Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MODUL I

“TAMBALAN GIGI BERUBAH WARNA”

Kelompok 8

NURFADILLAH PANGGALO (J011171023)


MAULFI AMANDA MUKTAR (J011171024)
A. MUH FERDIAN ALFARABI (J011171025)
MICHELLE ANASTASIA PASAMBE (J011171329)
REZKY PANGESTU AJI (J011171330)
MOHAMMAD RESKYASRI PUTRA (J011171331)
RADEN PUTRA SANJAYA (J011171332)
FIRDAYASA RASYID THAHA (J011171529)
NURUNNISA YUSTIKARINI (J011171530)
ANDI AINUL QALBI MUTMAINNA ISHAK (J011171531)
NURFADHILAH BUDIANTO (J011171532)
ALYA KHAERUNNISA I DAY (J011171541)

Tutor : drg.Vinsensia Launardo, Sp. Pros

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tim penulis dapaT
menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang berjudul “Tambalan Gigi Berubah Warna” ini disusun dalam
rangka mengikuti tutorial Blok Gnatologi 2 tahun 2020. Disadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini tim penulis banyak menemukan kendala-kendala, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu terciptanya
makalah ini.

“Tak ada gading yang tak retak”, oleh karenanya kami mohon maaf apabila
terdapat kekeliruan dalam makalah ini. Kritik dan saran yang sifatnya membangun,
demi penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 26 Maret 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar belakang ................................................................................. 1
1.2 Skenario ........................................................................................... 2
1.3 Rumusan masalah .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Jenis Gigi Tiruan Cekat (GTC) ........................................................ 3
2.2 Prinsip Preparasi GTC ..................................................................... 4
2.3 Tahapan Pemeriksaan Yang Dilakukan Untuk Menegakkan
Diagnosis ......................................................................................... 4
2.4 Penyebab Tambalan Berubah Warna ............................................... 6
2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Mahkota Penuh ................................... 6
2.6 Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Perawatan............................ 7
2.7 Hal Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Pemilihan Bahan .......... 8
2.8 Rencana Perawatan .......................................................................... 8
2.9 Kelebihan dan Kekurangan GTC ..................................................... 9
2.10 Penentuan Warna GTC .................................................................... 10
2.11 Prosedur Pembuatan GTC (Restorasi dan Insersi) ........................... 11
2.12 Kegagalan yang Dapat Terjadi pada Pembuatan GTC..................... 12
2.13 Instruksi Pasca Insersi GTC ............................................................. 14
2.14 Prognosis .......................................................................................... 14
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resin komposit merupakan salah satu bahan restorasi yang saat ini populer
digunakan oleh dokter gigi dan banyak dipilih oleh pasien. Perubahan warna yang terjadi
pada resin komposit dapat disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor Intrinsik
berasal dari resin itu sendiri seperti perubahan matriks resin, interfase matriks dengan
bahan pengisi, dan besar kecinya partikel pengisi. Untuk faktor ekstrinsik disebabkan oleh
absorbsi bahan pewarna dari sumber-sumber eksogen seperti teh, kopi, nikotin, minuman
berkarbonasi, obat kumur dan wine. Faktor intrinsik juga meliputi faktor diet, oral hygiene
dan kehalusan permukaan restorasi dan sifat fisik resin yang menyerap air.
Gigi yang berubah warna atau yang warnnanya berbeda dari gigi yang lainnya
menjadi kelihatan tidak estetik terutama di daerah anterior. Hal ini menjadi penyebab
kekhawatiran bagi pasien. Pasien yang sadar akan gigi berubah warna mungkin akan
mengalami kehilangan kepercayaan diri dan kecemasan sosial karena gigi mereka yang
tidak sempurna. Dental estetik mengalami perkembangan yang maju sekarang ini. Pasien
lebih memilih bahan-bahan sewarna gigi untuk merestorasi ataupun mengganti giginya
yang rusak atau hilang. Begitu juga dengan keinginan untuk memiliki warna gigi yang
lebih terang atau putih untuk menambah nilai estetika.
Mahkota tiruan penuh berbahan all-porcelain bisa menjadi solusi terhadap masalah
gigi berwarna. Terkadang tidak mungkin untuk membuat senyum estetika hanya melalui
restorasi. Bersamaan dengan prosthesis atau gigi tiruan (umumnya cekat), penting untuk
mempertimbangkan distribusi gigi yang benar dan juga mempertahankan rasio lebar
terhadap tinggi sehingga hasil akhirnya estetik dan menyenangkan mata. Bahan restorasi
mahkota tiruan penuh yang memiliki nilai estetik terbaik saat ini yaitu all porcelain.
Restorasi porselen penuh adalah restorasi tidak langsung dengan substruktur porselen
sebagai dasar yang dilapisi oleh jenis porselen lainnya. Perkembangan bahan restorasi
porselen penuh membuatnya menjadi pilihan restorasi tidak langsung yang estetik. Bahan
restorasi ini digunakan karena memiliki beberapa keuntungan antara lain hasil yang
menyerupai gigi asli dengan translusensi yang baik, tidak menimbulkan alergi, memiliki
biokompatibilitas yang baik, dapat dikoreksi kembali, dan dapat menghilangkan diastema.

