PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencabutan merupakan salah satu tindakan medis yang sering dilakukan oleh dokter gigi.
Tindakan ini tentunya membutuhkan dasar pengetahuan yang cukup tentang indikasi, kontra
indikasi, tehnik, komplikasi setalah pencabutan dan tindakan setelah pencabutan. Tindakan
extraksi yang baik memerlukan pengetahuan dan skill yang baik pula sehingga dapat
meminimalkan komplikasi yang terjadi pada saat tindakan maupun paska extraksi.
Pemeriksaan pasien secara holistik perlu dilakukan sebelum memulai extraksi gigi. Tindakan
ini meliputi pemeriksaan kondisi umum, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang maupun
riwayat kesehatan sebelumnya, riwayat pengobatan yang penah dilakukan serta pemeriksaan
klinis pada gigi dan sekitar rongga mulut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pencabutan gigi
2. Apa indikasi dari pencabutan ?
3. Apa kontra indikasi pencabutan ?
4. Bagaimana tehnik pencabutan ?
5. Apa saja komplikasi yang terjadi setelah pencabutan ?
6. Apa saja yang dilakukan setelah pencabutan ?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat agar :
a) Teman-teman mengetahui indikasi dari pencabutan.
b) Teman-teman mengatahui kontra indikasi pencabutan.
c) Teman-teman mengetahui tehnik pencabutan.
d) Teman-teman mengetahui komplikasi yang terjadi setelah pencabutan.
e) Teman-teman mengetahui tentang apa saja yang dilakukan setelah pencabutan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Indikasi Pencabutan
C. Tehnik Pencabutan
3. Gerakan pencabutan
• Luxasi
Gerakan arah lingual-labial atau lingo-bucal atau palato-labial atau palato bucal
• Rotasi
Gerakan memutar yang diputar sejajar sumbu gigi yang bersangkutan
• Gerakan kombinasi
Gerakan yang digabung antara luxasi dan rotasi
• Gerakan extraksi
Gerakan mencabut sejajar sumbu gigi
1) Pendarahan
2) Rasa sakit
3) Infeksi
4) Dry socket
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencabutan merupakan salah satu tindakan medis yang sering dilakukan oleh dokter gigi.
Tindakan ini tentunya membutuhkan dasar pengetahuan yang cukup tentang indikasi, kontra
indikasi, tehnik, komplikasi setalah pencabutan dan tindakan setelah pencabutan. Tindakan
extraksi yang baik memerlukan pengetahuan dan skill yang baik pula sehingga dapat
meminimalkan komplikasi yang terjadi pada saat tindakan maupun paska extraksi.
B. Saran
Jagalah gigi dengan cara menggosok gigi tiga kali sehari, kurangi makan makan yang
mengandung manis asam dan lengket, perbanyak memakan makanan yang mengandung
serat, dan kontrol ke dokter gigi atau puskesmas enam bulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Exodontia
http://kumpulan-makalah-baru.blogspot.co.id/2012/06/pencabuta.html
MAKALAH
EKSTRAKSI GIGI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ekstraksi gigi.
2. Untuk mengetahui alasan orang-orang lebih memilih mengekstraksi giginya.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab tidak dapat dilakukannya ekstraksi gigi.
4. Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi tingkat kesulitan ekstraksi gigi.
5. Untuk mengetahui alat-alat ekstraksi gigi.
6. Untuk mengetahui teknik-teknik ekstraksi gigi.
7. Untuk mengetahui komplikasi setelah dilakukannya ekstraksi gigi.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Ekstraksi Gigi
Ekstraksi gigi adalah menghilangkan gigi. Jika saraf gigi telah mati atau gigi telah terinfeksi
sangat parah, pencabutan merupakan satu-satunya cara. Pencabutan gigi bisa dilakukan
dengan cara yang sederhana ataupun pencabutan yang rumit3.
Ekstraksi gigi merupakan proses pencabutan atau pengeluaran gigi dari tulang alveolus,
dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga
merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga
mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan disatukan oleh
gerakan lidah dan rahang4.
2.2 Alasan Ekstraksi Gigi
Gigi perlu dicabut karena berbagai alasan, diantaranya sebagai berikut:
1. Gigi dengan karies yang dalam, yaitu gigi tidak dapat dipertahankan lagi apabila gigi
sudah tidak dapat direstorasi4.
