Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MODUL I

“Tambalan Gigi Berubah Warna”

Kelompok 3

1. ANDIKA PUSPITA PUTRI J111 16 013


2. AL MAULIDIA J111 16 014
3. WAHYUNI J111 16 015
4. BESSE KHUSNUL AYULISA J111 16 016
5. TENRI SAU J111 16 017
6. DEBY VERONIKA DJAMAL J111 16 018
7. ERNIA KHARISMAWATI J111 16 019
8. NURUL AULIYA J111 16 312
9. MIFTAHUL JANNAH J111 16 313
10. FERAWATI J111 16 314
11. NURHAYANI SAFITRI J111 16 315
12. ANDI ISMA NADIA J111 16 316
13. SASQIA CHAERUNNISA J111 16 514
14. DILA AULIA SAFRULLAH J111 16 515
15. NUR HILDAH INAYAH J111 16 516
16. ANITA SAFRIANI J111 16 517
17. FILZAH AZALIA J111 16 518
18. MAGFIRAH NURSAPHIRA ASTHA J111 16 519

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tim penulis dapa
menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang berjudul “Tambalan Gigi Berubah Warna” ini disusun dalam
rangka mengikuti tutorial Blok Gnatologi 2 tahun 2019. Disadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini tim penulis banyak menemukan kendala-kendala, untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
terciptanya makalah ini.

“Tak ada gading yang tak retak”, oleh karenanya kami mohon maaf apabila
terdapat kekeliruan dalam makalah ini. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun, demi penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 22 Maret 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar belakang ................................................................................. 1
1.2 Skenario ........................................................................................... 2
1.3 Rumusan masalah .......................................................................... 2
1.4 Tujuan ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 4
2.1 Prosedur pemeriksaan ...................................................................... 4
2.2 Hal yang perlu diperhatikan sebelum perawatan ............................ 5
2.3 Hubungan jenis kelamin, usia dan pekerjaan terhadap perawatan
yang akan diberikan ......................................................................... 6
2.4 Jenis restorasi yang digunakan ........................................................ 6
2.5 Jenis bahan restorasi yang digunakan .............................................. 6
2.6 Kelebihan dan kekurangan bahan restorasi all porcelen ................. 7
2.7 Indikasi dan kontraindikasi mahkota jaket ...................................... 7
2.8 Tahapan pembuatan mahkota jaket di klinik ................................... 8
2.9 Teknik pemilihan warna .................................................................. 9
2.10 Prosedur preparasi dan Jenis Finishing Line ................................... 10
2.11 Bahan sementasi yang sesuai dengan kasus ..................................... 12
2.12 Prosedur pemasangan gigi tiruan sementara .................................... 13
2.13 Prosedur sementasi dan insersi sementara serta tetap ...................... 14
2.14 Instruksi dan follow up care pada pasien ......................................... 15
2.15 Alternatif perawatan ......................................................................... 16
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 17
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diskolorasi secara umum diartikan sebagai perubahan warna pada gigi. Penyebab
perubahan warna gigi berdasarkan sumbernya dibagi menjadi eksogen dan endogen.
Diskolorasi eksogen disebabkan oleh substansi dari luar gigi dan sering disebabkan kebiasaan
minum minuman berwarna yang berkepanjangan seperti teh, kopi, sirup dan merokok.
Diskolorasi endogen sumbernya berasal dari dalam gigi, didapat dari sumber lokal maupun
sistemik. Faktor lokal dapat disebabkan karena pedarahan akibat trauma, kesalahan prosedur
perawatan gigi, dekomposisi jaringan pulpa, pengaruh obat-obatan dan pasta pengisi saluran
akar, dan pengaruh bahan-bahan restorasi. Perubahan warna yang terjadi mengenai bagian
dalam struktur gigi selama masa pertumbuhan gigi dan umumnya perubahan warna terjadi di
dalam dentin sehingga relatif sulit dirawat secara eksternal. Gigi berubah warna yang tidak
estetik terutama di daerah anterior menjadi penyebab kekhawatiran bagi pasien. Pasien yang
sadar akan gigi berubah warna mungkin akan mengalami kehilangan kepercayaan diri dan
kecemasan sosial karena gigi mereka yang tidak sempurna. Dental estetik mengalami
perkembangan yang maju sekarang ini. Pasien lebih memilih bahan-bahan sewarna gigi untuk
merestorasi ataupun mengganti giginya yang rusak atau hilang. Begitu juga dengan keinginan
untuk memiliki warna gigi yang lebih terang atau putih untuk keestetisannya. Mahkota jaket
all-porcelain bisa menjadi solusi terhadap masalah gigi berwarna. Terkadang tidak mungkin
untuk membuat senyum estetika hanya melalui restorasi. Bersamaan dengan prostesis,
penting untuk mempertimbangkan distribusi gigi yang benar dan juga mempertahankan rasio
lebar terhadap tinggi sehingga hasil akhirnya estetik dan menyenangkan mata. Bahan
restorasi mahkota jaket yang memiliki nilai estetik terbaik saat ini yaitu all porcelain.
Restorasi porselen penuh adalah restorasi tidak langsung dengan substruktur porselen sebagai
dasar yang dilapisi oleh jenis porselen lainnya. Substruktur dasar porselen menggunakan
bahan yang lebih kuat dibandingkan bahan pelapisnya, biasanya zirkonia digunakan sebagai
dasar dan felspatik atau lithium disilikat bisa digunakan sebagai pelapisnya. Indikasi restorasi
porselen penuh adalah untuk restorasi jaket mahkota, veneer, inlay, dan onlay. Perkembangan
bahan restorasi porselen penuh membuatnya menjadi pilihan restorasi tidak langsung yang
estetik. Penambahan bahan seperti alumina dan zirkonia dapat meningkatkan sifat
mekanisnya sehingga dapat juga dijadikan pilihan untuk restorasi yang memerlukan tahanan

