Anda di halaman 1dari 295

Konsep pencabutan gigi

Oleh : Quroti A’yun


• Pencabutan gigi merupakan suatu
prosedur pengangkatan gigi beserta
akarnya dari dalam soket tulang
alveolaris menggunakan tang,
elevator ataupun dengan pendekatan
transalveolar (pembedahan).
• Sebelum dilakukan pengangkatan
gigi, dapat diberi anastesi lokal yang
terdiri dari lidokain yang dicampur
dengan epinefrin pada lokasi yang
akan dilakukan tindakan
• Terdapat dua teknik pencabutan
gigi yaitu, teknik sederhana dan
teknik pembedahan.
• Teknik sederhana lebih sering
dilakukan dibandingkan dengan
teknik bedah, sedangkan teknik
bedah hanya dilakukan kalau
teknik sederhana tidak dapat
dilakukan.
• Teknik sederhana dilakukan dengan
menggunakan elevator atau tang
ekstraktor untuk memegang gigi yang
melekat pada jaringan lunak, kemudian
gigi digoyangkan dan dikeluarkan dari
dalam soket tulang alveolaris.
• teknik pembedahan terlebih
dahulu dilakukan pembuatan flep,
dilanjutkan dengan pembuangan
tulang di sekitar gigi, kemudian
gigi digoyangkan dan dikeluarkan
dari soket tulang alveolaris dan
terakhir dilakukan penjahitan
pada flep ke tempat semula
• Setelah selesai dilakukan pencabutan
gigi, baik dengan teknik sederhana
maupun teknik pembedahan, pasien
diminta untuk menggigit gulungan
kapas yang ditaruh di atas soket
tempat pencabutan gigi.
Prinsip Umum dan Kebutuhan
Dasar
• Prinsip umum dan kebutuhan dasar pada
proses pencabutan gigi sangat dibutuhkan
agar tindakan menjadi lebih efisien,
meminimalkan trauma dan
ketidaknyamanan selama dan sesudah
proses pencabutan gigi, mempercepat
proses penyembuhan dan mengurangi
kejadian komplikasi
Prinsip umum dalam pencabutan gigi
terdiri atas:
• A. Evaluasi klinik
Evaluasi klinik pre operatif harus
dilakukan secara teliti. Evaluasi klinik
terdiri dari penentuan akses tindakan,
status struktur penyokong gigi dan
status gigi serta akar gigi
• 1. Akses Dilihat dari lebar pembukaan
mulut. Penurunan lebar pembukaan
mulut akan menyulitkan tindakan. Oleh
karena itu, penyebab dari penurunan lebar
mulut harus diatasi sebelum dilakukan
tindakan pencabutan gigi
• 2. Status struktur penyokong gigi
Permasalahan periodontal seperti infeksi
harus disingkirkan.
• Hubungan dengan struktur vital dan
sinus maksilaris pun harus ditentukan
kondisinya.
• Status gigi dan akar gigi Lesi pada
gigi dan akar gigi seperti karies
dan kalkulus serta mobilitas pada
gigi harus dievaluasi
• B. Interpretasiradiologi
• Melakukan penilaian kondisi
anatomi gigi, densitas tulang dan
struktur vital sekitar tempat
pencabutan serta kondisi gigi yang
berdekatan dengan gigi yang akan
dicabut.
• Peningkatan densitas tulang
menyebabkan penurunan ekspansi
soket selama pencabutan gigi
sehingga tenaga yang dibutuhkan
untuk mencabut gigi lebih besar dan
meningkatkan risiko terjadinya
fraktur akar gigi dan atau tulang
alveolaris.
• Persiapan pasien dan dokter Melakukan
pencegahan sesuai dengan standart yang
berlaku, yaitu:
• 1 Menggunaan antiseptik sebagai obat kumur
seperti chlorhexidine.
• 2 Memasang kain kasa yang berukuran 4x4 inci
di belakang mulut tanpa merangsang refleks
muntah untuk mencegah fragmen gigi yang
terlepas tertelan dan teraspirasi ke dalam paru.
• Posisi pasien dan dokter Posisi yang sesuai dan
nyaman memungkinkan adanya kontrol
maksimal terhadap tekanan dari forseps ke gigi
yang akan dicabut dari soket.
• Tangan dokter tetap dekat dengan badan agar
stabil dan pergelangan lurus agar tenaga berasal
dari lengan dan bahu bukan berasal dari tangan
• Instruksi pasca pencabutan gigi :
• 1 Menggigit kain kasa selama 30-45 menit untuk
membantu menghentikan perdarahan. 2
Menjaga higienitas dengan berkumur setelah 24
jam pasca pencabutan gigi dan menyikat gigi
seperti biasa
• 3 Untuk mengatasi pembengkakan, aplikasikan
es batu pada wajah secara intermiten pada hari
pertama.
• 4 Pada 24 jam pertama, diet lembut dan dingin
serta mengunyah pada sisi yang berlawanan
dengan tempat pencabutan gigi.
• 5 Gunakan analgesik pada 45 menit setelah
pencabutan gigi untuk mencegah atau
mengurangi sensasi nyeri.
• 6 Melatih rahang agar tidak terjadi kekakuan.
• Sedangkan kebutuhan dasar terdiri atas:
• a. Hasil radiologi
• b. Anastesi
• c. Instrumen
• d. Pencahayaan
• e. Alat suction
• Indikasi Pencabutan Gigi Gigi sangat penting
untuk proses mastikasi, fonasi dan estetika
sehingga kesehatan gigi dibutuhkan untuk
mempertahankan gigi agar dapat sesuai dengan
fungsinya. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi
kualitas hidup berdasarkan biologi, psikologis
dan i
• Oleh karena itu, pencabutan gigi harus
berdasarkan indikasi yang kuat.
• Beberapa indikasi pencabutan gigi, yaitu:
• a. Karies berat
• b. Penyakit periodontal yang tidak bisa diatasi
dengan obat
• c. Nekrosis pulpa
• d. Impaksi
• e. Supernumeri
• f. Persistensi gigi
• g. Abrasi dan atrisi gigi yang luas
• h. Trauma pada gigi sehingga gigi tidak dapat
dipertahankan
• i. Keperluan ortodontik dan prostetik
• j. Pre radiasi
• k. Gigi yang berkaitan dengan lesi patolog
• Kontra Indikasi Pencabutan Gigi Pada kasus
tertentu membutuhkan suatu perhatian khusus
disebabkan terdapat kontra indikasi terhadap
pencabutan gigi dan gigi tersebut harus tetap
dipertahankan.Kontra indikasi pencabutan gigi
dibagi menjadi dua, yaitu
• Faktor lokal
• 1 Terdapat keganasan pada lokasi pencabutan
karena pencabutan gigi dapat menyebabkan
penyebaran sel kanker
• 2 Pasien post radiasi kepala dan leher dengan
derajat eksposur radiasi tinggi karena pencabutan
gigi dapat menyebabkan osteoradionekrosis
• 3 Terdapat infeksi pada daerah pencabutan yang
tidak terkontrol seperti acute necrotizing ulcerative
gingivitis
• . Faktor sistemik :
• 1 Terapi intravena bisphosphonate (kini maupun telah
lalu) karena pencabutan gigi dapat menyebabkan
osteokemonekrosis yang lebih berat daripada
osteoradionekrosis dan lebih sulit disembuhkan
• 2 Penyakit hematologi tak terkontrol seperti hipertensi
berat, leukemia, hemofilia yang tak terkontrol
• 3 Diabetes tak terkontrol
• 4 Alcohol withdrawal syndrome
• 5 Kehamilan (kontra indikasi relatif pada trimester 1
atau 3)
•Terimakasih atas perhatiannya
INDIKASI DAN
KONTRAINDIKASI
EKSTRAKSI GIGI

OLEH QUROTI A’YUN


INDIKASI PENCABUTAN
 Karies yang parah
 Sejauh ini gigi yang karies merupakan alasan
yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk
dilakukan tindakan pencabutan
 Nekrosis pulpa

 Adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel


yang tidak diindikasikan untuk perawatan
endodontik
 perawatan endodontik yang telah dilakukan
ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit
sehingga diindikasikan untuk pencabutan.
Penyakit periodontal yang parah
Jika periodontitis dewasa yang
parah telah ada selama beberapa
waktu, maka akan nampak
kehilangan tulang yang
berlebihan dan mobilitas gigi yang
irreversible. Dalam situasi seperti
ini, gigi yang mengalami mobilitas
yang tinggi harus dicabut.
\
 Alasan orthodontik
 Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi
sering membutuhkan pencabutan gigi untuk
memberikan ruang untuk keselarasan gigi. GigI
yang paling sering diekstraksi adalah premolar
satu rahang atas dan bawah, tetapi premolar
kedua dan gigi insisivus juga kadang kadang
memerlukan pencabutan dengan alasan yang
sama
Gigi yang mengalami
malposisi
Jika malposisi gigi
menyebabkan trauma
jaringan lunak dan tidak
dapat ditangani oleh
perawatan ortodonsi, gigi
tersebut harus diekstraksI
Gigi yang retak
Indikasi ini jelas untuk
dilakukan pencabutan
gigi,bahkanprosedur
restorative endodontikdan
kompleks tidak dapat
mengurangi rasa sakit akibat
gigi yang retak tersebut
Pra prostetik ekstraksi
Terkadang gigi mengganggu
desain dan penempatan yang
tepat dari peralatan
prostetik seperti gigi tiruan
penuh, gigi tiruan sebagian
lepasan atau gigi tiruan
cekat sehingga perlu dicabut
 Gigi impaksi
 Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk
dilakukan pencabutan. Jika terdapat sebagian
gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak
akan optimal karena ruang yang tidak memadai,
maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi
impaksi tersebut.
 Namun, jika dalam mengeluarkan gigi yang
impaksi terdapat kontraindikasi seperti pada
kasus kompromi medis, impaksi tulang penuh
pada pasien yang berusia diatas 35 tahun atau
pada pasien usia lanjut, maka gigi impaksi
tersebut dapat dibiarkan
 Supernumary gigi
 Gigi yang mengalami supernumary biasanya
merupakan gigi impaksi yang harus dicabut. Gigi
supernumary dapat mengganggu erupsi gigi dan
memiliki potensi untuk menyebabkan resorpsi
gigi tersebu
 Gigi yang terkait dengan lesi patologis
 Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin
memerlukan pencabutan. Dalam beberapa
situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi
endodontikdapat dilakukan. Namun, jika
mempertahankan gigi dengan operasi lengkap
pengangkatan lesi, gigi tersebut harus dicabut
 Terapi praradiasi
Pasien yang menerima terapi radiasi untuk
berbagai tumor oral harus memiliki
pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk
dilakukan pencabutan
 Gigi yang mengalami fraktur rahang
 Dalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat
dalam garis fraktur dapat dipertahankan, tetapi
jika gigi terluka maka pencabutan mungkin
diperlukan untuk mencegah infeksi
 Estetik
 Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi
untuk alasan estetik.
 Contoh kondisi seperti ini adalah yang berwarna
karena tetrasiklin atau fluorosis, atau mungkin
malposisi yang berlebihan sangat menonjol
Kontraindikasi
Semua kontraindikasi baik
lokal ataupun sistemik,
dapat relatif atau mutlak
bergantung pada kondisi
umum pasien
Kontraindikasi relatif
a.Lokal
Periapikal patologi, jika
pencabutan gigi dilakukan
maka infeksi akan menyebar
luas dan sistemik, jadi
antibiotik harus diberikan
sebelum dilakukan
 Adanya infeksi oral seperti
 Vincent’s AnginaHerpetic gingivostomatitis Hal
ini harus dirawat terlebih dahulu sebelum
dilakukan pencabutan gigi.
 Perikoronitis akut, perikoronitis harus dirawat
terlebih dahulu sebelum dilakukan pencabutan
pada gigi yang terlibat, jika tidak maka infeksi
bakteri akan menurun ke bagian bawah kepala
dan leher.
 Penyakit ganas, seperti gigi yang terletak di
daerah yang terkena tumor. Jika dihilangkan
bisa menyebarkan sel sel dan dengan demikian
mempercepat proses metastatik
 Pencabutan gigi pada rahang yang sebelumnya
telah dilakukan iradiasi dapat menyebabkan
osteoradionekrosis, oleh karena itu harus
dilakukan tindakan pencabutan yang sangat
ekstrem atau khusus
 Sistemik
 Diabetes tidak terkontrol, pasien diabetes lebih
rentan terhadap infeksi dan proses
penyembuhan lukanya akan lebih lama.
Pencabutan gigi harus dilakukan setelah
melakukan diagnosis pencegahan yang tepat
pada penyakit diabetes pasien dan dibawah
antibiotik profilaksis
 Penyakit jantung, seperti hipertensi, gagal
jantung, miokard infark, dan penyait arteri
koroner.
 Penyakit jantung, seperti hipertensi, gagal
jantung, miokard infark, dan penyait arteri
koroner.
 Dyscrasias darah, pasien anemia, hemofilik dan
dengan gangguan perdarahan harus ditangani
dengan sangat hati hati untuk mencegah
perdarahan pasca operasi yang berlebihan
 Medically compromised, pasien dengan penyakit
yang melemahkan ( seperti TB ) dan riwayat
medis miskin harus diberikanperawatan yang
tepat dan evaluasi preoperatif kondisi umum
pada pasien adalah suatu keharusa
 Penyakit Addison’s dan pasien yang menjalani
terapi steroid dalam jangka waktu yang lama,
krisis Hipoadrenal dapat terjadi pada pasien
karena terjadi peningkatan stress selama
prosedur perawatan gigi. Untuk mencegah
terjadinya hal tersebut dapat diberikan 100mg
Hidrocortisone sebelum dilakukan perawatan
 Demam yang asalnya tidak dapat dijelaskan,
penyebab paling umum dari demam yang tak
dapat dijelaskan sebabnya adalah endokarditis
bakteri subakut dan apabila dilakukan prosedur
ekstraksi dalam kondisi ini dapat menyebabkan
bakteremia, perawatan yang tepat harus
dlakukan
 Nephritis, ekstraksi gigi yang terinfeksi kronis
sering menimbulkan suatu nefritis akut maka
sebelum pemeriksaan gigi menyeuruh harus
dilakukan.
 Selama masa mestruasi, karena ada perdarahan
lebih lanjut, pasien secara mental tidak begitu
stabi
 Penyakit kejiwaan, tindakan pencegahan yang
tepat dan obat obatan harus diberikan pada
pasien neurotic dan psychotic.
 Kehamilan, prosedur pencabutan gigi harus
dihindari pada priode trimester pertama dan
ketiga dan harus sangat berhatihati apabila
akan melakukan prosedur radiografi dan juga
dalam pemberian obat obatan
 Kontraindikasi mutlak
A. Lokal
 Gigi yang terlibat dalam malformasi
arteriovenous.Jika pencabutan gigi dilakukan, maka
dapat menyebabkan kematian
B. Sistemik
 Leukemia
 Gagal ginjal
 Sirosis hat
INDIKASI PENCABUTAN GIGI SULUNG
• Gigi rusak berat dan tidak mungkin direstorasi ;
 Kerusakan melanjut mengenai bifurkasi ;
 Tidak dapat diperoleh gingival margin yang sehat.
• Terjadi infeksi periapikal atau interradikular yang tidak dapat
disembuhkan.
• Kasus akut dentoalveolar absc. dengan selulitis.
• Mengganggu erupsi normal gigi permanen pengganti
persistensi.
• Kasus impaksi.
MACAM-MACAM PESAWAT
SINAR X
DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

DR.DRG.RURIE RATNA SHANTININGSIH,MDSC


RADIOGRAFI INTRAORAL

PERIAPIKAL

BITEWING

OKLUSAL
RADIOGRAFI PERIAPIKAL
Ukuran Film :
A. Large film packets (31 x 41 mm) untuk dewasa
B. Small film packets (22 x 35 mm) untuk anak-anak dibawah 12 tahun
INDIKASI PERIAPIKAL

1. DETEKSI INFLAMASI APIKAL


2. PENGUKURAN STATUS JARINGAN PERIODONTAL
3. PEMERIKSAAN PASCA TRAUMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN GIGI DAN TULANG
ALVEOLAR
4. PEMERIKSAAN DAN PERKIRAAN POSISI GIGI TDK ERUPSI
5. PEMERIKSAAN MORFOLOGI GIGI SEBELUM PENCABUTAN
6. PEMERIKSAAN SELAMA PEKERJAAN ENDODONTIK
7. PEMERIKSAAN PRAOPERASI DAN PASCA OPERASI
8. PEMERIKSAAN KISTA DAN LESI LAIN PADA TULANG ALVEOLAR
9. EVALUASI SETELAH PEMASANGAN IMPLAN
PERIAPIKAL

PARALEL BISECTING ANGLE


RADIOGRAFI BITEWING
RADIOGRAFI BITEWING

INDIKASI RADIOGRAFI BITEWING :


1. DETEKSI LESI ATAU KARIES
2. MONITORING PROGRESI DARI KARIES
3. PEMERIKSAAN RESTORASI YG SUDAH ADA DI
DLM MULUT
4. PEMERIKSAAN STATUS PERIODONTAL
RINGAN
RADIOGAFI OKLUSAL
• TEKNIK RADIOGRAFI INTRAORAL DIMANA IMAGE RECEPTOR
DILETAKKAN PD DATARAN OKLUSAL
• UKURAN FILM 5,7 X 7,6 CM

• MAXILLARY OCCLUSAL PROJECTIONS


• UPPER STANDARD OCCLUSAL (STANDARD
OCCLUSAL)
• UPPER OBLIQUE OCCLUSAL (OBLIQUE OCCLUSAL)
• VERTEX OCCLUSAL (VERTEX OCCLUSAL).
• MANDIBULAR OCCLUSAL PROJECTIONS
• LOWER 90° OCCLUSAL (TRUE OCCLUSAL)
• LOWER 45 ° OCCLUSAL (STANDARD OCCLUSAL)
• LOWER OBLIQUE OCCLUSAL (OBLIQUE OCCLUSAL).
RADIOGAFI OKLUSAL

•INDIKASI
1. PEMERIKSAAN JARINGAN PERIAPIKAL GIGI ANTERIOR ATAS
2. DETEKSI KANINUS YG TDK ERUPSI, GIGI SUPERNUMERARY,ODONTOMA
3. EVALUASI UKURAN DAN PERLUASAN LESI SEPERTI KISTA DAN TUMOR
MAKSILA
4. PEMERIKSAAN FRAKTUR GIGI ANTERIOR DAN TULANG ALVEOLAR
5. PEMERIKSAAN BENDA ASING DI DALAM TULANG RAHANG DAN BATU
PADA GLANDULA SALIVA
UPPER STANDARD OCCLUSAL (STANDARD OCCLUSAL)
MACAM-MACAM PESAWAT SINAR X
DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI
Radiografi Ekstra Oral
PANORAMIK/
PANTOMOGRAPHY
INDIKASI

• EVALUASI MENYELURUH DARI GIGI GELIGI→ ERUPSI GIGI, PERGERAKAN GIGI, TUMPATAN
GIGI
• PEMERIKSAAN LESI INTRAOSEUS TERMASUK TUMOR, KISTA ATAU INFEKSI
• DETEKSI GIGI IMPAKSI
• TRAUMA DENTOMAKSILOFASIAL
• GANGGUAN PERTUMBUHAN DARI TULANG MAKSILOFASIAL
• PEMERIKSAAN TMJ
TEKNIK SEFALOMETRI/
CEPHALOMETRIC
DEFINISI

• MERUPAKAN CITRA RADIOGRAF YANG MENGGAMBARKAN RELASI DARI GIGI DAN RAHANG
SERTA RAHANG DAN TULANG MUKA
• INDIKASI UTAMANYA UNTUK KEPERLUAN ORTHODONTIK DAN BEDAH ORTHOGNATIK
PROYEKSI SEFALOMETRI

TERDAPAT 2 PROYEKSI UTAMA:


1. TRUE CEPHALOMETRIC LATERAL SKULL → IMAGE RECEPTOR PARALEL TERHADAP BIDANG
SAGITAL KEPALA PASIEN, SINAR X TEGAK LURUS TERHADAP IMAGE RECEPTOR DAN BIDANG
SAGITAL
2. CEPHALOMETRIC POSTEROANTERIOR OF THE JAWS (PA JAWS) → PASIEN SEDIKIT MENUNDUK
DENGAN POSISI FOREHEAD–NOSE POSITION, RADIOGRAPHIC BASELINE HORIZONTAL
(DIGAMBAR PADA WAJAH) TEGAK LURUS DENGAN IMAGE RECEPTOR
MACAM-MACAM PESAWAT SINAR X
DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI
CONE BEAM COMPUTED TOMOGRAPHY (CBCT)
MACAM-MACAM PESAWAT SINAR X
DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