1
1.2 Skenario
Seorang perempuan berusia 31 tahun, pekerjaan sebagai customer service pada bank
swasta, datang ke RSGM unhas dengan keluhan tambalan gigi depan berubah warna.
Pasien ingin memperbaiki penampilan gigi depannya agar dapat bertahan lama.
Pemeriksaan intraoral gigi 11 sudah ditambal komposit aspek mesial distal dan sudah
berubah warna. Pemeriksaan rontgen foto tidak ada kelainan periapikal. Gigi lain dalam
kondisi baik.

1.3 Rumusan Masalah


1. Jelaskan jenis-jenis GTC!
2. Jelaskan prinsip preparasi GTC!
3. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk penegakan diagnosis?
4. Apa yang menyebabkan tambalan berubah warna?
5. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari mahkota penuh?
6. Apa faktor-faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan perawatan?
7. Hal apa yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bahan restorasi?
8. Bagaimana rencana perawatan pada kasus?
9. Apa kelebihan dan kekurangan jenis restorasi GTC?
10. Bagaimana prosedur penentuan warna pada gigi anterior?
11. Bagaimana prosedur perawatan pada kasus yang meliputi prosedur restorasi dan
insersi?
12. Kegagalan apa saja yang dapat dijumpai pada perawatan GTC?
13. Jelaskan instruksi pasca insersi!
14. Bagaimana prognosis kasus pada skenario?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Gigi Tiruan Cekat (GTC)1,2,3


Gigi tiruan cekat adalah suatu gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi
alami yang hilang, yang dilekatkan secara permanen dengan menggunakan semen ke
gigi penyangga yang telah di preparasi. Gigi tiruan cekat (GTC) terbagi menjadi 2,
yaitu:
a. Mahkota tiruan (Artificial Crown)
Mahkota penuh atau full crown merupakan restorasi yang menggantikan
sebagian atau seluruh bagian mahkota gigi yang rusak/hilang secara permanen.
Jenis ini terbagi lagi berdasarkan banyaknya jaringan permukaan mahkota gigi
yang digantikan, antara lain :
1) Mahkota tiruan penuh (Full veneer crown) : mahkota tiruan yang mengganti
seluruh permukaan mahkota gigi.
2) Mahkota tiruan sebagian (Partial veneer crown) : mahkota tiruan yang
memperbaiki permukaan mahkota gigi, kecuali permukaan labial/bukal
mahkota gigi.
3) Mahkota tiruan pasak (Dowel/post and core crown) : mahkota tiruan yang
memperbaiki seluruh permukaan mahkota gigi nonvital yang telah dirawat
saluran akar, sehingga digunakan pasak sebagai retensi utama.
Berdasarkan bahan yang digunakan mahkota tiruan dapat berupa : all
porcelain crown, porcelain fused to metal crown, metal crown, acrylic crown,
metal-acrylic crown.
b. Gigi Tiruan Jembatan (GTJ)
GTJ biasa juga disebut fixed partial denture adalah gigi tiruan sebagian
yang dilekatkan secara tetap pada satu atau lebih gigi penyangga dan tidak dapat
dilepas oleh pemakainya.
Macam-Macam GTJ antara lain:
1) Fixed-fixed bridge, yaitu suatu gigi tiruan yang pontiknya didukung secara
kaku pada kedua sisi oleh satu atau lebih gigi penyangga
2) Semi fixed bridge, yaitu suatu gigi tiruan yang salah satu pontik dihubungkan
pada retainer dengan konektor non rigid, sedangkan yang satunya
dihubungkan dengan konektor rigid

3
3) Cantilever bridge, yaitu suatu gigi tiruan yang satu ujung melekat secara rigid
pada retainer sedangkan ujung yang lain bebas menggantung
4) Spring cantilever bridge, yaitu suatu gigi tiruan cekat yang mempunyai pontik
jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal bar
5) Compound bridge, yaitu merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam
gigi tiruan cekat dan bersatu menjadi suatu kesatuan.