2. Penyakit periodontal yang parah, yaitu apabila terdapat abses periapikal, poket
periodontal yang meluas ke apek gigi, atau yang menyebabkan gigi goyang4.
3. Gigi yang terletak pada garis fraktur, gigi ini harus dicabut sebelum dilakukan fiksasi
rahang yang mengalami fraktur karena gigi tersebut dapat menghalangi penyembuhan
fraktur4.
4. Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth/crowding teeth. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan maloklusi pada gigi permanen. Oleh karena itu, pencabutan gigi harus segera
dilakukan4.
5. Adanya kelainan pulpa4.
6. Gigi yang mengalami infeksi periapeks4.
7. Posisi gigi yang buruk (impaksi, ektostema, berdesakan)4
Tindakan pencabutan gigi dapat juga dilakukan pada gigi sehat dengan tujuan memperbaiki
maloklusi, alasan estetik, dan juga kepentingan perawatan orthodontik atau prostodontik5.
Ciri-ciri :
1. Paruh dan pegangan bersudut antara 45o - 900
2. Untuk gigi incisive dan premolar kedua paruhnya tumpul
3. Untuk gigi molar ada 2 tipe :
1) Yang digunakan dari samping :
Keuntungan : menggunakan tenaga yang besar
Kerugian : tidak untuk M3 bawah
Gambar. Tang gigi anterior rahang bawah(kiri) Tang Premolar rahang bawah(kanan)
Tang molar rahang bawah Tang M3 rahang bawah Tang sisa akar rahang bawah
6. Elevator
Indikasi penggunaan :
a) Untuk ekstraksi gigi yang tak dapat dicabut dengan tang8.
b) Untuk menggoyangkan gigi sebelum penggunaan dengan tang.
c) Untuk mengeluarkan sisa akar.
d) Untuk memecah gigi.
e) Untuk mengangkat tulang inter radikuler (Cryer)
f) Untuk memisahkan gigi dengan gingiva sebelum penggunaan dengan tang (Bein)
Blade(pisau)
Rounger Forcep
Bone File
Needle Holder
g) Gunting
Gunting
Arterie Clamp
j) Curret (kuret)
Alat ini berbentuk sendok kecil yang mempunyai pinggiran tajam
Curret
Gambar 1 : Pencabutan gigi teknik open method extraction dengan pengambilan sebagian
tulang bukal.
3. Teknik Pencabutan Gigi Akar Multipel atau Akar Divergen
Pencabutan gigi akar multipel dan akar divergen perlu pengambilan satu persatu
setelah dilakukan pemisahan pada bifurkasinya. Pertama pembuatan flap mukoperiostal
dengan desain flap envelop yang diperluas. Selanjutnya melakukan pemotongan mahkota
arah linguo-bukal dengan bur sampai akar terpisahkan. Pengangkatan akar gigi beserta
potongan mahkotanya satu-persatu dengan tang2.
Gambar 2 : Tcknik open method extraction dengan pemotongan mahkota gigi arah linguo-
bukal
Cara lain adalah dengan pengambilan sebagian tulang alveolar sebelah bukal sampai dibawah
servikal gigi. Bagian mahkota dipotong dengan bur arah horizontal dibawah servikal.
Kemudian akar gigi dipisahkan dengan bur atau elevator, dan satu persatu akar gigi diangkat.
Tepian tulang atau septum interdental yang tajam dihaluskan. Selanjutnya socket atau debris
dikuret dan diirigasi serta pcnjahitan tepian flap pada tempatnya2.
Gamtrar 3 : Pencabutan gigi molar bawah dengan teknik open method extraction, dimana
dilakukan pemotongan mahkota dan akar gigi.
Gambar 4 : Pencabutan gigi molar atas dengan pemotongan mahkota dan pengambilan akar
satu persatu.
2.7 Komplikasi Ekstraksi Gigi
Ekstraksi gigi dapat mengakibatkan kerusakan tulang rahang. Kerusakan lebih lanjut
secara terintegrasi dapat mengakibatkan gangguan system pencernaan makanan. Kerusakan
tulang alveolar dapat menimbulkan beberapa kerusakan komponen penting dalam tulang
alveolar yang seterusnya dapat menimbulkan resorpsi tulang rahang9.
