pendamping :
dr. Deni Mahisa Purba
NIP : 19930707 201903 1 012

Program Internship Dokter Indonesia


UPTD Puskesmas Air Teluk Kiri
Kecamatan Teluk Dalam
Periode Februari 2022 – Agustus 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................1

BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................1


1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................4


2.1. Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) ..............................................4
2.2. Etiologi .......................................................................................................5
2.3. Epidemiologi ..............................................................................................6
2.4. Patofisiologi ...............................................................................................6
2.5. Gambaran Klinis dan Histopatoogis ..........................................................6
2.6. Klasifikasi ..................................................................................................8
2.7. Diagnosis....................................................................................................9
2.8. Pemeriksaan Radiologis .............................................................................9
2.9. Diagnosa Banding ....................................................................................10
2.10. Penatalaksanaan.....................................................................................12
2.11. Komplikasi.............................................................................................13
2.12. Prognosis...............................................................................................13

BAB III. STATUS PASIEN .........................................................................14

BAB IV. PEMANTAUAN PASIEN ............................................................17

BAB V. PENUTUP........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
Ada berbagai gangguan kesehatan yang disebabkan karena infeksi di dalam
rongga mulut. Sumber infeksi di dalam rongga mulut disebut sebagai fokus atau
fokal infeksi. Sedangkan infeksi yang ditimbulkannya disebut infeksifokal, yaitu
menyebarnya kuman atau toksin dari fokus infeksi (pusat infeksi) yang
mengakibatkan kerusakan jaringan di bagian tubuh yang lain.

Banyak penyakit yang dapat terjadi di glandula saliva kita. Tentu saja
untuk mengatasinya perlu bantuan dan supervisi langsung dari dokter spesialis
bedah mulut atau minimal dokter gigi umum. Salah satu penyakit yang sering
terjadi pada glandula saliva adalah kista. Kista adalah suatu kantong tertutup,
berdinding membrane yang berlapis epitel dan berisi cairan atau semi cairan,
tumbuh tidak normal di dalam rongga suatu organ. Mucocele adalah salah satu
kista rongga mulut yang berasal dari glandula saliva minor tipe mucus.

Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang


diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan
lunak di sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel.
Paling sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat terjadi
juga di mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele jarang terjadi
pada bibir atas, palatum (langit-langit) lunak.

Mucocele merupakan kista retensi yang biasanya berhubungan dengan


kelenjar liur minor. Terlihat sebagai pembengkakan akibat pengumpulan musin,
sering dijumpai pada bibir bawah. Dapat ditemukan di setiap tempat disekitar
kelenjar liur minor dalam rongga mulut. Mococele biasanya berfluktuasi. Ini
merupakan tanda yang dapat digunakan untuk membedakan dengan massa
pembengkakan lain seperti mixed tumor (tumor jinak pada kelenjar liur), lipoma

2
(tumor jinak pada jaringan lemak). Mixed tumor terasa lebih padat pada palpasi,
sedangkan lipoma terasa lunak dan berwarna kekuningan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya
duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan
lunak. Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik. Mukokel
merupakan kista benigna, tetapi dikatakan bukan kista yang sesungguhnya, karena
tidak memiliki epithelial lining pada gambaran histopatologisnya. Lokasinya
bervariasi. Bibir bawah merupakan bagian yang paling sering terkena mukokel,
yaitu lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada. Umumnya terletak di bagian
lateral mengarah ke midline. Beberapa kasus ditemui pada mukosa bukal dan
ventral lidah, dan jarang terjadi pada bibir atas. Banyak literatur yang menyebut
mukokel sebagai mucous cyst.

2.2 Etiologi
Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang
tidak begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma,
baik trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini
disebut mukus ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena
trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat
pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua
gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian
ventral lidah pada permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang
memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain. Dapat juga akibat
trauma pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma akibat proses kelahiran bayi
yang menggunakan alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan suction untuk
membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang
disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi
sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir, ketiga contoh trauma
pada proses kelahiran bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital.

4
Setelah terjadi trauma yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di
atas, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan
submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu
terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling kista)
mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan
lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut
mukokel.
Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam duktus sekskresi yang
tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Genangan mukus dalam
duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus
dari sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva
minor lalu mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva
minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang dan
menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian
lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan
pada mukosa mulut yang disebut mukokel.