2.2 Prinsip Preparasi GTC4


a. Pemeliharaan struktur gigi (Conservation of tooth structure)
Sebuah preparasi yang baik, harus mempunyai restorasi yang dapat
mempertahankan atau melindungi sisa struktur gigi
b. Retensi dan resistensi (Retention and resistance form)
Rerensi untuk mencegah restorasi terlepas dari gigi penyangga oleh tekanan-
tekanan searah sumbu axix gigi. Resistensi untuk mencegah restorasi terlepas dari
gigi penyangga oleh karena tekanan apikal, oblique, maupun tekanan dari bawah
oklusal gigi
c. Daya tahan restorasi (Structural durability)
Sebuah material restorasi harus adequat untuk menahan kekuatan oklusi
d. Integritas tepi restorasi (Marginal integrity)
Tepi integritas beradaptasi dengan baik, bantuk akhiran servikal, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi integritas tepi restorasi yaitu: kecekatan teli restorasi,
kekuatan tepi restorasi, dan kebersihan restorasi
e. Pemeliharaan struktur jaringan periodonsium (Periodontium preservation)
Memposisikan margin agar mudah pembersihannya dan mencegah terjadinya
resesi gingiva.

2.3 Tahapan Pemeriksaan Yang Dilakukan Untuk Menegakkan Diagnosis5,6


a. Pemeriksaan Subjektif
1) Identitas pasien : Identitas pasien meliputi nama, umur,jenis kelamin alamat
dan pekerjaan pasien. Hal ini di perlukan bila sewaktu dokter gigi
menghububgi pasien pasca tindakan. Pada skenario diketahui :
a) Jenis kelamin : perempuan
b) Usia : 31 tahun
c) Pekerjaan : costumer servis

4
d) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan adalah untuk menentukan apakah ada tindak pencegahan
khusus yang diperlukan, perlu tidaknya premedikasi, adanya riwayat
penyakit meular, seperti hepatitis serum, TBC, HIV/ AIDS.
a) obat- obatan : pasien ditanya tentang obat yang sedang diminum dll
b) alergi : ada tidaknya alergi karna obat atau sinkop karna kecemasan
diatas kursi gigi, terhadap anastesi local dan atau antibiotic.
c) Keluhan dan harapan pasien : apa keluhan pasien dating ke klinik, serta
apa yang pasien harapkan atau adakah keinginan khusus yang diinginkan
pasien terkait perawatan yang diberikan.
b. Pemeriksaan Objektif
1) Pemeriksaan Ekstraoral
a) TMJ dan evaluasi oklusal : oklusi pasien dan TMJ harus diperiksa
untuk menentukan apakah cukup sehat untuk dibuatkan restorasi.
Sebagian pasien menderita sakit otot sebagai akibat dari aktivitas
parafungsi rahang yang
b) Kesimetrisan wajah pasien
c) Profil wajah
d) Bentuk kepala
2) Pemeriksaan Intraoral
a) Pemeriksaan oral hygiene pasien
b) Pemeriksaan jaringan lunak sekitar mulut : mukosa, frenulun, dll
c) Frekuensi karies
d) Mobilitas gigi
e) Kondisi jaringan periodontal
f) Bentuk gigi : untuk pertimbangan bentuk gigi tiruan
g) Artikulasi : mengecek ada tidaknya blocking
h) Kelainan gigi
i) Kedudukan prosesu alveolar
c. Model diagnostic
Penting untuk memberikan pandangan secara keseluruhan bagi dokter
gigig mengenai hubungan perawatan dental pasien. Model diagnostic yang
diartikulasikan dengan baik dapat memberi informasi untuk mendiagnosis
masalah dan rencana perawatan, panjang gigi penyangga dapat memberikan

5
retensi yang cukup dan resistensi, analisis oklusi, model contoh akan membantu
dokter gigi merencanakan dan melaksanakan preparasi serta restorasi sementara.
d. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi seluruh mulut memberi informasi untuk membantu
menghubungkan semua fakta yang telah dikumpulkan sewaktu mendengarkan
pasien, memeriksa mulut dan evaluasi model diagnostic. Adanya lesi periapeks,
keberadaan dan kualitas perawatan endodontic sebelumnya, tinggi tulang alveolar
pada gigi penyangga, rasio mahkota- akar gigi, panjang, konfigurasi dan arah
akar.