1
terhadap gaya kunyah yang tinggi. Bahan restorasi ini digunakan karena memiliki beberapa
keuntungan antara lain hasil yang menyerupai gigi asli dengan translusensi yang baik, tidak
menimbulkan alergi, memiliki biokompatibilitas yang baik, dapat dikoreksi kembali, dan
dapat menghilangkan diastema.

1.2 Skenario

Seorang perempuan berusia 31 tahun, pekerjaan sebagai customer service pada bank
swasta, datang ke RSGM Unhas dengan keluhan tambalan gigi depan berubah warna. Pasien
ingin memperbaiki penampilan gigi depannya agar dapat bertahan lama. Pemeriksaan
intraoral gigi 11 sudah ditambal dengan komposit aspek mesial distal dan sudah berubah
warna. Pemeriksaan rontgen foto tidak ada kelainan periapikal. Gigi lain dalam kondisi baik.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Jelaskan anamnesis, pemeriksaan klinis dan rontgen foto!

2. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan sebelum perawatan!

3. Apa jenis restorasi yang tepat untuk kasus?

4. Bahan restorasi apa yang digunakan sesuai skenario?

5. Apa kelebihan dan kekurangan perawatan pada kasus?

6. Apa indikasi dan kontraindikasi perawatan pada kasus?

7. Bagaimana tahapan perawatan di klinik?

8. Bagaimana cara penentuan warna pada kasus di skenario?

9. Bagaimana prosedur preparasi dan tepi akhiran preparasi pada skenario?

10. Bahan sementasi apa yang cocok pada kasus?

11. Bagaimana prosedur pembuatan provisory?

12. Bagaimana tahap insersi tetap dan sementara?

13. Apa instruksi pasca perawatan dan follow up care?

2
14. Apa alternative perawatan pada kasus?

1.4 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makala ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui langkah pemeriksaan penegakan diagnosis

2. Memahami hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum perawatan

3. Menganalisa jenis restorasi yang tepat untuk kasus

4. Menganalisa bahan restorasi yang cocok digunakan sesuai skenario

5. Menganalisa kelebihan dan kekurangan perawatan pada kasus

6. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi perawatan pada kasus

7. Memahami tahapan perawatan di klinik

8. Memahami cara penentuan warna pada kasus di skenario

9. Mengetahui prosedur preparasi dan tepi akhiran preparasi pada skenario

10. Mengetahui bahan sementasi yang cocok pada kasus

11. Memahami prosedur pembuatan provisory

12. Memahami tahap insersi tetap dan sementara

13. Mengetahui instruksi pasca perawatan dan follow up care

14. Menganalisa alternatif perawatan pada kasus

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prosedur Pemeriksaan1


a) Anamnesis (pemeriksaan subjektif)
1) Identitas pasien meliputi nama, umur,jenis kelamin alamat dan pekerjaan pasien.
Hal ini di perlukan bila sewaktu dokter gigi menghububgi pasien pasca
tindakan. Pada skenario diketahui
 Jenis kelamin : perempuan
 Usia : 31 tahun
 Pekerjaan : costumer servis
 Keluhan utama

Berkaitan dengan apa yang di keluhkan pasien dan alasan pasien ke dokter gigi,
pada skenario diketahui pasien mengeluhkan tambalan gigi depan berubah
warna.

2) Riwayat dental
Apakah pasien pernah berkunjung atau melkukan perawatan di dokter gigi
sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan umum
Pemeriksaan ini penting di lakukan sebelum melakukan perawatan untuk
menentukan apakah ada tindakan pencegahan khusus yang di perlukan.
Pemeriksaan yang di maksud seperti riwayat penyakit sistemik, alergi obat, dan
bad habbit .
b) Pemeriksaan objektif
1) Ekstraoral
Pemeriksaan TMJ dan evaluasi oklusal
Sebelum mengawali prosuder prosthodonsi cekat, oklusi pasien dan TMJ
harus di evaluasi untuk ,menentukan cukup sehat untuk di buatkan restorasi
pemeriksaan TMJ dilakukan dengan palpasi TMJ pasien saat membuka dan
menutup mulut untuk mendekteksi adanya tanda-tanda disfungsi. Palpasi
singkat pada otot masetter, temporalis, pterygoid medial, trapesius dapat
emnunjukan rasa sakit dan keterbatasan pasien membuka mulut.