Computed Tomography (CT)


MACAM-MACAM PESAWAT SINAR X
DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

MRI (Magnetic Resonance Imaging)


MRI of a normal TMJ show One example of CBCT Cropped panoramic
biconcave disc (white image of TMJ radiograph of TMJ
arrow)
Pengenalan Bidang
Radiologi di Kedokteran Gigi

Dr.drg.rurie ratna shantiningsih,MDSc


RADIOLOGI
ilmu yang berhubungan dengan energi radiasi untuk menunjang
kepentingan diagnosa, perawatan dan penelitian

RADIASI
Suatu proses dari emisi, propagasi, dan transmisi dari atom energi yang
berjalan dalam suatu gelombang

SINAR PENGION
Adalah sinar yang dapat mengionkan materi
-Contoh: sinar X dan sinar gamma (ϒ); sinar X berbeda dgn sinar
gamma
Prinsip kerja terbentuknya sinar X
Sinar X
Sifat:
1. Menghitamkan plat film
2. Mengionisasi gas
3. Menembus berbagai zat
4. Fluoresensi
5. Merusak jaringan
6. Bukan partikel bermuatan
7. Tidak terlihat
8. Tidak berbau
Pembentukan laten-visual image

Menyimpan
energi ≈ Film
kepadatan
obyek/jaringa
n
Visual Image

Laten
image
Image will fade
Terminologi
Radiografi

Dr.drg. Rurie Ratna Shantiningsih,MDSc


Terminology

– RADIOPAQUE
– RADIOLUSEN
– SUPERIMPOSED
– BENDA ASING
– ARTEFAK
– CONECUTTING
– OVERDEVELOPMENT
– UNDERDEVELOPMENT
RADIOPAQUE

* Segala sesuatu yg tidak bisa dipenetrasi


oleh radiasi Sinar X.
* Obyek opaque akan memblokir Sinar X
dan akan telihat berwarna putih pada
radiograf.
* Contoh : tumpatan amalgam, tulang,
email, dentin, emas,
RADIOLUSEN

* Kebalikan dari radiopaque


* Segala sesuatu yg bisa dipenetrasi atau
dilewati oleh Sinar X
* Obyek akan terlihat berwarna hitam
sampai hitam sekali
* Contoh : karies, foramen incisivus,
kanalis mandibularis, soft tissue, air space
SUPERIMPOSED

– Dua obyek yang tampak tumpang tindih dalam


radiograf
– Dapat terjadi karena keterbatasan pencitraan
gambaran dua dimensi dari obyek tiga dimensi
BENDA ASING

❖Segala sesuatu yg terlihat pada radiograf


tetapi tidak termasuk dalam struktur
anatomi.
Contoh : tumpatan, GTC, bracket, kacamata, dll
ARTEFAK

▪ Gambaran yg tidak diinginkan yg timbul pada radiograf


▪ Bisa terbentuk akibat dari kesalahan pada waktu prosesing
Contoh : adanya goresan pada film,overcrowding, dll
CONE CUTTING

– Gambaran radiograf yang hanya nampak


sebagian karena kesalahan peletakan tube dan
film
– Tube dan film terletak tidak tepat pada objek
yang akan diambil
– Terdapat gambaran setengah
lingkaran pada pinggir film
OVERDEVELOPMENT

➢ Film tampak terlalu gelap


➢ Terjadi karena :
1. Waktu developing yg terlalu lama
2. Larutan developer terlalu panas
3. Larutan developer terlalu pekat
UNDERDEVELOPMENT
❖Film tampak pucat/tdk kontras
❖Terjadi karena :
1. Waktu developing yg tdk tepat/kurang
2. Larutan developer terlalu dingin
3. Larutan developer terlalu encer
4. Larutan developer yg terlalu sering dipakai
5. Larutan developer yg tercampur dengan
larutan fixer
KOLABORASI
DOKTER GIGI DAN
PERAWAT GIGI
Pelaksanaan kolaborasi antara perawat gigi
dan dokter gigi menggunakan system four
handed dentistry, yaitu suatu kegiatan
praktek kedokteran gigi yang
mempergunakan empat tangan yaitu dua
tangan dokter gigi atau operator dan dua
tangan dental asistan yang membantu
dokter gigi dalam menjalankan praktek
kedokteran gigi. FELIZA FARAH S
P07125122001
Pencabutan Gigi
Merupakan suatu prosedur pengangkatan gigi beserta
akarnya dari dalam soket tulang alveolaris
menggunakan tang, elevator ataupun dengan
transelor (pembedahan) pada gigi yang mengalami
gangguan, misalnya berlubang besar, gigi yang sudah
terinfeksi, dan gigi yang sudah membusuk.

WELMI FIRDA AGUNG PRAYOGA


P07125122002
Gigi Sulung
Sekumpulan gigi yang tumbuh pertama kali
pada anak sebelum nantinya akan digantikan
dengan gigi tetap pada usia dewasa. Gigi
susu mulai terbentuk pada proses kehamilan
dan akan tumbuh pertama kali oada usia 5-8
bulan

Shalma Kurnia Pramesti


P07125122003
Tujuan Kolaborasi
Meningkatkan efisiensi dalam Mencapai tujuan bersama
1 menjalankan perawatan dengan yang mungkin sulit dicapai 3
sumber daya berbeda dari apabila secara individu
berbagai pihak

Meningkatkan kualitas Meningkatkan hubungan


2 dengan kerja sama antar pihak yang 4
berbagai sumber terlibat

ADINDA AYU RINDIANI


P07125122004
POSISI PERAWAT GIGI
PENCABUTAN GIGI DEPAN
Gigi Depan Rahang Atas dan Rahang Bawah
• Operator berada di bagian depan yaitu
posisi jam 8
• Rahang atas : Ibu jari di palatinal,
telunjuk di labial
• Rahang bawah : Ibu jari di dagu, telunjuk
dilabial, jari tengah di lingual atau ibu jari di
lingual, telunjuk di labial, dan 3 jari lainnya
di dagu JULIETA SYIFA MAHARANI
P07125122005
Posisi Perawat Gigi
Pencabutan Gigi Atas Kanan

OPERATOR BERADA DI JAM 10 DAN KEPALA


PASIEN MENOLEH KE ARAH OPERATOR
IBU JARI DI BUKAL, TELUNJUK DI PALATAL, 3
JARI LAINNYA DI LUAR MULUT
JARI TELUNJUK KANAN FIXASI PADA
PERMUKAAN BUKAL MOLAR 1 RAHANG ATAS,
KACA MULUT POSISI DIDEKAT I1 ATAU I2
RAHANG BAWAH
LATHIFA BUDIATI
PO7125122006
Posisi Perawat Gigi : Pencabutan
Gigi Atas Kiri
11
10 12

9 1

Posisi Operator
Posisi operator pada 8 2
jam 9 atau 10

7 3
Posisi Perawat Gigi
Posisi Perawat Gigi pada jam 3
6 4
5
Nadya Dwi Winanda
P07125122007
Operator pada posisi jam 9 atau 10.
Asisten pada posisi jam 3. Kepala
pasien menoleh ke arah operator,
kaca mulut agak jauh dari bagian
oklusal gigi RA kiri, dekat dengan
bibir bawah. Daerah proksimal dan
gingiva akan mudah terlihat.

Nadya Dwi Winanda


P07125122007
POSISI PERAWAT GIGI
PENCABUTAN GIGI BAWAH KANAN

Untuk pencabutan rahang


bawah, kursi lebih tegak dari
rahang atas dan penempatan
pasien relatif lebih rendah

NASYWA NATANIA AZZAHRA_P07125122008


POSISI PERAWAT GIGI
PENCABUTAN GIGI BAWAH KANAN

Operator berada dibelakang pasien


agar memperoleh posisi kerja yang
optimal
Ibu Jari di Lingual, telunjuk di bukal,
dan 3 jari lainnya menahan dagu
Operator berada di jam 9, dengan
posisi kepala pasien menghadap ke
operator

NASYWA NATANIA AZZAHRA_P07125122008


POSISI PERAWAT GIGI
PENCABUTAN GIGI BAWAH KIRI

Saat melakukan pencabutan pada


RB posterior kiri dan anterior operator
berada di depan kanan pasien (arah
jam 8), telunjuk berada di labial,
bukal dan jari tengah di lingual
sedangkan ibu jari di bawah dagu
atau ibu jari di labial dan jari telunjuk
di lingual dan ketiga jari lainnya
dibawah dagu.
TITIS AMBARWATI
P07125122009
Untuk mencabut gigi
rahang bawah, berdiri
dengan kaki terbuka.
Bahu pasien setinggi siku
operator
Bidang oklusal RB harus
parallel terhadap lantai
ketika membuka mulut.

TITIS AMBARWATI
P07125122009
Indikasi Pencabutan Gigi Sulung
Gigi yang masih kuat tertanam dalam tulang, tetapi gigi
penggantinya sudah tumbuh atau keluar.
Gigi tersebut tidak akan tanggal degan sendirinya
meskipun sudah digoyang-goyangkan, oleh sebab itu
harus dicabut menggunakan alat di dokter gigi.
MARLINDA NUR AFIFAH / P07125122012
Persistensi Gigi Sulung
Persistensi gigi sulung merupakan gigi
sulung yang tidak tanggal ketika seharusnya
sudah tanggal. Gigi sulung yang masih ada
ketika gigi tetap pengganti muncul, akan
terlihat berjejal atau berlapis.

Penyebab utama persistensi gigi sulung


adalah tidak adanya gigi permanen atau gigi
tetap yang akan menggantikan gigi susu.
Kondisi ini merupakan kelainan genetik pada
gigi yang disebut dengan hipodonsia.
MARITZA KHANSA DANISWARA/P07125122013
MARITZA KHANSA DANISWARA/P07125122013

Akibat Presistensi Gigi Sulung


Maloklusi adalah setiap keadaan yang menyimpang dari oklusi
normal
Erupsi Ektopik merupakan gangguan erupsi lokal pada masa gigi
campuran yaitu, erupsi gigi permanen yang terjadi dalam keadaan
sedemikian rupa sehingga mengakibatkan resorpsi sebagian atau
seluruhnya dari akar gigi sulung tetangganya
Impaksi gigi yaitu, gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang atau
terblokir, biasanya oleh gigi di dekatnya atau jaringan patalogis.
KONTRAINDIKASI GIGI
SULUNG DICABUT
Kontraindikasi pencabutan gigi adalah penundaan dilakukannya
pencabutan gigi karena alasan beberapa faktor. Penundaan tersebut
ditujukan untuk menghindari komplikasi pencabutan gigi yang sifatnya
fatal. Hal ini disebabkan karena banyak kasus pencabutan gigi yang
menimbulkan komplikasi berat (Peterson & Larry, 2003).

Menurut Sanghai dan Chatterjee (2009), kontraindikasi dapat


dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor lokal & faktor sistemik

MAHMUDAH EKA CAHYAWATI


P07125122014
Kontraindikasi Pencabutan Gigi Sulung
Kontraindikasi pencabutan gigi yaitu
penundaan dilakukannya pecanutan
gigi karena alasan faktor tertentu.
Penundaan tersebut ditujukan untuk
menghindari komplikasi pencabutan
gigi yang sifatnya fatal (Peterson dan
Larry, 2003)

P07125122015/Muhamad Faisal
Kontraindikasi Gigi Sulung Dicabut
1. Infeksi gingiva yang akut
2. Perikoronitis
3.Sinusitis maxilaris
Lokal 4. Gigi yang berada pada jaringan tumor
5. Kelainan pada periapikal abses

1. Penyakit kronik seperti jantung, hemofilia, anemia,


hepatisis, Diabetes
2. Neuroses dan psychoses

Sistemik 3. Pasien dengan keadaan infeksi akut. Diutamakan


dalam menghilangkan infeksi akut tersebut, baru
dilakukan pencabutan

P07125122015/Muhamad Faisal
KONTRAINDIKASI GIGI
SULUNG DICABUT
Dalam melakukan tindakan ekstraksi pada gigi
sulung, seorang operator harus benar-benar
mengetahui usia pasien. Karena hal ini berhubungan
dengan masa perkembangan gigi permanen, apakah
sudah waktunya erupsi atau tidak. Dan juga harus
memperhatikan keadaananatomi dari gigi sulung
yang nantinya direncakan untuk dilakukan
tindakan ekstraksi.
NAJMA DELIA SIBRINA
P07125122016
HAL-HAL YANG MENJADI SUATU LARANGAN/LEBIH
DIPERTIMBANGKAN DALAM MELAKUKAN EKSTRAKSI
GIGI SULUNG (KONTRAINDIKASI) :
1. Pasien dengan keluhan blood diserasia atau kelainan pada darah
yang bisa mengakibatkan perdarahan dan infeksi setelah
pencabutan. Yang tentunya, dilakukan konsultasi terlebih dahulu
dengan dokter ahli tentang penyakit dalam.
2. Pasien dengan keadaan infeksi akut. Diutamakan dalam
menghilangkan infeksi akut tersebut, baru dilakukan pencabutan.
3. Pada pasien penderita penyakit jantung bawaan. (Congenital
Heart Disease).
4. Pasien dengan gangguan penyakit sistemik bawaan misalnya
diabetes mellitus.

NAJMA DELIA SIBRINA


P07125122016
Waktu tumbuh gigi susu anak adalah sebagai berikut:
Usia 6 sampai 10 bulan mulai tumbuh seri bagian tengah
rahang bawah dan rahang atas tumbuh di usia 8 sampai 12
bulan.
Usia 10 sampai 16 bulan mulai tumbuh bagian seri samping
bawah, dan usia 9 sampai 13 bulan untuk rahang atas.
Gigi susu anak akan tanggal pertama kalinya di sekitar usia 6 hingga 7 tahun. Setelah
tanggal, gigi susu akan digantikan oleh gigi permanen. Urutan tumbuhnya gigi pada anak
adalah:
Pada usia 6-7 tahun, mulai tumbuh gigi molar atau gigi geraham rahang bawah.
Pada usia 6-7 tahun, tumbuh gigi geraham rahang atas.
Pada usia 6-7 tahun, tumbuh gigi seri depan rahang bawah.
Pada usia 7-8 tahun, tumbuh gigi seri rahang atas.
Pada usia 9-10 tahun, tumbuh gigi taring rahang bawah.
Pada usia 10-11 tahun, gigi geraham kecil ke-1.
Usia 10—13 tahun, gigi geraham kecil ke-3.
Usia 11-12 tahun, tumbuh gigi taring.
Usia 12-13 tahun, tumbuh gigi geraham ke-2.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 378 gigi Tahun
2007 Tentang Standar Profesi Perawat Gigi tentang bidang pencabutan
dan bidang konvservasi. Bidang pencabutan gigi berupa perawatan infeksi
dalam mulut, merawat perdarahan dan dry socket, melaksanakan
pencatatan riwayat hidup, mencabut gigi tetap dan gigi sulung,
melakukan pencabutan gigi dengan berbagai prosedur sesuai dengan
kompetensinya, sedangkan bidang konservasi berupa Bidang konservasi
berupa kemampuan mengidentifikasi karies dan menyeleksi kasus-kasus
untuk dilakukan perawatan, kemampuan untuk melakukan preparasi
kavitas dan penumpatan gigi sulung maupun gigi tetap semua kelas
kecuali kelas 4 menggunakan bahan amalgam,

VIKA MEILANI EKHSA PUTRI


P07125122018
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Terapis Gigi dan Mulut

Pasal 14
Upaya pencegahan penyakit gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) huruf b meliputi:
a. bimbingan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk individu
kelompok dan masyarakat,
b. penilaian faktor resiko penyakit gigi dan mulut,
c. pembersihan karang gigi,
d. penggunaan bahan/ material untuk pencegahan karies gigi melalui:
pengisian pit dan fissure gigi dengan bahan fissure sealent penambalan
ART aplikasi flour
e. skrining kesehatan gigi dan mulut, dan
f. pencabutan gigi sulung persistensi atau goyang derajat 3 dan 4
dengan lokal anestesi.
AMELYA RIZKA VIONELA
P07125122019
Pasal 16

Pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas


sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) huruf d meliputi:
a. pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan lokal
anestesi ,
b. penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer atau
bahan lainnya, dan
c. perawatan pasca tindakan.

AMELYA RIZKA VIONELA


P07125122019
Pendaftraan Pada Saat
Pencabutan Gigi
Pada saat pendaftaran pasien yang akan mencabut gigi, ada beberapa pertanyaan penting yang perlu diajukan oleh staf
administrasi atau dokter gigi untuk memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang sesuai dan aman. Berikut
beberapa pertanyaan yang dapat diajukan:

1. Nama lengkap pasien: Ini penting untuk mencatat informasi pasien dengan benar.
2. Tanggal lahir: Ini penting untuk menentukan usia pasien, yang dapat mempengaruhi prosedur
pencabutan gigi.
3. Alamat dan informasi kontak: Untuk tujuan pemanggilan atau pengiriman hasil tes jika diperlukan.
4. Riwayat gigi yang akan dicabut apakah memiliki keluhan atau masalah khusus
5. Penyebab pencabutan gigi
6. Riwayat alergi: Apakah pasien memiliki alergi terhadap bahan-bahan tertentu, seperti lateks atau obat-
obatan yang mungkin digunakan selama prosedur
7. Riwayat merokok atau penggunaan alkohol
8. Riwayat kehamilan
TAHAP PEMERIKSAAN AWAL
SEBELUM PENCABUTAN GIGI
Tahap pemeriksaan awal sebelum pencabutan gigi melibatkan beberapa langkah sederhana.
Berikut ini adalah langkah-langkah umumnya:

1.Riwayat Medis
2.Pemeriksaan Klinis
3.Radiografi
4.Penjelasan Prosedur Nafisah Hasna’ Syafiqoh Sukmawan
5.Persiapan Sebelum Pencabutan P07125122020
6.Pemberian Anestesi
3. Persetujuan &
penjelasan
Dokter gigi menjelaskan prosedur pencabutan gigi
kepada kepada pasien dan mendapatkan persetujuan
sebelum melanjutkan

ESTY MULYATI
P07125122021
4. Persiapan
Pasien dipersiapkan untuk prosedur pencabutan
gigi.Ini termasuk pemberian anestesi lokal untuk
menghilangkan rasa sakit di area sekitar gigi yang
akan dicabut.

ESTY MULYATI
P07125122021
5. Pencabutan
gigi

Prosedur pencabutan gigi dilakukan oleh dokter


gigi.setelah pencabutan, dokter gigi mungkin
memberikan instruksi perawatan pasca pencabutan
gigi.

ESTY MULYATI
P07125122021
6. Pemulihan
Pemulihan pasien dipantau selama beberapa waktu
setelah prosedur untuk memastikan tidak ada
komplikasi. pasien diberi wktu untuk pulih terlebih
dahulu sebelum diizinkan pulang.

CINESYA NUR FATMALA/P07125122022


7. Pemulangan Pasien

Setelah pemeriksaan pasca-pencabutan gigi, dokter


gigi memberikan informasi lebih lanjut kepada pasien
tentang perawatan lanjutan dan tindakan yang perlu
diambil jika ada masalah atau komplikas, kemudian
pasien diizinkan pulang setelah dipastikan bahwa
mereka telah pulih dari efek anestesi dan dapat
pulang dengan aman.

CINESYA NUR FATMALA/P07125122022


ANESTESI YANG
DIGUNAKAN
Anestesi yang digunakan dalam pencabutan gigi sulung ada 2, yaitu:
Anestesi Umum
Anestesi Lokal

Indikasi Anestesi Umum:


1. Anastesi lokal merupakan kontra indikasi .
2. Pencabut sekaligus beberapa gigi .
3. Penambalan dan perawatan saluran akar pada anak yang sangat sensitif
4. Pada anak-anak cacat mental.
5. Tindakan gigi yang membutuhkan waktu yang lama

Nugraheni Wulan Fitrasari


(P07125122023)
Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian
tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan
kesadaran.

1. Anastesi Topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-ujung
serabut urat syaraf. Bahan yang digunakan berupa salf.
2. Anastesi Infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Mudah
dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak- anak cukup dalam
karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.
3. Anastesi Blok
Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.

