APRIANA (1710025006)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia serta Kehendak-Nya lah laporan dari hasil diskusi blok 15 modul
1 yang berjudul “pencabutan gigi” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada drg.Aziz Mophul selaku tutor kelompok
2, yang telah membantu dalam membimbing jalannya diskusi.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok 2 yang telah
turut serta dalam bepartisipasi pada diskusi ini. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil diskusi
kelompok yang telah disepakati bersama.
Dalam pembuatan laporan modul 1 blok 15 ini tentunya memiliki kelebihan dan banyak
kekuranganbaik dalam penjelasan materi, keterbatasan penulisan, penggunaan ejaan-ejaan, serta
penyuntingan dan juga bahan-bahan refrensi yang terbatas. Maka dari itu kritik serta saran yang
bersifat membangun dapat diberikan agar laporan ini tersusun lebih baik dan bagus dari laporan
sebelumnya.
Hormat Kami
Tim penyusum
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................................................. 1
BAB II ISI
2.1 Skenario ................................................................................................................
2.2 Step 1-Terminologi ...............................................................................................
2.3 Step 2- Identifikasi Masalah .................................................................................
2.4 Step 3- Analisa masalah ........................................................................................
2.5 Step 4- Kerangka konsep ......................................................................................
2.6 Step 5 Learning Objective ....................................................................................
2.7 Step 6 Belajar Mandiri ..........................................................................................
2.8 Step 7 Sintesis.........................................................................................................
3
Abstrak
Pencabutan gigi adalah proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah
tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Faktor risiko terjadinya komplikasi pada pencabutan gigi
antara lain: penyakit sistemik, keadaan lokal rongga mulut, dan umur pasien. Komplikasi yang
mungkin terjadi selama tindakan pencabutan gigi ialah perdarahan, fraktur (mahkota, akar,
mandibula), dry socket, pembengkakan, dislokasi mandibula, syok, dan beberapa komplikasi
lainnya.
Abstract
Tooth extraction is the process of pulling a tooth out from the alveolus since the tooth can not be
treated anymore. The risk factors for complicated tooth extraction are systematic diseases, local
state of oral cavity, and age of the patient. The complications that might occur in tooth
extraction are bleeding, fracture (crown, root, and mandibula), dry socket, swelling, mandibula
dislocation, and shock.
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Dengan mempelajari, memahami materi ini diharapkan kedepannya calon dokter gigi
dapat menerapkan/mengaplikasikannya pada profesi sehingga dapat menghilangkan
penyebab rasa sakit pada pasien.
5
BAB 2
2.1 SKENARIO
Saya sebagai dokter gigi pada RSGMP UNMUL ingin melakukan tahapan pencabutan
gigi pada Bu Anti (35 tahun) seorang ibu rumah tangga dan anaknya Ani (6 tahun). Pada
pemeriksaan intraoral yang dilakukan kepada Bu Anti didapatkan gigi 36 mengalami
nekrosis pulpa. Pada gigi 36 tersebut pernah dilakukan perawatan endodontik namun
perawatan tersebut tidak mengurangi rasa sakit pada giginya.Pada pemeriksaan intraoral
yang dilakukan kepada Ani didapatkan gigi 51 mengalami persistensi dan kegoyangam
pada gigi 3°. Sebagai dokter gigi saya harus mengikuti SOP dalam melakukan tindakan.
