EXODONTIA
KOMPLIKASI DALAM PENCABUTAN GIGI
OLEH:
KELOMPOK 11
JUMRIANI PO713261181017
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI
1
C. TUJUAN AKHIR
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat:
1) Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari komplikasi dalam pencabutan gigi.
D. CEK KEMAMPUAN
1
BAB II
PEMBELAJARAN
A. KEGIATAN BELAJAR
b. Tujuan Kegiatan Belajar
1) Dapat mengetahui definisi dari komplikasi dalam pencabutan gigi.
2) Dapat mengetahui jenis-jenis komplikasi dalam pencabutan gigi.
3) Dapat mengetahui cara penanggulangan komplikasi dalam pencabutan
gigi.
4) Dapat mengetahui tindakan setelah pencabutan gigi.
c. Uraian Materi
Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat terjadi oleh berbagai sebab dan
bervariasi pula dalam akibat yang ditimbulkannya. Komplikasi tersebut kadang-
kadang tidak dapat dihindarkan tanpa memandang operator, kesempurnaan
persiapan dan keterampilan operator. (Panji Pratikno, 2011)
1. Kegagalan dari :
• Pemberian anastetikum
3
• Mencabut gigi dengan tang atau elevator
2. Fraktur dari :
• Tuberositas maxilla
3
• Gigi sebelahnya/gigi antagonis.
• Mandibula.
3. Dislokasi dari :
• Gigi sebelahnya.
• Sendi temporo mandibula.
5. Perdarahan berlebihan :
6. Kerusakan dari :
• Gusi.
• Bibir.
• Saraf alveolaris inferior/cabangnya.
• Saraf lingualis.
• Lidah dan dasar mulut.
4
• Arthritis traumatik dari sendi temporo mandibula.
• Edema.
• Hematoma.
• Infeksi.
• Trismus.
• Terjadinya fistula oro antral.
• Sinkop.
• Terhentinya respirasi.
• Terhentinya jantung.
• Keadaan darurat akibat anastesi. (Howe,G.L,n 1190)
1. Kegagalan anastesi.
5
Fraktur mahkota gigi selama pencabutan mungkin sulit dihindarkan pada gigi
dengan karies besar sekali atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga
disebabkan oleh tidak tepatnya aplikasi tang pada gigi, bila tang diaplikasikan
pada mahkota gigi bukan pada akar atau masa akar
5
gigi, atau dengan sumbu panjang tang tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Juga bisa disebabkan oleh
pemilihan tang dengan ujung yang terlalu lebar dan hanya memberi kontak satu titik sehingga gigi
dapat pecah bila ditekan. Dapat pula disebabkan karena tangkai tang tidak dipegang dengan
kuat sehingga ujung tang mungkin terlepas/bergeser dan mematahkan mahkota gigi. Selain itu juga fraktur
mahkota gigi bisa disebabkan oleh pemberian tekanan yang berlebihan dalam upaya mengatasi perlawanan dari gigi.
Untuk itulah operator harus bekerja sesuai dengan metode yang benar dalam melakukan pencabutan gigi.
Tindakan penanggulangannya dapat dilakukan dengan memberitahukan kepada pasien bahwa ada
gigi yang tertinggal kemudian dicari penyebabnya secara klinis dengan melalui bantuan radiografi.
Pemeriksaan dengan radiografi dilakukan untuk memperoleh petunjuk yang berguna untuk
mengidentifikasi ukuran dan posisi fraktur gigi yang tertinggal. Selanjutnya operator
mempersiapkan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan pencabutan dan menginformasikan perkiraan waktu
yang diperlukan untuk tindakan tersebut. Sedangkan metode yang digunakan bisa dengan cara
membelah bifurkasi (metode tertutup) atau dengan dengan pembedahan melalui pembukaan flap (metode
terbuka). Bila terjadi fraktur mahkota, cara yang digunakan untuk mengeluarkan
bagian yang tertinggal adalah dengan cara “trans-alveolar” Pencabutan trans-alveolar
adalah pemisahan gigi atau akar dari perlekatannya dengan tulang.Pemisahan ini
dilakukan dengan membuang sebagian tulang yang menutupi akar gigi, kemudian
pencabutan dilakukan dengan menggunakan bein dan atau tang.