2.3 Epidemiologi
Prevalensi Muckokel terdapat 2-4 kasus dari 1.000 orang, dengan
persentase tertinggii adalah 70% yang memiliki rentang umur 3-20 tahun.
Sedangkan pada ranula, memiliki frekuensi kasus 0-2 kasus per 1.000 orang.
Seperti mukokel, lesi nya memiliki predileksi pada umur remaja dan anak muda.
Bagian dalam pada bibir bawah, merupakan tempat yang sering
mengalami trauma sepeti menggigit bibir yang dapat memicu timbulnya mukokel.
Namun, mukokel dapat berkembang dimana saja pada rongga mulut. Tempat
lainnya untuk berkembangnya mukokel seperti pada langit-langit mulut yang
lunak, daerah retromolar dan pada dorsum lidah.
Pada ranula, dasar mulut adalah tempat paling umum untuk dapat
berkembang. Meskipun kelenjar sublingual menimbulkan sebagian ranula (90%),
namun dapat muncul dari kelenjar submandibular, namun kasusnya jarang terjadi.
Tidak ada predileksi ras atau jenis kelamin yang dilaporkan pada kasus ranula.

5
2.4 Patofisiologi
Berasal dari kelenjar saliva minor tipe mucus. Terjadi karena mucus
mengisi ruangan dalam jaringan ikat dengan cara menembus dinding saluran
kelenjar saliva ekstravasasi.
Mucocele terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air
liur ke dalam mulut melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang
bisa terjadi ujung duktus tersumbat atau karena trauma misalnya bibir sering
tergigit secara tidak sengaja, sehingga air liur menjadi tertahan tidak dapat
mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan (mucocele).
Mucocele juga dapat terjadi jika kelenjar ludah terluka. Manusia memiliki
banyak kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludah tesebut
mengandung air, lendir, dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar ludah
melaluisaluran kecil yang disebut duct (pembuluh). Terkadang salah satu saluran
ini terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada titik yang terpotong itu dan
menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada umumnya mucocele didapati
di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat jugaditemukan di bagian lain dalam
mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan tetapi jarang didapati di atas
lidah.
Pembengkakan dapat juga terjadi jika saluran ludah (duct )tersumbat dan
ludah mengumpul di dalam saluran. Jika pembengkakan terjadi karena sub
mandibular duct, mucocele tersebut dinamakan ranula. Sebuah ranula mempunyai
ukuran yang cukup besar dan muncul di bawah lidah.

2.5 Gambaran Klinis dan Histopatologis


Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau
pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila
massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti
warna mukosa mulut apabila massa sudahter letak lebih dalam, apabila dipalpasi
pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter,
beberapa literatur atur menuliskan diameter mukokel umumnya kurang dari 1 cm.

6
Gambar 2.1 Mukokel pada anterior median line permukaan ventral lidah yang
melibatkan blandin-nuhn

Gambar 2.2 Mukokel pada bibir bawah

Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda


dengan tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya
memperlihatkan glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi. Sedangkan tipe
retensi menunjukkan adanya epithelial lining.

Gambar 2.3 Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstravasasi mukus yang


terletak di bibir bawah

7
Gambar 2.4 Gambaran histopatologi mukokel yang bagian duktusnya mengalami
dilatasi
2.6 Klasifikasi
Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mukokel ekstravasasi mukus yang sering
disebut sebagai mukokel superfisial dimana etiologinya trauma lokal atau
mekanik, dan mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus
dimana etiologinya plug mukus akibat sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut
yang menyebabkan duktus glandula saliva tertekan dan tersumbat secara tidak
langsung. Literatur lain mengklasifikasikan mukokel menjadi tiga, yaitu
superficial mucocele yang letaknya tepat di bawah lapisan mukosa dengan
diameter 0,1-0,4 cm, classic mucocele yang letaknya tepat di atas lapisan
submukosa dengan diameter lebih kecil dari 1 cm, dan deep mucocele yang
letaknya lebih dalam dari kedua mukokel sebelumnya. Dikenal pula tipe mukokel
kongenital yang etiologinya trauma pada proses kelahiran bayi.

8
2.7 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur yang
meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat
pasien. Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh
dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang
diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien
dan pemeriksaan pendukung. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan
fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu
pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe,
pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan
jenis keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual
melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan
melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan
warna pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah
ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sanga
tmembantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil
secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara
mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat.
Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara
MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan),
ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional.

2.8 Pemeriksaan Radiologis


Pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance
Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan
juga radiografi konfensional.