2.2 STEP 1
2.3 STEP 2
6
2.4 STEP 3
1. Faktor dari operator ( terjadi perforasi, saat penumpatan, saat preparasi, kekurangan larutan
irigasi
2. Tergantung pasien
3. Gigi permanen tidak mendorong desidui jadi tidak tanggal gigi desiduinya
4. Karena terjadi derajat kegoyangan gigi sebesar derajat 3
5. Indikasi
Karies yang parah
Saat perawatan endodontik akar berlikuk dan di indikasikan untuk cabut
Perawatan ortho
Impaksi
Penyakit periodontal
Memperhatikan sosio ekonomi pasien
Gigi pada fraktur rahang
Trauma
Supernumerary
Kontraindikasi
Keradangan akut
Keganasan seperti tumor
Gigi yang masih bisa di lakukan perawatan endo
DM tidak terkontrol
Pasien jantung
Hipertensi
7
Tahapan saat
Anastesi
Di cabut
Tahapan pasca
Kontrol pendarahan
Pemberian antibiotik
8. Teknik
Sederhana ( intra alveolar)
Bedah ( trans alveolar)
9. Komplikasi
Pendarahan
Dry socket
Abses
Osteosit
Trauma jaringan
10. Perbedaan ukuran alat dan bahan anastesi, pada anak kecil di berikan chlor etil
2.5 STEP 4
2.6 STEP 5
1. Tindakan asepsis
2. Indikasi dan kontraindikasi pencabutan
3. Alat pencabutan
4. Prosedur pencabutan
5. Teknik pencabutan
6. Komplikasi pencabutan
8
2.7 STEP 6
BELAJAR MANDIRI
2.8 STEP 7
Asepsis
Merupakan keadaan bebas hama/bakteri. Asepsis ada 2 macam :
a) Asepsis medis
Teknik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
b) Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari
suatu tempat.
9
EKSTRAKSI GIGI PERMANEN
Banyak alasan yang menyebabkan gigi perlu diekstraksi dari soketnya. Meskipun perkembangan
kedokteran gigi sekarang ini lebih menekankan untuk sedapat mungkin mempertahankan gigi
pada kavitas oral, pada beberapa kasus, ekstraksi gigi masih merupakan treatment of choice.
Indikasi pencabutan gigi berdasarkan Peterson, 2003 meliputi:
Pada kasus karies yang meluas sehingga menyebabkan kesulitan dalam merestorasi, ekstraksi
merupakan pilihan terapi untuk mengurangi kemungkinan meluasnya infeksi ke jaringan lain.
Nekrosis pulpa
Untuk mempertahankan gigi pada soketnya, gigi yang nekrosis memerlukan terapi perawatan
saluran akar yang relatif memakan waktu lama sehingga beberapa pasien menolak dilakukannya
perawatan endodontik. Pada kasus demikian, ekstraksi merupakan terapi pilihan. Demikian pula
untuk kasus kegagalan terapi endodontik, di mana terapi endodontik telah dilakukan namun
gagal mengurangi rasa sakit atau memberikan drainage.
Pada kasus periodontitis dengan kehilangan tulang dan mobilitas gigi yang irreversible, ekstraksi
merupakan indikasi.
Keperluan Orthodontik
Pasien yang akan mendapatkan perawatan orthodontik sering kali dikonsulkan untuk dilakukan
ekstraksi pada gigi premolar I atau II dengan tujuan menyediakan ruangan yang cukup untuk
gigi.
Malposisi gigi
Malposisi gigi yang sering menyebabkan trauma jaringan lunak di sekitarnya merupakan indikasi
ekstraksi. Sebagai contoh, gigi molar 3 maksila yang seringkali tumbuh bukoversi sehingga
menyebabkan trauma pada mukosa bukal. Malposisi gigi lain yang diindikasikan untuk
10
dilakukan ekstraksi adalah gigi yang mengalami ekstrusi akibat kehilangan gigi lawannya dan
menyebabkan terlalu kecilnya ruangan bagi gigi artificial apabila akan dilakukan pembuatan
prostetik untuk rahang pada regio lawannya.
Fraktur gigi
Tidak semua kasus fraktur gigi diindikasikan untuk pencabutan. Namun, untuk kasus fraktur akar
terutama kasus fraktur pada 1/3 apikal merupakan indikasi ekstraksi gigi.
Ekstraksi Preprostetik
Ekstraksi preprostetik dilakukan apabila gigi mempengaruhi desain dan penempatan protesa,
baik gigi tiruan lengkap, sebagian, maupun cekat.
Gigi impaksi
Ekstraksi merupakan indikasi bagi gigi yang impaksi dengan alasan dapat mengubah posisi
geligi yang lain, melukai jaringan lunak, ataupun mengalami inflamasi.
Gigi Supernumerary
Gigi supernumerary yang seringkali impaksi umumnya diekstraksi karena mungkin mengganggu
erupsi benih gigi lain di sekitarnya dan memiliki potensi untuk menyebabkan displacement atau
resorpsi gigi sekitarnya tersebut.