2.4 Penyebab Tambalan Berubah Warna7


Perubahan warna pada tambalan tersebut disebabkan oleh dua faktor,yaitu:
a. Faktor Intrinsik ( Komposisi dari resin komposit )
1) Matriks Resin komposit dapat menyerap air karena resin metil metakrilat.
2) Filler Adanya mikro crack atau gap interfasial antara filler dan matriks
sehingga menyebabkan perubahan warna dan diskolorasi
3) Photoiniator semakin tinggi derajat konversi polimerisasi, semakin rendah
pula monomer yang tersedia untuk membentuk diskolorasi
b. Faktor Ekstrinsik
1) Jenis pewarna makanan
2) Tingkat kekasaran dari hasil restorasi
3) Efek bleaching pada restorasi komposit

2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Mahkota Penuh8


Indikasi dan kontraindikasi mahkota penuh bergantung dari jenis bahan yang
digunakan.
a. All Metal Crown
Indikasi: - Gigi premolar dan molar rahang atas dan bawah.
- Penderita dengan oklusi dan artikulasi yang berat.
- Tekanan kunyah besar
- Tidak memerlukan estetik
- Karies servikal
- Dekalsifikasi dan hipoplasia enamel
Kontraindikasi: - Sisa mahkota gigi tidak cukup

6
- Memerlukan estetik
- Pasien dengan kebersihan mulut yang buruk (restorasi mudah
tarnish).
- Gusi sensitif terhadap logam.
b. All Ceramic Crown
Indikasi: - Membutuhkan estetik yang tinggi
- Diskolorisasi gigi
- Gigi malposisi
- Gigi telah dirawat endodontik dengan pasak dan inti.
Kontraindikasi: - Indeks karies tinggi
- Distribusi beban oklusal tidak baik
- Bruksisme
c. Porcelain Fused to Metal
Indikasi: - Gigi yang membutuhkan estetika dan kekuatan
Kontraindikasi: - Kasus yang membutuhkan estetika tinggi, namun reduksi
preparasi minimal

2.6 Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Perawatan9,10


Sebelum melakukan perawatan gigi tiruan cekat, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan.
a. Keadaan umum pasien:
Pasien sebaiknya dalam kondisi medis yang sehat dan ingin
dibuatka protesa. Seorang pasien yang memiliki kesehatan
buruk sebaiknya dihindarkan dari perawatan yang memiliki
durasi waktu yang panjang. Perlu pula diperhatikan apakah
pasien memiliki kemampuan atau motivasi untuk menjaga
ebersihan rongga mulutnya.
b. Keadaan rongga mulut
Keadaan rongga mulut yang harus diperhatikan
meliputi ada tidaknya karies, kondisi jaringan
periodontal, dan gigi penyangga yang cukup/memadai
(untuk perawatan gigi tiruan jembatan).

7
c. Jenis kelamin
Estetika merupakan hal yang sangat penting bagi perempuan. Adapun bagi
laki-laki, hal yang paling penting adalah harga
dari perawatan dan waktu yang dibutuhkan selama perawatan
tersebut berjalan.
d. Usia
Pasien-pasien yang berusia 31-40 tahun umumnya lebih
menekankan pada waktu/durasi perawatan dan
ketahanan/keawetan dari restorasi yang digunakan. Adapun
pasien yang berusia 20-30 tahun lebih menekankan pada
estetika restorasi. Usia ini berkaitan pula dengan keadaan atau
kesehatan jaringan pendukung, misalnya tulang alveolar yang
cenderung semakin berkurang seiring bertambahnya usia.
e. Sosial ekonomi
Kondisi finansial pasien menjadi hal turut dipertimbangkan
sebelum melakukan perawatan.

2.7 Hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bahan restorasi 4


a. Banyaknya jaringan gigi tersisa. Banyaknya struktur jaringan gigi tersisa
mempengaruhi retensi dan resistensi dari gigi. Pemilihan restorasi untuk
menggantikan struktur gigi yang telah hilang sangat dipengaruhi oleh banyaknya
struktur gigi tersisa .
b. Fungsi gigi. Fungsi gigi dalam lengkung rahang akan mempengaruhi beban
kunyah yang diterima gigi. Pemilihan restorasi dipengaruhi oleh fungsi dari gigi
b. Posisi atau lokasi gigi. Gigi anterior membutuhkan pertimbangan estetik yang
lebih dibandingkan dengan gigi posterior. Restorasi pada gigi anterior harus
memiliki niali estetik yang baik.