Ekstraksi gigi akan mengakibatkan (1) penurunan jumlah sel induk/sel
puncak/stem cells,dan sel dewasapada ligament periodontal/LP yang menurunkan kapasitas
regenerasi tulang dan pembentukan ekstra seluler matriks10. (2) penurunan jumlah reseptor
proprioseptif pada jaringan periodontal, yang berperan mendeteksi beban sehingga beban
yang besar pada rahang dapat dikurangi11. (3) penurunan faktor
pertumbuhan tulang local12. (4) penurunan fungsi tulang akibat kehilangan gigi yang
menyebabkan disuse atrophy karena kehilangan kontak dengan gigi antagonis13.
Komplikasi akibat ekstraksi gigi dapat terjadi karena berbagai faktor dan bervariasi pula
dalam hal yang ditimbulkannya. Komplikasi dapat digolongkan menjadi intraoperatif, segera
sesudah pencabutan dan jauh setelah pencabutan14. Komplikasi yang sering ditemui pada
pencabutan gigi antara lain perdarahan, pembengkakan, rasa sakit, dry socket, fraktur, dan
dislokasi mandibula15.
Ekstrasi gigi merupakan prosedur pencabutan gigi yang sering terjadi pendarahan,
sedangkan kulit dan biji kelengkeng diketahui mengandung fenolik seperti corilagin,
antimikroba, antioksidan, dan antiinflamasi yang akan mencegah terjadinya pendarahan
(infeksi sekunder) pada daerah luka yang berpengaruh pada proses penyembuhan16.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekstraksi gigi adalah menghilangkan gigi. Jika saraf gigi telah mati atau gigi telah terinfeksi
sangat parah, pencabutan merupakan satu-satunya cara. Pencabutan gigi bisa dilakukan
dengan cara yang sederhana ataupun pencabutan yang rumit. Riwayat kesulitan pencabutan
gigi sebelumnya dari pasien dapat dijadikan bahan penilaian kemungkinan timbulnya
kesulitan kembali pada pencabutan gigi selanjutnya. Pemeriksaan klinis secara cermat dari
gigi yang akan dicabut beserta jaringan pendukung dan struktur penting di dekatnya dapat
memberikan informasi yang berharga dalam menentukan tingkat kesulitan pencabutan gigi.
Jika dengan teknik sederhana atau intra alveolar tidak dapat mengeluarkan gigi maka
pencabutan gigi dapat digunakan teknik closed method atau open methodextraction.
Pencabutan gigi dengan penyulit dapat dilakukan dengan teknik open method extraction,
teknik ini jika dilakukan dengan benar dapat merupakan solusi yang baik untuk tindakan
pencabutan gigi dengan kasus-kasus penyulit dan dapat menghindari resiko yang tidak
diinginkan baik bagi pasien maupun dokter giginya. Teknik ini membutuhkan peralatan
penunjang bedah yang sesuai disamping kemampuan dari operator yang terlatih.
3.2 Saran
Seorang dokter gigi dalam melakukan tindakan ekstraksi gigi sederhana bisa saja menghadapi
kondisi komplikasi perdarahan. Oleh karena itu, pengetahuan akan faktor yang menyebabkan
dan cara menanggulanginya menjadi suatu hal yang penting dalam menghadapi kondisi
tersebut.
Hindari atau minimalkan komplikasi setelah pencabutan gigi dengan prinsip dasar yaitu
tentukan rencana pencabutan yang jelas, gunakan teknik yang baik dan benar, dan
pemberian informed consent tertulis tentang resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
REFERENSI
1. Pagni G, dkk 2012: Postextraction Alveolar Ridge Preservation: Biological Basis and
Treatments. International Journal of Dentistry, Vol. 2012 No. 1: 1-13
2. Agung, Sagung 2013: Dental Exrtaction Technique Using Difficulty. Jurnal Kesehatan
Gigi.Vol. 1 No. 2: 115-119
3. Pontoh, Beatrix 2014: Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Perubahan Denyut Nadi
Pada Pasien Ekstraksi Gigi Di Puskesmas Tuminting Manado. Jurnal e-GiGi (Eg), Vol. 2 No.