Terapi Preradiasi
Pasien yang akan mendapatkan terapi radiasi untuk tumor di sekitar leher kepala dan memiliki
geligi yang mengalami kerusakan perlu mendapatkan terapi preradiasi berupa ekstraksi gigi
karena dikhawatirkan gigi pasien akan mengalami osteoradionekrosis pada saat terapi radiasi.
Ekstraksi geligi yang terlibat pada fraktur rahang dengan keadaan trauma dan luksasi pada
sekitar jaringan tulang perlu diekstraksi untuk mencegah infeksi.
11
Estetik
Pasien dengan staining pada gigi atau fluorosis mungkin menginginkan gigi dengan keluhan
tersebut diekstraksi.
Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor terakhir yang cukup mempengaruhi indikasi untuk
pencabutan. Apabila pasien tidak mau atau tidak mampu untuk melakukan terapi yang dapat
mempertahankan keadaan gigi, maka ekstraksi diindikasikan untuk dilakukan pada pasien
tersebut.
Secara umum, kontraindikasi pencabutan gigi dibagi atas kontraindikasi sistemik dan
kontraindikasi lokal. Pencabutan gigi menjadi kontraindikasi bagi pasien- pasien dengan kondisi
dan situasi yang tidak memungkinkan bagi pasien sehingga pecabutan gigi harus ditangguhkan
sampai pasien mendapatkan terapi tambahan dan dinyatakan terbebas dari kasus lain yang
menyebabkan pencabutan tidak dapat dilakukan.
Kontraindikasi Sistemik
Kontraindikasi sistemik meliputi kondisi sistemik pasien yang tidak memungkinkan pasien untuk
mendapatkan terapi bedah, seperti pasien dengan uncontrolled metabolic diseases , seperti
diabetes yang tidak terkontrol dan penyakit ginjal yang parah. Pasien dengan leukemia atau
limfoma yang tidak terkontrol juga merupakan kontraindikasi untuk ekstraksi gigi karena
berpotensi cukup besar untuk mengalami komplikasi infeksi dan perdarahan berat. Pasien dengan
penyakit jantung yang tidak terkontrol pun harus menunda ekstraksi giginya hingga penyakit
tersebut terkontrol. Begitu pula pada pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol karena dapat
menyebabkan perdarahan yang persisten, akut myocardial insuffiensi, dan cerebrovascular
accident.
Kehamilan relatif merupakan kontraindikasi pencabutan. Pencabutan pada wanita hamil dapat
dilakukan pada akkhir trimester awal, trimester kedua, dan awal trimester akhir. Namun,
tindakan yang lebih ekstensif harus ditunda sampai kelahiran.
12
Pasien hemophilia atau pasien dengan platelet disorder tidak boleh dilakukan ekstraksi gigi
hingga koagulopati yang diderita dinyatakan sembuh.
Kontraindikasi Lokal
Kondisi- kondisi yang termasuk dalam kontraindikasi lokal dari pencabutan gigi adalah:
teknik ini merupakan teknik pencabutan gigi yang sederhana yaitu dengan menggunakan forceps
atau tang cabut dimana dalam teknik ini mengandalkan gerakan tangan dan keterampilan
operator dalam melakukan teknik ini, pada setiap gigi memiliki gerakannya sendiri, pada gigi
antetior teknik forceps menggunakan gerakan forceps menekan gigi ke dalam soket terlebih
dahulu setelah itu menggerakan gigi dari labial ke palatal atau lingual kemudian menggerakan
gigi dari mesial ke distal kemudian tarik gigi dibarengi dengan gerakan memutar. sebagian besar
cara untuk mencabut gigi posterior sama dengan gigi anterior yang membedakan hanya pada gigi
posterior operator haruslah memutus hubungan antara lig periodontal dengan sementum akar.
teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk mengatasi kesulitan kesulitan yang muncul
pada saat teknik forceps contohnya saja seperti adanya sisa akar yang tertinggal pada saat teknik
forceps, kemudian morfologi akar yang menyulitkan proses pencabutan. pada teknik ini
mengharuskan operator memiliki kemampuan bedah dan menjahit, jadi pada tahap pertama kita
harus usahakan seasepsis mungkin baik itu dari operator yang menggunakan alat perlindungan
diri, kemudian dari alat-alat yang telah disterilkan dan didesinfeksi, kemudian dari pasien yang
kita beri povidoniodine untuk daerah yang akan di bedah, setelah semua asepsis telah terpenuhi
13
maka tahap selanjutnya adalah control of pain atau anastesi baik itu infiltrasi maupun block hal
ini penting demi kenyamanan pasien, setelah dianastesi kemudian insisi pada gingiva cekat yang
menutupi akar dari gigi yang akan diekstraksi untuk mendesain flap ini haruslah memiliki desain
dengan lapangan pandang yang luas dan memudahkan pembedahan dengan catatan pembuatan
flap tidak melukai interdental papil karena akan merusak estetik dari gingiva apabila bagian itu
luka, setalah diinsisi tarik gingiva cekat menggunakan retraktor agar terbukanya lapangan
pandang bagian yang akan dikerjakan, setelah itu bur tulang alveolar gigi yang akan dicabut
setelah terlihat akar gigi yang tersisa barulah angkat akar gigi tersebut tapi perlu diingat dalam
setiap tindakan pembedahan seperti ini jaringan haruslag tetap di suction agar tidak tertutupi
dengan darah dan selalu dibilas dengan larutan saline setelah pengangkatan sisa akar agar tidak
terkontaminasi bakteri, setelah itu jaringan tulang alveolar yang dilubangi tadi ditutup dengan
bone graft agar terjadi remodelling kemudian flap yang ditarik menggunakan retraktor tadi
dikembalikan di posisi semula dan disutur atau dijahit kembali dan setelah penjahitan jaringan
gingiva haruslah diberi periodontal pek untuk tambah merekatkan dan sebagai fungsi analgetik
setelah itu pasien diinstruksikan untuk rutin berkumur dengan clorhexidine dan menghindari
makanan yang panas pedas dan asam.
14
3. Cedera jaringan lunak
Komplikasi ini dapat dihindari dengan membuat flap yang lebih besar dan
menggunakan retraksi yang ringan saja
4. Patahnya instrument yang digunakan.
Kerusakan instrument sering terjadi akibat adanya kekuatan berlebih selama gigi
diangkat dan biasanya melibatkan ujung pisau pada elevator, juga jarum anastesi dan
bur selama pengangkatan tulang disekitarnya.
5. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi umum dalam pebedahan pada rongga mulut, dan dapat
terjadi selama pencabutan gigi sederhana atau selama prosedur bedah lainnya. Dalam
semua kasus, perdarahan munkin karena trauma pada pembuluh darah di daerah
setempat serta masalah yang terkait dengan pembekuan darah. Perdarahan yang
banyak dapat terjadi sebagai akibat dari cedera pembuluh alveolar inferior atau arteri
palatal.
6. Cedera saraf
Cedera saraf yang paling sering terjadi adalah cedera pada nervus lingualis dan
nervus alveolaris inferior.
15
Dalam kasus-kasus tertentu, setelah prosedur pembedahan, ekimosis dapat terjadi
pada kulit pasien. Selain trauma pada area tersebut, mungkin saja menjadi akibat dari
kerusakan selama retraksi flap dengan berbagai retraktor.
4. Edema
Edema adalah reaksi individual, yaitu trauma yang besarnya sama, tidak selalu
mengakibatkan derajat pembengkakan yang sama. Usaha – usaha untuk mengontrol
edema mencakup termal (dingin), fisik (penekanan), dan obat – obatan.
5. Alveolitis atau dry socket
Komplikasi yang paling sering, paling menakutkan dan paling sakit sesudah
pencabutan gigi adalah dry socket atau alveolitis ( osteitis alveolar). Komplikasi ini
muncul 2-3 hari setelah pencabutan. Selama periode ini darah membeku dan
menyebabkan tertundanya penyembuhan dan nekrosis pada permukaan soket tulang.
Jika dry socket terjadi, maka perawatan sebaiknya difokuskan untuk meredakan rasa
sakit. Walaupun pasien tidak menerima perawatan untuk meredakan rasa sakit, tetapi
pada akhirnya akan reda dengan sendirinya oleh proses penyembuhan. Perawatan
juga bisa dilakukan dengan irigasi saline dan insersi bahan obat dressing secara
lembut.