6
molar atas bila harus mengikut sertakan pembuangan sejumlah besar tulang
alveolar dan mungkin dipersulit dengan terdorongnya fragmen kedalam sinus
maxlillaris atau menyebabkan terbentuknya fistula oro antral pada kebanyakan
kasus lebih baik dipertimbangkan untuk ditinggalkan dan tidak diganggu. Dan jika
diindikasikan untuk dikeluarkan sebaiknya didahului dengan pemeriksaan radiografi
dan dilakukan oleh operator yang berpengalaman dengan menggunakan teknik
pembuatan flap.
7
dikeluarkan dari soketnya. Flap jaringan lunak kemudian dilekatkan satu
sama lain dan dijahit.
Fraktur seperti ini dapat dihindarkan dengan cara pemeriksaan pra operasi
secara cermat apakah gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut mengalami
karies, restorasi besar, atau terletak pada arah pencabutan. Bila gigi yang akan
dicabut merupakan gigi penyokong jembatan maka jembatan harus dipotong
dulu dengan carborundum disk atau carborundum disk intan
sebelum pencabutan. Bila gigi sebelahnya terkena karies besar dan tambalannya
goyang atau overhang maka harus diambil dulu dan ditambal denga tambalan
sementara sebelum pencabutan dilakukan. Tidak boleh diaplikasikan tekanan pada gigi
yang berdekatan selama pencabutan dan gigi lain tidak boleh digunakan sebagai
fulkrum untuk elevator kecuali bila gigi tersebut juga akan dicabut pada
kunjungan yang sama. Gigi antagonis bisa fraktur jika gigi yang akan dicabut tiba-tiba
diberikan tekanan yang tidak terkendali dan tang membentur gigi tersebut.
f) Fraktur mandibula
8
cermat serta dibuat splint sebelum operasi. Pasien harus diberitahu sebelum
operasi tentang kemungkinan fraktur mandibula dan bila komplikasi ini terjadi
penanganannya harus sesegera mungkin.Untuk alasan-alasan tersebut sebagian
besar dapat ditangani dengan baik oleh ahli bedah mulut. Bila fraktur terjadi
padapraktek dokter gigi maka dilakukan fiksasi ekstra oral dan pasien dirujuk
secepatnya ke Rumah Sakit terdekat yang ada fasilitas perawatan bedah mulut.
3. Dislokasi.
9
(fiksasiekstra oral). Kemudian pasien diingatkan agar tidak membuka mulut
terlalu lebar atau menguap terlalu sering selama beberapa hari pasca operasi.
Perawatan dislokasi temporo mandibular joint tidak boleh terlambat karena dapat
menyebabkan spasme otot akibatnya mempersulit pengembalian senditemporo
mandibular joint padatempatnya kecuali dibawah anastesi umum.
5. Kerusakan.
10
• Kerusakan pada bibir.
Bibir bawah dapat terjepit diantara pegangan tang dengan gigi anterior, bila
tidak diperhatikan dengan baik. Tangan operator yang terampil dapat membuat
bibir bebas dari kemungkinan tersebut.
• Kerusakan saraf alveolaris inferior.
Kerusakan dapat dicegah atau dikurangi hanya dengan diagnosis pra operasi dan
pembedahan secara cermat.
• Kerusakan saraf mentalis.
Kerusakan saraf mentalis dapat terjadi selama pencabutan gigi premolar bawah
atau oleh infeksi akut jaringan disekitarnya.
• Kerusakan saraf lingualis.