1: 13-17
4. Brany, Nurrany 2016: Gambaran Kecemasan Pasien Ekstraksi Gigi Di Rumah Sakit
Gigi dan Mulut (Rsgm) Unsrat. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5 No. 1: 39-45
5. Aulia, Syafrudin 2016: Pengaruh Mendengarkan Ayat Suci Al Quran Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Sebelum Tindakan Ekstraksi Gigi. Odonto Dental Journal. Vol 3. No. 1:
55-59
6. Hamzah, Zahreni 2015: Pencabutan Gigi yang Irrasional Mempercepat Penurunan
Struktur Anatomis dan Fungsi Tulang Alveolar. Stomatognatic (J. K. G Unej). Vol. 12 No. 2:
61-66.
7. Lumentut, Reyna 2013: Status Periodontal dan Kebutuhan Perawatan Pada Usia Lanjut.
Jurnal e-GiGi (Eg). Vol. 1 No. 2:
8. Robert Ireland, 2016: Clinical Textbook of Dental Hygiene and Therapy. Blackwell
Munksgaard.
9. Hutchinson E.F, 2015: Importance of teeth in maintaining the morphology of the adult
mandible in humans. European Journal of Oral Sciences. Vol. 123 (issue-5): 341-
349.
10. Vishwakarma A, 2015: Stem Cell Biology and Tissue Engineering in Dental Sciences.
Elsevier-Academic Press, UK.
11. Rathee M, 2014: Oral Proprioception for Prevention and Preservation. RRJDS. Vol.
2(Supplement 1): 42-46.
12. Chen G, 2012: Signaling In Osteoblast Differentiation and Bone Formation. Int J. Biol.
Sci. Vol. 8:272-288.
13. Reich K.M, 2011: Atrophy of the residual alveolar ridge following tooth loss in an
historical population. Oral Diseases. Vol. 17 (issue-1): 33-44.
14. Gordon PW, 2013: Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (4th ed). EGC, Jakarta
15. Chandra HM, 2014: Buku Petunjuk Praktis Pencabutan Gigi (1st ed). Sagung Seto,
Makassar
16. Susilawati, dkk. 2013: Potensi Kulit dan Biji Kelengkeng (Euphoria longan) sebagai
GelTopikal untuk Mempercepat Penyembuhan Luka pasca Ekstraksi Gigi. B IMKGI Vol. 1
No. 2
Skip to content
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh dokter
gigi. Walaupun demikian tidak jarang ditemukan komplikasi dari tindakan ekstraksi gigi yang
dilakukan. Karenanya dokter gigi perlu waspada dan mampu mengatasi kemungkinan
komplikasi yang terjadi.
Pencabutan gigi, merupakan suatu tindaka pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan
jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi oleh bibir dan pipi dan terdapat
faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah dan rahang bawah.
Tindakan ekstraksi gigi ini disebabkan oleh kesadaran dari masyarakat tentang pemeliharaan
kesehatan gigi yang masih rendah, termasuk di Indonesia. Penderita umumnya datang ke
dokter gigi jika telah timbul keluhan yang sangat menggangu dengan kerusakan gigi yang
parah. Sebuah penelitian membuktikan bahwa orang yang sering mengalami kecemasan
dalam ekstraksi gigi memiliki kondisi kesehatan gigi dan mulutyang lebih buruk
dibandingkan mereka yang tidak mengalami gangguan kecemasan. (4)
Terdapat pula hal yang membahayakan tindakan tersebut yaitu adanya hubungan antara
rongga mulut dan pharynk, larynk, dan oeshophagus. Lebih lanjut daerah mulut selalu
dibasahi oleh saliva dimana terdapat berbagai macam jenis mikroorganisme yang terdapat
pada tubuh manusia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar balekang aslah di atas, maka rumusan masalah yaitu mengetahui dasar-
dasar pengetahuan mengenai ekstraksi gigi bagi calon dokter gigi muda.
1.3 TUJUAN
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan bagi calon dokter gigi
muda mengenai masalah ekstraksi gigi.
BAB II
PEMBAHASAN
GEJALA ATAU
KOMPLIKASI TINDAKAN
TANDA
Pengambilan Langsung,
Fraktur akar atau
odontotomi
mahkota
odontektomi.
Penghalusan tulang
Fraktur alveolar
yang runcing.
