Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

“MUKOKEL”

Disusun Oleh :
drg. Ana Maliah

Dokter Pendamping:
drg. Dian Ekawati
NIP. 197912132006042017

PROGRAM INTERNSIP DOKTER GIGI INDONESIA


RUMAH SAKIT SITI AISYAH
KOTA LUBUKLINGGAU
PERIODE AGUSTUS – FEBRUARI 2024

1
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
1. Latar Belakang .............................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5
Mukokel ............................................................................................................................ 5
1. Deskripsi dan etiologi ................................................................................................... 5
2. Gambaran klinis ............................................................................................................ 5
3. Perawatan ..................................................................................................................... 6
4. Diagnosis ...................................................................................................................... 7
BAB III PENATALAKSANAAN KASUS ..................................................................... 8
Kasus .................................................................................................................... 8
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................................. 10
BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mucocele merupakan lesi jinak yang berasal dari kelainan pada kelenjar ludah

minor yang mengandung mukus. Lesi ini ditemukan pada anak-anak dan dewasa

muda dan biasanya terjadi akibat trauma lokal. Literatur menunjukkan kebiasaan

mulut seperti menggigit atau menghisap bibir merupakan salah satu faktor etiologi

mukokel.2 Secara klinis, gambarannya berupa benjolan berbatas tegas, tanpa gejala,

lembut dan kebiruan atau normokromik.1 Gambaran mikroskopis menunjukkan

jaringan ikat dengan mukus yang tumpah dan disusupi sel inflamasi seperti limfosit

dan sel plasma. Kelenjar ludah minor di dekatnya yang sebagian besar berjenis serosa

juga terdapat. Jaringan ikat fibrosa padat yang menyerupai kapsul juga terlihat. 3

Secara definisi, mukokel dianggap sebagai rongga yang diisi oleh mukus,

“muco” berarti mukus, dan “coele” berarti rongga. Dengan demikian, mukokel

merupakan lesi jinak rongga mulut yang melibatkan kelenjar dan saluran ludah. Hal

ini dapat disebabkan oleh trauma mekanis akut atau kronis, dengan gigitan menjadi

penyebab paling umum akibat kompresi saluran kelenjar ludah minor. 1

Mukokel diklasifikasikan sebagai ekstravasasi mukus dan kista retensi

mukus. Fenomena ekstravasasi mukus merupakan jenis mukokel yang paling umum

terjadi dan berhubungan dengan kerusakan saluran ekskretoris kelenjar ludah minor

(trauma dan laserasi), sehingga menyebabkan ekstravasasi mukus pada jaringan ikat

di sekitarnya. Kista retensi mukus muncul setelah penyumbatan sebagian atau seluruh

3
saluran ekskretoris, yang menyebabkan retensi sekresi kelenjar dan pelebaran

saluran. 1

Lesi ini terutama terlihat pada dekade pertama kehidupan dan tidak memiliki

kecenderungan berdasarkan jenis kelamin. Lokasi yang paling umum adalah bibir

bawah, lateral garis tengah, namun dapat terjadi di tempat lain di rongga mulut. Lesi

muncul sebagai benjolan berisi saliva, lembut pada palpasi, dengan warna yang sama

dengan mukosa di dekatnya atau kebiruan, tanpa gejala dan dengan permukaan halus

dan ukuran bervariasi, diameternya bisa melebihi 10 mm. Tujuan dari laporan ini

adalah untuk melaporkan kasus klinis mukokel pada seorang anak perempuan berusia

12 tahun dengan perawatan berupa bedah eksisi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Deskripsi dan Etiologi


Mukokel merupakan suatu istilah klinis yang menggambarkan pembengkakan
yang disebabkan oleh akumulasi saliva pada lokasi trauma atau saluran kelenjar
ludah minor yang terhambat. Secara histologi, mukokel dapat diklasifikasikan
sebagai tipe ektravasasi dan tipe retensi; mukokel tipe ekstravasasi lebih sering
ditemui. Meskipun sering diistilahkan sebagai “mucous retention cyst”, mukokel
tipe ekstravasasi tidak mempunyai lapisan epitel atau sebuah batas yang jelas.
Pembentukan mukokel tipe ekstravasasi diyakini sebagai hasil dari trauma pada
saluran ekskresi kelenjar saliva minor. Laserasi yang terjadi pada saluran kelenjar
saliva menyebabkan saliva terkumpul dalam jaringan submukosa yang berdekatan
yang mengakibatkan pembengkakan. Mukokel tipe retensi disebabkan oleh
tersumbatnya saluran kelenjar saliva minor seringkali oleh sialolith, jaringan parut
periductal, atau tumor. Aliran saliva yang tersumbat menghasilkan akumulasi saliva
dan dilatasi dari saluran kelenjar saliva.