Saraf lingualis dapat rusak oleh pencabutan dengan trauma yang besar pada gigi
molar bawah dimana jaringan lunak lingual terkena bor sebelum pembuangan
tulang.
• Kerusakan pada lidah dan dasar mulut.
Lidah dan dasar mulut tidak akan mengalami kerusakan jika aplikasi tang dan
penggunaan elevator dilakukan secara hati-hati dan terkontrol. Komplikasi ini
lebih banyak terjadi pada pencabutan gigi dengan anastesi umum. Jika operator
menggunakan elevator tanpa kontrol yang tepat maka dapat meleset mengenai
lidah atau dasar mulut, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
Perdarahan dapat diatasidengan menarik lidah dan penjahitan.
11
file serta membersihkan soket tulang setelah pencabutan dapat menghilangkan
kemungkinan penyebab rasa sakit pasca pencabutan gigi.
• Kerusakan jaringan lunak.
Kerusakan jaringan lunak dapat terjadi oleh beberapa sebab misalnya insisi
yang kurang dalam sehingga bentuk flapnya compang camping yang membuat
proses penyembuhan menjadi lambat. Flap yang terlalu kecil retraksi untuk
membesarkan flap mungkin diperlukan, dan bila jaringan lunak tidak dilindungi
seperlunya maka jaringan lunakbisa tersangkut bor.
• Dry Socket.
Keadaan klinis merupakan osteitis yang terlokalisir yang melibatkan semua atau
sebagian tulang padat pembatas soket gigi atau lamina dura. Penyebabnya tidak
jelas tetapi terdapat banyak faktor predisposisi seperti faktor infeksi sebelum,
selama atau setelah pencabutan gigi merupakan faktor pemicu namun banyak
juga gigi dengan abses dan infeksi dicabut tanpa menyebabkan dry socket.
Meskipun benar bahwa setelah penggunaan tekanan yang berlebihan selama
pencabutan gigi dapat menimbulkan rasa sakit yang berlebihan tetapi ini tidak
selalu terjadi, dan komplikasi ini dapat juga terjadi pada pencabutan gigi yang
sangat mudah. Banyak ahli menduga bahwa pemakaian vaso konstriktor dalam
larutan anastesi lokal dapat memicu terjadinya dry socket dengan
mempengaruhi aliran darah dalam tulang, dan keadaan ini lebih sering terjadi
pada pencabutan gigi dibawah anastesi lokal dibandingkan dengan anastesi
umum. Komplikasi dry socket lebih sering terjadi pada pencabutangigi bawah
dari pada gigi atas. Cara penanggulangannya bila terjadi dry socket adalah
ditujukan untuk menghilangkan sakit dan mempercepat penyembuhan. Soket
harus diirigasi dengan larutan normal saline hangat dan semua bekuan darah
degenerasir dikuret. Tulang yang tajam dihaluskan dengan bone file/knabel tang
kemudian diberi resep antibiotika dan analgetika yang adekuat. (Aditya M,
2002)
12
7. Pembengkakan pasca operasi.
• Edema.
Pembengkakan pasca operasi selama pencabutan gigi dapat menimbulkan
edema traumatik sehingga menghambat penyembuhan luka. Hal ini biasanya
disebabkan trauma instrumen tumpul, retraksi berlebihan dari flap yang tidak
baik atau tersangkut putaran bor merupakan faktor predisposisi keadaan ini.
• Hematoma.
Penjahitan yang terlalu kencang dapat menyebabkan pembengkakan pasca
operatif akibat edema atau terbentuk hematoma dapat menyebabkan robeknya
jaringan lunak serta putusnya ikatan jahitan.
• Infeksi.
Penyebab yang sering terjadi pembengkakan pasca operasi adalah infeksi pada
daerah bekas pencabutan karena masuknya mikroorganisme yang patogen. Bila
terdapat pusdan fluktuasi positif harus harus dilakukan insisi dan drainase serta
pemberian
antibiotika yang adekuat. Sedang jika infeksi cukup parah atau telah meluas ke
submaxilla dansublingual sebaiknya segera dirujuk ke Rumah Sakit yang
mempunyai fasilitas Bedah Mulut.