Memperbaiki jalan
Hipotensi, denyut nadi nafas, periksalah fungsi
lemah dan cepat, kardiovaskuler, amati
Syok sianosis pada bibir, laju perubahan tingkat
pernafasan meningkat, kesdaran, monitor, cacat
agitasi. tekana darah, denyut
nadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Ekstraksi adalah pencabutan gigi yang dilakukan karena berbagai hal. Ada tiga prinsip dalam
ekstraksi gigi, dan juga ada dua macam teknik ekstraksi gigi. Berbagai hahap yang dilakukan
dalam pelaksanaan ekstraksi gigi dan memperhatikan posisi operator dan kursi pasien saat
mencabut gigi. Dan bukan berarti setelah pencabutan selesai dilakukan, tanggung jawab kita
sebagai dokter gigi selesai, kita juga harus memperhatikan akibat apa yang timbul dari
tindakan tersebut speerti pendarahan bahkan syok.
3.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya berbagai prinsip dalam pencabutan gigi, dokter gigi dapat
lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan tersebut, hal penting yang tidak boleh dilupaka
adalah memahami cara mengatasi kecemasan pasien agar dalam penangannnya, seorang
dokter gigi dapat menenangkan pasien dari merasa cemas terhadap sakitnya pencabutan.
Masih banyak dokter gigi yang hanya terfokus pada faktor fisik dan tidak memperhatikan
faktor psikis pasien.
Juga adanya usaha promosi tentang kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat perlu
ditingkatkanagar masyarakat yang cenderung takut ke dokter gigi lebih mengenal tentang
kesehatan gigi dan mulut yang sebenarnya tidak menakutkan seperti yang dipandang mereka.
(4)
REVERENSI
Bakar, Abu. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. C.V. Quantum Sinergis Media. Yogyakarta.
2012. Hal 90-94.
Robinson D. Paul. Tooth Extraction. Wright, Oxford Aucland Boston Johannes Burg
Melbourn New Delhi. 2005, pp: 2.
Peterson J. Larry. Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed, The C.V. Mosby Company, St.
Louis, 2003, pp:116-117
Pontoh, Beatrix I, Damajanti H. C. Pangemanan, Ni Wayan Mariati. Hubungan Tingkat
Kecemasan Dengan Tingkat Perubahan Denyut Nadi pada Pasien Ekstraksi Gigi Di
Puskesmas Tuminting Manado. Jurnal e-Gigi (eG), Volume 3, Nomor 1. Januari-Juni 2015.
Manado. Hal 13-17
Howe L. Geoffrey. Pencabutan Gigi Geligi. Edisi ketiga Revisi. Penerbit buku Kedokteran,
EGC, Jakarta, 1999, pp: 83-90
Ikhsan, Muhammad, Ni Wayan Mariati, Christy Mintjelungan, Gambaran Penggunaan Bahan
Anestesi Lokal Untuk Pencabutan Gigi Tetap Oleh Dokter Gigi di Kota Manado. Jurnal e-
Gigi (eG), Volume 1, Nomor 2. September 2013, hlm. 105-114.
AKALAH
EKSTRAKSI GIGI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ekstraksi gigi.
2. Untuk mengetahui alasan orang-orang lebih memilih mengekstraksi giginya.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab tidak dapat dilakukannya ekstraksi gigi.
4. Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi tingkat kesulitan ekstraksi gigi.
5. Untuk mengetahui alat-alat ekstraksi gigi.
6. Untuk mengetahui teknik-teknik ekstraksi gigi.
7. Untuk mengetahui komplikasi setelah dilakukannya ekstraksi gigi.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Ekstraksi Gigi
Ekstraksi gigi adalah menghilangkan gigi. Jika saraf gigi telah mati atau gigi telah terinfeksi
sangat parah, pencabutan merupakan satu-satunya cara. Pencabutan gigi bisa dilakukan
dengan cara yang sederhana ataupun pencabutan yang rumit3.
Ekstraksi gigi merupakan proses pencabutan atau pengeluaran gigi dari tulang alveolus,
dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga
merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga
mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan disatukan oleh
gerakan lidah dan rahang4.