4
2) Intra oral
Periksa gingiva yang melekat dan mengelilingi gigi terutama yang akan di
restorasi dengan mahkota. Gigi yang akan dijadikan penyangga dan kurang
memiliki jaringan gingiva yang cekat merupakan pilihan yang buruk untuk
restorasi mahkota, karna krmungkinan terjadinya radang kronis cukup tinggi
akibat respon dari ketidakteraturan tepi pda mahkota.
c) Pemeriksaan penunjang
1) Radiografi

Gambaran radiografi merupakan bagian akhir dari prosedur diagnostik,


memeberikan informasi dari dokter gigi yang membantu menghubungkan
semua realita fakta yang telah di kumpulkan sewaktu mendengar pasien,
memeriksa mulut, dan mengevaluasi model diagnostik.

Pemeriksaan meliputi ada nya tanda-tanda lesi periapikal, kualitas


perawatan endo, tinggi tulang alveolar secara umum khususnya calon gigi
penyangga, rasio mahkota gigi penyangga dan akar di perhitungkan, panjang
konfigurasi dan arah akar, pelebaran ruang membran periodontium dan
ketebalan tulang.

2.2 Hal yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan2,3

1) Keadaan umum: seseorang penderita yang kesahatannya buruk, sebaliknya


dihindarkan dari suatu perawatan yang makan waktu panjang
2) Jenis kelamin: pada umumnya wanita cenderung lebih memperhatikan faktor estetik
dari pada pria .
3) Usia : pada pembuatan gigi tiruan cekat biasanya di indikasikan pada usia sekitar 20-
55 tahun. Karena pada usia 20 tahun memiliki insidensi karies yang tinggi dan
pertumbuhan gigi belum sempurna untuk mendapatkan garis akhir preparasi.
4) Sosial ekonomi: sering kali perawatan yang tepat dianggap perawatan yang ideal
pula .pada hal ,secara praktis harus dilihatjuga kemapuan pembiayaan perawatan
penderita .biala pembiayaan pembuatan GT serta pemeriksaan penunjang lainnya
berada diluar kemampuan pasien
5) Keadaan rongga mulut untuk meningkatkan keberhasilan perawatan

5
2.3 Hubungan jenis kelamin, usia dan pekerjaan terhadap perawatan yang akan
diberikan2,3

Hubungan jenis kelamin dengan perawatan yang diberikan pada pasien, yaitu pada
perempuan biasanya lebih mengedepankan estetik dibandingkan laki-laki. Usia dari pasiien
juga harus menjadi konsiderasi untuk ditentukannya perawatan yang akan diberikan karena
ada usia yang tidak sesuai dengan suatu jenis bahan restorasi, usia juga dijadikan
pertimbangan jika usia pasien masih muda misalkan pada dewasa muda memiliki ruang pulpa
yang cukup besar sehingga dapat mengakibatkan rasa sakit dan iritasi apabila terjadi
pengambilan jaringan yang berlebih. Sedangkan pekerjaan bergantung dengan ketuntutan
pekerjaan pekerjaan yang banyak berinteraksi dengan publik seperti pada skenario pasti
memiliki kebutuhan estetik yang tinggi.

2.4 Jenis restorasi yang digunakan17

Pilihan perawatan yang dipilih untuk merestorasi kembali tambalan gigi pasien yang
berubah warna pada aspek mesial-distal adalah mahkota jaket. Alasan pemilihan mahkota
jaket sebagai restorasi yang tepat untuk kasus pada scenario karena seperti yang diketahui
bahwa mahkota jaket dapat memperbaiki sebagian atau seluruh mahkota gigi yang
mengalami kerusakan/kelainan dan dipasang secara permanen pada gigi yang telah disiapkan.
Mahkota jaket dapat mengembalikan bentuk dan kontur gigi, fungsi gigi, serta melindungi
struktur gigi yang tersisa dari resiko kerusakan lebih lanjut. Selain itu juga dapat
mengembalikan fungsi estetik, mengingat pasien pada scenario merupakan seorang
perempuan, usia produktif dan bekerja sebagai customer service yang menuntut untuk
tersenyum setiap saat dan sering bertemu dengan orang banyak sehingga faktor estetik harus
diperhatikan.

2.5 Jenis bahan restorasi yang digunakan18

Restorasi mahkota penuh dapat terdiri dari porselen fused to metal (PFM) dan all
porselen. Namun kekurangan PFM yakni harus ditutupi lapisan opaque untuk menutup warna
keabua-abuan dari logam restorasinya sehingga menghasilkan keterbatasan dalam bidang
estetik karena kurangnya translusensi dari restorasi. Selain itu dibandingkan dengan all
poselen menurut Diab (2018) PFM lebih menyebabkan kerusakan periodontal dibandingkan
dengan all porselen.1,2 Sehingga bahan untuk mahkota yang dipilih yakni all porselen karena
lebih estetik dan lebih menjaga kesehatan periodontal.