2.8 Rencana Perawatan4


Pada kasus di skenario, diketahui pasien perempuan usia 31 tahun datang dengan
keluhan tambalan gigi 11 nya yang sudah berubah warna pada bagian mesial-distalnya.
Rencana perawatan yang dapat dilakukan pada pasien tersebut yakni Gigi Tiruan Cekat
(GTC) jenis full crown (mahkota tiruan penuh) dengan bahan all-porcelain. Mahkota
tiruan penuh all-porcelain dipertimbangkan karena :

8
a. Pasien telah ditambal komposit namun berubah warna, apabila kembali dilakukan
penambalan dengan bahan komposit, kemungkinan besar tambalan akan kembali
berubah warna;
b. Jaringan yang ingin diganti ialah bagian mesial-distal, sehingga jika terjadi
perubahan warna akan mencolok;
c. Jaringan yang tersisa kemungkinan sudah tidak cukup adekuat untuk restorasi
direct;
d. Lokasi gigi, yang merupakan gigi insisivus 1 atas (gigi anterior) yang terlihat
langsung dan tekanannya tidak berat, sehingga dipertibambangkan penggunaan all-
porcelain.
Tindakan preprostetik dapat dilakukan, seperti scaling dan root planning apabila
diperlukan sebelum melakukan tindakan restorasi.

2.9 Kelebihan dan Kekurangan GTC11


a. Kelebihan
1) Estetik baik
2) Biasanya tidak memerlukan grafting jaringan keras atau jaringan lunak.
3) Mengurangi waktu kunjungan ( dua kali kunjungan, 1-2 minggu)
4) Memperbaiki fungsi, estetika, dan kesehatan antarlengkung.
5) Pertimbangan akan tulang dan jaringan tidak begitu banyak dipertimbangkan.
6) Terbukti dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.
7) Dapat diindikasikan ketika lebar mesiodistal minimal (<6 mm).
8) Mengurangi kekhawatiran pasien.
9) Memiliki efek splinting
b. Kekurangan
1) Terjadi perubahan pada gigi tetangga.
2) Insidensi karies lebih tinggi.
3) Kemungkinan perawatan endodontik lebih besar (15%)
4) Kebersihannya sulit dijaga
5) Kegagalan perawatan endodontik pada gigi abutment sering dikeluhkan.
6) Kemungkinan terjadinya penyakit periodontal lebih besar (retensi plak lebih
mudah terjadi).
7) Kegagalan protesa berkaitan dengan hilangnya gigi abutment (8-18% dalam
waktu 10 tahun).

9
8) Komplikasi berupa fraktur (porselen ataupun gigi).
9) Restorasi tidak disemen dengan baik.

2.10 Penentuan Warna GTC12,13


Terdapat tiga karakteristik warna yang penting untuk diketahui, yakni :
a. Hue : kualitas yang membedakan satu warna dengan warna lain. Hue dari suatu
objek dapat dideskripsikan sebagai warna merah, hijau, kuning, dsb, yang
dideskripsikan dengan gelombang cahaya yang dipantulkan atau yang
ditransmisikan.
b. Chroma : saturasi intensitas dari suatu warna. Contohnya : merah dan pink
memiliki hue yang sama, namun saturasi yang berbeda, yang mana chroma
dari warna merah lebih tinggi dibandingkan pink.
c. Value didefinisikan sebagai cerah atau gelapnya (brightness atau darkness)
suatu warna. Kecerahan warna suatu objek dipengaruhi oleh energi cahaya
yang mengenainya yang dapat direfleksikan atau ditransmisi.
Dalam melakukan penentuan warna, umumnya dilakukan dengan
menggunakan shade guide, yakni alat bantu untuk menentukan warna gigi dengan
mencocokkannya dengan gigi asli.
Banyak faktor yang yang mempengaruhi keberhasilan pemilihan warna agar
sesuai dengan gigi alami. kecuali pada kasus diskolorisasi yang memerlukan
perbaikan warna hampir semua gigi, penetuan warna hanya tergantung pada
harapan pasien untuk memperoleh warna yang lebih estetik. Beberapa faktr yang
perlu dipertimbangkan, anatara lain sumber cahayan, mata operator, lama waktu
pengamatan, dan latar belakang atau kondisi ruangan. sumber cahaya merupakan
faktor yang dominan dalam pemilihan warna.
Sumber cahaya dari lampu sering menimbulkan metamerisme, sehingga
warna yang dipilih tidak sesuai dengan warna gigi alami yang menjadi acuannya.
sumber cahaya yang baling baik, yang akan memberikan hasil yang sesuai dengan
warna acuan adalah cahaya metahari. meskipun demikian sumber cahaya ini tidak
selalu bisa kita manfaatkan karena penentuan warna lebih sering dilakukan pada
jam praktek seperti pada malam hari. saat ini telah tersedia banyak jenis lampu
yang dapat mengahasilkan cahaya yang memiliki karakteristik seperti cahaya
matahari pada tengah hari. operator juga berperan dalam keberhasilan pemilihan
warna, selain kualitas penglihatan mata operatr, kelelahan mata sangat