9
10
11
2.9 Diagnosis Banding

1. Fibrous Epulis
Epulis adalah benjolan pada gusii yang timbul karena iritasi kronis yang
biasanyadisebabkan oleh sisa akar gigi atau tumpatan gigi yang tajam, atau iritasi
bakteri yang bersifat kronis.
2. Oral Fibroma
Adalah lesi jaringan ikat, ditandai dengan proliferasi fibroblas dan deposisi serat
kolagen dalam serat pendek dan berantakan, beberapa penulis menganggap
sebagai neoplasma sejati.
3. Sialolitiasis
Adalah proses pengerasan atau pembentukan batu dalam kelenjar air liur.

2.10 Penatalaksanaan
Mucocele adalah lesi yang tidak berumur panjang, bervariasi dari beberapa
hari hingga beberapa minggu, dan dapat hilang dengan sendirinya. Namun banyak
juga lesi yang sifatnya kronik dan membutuhkan pembedahan eksisi. Pada saat di
eksisi, dokter gigi sebaiknya mengangkat semua kelenjar liur minor yang
berdekatan, dan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk menegaskan diagnosa
dan menentukan apakah ada kemungkinan tumor kelenjar liur. Selain dengan
pembedahan, mucocele juga dapat diangkat dengan laser.
Eksisi mucocele : di eksisi dengan memakai modifikasi teknik elips,
menebus mukosa, diluar batas permukaan dari lesi. Batas mucocele dengan
jaringan sehat mudah diidentifikasi, lesi dipotong dengan teknik gunting,
pengambilan gl.mukos asesoris, penutupan dengan jahitan terputus.
Terkadang mucocele dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, jika
dibiarkan tanpa perawatan akan meninggalkan luka parut. Mucocele biasanya
harus diangkat, bisa dengan bedah maupun laser. Namun ada kemungkinan
pembedahan dapat menyebabkan munculnya mucocele lain.
Beberapa dokter saat ini ada juga yang menggunakan menggunakan
injeksi Kortikosteroid sebelum melakukan pembedahan, ini terkadang dapat
mengempiskan pembengkakan. Jika berhasil, maka tidak perlu dilakukan
pembedahan.

12
2.11 Komplikasi
Mucocele biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika
besar akan menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga timbul
fenomena bola pingpong (pingpong phenomenon). Bila terus membesar akan
menembus tulang, sehingga akan ditutupi jaringan lunak. Pada perabaan akan juga
akan teraba fluktuasi. Bila kista ini terinfeksi akan terasa sakit dan timbul pus
(nanah).

2.12 Prognosis
Prognosis pada umumnya baik, jika eksisi mengikutkan jaringan sehat
(saluran kelenjar liur minor sekitarnya), mukokel superfisial relatif kambuh secara
periodik. Selalu kirim hasil biopsi ke laboratorium PA untuk mencari apa ada
kecenderungan ke cystadenoma atau mucoepidermoid carcinoma.

13
BAB III
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
No. Rekam Medik : 02 1827 02
Nama : Gadiza Hafiz Siregar
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin :P
Status : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Dsn. II Pulau Maria

B. Anamnesis
Autoanamnesis
 Alloanamnesis

Keluhan Utama : Benjolan pada bibir bawah.


Deskripsi :Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan
pada bibir bawah pasien. Hal ini sudah dialami pasien selama ± 3 bulan.
Pasien mengatakan bahwa memiliki kebiasaan menggigit bibir. Benjolan
berdarah (-) disangkal dan nyeri (-) disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :-
Riwayat Penyakit Terdahulu : -
Riwayat Penggunaan Obat :-

Deskripsi Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis.
Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80x/i
Pernafasan : 20x/i
Suhu : 36 C

14
Berat Badan : 49 kg
Tinggi Badan : 152 cm
Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Konjugtiva pal. inf. Pucat (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Pupil Isokor
ki=ka : 3mm
Hidung : TDP
Telinga : TDP
Lidah : Selaput (+)
Bibir : Terdapat benjolan sebesar biji kacang hijau pada selaput bibir
bawah.
Leher
Kelenjar Tiroid : tidak ada kelainan
Trachea : medial
Pemb. KGB : tidak ada kelainan
Thorax
Paru :
Depan Belakang
Inspeksi Simetris Fusiformis Simetris Fusiformis
Palpasi Strem Fremitus kanan = Strem fremitus kanan =
kiri kiri
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi SP : Vesikuler SP : Vesikuler
ST : - ST : -