6
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Bahan Restorasi all porcelen4,5

Kelebihan:

a) Memiliki estetik paling baik


b) Sifat mekanis dan fisis baik
c) Translusensi baik
d) Dapat mencegah terjadinya abrasif pada gigi antagonis
e) Induksi termal yang baik
f) Tidak terpengaruh cairan rongga mulut
g) Biokompatibilitas baik
h) Isolator panas yang baik
i) Titik leleh tinggi
j) Bisa digunakan pada gigi anterior dan posterior

Kekurangan:

a) Tidak bersifat konservatif


b) Rapuh
c) Susah diasah
d) Kekerasan terhadap fraktur rendah
e) Jika ada porositas akan rapuh
f) Ketidaknyamanan pasien pada gigi vital
g) Garis kehitaman akibat sisa logam
h) Jika dibakar massa akan menyusut
i) Mahal

2.7 Indikasi dan Kontraindikasi Mahkota Jaket6,7

Indikasi mahkota jaket:


a) Gigi dengan kerusakan yang parah
b) Trauma primer
c) Tooth wear
d) Kondisi hipoplastik
e) Gigi non-vital
f) Mengoreksi bentuk, ukuran dan inklinasi gigi
g) Memperbaiki oklusi

7
h) Sebagai bagian dari restorasi lain

Kontra indikasi mahkota jaket:

a) Pasien yang sangat muda dan yang sangat tua, berhubungan dengan kondisi ruang
pulpa yang besar.
b) Jarak interoklusal terbatas, dalam kasus mahkota klinis pendek, deep overbite, edge
to edge ataudengan gigi lawan yang super-erupsi.
c) Tekanan oklusal berat, berhubungan dengan sifat material yang rapuh dan sifatnya
yang abrasifpotensial, restorasi keramik harus dihindari pada pasien dengan
kebiasaan parafungsi seperti bruxism.
d) Tidak mampu memelihara daerah kerja tetap kering, restorasi keramik membutuhkan
kontrol kelembaban yang baik saat sementasi mereka untuk memastikan hasil yang
optimal.

2.8 Tahapan Pembuatan Mahkota Jaket di Klinik7,8

1. Pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, dan pemeriksaan penunjang radiografi


2. Pemilihan warna
a) Kondisi lingkungan sekitar berpengaruh terhadap persepsi operator maka perlu
dikontrol ruangan praktek, sinar lampu, latar pakaian
b) Shade guide sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang digunakan
c) Warna sesuaikan dengan gigi tetangga
3. Preparasi gigi
4. Retraksi marginal gingiva
5. Pencetakan teknik double impression

Bahan cetak : heavy body sebagai cetakan pertama untuk individual tray

Light body sebagai cetakan kedua untuk mendapat detail cetakan

a) Dilakukan pencetakan dengan putty, setelah mengeras keluarkan dari mulut


pasien, daerah target dipotong/dikerok sekitar 2mm
b) Aduk base dan katalis (light body) 1:1 masukkan pada daerah yang sudah dikerok
dan cetak lagi gigi yang bersangkutan
c) Keluarkan sendok cetak dan cuci dengan desinfektan
6. Pemasangan dan sementasi mahkota sementara

8
7. Sementasi mahkota definitif dari lab

2.9 Teknik Pemilihan Warna2

Tiga karakteristik warna adalah Hue, Kroma dan value. Hue adalah kualitas yang
membedakan satu warna dari warna lainnya. ini adalah nama warna seperti mera, biru atau
kuning. chroma adalah saturasi intensitas atau keksaturasie. sebagai contoh merah dan pink
mempunyai hue yang sama namun saturasi yang berbed. merah mempunyai kroma yang
tinggi sementara pink yang sesungguhnya adalah merah pucat yang mempunyai croma yang
rendah. Value (brightness) atau kejernihan adalah jumlah relatif dari terang atau gelap
dalam suatu hue. value adalah karakteristik warna yang paling penting dalam pemilihan
warn. operator tidak mungkin memiliki warna yang persis dengan shade guide, sebaliknya
dipilih warna yang lebih mudah karena bisa dipergelap dengan lebih mudah ke value yang
lebih rendah sementara gigi yang gelap tidak mungkin diberikan warna lebih muea untuk
(value lebih tinggi) tanpa menimbulkan opasitas. berikut adalah urutan pemilihan shade:

a. Pencocokan shade harus selalu dilakukan sebelum preparasi gigi yang akan direstorasi
b. Pasien harus diminta untuk menanggalkan semua riasan atau benda-benda yang dapat
mengalihkan perhatian sebelum penyesuaian warna seperti lipstik, benda seperti
kacamata atau anting-anting.
c. Gigi harus dibersihkan dan tidak boleh bernoda warna sebelum dilakukan pemilihan
shade dengan Cup atau pasta profilaksis.
d. Pasien duduk pada Posisi tegak dengan mulut setinggi mata operator. Operator berdiri
di antara pasien dan sumber cahaya.
e. Pengamatan harus dilakukan dengan cepat (+- 5 detik) untuk mencegah kelebihan
retina.
f. Jika ada dua shade tab yang mirip dan tidak dapat diputuskan yang mana yang akan
digunakan Letakkan kedua tab ini pada kedua Sisi gigi yang akan disesuaikan
warnanya
g. Jika tidak ada shade tab dengan kemiripan yang baik, bagian gingiva shade tab harus
disesuaikan dengan bagian gigiva gigi.
h. Proses penyesuaian diselesaikan dengan membandingkan segmen insisal tab yang
hampir mendekati bagian insisal gigi.