Nugraheni Wulan Fitrasari


(P07125122023)
Alat Pencabutan Gigi
Sulung
A. Instrumen untuk Pencabutan Gigi Sulung RA
Biasanya berbentuk tang biasa yang lurus antara
kepala dan badan tang tersebut, diantarannya :
a) Gigi Sulung Anterior
b) Gigi Sulung Posterior
c) Akar Gigi
B. Instrumen untuk Pencabutan Gigi Sulung RB
Pada tang rahang bawah rata-rata kepalanya
membentuk sudut 90° terhadap badannya
sehingga terlihat bengkok, diantaranya :
a) Gigi Sulung Anterior
b) Gigi Sulung Posterior
c) Akar gigi

Elinda Herawati
P07125122024
Alat Pencabutan Gigi Sulung
Selain instrumen tang, dalam ekstrasi gigi untuk
anak anak juga menggunakan alat bantu seperti
bein atau elevator, dan Beberapa instrumen
standar untuk pemeriksaan seperti :
- Kaca Mulut
- Sonde
- Pinset
- Ekskavator
- Citoject / Injektor
- Cotton roll
- Betadine cane yang diisi betadine

Elinda Herawati
P07125122024
01
BAHAN-BAHAN PENCABUTAN GIGI SULUNG
Bethadine
Produk antiseptic yang bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan dan
membunuh kuman penyebab infeksi.
Tampon dan Cotton Pellet
Untuk pengeringan atau aplikasi topical dari obat-obatan terutama dalam
kedokteran gigi.
Chloer ethyl
Anestesi local untuk mencegah rasa sakit akibat suntikan dan prosedur
bedah ringan.
. Carpul
Obat anestesi yang digunakan pada citoject.

ANISA DWI ANGGRAINI


P07125122025
Bethadine Tampon dan Cotton pellet 03

Chloer ethyl Carpul

ANISA DWI ANGGRAINI


P07125122025
Edukasi Sebelum
Cabut Gigi
Sebelum memulai cabut gigi, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik pada gigi dan gusi.
Dokter juga dapat melakukan foto Rontgen gigi
untuk memeriksa struktur tulang rahang maupun
mendeteksi seberapa parah kerusakan pada gigi.

Ishanugrah Milwanti
P07125122026
Sementara pada pasien, ada
beberapa hal yang perlu dilakukan
sebelum menjalani cabut gigi, yaitu:

Jangan merokok. Jangan makan dan minum selama 6-8


jam sebelumnya jika menjalani cabut
gigi dengan operasi dan menerima
1 bius lewat infus. 3
Kenakan pakaian yang Minta keluarga atau kerabat untuk
longgar atau lengan pendek. menemani selama prosedur cabut
gigi jika menerima bius total.
2 4
Ishanugrah Milwanti
P07125122026
Hal yang harus dilakukan
setelah pencabutan gigi
1. Menggigit kasa steril dan mengganti setiap 20 menit sekali atau saat merasa kassa
sudah basah.
2. Hindari mengunyah menggunakan sisi yang baru saja dilakukan pencabutan gigi.
3. Hindari menghisap, berkumur, atau meludah terlalu sering karena akan memperlambat
proses penyembuhan luka. Gerakan menyeruput yang menekan sisi dalam mulut dapat
mengakibatkan pecahnya bekuan darah sehingga dapat menimbulkan dry socket
(alveolar osteitis) yang cukup menyakitkan.
4. Jangan mengonsumsi makanan dan minuman panas karena akan memperlambat
bekuan darah.
5. Disarankan mengonsumsi air dingin atau air es akan membantu proses pembekuan
darah.
6. Jangan meminum alkohol selama 24 jam setelah pencabutan gigi.

Anis Sayyid Waskitho


P07125122027
Hal yang harus dilakukan
setelah pencabutan gigi
7. Sikat gigi dan berkumur dengan pelan agar bekuan darah tidak terbuang.
8. Jangan merokok setidaknya 24 jam setelah mencabut gigi. Merokok dapat
meningkatkan tekanan darah sehingga meningkatkan resiko pendarahan dan
mengakibatkan terhambatnya proses pemulihan.
9. Jika terjadi pembengkakan, lakukan kompres dengan air dingin pada pipi untuk
meredakannya.
10. Memakan makanan lunak, sehat dan bergizi.
11. Minum obat sesuai instruksi dokter gigi.
12. Jika diperlukan konsumsi vitamin C dan vitamin B untuk membantu proses
penyembuhan luka.

Anis Sayyid Waskitho


P07125122027
APA YANG DILAKUKAN
JIKA PASIEN ANAK
TIDAK KOOPERATIF?
Banyak orang tua yang khawatir jika saat
membawa anak ke dokter gigi anaknya tidak
kooperatif, misalnya anak menangis atau
memberontak saat dilakukan tindakan. Lalu
apakah pada anak yang tidak kooperatif tetap
bisa dilakukan tindakan?

Nama : Ikbar Hafizh Saputra


Nim : P07125122031
Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi perilaku anak pada
saat kunjungan ke dokter gigi, misalnya:

PENGALAMAN ANAK
USIA ANAK ANAK KE DOKTER PERAWATAN BERKEBUTUHAN
GIGI SEBELUMNYA KHUSUS

Nama : Ikbar Hafizh Saputra


Nim : P07125122031
CARA PENANGANAN

pada anak usia 2 tahun yang tidak melakukan penjelasan ke anak dengan cara menerapkan distraksi untuk
kooperatif (menangis selama tindakan) yang menyenangkan, dan bila perlu dilakukan mengalihkan perhatian anak
biasanya akan dicek terlebih dahulu tindakan ,dokter gigi akan meminta izin
dengan menyediakan layar TV
kasusnya, jika tidak ada masalah terlebih dahulu kepada orang tua apakah
boleh dipegangi oleh orang tua dan dibantu
agar anak teralihkan dengan
darurat biasanya dokter gigi akan
melakukan pendekatan ke anak oleh tim perawat, tentunya dilakukan dengan menonton kartun kesukaannya
cepat dan memberikan apresiasi kepada anak
setelah tindakan dilakukan.
Nama : Ikbar Hafizh Saputra
Nim : P07125122031
Teknik Anastesi
Prinsip anastesi tidak jauh berbeda dengan teknik anastesi pada orang
dewasa, tetapi pada anak-anak dan termasuk anak berkebutuhan khusus
terdapat sedikit modifikasi pada waktu injeksi ke jaringan. Dalam
mengurangi rasa sakit teknik injeksi difokuskan pada daerah labial dan
dilanjutkan ke palatal/lingual dengan melalui interdental. Penggunakaan
citoject dapat digunakan karena penetrasi ke jaringan sangat kecil
sehingga trauma jaringan dapat dikurangi yang akibatnya dapat
mengurangi rasa sakit pada waktu prosedur anastesi.

Febia Qothrunnada ‘Afiifah


P07125122039
Manajemen Rasa Sakit
Manajemen rasa sakit pada anak berkebutuhan khusus sangat
penting terutama pada saat pencabutan gigi, dengan managemen
yang bagus akan di dapatkan hasil yang optimal sehingga anak
akan memperoleh perawatan yang optimal dengan sedikit trauma.
Penguasaan metode pendekatan pada anak dan prosedur anestesi
serta teknik pencabutan juga memegang peranan penting untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.

Febia Qothrunnada ‘Afiifah


P07125122039
EDUKASI JIKA
MENGHARUSKAN
CABUT GIGI SEBELUM
WAKTUNYA
Pada gigi susu :
Proses pencabutan gigi susu
baiknya dilakukan dengan anak
sendiri dengan cara didorong
secara perlahan dirasakan
sendiri oleh anak tersebut

pertumbuhan gigi susu yang


sebelum batas usianya yang
pada umumnya saat usia 6 - 7
tahun tapi sudah mendapati gigi
susu yang sudah goyang maka
tetap dilakukan pencabutan

ZELSY SIHKAPIYARSI DE NIRA


DYAH LESTARI PUTRI
NATASHA PUTRI A
Waktu yang tepat saat
menjaga dan merawat gigi

usia sedini mungkin dengan


mendisiplinkan anak untuk
menggosok gigi pada pagi
hari sebelum sarapan, dan
pada malam hari sebelum
tidur.

ZELSY SIHKAPIYARSI DE NIRA


DYAH LESTARI PUTRI
NATASHA PUTRI A
Pada Gigi Permanen :

Apabila gigi permanen akan


dicabut setelah melakukan
tindakan pencabutan
sebaiknya melakukan
perawatan pada ruang
yang kosong(ruang gigi
yang sudah dicabut )

ZELSY SIHKAPIYARSI DE NIRA


DYAH LESTARI PUTRI
NATASHA PUTRI A
Perawatan Gigi Permanen
setelah tindakan pencabut :

1. Segera psangi gigi palsu agar


ruang yang kosong tidak
ditempati gigi disebelanya/gigi
sebelahnya menggeser
2. Gusi dibersihkan dengan cara
yang benar agar tidak terjadi
infeksi gusi/periodontitis

ZELSY SIHKAPIYARSI DE NIRA


DYAH LESTARI PUTRI
NATASHA PUTRI A
Edukasi Gigi Permanen
setelah tindakan pencabut :
1 .Setelah ekstraksi gigi, pasien diinstruksikan
untuk menggigit kasa selama 30-60 menit
untuk menghentikan perdarahan. Apabila
tidak terdapat asam tranexamat, pasien
dapat disarankan untuk menggigit tea bag
selama 30 menit. Pasien disarankan untuk
istirahat selama 1-2 hari dan menghindari
aktivitas berat dulu.
2. Berkumur chlorhexidine atau cairan salin
hangat dua kali dalam sehari dapat
mengurangi risiko dry socket dan edema.

ZELSY SIHKAPIYARSI DE NIRA


DYAH LESTARI PUTRI
NATASHA PUTRI A
Edukasi Gigi Permanen
setelah tindakan pencabut :
3. Untuk menghindari terjadinya pelepasan
bekuan darah yang menyebabkan
perdarahan, pasien diberitahu untuk tidak
meludah pada 12 jam pertama setelah
ekstraksi gigi, tidak menggunakan sedotan
saat minum, dan menyentuh area bekas
ekstraksi dengan lidah. Diet lunak dapat
dilakukan pada hari pertama setelah
tindakan. Pasien sebaiknya tidak merokok dan
mengonsumsi alkohol.

ZELSY SIHKAPIYARSI DE NIRA


DYAH LESTARI PUTRI
NATASHA PUTRI A
Edukasi Gigi Permanen
setelah tindakan pencabut :

4. MINTA PASIEN MEMBERI KOMPRES DINGIN


PADA SISI PIPI YANG DILAKUKAN EKSTRAKSI
UNTUK MENCEGAH PEMBENGKAKAN YANG
BESAR. KOMPRES DILAKUKAN SELAMA 10-15
MENIT, DAPAT DIULANGI SETIAP 30 MENIT
SEKALI.

ZELSY SIHKAPIYARSI DE NIRA


DYAH LESTARI PUTRI
NATASHA PUTRI A
PERSIAPAN UNTUK ANAK YANG
MEDICAL COMPROMISE
PRAMEDIKASI
Pramedikasi adalah tindakan awal anestesia dengan
memberikan obat-obatan pendahuluan yang terdiri dari obat-
obat golongan antikholinergik, sedasi/trankuilizer, dan
analgetik8.

EKA PUTRI CAHYANI


(P07125122032)
PERSIAPAN UNTUK ANAK
MEDICAL COMPROMISE
EVALUASI KONDISI
MEDIS ANAK KONSULTASI
Hal ini penting untuk
PENGGUNAAN
DENGAN DOKTER ANESTESI YANG
menentukan apakah anak
aman untuk menjalani
ANAK AMAN
Tujuannya memberikan Jika anak
perawatan gigi dan untuk
panduan tentang membutuhkan anestesi
menentukan jenis
bagaimana perawatan gigi untuk perawatan gigi,
perawatan gigi yang
harus disesuaikan dengan dokter gigi harus
tepat.
kondisi medis anak serta memilih jenis anestesi
dokter anak juga dapat yang aman untuk anak
memberikan rekomendasi dengan kondisi medis
tentang jenis perawatan yang ada.
gigi yang paling sesuai.
Kania Qonita Pratiwi
P07125122033
PERAWATAN GIGI
EDUKASI DAN
YANG LEBIH LEMAH
PENCEGAHAN
DAN TERATUR
Orang tua anak dengan medical
Anak dengan medical
compromise harus diberi pendidikan
compromise membutuhkan
kesehatan gigi yang tepat untuk
perawatan gigi yang lebih membantu menjaga kesehatan gigi
lemah dan teratur daripada anak termasuk pencegahan masalah
anak lainnya sehingga dokter gigi dan mulut. Orang tua harus
gigi harus mempertimbangkan memahami pentingnya menjaga

hal ini untuk merencanakan kesehatan gigi anak dan cara terbaik
untuk melakukannya seperti
perawatan gigi dan jadwal
menyikat gigi secara teratur dan
perawatan gigi yang tepat
menghindari makanan dan minuman
untuk anak.
yang dapat merusak gigi.

Kania Qonita Pratiwi


P07125122033
PERSIAPAN UNTUK ANAK YANG
MEDICAL COMPROMISE
Medically-compromised adalah suatu keadaan seorang pasien
yang mempunyai kelainan atau kondisi yang harus
Dikompromikan ke dokter sebelum dilakukan suatu tindakan
apapun yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Adapun
kelainan sistemik yang merupakan kondisi medically
compromised diantaranya adalah kelainan hematologi, kelainan
metabolik- endokrin, kelainan kardiovaskuler, gangguan
koagulasi, kelainan ginjal, dan kehamilan.
AULIA UMMU HANI
Persiapan pencabutan gigi sulung untuk anak
berkebutuhan khusus
PEMBERIAN ANESTESI

ANESTESI BIASANYA DIBERIKAN KEPADA ANAK


YANG SANGAT TIDAK KOOPERATIF, TAKUT,
ATAU CEMAS. SERTA ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS YANG TIDAK MAMPU MEMAHAMI
PETUNJUK DOKTER GIGI YANG DIBERIKAN OLEH
DOKTER GIGI

LENI PURNAMA SARI


P07125122036
Macam - Macam Anestesi

Anestesi Lokal Anestesi Umum


OBAT ANESTESI LOKAL YANG OBAT ANESTESI UMUM ANTARA
UMUM DIGUNAKAN DALAM LAIN PROPOFOL, KETAMINE,
KEDOKTERAN GIGI TERMASUK DIAZEPAM, ISOFLURANE,
LIDOKAIN, ARTIKAIN, DESFLURANE, DAN
PRILOKAIN, MEPIVAKAIN, DAN METHOHEXITAL.
BUPIVAKAIN.
LENI PURNAMA SARI
P07125122036
PERSIAPAN PENCABUTAN GIGI SULUNG
UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1. Konsultasi dengan dokter gigi anak yang
berpengalaman dalam perawatan anak berkebutuhan
khusus

2. Evaluasi kesehatan anak untuk memastikan keadaan


medis yang aman sebelum tindakan

3. Memastikan anak nyaman dan tenang selama prosedur

4. Memberikan perawatan pasca pencabutan yang tepat

Anissa Rosita
P07125122037
Persiapan untuk anak
berkebutuhan khusus.
Metode yang digunakan untuk
kenyamanan anak
berkebutuhan khusus dalam
menjalani pemeriksaan

Yosi Rahmawati
P07125122038
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan perawatan kepada anak
dengan kebutuhan khusus. Salah satunya
yaitu sebaiknya sebelum anak mendatangi
dokter gigi, orang tua membuat janji untuk
bertemu dahulu dan berkonsultasi, mengenai
identifikasi dini riwayat medis, kemampuan
koperatif dan pemahaman adanya fobia dan
hal hal lainnya. Hal ini akan menjadi dasar
pemilihan teknik managemen tingkah laku
yang diberikan pada anak.
Yosi Rahmawati
P07125122038
METODE PENDEKATAN
Pada khasus ringan dokter gigi akan melakukan
pendekatan non farmaklogi seperti:

1. Tell Show Do 3. Positive Reinforcement

5. Desensitisasi

2. Modelling 4. Distraksi
Yosi Rahmawati
P07125122038
Agenda hari ini
Sedaangkan pada khasus berat dokter gigi bisa
menggunakan metode teknik farmakologi:

1. Sedasi 2. General Anestesi

Yosi Rahmawati
P07125122038
Materi 3 Drg Rurie Pencabutan Gigi

FUNGSI FUNGSI PEMERIKSAAN RADIOGRAFIS UNTUK KEDOKTERAN GIGI

nomenklatur : kirinya kita (tgm)


● Panoramic : teknik radiografi ekstra oral (karena imaga reseptor atau film dan sumber sinar
dari luar mulut)
● Yang tampak dari Panoramic radiography : TMJ kanan dan kiri, infraorbital, nassal, sinus,
inferior border dari mandibula, vertebra servikalis (melengkung-karena posisi
membungkuk atau tidak tegak)
● Panoramic radiography : teknik yang paling tepat untuk mendeteksi usia dari pasien karena
bisa dilihat dari jumlah gigi yang tampak terkait dengan fisiologi dan urutan pertumbuhan
gigi geligi (deteksi erupsi gigi)
● panoramic : gambaran radiograph yang luas (rahang atas, bawah, kanan, kiri dalam sebuah
media)
● Gigi impaksi : gigi yang tumbuh miring, gigi yang berjejal karena rahang yang tidak cukup,
gigi yang tidak bisa tumbuh sempurna (terpendam, tertahan di dalam rahang, sehingga
tumbuhnya jadi miring, atau tumbuh lurus tapi hanya sebagian, atau bahkan sama sekali

tidak tumbuh) di gambar itu gigi impaksi : 34, karena banyak lesi hingga mendorong
gigi 35 ke arah distal.

