Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

GIGI UNIVERSITAS SRIWIJAYA


DEPARTEMEN PERIODONSIA

Laporan Rencana Perawatan Kasus Kompleks

1.1 Identitas Pasien


Nama : Aprilia
TTL/Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Jalan Letnan Yasin No 730, Palembang
Telepon : 0822 8166 5812
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Berat / Tinggi Badan : 67 kg / 170 cm
Golongan Darah : O
Peserta asuransi kesehatan : -
Tanggal Pemeriksaan : 04 Juni 2021
Mahasiswa : Mariatun Zahro Nasution
NIM : 04074881820027

I. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
KELUHAN UTAMA
Seorang pasien wanita berusia 44 tahun datang ke RSKGM mengeluhkan gusinya
terlihat bengkak dan sering berdarah saat menyikat gigi sejak ± 6 bulan yang lalu, sebelumnya
pasien mengatakan sering membersihkan giginya menggunakan benang gigi yag dilapisi
wax/lilin dan memiliki riwayat eksim dan dermatitis, pasien merasa tidak nyaman dengan
kondisinya tersebut dan ingin giginya dirawat.
II. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN KLINIS
Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gingiva mengalami eirtema generalisata dengan pola
linier dan papilla interdental enlargement dan inflamasi. Kedalaman probing sedang sampai
berat, terjadi perdarahan saat probing, dan gingiva mengalami resesi aspek bukal dan lingual.

Gambar 1. Hasil pemeriksaan klinis pasien

2. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

Pemeriksaan radiografi periapikal dilakukan terhadap pasien. Tujuan dari pemeriksaan


radiografi sebagai pemeriksaan penunjang untuk melihat kondisi dari tulang dan jaringan
periodontal sekitar gigi. Hasil dari pemeriksaan radiografi terlihat adanya kerusakan tulang
horizontal generalized pada sektan a, c, d, f gigi 16, 15, 14, 13, 23, 24, 25, 26, 33, 34, 35, 36, 43,
44, 45, 46 ).

Gambar 2. Hasil pemeriksaan radiografi intraoral


3. DIAGNOSIS
Pada kasus ini, berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan radiografi disimpulkan diagnosis
untuk kondisi pasien adalah periodontitis kronis refraktori generalisata.

III. RENCANA TAHAPAN PERAWATAN PERIODONTAL


a. Fase 0/ Fase preliminary /Fase emergensi
-
b. Fase I / Etiotropic Phase / Initial Phase / Nonsurgical Phase (fase untuk
menghilangkan etiologi)
 Pemberian intruksi, edukasi dan motivasi untuk menjaga dan memelihara kebersihan
mulut di rumah/ OHI tiap kunjungan
 Skoring plak/plak kontrol, kedalaman poket, kalkulus, dan kondisi gingiva.
 Pro- Scalling RA & RB. Evaluasi scalling (1 minggu, sebanyak 1 kali): kontrol plak,
kalkulus, kondisi gingiva dan kedalaman poket.
 Pro- Root Planning pada semua regio. Evaluasi root planning (2 minggu, sebanyak 2
kali): kontrol plak, kalkulus, kondisi gingiva, dan kedalaman poket.
 Menghentikan penggunaan dental floss dan menggantinya dengan sikat interdental
Evaluasi terapi Fase I :
 OHI
 Home care
 Evaluasi fase 1: kontrol periodik setiap 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan,
pemeriksaan kembali plak, kalkulus, inflamasi gingiva, kedalaman poket.

c. Fase II/ Fase Bedah/ Surgical phase :


 Pro pocket reduction therapy:
Bila setelah scalling dan root planing kedalaman poket dangkal-sedang (kurang dari 5
mm) maka dilakukan bedah kuretase, dan bila lebih dari 5mm maka dilakukan bedah
flap.
 Evaluasi fase surgical: evaluasi respon jaringan terhadap tindakan bedah setelah 1
minggu dan 1 bulan.
d. Fase III/ Restorative phase :
-
e. Fase IV/ Fase pemeliharaan/Maintenance phase :
 Evaluasi fase IV: kontrol periodik setiap 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan,
dilakukan pemeriksaan:
 Pemeriksaan berkala plak dan kalkulus, kondisi gingiva (poket dan inflamasi).
 Evaluasi perubahan patologis lainnya.
 Pemeriksaan radiografi untuk melihat kondisi perbaikan tulang
 Pemberian instruksi mengenai perawatan rongga mulut kepada pasien, yaitu
cara dan waktu menyikat gigi yang benar

PROGNOSIS
Berdasarkan derajat kehilangan perlekatan, dukungan tulang yang tersisa, kepatuhan
pasien, serta tidak adanya faktor sistemik pada pasien, maka prognosis perawatan ini termasuk
dalam kategori baik.
NILAI PLAK
Nama Pasien : Aprilia
Umur : 44 tahun
Mahasiswa : Mariatun Zahro N.