9
2.10 Prosedur Preparasi dan Jenis Finishing Line9

a. Prosedur preparasi

Alat yang dibutuhkan:

a) Bur diamond taper, ujung bulat, runcing, kekasaran regular seperti pasir (0,8
mm)
b) Bur diamond taper, ujung square, berlian meruncing, kekasaran regular (1.0
mm)
c) Bur diamond bentuk bulat
d) Finishing stone dan karbida
e) Mirror
f) Probe periodontal
g) Eksplorer
h) Chisel dan hatchet
i) Handpieces kecepatan tinggi dan rendah.

Prosedur :

a) Tempatkan tiga alur di tepi insisal, awalnya menjaga sekitar kedalaman 1,3
mm untuk memungkinkan pengurangan tambahan struktur gigi saat fi nishing.
Alur berorientasi tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi antagonis untuk
memberikan dukungan yang memadai untuk mahkota porselen.
b) Pengurangan insisal selesai, mengurangi setengah permukaan sekaligus dan
memverifikasi pengurangan setelah selesai.
c) Setelah menempatkan alur, kurangi permukaan fasial atau permukaan bukal
dan memverifi kasi bahwa terdapat pengurangan memadai 1 mm dari
ketebalan porselen. Salah satu alur ditempatkan di tengah dinding fasial, dan
masing-masing di garis transisi sudut mesiofasial dan distofasial.
d) Penurunan tersebut kemudian dilakukan dengan komponen paralel servikal
untuk disesuaikan dengan jalan penarikan dan komponen insisal sejajar dengan
kontur asli dari gigi. Kedalaman alur ini harus kira-kira 0,8 mm untuk
memungkinkan finishing. Pengurangan tersebut dilakukan pada setengah
permukaan fasial sekaligus.

10
e) Lakukan pengurangan besar dengan bur diamond tapered ujung bulat (yang
akan menghasilkan margin chamfer). Pastikan untuk menjaga irigasi
berlebihan di seluruh
f) Gunakan bur diamond berbentuk bola untuk pengurangan lingual setelah
menempatkan alur sekitar 0,8 mm. Pengurangan lingual dilakukan sampai
clearance 1 mm di semua gerakan ekskursif mandibula telah diperoleh. Ruang
memadai harus ada untuk porselen di semua daerah.
g) Setelah jalan penarikan yang dipilih telah dipindahkan dari dinding servikal
dari preparasi fasial, tempatkan alur pada dinding tengah cingulum.
h) Ulangi preparasi bahu, kali ini dari pusat dinding cingulum ke proksimal,
sampai bahu lingual bertemu bahu fasial. Margin ini harus mengikuti puncak
gingiva bebas dan tidak harus diperpanjang terlalu jauh subgingiva.
i) Untuk margin subgingiva, memindahkan jaringan dengan pita sebelum
melanjutkan dengan preparasi chamfer. Tujuan utama adalah untuk
mengarahkan tekanan optimal langsung pada restorasi porselen yang selesai.
Hal ini dilakukan ketika margin chamfer atau bahu bulat sepenuhnya
mendukung mahkota; maka setiap kekuatan yang diberikan pada mahkota
akan berada dalam arah sejajar dengan jalurnya penarikan.
j) Sudut cavosurface 90 derajat adalah optimal. Perawatan harus dilakukan, akan
tetapi, tidak ada sisa email yang tidak didukung yang diabaikan, karena
mungkin bisa pecah. Chamfer yang selesai harus 1 mm lebarnya, halus,
kontinyu, dan bebas dari ketidakteraturan.
k) Selesaikan preparasi permukaan untuk kehalusan akhir seperti yang dijelaskan
untuk preparasi gigi lainnya. Pastikan untuk membulatkan sudut garis yang
tajam untuk mencegah tindakan aksi wedging, yang dapat menyebabkan
fraktur.
l) Lakukan penghalusan margin tambahan yang diperlukan, menggunakan bur
diamond dan hasil akhir preparasi.

11
m) Tepi akhiran preparasi pada skenario yaitu shoulder edge untuk restorasi
mahkota all porcelain. Dengan sudut cavosurface 90o . Finish line dibuat
dengan bur flat end tapered diamond.