2. Gambaran Klinis
Mukokel sering digambarkan sebagai pembengkakan dengan permukaan
yang licin dan tanpa rasa sakit dengan diameter mulai dari beberapa milimeter
hingga beberapa sentimeter. Lesi superfisialnya sering memiliki rona biru yang
khas. Semakin dalam lesi semakin membaur, tertutup oleh mukosa yang tampak
normal tanpa warna biru yang khas. Ukuran lesi bervariasi dari waktu ke waktu;
mukokel superfisial sering mengalami trauma, menyebabkannya mengering dan
mengempis. Mukokel yang terus mengalami trauma kemungkinan besar akan
kambuh dan akan mengalami ulserasi permukaan. Meskipun perkembangan lesi

5
kebiruan setelah trauma seringkali dicurigai sebagai mukokel, lesi lain (termasuk
neoplasma kelenjar saliva, neoplasma jaringan lunak, malformasi vaskular, dan
penyakit vesiculobullous) harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding.
Mukokel tipe ekstravasasi seringkali terjadi pada bibir bawah, di mana trauma
sering terjadi. Mukosa bukal, lidah, dasar mulut, dan regio retromolar merupakan
area lain yang juga sering terjadi trauma di mana mukus ekstravasasi sering
ditemukan. Mukokel tipe ini seringkali ditemukan pada anak-anak dan remaja.
Kelenjar Blandin dan Nuhn pada permukaan ventral lidah juga rentan terjadinya
pembentukan mukokel. Mukokel yang ditemukan pada lokasi ini secara
karakteristik tampak sebagai massa polipoid fluktuatif lembut.
Kista retensi mukus seringkali ditemukan pada bibir atas, palatum, mukosa
bukal, dasar mulut, dan jarang pada bibir bawah dan biasanya mengenai populasi
pasien usia lanjut daripada mukokel tipe ekstravasasi. Penyempitan duktus
berhubungan dengan kista retensi mukus yang juga berhubungan dengan frekuensi
penggunaan hidrogen peroksida sebagai obat kumur dan pasta gigi untuk
mengontrol karang gigi.

Gambar 1. Mukokel pada mukosa bibir bawah.

3. Perawatan
Perawatan bedah definitif konvensional mukokel melibatkan pengangkatan
seluruh lesi bersama isi saluran dan kelenjar saliva. Pengangkatan mukokel yang
tidak lengkap dapat menyebabkan kambuhnya lesi. Manajemen bedah dapat
menjadi tantangan karena dapat menyebabkan trauma pada kelenjar saliva minor
yang berdekatan dan menyebabkan pengembangan mukokel baru.
Perawatan alternatif yang sedang dikembangkan dengan berbagai tingkat
keberhasilan termasuk elektrosurgery, cryosurgery menggunakan cairan nitrogen,

6
bedah laser dan mikromarsupialisasi, injeksi intralesi dengan kortikosteroid, dan
sclerotherapy dengan pingyangmycin.

4. Diagnosis
Untuk membantu dalam menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan
histopatologi pada fragmen jaringan lesi pasca bedah. Diagnosis banding dari
mukokel berupa fibroma. Fibroma dapat tumbuh pada setiap membran mukosa
mulut di sepanjang bidang gigitan mukosa bukal, lateral lidah, mukosa labial
bawah, dan dorsum lidah. Morfologi lesi berupa suatu massa bulat atau ovoid,
keras, exophytic, permukaan halus, dan bertangkai atau sessile. Lesi sewarna
dengan jaringan sekitar, atau sedikit lebih pucat dari pada mukosa di sekitarnya
dengan ukuran lesi maksimal 1 cm. Konsistensi lesi keras dan ditutupi oleh lapisan
tipis epitel skuamosa.

Gambar 2. Lesi fibroma pada mukosa labial bibir bawah.

7
BAB III

PENATALAKSANAAN KASUS

KASUS 1
DATA PRIBADI PASIEN
Nama pasien : Ade Relly Salsabillah
Jenis kelamin : pria wanita
Status perkawinan : kawin belum kawin janda/duda
Alamat tetap : Jl. Karya Bakti, Kertapati, Palembang
Alamat termudah dihubungi : Jl. Karya Bakti, Kertapati, Palembang
Pekerjaan : Siswa
Riwayat Penyakit/Kelainan Sistemik:

Penyakit/kelainan sistemik Ada Disangkal

Penyakit lainnya √

STATUS UMUM PASIEN


Rujukan :-

ANAMNESIS :
Keluhan Utama :

Seorang pasien perempuan berusia 12 tahun datang ke RSKGM bersama ibunya

dengan keluhan terdapat benjolan pada bibir bawah kanan sebelah dalam sejak ± 1 tahun

lalu. Benjolan tersebut tidak sewarna jaringan sekitar dan tidak terasa sakit saat diraba.

Pasien diketahui memiliki kebiasaan menggigit bibir bawah pada saat melamun. Pasien

merasa tidak nyaman dan ingin dirawat.

