Anda di halaman 1dari 11

LITERATURE REVIEW BLOK 13

“PULPITIS REVERSIBEL”

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Raniah Fariha (J520170021)


2. Putri Puspaningrum (J520170022)
3. Deddy Hartarto (J520170023)
4. Oktavia Novitasari (J520170025)
5. Rifkah Rizky Rahmayanti (J520170026)
6. Feby Aurelita Jaya Pradana (J520170027)
7. Syafira Alma Raudia (J520170028)
8. Deanita Putri Kisari (J520170029)
9. Regita Octavia Wulandari (J520170030)
10.Sandi Mahputra (J520170032)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt
yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga
kami diberikan kesempatan untuk menyelesaikan laporan literature review ini
dengan tepat pada waktunya. Salawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat kelak.
Adapun penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas diskusi
literature review blok 13 : Diagnosis KG. Tersusunnya laporan ini tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Noor Hafida, Sp.KG, pembimbing blok 13: Diagnosis KG, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu memberikan semangat dalam penyelesaian
laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Kami tentu menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
untuk penyempurnaan tugas laporan selanjutnya. Demikian, semoga laporan hasil
review diskusi jurnal ini bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Surakarta,

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Karies, fraktur gigi, dan prosedur operasi dapat menghasilkan peradangan


pulpa dan nekrosis. Proses inflamasi yang terjadi pada jaringan pulpa adalah sangat
kompleks dan merilis berbagai macam mediator kimia (yaitu, prostaglandin E2 dan
F2 alpha, 6-ketoprostaglandin F1 alpha, bradykinin, zat P, neurokinin A,
interleukin-1 beta, alphathrombin, superoksida dismutase, oksida nitrat,
interleukin-6). Penyebaran radang pulpa mengikuti beberapa perubahan pada
jaringan seperti vasodilatasi, meningkat permeabilitas pembuluh darah, dan
ekstravasasi leukosit.

Pulpa adalah jaringan yang ditempatkan di lingkungan dengan kepatuhan


rendah, sepenuhnya bergantung pada arteriol yang masuk ke foramens apikal untuk
suplai darah. Ketika edema menumpuk di jaringan lunak, pembengkakan dapat
terjadi untuk mengakomodasi peningkatan cairan ekstravasasi.Karena pulpa tidak
bisa membengkak, peradangan menghasilkan peningkatan tekanan yang nyata pada
jaringan. Ketika tekanan jaringan interstisial melebihi tekanan intravaskular, cairan
dipaksa kembali ke venula atau limfatik mengeluarkan cairan berlebih.

Pulpitis didefinisikan sebagai peradangan pada jaringan pulpa yang disertai


dengan nyeri mendadak. Pulpitis akut dapat bersifat reversibel atau ireversibel,
merujuk pada kapasitas jaringan pulpa untuk beregenerasi setelah cedera. Karena
itu, penting untuk membedakan antara pulpitis reversibel dan pulpitis ireversibel,
karena ini akan menunjukkan perawatan yang tepat.

Pulpitis reversibel, peradangan ringan pada pulpa gigi ini disebabkan oleh karies
yang merambah pada pulpa. Gambaran klinisnya adalah dicirikan oleh
hipersensitivitas terhadap termal (yaitu, panas atau dingin) atau stimulus manis,
yang dengan cepat menghilang ketika stimulus dihilangkan, peningkatan tekanan
ambang batas intrapulpal secara lokal, dan penurunan stimulasi ambang batas untuk
serabut saraf A-delta. Etiologi reversibel pulpitis disebabkan oleh iritasi bakteri,
kimia, atau fisik. Secara histologis, ini ditandai dengan gangguan sel radang pada
lapisan odontoblastik dengan adanya pembuluh darah yang membesar.

Pada pulpitis reversibel, vitalitas pulpa dapat dipertahankan jika gigi dirawat,
biasanya dengan pengangkatan karies, dan kemudian dikembalikan. Umumnya
diperlukan perawatan yaitu kaping pulpa. Kaping pulpa adalah perawatan gigi vital
untuk mempertahankan integritas, morfologi dan fungsi dari pulpa. Dalam kasus
pulpitis reversibel ini menggunakan kaping pulpa indirek (tidak langsung). Kaping
pulpa tidak langsung umumnya digunakan dalam persiapan rongga dalam, dengan
atau tanpa karies yang tersisa, yang berada dekat dengan pulpa tetapi tanpa paparan
yang terlihat.