2.11 Bahan Sementasi yang sesuai dengan kasus2,10

Adapun bahan sementasi yang tersedia adalah zinc fosfat, seng siliko fosfat,
polikarbosilat , glass ionomer, semen resin. Namun tidak ada jenis semen yang sifatnya
unggul di segala hal.

a. Zinc fosfat
Memilki kekuata kompresif tinggi yani 96-110 Mpa dan memiliki pH 3.5 pada saat
penyemenan sehingga dianggap dapat mengiritasi pulpa, pemberian vernis dapat
mengurangi iritasi pulpa tai dapat juga mengurangi retensi.
b. Polikarbosilat
Memilki kekuatan regangan yang lebih tinggi dari zinc fosfat. Tapi kekuatan
kompresif jauh lebih rendah. pHnya juga rendah yakni 4,8.
c. Glass ionomer
Mengandung fluor 10-60%. Kekuatan komprensif 127 Mpa dan kekuatan regangan 8
mpa. Ikatannya baik .selama pengerasan , ph glass ionomer lebih rendah disbanding
zinc fosfat.
d. Semen resin
Hampir tidak larut dalam air, kekuatan regangan tinggi membuat semen ini
bermanfaat untuk pengikatan mikromekanis dari veneer keramik. Baik jika digunakan

12
untuk porselen. Tapi kekurangannya dapat menimbulkat kebocoran tepi, dan reaksi
pulpa yang parah jika diaplikasikan pada dentin yang terpotong. Tapi bahan bonding
dentin dapat mengurangi respon pulpa dan mengurangi kebocoran mikro. Semen
berbasis resin dapt mengurangi kebocorn mikro pada porselen, estetik bagus.

Pada kasus dalam skenario, sesuai dengan pilihan perawatan yakni retorasi mahkota jaket
dengan bahan all porselen, maka jenis sementasi yang paling tepat untuk digunakan adalah
semen resin komposit karena mahkota yang dietsa secara internal dan dibonding dengan
semen resin komposit terbukti 50% lebih kuat dibanding mahkota serupa yang disemen
dengan semen seng posfat konvensional. Tindakan ini tidak saja memberi retensi dan
pengendalian warna yang lebih baik tetapi juga membuat bahan keramik tidak begitu rentan
terhadap fraktur daripada jika disemen dengan semen non resin. Pilihan bahan sementasi lain
yang dapat digunakan untuk sementasi mahkota berbahan porselen selain semen resin
komposit adalah semen zinc posfat dan glass ionomer.

2.12 Prosedur pemasangan gigi tiruan sementara (restorasi provisional)11.12

Penggunaan mahkota rstorasi sementara ini biasanya digunakan selama 1 atau 2 minggu
menunggu prosedur laboratorium mahkota tetap selesai. Terdapat dua jenis restorasi cekat
sementara, yang sudah jadi (performed crowns) atau yang dibuat sendiri (fabricated crowns).
Restorasi cekat yang sudah jadi biasanya hanya berupa mahkota tiruan sementara, dimana
untuk gigi gigi depan digunakan polycarbonate crowns dan Cellulolose acetat crowns,
sedangkan untuk gigi belakang berupa aluminium shell, aluminium anatomic atau tin silver
anatomic.

Untuk jenis fabricated crowns atau gigi tiruan sementara yang dibuat sendiri itu dua
macam bahan, yaitu jenis resin akrilik tipe autopolymerized acrylic/ self cured acrylic) dan tipe
akrilik yang mengeras dengan pemanmasan ( heat cured acrylic). Untuk jenis restorasi
sementara dalam keperluan praktis digunakan jenis akrilik autopolymerized acrylic/ self cured
acrylic, namun untuk jenis restorasi sementara yang akan digunakan dalam cakupan waktu
cukup panjang biasanya digunakan jenis heat cured acrylic.

Untuk jenis restorasi cekat sementara tipe sediaan, biasanya sementasi dilakukan dengan
menggunakan bahan sementasi sementara, seperti seng fosfat. Hal ini bertujuan agar nantinya
mahkota sementara dapat dilepas dengan mudah, saat insersi tetap mahkota aan dilakukan.

13
Untuk tipe fabricating dengan menggunakan teknik direk atau langsung dalam mulut
pasien, prosedur pembuatan adalah:

a) Pembuatan atau pencetakan bahan rstorasi sementara dilakukan dengan menggunakan


panduan kerangka (matrix) dari alginate atau silicon yang telah dipersiapkan sebelum
gigi dipreparasi.
b) Lubrikasi gigi yang telah dipreparasi dengan menggunakan petroleum jelly.
c) Resin akrilik autopolimerisasi dicampur dan tunggu hingga konsistensi akrilik berada
pada tahap dough stage.
d) Matrix berserta resin akrilik ditempatkan kembali (reseat) pada gigi yang telah diulasi
bahan separasi, tekan matrix hingga kelebihan bahan keluar dan gigi provisional
tercetak, buang kelebihan bahan. Pada proses ini kondisi bahan masih dalam tahap
dough stage agar pembuangan bahan berlebih dapat dilakukan segera.
e) Rekaman resin akrilik, dilepas setelah mengeras, namun sebelum polimerisasi
sempurna untuk menghindari efek panas eksotermik dari proses self-curing bahan.
f) Setelah polimerisasi selesai , permukaan catatan resin dianalisis, rapikan, teliti tepi
servikal, titik kontak serta oklusi dan artikulasi.
g) Lakukan finishing dan polishing.
h) Sementasi gigi tiruan sementara dengan menggunakan bahan sementasi sementara
seperti Seng Phosfat Cement.
i) Intruksi pasien datang setelah mahkota tetap jadi (sekitar 1 minggu)