Ciri-ciri :
1. Paruh dan pegangan bersudut antara 45o - 900
2. Untuk gigi incisive dan premolar kedua paruhnya tumpul
3. Untuk gigi molar ada 2 tipe :
1) Yang digunakan dari samping :
Keuntungan : menggunakan tenaga yang besar
Kerugian : tidak untuk M3 bawah
Gambar. Tang gigi anterior rahang bawah(kiri) Tang Premolar rahang bawah(kanan)
Tang molar rahang bawah Tang M3 rahang bawah Tang sisa akar rahang bawah
6. Elevator
Indikasi penggunaan :
a) Untuk ekstraksi gigi yang tak dapat dicabut dengan tang8.
b) Untuk menggoyangkan gigi sebelum penggunaan dengan tang.
c) Untuk mengeluarkan sisa akar.
d) Untuk memecah gigi.
e) Untuk mengangkat tulang inter radikuler (Cryer)
f) Untuk memisahkan gigi dengan gingiva sebelum penggunaan dengan tang (Bein)
Blade(pisau)
Rounger Forcep
Needle Holder
Jarum
g) Gunting
Gunting
Arterie Clamp
Curret
Gambar 1 : Pencabutan gigi teknik open method extraction dengan pengambilan sebagian
tulang bukal.
Cara lain adalah dengan pengambilan sebagian tulang alveolar sebelah bukal sampai dibawah
servikal gigi. Bagian mahkota dipotong dengan bur arah horizontal dibawah servikal.
Kemudian akar gigi dipisahkan dengan bur atau elevator, dan satu persatu akar gigi diangkat.
Tepian tulang atau septum interdental yang tajam dihaluskan. Selanjutnya socket atau debris
dikuret dan diirigasi serta pcnjahitan tepian flap pada tempatnya2.
Gamtrar 3 : Pencabutan gigi molar bawah dengan teknik open method extraction, dimana
dilakukan pemotongan mahkota dan akar gigi.
Gambar 4 : Pencabutan gigi molar atas dengan pemotongan mahkota dan pengambilan akar
satu persatu.
2.7 Komplikasi Ekstraksi Gigi
Ekstraksi gigi dapat mengakibatkan kerusakan tulang rahang. Kerusakan lebih lanjut
secara terintegrasi dapat mengakibatkan gangguan system pencernaan makanan. Kerusakan
tulang alveolar dapat menimbulkan beberapa kerusakan komponen penting dalam tulang
alveolar yang seterusnya dapat menimbulkan resorpsi tulang rahang9.
Ekstraksi gigi akan mengakibatkan (1) penurunan jumlah sel induk/sel
puncak/stem cells,dan sel dewasapada ligament periodontal/LP yang menurunkan kapasitas
regenerasi tulang dan pembentukan ekstra seluler matriks10. (2) penurunan jumlah reseptor
proprioseptif pada jaringan periodontal, yang berperan mendeteksi beban sehingga beban
yang besar pada rahang dapat dikurangi11. (3) penurunan faktor
pertumbuhan tulang local12. (4) penurunan fungsi tulang akibat kehilangan gigi yang
menyebabkan disuse atrophy karena kehilangan kontak dengan gigi antagonis13.
Komplikasi akibat ekstraksi gigi dapat terjadi karena berbagai faktor dan bervariasi pula
dalam hal yang ditimbulkannya. Komplikasi dapat digolongkan menjadi intraoperatif, segera
sesudah pencabutan dan jauh setelah pencabutan14. Komplikasi yang sering ditemui pada
pencabutan gigi antara lain perdarahan, pembengkakan, rasa sakit, dry socket, fraktur, dan
dislokasi mandibula15.
Ekstrasi gigi merupakan prosedur pencabutan gigi yang sering terjadi pendarahan,
sedangkan kulit dan biji kelengkeng diketahui mengandung fenolik seperti corilagin,
antimikroba, antioksidan, dan antiinflamasi yang akan mencegah terjadinya pendarahan
(infeksi sekunder) pada daerah luka yang berpengaruh pada proses penyembuhan16.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekstraksi gigi adalah menghilangkan gigi. Jika saraf gigi telah mati atau gigi telah terinfeksi
sangat parah, pencabutan merupakan satu-satunya cara. Pencabutan gigi bisa dilakukan
dengan cara yang sederhana ataupun pencabutan yang rumit. Riwayat kesulitan pencabutan
gigi sebelumnya dari pasien dapat dijadikan bahan penilaian kemungkinan timbulnya
kesulitan kembali pada pencabutan gigi selanjutnya. Pemeriksaan klinis secara cermat dari
gigi yang akan dicabut beserta jaringan pendukung dan struktur penting di dekatnya dapat
memberikan informasi yang berharga dalam menentukan tingkat kesulitan pencabutan gigi.