• Trismus.
Trismus dapat didefinisikan sebagai ketidak mampuan membuka mulut akibat
spasme otot. Keadaanini dapat disebabkan edema pasca operasi, pembentukan
hematoma atau peradangan jaringan lunak. Pasien dengan arthritiatraumatik
sendi temporo mandibular joint juga dapat memiliki keterbatasan membuka
mulut (gerakan
mandibula). Terapi trismus bervariasi tergantung penyebabnya. Kompres
panas/penyinaran dengan solux atau kumur-kumur dengan normal saline hangat
dapat mengurangi rasa sakit pada kasus ringan, tapi pada kasus lain kadang-
kadang diperlukan pemberian antibiotika, anti inflamasi atau analgetika yang
13
mengandung muscle relaxan, neurotropik vitamin atau dirujuk kepada spesialis
bedah mulut ahli temporo mandibular joint untuk mengurangi gejalanya.
14
4. Beri tampon yang sudah diberi antiseptik diatas soket
5. Jika terjadi pendarahan, masukkan spongostan dingin kedalam socket bekas pencabutan.
6. Jika diperlukan, tuangkan adrenalin pada spongostan pada tampon kemudian
instruksikan untuk menggigit tampon tersebut.
7. Jika pendarahan belum berhenti, segera lakukan hacting pada socket bekas pencabutan.
8. Instruksikan pada pasien :
d. Test formatif
15
BAB III
EVALUASI
Test Tertulis
Soal Evaluasi
1. Pencabutan gigi merupakan tindakan bedah yang lazim dilakukan dalam pratik kedokteran gigi.
Setelah tindakan tersebut selesai, ada beberapa komplikasi yang biasa teradi, diantaranya yaitu…
a. Perdarahan
b. Kerusakan gusi
c. Infeksi
d. Dislokasi
2. Apabila dalam teknik pencabutan gigi biasa terjadi suatu aktivitas yang tidak diinginkan seperti
a. Fraktur
b. Anastesi
c. Komplikasi
d. Dislokasi
e. Sinkop
3. Rasa sakit yang diderita pasien pasca pencabutan gigi biasanya diakibatkan oleh…
a. Kerusakan lidah
b. Kerusakan gusi
d. Kerusakan bibir
16
b. Menganastesi
d. Pembengkakan gusi
e. Trismus
a. Bibir
b. Gusi
c. Saraf lingualis
e. Trismus
6. Yang manakah dibawah ini yang termasuk gejala-gejala bagi penderita penyakit sinkop…
b. Demam
c. Muntah
d. Kekurangan darah
7. Yang manakah dibawah ini yang termasuk jenis komplikasi yang tidak terjadi pada pencabutan
gigi adalah…
a. Udem
b. Tersedak
c. Fraktur mandibula
d. Edema
e. Trismus
8. Jika terjadi kegagalan anastesi pada pencabutan gigi hal lain apakah yang dilakukan untuk
a. Edema
17
b. Pembedahan
c. Sinkop
d. Pemberian obat
e. Restorasi
9. Fraktur yang biasa terjadi karena penggunaan elevator yang tidak terkontrol, dapat pula
disebabkan geminasi patologis antara gigi molar kedua atas yang telah erupsi. Pernyataan diatas
b. Fraktur tubermaxilaris
d. Fraktur gigi
e. Fraktur mandibula
10. Kerusakan yang dapat dihindari dengan pemilihan tang secara cermat serta teknik pencabutan,
bila sesuatu menempel pada gigi dari soketnya dan harus dipisahkan secara hati-hati dari gigi
18
e. Sakit pada saraf lingualis
12. Fraktur dapat dihindarkan dengan cara pemeriksaan preparasi secara cermat apakah gigi yang
a. Fibrous dysplasia
b. Osteo distrofi
c. Osteitis deforman
d. Restorasi besar
e. Fraktur