2.13 Prosedur Sementasi dan Insersi Sementara serta Tetap13

Restorasi sementara dianjurkan agar psien dan dokter gigi dapat menilai fungsi dan
tampilan dari gigi tiruan. Namun, sementasi sementara ini harus diperhatikan dengan hati-
hati. Di satu sisi, pelepasan sementasi sementara untuk sementasi definitif mungkin sulit,
bahkan menggunakan semen zinc oxide-eugenol (ZOE). Untuk menghindari masalah ini,
semen sementara dapat dicampur dengan sedikit petroleum jelly. Agen luting yang
dimodifikasi hanya diaplikasikan pada margin restorasi untuk menutupnya dan
memungkinkan pelepasannya tanpa kesulitan. Di sisi lain, sementasi sementara dapat lepas
selama fungsikan. Jika satu unit lepas, hal itu bisa menyebabkan pasien malu atau tidak
nyaman. Jika satu penyangga dari fixed dental prosthesis (FDP) lepas, konsekuensinya bisa
lebih parah. Jika pasien tidak segera kembali untuk melakukan resementasi, karies dapat
berkembang dengan sangat cepat. Sementasi sementara tidak boleh dilakukan kecuali pasien

14
diberikan instruksi yang jelas tentang tujuan prosedur, durasi sementasi uji coba yang
dimaksud, dan pentingnya kembali jika abutment longgar atau lepas. Jika melepaskan
sementasi semntara sulit, penggunaan alat pelepas mahkota seperti CORONAflex
direkomendasikan.

Prosedur Sementasi Tetap:

a) Bersihkan gigi dengan pumice dan air (atau klorheksidin). Isolasi gigi dengan rubber
dam atau displacement cord.
Luting agent untuk sementasi sementara restorasi yang mengandung ZOE harus
dihilangkan sebelum bonding resin, karena eugenol menghambat polimerisasi resin.
Membersihkan dengan pumice meninggalkan residu ZOE yang bercampur dengan
pumice yang dapat menghambat ikatan bonding.

Etsa dengan asam fosfat 37% setelah dibersihkan dengan pumice merupakan cara
terbaik untuk menghilangkan ZOE.

b) Evaluasi restorasi dengan gliserin atau pasta try-in. Evaluasi fitness, warna, dan arah
insersi.
c) Bersihkan restorasi secara menyeluruh dengan air. Gunakan aseton jika resin luting
digunakan untuk memeriksa shade saat evaluasi. Keringkan restorasi.
d) Etsa restorasi.
e) Asam etsa enamel; Asam fosfat 37% umumnya digunakan dan didiamkan selama 20
detik. Bilas sampai bersih dan keringkan.
f) Oleskan selapis tipis bonding resin untuk persiapan. Ratakan dengan udara ringan.
Jangan polimerisasi lapisan ini, karena dapat mengganggu seating restorasi.
g) Oleskan luting agent pada restorasi; hati-hati agar tidak ada udara.
h) Posisikan restorasi dengan pelan, hilangkan luting agent berlebih dengan instrumen.
i) Tahan restorasi pada tempatnya sambil light-curing.
j) Gunakan dental tape untuk menghilangkan resin dari margin interproksimal sebelum
curing area ini.
2.14 Instruksi dan follow up care pada pasien14,15

a) Pasien diminta untuk menggunakan gigi yang setelah direstorasi secara hati hati
b) Harus menghindari makan makanan yang keras terlebih dahulu
c) Pemeliharaan:

15
d) Memperhatikam kebersihan mulut dengan baik seperti menggunakan dental floss
setelah sikat gigi
e) Dapat menggunakan obat kumur yang tidak pekat jika ada rasa sensitivitas
f) Lakukan kunjungan secara teratur untuk evaluasi
g) Jika ada rasa sakit maka segera laporkan pada dokter
h) Sikat gigi 2 kali sehari dan gunakan dental floss untuk membersihkan plak
i) Pastikan untuk melakukan kontrol rutin ke dokter gigi

2.15 Alternative Perawatan16

Dapat dilakukan perawatan restorasi direct kembali menggunakan bahan komposit pada
gigi tersebut. Namun, tingkat daya tahan restorasinya mungkin tidak akan sama apabila
menggunakan restorasi mahkota jaket terutama jika dilihat dari skensriokrusakan yang terjadi
pada aspek mesiodistal. Bentuk restorasi giginya pun secara fungsional tidak sempurna
mahkota jaket yang dirancang dan dibuat sedemikin rupa di laboratorium. Akan tetapi,
keuntungan dari perawatan ini adalah biaya lebih murah dan hanya satu kali kunjugan,
sedangkan mahkota jaket memerlukan beberapa kali kunjungan.