Jika dengan teknik sederhana atau intra alveolar tidak dapat mengeluarkan gigi maka
pencabutan gigi dapat digunakan teknik closed method atau open methodextraction.
Pencabutan gigi dengan penyulit dapat dilakukan dengan teknik open method extraction,
teknik ini jika dilakukan dengan benar dapat merupakan solusi yang baik untuk tindakan
pencabutan gigi dengan kasus-kasus penyulit dan dapat menghindari resiko yang tidak
diinginkan baik bagi pasien maupun dokter giginya. Teknik ini membutuhkan peralatan
penunjang bedah yang sesuai disamping kemampuan dari operator yang terlatih.
3.2 Saran
Seorang dokter gigi dalam melakukan tindakan ekstraksi gigi sederhana bisa saja menghadapi
kondisi komplikasi perdarahan. Oleh karena itu, pengetahuan akan faktor yang menyebabkan
dan cara menanggulanginya menjadi suatu hal yang penting dalam menghadapi kondisi
tersebut.
Hindari atau minimalkan komplikasi setelah pencabutan gigi dengan prinsip dasar yaitu
tentukan rencana pencabutan yang jelas, gunakan teknik yang baik dan benar, dan
pemberian informed consent tertulis tentang resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
REFERENSI
1. Pagni G, dkk 2012: Postextraction Alveolar Ridge Preservation: Biological Basis and
Treatments. International Journal of Dentistry, Vol. 2012 No. 1: 1-13
2. Agung, Sagung 2013: Dental Exrtaction Technique Using Difficulty. Jurnal Kesehatan
Gigi.Vol. 1 No. 2: 115-119
3. Pontoh, Beatrix 2014: Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Perubahan Denyut Nadi
Pada Pasien Ekstraksi Gigi Di Puskesmas Tuminting Manado. Jurnal e-GiGi (Eg), Vol. 2 No.
1: 13-17
4. Brany, Nurrany 2016: Gambaran Kecemasan Pasien Ekstraksi Gigi Di Rumah Sakit
Gigi dan Mulut (Rsgm) Unsrat. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5 No. 1: 39-45
5. Aulia, Syafrudin 2016: Pengaruh Mendengarkan Ayat Suci Al Quran Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Sebelum Tindakan Ekstraksi Gigi. Odonto Dental Journal. Vol 3. No. 1:
55-59
6. Hamzah, Zahreni 2015: Pencabutan Gigi yang Irrasional Mempercepat Penurunan
Struktur Anatomis dan Fungsi Tulang Alveolar. Stomatognatic (J. K. G Unej). Vol. 12 No. 2:
61-66.
7. Lumentut, Reyna 2013: Status Periodontal dan Kebutuhan Perawatan Pada Usia Lanjut.
Jurnal e-GiGi (Eg). Vol. 1 No. 2:
8. Robert Ireland, 2016: Clinical Textbook of Dental Hygiene and Therapy. Blackwell
Munksgaard.
9. Hutchinson E.F, 2015: Importance of teeth in maintaining the morphology of the adult
mandible in humans. European Journal of Oral Sciences. Vol. 123 (issue-5): 341-
349.
10. Vishwakarma A, 2015: Stem Cell Biology and Tissue Engineering in Dental Sciences.
Elsevier-Academic Press, UK.
11. Rathee M, 2014: Oral Proprioception for Prevention and Preservation. RRJDS. Vol.
2(Supplement 1): 42-46.
12. Chen G, 2012: Signaling In Osteoblast Differentiation and Bone Formation. Int J. Biol.
Sci. Vol. 8:272-288.
13. Reich K.M, 2011: Atrophy of the residual alveolar ridge following tooth loss in an
historical population. Oral Diseases. Vol. 17 (issue-1): 33-44.
14. Gordon PW, 2013: Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (4th ed). EGC, Jakarta
15. Chandra HM, 2014: Buku Petunjuk Praktis Pencabutan Gigi (1st ed). Sagung Seto,
Makassar
16. Susilawati, dkk. 2013: Potensi Kulit dan Biji Kelengkeng (Euphoria longan) sebagai
GelTopikal untuk Mempercepat Penyembuhan Luka pasca Ekstraksi Gigi. B IMKGI Vol. 1
No. 2