WAKTU ERUPSI GIGI


Gigi Rahang Atas
Insi 1 : 7-8 tahun
Insi 2 : 8-9 tahun
Caninus : 11-12 tahun
Premolar 1 : 10-11 tahun
Premolar 2 : 10-12 tahun
Molar 1 : 6-7 tahun (tumbuh pertama)
Molar 2 : 12-13 tahun
Molar 3 : 17-21 tahun

Gigi Rahang Bawah


Insi 1 : 6-7 tahun (tumbuh pertama kali) gigi 31 41
Insi 2 : 7-8 tahun
Caninus : 9-10 tahun
Premolar 1 : 10-12 tahun
Premolar 2 : 11-12 tahun
Molar 1 : 6-7 tahun (tumbuh pertama)
Molar 2 : 11-13 tahun
Molar 3 : 17-21 tahun
umur 8-9 tahun : gigi 12 dan 22 sudah tumbuh

● tidak semua umur bisa dideteksi pada radiograph


● karena berhenti pada umur 21 (sudah semua tumbuh)
● tapi bisa digunakan untuk forensik dengan cara membandingkan ukuran dari masing-
masing rahang atau gigi dengan variasi normal (ini laki-laki atau perempuan)
● perempuan punya range gigi 33 sekian hingga sekian, kalau lebih maka laki-laki
● jika usia, maka dilihat dari molar (jika M belum tumbuh maka kurang dari 18 tahun, jika
sudah semuanya maka lebih dari 16 tahun, kalau impaksi maka antara 15-umur dewasa)

TEKNIK SEFALOMETRI/CEPHALOMETRIC
● Deteksi maloklusi
● Citra radiograf yang menggambarkan relasi dari gigi dan rahang serta rahang dan tulang
muka
● Indikasi utama : keperluan orthodontik dan bedah orthognatik
Klasifikasi ortho
● Kelas 2 : gigi anteriornya lebih ke depan implinasinya daripada gigi rahang bawah
(protrusif)

FUNGSI RADIOLOGI
Deteksi usia pasien
Deteksi waktu erupsi gigi
Deteksi karies gigi dan lesi periapikal
● karies : terjadi proses pelunakan pada jaringan keras pada gigi (demineralisasi-hilangnya
mineral pada jaringan keras gigi)
● karies : gambar rediolusen (karena jaringan lunak)
● jika karies di oklusal : maka merusak kontinuitas dari email
● jika karies tidak ditangani, maka vitalitas pulpa akan mulai hilang, pulpa tidak responsif
● jika pulpa non vital (saraf gigi mati), jika dibiarkan maka terjadi lesi periapikal
(penampakan pada radiograf kurang jelas, hanya terlihat sedikit perubahan dari gambar normal)
di gambar adalah karies di oklusal (mahkota rusak)
● kalau masih sakit yang berdenyut (pulpitis)

Deteksi Rekuren karies


● karies yang berulang
● Terjadi berdekatan dengan daerah restorasi
● Bisa terjadi karena adaptasi yang buruk dari bahan restorasi sehingga terjadi marginal
leakage atau akibat lesi karies yang masih tertinggal
● Disebut karies sekunder > tergantung kedalamannya
● Karies sudah ditumpat, tapi tumbuh karies lagi
(dalam gambar, teknik bitewing (terlihat setengah)

TEKNIK INTRA ORAL


Periapikal dan Bitewing
Bitewing : antara gigi rahang atas dan bawah (terlihat setengah) akar tidak tampak
Periapikal : gigi utuh (dari mahkota sampai akar terlihat)
● Untuk intra oral, gambar lebih jelas dan detail
Fungsi :
. bisa melihat kalkulus (anak panah biru) (menyebabkan tulang alveolar turun dan sebabkan
periodontitis, akan turun lagi hingga periodontitis kronis dan berat->gigi goyang)
● Kalkulus biasanya nampak pada premolar dan molar
● Jika terjadi overlaping akibat kesalahan angulasi horizontal, kalkulus tidak akan nampak
dalam gambar radiograf
● Kalkulus hanya nampak secara radiografis jika berukuran besar dan merupakan faktor yang
berkaitan dengan terjadinya periodontal disease
(gingivitis->periodontitis - dengan ciri kehilangan puncak tulang alveolar)

. Bisa melihat tambalan overhanging


● Nampak adanya tambalan amalgam yang overhanging sehingga berlanjut menyebabkan
terjadinya kerusakan tulang alveolar
. Bisa melihat lesi periapikal (abses)
● Gambaran radiolusen yang meluas dengan batas yang tidak tegas
● Merupakan awal dari kondisi granuloma maupun kista periapikal
● Gigi yang terlibat dalam kondisi non vital
● Abses ini tidak bisa dilihat dengan bitewing, dengan panoramic kurang jelas, pakai teknik
periapikal
. Bisa melihat kehilangan puncak tulang alveolar atau kondisi periodontitis
● horizontal : sejajar dengan arah bidang oklusal (akibat kondisi general : pasien yang
periodontitisnya secara general agresif, diabetes-tidak terkait dengan faktor lokal)
● vertikal : sejajar dengan arah gigi, turun, walaupun tidak sempurna vertikal tapi jika
arahnya oblig maka disebut vertikal (akibat dari faktor lokal : kalkulus, tumpatan
overhanging)
● umumnya hal ini akan beragam atau modifikasi antara horizontal atau vertikal dalam mulut,
tapi jika semua horizontal maka patut dicurigai ada kelainan sistemik pada pasien

● Permulaan Kerusakan Jaringan Periodontal


– Lesi awal penyakit periodontal ditandai dengan hilangnya kepadatan tulang dan
menumpulnya hubungan antara tulang alveolar dan lamina dura
– hilangnya atau penurunan puncak tulan alveolar 1-2 mm (<1/3 akar) -> periodontitis ringan
– jika masi normal, ligamen periodontal masih bagus, melingkupi dengan tipis dan tidak ada
rasa sakit
● Periodontitis kronis moderate (sedang)
– Hilangnya atau penurunan puncak tulang alveolar lebih dari 2 mm atau 1/3-2/3 akar
– Belum melibatkan bifurkasi
– Dapat terjadi horizontal atau vertikal bone loss
● Kerusakan Jaringan Periodontal Lanjut
– Periodontitis kronis : kerusakan atau penurunan puncak tulang alveolar melebihi 2/3 akar
– ditandai dengan kerusakan pada kedua sisi dinding tulang alveolar dan tulang intradikular
pada furkasi gigi molar
– kerusakan lanjut juga ditandai dengan penurunan kepadatan tulang pada regio tulang
intradikular pada bagian furkasi gigi
– forcasion involvement : radiolusen di tengah tengah akar atau furkasi atau di sebelah
kanan dan kiri (mesial distal)
– jika ada pasien mengeluh gigi berdenyut tapi bukan karena karies, dan gigi itu goyang
karena gusi turun, maka disebut periodontitis
MATERI 1

 sinar x panjang gelombang pendek tp energi jauh lebih tinggi.


 Radiopaque (jaringan keras/padat sulit ditembus) : energi yang sampai pada image reseptor
sedikit makanya berwarna putih
 sinar x yang mengenai jaringan keras energinya atau sinar x yang sampai ke film hanya sedikit
sehingga ketika di prosesiny warna putih. radiopaque kebalikan dari radiolusen.
 Radiolusen (jaringan lunak)
 sinar x yang mengenai jaringan lunak energinya atau sinar x yang sampai ke film banyak
sehingga ketika di prosesing berwarna hitam.
 demineralisasi jaringan keras (karies), dentin, email, sementum.
 ligamen periodontal : jaringan lunak(radiolusen)
 artefak (ghost image) bayangan dari benda asing. tetesan air juga artefak.
 cone cutting : gambar setengah lingkaran karena tidak terpaparnya sinar

MATERI 4

PROTEKSI RADIASI

- Tujuan melakukan radiologi dental adalah mendapatkan informasi yang pasti untuk menegakkan
diagnosis di samping tetap memperhatikan paparan radiasi seminimal mungkin terhadap pasien
maupun operator --> upaya pembatasan dosis

- Paparan sinar x di KG untuk diagnosis --> menggunakan dosis yang sangat kecil

the international commission on radiological protection (ICRP) --> prinsip proteksi radiasi alara (As
low as reasonanly achivable) yang meliputi:

1. justification--- indikasi
2. optimazition--- teknik
3. limitation

Usaha-usaha penjagaan yang dilakukan untuk memperkecil resiko yang dapat ditimbulkan oleh
radiasi sinar x kepada pasien, operator dan lingkungan.

1. Pasien

- Paparan radiasi hanya dengan indikasi medis

- Pembatasan paparan radiasi hasil ---> penelitian 14 hari efek radiasi mengalami penurunan

- Pasien hamil harus mendapat pengamanan tambahan ---> pemeriksaan radiografi harus
menggunakan standar khusus yang sudah ditetapkan oleh ICPRP (dosis yang ditertima janin tidak
lebih dari 10 msv) dan memakai apron

A. PERLENGKAPAN PROTEKSI PASIEN

1. APRON PROTEKSI TUBUH

untuk proteksi kelenjar tiroid tebal sekurang-kurangnya 0,5 mm lempengan PB pada 150 kvp

---> wajib untuk ibu hamil


2. PENAHAN RADIASI TIROID

mempunyai tebal setara dengan lempengan PB 0,5 mm PD 150 kvp

3. PENGGUNAAN KOLIMATOR

- digunakan untuk mengatur ukuran luas lapangan sinar x

- berupa silinder metal dengan lubang di bagian tengah

- kolimator akan mereduksi paparan sinar x yang diterima pasien dengan mereduksi ukuran
sinar x

Rectangular Collimator

B. PERLENGKAPAN PROTEKSI OPERATOR

1. APRON PROTEKSI TUBUH

untuk proteksi kelenjar tiroid tebal sekurang-kurangnya 0,5 mm lempengan PB PADA 150kvp

2. SARUNG TANGAN PROTEKSI

digunakan untuk fluorokopi harus mempunyai ketebalan sekurang-kurangnya 0,25 mm PB


pada 150 kvp. proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan mencangkup jari dan
pergelangan tangan ---> dapat digunakan untuk pasien anak yang tidak kooperatif

3. POSISI OPERATOR

diagram yang menunjukkan posisi operator pada saat paparan sinar x

4. FILTRASI MESIN SINAR X

tanda dan isyarat

semua panel kendali harus terlihat jelas pada panel kendali pesawat sinar x oleh operator
pada saat paparan sedang berlangsung

5. PERSONNEL RADIATION BADGES

individu yang mengoperasikan alat radiografi harus menggunakan radiation badges untuk
mengukur jumlah paparan yang telah diterima

PROTEKSI RADIASI PADA RUANGAN RADIASI

- penggunaan bahan timah hitam untuk pelapis dinding ruangan setebal 2 mm


- jika ruangan tidak dilengkapi dengan protektif barrier maka posisi operator tidak kurang dari 1,5 m
dari tube head pada mesin sinar x selama paparan radiasi

- pemasangan warning sign untuk menghindari paparan yang tidak diharapkan.

tidak ada seorangpun yang boleh berada dalam ruangan selama paparan sinar x kecuali pasien jika
terpaksa ada orang lain harus memenuhi persyaratan:

1. harus berdiri di belakang barrier atau menggunakan lead apron

2. tidak berdiri pada arah sumber sinar berdiri minimal 6 kaki dari sumber sinar

3. berusia minimal 18 tahun

4. tidak sedang hamil

MASYARAKAT UMUM/GENERAL PUBLIC

yang termasuk kategori masyarakat umum adalah setiap orang yang tidak menerima paparan dosis
radiasi secara langsung sebagai pasien ataupun pekerja radiasi namun tanpa sengaja menjadi terkena
paparan titik misalnya orang yang menunggu di ruang tunggu.

dosis tahunan pada grup ini sebesar maksimal 1 msv

PERAN NUTRISI DALAM PROTEKSI RADIASI

-respon sel terhadap radiasi--->tergantung dosis dan jenis radiasi, sensitivitas jaringan, kemampuan
regenerasi dan konsentrasi oksigen

-oksigen intraseluler menentukan tingkat kerusakan DNA oleh sinar x ---> antioksidan untuk
mengurangi radikal bebas yang terbentuk akibat ionisasi DNA

-antioksidan beta karoten, vitamin e, selenum, phytochemical

protein ---> berfungsi sebagai enzim ---> memacu replikasi kromosom ---> pembentukan dan
perbaikan sel ---> regenerasi sel-sel yang rusak.

Protein ---> antibodi ---> kekebalan tubuh

pasien pasca radioterapi ---> penurunan jumlah sel darah putih ---> resiko terjadi infeksi ---> nutrisi
tinggi protein dan kalori

kalori --->meningkatkan metabolisme

KONTROL INFEKSI

tujuan kontrol infeksi pada pemeriksaan radiografi:


1. melindungi operator dan juga pasien

2. menghindari cross contamination atau kontaminasi silang terhadap pasien lain.

PENYAKIT-PENYAKIT YANG BERESIKO

hepatitis, HIV AIDS, TB, HSV (Herpes simplex virus), rubella, syphilis, diphteria, mumps, influenza,
encephalopathies.

RESIKO KONTAMINASI SILANG PADA PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

1. pemeriksaan intra oral ---> operator bekerja langsung di area mulut pasien ---> resiko kontaminasi
saliva dan droplet

2. menyentuh x-ray tubehead

3. menekan tombol pada control panel

KONTAMINASI SILANG PADA PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

infeksi silang pada pemeriksaan radiografi dapat terjadi melalui:

1. bitetab/bitewing film holder

2. film intraoral

3. bitetab pada geografi ekstra oral panoramik dan CBCT

lakukan prosedur desinfeksi atau lapisi permukaan benda yang berkontrak dengan film atau image
reseptor dan tangan operator: kontrol panel, tombol exposure, x-ray tubehead, tombol pada kursi
pasien, pegangan pintu, tombol lampu.

PROSEDUR KONTROL INFEKSI

-penggunaan barir atau cover efektif untuk benda-benda kecil yang sulit dibersihkan. contohnya
kantong plastik dengan atau tanpa tape (perekat) ---> bitetab opg, image receptor.

-prosedur sterilisasi---> untuk instrumen yang digunakan dalam mulut pasien intra oral: bitetab atau
bitewing dan film holder

- film intra oral analog dan plastik pembungkus image reseptor ---> disposable atau sekali pakai --->
dibuang dalam kontainer khusus tertutup

- operator membawa film dengan menggunakan wadah disposable contoh gelas plastik film tidak
boleh dimasukkan saku bajunya operator. operator sebaiknya menggunakan sarung tangan gloves
masker, pelindung mata, dan baju khusus seluruh pekerja medis termasuk mahasiswa, koas dan
residen. wajib menjalani Hepatitis b dan d.
pencabutan gigi🌤️✨

jastifikasi

indikasi medis yang tepat dan kuat untuk dilakukan rontgen

(diagnosis jastifikasi untuk penguatan alasan rontgen)

optimisasi

pemilihan teknik rontgen yang tepat, sesuai ekonomi, sosial, dan kondisi pasien

semisal hanya gigi 3.6 yang ingin dirontgen, maka periapikal

limitasi

pembatasan

bitewing (antara 2 rahang dan tidak terlihat akar)


DASAR-DASAR PENCABUTAN GIGI DAN MULUT

“Modern Dental Assiting Seventh Edition Chapter 37 Anesthesia and Pain Control:
General Anesthesia and Documentation of Anesthesia and Pain Control”

DISUSUN OLEH

Eka Putri Cahyani (P07125122032) Leni Purnama Sari (P07125122036)

Kania Qonita P. (P07125122033) Anissa Rosita (P07125122037)

Aulia Ummu Hani (P07125122034) Yosi Rahmawati (P07125122038)

Elza Amelia Putri (P07125122035) Febia Qothrunnada ‘A (P07125122039)

PRODI DIPLOMA III KESEHATAN GIGI

JURUSAN KESEHATAN GIGI

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, nikmat, dan
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah Dasar – Dasar Pencabutan Gigi dengan
judul “Bantuan Gigi Modern Edisi Ketujuh Bab 37 Anestesi dan Pengendalian Nyeri:
Anestesi Umum, serta Dokumentasi Anestesi dan Pengendalian Nyeri” dengan baik,
terstruktural, dan tepat waktu.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Aryani Widayati, S.SiT. MPH selaku dosen pengampu mata kuliah Asistensi Pelayanan
Kesehatan Gigi Dan Mulut. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang pengertian anestesi umum, tahapan anestesi, proses anestesi, pengertian dokumentasi
anestesi dan pengendalian nyeri, pendidikan pasien, dan implikasi hukum dan etika,.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam menyukseskan makalah ini. Melalui jurnal-jurnal mereka yang dapat kami gunakan
sebagai referensi.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan makalah ini.
Maka dari itu, kami menerima kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan masukan dan
evaluasi dalam memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

Dengan adanya makalah ini, kami berharap banyak manfaat serta wawasan yang dapat
diambil oleh pembaca.

Yogyakarta, 10 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................................. 5

BAB II ....................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
a) Anestesi Umum ........................................................................................................... 6
b) Tahapan Anestesi ........................................................................................................ 6
c) Proses Anestesi ............................................................................................................ 7
d) Dokumentasi Anestesi dan Pengendalian Nyeri ......................................................... 7
e) Pendidikan Pasien ....................................................................................................... 8
f) Implikasi Hukum dan Etika......................................................................................... 8

BAB III...................................................................................................................................... 9

PENUTUP ................................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anestesi umum adalah suatu keadaan yang diinduksi oleh obat-obatan anestesi
untuk membuat pasien tidak sadar dan tidak merasakan nyeri selama prosedur medis
atau pembedahan. Ini mencakup penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi seluruh
sistem saraf pusat, menyebabkan hilangnya kesadaran, refleks, dan sensasi nyeri.
Anestesi umum diperlukan untuk prosedur-prosedur yang memerlukan kehilangan
kesadaran total dan relaksasi otot yang mendalam.
Dokumentasi anestesi pengendalian nyeri adalah proses mencatat secara rinci
informasi terkait dengan penatalaksanaan anestesi dan pengendalian nyeri yang
diberikan kepada pasien. Dokumentasi ini mencakup berbagai aspek, termasuk jenis
anestesi yang digunakan, dosis obat, respons pasien terhadap anestesi, monitoring
tanda-tanda vital, dan tindakan-tindakan yang diambil untuk mengatasi komplikasi atau
reaksi yang mungkin timbul selama atau setelah prosedur.
Dokumentasi anestesi umum dan pengendalian nyeri sangat penting karena
memiliki beberapa tujuan. Pertama, itu memastikan keselamatan pasien dengan
memberi tahu tim medis tentang kondisi pasien, alergi obat, dan respons terhadap
anestesi sebelumnya. Kedua, itu memberikan informasi penting kepada tim medis yang
merawat pasien setelah prosedur, memungkinkan mereka untuk memberikan perawatan
pascaoperasi yang sesuai. Ketiga, dokumentasi yang akurat dan rinci juga penting untuk
keperluan medico-legal, memberikan catatan tertulis yang dapat diacu untuk tujuan
hukum atau audit medis.
Dalam praktiknya, anestesi umum dan dokumentasi pengendalian nyeri harus
diurus oleh ahli anestesi yang terlatih dengan baik dan sangat berpengalaman. Mereka
harus memantau pasien dengan cermat selama prosedur dan secara akurat
mendokumentasikan setiap aspek perawatan anestesi, memastikan keamanan dan
kenyamanan pasien selama proses medis yang sering kali sangat kompleks dan berisiko
tinggi.

4
B. Rumusan Masalah

a) Apa itu anestesi umum?


b) Apa saja tahapan anestesi?
c) Bagaimana proses anestesi?
d) Apa itu dokumentasi anestesi dan pengendalian nyeri?
e) Apa yang dimaksud dengan pendidikan pasien?
f) Apa itu implikasi hukum dan etika?

C. Tujuan

a. Mengetahui apa itu anestesi umum.


b. Mengetahui tahapan anestesi.
c. Mengetahui proses anestesi.
d. Mengetahui apa itu dokumentasi anestesi dan pengendalian nyeri.
e. Mengetahui apa itu pendidikan pasien
f. Mengetahui apa itu implikasi hukum dan etika

5
BAB II
PEMBAHASAN

a) Anestesi Umum

Cara lain untuk memberikan agen anticemas adalah melalui anestesi umum. Anestesi
umum adalah keadaan ketidaksadaran terkendali yang ditandai dengan hilangnya
refleks pelindung, termasuk kemampuan untuk mempertahankan jalan napas secara
mandiri dan merespons dengan tepat terhadap rangsangan fisik atau perintah verbal.
Metode ini memberikan kondisi hilangnya kesadaran yang terkendali, atau anestesi
umum tahap.
Anestesi umum dicapai dengan menggunakan kombinasi gas, N2O/O2, campuran
halotan atau enflurane, dan agen IV seperti thiopental dan methohexital. Anestesi
umum paling aman diberikan di rumah sakit atau fasilitas lain yang memiliki peralatan
yang diperlukan untuk administrasi dan manajemen keadaan darurat. Ahli anestesi
adalah dokter yang berspesialisasi dalam bentuk anestesi ini.

b) Tahapan Anestesi

Agen anticemas tertentu atau kombinasi agen dapat menghasilkan tingkat kesadaran
dan ketidaksadaran yang berbeda. Tingkatan ini disebut tahapan anestesi.
o Tahap 1: Analgesia Analgesia adalah tahap di mana pasien dalam keadaan
rileks dan sadar sepenuhnya. Pasien dapat membuka mulut tanpa bantuan dan
mampu mengikuti arahan. Pasien mengalami rasa euforia dan berkurangnya
rasa sakit. Tanda-tanda vital normal. Tergantung pada agennya, pasien dapat
berpindah ke tingkat analgesia yang berbeda.
o Tahap II: Kegembiraan Kegembiraan adalah tahap di mana pasien kurang
menyadari lingkungan sekitar dan mungkin mulai tidak sadar. Pasien mungkin
menjadi bersemangat dan tidak terkendali. Mual dan muntah dapat terjadi.
Kegembiraan adalah tahap yang tidak diinginkan.
o Tahap III: Anestesi Umum Anestesi umum adalah tahap anestesi yang dimulai
ketika pasien menjadi tenang setelah tahap II. Pasien tidak merasakan sakit atau
sensasi. Pasien segera menjadi tidak sadar. Tahap anestesi ini hanya dapat
dilakukan di bawah bimbingan seorang ahli anestesi di lingkungan yang
terkendali seperti di rumah sakit.