Tujuan akhir dari setiap prosedur pembatasan pulpa adalah untuk mengelola
bakteri, menghentikan setiap perkembangan karies residual,merangsang sel-sel
pulpa untuk membentuk dentin baru, dan menyediakan segel biokompatibel dan
tahan lama yang melindungi kompleks pulpa dari bakteri dan zat berbahaya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa, ringan sampai


sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada
keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Ini merupakan reaksi dari
stimulasi serabut saraf perifer A delta. Penentuan reversibilitas adalah penilaian
klinis yang dipengaruhi oleh sejarah pasien dan evaluasi klinis.

2.2 Etiologi

Penyebab terjadinya pulpitis reversibel adalah:

1. Trauma, bisa karena kecelakaan atau trauma oklusal.

2. Perubahan suhu, terjadi pada saat melakukan preparasi gigi, atau panas yang
keluar selama prosedur pemolesan saat prosedur restorasi.

3. Stimulus kimia, karena iritasi bahan restorasi.

2.3 Histopatologi

Pulpitis reversibel dapat dimulai dari hiperemia pulpa karena inflamasi yang
ditandai:

1. Peningkatan volume darah pulpa yang berhubungan dengan peningkatan tekanan


intrapulpal.

2. Edema jaringan.

3. Infiltrasi leukosit

4. Pembentukan dentin reparatif.


2.4 Gejala

Gejala pulpitis reversibel ditandai dengan nyeri tajam yang berlangsung


sesaat, sering disebabkan oleh rangsangan dingin. Nyeri tidak terjadi secara spontan
dan tidak berlanjut ketika iritan dihilangkan. Pulpitis reversibel asimtomatik bisa
dialami oleh gigi karies yang langsung dilakukan restorasi.

2.5 Hasil Pemeriksaan

1. Pemeriksaan subjektif : nyeri tajam tetapi durasi singkat, berhenti ketika iritan
dihilangkan

2. Pemeriksaan objektif : terdpat karies, oklusi traumatik dan fraktur yang tidak
terdeteksi.

3. Radiografi : lamina dura dan ligament periodontal normal. Kedalaman karies atau
restorasi sudah melibatkan dentin.

4. Tes perkusi : menunjukkan respon negatif.

5. Tes vitalitas : menunjukkan pulpa mudah merespon rangsangan dingin.

2.6 Penatalaksanaan

Perawatan kaping pulpa adalah suatu usaha untuk melindungi pulpa dengan
memberikan bahan antiseptik dengan tujuan pulpa dapat kembali normal dan
mempertahankan vitalitas dan fungsinya secara normal.

Klasifikasi kaping pulpa:

1. Kaping pulpa direk yaitu tindakan kaping pulpa dimana pulpa sudah terbuka.

2. Kaping pulpa indirek yaitu tindakan kaping pulpa dimana pulpa belum terbuka.
2.7 Studi Kasus

Laki-laki berusia 40 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan utama(CC)


sensitif terhadap dingin di kuadran kanan atas. Pemeriksaan radiografi
menunjukkan karies besar di permukaan distal gigi 4(gambar 7). Gigi tidak nyeri
saat diperkusi tapi nyeri saat diberi stimulus dingin. Setelah berdiskusi dengan
pasien, area tersebut akan dianestesi dengan articain, gigi dibuka dan karies
terlihat. Jaringan karies dihilangkan dengan caries detecting solution, bur bulat
low-speed, dan ekskavator hingga operator mendapatkan jaringan dentin padat yang
bebas karies.

PERAWATAN

Terlihat pulpa yang berdarah(gambar 8). Perdarahan dihentikan dengan


penekanan selama maksimal 60 detik dengan cotton pellet yang dibaluri larutan
Clorhexidine(gambar 9). Saat cotton pellet diambil, jaringan dentin belum
mengering. Selapis tipis TheraCal LC diletakkan secara langsung pada pulpa yang
terbuka dengan dentin yang masih ‘basah’ oleh Clorhexidine itu. Kemudian
TheraCal dipolimerisasikan dengan light-cure selama 20 detik dengan densitas
kekuatan maksimal 1000 mW/cm2(gambar 10). Preparasi ini kemudian dikeringkan
dengan udara(air-dried) dan selapis tipis Vitrebond diletakkan di dalam kavitas
preparasi kemudian dipolimerisasi dengan cahaya(light-cure)(gambar 11).
Kemudian dibuat crown pada gigi dengan sistem adhesive total-etch dan self-curing
build-up material(gambar 12).
Radiografi komparatif kemudian diambil setelah maksimal 14 bulan untuk
menunjukkan adanya dentin tersier(reparative) (gambar 13, 14). Tidak ada gejala
pada gigi selama periode waktu ini, dilakukan juga tes vitalitas pulpa pada gigi 14
dan 22 setelah restorasi direct-pulp-cap. Setelah paling lama 22 bulan gigi
direstorasi dengan restorasi full-coverage lithium-discilicate(gambar 15).