Kunjungan :1 Persentase (%) :


27
𝑋 100% = 21,09 %
128

Tanggal periksa : 04 Juni 2021

Pemeriksaan Ket 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Mobility 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Poket Facial 444 343 454 333 445 333 333 334 333 333 344 444 544 555 543 544
Palatal 454 444 544 343 454 333 333 433 343 333 343 455 344 544 544 445
PBI 0 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1
CAL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pemeriksaan Ket 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Poket Facial 333 544 443 555 455 344 334 454 343 444 434 544 555 545 556 655
Lingual 445 544 556 565 455 455 455 443 334 343 444 455 556 565 555 455
Mobility 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PBI 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 1
CAL 0 0 2 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Palembang, 2021
OHI-S = DI + CI Ket : baik
= 0,67 + 1 sedang
= 1,67 buruk
drg. Rina Meiliyanawaty, Sp.Perio
Lampiran 1.

Gambaran klinis pasien :

Gambaran radiografi pasien :


TINJAUAN PUSTAKA

1. Periodontitis Refraktori
a. Definisi
Refractory Periodontitis telah didefinisikan oleh American Academy of Periodontology
sebagai "Periodontitis pada pasien yang tidak menunjukkan perubahan terhadap perawatan
apapun yang diberikan, bagaimanapun ketelitian atau frekuensinya." Refractory Periodontitis
harus dibedakan dari penyakit yang berulang lainnya, dimana penyembuhan secara total terjadi
setelah dilakukan terapi, namun diikuti oleh kambuhnya penyakit sebagai akibat dari reformasi
plak, dan kalkulus.
Untuk mengklasifikasikan kasus sebagai refractory (tidak responsif), klinisi harus jelas
membedakan kauss ini dari kasus yang terapinya tidak sampai selesai. Pada pasien seperti iritasi
mungkin belum sepenuhnya ditangani sampai sembuh, dan penyakitnya mungkin tidak menjadi
semakin parah tetapi penyakitnya tidak pernah benar-benar sembuh. Karena kurangnya pedoman
dan parameter yang jelas untuk diagnosis dan klasifikasi pasien dengan Refractory Periodontitis,
terdapat dua pendapat literature berbeda yaitu :
1. Refractory Periodontitis berbeda dari semua jenis periodontitis. Refractory Periodontitis
disebabkan oleh agen bakteri yang berbeda, respon host yang menunjukkan perubahan
spesifik, atau kombinasi faktor ini. Menurut pandangan ini, memungkinkan adanya
beberapa kategori atau subtipe dari pasien refractory.
2. Refractory Periodontitis bukanlah hal yang berbeda, dan semua kasus periodontitis
refractory dapat masuk ke dalam beberapa kategori lain periodontitis. Kasus Refractory
yang paling sering terlihat selama perawatan agresif periodontitis, periodontitis sebagai
manifestasi dari penyakit sistemik yang tidak dapat diselesaikan, dan periodontitis kronis
yang diperburuk oleh kebiasaan merokok atau kondisi sistemik yang tidak terkontrol
seperti diabetes dan AIDS.
Refractory periodontitis dapat disebabkan karena respon host yang abnormal, patogen dan
microflora virulen yang tidak normal, kegagalan mengeliminasi faktor retensi plak, atau
kombinasi dari faktor-faktor ini. Proporsi yang tinggi dari bakteri A.actinomycetemcomitans dan
P. intermedia ditemukan pada Refractory Periodontitis. Rodenburg menyatakan jumlah
keseluruhan bakteri dalam poket pasien Refractory lebih rendah dibandingkan pasien yang tdak
mendapat perawatan apa-apa, tetapi A.actinomycetemcomitans memiliki proporsi yang lebih
besar pada microflora subgingiva dibandingkan dengan pasien yang tidak medapat perawatan
apa-apa.. Hal ini dapat dijelaskan dengan asumsi bahwa A.actinomycetemcomitans lebih sulit
dibersihkan dari area subgingiva daripada bakteria lain karena kemampuan invasifnya dan
adanya re-infeksi dari bagian lain dalam mulut.