6
o Stadium IV: Gagal Napas atau Henti Jantung Selama stadium IV, paru-paru
dan jantung melambat dan berhenti berfungsi. Jika tahap ini tidak segera diatasi,
pasien akan meninggal.

c) Proses Anestesi

• Persiapan Pasien
Dokter gigi meminta melalui rumah sakit agar pasien melakukan pemeriksaan
fisik pra operasi, tes laboratorium, atau keduanya dilakukan sebelum pemberian
obat bius. Pasien atau wali yang sah harus menandatangani formulir persetujuan
sebelum anestesi dan prosedur dapat dilakukan.
• Pendidikan Pasien
Dokter gigi akan menjelaskan prosedur serta risiko dan kemungkinan reaksi
terhadap anestesi umum. Sebagian besar prosedur dijadwalkan untuk
pembedahan dengan anestesi umum (status NPO). Pasien tidak boleh minum
atau makan apapun selama 8 hingga 12 jam sebelum prosedur, dan pasien harus
memiliki supir untuk mengantar pulang ke rumah setelah prosedur.
• Pemulihan Pasien
Setelah prosedur selesai, pasien akan dipantau secara ketat hingga refleksnya
kembali normal. Pasien harus merespons nama dan dapat menggerakkan
anggota tubuh. menoleh, dan berbicara dengan koheren. Pasien tidak boleh
ditinggalkan sendirian saat sadar kembali.

d) Dokumentasi Anestesi dan Pengendalian Nyeri

Menyimpan catatan yang akurat merupakan aspek penting dalam analgesia nyeri dan
kecemasan. Selalu dokumentasikan tindakan dan pengamatan berikut ini:
1. Tinjauan riwayat medis pasien.
2. Tanda-tanda vital sebelum dan sesudah operasi.
3. Volume tidal jika menggunakan sedasi inhalasi.
4. Waktu anestesi dimulai dan diakhiri.
5. Konsentrasi puncak yang diberikan.
6. Waktu pasca operasi (menit) untuk pemulihan pasien.
7. Efek samping atau keluhan pasien.
Catat informasi ini di bagian catatan perkembangan pada catatan pasien atau di formulir
terpisah.

7
e) Pendidikan Pasien

Banyak pasien yang ragu-ragu untuk mendiskusikan ketakutan mereka yang


diakibatkan oleh cerita dari pasien yang memiliki pengalaman buruk atau berdasarkan
apa yang mereka pikirkan akan terjadi selama prosedur perawatan gigi. Penting bagi
pasien untuk mengetahui jenis rasa sakit dan tindakan pengendalian kecemasan yang
disediakan untuk pasien. Komunikasi yang baik adalah kunci agar pasien mendapatkan
informasi yang baik, merasa yakin dengan perawatan yang diberikan, dan menjadi
pasien yang berpengetahuan luas dan patuh pada janji temu di masa mendatang.

f) Implikasi Hukum dan Etika

Beberapa tingkat risiko selalu dikaitkan dengan penggunaan obat apa pun, bahkan
ketika diberikan oleh orang yang terlatih. Dokter gigi dan tim dokter gigi bertanggung
jawab untuk meminimalkan risiko pada pasien yang menjalani perawatan gigi dengan
mengikuti panduan ini:
1. Gunakan hanya metode sedasi yang benar-benar mereka kuasai.
2. Batasi penggunaan metode sedasi hanya pada pasien yang memerlukannya,
3. Lakukan evaluasi pra operasi yang komprehensif terhadap pasien.
4. Pantau pasien secara terus menerus.
5. Mendokumentasikan semua catatan obat yang digunakan, dosis, tanda vital,
reaksi, dan pemulihan.
6. Rawat pasien berisiko tinggi di tempat yang sesuai.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anestesi umum adalah keadaan ketidaksadaran terkendali yang ditandai dengan
hilangnya refleks pelindung, termasuk kemampuan untuk mempertahankan jalan
napas secara mandiri dan merespons dengan tepat terhadap rangsangan fisik atau
perintah verbal.
- Tahapan Anestesi
Agen anticemas tertentu atau kombinasi agen dapat menghasilkan tingkat kesadaran
dan ketidaksadaran yang berbeda. Tingkatan ini disebut tahapan anestesi.
o Tahap I : Analgesia
o Tahap II : Kegembiraan
o Tahap III : Anestesi Umum
o Stadium IV : Gagal Napas atau Henti Jantung
-Proses Anestesi
• Persiapan Pasien
• Pendidikan Pasien
• Pemulihan Pasien
-Dokumentasi Anestesi dan Pengendalian Nyeri
Menyimpan catatan yang akurat merupakan aspek penting dalam analgesia nyeri dan
kecemasan.
-Pendidikan Pasien
Banyak pasien yang ragu-ragu untuk mendiskusikan ketakutan mereka yang
diakibatkan oleh cerita dari pasien yang memiliki pengalaman buruk atau berdasarkan
apa yang mereka pikirkan akan terjadi selama prosedur perawatan gigi.
- Implikasi Hukum dan Etika
Beberapa tingkat risiko selalu dikaitkan dengan penggunaan obat apa pun, bahkan
ketika diberikan oleh orang yang terlatih.

9
DAFTAR PUSTAKA

American Dental Association Council on Scientific Affairs, Journal American Dental


Association 130 (Nov), 1999.
Brand R. Isselhard D: Anatomy of orofacial structures, St Louis, 1998, Mosby.
Burton G, Engelkirk P: Microbiology for the health sciences, ed 6, Philadelphia, 2000,
Lippincott.
Chin DHCL, Jones NF: Repetitive motion hand disorders, Journal of the California
Dental Association Feb 2001.
Featherstone JDB: The science and practice of caries prevention. Journal of the
American Dental Association 131 (July), 2000.
Frazier M, Drzymowski J: Essentials of human diseases and conditions, ed 2,
Philadelphia, 2000, Saunders.
Gomolka K: Choosing and using sharps safety devices. Product interactions guide,
Dental product report 36(1):78, 2002.
Gomolka K: Update on dental unit waterlines. Dental prod-uct report, Nov 2000.
Haring J. Jansen L: Dental radiology: principles and techniques, ed 2, Philadelphia,
2000, Saunders.
Hatcher DC, Dial C: Dental imaging centers, California Den- tal Assocation Journal
27, 1999.
Wilkins EM: Clinical practice of the dental hygienist, ed 8, Philadelphia, 1999, Lea &
Febiger.
Winter AA: Computerized digital radiography, Journal of Practical Dental Hygiene
5(6), 1996.

10
DASAR DASAR PENCABUTAN GIGI DAN MULUT

“Modern Dental Assiting Seventh Edition Chapter 56 Oral and Maxilla


Surgery : Postsurgical Complications Alveolitis, Legal and Ethical
Implications”

DISUSUN OLEH

Eka Putri Cahyani (P07125122032) Leni Purnama Sari (P07125122036)

Kania Qonita P. (P07125122033) Anissa Rosita (P07125122037)

Aulia Ummu Hani (P07125122034) Yosi Rahmawati (P07125122038)

Elza Amelia Putri (P07125122035) Febia Qothrunnada ‘A (P07125122039)

PRODI DIPLOMA III KESEHATAN GIGI

JURUSAN KESEHATAN GIGI

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, nikmat, dan
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah Dasar – Dasar Pencabutan Gigi dengan
judul “Bantuan Gigi Modern Edisi Ketujuh Bab 56 Oral and Maxilla Surgery :
Postsurgical Complications Alveolitis, Legal and Ethical Implications” dengan baik,
terstruktural, dan tepat waktu.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Aryani Widayati, S.SiT. MPH selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Pencabutan
Gigi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengertian
anestesi umum, tahapan anestesi, proses anestesi, pengertian dokumentasi anestesi dan
pengendalian nyeri, pendidikan pasien, dan implikasi hukum dan etika,.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam menyukseskan makalah ini. Melalui jurnal-jurnal mereka yang dapat kami gunakan
sebagai referensi.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan makalah ini.
Maka dari itu, kami menerima kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan masukan dan
evaluasi dalam memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

Dengan adanya makalah ini, kami berharap banyak manfaat serta wawasan yang dapat
diambil oleh pembaca.

Yogyakarta, 10 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... 3

BAB I ................................................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang........................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................................................ 5

BAB II ............................................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ................................................................................................................................................. 6
a) Tujuan Membantu Pengobatan Alveolitis ............................................................................................. 6
b) Perlengkapan dan Peralatannya ........................................................................................................... 6
c) Langkah - Langkah Prosedur ................................................................................................................. 6
d) Pendidikan Pasien ................................................................................................................................. 7
e) Implikasi Hukum dan Etika .................................................................................................................... 7

BAB III .............................................................................................................................................................. 8

PENUTUP ......................................................................................................................................................... 8
a) Kesimpulan ............................................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................ 9

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasca bedah aveolitis adalah kondisi medis yang terjadi setelah pencabutan gigi.
Kondisi ini merupakan peradangan pada alveolus, yakni rongga tempat gigi berada.
Komplikasi pasca bedah aveolitis dapat melibatkan rasa nyeri yang parah,
pembengkakan, dan infeksi pada area yang mengalami pencabutan gigi.
Dalam konteks implikasi hukum, pasca bedah aveolitis dapat mengarah pada
pertanyaan etis dan hukum terkait standar perawatan pasca operasi. Penyedia layanan
kesehatan berkewajiban memberikan perawatan yang memadai dan memastikan bahwa
pasien menerima informasi yang jelas tentang perawatan pasca operasi. Jika pasien
mengalami komplikasi pasca bedah aveolitis dan perawatan yang diberikan tidak
memadai, ini dapat memicu pertanyaan hukum terkait kelalaian medis atau pelanggaran
etika medis.
Implikasi hukum melibatkan pertimbangan apakah penyedia layanan kesehatan
telah memberikan standar perawatan yang sesuai dan apakah pasien telah diberikan
informasi yang cukup tentang risiko dan perawatan pasca operasi. Di sisi lain, aspek
etis mencakup pertanyaan mengenai integritas moral dan profesional penyedia layanan
kesehatan serta hak pasien untuk menerima perawatan yang bermutu dan aman.
Penting untuk mencatat bahwa kasus-kasus hukum dan etika medis sering kali
kompleks dan memerlukan penilaian dari berbagai sudut pandang, termasuk perspektif
medis, hukum, dan etika. Keputusan-keputusan hukum dalam kasus semacam ini
seringkali didasarkan pada fakta konkret dan interpretasi hukum yang rumit.

B. Rumusan Masalah

a) Apa tujuan membantu pengobatan alveolitis?


b) Apa saja perlengkapan dan peralatannya?
c) Bagaimana langkah - langkah prosedurnya?
d) Apa itu pendidikan pasien?
e) Apa yang dimaksud dengan implikasi hukum dan etika?

4
C. Tujuan

a. Mengetahui tujuan membantu pengobatan Alveolitis.


b. Mengetahui perlengkapan dan peralatannya.
c. Mengetahui langkah - langkah prosedurnya.
d. Mengetahui apa itu pendidikan pasie.
e. Mengetahui apa itu implikasi hukum dan etika.

5
BAB II
PEMBAHASAN

a) Tujuan Membantu Pengobatan Alveolitis

Tujuan: Untuk membantu dokter bedah yang kompeten dalam pengobatan alveolitis.

b) Perlengkapan dan Peralatannya

Penyiapan dasar
 Gunting
 Jarum suntik irigasi
 Larutan garam hangat
 Kasa Iodoform
 Balutan obat
 Ujung evakuator oral volume tinggi (HVE)

c) Langkah - Langkah Prosedur

1. Soket diairi secara perlahan dengan larutan garam hangat.Tujuan: Untuk


menghilangkan kotoran yang menumpuk dari alveolus.
2. Sepotong kasa iodoform yang sempit dipotong memanjang untuk mengisi soket
(Gbr. 56-39). Tujuan: Kasa iodoform mengandung anti septik topikal yang
mencegah infeksi.
3. Kasa dicelupkan ke dalam obat dan dengan lembut dimasukkan ke dalam soket.
Tujuan: Obat ini menenangkan ujung saraf di tulang yang terbuka. Memasukkan
kain kasa ke dalam soket mencegah makanan masuk ke dalam luka.
4. Dokter gigi dapat meresepkan analgesik untuk meredakan rasa sakit, antibiotik
untuk mengobati infeksi, atau keduanya.
5. Pasien diinstruksikan untuk kembali setiap 1 hingga 2 hari untuk mengulangi
prosedur ini dan untuk mengevaluasi penyembuhan, kemudian dipulangkan.

6
Gbr. 56-39 (Dari Kinn ME, Woods M: Asisten medis: administratif dan klinis, ed.
8, Philadelphia, 1999, Sauders.)

Tanggal Gigi Permukaan Catatan Pemetaan

9/4/04 - - Pt mengalami ketidaknyamanan setelah operasi.


Didiagnosis dengan alveolitis. Lokasi operasi diairi
dengan larutan garam hangat, kasa lodoform dimasukkan
ke dalam soket, resep Tylenol dengan kodein. Minta Pt
kembali besok untuk evaluasi.

T. Clark, CDA/Dr. L. Stewart

d) Pendidikan Pasien

Ketika mempersiapkan diri untuk operasi, pasien memiliki banyak ketakutan dan
kekhawatiran. Beberapa telah mendengar "cerita" dari orang lain yang menjalani
operasi yang sama dan memiliki "pengalaman buruk". Sebagai asisten bedah, salah satu
peran penting Anda adalah berbicara dengan pasien, menjawab setiap pertanyaan, dan
membantu menghilangkan rasa takut. Pastikan Anda percaya diri dan eksplisit saat
memberikan instruksi pra-operasi dan pasca-operasi kepada pasien.

e) Implikasi Hukum dan Etika

Ketika sebuah prosedur pembedahan telah berpindah dari ruang operasi rumah sakit ke
ruang perawatan di tempat praktik pribadi, kesadaran hukum dan tanggung jawab
menjadi lebih besar bagi ahli bedah mulut dan tim bedah. Sebelum memulai
pembedahan, konfirmasikan hal-hal berikut ini dengan pasien:
1. Dokter bedah telah menjelaskan prosedur dan menjawab semua pertanyaan.
2. Pasien telah menandatangani semua formulir persetujuan, dengan seorang saksi
beserta tanda tangan dokter bedah dan tanggal.
3. Ada orang lain yang mengantar pasien pulang.
4. Semua instruksi pasca bedah telah diberikan secara lisan dan tertulis.

7
BAB III
PENUTUP

a) Kesimpulan
Prosedur pengobatan alveolitis melibatkan penggunaan peralatan medis seperti
gunting, jarum suntik irigasi, dan kasa iodoform. Langkah-langkah meliputi
pembersihan soket dengan larutan garam hangat, penggunaan kasa iodoform untuk
mencegah infeksi, dan pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit. Pasien juga
diberikan instruksi dan harus kembali untuk pemantauan. Pendidikan pasien penting
untuk mengurangi kecemasan. Implikasi hukum dan etika melibatkan persetujuan
pasien, pemahaman prosedur, serta pemantauan dan pemenuhan instruksi pasca bedah
untuk memastikan kepatuhan hukum dan etika. Dengan menjalankan prosedur ini
dengan cermat, tindakan medis ini sesuai dengan standar medis dan hukum yang
berlaku.

8
DAFTAR PUSTAKA

American Dental Association Council on Scientific Affairs, Journal


American Dental Association 130 (Nov), 1999.
Burton G, Engelkirk P: Microbiology for the health sciences, ed 6,
Philadelphia, 2000, Lippincott.
Chin DHCL, Jones NF: Repetitive motion hand disorders, Journal of the
California Dental Association Feb 2001.
Featherstone JDB: The science and practice of caries prevention. Journal of
the American Dental Association 131 (July), 2000.

9
DASAR – DASAR PENCABUTAN GIGI (EXODONTIA)
“BIOPSI, JAHITAN, PERAWATAN PASCA OPERASI”

DOSEN PEMBIMBING :
ARYANI WIDAYATI, S.SiT.MPH
KELOMPOK 3 :
1. CINESYA NUR FATMALA (P07125122022)
2. NUGRAHENI WULAN F (P07125122023)
3. ELINDA HERAWATI (P07125122024)
4. ANISA DWI A (P07125122025)
5. ISHANUGRAH MILWANTI (P07125122026)
6. ANIS SAYYID W (P07125122027)
7. ZELSY SIHKAPIYARSI D (P07125122028)
8. DYAH LESTARI PUTRI K (P07125122029)
9. NATASHA PUTRI A (P07125122030)
10. IKBAR HAFIZH S (P07125122031)

DIII KESEHATAN GIGI


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Biopsi, Jahitan, dan Perawatan
Pasca Operasi” dengan baik dan tepat waktu.

Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai refrensi pada
makalah ini.

Kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan makalah ini.
Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini.

Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.
Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai masukan yang dapat
memperbaiki makalah di masa datang.

Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
kreatifitas serta pengetahuan pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah aspek penting dari kesehatan umum dan
kesejahteraan seseorang. Berbagai masalah gigi dan mulut, mulai dari kondisi medis
hingga perawatan bedah, memerlukan pendekatan yang komprehensif. Dalam konteks
ini, tiga elemen utama adalah biopsi, penggunaan jahitan, dan perawatan pasca operasi.
Biopsi adalah prosedur medis yang memungkinkan untuk pengambilan dan
pemeriksaan sampel jaringan atau sel dari rongga mulut. Ini berperan penting dalam
mendiagnosis berbagai kondisi, termasuk kanker mulut, lesi, dan infeksi. Tanpa biopsi,
diagnosis yang akurat seringkali sulit dicapai.
Jahitan adalah elemen penting dalam perawatan bedah gigi. Mereka digunakan untuk
menutup luka, menjahit jaringan, dan memfasilitasi penyembuhan. Penggunaan jahitan
yang tepat membantu meminimalkan risiko komplikasi pasca operasi dan
mempertahankan integritas jaringan.
Pasca operasi adalah fase penting dalam perawatan bedah gigi. Ini melibatkan
manajemen nyeri, pemantauan perubahan, dan perawatan mulut yang cermat. Pasien
memerlukan panduan dan dukungan yang tepat untuk pemulihan yang lancar dan
penghindaran komplikasi pasca operasi.
Mengintegrasikan biopsi, penggunaan jahitan, dan perawatan pasca operasi adalah
penting untuk mencapai perawatan gigi yang holistik. Biopsi memberikan diagnosis,
jahitan membantu dalam perawatan bedah yang efektif, dan perawatan pasca operasi
mendukung pemulihan pasien.
Makalah ini akan menggarisbawahi manfaat integrasi ketiga elemen ini, termasuk
diagnosis yang akurat, perawatan bedah yang sukses, dan pemulihan pasca operasi yang
optimal bagi pasien. Dengan memahami pentingnya integrasi biopsi, penggunaan jahitan,
dan perawatan pasca operasi dalam perawatan gigi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Biopsi?
2. Apa itu Biopsi Insisional, Biopsi Eksisi, dan Biopsi Eksfoliatif?
3. Apa itu Jahitan?
4. Apa itu Penempatan Jahitan, Bahan Jahitan yang dapat diserap, dan Bahan Jahitan
yang tidak dapat diserap?
5. Bagaimana cara membantu Penempatan Jahitan?
6. Apa itu Perawatan Pasca Operasi?
7. Apa itu Pengendalian Pendarahan dan Pengendalian Pembengkakan?
8. Bagaimana cara melakukan Pelepasan Jahitan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Biopsi.
2. Mengatahui apa itu Biopsi Insisional, Biopsi Eksisi, dan Biopsi Eksfoliatif.
3. Mengetahui apa itu Jahitan.
4. Mengetahui apa itu Penempatan Jahitan, Bahan Jahitan yang dapat diserap, dan
Bahan Jahitan yang tidak dapat diserap.
5. Mengetahui cara membantu Penempatan Jahitan.
6. Mengetahui apa itu Perawatan Pasca Operasi.
7. Mengetahui apa itu Pengendalian Pendarahan dan Pengendalian Pembengkakan.
8. Mengetahui melakukan Pelepasan Jahitan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biopsi
Biopsi adalah suatu proses di mana jaringan diangkat dan diperiksa untuk
membedakan keganasan (kanker) dari lesi non-ganas (non-kanker) lainnya di rongga
mulut. Tiga prosedur biopsi yang paling umum digunakan dalam kedokteran gigi
adalah biopsi insisional, biopsi eksisi, dan sitologi eksfoliatif.
 Biopsi Insisional
Bila lesi terletak di area yang akan terganggu secara kosmetik atau fungsional
akibat pembedahan, biopsi insisional sering kali diindikasikan. Biopsi insisional
juga diindikasikan bila lesi lebih besar dari 1 cm di semua dimensi. Dokter
bedah memotong sepotong jaringan dari lesi, bersama dengan beberapa jaringan
normal untuk digunakan sebagai perbandingan. Pengangkatan lesi secara
menyeluruh tidak dilakukan sampai diagnosis akhir mengenai jenis lesi dibuat.
 Biopsi Eksisi
Biopsi eksisi melibatkan pengangkatan seluruh lesi ditambah beberapa jaringan
normal di sekitarnya. Prosedur ini ideal untuk lesi kecil karena pengangkatan
total tidak akan menimbulkan masalah estetika atau fungsional. Misalnya, luka
kecil yang tidak dapat disembuhkan pada mukosa labial dapat diangkat
seluruhnya selama biopsi.
 Biopsi Eksfoliatif
Biopsi eksfoliatif adalah teknik non-bedah yang kini lebih diterima oleh praktisi
gigi. Sikat steril dengan ujung datar digunakan untuk mengumpulkan sel
permukaan dari lesi mulut yang dicurigai. Tepi tajam sikat ditempatkan pada lesi
dan diputar beberapa kali. Sel-sel tersebut disebarkan ke kaca objek untuk
pemeriksaan mikroskopis atau analisis dengan bantuan komputer. Biopsi
eksfoliatif bersifat invasif minimal, tidak memerlukan anestesi, dan secara pasti
dapat membedakan lesi jinak, prakanker, dan kanker.
 Hasil Biopsi
Laporan patologi menunjukkan apakah lesi tersebut ganas atau jinak. Tumor dan
kista nonmaligna diangkat jika ukuran dan lokasinya mengganggu penampilan
dan fungsi normal. Jika tidak mengganggu dan tidak menimbulkan ancaman
bagi pasien, pengangkatan dapat ditunda. Namun, situasinya harus ditinjau
secara berkala untuk menentukan apakah tumor telah berubah ukuran atau
bentuk.