DISKUSI (dari Laporan kasus)


Author mendapatkan hasil klinis yang baik menggunakan kombinasi
prosedur kaping pulpa yang mana melibatkan clorhexidine, TheraCal LC, dan
Vitrebond RMGI liner. Clorhexidine adalah antimicrobial yang poten, yang terbukti
menghambat proses metalloproteinase matriks yang akan mengakibatkan luruhnya
hubungan adhesive seiring waktu, serta tidak mengganggu kekuatan ikatan pada
sistem adhesive ini, dan mungkin memiliki efek sinergis dengan calcium
hydroxide(salah satu hasil reaksi MTA). Melapisi TheraCal LC dengan RMGI liner
dan memperluas liner tersebut ke dentin di luar batasan lapisan TheraCal LC
memberikan beberapa manfaat termasuk menghindari tercabutnya TheraCal selama
prosedur restorasi(seperti yang dilaporkan sebelum-sebelumnya).

Tambahan lagi, Vitrebond memungkinkan adanya aktivitas tambahan


berupa antimicrobial dan mengembangkan ‘segel’ dari pulpa dan restorasi secara
keseluruhan. Liner RMGI juga memiliki kandungan air yang signifikan pada
formulasinya. Dan sangat memungkinkan bahwa air yang dikandungnya akan
diserap oleh TheraCal LC(yang bersifat hidrofilik) dan membantu proses setting
dan pergantian ion MTA pada restorasi.

KESIMPULAN (dari laporan kasus)

Walaupun pada kasus telah terbentuk jembata dentin(dentinal bridge) serta


hasil perawatan yang baik setelah 22 bulan, masih terlalu dini untuk menyebutkan
kesimpulan definitifnya terkait kesuksesan perawatan yang hanya dalam waktu
singkat ini. Mungkin saja ini dikarenakan kombinasi produk yang digunakan,
mungkin juga bakteri pada pulpa telah terkontrol, dan pulpa tergolong sehat dan
masih memiliki kemampuan self-repair yang kemudian memberikan respon
fisiologi yang normal dan penyembuhan dapat terjadi. Diperlukan riset lebih jauh
termasuk studi klinis untuk dapat menilai ramifikasi klinis jangka panjang dari
material-material gigi klas baru ini.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa, ringan sampai


sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada
keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli di tiadakan. Ini merupakan reaksi dari
stimulasi serabut saraf perifer A delta.

Penyebab terjadinya pulpitis reversibel adalah Trauma, bisa karena


kecelakaan atau trauma oklusal, dan dapat juga dipengaruhi oleh perubahan suhu,
terjadi pada saat melakukan preparasi gigi, atau panas yang keluar selama prosedur
pemolesan saat prosedur restorasi. Selain itu karena adanya stimulus kimia, karena
iritasi bahan restorasi.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk pulpitis reversibel dapat


dilakukan dengan Perawatan kaping pulpa. Perawatan kaping pulpa adalah suatu
usaha untuk melindungi pulpa dengan memberikan bahan antiseptik dengan tujuan
pulpa dapat kembali normal dan mempertahankan vitalitas dan fungsinya secara
normal.

3.2 Saran

Kita harus berperan aktif menjaga kebersihan rongga mulut dalam rangka
mencegah terjadinya karies seperti dengan menggosok gigi secara teratur pada pagi
setelah makan dan malam sebelum tidur. Apabila telah terjadi karies dapat
dilakukan perawatan berupa restorasi atau perawatan sesuai dengan kondisi karies.
Misalnya karies dengan pulpitis reversibel dapat dilakukan perawatan kaping pulpa.
DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti, Noor Hafida. 2017. Penyakit Pulpa dan Periapikal beserta


Penatalaksanaannya. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Piattelli, Andriano. Tonino Traini. 2014. Diagnosis and Managing Pulpitis :


Reversible or Reversible?. Chieti, Italy: Departement of Applied Science of Oral
and Dental Disease, School of Dentistry. G. D’Annunzio University.

Alex, Gery. 2018. Direct and Indirect Pulp Capping : a Brief History, Material
Innovations, and Clinical Case Report. Hungtinton New York: Compendium.

Anda mungkin juga menyukai