10
berpengaruh pada ketepatan warna. lamanya pengamatan juga berperan dalam
menghasilkan warna yang tepat. selain itu latar belakang juga berpengaruh dalam
menimbulkan metamerisme.
Terlepas dari berbagai sistem shade selection yang ada, berikut adalah
prinsip umum dalam pemilihan shade:
a. Perbandingan shade harus dilakukan di bawah pencahayaan yang berbeda-
beda. Biasanya, pasien diajak ke dekat jendela dan warna dikonfirmasi dalam
cahaya yang alami setelah pemelihan awal di bawah lampu pijar atau
fluorescent.
b. Gigi yang akan dijadikan sebagai acuan pemilihan shade harus bersih. bila
perlu, noda dihilangkan dengan profilaksis.
c. Pemilihan shade harus dilakukan pada kunjungan awal pasien. Value dari gigi
akan meningkat dalam keadaan kering, khususnya bila menggunakan rubber
dam.
d. Warna pakaian yang sangat cerah harus dilepas dan lipstick harus dihapus.
Warna dinding ruangan operator juga sebaiknya jangan terlalu terang.
e. Pemilihan shade harus dilakukan secara cepat dengan sampel warna diletakkan
di bawah bibir secara langsung dekat dengan gigi yang dijadikan sebagai
acuan.

2.11 Prosedur Pembuatan GTC (Restorasi dan Insersi)14,15


Berikut adalah prosedur perawatan pada kasus.
1. Pada kunjungan pertama, dilakukan pencetakan pendahuluan dengan alginate
untuk membuat model studi.
2. Selanjutnya, dilakukan foto periapikal. Setelah itu, dilakukan pembuangan
restorasi komposit yang telah berubah warna dan dilanjutkan dengan
pembersihan jaringan karies (jika ada).
3. Penentuan/pemilihan warna gigi (shade selection).
4. Preparasi mahkota gigi yang diawali dengan discing permukaan proksimal,
reduksi insisal, reduksi permukaan labial, reduksi permukaan palatal, dan
membentuk akhiran preparasi dengan bentuk shoulder menggunakan bur flat-
end tapered.

11
5. Untuk pembuatan restorasi tetap, teknik doubel-cord digunakan untuk retraksi
gingiva dan polyvinyl siloxane dengan teknik one-step double mix dilakukan
untuk membuat cetakan.
6. Pemasangan restorasi sementara
7. Pada kunjungan berikutnya, dilakukan percobaan (try-in) mahkota pada pasien
dan dilakukan penilaian ketepatan tepi, adaptasi internal, estetika, dan
kepuasan pasien. Setelah penyesuaian dilakukan, maka restorasi dikirim
kembali ke laboratorium untuk dilakukan sintering, glazing, dan polishing.
8. Pada kunjungan berikutnya, dilakukan insersi. Restorasi dicobakan kembali ke
pasien menggunakan tooth coloured glycerine gel.
9. Permukaan dalam restorasi kemudian dietsa dengan asam hydrofluoric 5%
selama 20 detik dan dibilas dengan semprotan air dan dikeringkan.
10. Selanjutnya sylane coupling agent diaplikasikan pada permukaan internal
restorasi selama 60 detik lalu dikeringkan.
11. Gigi yang telah dipreparasi juga dietsa menggunakan asam fosforik 37%
selama 15 detik. Setelah dibilas dan dikeringkan, selanjutnya dilakukan
aplikasi bonding agent dan di-light cured selama 10 detik.
12. Dilakukan sementasi menggunakan dual curing luting composite. Sisa semen
harus dibersihkan.
13. Selanjutnya, dilakukan light curing yang cukup lama pada bagian fasial,
insisal, dan palatal selama 90 detik per bagian. Sisa semen pun kembali
dibersihkan bila perlu dan dilakukan flossing pada bagian proksimal.
14. Dilakukan pemeriksaan oklusi pada posisi sentrik dan eksentrik
15. Follow-up dijadwalkan setelah 7 hari, 1 bulan, dan kemudian 3 bulan sekali.
Pada follow-up tersebut, dilakukan evaluasi estetika dan ada tidaknya keluhan
dari pasien.