Memberi tahu pasien tentang tumor ganas memerlukan kebaikan, empati, dan
kebijaksanaan khusus dari dokter gigi. Secara umum, hal ini tidak dilakukan
melalui telepon; idealnya, dokter gigi memberi tahu pasien secara langsung dan
didampingi oleh anggota keluarga dekat. Tumor ganas memerlukan pengobatan
segera oleh spesialis yang berkualifikasi.

B. Jahitan
Istilah jahitan mengacu pada tindakan menjahit. Biasanya, jika pisau bedah telah
digunakan, jahitan akan dipasang untuk mengontrol pendarahan dan mempercepat
penyembuhan. Oleh karena itu, ketika pisau bedah berada pada baki pemasangan,
peralatan jahitan akan ditambahkan (Gbr. 56-32)
 Penempatan Jahitan
Jarum jahit biasanya disediakan sudah berulir dan dalam kemasan steril (Gbr.
56-33). Bahan jahitan tersedia dalam jenis yang dapat diserap dan tidak dapat
diserap.
 Bahan jahitan yang dapat diserap larut dan diserap oleh enzim tubuh selama
proses penyembuhan. Jenis bahan jahitan yang dapat diserap yang paling umum
adalah (1) catgut polos, yang memberikan penyembuhan tercepat pada membran
mukosa dan jaringan subkutan; (2) catgut kromik, yang memberikan
penyembuhan lebih lambat, sehingga jaringan internal dapat pulih terlebih
dahulu; dan (3) poliglaktin 910 (Vicryl), yang merupakan bahan sintetis yang
dapat diserap.
 Bahan jahitan yang tidak dapat diserap meliputi (1) sutra, karena
kekuatannya dan kemudahan pengaplikasiannya; (2) serat poliester, yang
merupakan salah satu jahitan terkuat; dan (3) nilon, karena kekuatan dan
elastisitasnya. Jahitan yang tidak dapat diserap biasanya dilepas 5 hingga 7 hari
setelah operasi. (Lihat Prosedur 56-7.)

 Penghapusan Jahitan
Jika jahitan yang tidak dapat diserap dipasang, pasien akan dijadwalkan untuk
kembali untuk melepas jahitan dalam waktu sekitar 5 hingga 7 hari.
Penghapusan jahitan mungkin

Gbr. 56-32 Bahan jahitan ditambahkan ke baki

Gambar 56-33 Jenis bahan jahitan diberi label


menurut ukuran, tipe, panjang, dan tipe jarum.

C. Membantu Penempatan Jahitan


Tujuan: Untuk membantu ahli bedah kompeten dalam penempatan jahitan.
Peralatan dan Perlengkapan (Gbr. 56-34)
• Bahan jahitan
• Tempat jarum
• Gunting jahitan
• Spons kasa steril
Gbr 56-34
Langkah Prosedural
1. Lepaskan bahan jahutan dari sterilnya kemasan.
2. Dengan menggunakan penahan jarum, jepit jarum jahit pada sepertiga bagian
atas.
Tujuan: jika Anda menjepit terlalu dekat dengan benang, jahitan dapat
terlepas dari jarum; jika Anda menjepit terlalu dekat dengan ujung jarum,
ujung jarum dapat rusak (Gbr. 56-35).
3. Pindahkan penahan jarum ke dokter bedah dengan Anda memegang
engselnya, sehingga ahli bedah dapat memegang gagang instrumen (Gbr. 56-
36).
4. Tarik kembali lidah atau pipi untuk memberikan garis pandang yang jelas
bagi ahli bedah saat jahitan dipasang.
5. Setelah setiap jahitan diikat, jika diarahkan oleh ahli bedah, gunakan gunting
jahitan untuk memotong jahitan, sisakan sekitar 2 hingga 3 mm bahan jahitan
di luar simpul.
6. Ambil perlengkapan penjahitan dari dokter bedah, dan letakkan kembali pada
wadah bedah.
7. Catat jumlah dan jenis jahitan yang dipasang pada rekam medis pasien.

Gbr.56-35
Membantu Penempatan Jahitan
Gambar 56-36
Fungsi yang diperluas di negara bagian tempat Anda berlatih. Jika ya, ada langkah
khusus dalam proses pelepasan jahitan. (Lihat Prosedur 56-8.)

D. Perawatan Pasca Operasi


Ketika operasi selesai, pasien akan diantar ke area pemulihan untuk beristirahat dan
membiarkan obat penenangnya hilang. Perawatan dan instruksi pasca operasi
diberikan selama masa pemulihan total, tidak hanya selama perawatan segera
sebelum pasien meninggalkan kantor. Selain arahan dari dokter gigi, asisten secara
rutin memberikan instruksi pasca operasi kepada pasien dan individu yang
mendampinginya. Instruksi untuk perawatan di rumah harus diberikan secara tertulis
dan lisan.
 Pengendalian Pendarahan
Segera setelah ekstraksi, kain kasa steril berukuran 2 x 2 inci dilipat dan
ditempatkan di atas soket untuk menyembunyikannya mengontrol pendarahan dan
meningkatkan bekuan darah serta penyembuhannya. Bungkusnya harus tetap
ditempatnya untuk mengendalikan pendarahan dan pasien diberi intruksi berikut :
1. Simpan bungkusan ditempatnya setidaknya selama 30 menit. Jika bungkusan
tersebut dikeluarkan terlalu cepat, hal ini dapat mengganggu pembentukan
bekukan darah dan dapat meningkat berdarah.
2. Jika pendarahan berlanjut dan tidak berhenti, hubungi dokter kantor gigi.
3. Jangan mengganggu bekuan darah dengan lidah Anda atau dengan berkumur
dengan kuat.
4. Batasi pekerjaan berat atau aktivitas fisik selama hari itu.
 Pengendalian Pembengkakan
Setelah operasi ekstensif, pembengkakan diperkirakan dapat dikontrol dengan
kompres dingin. Pasien diberikan instruksi berikut mengenai pengendalian
pembengkakan :
1. Jika dianjurkan oleh dokter gigi, minumlah ibuprofen sebelum dan sesudah
operasi untuk membantu mencegah dan mengendalikan pembengkakan serta
meredakan nyeri.
2. Selama 24 jam pertama, letakkan kompres dingin dalam siklus 20 menit
menyala dan 20 menit mati.
3. Setelah 24 jam pertama, berikan panas luar pada area wajah untuk
meningkatkan sirkulasi pada jaringan dan mempercepat pertumbuhan.
E. Melakukan Pelepasan Jahitan (Fungsi Diperluas)
Tujuan : Untuk menunjukkan kompetensi dalam melepaskan jahitan yang tidak
dapat diserap
Peralatan dan perlengkapan (Gbr. 56-37)

Gbr. 56-37

Langkah-Langkah Prosedural
1. Ahli bedah memeriksa lokasi pembedahan untuk mengevaluasi
penyembuhan
(Gbr. 56-38, A). Jika penyembuhan memuaskan, jahitan dapat dilepas.
2. Usap area tersebut dengan bahan antiseptik untuk menghilangkan kotoran
(Gbr. 56-38, B)
3. Gunakan tang kapas untuk menahan jahitan secara perlahan menjauhi
jaringan agar ikatan simpul terlihat.
4. Selipkan satu helai gunting jahitan secara perlahan di bawah jahitan. Potong
di dekat jaringan (Gbr. 56-38, C).
5. Gunakan tang kapas untuk memegang simpul, dan tarik perlahan hingga
jahitan menembus jaringan (Gbr. 56-38, D).
Catatan : jangan sekali-kali menarik (“menarik) simpul melalui tisu.
6. Jika terjadi pendarahan, irigasi area bedah dengan larutan antiseptik atau
larutan garam hangat. Oleskan kompres sebentar ke lokasi bedah untuk
meningkatkan pembekuan.
7. Hitung jahitan yang telah dilepas dan bandingkan angka ini dengan angka
yang tertera pada rekam medis pasien.

(Gbr. 56-38)

BAB III

PENUTUP
DASAR – DASAR PENCABUTAN GIGI (EXODONTIA)

“SEDASI INHALASI & AGEN ANTIANXIETY”

DOSEN PEMBIMBING :
ARYANI WIDAYATI, S.SiT.MPH
KELOMPOK 3 :
1. CINESYA NUR FATMALA (P07125122022)
2. NUGRAHENI WULAN F (P07125122023)
3. ELINDA HERAWATI (P07125122024)
4. ANISA DWI A (P07125122025)
5. ISHANUGRAH MILWANTI (P07125122026)
6. ANIS SAYYID W (P07125122027)
7. ZELSY SIHKAPIYARSI D (P07125122028)
8. DYAH LESTARI PUTRI K (P07125122029)
9. NATASHA PUTRI A (P07125122030)
10. IKBAR HAFIZH S (P07125122031)

DIII KESEHATAN GIGI


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2023/2024
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anestesi inhalasi adalah metode penting dalam praktik medis yang melibatkan pemberian
agen anestesi dalam bentuk gas atau uap yang dihirup oleh pasien. Ini digunakan untuk
menciptakan efek analgesik, amnesia, dan relaksasi selama prosedur medis. Penggunaan
anestesi inhalasi telah menjadi landasan penting dalam perkembangan bedah modern dan
prosedur medis. Sejak penemuan eter dan kloroform pada abad ke-19, teknik ini telah
mengubah cara prosedur medis dilakukan.
Agen antianxiety adalah obat yang digunakan untuk mengurangi kecemasan, ketegangan,
dan gejala stres pada pasien. Mereka dapat membantu menciptakan suasana yang lebih
tenang selama prosedur medis. Dalam beberapa kasus, anestesi inhalasi dan agen antianxiety
dapat digunakan bersamaan untuk mencapai efek yang lebih baik dalam mengendalikan
kecemasan dan nyeri pasien. Ini terutama berguna dalam prosedur yang memicu kecemasan
yang tinggi.
Kedua pendekatan ini memerlukan pemantauan yang cermat oleh tenaga medis terlatih
untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat bagi pasien. Sedasi inhalasi dan
agen antianxiety dapat meningkatkan kenyamanan dan pengalaman pasien selama prosedur
medis.
Hal ini membantu mendiskusikan pentingnya penggunaan anestesi inhalasi dan agen
antianxiety dalam praktik medis modern, sejarah perkembangan mereka, serta bagaimana
pendekatan ini dapat mengurangi stres dan ketegangan pasien, yang pada gilirannya
meningkatkan keselamatan dan efektivitas prosedur medis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu sedasi inhalasi?
2. Apa saja kontraindikasi sedasi inhalasi?
3. Apa saja peralatan yang diperlukan untuk sedasi inhalasi?
4. Apa itu sistem pemulung?
5. Bagaimana cara mengurangi paparan nitrous oksida?
6. Apa itu pemantauan, pendidikan pasien, dan administrasi?
7. Apa itu agen antianxiety dan sedasi intravena?
8. apa yang membantu pemberian dan monitoring sedasi nitrous oxide?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu sedasi inhalasi
2. Mengatahui kontraindikasi sedasi inhalasi
3. Mengetahui peralatan yang diperlukan untuk sedasi inhalasi
4. Mengetahui apa itu sistem pemulung
5. Mengetahui cara mengurangi paparan nitrous oksida
6. Mengetahui pemantauan, pendidikan pasien, dan administrasi
7. Mengetahui agen antianxiety dan sedasi intravena
8. Mengetahui cara membantu pemberian dan monitoring sedasi netrous oxide
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sedasi Inhalasi
Analgesia nitro oksida/oksigen (N,O/O) mungkin merupakan metode
sedasi paling aman yang digunakan dalam kedokteran gigi. Penggunaan nitrous
oksida dalam kedokteran gigi dimulai pada tahun 1844, ketika Dr. Horace Wells
pertama kali menggunakannya pada pasiennya. Tidak membuat ketagihan,
ringan, mudah diminum, lalu cepat dihilangkan oleh tubuh. N,0/0, analgesia
adalah jenis obat penenang inhalasi yang membantu menghilangkan rasa takut
dan membuat pasien rileks.
NO/O, sedasi menghasilkan anestesi tahap I (analgesia; lihat pembahasan
selanjutnya) dengan menggunakan kombinasi gas nitro oksida dan oksigen.
Pasien menghirup gas-gas ini melalui nosepiece dan segera merasakan efeknya,
N.O/O, sedasi menghasilkan pengalaman yang menyenangkan dan menenangkan
bagi pasien dan dikaitkan dengan onset yang mudah, efek samping yang minimal,
dan pemulihan yang cepat. Nitrous oksida dapat menumpulkan persepsi nyeri.
seperti saat penyuntikan anestesi lokal.

B. Kontraindikasi Sedasi Inhalasi


Tidak ada kontraindikasi medis mutlak untuk NO/O, analgesia, namun kondisi
tertentu menjadikannya pilihan yang buruk bagi beberapa pasien.
 Kehamilan
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa oksida nitrat dalam jumlah
cukup dapat melewati plasenta sehingga membahayakan janin. Namun,
N0/0, analgesia biasanya diberikan kepada pasien hamil hanya setelah
trimester pertama dan hanya dengan izin dari dokter kandungannya.
 Obstruksi Hidung
Obstruksi hidung dapat menghalangi pasien memperoleh manfaat nitrous
oksida.
 Emfisema dan Multiple Sclerosis
Pasien dengan emfisema atau multiple sclerosis mungkin mengalami
kesulitan bernapas saat berada dalam sedasi N,O/O. Peningkatan
pengiriman oksigen selama pemberian dapat menurunkan rangsangan
untuk bernapas sesering yang diperlukan.
 Ketidakstabilan Emosional
Perubahan persepsi terhadap realitas yang disebabkan oleh N,O/O,
analgesia dapat memperparah ketidakstabilan emosi pasien.

C. Peralatan yang Diperlukan untuk Sedasi Inhalasi


 Silinder
Gas NO dan O2 disalurkan dalam silinder baja, yang diberi warna hijau
untuk oksigen dan biru untuk dinitrogen oksida (Gbr. 37-18). Cyliden
harus disimpan dalam posisi tegak, jauh dari sumber panas dan dirantai ke
dinding (atau unit portabel) untuk mencegahnya jatuh mengenai batang
katup yang dapat menyebabkan meledak.
 Perangkat Gas
NO dan O2 mesin gas tersedia sebagai perangkat portabel atau bagian
dari unit gigi (Gbr. 37-19) Perangkat gas mencakup komponen berikut :
Gbr 37-18 Tangki gas nitrogen oksida diberi kode warna biru dan tangki oksigen
diberi kode warna hijau.

- Katup kontrol digunakan untuk mengontrol aliran setiap gas.


- Flowmeter menunjukkan laju aliran gas. Pengukur aliran saat ini
menggunakan mekanisme ati-gagal yang menghentikan aliran
dinitrogen oksida setiap kali persentase oksigen turun di bawah 30%.
Mekanisme ini juga mencegah pengiriman NO dalam konsentrasi
lebih dari 70%. Fitur ini dipernalkan pada tahun 1976, merupakan
standar pada setiap unit flowmeter yang diproduksi saat ini.
- Kantong reservoir adalah tempat kedua gas digabungkan. Pasien
menggunakan tas untuk bernapas.
- Selang gas membawa gas dari kantong reservoir ke masker atau
nosepiece.
 Masker
Masker, juga disebut sebagai nosepieces, adalah alat penghirup hidung
yang digunakan pasien untuk menghirup gas. Masker tersedia dalam
ukuran untuk dewasa dan anak-anak (Gbr. 37-20). Produk ini tersedia
dalam bentuk sekali pakai yang dibuang setelah sekali pakai dan dalam
bentuk karet yang dapat disterilkan atau didesinfeksi untuk digunakan
kembali.

Gambar 37-19 Sistem nitro oksida terpisah dari unit gigi.


Gambar 37-20 Masker hidung yang digunakan untuk inhalasi.

D. Sistem Pemulung
Sistem pemulung sangat penting untuk melindungi Anda dan petugas gigi
lainnya dari risiko nitrous oksida di tempat kerja. Sistem pemulung harus
memiliki laju aliran evakuasi 45 liter per menit (l /menit) dan dilengkapi masker
hidung atau tudung pemulung (Gbr. 37-21).
Anggota tim dokter gigi menggunakan sistem pemulung untuk
mengurangi jumlah NO yang lepas ke atmosfer, yang kemudian dihirup.
Penggunaan sistem scavenger dianjurkan untuk mengurangi NO yang dilepaskan
ke ruang perawatan.

E. Cara Mengurangi Paparan Nitrous Oksida


Nitrous oksida hanya digunakan selama perawatan pasien. NO tidak
pernah diberikan secara tidak perlu atau digunakan untuk tujuan rekreasi, yang
dapat menyebabkan penyalahgunaan zat ini.
Nitrous oksida adalah zat beracun. Selama jangka waktu berbulan-bulan,
dengan jumlah besar yang tidak terbuang di atmosfer, NO dapat menghasilkan
efek samping yang berbahaya bagi pertugas gigi (lihat Bab 23). Bagi para
profesional gigi, jumlah maksimum NO yang diperbolehkan di lingkungan gigi
adalah 50 bagian per juta (ppm). Untuk mengurangi bahaya NO pada petugas
gigi, Anda harus mengambil langkah-langkah berikut :
1. Gunakan sistem pemulung.
2. Gunakan masker pasien yang ukurannya pas agar gas tidak bocor di bagian
tepinya.
3. Cegah pasien berbicara saat menerima NO.
4. Ventilasi gas di luar gedung.
5. Periksa peralatan dan selang secara rutin dari kebocoran.
6. Gunakan sistem lencana pemantauan NO.
Gbr. 37-21 Sistem pembersih yang terpasang pada masker dan unit untuk
mengalihkan nitro oksida yang tidak terpakai.
F. Pemantauan, Pendidikan Pasien, dan Administrasi
o Pemantauan
Selalu tinjau riwayat kesehatan pasien sebelum memberikan N₂O/O,
analgesia. Perlu diingat bahwa efek obat penenang N₂O dapat
meningkatkan efek obat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tanda-tanda vital tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan harus
dicatat sebelum, selama, dan setelah pemberian N₂O/O, analgesia.
Pembacaan pra operasi memberikan garis dasar yang dapat digunakan
untuk membandingkan pembacaan pra operasi dan pasca operasi.
Pembacaan pasca operasi digunakan untuk memastikan kesembuhan
pasien atau mengidentifikasi respons yang merugikan.
o Pendidikan Pasien
Sebelum pemberian N₂O/O dimulai, pasien harus diberitahu tentang apa
yang diharapkan. Dokter gigi atau asistennya harus menjelaskan (1)
proses pemberian gas, (2) penggunaan masker yang benar dan pentingnya
pernapasan hidung, dan (3) sensasi hangat dan kesemutan yang akan
dialami pasien. Yakinkan pasien bahwa mereka akan tetap sadar, dan
mengendalikan tindakan mereka.
o Administrasi
N₂O/O, sedasi harus dimulai dengan pemberian oksigen 100%. Mulailah
dengan O murni, sambil menentukan volume tidal pasien, kemudian
titrasi NO secara perlahan hingga hasil yang diinginkan tercapai. Pasien
dapat memberikan respons yang berbeda terhadap N2O dari satu
pertemuan ke pertemuan berikutnya. Dosis pada satu kali pertemuan
mungkin tampak berlebihan atau tidak cukup bagi pasien pada kunjungan
berikutnya. Tidak ada aturan dosis yang ditetapkan, yang ada hanyalah
tujuan titrasi sesuai kebutuhan pasien.
Pasien harus menahan diri untuk tidak berbicara atau bernapas melalui
mulut. Tindakan ini mengeluarkan N2O ke udara yang dihirup oleh tim
dokter gigi dan juga mengurangi konsentrasi N2O yang dihirup oleh
pasien.
N₂O/O, analgesia harus diakhiri dengan pemberian oksigen 100% selama
3 sampai 5 menit. Periksa pasien setelahnya untuk mengetahui adanya
pusing, sakit kepala, atau kelesuan, dan lanjutkan pemberian oksigen
100% jika gejala tersebut ada. Setelah pasien kembali merasa normal,
dapatkan tanda-tanda vital pasca operasi dan bandingkan dengan rekaman
sebelum operasi. Jangan biarkan pasien menyetir sendiri pulang jika Anda
yakin mereka menimbulkan risiko bagi diri mereka sendiri atau orang
lain. (Lihat Prosedur 37-4.)

