Kelompok 8
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tim penulis dapaT
menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Tambalan Gigi Berubah Warna” ini disusun dalam
rangka mengikuti tutorial Blok Gnatologi 2 tahun 2020. Disadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini tim penulis banyak menemukan kendala-kendala, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu terciptanya
makalah ini.
“Tak ada gading yang tak retak”, oleh karenanya kami mohon maaf apabila
terdapat kekeliruan dalam makalah ini. Kritik dan saran yang sifatnya membangun,
demi penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Skenario
Seorang perempuan berusia 31 tahun, pekerjaan sebagai customer service pada bank
swasta, datang ke RSGM unhas dengan keluhan tambalan gigi depan berubah warna.
Pasien ingin memperbaiki penampilan gigi depannya agar dapat bertahan lama.
Pemeriksaan intraoral gigi 11 sudah ditambal komposit aspek mesial distal dan sudah
berubah warna. Pemeriksaan rontgen foto tidak ada kelainan periapikal. Gigi lain dalam
kondisi baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3) Cantilever bridge, yaitu suatu gigi tiruan yang satu ujung melekat secara rigid
pada retainer sedangkan ujung yang lain bebas menggantung
4) Spring cantilever bridge, yaitu suatu gigi tiruan cekat yang mempunyai pontik
jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal bar
5) Compound bridge, yaitu merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam
gigi tiruan cekat dan bersatu menjadi suatu kesatuan.
4
d) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan adalah untuk menentukan apakah ada tindak pencegahan
khusus yang diperlukan, perlu tidaknya premedikasi, adanya riwayat
penyakit meular, seperti hepatitis serum, TBC, HIV/ AIDS.
a) obat- obatan : pasien ditanya tentang obat yang sedang diminum dll
b) alergi : ada tidaknya alergi karna obat atau sinkop karna kecemasan
diatas kursi gigi, terhadap anastesi local dan atau antibiotic.
c) Keluhan dan harapan pasien : apa keluhan pasien dating ke klinik, serta
apa yang pasien harapkan atau adakah keinginan khusus yang diinginkan
pasien terkait perawatan yang diberikan.
b. Pemeriksaan Objektif
1) Pemeriksaan Ekstraoral
a) TMJ dan evaluasi oklusal : oklusi pasien dan TMJ harus diperiksa
untuk menentukan apakah cukup sehat untuk dibuatkan restorasi.
Sebagian pasien menderita sakit otot sebagai akibat dari aktivitas
parafungsi rahang yang
b) Kesimetrisan wajah pasien
c) Profil wajah
d) Bentuk kepala
2) Pemeriksaan Intraoral
a) Pemeriksaan oral hygiene pasien
b) Pemeriksaan jaringan lunak sekitar mulut : mukosa, frenulun, dll
c) Frekuensi karies
d) Mobilitas gigi
e) Kondisi jaringan periodontal
f) Bentuk gigi : untuk pertimbangan bentuk gigi tiruan
g) Artikulasi : mengecek ada tidaknya blocking
h) Kelainan gigi
i) Kedudukan prosesu alveolar
c. Model diagnostic
Penting untuk memberikan pandangan secara keseluruhan bagi dokter
gigig mengenai hubungan perawatan dental pasien. Model diagnostic yang
diartikulasikan dengan baik dapat memberi informasi untuk mendiagnosis
masalah dan rencana perawatan, panjang gigi penyangga dapat memberikan
5
retensi yang cukup dan resistensi, analisis oklusi, model contoh akan membantu
dokter gigi merencanakan dan melaksanakan preparasi serta restorasi sementara.
d. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi seluruh mulut memberi informasi untuk membantu
menghubungkan semua fakta yang telah dikumpulkan sewaktu mendengarkan
pasien, memeriksa mulut dan evaluasi model diagnostic. Adanya lesi periapeks,
keberadaan dan kualitas perawatan endodontic sebelumnya, tinggi tulang alveolar
pada gigi penyangga, rasio mahkota- akar gigi, panjang, konfigurasi dan arah
akar.