Keluhan Tambahan : -

8
Kebiasaan Buruk :-

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL

KEADAAN UMUM INTRA ORAL

Subjektif :Seorang pasien perempuan berusia 12 tahun datang ke RSKGM

bersama ibunya dengan keluhan terdapat benjolan pada bibir bawah

kanan sebelah dalam sejak ± 1 tahun lalu. Benjolan tersebut tidak

sewarna jaringan sekitar dan tidak terasa sakit saat diraba. Pasien

diketahui memiliki kebiasaan menggigit bibir bawah pada saat

melamun Pasien merasa tidak nyaman dan ingin dirawat.

Objektif :Terdapat lesi vesikel berisi cairan pada mukosa bibir bawah kanan

dengan diameter ±8 mm, tidak sewarna jaringan sekitar, konsistensi

lembut dan tidak sakit saat palpasi.

Assesment : Suspect mukokel

Plan :

 Bedah eksisi pada lesi dan penjahitan pasca bedah

 Edukasi dan motivasi pasien untuk menghilangkan kebiasaan

buruk berupa menggigit bibir.

 Kontrol pasca buka jahitan

9
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan keluhan pasien, terdapat benjolan pada bibir bawah kanan


sebelah dalam sejak ± 1 tahun lalu. Benjolan tersebut tidak terasa sakit. Pasien
memiliki kebiasaan menggigit bibir bawah. Berdasarkan pemeriksaan klinis
ditemukan lesi vesikel pada mukosa bibir bawah kanan sebelah dalam, berbentuk
bulat dengan ukuran panjang ± 5 mm, lebar ± 5 mm, dan tinggi ± 7 mm, berwarna
translucent pink, konsitensi lebih kenyal dibandingkan jaringan sekitar, dan tidak
sakit saat palpasi. Lesi tersebut mulai muncul sejak ±1 tahun lalu. Berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan klinis diagnosis sementara dari lesi vesikel tersebut
adalah mukokel. Kemudian akan dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk
mendukung diagnosis tersebut. Untuk memastikan lesi tersebut dan membedakannya
dengan diagnosis bandingnya dapat diamati melalui letak lesi, morfologi lesi, warna
lesi, ukuran lesi (lampiran).
Perawatan yang dilakukan berupa bedah eksisi pada lesi. Daerah kerja
didesinfeksi menggunakan povidone iodine dan anestesi pada daerah kerja.
Selanjutnya dilakukan eksisi pada lesi mukokel menggunakan scalpel dan blade
no.15. Spooling dilakukan menggunakan larutan saline untuk memperluas lapang
pandang kerja. Luka kemudian dijahit dengan teknik jahitan terputus. Pasien
diinstruksikan untuk minum obat parasetamol dan amoxicilin dengan dosis masing-
masing sebanyak 500 gram 3x 1 tablet sehari, tidak menghisap-isap luka, edukasi
serta motivasi untuk tidak menggigit bibir untuk mencegah munculnya lesi kembali,
serta pasien diminta untuk kontrol setiap satu minggu sebanyak 2 kali kunjungan.
Pada saat kontrol di minggu pertama pasca buka jahitan, terdapat eritema di
bibir bawah bagian dalam sebelah kanan dengan permukaan tidak rata, berbatas jelas,
berbentuk tidak beraturan, serta tidak sakit saat dipalpasi. Pada saat kontrol di minggu
kedua, terdapat lesi makula berbentuk agak bulat dengan batas jelas, berwarna lebih
merah dari jaringan sekitar berukuran ±5 mm, dan tidak sakit saat dipalpasi.

10
Sebelum dieksisi

Setelah dieksisi

Kontrol minggu pertama

11
Kontrol minggu kedua

12
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan


histopatologi, lesi vesikel pada mukosa bibir bawah kanan sebelah dalam, berbentuk
bulat dengan ukuran panjang ± 5 mm, lebar ± 5 mm, tinggi ± 7 mm, berwarna
translucent pink, konsistensi lebih kenyal dibandingkan jaringan sekitar, dan tidak
sakit saat palpasi dapat didiagnosis sebagai mukokel. Lesi ini timbul akibat kebiasaan
pasien yang sering menggigit bibir bawah saat melamun dan stress. Tata laksana
perawatan berupa bedah eksisi serta penjahitan bekas luka , pemberian obat berupa
paracetamol dan amoxicilin dengan dosis masing-masing sebanyak 500 gram 3x1
tablet sehari, dan instruksi untuk tidak menggigit bibir. Hasil perawatan baik dan lesi
tidak berulang.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Magalhaes LS, Calazans MN, Cota AL. Diagnosis and treatment of mucocele in
pediatric patient: case report. Rev Gauch Odontol, 68 (2020)
2. Nallasivam KU, Sudha BR. Oral mucocele: review of literature and a case report. J
Pharm Bioallied Sci 7, 731-733 (2015)
3. Muthukumaran et al. Mucocele-case report. J of Sci Dent 8, 1 (2018)
4. Glick M, William M, Burket’s Oral Medicine. People’s Medical Publishing House,
USA, 12 edition, 2015. [219]

14

Anda mungkin juga menyukai