Jantung :
S1 (n)
S2 (n)
Reguler, murmur (-), gallop (-), desah sistolik (-), desah diastolik (-)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (-)

15
Perkusi : Timpani
Punggung : tidak ada kelainan
Ekstremitas Atas :
*Regio Kanan & Kiri : Akral hangat, CR<,2dtk
Kekuatan Otot : DBN
Ekstremitas Bawah :
*Regio Kanan & Kiri : Akral hangat, CRT<2dtk
Kekuatan Otot : DBN
Alat Genital : TDP

16
Bab IV
Pemantauan Pasien

6 Juni 2022
S : Pasien diantar oleh orangtua nya R/ Sivit Znc tab 1x1
dengan keluhan terdapat benjolan pada R/ Vit. C tab 1x1
bibir bagian bawah

O : Sens : Compos Mentis


TD : 100/70mmHg
HR : 80x/i
RR : 20x/i
T : 36 C
TB : 152cm
BB : 49kg
IMT :
A : Mucocele

17
Bab V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan
oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di
sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Paling sering
terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat terjadi juga di mukosa
bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele jarang terjadi pada bibir atas,
palatum (langit-langit) lunak.
Mucocele paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda,
namun dapat terjadi di segala usia termasuk bayi yang baru lahir dan orang lansia.
Mucocele biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika besar akan
menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga timbul fenomena bola
pingpong (pingpong phenomenon).

5.2 Saran
Banyak penyakit yang dapat terjadi di glandula saliva kita. Tentu saja untuk
mengatasinya perlu bantuan dan supervisi langsung dari dokter spesialis bedah mulut
atau minimal dokter gigi umum. Pada umumnya pasien berkunjung ke dokter gigi dan
meminta perawatan, memiliki ukuran mukokel yang relatif besar. Untuk itu
perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan
pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab yang di maksudkan untuk
menghindari terjadinta rekurensi. Hal tersebut perlu diedukasikan kepada pasien.

18
Daftar Pustaka

1. Prasanna KR, Divya H, Shishir RS, Laxmikanth C, Prashanth S (2012). Oral


Mucocele – Diagnosis and Management.Journal of Dentistry, Medicine and Medical
Sciences Vol. 2(2) pp. 26-30.
2. Chandramani BM, Khushbu B, SaurabhVarma, Mansi Tailor (2014). Oral
mucocele: A clinical and histopathological study. Journal of Oral & Maxillofacial
Pathology
3. Catherine MF (2017). Mucocele and Ranula. E-medicine Medscape Dentistry.
Available online: https://emedicine.medscape.com/article/1076717-overview#a6
4. Crean SJ, Connor C (1996). Congenital Mucocele: Report of two cases. Int J
PaediatrDent.Vol. 6(4):271-5.
5. Baurmash H (2002). The etiology of superficial oral mucoceles. J Oral Maxillofac
Surg. 60:237-8.
6. Boneu BF, Vidal HE, Maizcurrana TA, González- LJ (2005). Submaxillary gland
mucocele: presentation of a case. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 10:180-84.
7. Flaitz CM, Hicks JM (2006). Mucocele and ranula.eMedicine. Available online:
http://www.emedicine.com/derm/topic648.htm

8. Rshid AK, Anwar N, Azizah AM, Narayan KA. 2008. Cases of Mucocele Treated
in The Dental Department of Penang Hospital. Achives of Orofacial Sciences; 3(1):
7-10
9. Asgari A, Kourtsounis P, Jacobson BL, Zhivago P. 2009. MucoceleResection : A
Comparison of Two Techniques.
10. Al-Tubaikh JA, Reiser MF. 2009. Congenital Disease and Syndromes : The Head
and Neck. Berlin Heidenberg:47-8.
11. Zhi KQ, Wen YM, Zhou H. 2008. Management of The Pediatric Plunging Ranula
: Result of 15 Years Clinical Experience. China Xi’an Jiaotong University and
Sichuan University; 107:499-500.
12. Van de graaff RL. 2007. Ranula and Plunging Ranulas.

19
LEMBAR PENGESAHAN

Mucocele

Laporan Kasus

Oleh :
dr. Tania Anasthasia Tiurma Hutagalung

Kisaran, 21 Juli 2022

Mengetahui,
Dokter Pembimbing

dr. Deni Mahisa Purba


NIP : 19930707 201903 1 012

20

Anda mungkin juga menyukai