Slot dan Rams menyebutkan jenis mikroorganisme pada kejadian refractory chronic
periodontitis sebagai berikut :
1. F.nucleatum (75% tiap pasien tiap regio)
2. P.intermedia (40%)
3. A.actinomycetemcomitans (30%)
4. Peptostreptococcus micros (30%)
5. Staphylococcus sp (30%)
6. Bacteroides forsythus (25%)
7. Campylobacter rectus (25%)
8. P. gingivalis (15%)
9. Candida sp (15%)
10. Enterobacteriaceae atau Pseudomonadacea spp (10%)

Haffajee et al mengidentifikasi tiga kompleks mikrobial utama pada pasien Refractory


Peridodontitis yaitu :
1. B.forsythus, F.nucleatum,C.rectus
2. Streptococcus intermedius, B.gingivalis dan Peptostreptococcus micros
3. S.intermedius dan F.nucleatum.
Walker et al mengindikasikan setidaknya ada 2 pola attachment loss yang berhubungan
dengan refractory periodontitis, tiap pola mengindikasikan flora yang berbeda. Pola yang
menunjukkan attachment loss yang besar dan cepat adalah karakteristik dari flora gram negatif
yang mengandung spirochaeta, P.intermedia dan spesies Fusobacterium. Pola yang lambat dan
terus-menerus dominan pada flora gram negatif yang memiliki proporsi yang besar pada spesies
S.intermedius atau organisme yang mirip S.intermedius. Namun Refractory Periodontitis tidak
hanya berhubungan dengan persistensi spesies mikrobial saja. Mac Farlane et all
mendeskripsikan gangguan fagositosis PMN pada kasus Refractory Periodontitis dan reduksi
kemotaksis PMN dan persentase kasus yang tinggi pada kelompok perokok. Hernichel-Gorbach
et al melaporkan bahwa terdapat perubahan mononuclear-cell cytokine system.

2. Diagnosis Refractory Periodontitis


Diagnosis periodontitis refraktori membutuhkan pengumpulan data dan evaluasi. Ini adalah
cara utama di mana dokter dapat menentukan normalitas respon pasien terhadap pengobatan.
Beberapa individu bisa saja datang untuk pertama kalinya dengan bentuk kerusakan pada
periodontal yang luar biasa parah.
Dalam kasus ini awal diagnosis bukan periodontitis refraktori, melainkan salah satu penyakit
agresif lainnya. Seorang pasien dengan periodontitis refraktori sering tidak memiliki
karakteristik klinis membedakan pada awal pemeriksaan dibandingkan dengan periodontitis tipe
lainnya.
Diagnosis suatu kasus sebagai Refractory Periodontitis adalah apabila terjadi attachment loss
setelah perawatan yang baik dan pengendalian plak yang dilakukan oleh klinisi dan pasien dan
semua faktor etiologi bisa dikendalikan.
3. Terapi Refractory Periodontitis
Perkiraan prognosis dan pengobatan harus didasarkan pada bukti yang tersedia dari literature
dan pengalaman dari klinisi sendiri. Langkah pertama dalam pengobatan periodontitis refraktori
dengan antimikroba harus ada diagnose mikrobiologi dan tes kerentanan. Tes mikrobiologis ini
meliputi analisis kultur, penilaian mikroskopis, analisis asam nukleat, analisis restriksi
endonuklease, deteksi antigen bakteri dan enzim, dan analisis dengan menggunakan reaksi PCR .
Hasil tes ini memberikan informasi tentang keberadaan dan persentase relatif patogen
periodontal yang diduga dan, yang lebih penting dapat menentukan sensitivitas organisme
terhadap antimikroba secara spesifik. Informasi ini memungkinkan dokter untuk membuat
keputusan yang paling tepat tentang antibiotik.
Kombinasi debridement dan pengobatan antibiotik sistemik dapat mengurangi perdarahan
ketika probing, adanya pus, kedalaman poket, dan insidensi lesi yang aktif serta dapat menekan
atau menghilangkan periodontal patogen pada pasien dengan periodontitis refraktori.
Debridement mekanis dengan scaling dan root planing dapat mengurangi jumlah bakteri
pada supragingival dan subgingival, tetapi patogen utama seperti Actinobacillus
actinomycetemcomitans dapat lolos karena kemampuan mereka untuk menyerang jaringan
periodontal atau untuk tinggal di furkasi atau struktur gigi lain yang tidak bisa dijangkau
instrument (alat) atau karena sistem pertahanan host yang kurang.
Pembedahan juga dapat menghilangkan jaringan marginal yang mungkin diserang oleh
bakteri . Selain itu, morfologi gingival jaringan harus diubah untuk memfasilitasi penghapusan
plak harian oleh pasien. Terapi antibiotik sistemik bertujuan untuk memperkuat mekanisme
perawatan periodontal dan mendukung sistem pertahanan host dalam mengatasi infeksi dengan
membunuh patogen subgingival yang tetap ada meski telah terapi periodontal konvensional.

Palembang, Oktober 2021


Pembimbing,

drg. Rina Meiliyanawaty, Sp.Perio

Anda mungkin juga menyukai