6. Infeksi luka
Infeksi luka bisa disebabkan oleh penggunaan instrument yang terinfeksi dan bahan
sekali pakai selama prosedur pembedahan, substrat tulang yang rusak karena penyakit
osteoporosis.
17
mulut paling tidak mencakup jaringan lunak, gigi, oklusi, dan malposisi gigi, serta
jaringan pendukung dan struktur gigi. Sebuah tinjauan menyeluruh riwayat medis
pasien, sejarah sosial, obat obatan, dan alergi merupakan prosedur wajib sebelum
dilakukan prosedur bedah. Dokter gigi harus melakukan evaluasi klinis dan radiografi
pra operasi secara menyeluruh gigi yang akan diekstraksi. Sebuah evaluasi pra-
operasi memungkinkan dokter gigi untuk memprediksi kesulitan ekstraksi dan
meminimalkan timbulnya komplikasi. Baik evaluasi klinis dan radiografi akan
memungkinkan dokter gigi untuk mengantisipasi setiap potensi masalah dan
memodifikasi pendekatan bedah sesuai untuk hasil yang lebih menguntungkan. Salah
satu kontra indikasi dari pencabutan gigi adalah adanya riawayat hipertensi. Dimana
Kecemasan, emosi, rasa takut, stres fisik dan rasa sakit dapat meningkatkan tekanan
darah oleh karena stimulasi sistem saraf simpatis yang meningkatkan curah jantung
dan vasokonstriksi arteriol, sehingga meningkatkan hasil tekanan darah. Faktor yang
mempengaruhi perubahan tekanan darah diantaranya adalah:
1. Jenis kelamin.
Wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih rendah daripada pria yang
berusia sama, hal ini lebih cenderung akibat variasi hormon. Setelah menopasuse,
wanita umumnya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selain itu, ditinjau dari segi kecemasan pasien, berdasarkan hasil penelitian pada
subjek yang menderita kecemasan baik ringan atau sedang, diketahui subjek yang
berjenis kelamin perempuan lebih banyak menderita kecemasan dibandingkan
dengan subjek dengan jenis kelamin laki-laki. Namun perbedaan tingkat
kecemasan antara perempuan dan laki-laki hanya memiliki selisih yang sedikit
yaitu 4,1%. Hal ini dapat dilihat dengan persentase yang menunjukan subjek laki-
laki yang mengalami kecemasan berjumlah 9 orang (40,9%) dari total 22 orang,
sedangkan pada subjek perempuan dari total 40 orang yang mengalami
kecemasan ringan maupun sedang berjumlah 18 orang (45%). 6 Selain itu, angka
prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3- 8% dan rasio antara perempuan
dan laki-laki sekitar 2:1. Berdasarkan pengamatan, hal ini disebabkan karena
perempuan cenderung lebih sensitif perasaannya dibanding dengan laki-laki yang
memiliki jiwa pemberani. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi fisik perempuan lebih
18
lemah dibandingkan dengan laki-laki. Sifat tersebut membuat perempuan
memberikan respons lebih terhadap sesuatu hal yang dianggap bahaya.7,6
2. Usia.
Perbedaan usia mempengaruhi tekanan darah. Bayi baru lahir memiliki tekanan
sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara
bertahap sesuai usia hingga dewasa. Setiap kenaikan umur 1 tahun maka tekanan
darah sistolik akan meningkat sebesar 0,369 dan sebesar 0,283 untuk tekanan
darah diastolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tua seseorang maka
semakin tinggi tekanan darahnya. Pada lansia, arterinya lebih keras dan kurang
fleksibel terhadap tekanan darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan
sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh darah tidak
lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.8 Dilihat dari hasil
penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran tingkat kecemasan pasien
usia dewasa pra pencabutan gigi, kategori usia dan jenis kelamin seseorang turut
mempengaruhi tingkat kecemasan dalam menghadapi ekstraksi gigi. Golongan
usia dewasa muda dan perempuan merupakan pasien yang memiliki tingkat
kecemasan tinggi.