G. Agen Antianxiety dan Sedasi Intravena


o Agen Antianxiety
Obat yang diberikan untuk menghilangkan kecemasan disebut obat
anticemas, atau anxiolytics. Dalam dosis yang lebih besar, obat ini dapat
menyebabkan efek tidur, sedasi, dan anestesi. Agen anticemas dapat
diberikan secara oral, intravena, atau melalui inhalasi (gas). Sebelum
memberikan agen dalam bentuk apa pun, dokter gigi harus memiliki
pelatihan khusus mengenai pilihan agen dan cara pemberiannya. Obat
penenang dapat digunakan dalam situasi berikut:
- Pasien sangat gugup dengan suatu prosedur.
- Prosedurnya akan memakan waktu lama atau sulit.
- Pasien dengan gangguan mental menerima perlakuan.
- Anak-anak yang masih sangat kecil sedang menjalani perawatan
ekstensif.

Jenis obat penenang yang biasa diresepkan untuk pasien gigi adalah
secobarbital (Seconal), chlordiazepoxide (Librium), dan diazepam
(Valium). Dengan obat jenis ini, pasien akan diminta meminum obat
secara oral 30 hingga 60 menit sebelum janji temu. Pasien harus
diberitahu bahwa obat ini menyebabkan kantuk dan mereka tidak boleh
mengemudi sendiri ke tempat janji temu. Kloral hidrat (Noctec) adalah
obat penenang yang sering digunakan untuk menenangkan anak-anak, dan
menghasilkan efek yang sama.

o Sedasi Intravena
Sedasi sadar intravena (IV) menghasilkan tingkat kesadaran yang sedikit
tertekan. Pasien mempertahankan kemampuan untuk menjaga jalan napas
tetap terbuka dan merespons rangsangan fisik atau verbal dengan tepat.
Obat anticemas tertentu diberikan secara intravena (langsung ke
pembuluh darah) selama prosedur berlangsung dengan kecepatan yang
lebih lambat, sehingga memberikan tahap/analgesia yang lebih dalam
(Gbr. 37-23).
Proses memulai, memantau, dan menghilangkan sedasi IV hanya
diselesaikan oleh individu yang terlatih dan bersertifikat di bidang ini.
Ahli bedah mulut dan maksilofasial serta periodontis merupakan dua
spesialis gigi yang paling sering menerima pelatihan tambahan ini. Kantor
khusus mempekerjakan perawat terdaftar untuk mengatur dan memantau
prosedur sedasi IV.

H. Cara Membantu Pemberian dan Monitoring Sedasi Netrous Oxide


Membantu Pemberian dan Monitoring Sedasi Nitrous Oxide/Oxygen (N,0/02)
(Fungsi Diperluas)
Tujuan: Menjadi mahir dan kompeten dalam persiapan dan pemantauan N₂0/0,
sedasi.
Peralatan dan Perlengkapan
• Sistem NO/O
• Masker tipe pemulung (ukuran dewasa dan anak)
• Peralatan untuk mengukur tanda-tanda vital

Langkah Prosedural
Persiapan
1. Periksa tangki untuk pasokan gas yang cukup. Pilih dan letakkan masker
dengan ukuran yang sesuai pada tabung.
2. Tempatkan pasien, perbarui riwayat kesehatan, dan mengambil dan mencatat
tanda-tanda vital.
3. Tinjau penggunaan nitrous oksida dengan pasien.
Tujuan: Menginformasikan pasien sebelum pemberian membantu menghilangkan
rasa takut akan hal yang tidak diketahui.
4. Baringkan pasien dalam posisi terlentang.
5. Minta pasien memakai masker, dan sesuaikan yang cocok.
6. Kencangkan selang setelah terasa nyaman pada pasien (Gbr. 37-22).
Tujuan: Untuk menghilangkan kebutuhan pasien untuk memegang masker pada
tempatnya, dan mencegah kebocoran di sekitar masker.

7. Jika masker terjepit atau menyebabkan rasa tidak nyaman, letakkan kain kasa
di bawah tepinya.
Administrasi
8. Atas arahan dokter gigi, mulailah mengatur flowmeter untuk O, aliran saja.
Pasien diberikan oksigen 100% setidaknya selama 1 menit.
Tujuan : Untuk membantu dokter gigi dalam menentukan volume tidal pasien.
9. Atas arahan dokter gigi, sesuaikan aliran N,O dengan peningkatan 0,5 hingga 1
L/menit, dan kurangi aliran O dengan jumlah yang sesuai.
Catatan: Kebanyakan mesin menjalankan fungsi ini secara otomatis.
10. Dengan interval 1 menit, langkah sebelumnya diulangi hingga dokter gigi
menentukan bahwa pasien telah mencapai pembacaan dasar.
Tujuan: Proses lambat ini meminimalkan risiko pemberian terlalu banyak
dinitrogen oksida.
11. Catat level dasar pasien.
12. Pantau pasien dengan cermat selama prosedur berlangsung.
Oksigenasi
13. Menjelang akhir prosedur, N,O habis dan 100% O diberikan sesuai petunjuk
dokter gigi.
Tujuan: Oksigenasi pasien selama minimal 5 menit membantu mencegah
hipoksia difusi, yang menimbulkan perasaan pusing.
14. Setelah oksigenasi selesai, lepaskan masker. Perlahan posisikan pasien tegak.
Tujuan: Mendudukkan pasien terlalu cepat dapat menyebabkan hipotensi postural
(pingsan).
15. Setelah pasien pulang, catat kadar awal nitro oksida dan oksigen pasien serta
responsnya selama analgesia.
Tujuan: Dokumentasi ini memberikan catatan hukum perawatan dan berfungsi
sebagai referensi untuk perawatan di masa depan dan pemberian N0/0, sedasi
(analgesia).
BAB III

PENUTUP
MAKALAH

PENTINGNYA STERILISASI DALAM PEMBEDAHAN GIGI: MEMAHAMI KONSEP RANTAI


ASEPSIS DAN KEBERHASILAN PENERAPANNYA

ANGGOTA KELOMPOK

1. Marlinda Nur Afifah (P07125122012)


2. Maritza Khansa Daniswara (P07125122013)
3. Mahmudah Eka Cahyawati (P07125122014)
4. Muhammad Faisal (P07125122015)
5. Najma Delia Sibrina (P07125122016)
6. Nasywa Azzahra Khairunisa (P07125122017)
7. Vika Meilani Ekhsa Putri (P07125122018)
8. Amelya Rizka Vionela (P07125122019)
9. Nafisah Hasna’ Syafiqoh Sukmawan (P07125122020)
10. Esty Mulyati (P07125122021)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KESEHATAN GIGI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pentingnya Sterilisasi Dalam Pembedahan
Gigi: Memahami Konsep Rantai Asepsis Dan Keberhasilan Penerapannya ” dengan baik
dan tepat waktu.

Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai refrensi pada
makalah ini.

Kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan makalah ini. Tidak
semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini.

Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami
akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai masukan yang dapat memperbaiki
makalah di masa datang.

Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
kreatifitas serta pengetahuan pembaca
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan ..................................................................................................................... 5
D. Manfaat ................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
A. Pengertian dan Tujuan Tindakan Asepsis Bedah ........................................................ 6
B. Pengertian Bidang Steril ............................................................................................. 6
C. Langkah-Langkah Pemakaian Sarung Tangan ............................................................. 6
D. Proses Persiapan Tindakan Bedah .............................................................................. 7
E. Yang Harus Dipersiapkan Sebelum Ruang Perawatan Digunakan .............................. 9
F. Hal penting dalam proses pembedahan dan pasca pembedahan ............................ 10
BAB III ................................................................................................................................ 11
PENUTUP ........................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 11
B. SARAN ....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengendalian infeksi adalah salah satu aspek terpenting dalam praktik


kedokteran gigi dan prosedur pembedahan. Upaya yang konsisten dan cermat
dalam menerapkan teknik desinfeksi dan sterilisasi sangat penting untuk mencegah
penyebaran penyakit, mengurangi risiko infeksi pasien, serta memastikan
keselamatan dan efektivitas dari intervensi medis. Namun, ketika kita memasuki
ranah pembedahan, perlindungan pasien dan tim medis harus ditingkatkan ke level
yang lebih tinggi lagi. Hal ini membutuhkan penerapan konsep rantai asepsis, di
mana semua langkah yang terkait dengan pengendalian infeksi harus ditegakkan
dengan ketat.
Pada prosedur pembedahan, upaya pencegahan infeksi bukanlah sekadar
desinfeksi dan sterilisasi instrumen medis. Ini adalah langkah-langkah yang
menyeluruh, dimulai dari persiapan lingkungan, alat, hingga praktek higienis
seluruh tim medis. Salah satu prinsip kunci dalam pembedahan aseptik adalah
menjaga instrumen, tirai bedah, dan tangan yang bersarung tangan dari tim bedah
dalam keadaan steril.
Pentingnya sterilisasi dalam pembedahan tidak bisa dilebih-lebihkan.
Instrumen medis yang digunakan dalam operasi harus steril agar tidak
menimbulkan risiko infeksi pada pasien. Begitu juga dengan lingkungan sekitar
pasien, termasuk tirai bedah, yang harus tetap steril untuk mencegah kontaminasi
selama prosedur.
Untuk mencapai tingkat sterilisasi yang diperlukan, ruang operasi harus
dipersiapkan secara khusus. Pengaturan steril harus disiapkan dan dipelihara tepat
sebelum prosedur dimulai. Semua instrumen bedah dan aksesori yang akan
digunakan selama operasi harus disimpan dalam bidang steril yang telah
dipersiapkan dengan teliti. Kendati banyak usaha telah dilakukan untuk menjaga
sterilitas, ada situasi yang harus diperhatikan dengan cermat. Jika suatu pengaturan
bedah telah dibuka selama lebih dari satu jam karena penundaan atau perubahan,
pengaturan tersebut dianggap tidak steril pada saat itu dan tidak boleh digunakan,
karena risiko kontaminasi telah meningkat.
Sebagai bagian integral dari prosedur pembedahan, kepatuhan pada
prinsip-prinsip rantai asepsis dan praktek sterilisasi yang cermat adalah hal yang
tidak dapat dikompromikan. Kesalahan dalam menjalankan prinsip-prinsip ini
dapat mengakibatkan dampak serius pada pasien, termasuk risiko infeksi yang
dapat membahayakan keberhasilan operasi dan pemulihan pasien. Oleh karena itu,
pemahaman yang mendalam dan penerapan yang konsisten terhadap konsep-
konsep ini sangat penting dalam konteks kedokteran gigi dan pembedahan.
B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan kami bahas dalam penyusunan makalah ini,
yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan tindakan asepsis bedah dan apa tujuan dari
tindakan tersebut?
2. Apa yang dimaksud dengan bidang steril dan digunakan saat apa dalam
tindakan bedah?
3. Bagaimana cara pemakaian sarung tangan bedah yang benar serta langkah apa
saja yang dilakukan saat menggunakan sarung tangan steril?
4. Bagaimana proses yang dilakukan dalam persiapan tindakan bedah?
5. Hal apa saja yang harus dipersiapkan sebelum ruang perawatan digunakan?
6. Persiapan apa saja yang harus dilakukan pasien sebelum perawatan
dilakukan?
7. Hal penting apa saja yang harus diterapkan tenaga medis dalam proses
pembedahan dan pasca pembedahan?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang kami tetapkan dalam penyusunan makalah ini, diantarannya
yaitu:
1. Memberikan pengetahun para tenaga medis ahli bedah untuk melakukan
prosedur pembedahan secara tepat dan benar, sehingga pasien akan merasa
nyaman akan penanganan yang kita lakukan.
2. Untuk meminimalisir masalah yang mungkin terjadi selama perawatan
berlangsung.
3. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dalam tim bedah sehingga perawatan
yang dilakukan dapat efektif dan efisien.
4. Menerapkan tindakan sesuai prosedur kerja dan menjaga peralatan yang akan
dilakukan tetap dalam keadaan steril siap pakai.

D. Manfaat

Dalam penyusunan makalah ini tentunya ada beberapa manfaat yang dapat
diperoleh yang pertama yaitu sebagai tenaga medis kita dapat mengetahui dan
memahami betapa pentingnya melakukan kinerja yang dilakukan sesuai prosedur,
selanjutnya yaitu membuka wawasan kita karena selama penyusunan makalah ini
tentunya kami membaca materi secara cermat dan teliti, dan manfat yang terakhir
yang kita dapatkan yaitu menerapkan ilmu yang telah kita dapat dalam bekerja
misalnya pentingnya menjaga peralatan teteap steril.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Tindakan Asepsis Bedah

Ketika pembedahan dilakukan, tim bedah harus melakukan tindakan pencegahan ini
selangkah lebih maju. Menetapkan dan mempertahankan rantai asepsis untuk suatu
prosedur menunjukkan bahwa instrumen, tirai bedah, dan tangan yang bersarung tangan
dari tim bedah harus steril. Kontak dengan benda atau permukaan yang tidak steril akan
memutus rantai asepsis dan mencemari area bedah. Setelah terbentuk, rantai asepsis tidak
boleh diputuskan. Karena prosedur pembedahan menyerang jaringan terbuka, tim bedah
harus mengikuti teknik steril. Tujuan dari metode ini adalah untuk meminimalkan jumlah
organisme yang dapat masuk ke dalam luka terbuka.

B. Pengertian Bidang Steril

Bidang steril disiapkan untuk menyimpan instrumen bedah dan aksesori yang akan
digunakan selama operasi. Pengaturan steril disiapkan tepat sebelum asisten
mempersiapkan diri dan memulai prosedur. Jika suatu pengaturan bedah telah dibuka
selama lebih dari satu jam karena penundaan atau perubahan, pengaturan tersebut dianggap
tidak steril pada saat itu dan tidak boleh digunakan.

C. Langkah-Langkah Pemakaian Sarung Tangan

Sarung tangan steril adalah sarung tangan kemasan yang tersedia dalam berbagai ukuran.
Saat Anda membantu dalam prosedur invasif, Anda harus mengenakan sarung tangan steril.
Proses mengenakan sarung tangan steril penting dalam proses tanpa kontaminasi. Tujuan:
Memasang sarung tangan secara kompeten dengan menggunakan teknik steril.

Langkah-langkah Prosedur :

1. Kemasan sarung tangan harus sudah dibuka sebelum melakukan bedah.


Pastikan hanya menyentuh bagian dalam kemasan pada saat ini. Tujuan:
Kemasan sarung tangan yang terbuka adalah bidang yang steril.

2. Gunakan sarung tangan pada tangan Anda yang dominan terlebih dahulu.
Tujuan: Memasang sarung tangan kedua lebih sulit, dan Anda harus lebih
cekatan dengan tangan yang dominan.

3. Tarik sarung tangan di atas tangan, hanya menyentuh manset yang terlipat.
Tujuan: Ingatlah bahwa Anda hanya ingin menyentuh bagian dalam sarung
tangan.
4. Dengan tangan yang dominan bersarung tangan, selipkan jari telunjuk di
bawah manset sarung tangan lainnya. Tujuan: Anda hanya dapat
menyentuh bagian sarung tangan yang steril dengan tangan dominan.

5. Tarik sarung tangan ke atas di atas tangan Anda yang lain.

6. Lepaskan manset dari sarung tangan.

D. Proses Persiapan Tindakan Bedah

1. Persiapan Bedah

Apakah prosedur bedah dilakukan di ruang praktik utama atau di kamar operasi,
pemahaman protokol aseptik, pengetahuan tentang persediaan yang dibutuhkan, dan
pengetahuan tentang instrumen yang digunakan untuk suatu prosedur sangat penting
bagi peran asisten bedah. Tim bedah I akan mengikuti rutinitas setiap kali ada pasien,
dan rutinitas ini tidak boleh diubah.

Mempersiapkan Bidang Steril untuk Instrumen dan Perlengkapan. Tujuan: Untuk


memahami pentingnya bidang steril dan mempersiapkan lingkungan bedah.

Langkah-langkah Prosedur :

1. Cuci dan keringkan tangan.

2. Posisikan dudukan Mayo, dan letakkan kemasan steril di atas baki.

3. Putar pembungkus luar sehingga bagian pertama kemasan akan terbuka


menjauhi Anda

4. Biarkan kertas terbuka sepenuhnya sehingga bidang steril menghadap ke


atas.

5. Sambil memegang penutup luar pembungkus bagian dalam, biarkan isi


steril jatuh ke baki

6. Anda sekarang dapat mulai menambahkan item ke bidang steril, seperti


instrumen tambahan yang diperlukan dan bahan jahitan.

2. Melakukan lulur bedah

Tujuan: Melakukan lulur bedah secara kompeten.

Peralatan dan Perlengkapan :

• Tongkat jeruk

• Sabun antimikroba (seperti klorheksidin glukonat)

• Alat bedah steril


• Handuk sekali pakai untuk menggosok

Langkah-langkah Prosedur :

1. Tutupi rambut Anda dan kenakan kacamata pelindung serta masker


sebelum melakukan scrub bedah. Tujuan: Setelah tangan Anda digosok,
tangan Anda tidak boleh menyentuh apa pun.

2. Lepaskan semua perhiasan.

3. Dengan air mengalir, gunakan batang jeruk untuk membersihkan bagian


bawah kuku Anda. Buang stik tersebut dan bilas tangan Anda tanpa
menyentuh keran atau bagian dalam wastafel.

4. Basahi tangan dan lengan bawah hingga siku dengan air hangat, lalu
berikan sekitar 5 ml sabun antimikroba ke tangan yang ditangkupkan.

5. Gunakan sikat gosok bedah untuk menggosok tangan dan lengan bawah
selama 7 menit.

6. Bilas secara menyeluruh dengan air hangat. Angkat tangan Anda ke atas
dan di atas pinggang. Tujuan: Agar air mengalir ke arah siku Anda,
menjaga tangan Anda tetap bersih.

7. Berikan 5 ml sabun antimikroba lagi, dan ulangi penggosokan.

8. Cuci selama 7 menit tambahan tanpa menggunakan sikat. Bilas agar air
yang terkontaminasi mengalir ke lengan dan siku.

9. Keringkan tangan dan lengan dengan handuk steril. Gunakan gerakan


menepuk-nepuk, dan lanjutkan ke lengan bawah.

10. Letakkan tangan di atas pinggang sebelum mengenakan gaun steril.

3. Melakukan sarung tangan steril

Tujuan: Memasang sarung tangan secara kompeten dengan menggunakan teknik


steril.

Langkah-langkah Prosedur :

1. Kemasan sarung tangan harus sudah dibuka sebelum melakukan bedah.


Pastikan hanya menyentuh bagian dalam kemasan pada saat ini. Tujuan:
Kemasan sarung tangan yang terbuka adalah bidang yang steril.

2. Gunakan sarung tangan pada tangan Anda yang dominan terlebih dahulu.
Tujuan: Memasang sarung tangan kedua lebih sulit, dan Anda harus lebih
cekatan dengan tangan yang dominan.
3. Tarik sarung tangan di atas tangan, hanya menyentuh manset yang terlipat.
Tujuan: Ingatlah bahwa Anda hanya ingin menyentuh bagian dalam sarung
tangan.

4. Dengan tangan yang dominan bersarung tangan, selipkan jari telunjuk di


bawah manset sarung tangan lainnya. Tujuan: Anda hanya dapat
menyentuh bagian sarung tangan yang steril dengan tangan dominan.

5. Tarik sarung tangan ke atas di atas tangan Anda yang lain.

6. Lepaskan manset dari sarung tangan.

4. Persiapan lanjutan

1. Periksa apakah semua catatan dan radiografi pasien sudah sesuai.

2. Siapkan formulir persetujuan yang diperlukan dan tersedia untuk ditinjau.


3. Pastikan bahwa semua informasi yang diminta dari dokter pasien telah
diterima.

3. Jika protesa akan dikirimkan kepada pasien, pastikan apakah laboratorium


gigi telah mengembalikannya.