6
- Memerlukan estetik
- Pasien dengan kebersihan mulut yang buruk (restorasi mudah
tarnish).
- Gusi sensitif terhadap logam.
b. All Ceramic Crown
Indikasi: - Membutuhkan estetik yang tinggi
- Diskolorisasi gigi
- Gigi malposisi
- Gigi telah dirawat endodontik dengan pasak dan inti.
Kontraindikasi: - Indeks karies tinggi
- Distribusi beban oklusal tidak baik
- Bruksisme
c. Porcelain Fused to Metal
Indikasi: - Gigi yang membutuhkan estetika dan kekuatan
Kontraindikasi: - Kasus yang membutuhkan estetika tinggi, namun reduksi
preparasi minimal
7
c. Jenis kelamin
Estetika merupakan hal yang sangat penting bagi perempuan. Adapun bagi
laki-laki, hal yang paling penting adalah harga
dari perawatan dan waktu yang dibutuhkan selama perawatan
tersebut berjalan.
d. Usia
Pasien-pasien yang berusia 31-40 tahun umumnya lebih
menekankan pada waktu/durasi perawatan dan
ketahanan/keawetan dari restorasi yang digunakan. Adapun
pasien yang berusia 20-30 tahun lebih menekankan pada
estetika restorasi. Usia ini berkaitan pula dengan keadaan atau
kesehatan jaringan pendukung, misalnya tulang alveolar yang
cenderung semakin berkurang seiring bertambahnya usia.
e. Sosial ekonomi
Kondisi finansial pasien menjadi hal turut dipertimbangkan
sebelum melakukan perawatan.
8
a. Pasien telah ditambal komposit namun berubah warna, apabila kembali dilakukan
penambalan dengan bahan komposit, kemungkinan besar tambalan akan kembali
berubah warna;
b. Jaringan yang ingin diganti ialah bagian mesial-distal, sehingga jika terjadi
perubahan warna akan mencolok;
c. Jaringan yang tersisa kemungkinan sudah tidak cukup adekuat untuk restorasi
direct;
d. Lokasi gigi, yang merupakan gigi insisivus 1 atas (gigi anterior) yang terlihat
langsung dan tekanannya tidak berat, sehingga dipertibambangkan penggunaan all-
porcelain.
Tindakan preprostetik dapat dilakukan, seperti scaling dan root planning apabila
diperlukan sebelum melakukan tindakan restorasi.
9
8) Komplikasi berupa fraktur (porselen ataupun gigi).
9) Restorasi tidak disemen dengan baik.
10
berpengaruh pada ketepatan warna. lamanya pengamatan juga berperan dalam
menghasilkan warna yang tepat. selain itu latar belakang juga berpengaruh dalam
menimbulkan metamerisme.
Terlepas dari berbagai sistem shade selection yang ada, berikut adalah
prinsip umum dalam pemilihan shade:
a. Perbandingan shade harus dilakukan di bawah pencahayaan yang berbeda-
beda. Biasanya, pasien diajak ke dekat jendela dan warna dikonfirmasi dalam
cahaya yang alami setelah pemelihan awal di bawah lampu pijar atau
fluorescent.
b. Gigi yang akan dijadikan sebagai acuan pemilihan shade harus bersih. bila
perlu, noda dihilangkan dengan profilaksis.
c. Pemilihan shade harus dilakukan pada kunjungan awal pasien. Value dari gigi
akan meningkat dalam keadaan kering, khususnya bila menggunakan rubber
dam.
d. Warna pakaian yang sangat cerah harus dilepas dan lipstick harus dihapus.
Warna dinding ruangan operator juga sebaiknya jangan terlalu terang.
e. Pemilihan shade harus dilakukan secara cepat dengan sampel warna diletakkan
di bawah bibir secara langsung dekat dengan gigi yang dijadikan sebagai
acuan.
11
5. Untuk pembuatan restorasi tetap, teknik doubel-cord digunakan untuk retraksi
gingiva dan polyvinyl siloxane dengan teknik one-step double mix dilakukan
untuk membuat cetakan.