Saat akan melakukan prosedur perawatan, baiknya seorang dokter gigi
menmberikan penjelasan kepada pasien, yaitu :
1. Jelaskan pada pasien bahwa akan dilakukan tindakan pencabutan.
2. Jelaskan bahwa akan dilakukan tindakan anestesi sebelum pencabutan dan
penderita akan merasa dingin (bila menggunakan Chlor Ethyl) atau merasa
tebal (bila menggunakan lidocain)
3. Minta ijin kepada pasien untuk dilakukan tindakan
b. Persiapan Operator
1. Operator memakai masker dan sarung tangan terlebih dahulu
2. Posisi Operator Agar operator dalam bekerja merasa nyaman dan tidak mudah
Ielah, maka diperlukan posisi yang menganut prinsip ergonomis, biasanya posisi
operator berdiri setegak mungkin sehingga berat badannya dapat dipikul oleh
masing-masing kaki sama beratnya.
19
3. Posisi Pasien Setelah penderita duduk, sandaran punggung dan kepala kursi diatur
sedemikian rupa sehingga pen&rita duduk dengan enak. Sementara itu bila mulut
penderita dibuka untuk disuntik dan akan dioperasi di bagian mandibula maka
bidang oklusal gigi sejajar atau membuat sudut 10 derajat terhadap lantai. Bila
berdiri di belakang penderita maka posisi penderita diatur sedemikian sehingga
pembentukan sudut antara bidang okiusal gigi mandibula dengan lantai diperbesar
lagi sampai gigi atau gigi-gigi dapat dipegang dengan tidak menempatkan lengan
operator pada posisi yang sulit. Bila melakukan penyuntikan atau operasi di
daerah maksila, tempatkan penderita sedemikian sehingga bidang okiusal
membentuk sudut terhadap lantai antara 45 dan 90 derajat.
4. Penerangan Rongga Mulut Posisi penderita harus diatur sehingga operator dapat
secara jelas melihat keadaan di dalam rongga mulut tanpa badannya harus
membungkuk; meringkuk, membengkok atau memilin. Untuk iluminasi rongga
mulut yang memadai dibutuhkan overhead light (lampu kepala) yang
penyesuaiarinya adalah sangat penting, Agar konsentrasi operator tertuju pada
satu fokus yaitu daerah operasi maka penerangan lampu hanya dipusatkan pada
daerah operasi dan nampan alat-alat tetapi untuk ruangan operasi penerangan
sedikit redup atau gelap. Untuk menerangi lapangan operasi di dalam rongga
mulut digunakan lampu reflektor.
5. Alat yang digunakan harus di sterilisasi terlebih dahulu, dalam eksodonsia
disesuaikan dengan tujuan dan tujuan pencabutan yang akan dilakukan, yaitu ;
Armamentarium pada Simple Technique
- Syringe anastesi lokal, needle, dan ampule
- Sterile gauze
- Periapical currete
- Suction tip
- diagnostic set
- Desmotome (Freer elevator) Desmotome digunakan untuk memisahkan
perlekatan jaringan lunak.
- Retractor (mirror). Retractor digunakan untuk meretraksi pipi dan
mucoperiosteal flap selama procedur perawatan.
20
- Tang Ektraksi (Extraction Forcep).
- Elevators
21
- Jangan mengunyah permen karet atau merokok
- Jangan memberikan rangsang panas pada daerah wajah di dekat daerah
pencabutan.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar.
Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik pembedahan.
Teknik sederhana dilakukan dengan melepaskan gigi dari perlekatan jaringan lunak
menggunakan elevator kemudian menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari
tulang alveolar menggunakan tang ekstraksi. Sedangkan teknik pembedahan dilakukan dengan
pembuatan flep, pembuangan tulang disekeliling gigi, menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di
dalam soket dari tulang alveolar kemudian mengembalikan flep ke tempat semula dengan
penjahitan. Teknik sederhana digunakan untuk ekstraksi gigi erupsi yang merupakan indikasi,
misalnya gigi berjejal. Ekstraksi gigi dengan teknik pembedahan dilakukan apabila gigi tidak
bisa diekstraksi dengan menggunakan teknik sederhana, misalnya gigi ankilosis.
3.2 Saran
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami
selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
23
DAFTAR PUSTAKA
Gordon.w. Pedersen. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. EGC : Jakarta
Fragiskos, F. D. 2007. Oral Surgery. Springer: Berlin
Wray, David., Stenhouse, David., Lee, David., Clark, Andrew J.E. 2003. Textbook
Of General And Oral Surgery. Churchill Livingstone : London.
24