Selain hal tersebut di atas, dapat pula dilakukan perawatan yang sama yaitu jaket crown,
namun dengan bahan yang berbeda, yaitu porcelain fused to metal dan akrilik. Mahkota PFM
memilik nilai estetik yang memuaskan, lebih resisten terhadap fraktur dan keausan, tetapi
sering terjadi retakan atau chipping pada permukaan , preparasinya membutuhkan
pengurangan struktur gigi yang banyak. Dapat menyebabkan inflamai gingiva dan terlihat
bayangan gelap pada makota akibat adanya lapisan logam di dalamnya.

Mahkota berbahan akrilik juga dapat menjadi pilihan perawatan lain karena mempunyai
nilai estetik yang cukup baik, pembuatannya sederhana dan harganya relative murah. Namun,
akrilik merupakan bahan yang tidak keras dan tidak tahan kikisan, sehingga mahkota mudah
kehilangan bentuk atau kontur akibat abrasi dan atrisi.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu perawatan yang dapat dilakukan untuk merawat gigi yang mengalami
perubahan warna adalah dengan restorasi mahkota jaket. Restorasi
mahkota jaket merupakan restorasi indirect yang melapisi gigi anterior maupun posterior
dengan berbagai indikasi diantaranya adalah fraktur gigi, diskolorasi gigi, perubahan bentuk
anatomi gigi, penutupan diastema, dan pasca perawatan saluran akar. Bahan restorasi
mahkota jaket yang memiliki nilai estetik terbaik saat ini yaitu all porcelain. Bahan restorasi
ini digunakan karena memiliki beberapa keuntungan antara lain hasil yang menyerupai gigi
asli dengan translusensi yang baik, tidak menimbulkan alergi, memiliki biokompatibilitas
yang baik, dapat dikoreksi kembali, dan dapat menghilangkan diastema. Mahkota jaket
all porcelain juga memiliki kekurangan antara lain proses preparasi yang sulit dan biaya yang
kurang terjangkau.

3.2 Saran

Pada era sekarang masyarakat lebih cenderung memerhatikan tentang estetika, termasuk
estetika dari giginya. Namun masih banyak masyarakat yang belum paham dan mengerti
tentang perawatan estetik di dunia Kedokteran gigi, ditambah dengan biayanya yang kurang
terjangkau. Di zaman yang makin berkembang ini, diharapkan adanya bahan restorasi gigi
yang baik pada segi kekuatan, estetika, fungsional, dan dengan biaya yang cukup terjangkau.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Qia
2. Talus et all. Factors Infuencing the choice of dental material and procedure for crown
restoration of posterior teeth . Design of a decisionguide. 2016:2(3);145-6
3. Shillingburg HT. Fundamental Prostodontik Cekat. Suzan E, Alih Bahasa. Ed. 4.
Jakarta:EGC; 2016. Pp. 69; 428-32,406-7
4. Christensen, G. J., 2007, Choosing an All-ceramic Restorative Material: Porcelain Fus
ed to Metal or Zirconia Based, Journal of American Dental Association, 138:662-665.
5. Smith BGN. Planning and Making Crowns and Bridge. 3rd Ed. The UK:Martin Dunit
s Ltd. 1998. p.25
6. Soratur SH. Essentials of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers; 2006. H. 173,
174
7. Smith BGN, Howe LC. Planning and making crowns and bridge. 4th Ed. London:
2007. Pp. 135-67,3,5,7,11,54
8. Bakar A. Kedokteran gigi klinis. Yogyakarta : Quantum Sinergis Media: 2012 hal 84-
85
9. Thalib B. Perawatan Gigi Fraktur dengan Mahkota. PT.Gakken Health and Education
Indonesia. Hlm: 4-6.
10. Susianawati YN, indraastuti M, dipoyono HM.pengaruh desainpreparasi finishing line
dan semen resin terhadap kebocoran mikrocoping logam gigi tiruan cetat. J. ked gi.
2016;7(2)
11. Lesmana RA. Restorasi Cekat Sementara yang Diperkuat Untuk Pemakaian Jangka
Pnajang. JKGUI Volume 6 (2); 1999
12. Regish KM, Sharma Deekha, Prithviraj R. Technique of Fabricating of Provisional
Restoratin: An Overview. Internationak Journal of Dentistry; 2011
13. Rosenstiel, Land, Fujimoto. Contemporary fixed prosthodontics. 4th ed. St Louis:
Mosby Elsevier; 2006. P 909-23.
14. Nallaswamy D. Textbook of prosthodontik. Jaypeee. 2003.p.678-9
15. Jhonson J. Crown. American dental association. 2018.
16. Amalia EA, Kusuma HA, Wahyuningtya E. Perbedaan Ketahanan Fraktur Mahkota
Zirkonia-Porselen Dan Porcelain Fused To Metal Dengan Finishing Line Chamfer
Dan Shoulde. J.Ked Gi. 2015 ; 6 (3); 279.

18
17. Zarone F, Russo S, Sorrentino. From porselen fused to metal to zirconia:clinical and
experimental consideration. Dental materials 2011: 27(1):83-96
18. Diab H. Effect of full ceramic crown versus ceramic fused to metal crown on
periodontal tissues health. EC Dental Science 2018:17(7):1

19

Anda mungkin juga menyukai