6. Pemasangan restorasi sementara
7. Pada kunjungan berikutnya, dilakukan percobaan (try-in) mahkota pada pasien
dan dilakukan penilaian ketepatan tepi, adaptasi internal, estetika, dan
kepuasan pasien. Setelah penyesuaian dilakukan, maka restorasi dikirim
kembali ke laboratorium untuk dilakukan sintering, glazing, dan polishing.
8. Pada kunjungan berikutnya, dilakukan insersi. Restorasi dicobakan kembali ke
pasien menggunakan tooth coloured glycerine gel.
9. Permukaan dalam restorasi kemudian dietsa dengan asam hydrofluoric 5%
selama 20 detik dan dibilas dengan semprotan air dan dikeringkan.
10. Selanjutnya sylane coupling agent diaplikasikan pada permukaan internal
restorasi selama 60 detik lalu dikeringkan.
11. Gigi yang telah dipreparasi juga dietsa menggunakan asam fosforik 37%
selama 15 detik. Setelah dibilas dan dikeringkan, selanjutnya dilakukan
aplikasi bonding agent dan di-light cured selama 10 detik.
12. Dilakukan sementasi menggunakan dual curing luting composite. Sisa semen
harus dibersihkan.
13. Selanjutnya, dilakukan light curing yang cukup lama pada bagian fasial,
insisal, dan palatal selama 90 detik per bagian. Sisa semen pun kembali
dibersihkan bila perlu dan dilakukan flossing pada bagian proksimal.
14. Dilakukan pemeriksaan oklusi pada posisi sentrik dan eksentrik
15. Follow-up dijadwalkan setelah 7 hari, 1 bulan, dan kemudian 3 bulan sekali.
Pada follow-up tersebut, dilakukan evaluasi estetika dan ada tidaknya keluhan
dari pasien.
12
b. kegagalan mekanis pada komponen GTC yang meliputi fraktur porselen,
kegagalan pada sambungan solder, distorsi, pemakaian oklusal dan perforasi,
serta hilangnya facing
c. perubahan gigi penyangga
d. kegagalan desain yang meliputi tepi yang berlebih atau pendek
e. teknik laboratorium tidak adekuat yang meliputi positive ledge dan negative
ledge, cacat dalam pembuatan, bentuk dan warna yang jelek, serta
f. kegagalan GTC pada bagian oklusal.
Kegagalan GTC terjadi berdasarkan keluhan pasien, durasi waktu, keluhan
pasien, rasa sakit, sensitivitas gigi, nyeri pada jaringan lunak (gingiva), estetik
terganggu, gigi tiruan atau penyangga patah, pembengkakan gingival, tidak
nyaman pada saat berbicara, dan kesulitan pada saat mastikasi.
Tipe kegagalan GTC berdasarkan faktor penyebab dapat dibagi menjadi empat
garis besar, yaitu:
a. Faktor biologis: Kegagalan ini disebabkan oleh cedera pulpa, preparasi gigi
yang berlebihan, perlindungan pulpa yang tidak adekuat mengakibatkan karies
sekunder dan infeksi. Selain itu, fraktur abutment, ketidaknyamanan koronal
atau radikular, oklusi traumatik, tekanan pada jaringan lunak menyebabkan
kerusakan periodontal, dan juga jumlah abutment yang tidak adekuat,
kebersihan oral hygiene yang buruk, RCT atau retreatment dan alergi logam.
b. Faktor mekanis: Kegagalan mekanis bisa terjadi karena restorasi yang tidak
sesuai yang disebabkan oleh ekspansi substruktur logam, distorsi margin,
gelembung di daerah oklusal atau daerah margin. Meski, lapisan oksida
berlebih di dalam retainer, kontak kuat atau fraktur konektor prostetik.
c. Faktor estetis: Kegagalan ini disebabkan oleh pemilihan shade yang tidak
tepat, FPDs yang terlalu berkontur, dan kegagalan untuk mengidentifikasi
harapan pasien.
d. Faktor sementasi: Kegagalan ini bisa terjadi karena kurangnya persiapan yang
ideal, pemilihan semen yang tidak tepat, teknik pencampuran, ruang yang
lebih tebal, isolasi yang tidak adekuat dan penghapusan semen sementara yang
tidak tepat merupakan faktor kegagalan.