13. Fraktur mandibula dapat terjadi bila digunakan tekanan yang berlebihan dalam…
a. Mencabut gigi
b. Restorasi
c. Scaling
d. Pemolesan
a. Udem
b. Edema
c. Fraktur
d. Dysplasia
e. Dislokasi
a. Hematoma
b. Hyperplasia
c. Kejang
d. Syok
19
16. Akar gigi dapat dianggap sebagai fragmen akar gigi bila kurang lebih dari…
a. 5 mm
b. 6 mm
c. 7 mm
d. 8 mm
e. 9 mm
a. 15 menit
b. 10 menit
c. 5 menit
d. 1 menit
e. 3 menit
18. Penyebab yang sering terjadi pada pembengkakan pasca operasi adalah…
d. Edema trasmatik
e. Putusnya jahitan
20. Dry socket adalah ditujukan untuk menghilangkan rasa sakit dan…
a. Mempercepat pertumbuhan
20
b. Kerusakan jaringan lunak
21
BAB IV
PENUTUP
Setelah menyelesaikan modul ini, maka mahasiswa berhak untuk mengerjakan test
formatif dan tertulis untuk menguji kompetensi berdasarkan materi yang telah dipelajari dalam
modul.
• Kesimpulan.
Berbagai komplikasi akibat pencabutan banyak jumlah nya dan bervariasi. Adalah tugas
dokter gigi untuk melakukan setiap tindakan secara tepat, benar, teliti dan berhati-hati dengan
memperhatikan prosedur standart dalam melakukan tindakan-tindakan pencabutan gigi.
Sehingga dengan demikian dapat menghindari timbulnya komplikasi serta mencegah
keadaan darurat medik. Meskipun tidak mungkin mencegah segalanya secara sempurna
tetapi insiden dan efeknya dapat dikurangi semaksimal mungkin. Persiapan praoperatif yang
baik harus direncanakan sejak dimulai dari anamnesa yang cermat, diagnosis yang tepat,
benar dengan mengacu kepada prinsip-prinsip pembedahan. Disamping itu sebagai alat
(sarana penunjang standart medis) untuk tindakan operasi harus dipersiapkan sebelum
tindakan operasi akan mencegah kemungkinan timbulnyakesulitan selama tindakan sekaligus
mendukung keberhasilan operasi. Komplikasi pasca operasi hanya dapat didiagnosis segera
setelah tindakan dan harus dapat diatasi secepatnya secara efektif setelah penyebabnya
diketahui pasti. Oleh karena itulah maka seorang dokter gigi harus memiliki kemampuan
yang terlatih dalam mengatasi timbulnya komplikasi pasca operasi. Serta mampu melakukan
tindakan yang efektif, tepat, dan cepat guna mengantisipasi timbulnya keadaan yang
mengarah kepada keadaan gawat darurat medis..
• Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan dan kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran para pembaca agar
makalah kami dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
22
DAFTAR PUSTAKA
Mirawati, .Ellis. Yauri, Lucia. Sitanaya, Rini. 2013. dasar-dasar pencabutan gigi , jurusan
keperawatan gigi, Kementerian Kesehatan RI, Politeknik Kesehatan Makassar.
https://www._unpad_penanggulangan_komplikasi_pencabutan_gigi.pdf
https://.alodokter.com.ketahui-hal-hal-yang-berkaitan-dengan-cabut-gigi
https://wordpress.com-anda-apa-yang-dimaksud-dengan-pencabutan-gigi-komplikasi
https://www.google.com/url.unsrat.ac.id
23
Jawaban :
a. Pilihan ganda
1. a
2. b
3. c
4. a
5. c
6. a
7. a
8. b
9. b
10. c
11. a
12. c
13. a
14. e
15. b
16. a
17. c
18. a
19. a
20. a
24