2.12 Kegagalan yang Dapat Terjadi pada Pembuatan GTC13


Kegagalan perawatan didefinisikan sebagai kondisi tidak terpenuhinya
harapan pasien-dokter berkaitan dengan perawatan yang telah dilakukan.
Klasifikasi kegagalan gigi tiruan cekat menurut Smith adalah
a. kehilangan retensi

12
b. kegagalan mekanis pada komponen GTC yang meliputi fraktur porselen,
kegagalan pada sambungan solder, distorsi, pemakaian oklusal dan perforasi,
serta hilangnya facing
c. perubahan gigi penyangga
d. kegagalan desain yang meliputi tepi yang berlebih atau pendek
e. teknik laboratorium tidak adekuat yang meliputi positive ledge dan negative
ledge, cacat dalam pembuatan, bentuk dan warna yang jelek, serta
f. kegagalan GTC pada bagian oklusal.
Kegagalan GTC terjadi berdasarkan keluhan pasien, durasi waktu, keluhan
pasien, rasa sakit, sensitivitas gigi, nyeri pada jaringan lunak (gingiva), estetik
terganggu, gigi tiruan atau penyangga patah, pembengkakan gingival, tidak
nyaman pada saat berbicara, dan kesulitan pada saat mastikasi.
Tipe kegagalan GTC berdasarkan faktor penyebab dapat dibagi menjadi empat
garis besar, yaitu:
a. Faktor biologis: Kegagalan ini disebabkan oleh cedera pulpa, preparasi gigi
yang berlebihan, perlindungan pulpa yang tidak adekuat mengakibatkan karies
sekunder dan infeksi. Selain itu, fraktur abutment, ketidaknyamanan koronal
atau radikular, oklusi traumatik, tekanan pada jaringan lunak menyebabkan
kerusakan periodontal, dan juga jumlah abutment yang tidak adekuat,
kebersihan oral hygiene yang buruk, RCT atau retreatment dan alergi logam.
b. Faktor mekanis: Kegagalan mekanis bisa terjadi karena restorasi yang tidak
sesuai yang disebabkan oleh ekspansi substruktur logam, distorsi margin,
gelembung di daerah oklusal atau daerah margin. Meski, lapisan oksida
berlebih di dalam retainer, kontak kuat atau fraktur konektor prostetik.
c. Faktor estetis: Kegagalan ini disebabkan oleh pemilihan shade yang tidak
tepat, FPDs yang terlalu berkontur, dan kegagalan untuk mengidentifikasi
harapan pasien.
d. Faktor sementasi: Kegagalan ini bisa terjadi karena kurangnya persiapan yang
ideal, pemilihan semen yang tidak tepat, teknik pencampuran, ruang yang
lebih tebal, isolasi yang tidak adekuat dan penghapusan semen sementara yang
tidak tepat merupakan faktor kegagalan.

13
2.13 Instruksi Pasca Insersi GTC16
Setelah insersi GTC dilakukan, maka pasien perlu diberikan beberapa
edukasi/instruksi, seperti:
a. Memelihara kebersihan gigi dan jaringan sekitarnya.
b. Sebaiknya menghindari makanan yang terlalu keras untuk menghindari
terlepasnya perlekatan gigi tiruan.
c. Hindari kebiasaan buruk, seperti menggigit-gigit benda keras.
d. Agar lapisan estetik tidak mengalami perubahan warna, pasien sebaiknya
menghindari rokok, kopi, dan alkohol.
e. Pasien diinstruksikan untuk segera kembali ke dokter gigi apabila merasakan
adanya kelainan pada GTC atau bagian rongga mulut yang lain.
f. Pasien diinstruksikan untuk kembali kontrol pada 1 minggu setelah insersi,
lalu dilanjutkan 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan sekali.