13
2.13 Instruksi Pasca Insersi GTC16
Setelah insersi GTC dilakukan, maka pasien perlu diberikan beberapa
edukasi/instruksi, seperti:
a. Memelihara kebersihan gigi dan jaringan sekitarnya.
b. Sebaiknya menghindari makanan yang terlalu keras untuk menghindari
terlepasnya perlekatan gigi tiruan.
c. Hindari kebiasaan buruk, seperti menggigit-gigit benda keras.
d. Agar lapisan estetik tidak mengalami perubahan warna, pasien sebaiknya
menghindari rokok, kopi, dan alkohol.
e. Pasien diinstruksikan untuk segera kembali ke dokter gigi apabila merasakan
adanya kelainan pada GTC atau bagian rongga mulut yang lain.
f. Pasien diinstruksikan untuk kembali kontrol pada 1 minggu setelah insersi,
lalu dilanjutkan 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan sekali.
2.14 Prognosis
Prognosis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor Umum
Tingkat kerusakan gigi (karies) pada pasien mengindikasikan prognosis yang
buruk pada perawatan GTC. Kekuatan kunyah dan pengetahuan pasien
mengenai kontrol plak juga akan memengaruhi prognosis.
b. Faktor Lokal
Vertical overlap pada gigi anterior memiliki dampak secara langsung pada
distribusi beban gigi dan pada akhirnya akan berdampak pada prognosis.
Mobilitas gigi, angulasi akar, morfologi akar, rasio mahkota-akar dan beberapa
variabel lain dapat memengaruhi prognosis GTC.
Pada skenario, diketahui bahwa kondisi gigi-geligi pasien baik dan tidak
ada kelainan periapikal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prognosis
perawatan kasus pada skenario tergolong baik.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu perawatan yang dapat dilakukan untuk merawat gigi yang mengalami
perubahan warna adalah dengan jenis gigi tiruan cekat yaitu mahkota tiruan penuh. Bahan
mahkota tiruan penuh yang memiliki nilai estetik terbaik saat ini yaitu all porcelain. Bahan
restorasi ini digunakan karena memiliki beberapa keuntungan antara lain hasil yang
menyerupai gigi asli dengan translusensi yang baik, tidak menimbulkan alergi, memiliki
biokompatibilitas yang baik, dapat dikoreksi kembali, dan dapat menghilangkan diastema.
Mahkota all porcelain juga memiliki kekurangan antara lain proses preparasi yang sulit
dan biaya yang cukup mahal.
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
6. Soratur SH. Essential of prosthodontics. 1st Ed. New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Publishers; 2006. P.83
7. Ashok NG, Jayalakshmi S. Factors that influence the color stability of composite
restoration. International journal oforofacial biology 2017;1:1-3
9. Bird DL. Modern dental assisting. Ed 12. California: Elsevier. 2018. h. 2348
10. Talu S, Dudea D, Elena PA, Lainovic T. Factors influencing the choice of dental
material and procedure for crown restoration of posterior teeth-design of a
“decision guide”. Human and Veterinary Medicine 2016; 8(3): 144
12. Rosentiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary fixed prosthodontics. 5th Ed.
St.Louis : Elsevier; 2016. p.593-4
13. Susaniawaty Y, Utama MD. Kegagalan estetik pada gigi tiruan cekat ( Esthetic
failure in fixed denture ). Makassar Dent J. 2015;4(6):193–9.
14. Andries RA, Gita F. Mahkota tiruan metal porselen anterior dengan modifikasi tepi
porselen. Dentofasial 2010; 9(2): 104-5
15. Rupal S, Sanjay L, Arun T, Verma V, Shah SP, Saini S, dkk. An aesthetic overhaul
with all ceramic crowns in anterior dentition with deep bite: a case report. Journal
of Applied Dental and Medical Sciences 2016; 2(4): 65-6
16