2.14 Prognosis
Prognosis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor Umum
Tingkat kerusakan gigi (karies) pada pasien mengindikasikan prognosis yang
buruk pada perawatan GTC. Kekuatan kunyah dan pengetahuan pasien
mengenai kontrol plak juga akan memengaruhi prognosis.
b. Faktor Lokal
Vertical overlap pada gigi anterior memiliki dampak secara langsung pada
distribusi beban gigi dan pada akhirnya akan berdampak pada prognosis.
Mobilitas gigi, angulasi akar, morfologi akar, rasio mahkota-akar dan beberapa
variabel lain dapat memengaruhi prognosis GTC.
Pada skenario, diketahui bahwa kondisi gigi-geligi pasien baik dan tidak
ada kelainan periapikal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prognosis
perawatan kasus pada skenario tergolong baik.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu perawatan yang dapat dilakukan untuk merawat gigi yang mengalami
perubahan warna adalah dengan jenis gigi tiruan cekat yaitu mahkota tiruan penuh. Bahan
mahkota tiruan penuh yang memiliki nilai estetik terbaik saat ini yaitu all porcelain. Bahan
restorasi ini digunakan karena memiliki beberapa keuntungan antara lain hasil yang
menyerupai gigi asli dengan translusensi yang baik, tidak menimbulkan alergi, memiliki
biokompatibilitas yang baik, dapat dikoreksi kembali, dan dapat menghilangkan diastema.
Mahkota all porcelain juga memiliki kekurangan antara lain proses preparasi yang sulit
dan biaya yang cukup mahal.

3.2 Saran

Pada era sekarang masyarakat lebih cenderung memerhatikan tentang estetika,


termasuk estetika dari giginya. Namun masih banyak masyarakat yang belum paham dan
mengerti tentang perawatan estetik di dunia Kedokteran gigi, ditambah dengan biayanya
yang kurang terjangkau. Di zaman yang makin berkembang ini, diharapkan adanya bahan
restorasi gigi yang baik pada segi kekuatan, estetika, fungsional, dan dengan biaya yang
cukup terjangkau.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumartati Y, dkk. Pembuatan Cantilever Bridge Anterior Rahang Atas sebagai


Koreksi Estetik. Maj. Ked GI, 2012; 19 (2).h. 167-8

2. Machmud E. Desain preparasi gigi tiruan cekat mempengaruhi kesehatan jaringan


periodontal. Dentofasial, 2008; 7(1).h.14

3. Wahyuni S, Mandanic SA. fabrication of combined prothesis with castable


extracoronal attachment. Jurnal of vocational health studies. 2017:76

4. Shillingburg HT. Fundamental Prostodontik Cekat. Suzan E, Alih Bahasa. Ed. 4.


Jakarta:EGC; 2016. Pp. 69; 428-32,406-7

5. T herbert, A david, L edwin, L donald, J luis. Fundamental of fixed prosthodontics.


fourth edition. Quintensessence publishing Co Inc. 2012

6. Soratur SH. Essential of prosthodontics. 1st Ed. New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Publishers; 2006. P.83

7. Ashok NG, Jayalakshmi S. Factors that influence the color stability of composite
restoration. International journal oforofacial biology 2017;1:1-3

8. Fatmawati DWA. Macam-macam restorasi rigid pasca perawatan endodonsia.


Stomatognatic 2011; 8(2): 96-7

9. Bird DL. Modern dental assisting. Ed 12. California: Elsevier. 2018. h. 2348

10. Talu S, Dudea D, Elena PA, Lainovic T. Factors influencing the choice of dental
material and procedure for crown restoration of posterior teeth-design of a
“decision guide”. Human and Veterinary Medicine 2016; 8(3): 144

11. Misch CE, Resnik R. Misch’s avoiding complications in oral implantology. St


Louis : Elsevier. 2017. P.136

12. Rosentiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary fixed prosthodontics. 5th Ed.
St.Louis : Elsevier; 2016. p.593-4

13. Susaniawaty Y, Utama MD. Kegagalan estetik pada gigi tiruan cekat ( Esthetic
failure in fixed denture ). Makassar Dent J. 2015;4(6):193–9.

14. Andries RA, Gita F. Mahkota tiruan metal porselen anterior dengan modifikasi tepi
porselen. Dentofasial 2010; 9(2): 104-5

15. Rupal S, Sanjay L, Arun T, Verma V, Shah SP, Saini S, dkk. An aesthetic overhaul
with all ceramic crowns in anterior dentition with deep bite: a case report. Journal
of Applied Dental and Medical Sciences 2016; 2(4): 65-6

16. Rosenstiel, Land, Fujimoto. Contemporary fixed prosthodontics. Ed 3. St Louis:


Mosby. 2001. h. 19-20

16

Anda mungkin juga menyukai