4. Pastikan bahwa peralatan bedah yang sesuai telah disiapkan dan


disterilkan.

5. Hubungi pasien dan berikan instruksi sebelum operasi untuk meminum


obat sebelum operasi dan untuk makan atau minum setelah tengah malam.

E. Yang Harus Dipersiapkan Sebelum Ruang Perawatan Digunakan

1. Persiapan Ruang Perawatan

1. Siapkan ruang perawatan, dengan memasang pembatas pelindung pada apa


pun yang mungkin disentuh selama prosedur.

2. Simpan instrumen bedah dalam pembungkus sterilnya hingga siap digunakan.


Jika baki bedah telah disiapkan, buka dan letakkan handuk steril di atas
instrumen.

3. Siapkan obat pengontrol nyeri yang sesuai untuk diberikan (anestesi lokal,
inhalasi nitro oksida/oksigen, sedasi intravena).

4. Siapkan instruksi pasca operasi yang diperlukan untuk diberikan kepada


pasien.

2. Persiapan Pasien

1. Perbarui riwayat medis pasien dan semua laporan laboratorium.

2. Periksa apakah pasien telah meminum obat yang diresepkan sesuai petunjuk. Jika
tidak, dokter bedah harus segera diberitahu.
3. Tempatkan radiografi pada kotak tampilan.

4. Ambil tanda-tanda vital untuk menentukan garis dasar.

5. Dudukkan dan selimuti pasien. Untuk melindungi pakaian pasien, tirai besar sering
kali digunakan sebagai tambahan dari handuk pasien.

6. Sesuaikan kursi ke dalam posisi berbaring yang nyaman. Jika anestesi umum akan
diberikan, letakkan pasien dalam posisi terlentang.

F. Hal penting dalam proses pembedahan dan pasca pembedahan

 Hal penting yang harus diterapkan tenaga medis dalam proses pembedahan

1. Pertahankan rantai asepsis.

2. Memindahkan dan menerima instrumen.

3. Aspirasi dan tarik sesuai kebutuhan.

4. Pertahankan bidang operasi yang jelas dengan cahaya yang memadai.

5. Pantau tanda-tanda vital pasien.

6. Stabilkan kepala dan rahang bawah pasien jika perlu selama penggunaan palu dan
pahat.

7. Amati kondisi pasien, dan antisipasi kebutuhan dokter bedah.

 Hal penting yang harus diterapkan tenaga medis dalam proses pasca pembedahan

1. Tetaplah bersama pasien hingga pasien pulih dan dapat meninggalkan ruangan.

2. Berikan instruksi pasca operasi secara lisan dan tertulis kepada pasien dan orang
yang bertanggung jawab yang mendampingi pasien.

3. Aturlah kunjungan pasca operasi seperti yang diarahkan oleh dokter gigi.

4. Memperbarui catatan perawatan pasien, termasuk salinan resep baru yang


diberikan kepada pasien.

5. Kembalikan catatan pasien ke asisten bisnis.

6. Memecah dan mendisinfeksi area perawatan.

7. Pindahkan semua barang yang terkontaminasi ke pusat sterilisasi


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda telah mempelajari pentingnya pengendalian infeksi dalam kedokteran gigi dan
perlunya teknik desinfeksi dan sterilisasi. Namun, ketika pembedahan dilakukan, tim bedah
harus melakukan tindakan pencegahan ini selangkah lebih maju. Menetapkan dan
mempertahankan rantai asepsis untuk suatu prosedur menunjukkan bahwa instrumen, tirai
bedah, dan tangan yang bersarung tangan dari tim bedah harus steril. Bidang steril
disiapkan untuk menyimpan instrumen bedah dan aksesori yang akan digunakan selama
operasi. Pengaturan steril disiapkan tepat sebelum asisten mempersiapkan diri dan memulai
prosedur. Jika suatu pengaturan bedah telah dibuka selama lebih dari satu jam karena
penundaan atau perubahan, pengaturan tersebut dianggap tidak steril pada saat itu dan tidak
boleh digunakan.

Hal penting apa harus diterapkan tenaga medis dalam proses pembedahan

1. Pertahankan rantai asepsis.

2. Memindahkan dan menerima instrumen.

3. Aspirasi dan tarik sesuai kebutuhan.

4. Pertahankan bidang operasi yang jelas dengan cahaya yang memadai.

5. Pantau tanda-tanda vital pasien.

6. Stabilkan kepala dan rahang bawah pasien jika perlu selama penggunaan palu dan
pahat.

7. Amati kondisi pasien, dan antisipasi kebutuhan dokter bedah.

B. SARAN

Melalui pembahasan makalah mengenai pentingnya pengendalian infeksi silang dalam


kedokteran gigi dan perlunya teknik desinfeksi dan sterilisasi yang diketahui oleh tenaga
medis terutama tim bedah.
DAFTAR PUSTAKA

Doni L.Bird ,CDA,RDH,MA,dkk.2002,Modern Dental Assisting Elsevier Science (USA)


MAKALAH
PENGATURAN ANESTESI LOKAL
DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN MODERN

ANGGOTA KELOMPOK :
1. Marlinda Nur Afifah (P07125122012)
2. Maritza Khansa Daniswara (P07125122013)
3. Mahmudah Eka Cahyawati (P07125122014)
4. Muhammad Faisal (P07125122015)
5. Najma Delia Sibrina (P07125122016)
6. Nasywa Azzahra Khairunisa (P07125122017)
7. Vika Meilani Ekhsa Putri (P07125122018)
8. Amelya Rizka Vionela (P07125122019)
9. Nafisah Hasna’ Syafiqoh Sukmawan (P07125122020)
10. Esty Mulyati (P07125122021)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KESEHATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Memberikan Perawatan Gigi” dengan baik
dan tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai refrensi pada
makalah ini.
Kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan makalah ini. Tidak
semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini.
Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami
akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai masukan yang dapat memperbaiki
makalah di masa datang.
Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
kreatifitas serta pengetahuan pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 1
C. TUJUAN ............................................................................................................................... 2
D. MANFAAT ........................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
A. KOMPLIKASI AKIBAT PENGATURAN ANESTESI LOKAL ....................................... 3
B. PENGATURAN ANESTESI LOKAL DALAM JARUM SUNTIK ................................... 3
C. LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR MEMILIH ANESTESI ......................................... 4
D. PERAN ASISTEN GIGI DALAM MELAKUKAN ANESTESI LOKAL .......................... 5
E. ANESTESI ELEKTRONIK ................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP .......................................................................................................................... 7
A. KESIMPULAN ..................................................................................................................... 7
B. SARAN ................................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesi lokal adalah suatu bentuk anestesi yang digunakan untuk
menghilangkan sensasi rasa sakit pada suatu area tubuh tertentu, tanpa memengaruhi
kesadaran pasien secara keseluruhan. Jenis anestesi ini bekerja dengan menghentikan
sinyal saraf di area yang diinginkan, sehingga pasien tidak merasakan nyeri selama
prosedur medis atau pembedahan. Anestesi lokal umumnya diberikan melalui injeksi
di sekitar area yang akan dioperasi atau diobati, dan efeknya bersifat sementara.
Berbeda dengan anestesi umum yang mempengaruhi kesadaran seluruh tubuh, anestesi
lokal memungkinkan pasien tetap sadar dan kooperatif selama prosedur, yang
seringkali membuatnya menjadi pilihan yang lebih aman dalam berbagai jenis tindakan
medis.
Anestesi lokal menjadi solusi efektif dalam mengatasi kecemasan dan
ketidaknyamanan yang sering dialami pasien selama prosedur medis. Kemampuannya
untuk meredakan rasa sakit memungkinkan pelayanan kesehatan memberikan
perawatan yang lebih manusiawi, meningkatkan pengalaman pasien, dan mendukung
proses penyembuhan. sejarah awal anestesi lokal, dimulai dari penemuan kokain oleh
Carl Koller pada akhir abad ke-19. Temuan ini menjadi dasar bagi perkembangan
teknik dan zat anestesi lokal selanjutnya, membuka jalan bagi inovasi dalam dunia
kedokteran.
Peningkatan pemahaman tentang farmakologi dan biokimia telah membawa perubahan
signifikan dalam pengembangan zat anestesi lokal yang lebih efektif dan aman. Sebagai
contoh, lidocaine telah menjadi pilihan utama dalam banyak prosedur medis. Selain itu,
kemajuan dalam teknologi penyuntikan dan pemantauan pasien turut meningkatkan
tingkat keamanan dan akurasi dalam penerapan anestesi lokal.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan kami bahas dalam kesempatan kali ini diantarannya yaitu
sebagai berikut :
1. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi akibat pengaturan anestesi lokal pada
prosedur medis atau bedah?
2. Bagaimana pengaturan anestesi lokal dalam jarum suntik digunakan dalam
pemberian anestesi lokal?
1
3. Jelaskan langkah langkah prosedur memilih anestesi?
4. Sebutkan hal hal yang dapat menyebabkan paresthesia?
5. Jelaskan mengenai sistem anestesi elektronik?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu diantarannya :
1. Memahami secara jelas apa saja komplikasi yang mungkin terjadi akibat pengaturan
anestesi local.
2. Untuk memungkinkan prosedur yang nyaman.
3. Mengetahui prosedur/Langkah Langkah dalam melakukan pengaturan anestesi
lokal.

D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini tentunya untuk menambah pengetahuan
mengenai anestesi lokal dalam melakukan tindakan perawatan dan mengetahui
komplikasi apa saja yang mungkin bisa terjadi selama perawatan.serta mengetahui
prosedur/Langkah Langkah dalam melakukan pengaturan anestesi lokal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komplikasi Akibat Pengaturan Anestesi Lokal Pada Prosedur Medis Atau Bedah
1. Mati Rasa Sementara
Karena anestesi lokal secara efektif memblokir semua sensasi rasa sakit, pasien
harus berhati-hati agar tidak menggigit lidah, pipi, atau bibir saat mati rasa. Mati
rasa sementara ini akan hilang seiring dengan hilangnya efek obat bius. Karena otak
tidak menerima sensasi saraf yang normal, area yang mati rasa mungkin terasa
bengkak padahal tidak. Pasien mungkin mengeluh bahwa bibirnya terasa "gemuk".
2. Paresthesia
Paresthesia adalah suatu kondisi di mana mati rasa berlangsung setelah efek larutan
anestesi lokal hilang. Paresthesia dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
a. Penggunaan larutan anestesi yang terkontaminasi, paling sering
terkontaminasi dengan alkohol atau larutan sterilisasi yang digunakan untuk
mensterilkan mobil anestesi sebelum digunakan
b. Trauma (cedera) pada selubung saraf selama penyuntikan atau pembedahan
c. Perdarahan (pendarahan) ke dalam atau di sekitar selubung saraf
Parestesia dapat bersifat sementara atau permanen. Sebagian besar parestesia
sembuh dalam waktu sekitar 8 minggu tanpa pengobatan. Parestesia menjadi
permanen hanya jika usia bendungan pada saraf sangat parah.
3. Emboli
Emboli merupakan hambatan aliran darah akibat adanya benda asing di dalam
pembuluh darah. Hambatan ini juga bisa disebabkan oleh gumpalan darah dan
udara. Biasanya, emboli lebih sering terjadi pada tindakan operasi sistem saraf.
Anda juga berpotensi mengalaminya saat menjalani operasi di sekitar tulang
panggul. Risikonya dapat dikurangi dengan pemberian obat profilaksis
thromboembolic deterrents (TEDS) dan low molecular weight heparin (LMWH).

B. Pengaturan Anestesi Lokal Dalam Jarum Suntik Digunakan Dalam Pemberian


Anestesi Lokal
Jarum Suntik Anestesi adalah jarum suntik yang digunakan dalam pemberian anestesi
lokal memiliki tujuh bagian utama
Deskripsi Bagian :
3
a. Cincin ibu jari, pegangan jari, dan batang jari memungkinkan dokter gigi untuk
mengontrol jarum suntik dengan kuat dan menyedot secara efektif dengan satu
tangan.
b. Harpoon adalah kait tajam yang mengunci sumbat karet kartrid anestesi.
Dengan menarik ke belakang, batang piston akan menarik sumbat, sehingga
memungkinkan terjadinya aspirasi.
c. Batang piston mendorong sumbat karet kartrid anestesi dan memaksa larutan
anestesi keluar melalui jarum.
d. Laras jarum suntik menahan kartrid anestesi dengan kuat di tempatnya. Kartrid
diisi melalui sisi terbuka laras. Sebuah jendela di sisi lain memungkinkan dokter
gigi untuk mengawasi darah selama aspirasi.
e. Ujung berulir adalah tempat jarum dipasang ke jarum suntik. Ujung kartrid
jarum melewati lubang kecil di tengah ujung berulir, menusuk diafragma karet
kartrid anestesi

C. Langkah Langkah Prosedur Memilih Anestesi


Langkah-langkah prosedur memilih anestesi adalah sebagai berikut :
1. Lokasi prosedur menentukan panjang jarum. Dokter gigi menentukan jenis
larutan anestesi. Tujuan: Pilihan-pilihan ini tergantung pada riwayat medis/gigi
pasien dan prosedurnya.
2. Aturlah perlengkapan, dan posisikan sisi kursi agar tidak terlihat oleh pasien.
3. Cuci tangan sebelum menyiapkan.
4. Letakkan jarum pada jarum suntik.
5. Buka segel pada jarum dan lepaskan tutup pelindung pelindung (plastik bening)
yang ada pada jarum (Gbr. 37-11).
6. Kencangkan jarum pada posisinya pada jarum suntik (Gbr. 37-12). Berhati-
hatilah untuk memposisikan jarum sehingga lurus dan terpasang dengan kuat.
Tujuan: Jika jarum tidak diposisikan dengan benar, larutan anestesi dapat bocor
atau tidak mengalir dengan baik.
7. Letakkan jarum suntik yang telah disiapkan di atas baki yang siap digunakan
dan jauh dari pandangan pasien.
8. Memuat Kartrid Anestesi.

4
9. Pegang jarum suntik dengan satu tangan, dan gunakan cincin ibu jari untuk
menarik plunger. Dengan tangan lainnya, masukkan kartrid anestesi ke dalam
semprit. Ujung sumbat masuk terlebih dahulu, untuk menahan plunger.
10. Lepaskan cincin ibu jari, dan biarkan tombak masuk ke dalam sumbat
11. Gunakan tangan yang lain untuk memberikan tekanan yang kuat (ketuk gagang
pendorong jika perlu) hingga harpun masuk ke dalam sumbat
12. Untuk memeriksa apakah harpun sudah terpasang dengan benar, tarik kembali
pendorong secara perlahan.
Tujuan: Harpun harus terpasang dengan aman agar dokter gigi dapat melakukan
aspirasi selama penyuntikan.

D. Peran Asisten Gigi Dalam Melakukan Anestesi Lokal


Asisten dokter gigi dapat membantu meminimalkan atau menghilangkan komplikasi ini
dengan mengikuti tindakan pencegahan ketika membantu dokter gigi dalam pemberian
anestesi lokal
• Membantu Anestesi Lokal
Tujuan: Untuk mempertahankan tingkat bantuan yang kompeten dalam pemberian
anestesi lokal Peralatan dan Perlengkapan (Gbr. 37-15) Salep anestesi topikal
Aplikator berujung kapas steril Spons kasa steril Alat suntik anestesi lokal rakitan
yang steril
Langkah Prosedural
1) Berikan anestesi topikal pada area suntikan yang sesuai.
2) Kendurkan pelindung jarum.
3) Pindahkan alat suntik ke operator dengan memasang cincin ibu jari di atas ibu
jari dokter gigi.
Catatan: Pertukaran ini terjadi tepat di bawah dagu pasien dan keluar dari garis
pasien visi.
4) Saat dokter gigi memberikan suntikan, pantau pasien apakah ada efek
samping, dan tunjukkan sikap yang menenangkan dan rileks.
5) Dokter gigi akan mengganti pelindung jarum pada spuit dengan menggunakan
teknik one hand scoop atau alat recapping
Tujuan: Untuk mencegah cedera tertusuk jarum.

5
6) Setelah penyuntikan selesai, mintalah pasien menghadap ke arah Anda. Bilas
mulut pasien menggunakan spuit udara- air dan evacuator volume tinggi atau
ejektor air liur.
7) Sebelum meninggalkan area perawatan gigi, lepaskan jarum bekas, dengan
pelindung jarum masih terpasang, dan buang ke dalam wadah benda tajam.
8) Keluarkan kartrid anestesi dan buang bersama limbah medis. Letakkan spuit
pada nampan untuk dikembalikan ke pusat sterilisasi

E. Anestesi Elektronik
Sistem anestesi elektronik adalah bentuk anestesi yang inovatif dan non-invasif. Sistem
ini dirancang untuk memblokir rasa sakit secara elektronik dengan menggunakan arus
listrik yang rendah. Bantalan kontak menargetkan bentuk gelombang elektronik
tertentu secara langsung ke bundel saraf di akar gigi,
Pasien duduk dan diposisikan dengan bantalan tangan yang diletakkan di punggung
masing-masing tangan. Area tempat operasi ditentukan, diisolasi, dan dikeringkan.
Bantalan ketiga, reseptor intraoral, ditempelkan pada sisi lingual 3 sampai 5 mm dari
margin gingiva. Seperti yang diinstruksikan, pasien memiliki kontrol dalam
mengaktifkan unit dan secara bertahap meningkatkan tingkat sinyal penghilang rasa
sakit.
Ini adalah alternatif psikologis dan fisiologis pendekatan alternatif untuk anestesi lokal
ini menguntungkan pasien untuk alasan berikut:
1) Tidak ada jarum
2) Tidak ada mati rasa atau bengkak pasca operasi
3) Metode pembiusan bebas bahan kimia
4) Tidak ada risiko kontaminasi silang
5) Mengurangi rasa takut dan kecemasan pada pasien
6) Kontrol pasien atas tingkat kenyamanan mereka sendiri

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Paresthesia adalah suatu kondisi di mana mati rasa berlangsung setelah efek larutan
anestesi lokal hilang. Paresthesia dapat disebabkan oleh hal-hal berikut
1. Penggunaan larutan anestesi yang terkontaminasi, paling sering terkontaminasi
dengan alkohol atau larutan sterilisasi yang digunakan untuk mensterilkan mobil
anestesi sebelum digunakan
2. Trauma (cedera) pada selubung saraf selama penyuntikan atau pembedahan
3. Perdarahan (pendarahan) ke dalam atau di sekitar selubung saraf
Larutan anestesi lokal yang disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah dapat
mengubah fungsi organ-organ vital, terutama jantung. Untuk memastikan bahwa
larutan tersebut tidak disuntikkan ke dalam pembuluh darah, dokter gigi selalu
melakukan aspirasi sebelum memasukkan larutan anestesi lokal dengan menggunakan
spuit tipe aspirasi.
Sistem anestesi elektronik adalah bentuk anestesi yang inovatif dan non-invasif. Sistem
ini dirancang untuk memblokir rasa sakit secara elektronik dengan menggunakan arus
listrik yang rendah. Bantalan kontak menargetkan bentuk gelombang elektronik
tertentu secara langsung ke bundel saraf di akar gigi, Pasien duduk dan diposisikan
dengan bantalan tangan yang diletakkan di punggung masing-masing tangan.

B. Saran
Melalui pembahasan makalah mengenai peran asisten gigi dalam melakukan anestesi
local asisten dokter gigi dapat membantu meminimalkan atau menghilangkan
komplikasi ini dengan mengikuti tindakan pencegahan ketika membantu dokter gigi
dalam pemberian anestesi lokal

7
DAFTAR PUSTAKA

Doni L.Bird ,CDA,RDH,MA,dkk.2002,Modern Dental Assisting Elsevier Science (USA).


https://hellosehat.com/sehat/operasi/dampak-dan-efek-samping-obat-anestesi/

8
MAKALAH
BEDAH MULUT DALAM KEDOKTERAN GIGI

Dosen Pengampu : Aryani Widayati, S.SiT.,MPH

DISUSUN OLEH :
Feliza Farah Suswandi (P07125122001)
Welmi Firda Agung Prayoga (P07125122002)
Shalma Kurnia Pramesti (P07125122003)
Adinda Ayu Rindiani (P07125122004)
Julieta Syifa Maharani (P07125122005)
Lathifa Budiati (P07125122006)
Nadya Dwi Winanda (P07125122007)
Nasywa Natania Azzahra (P07125122008)
Titis Ambarwati (P07125122009)
Melafaiza Masayu Aulia Fatikah (P07125122010)

DIPLOMA TIGA KESEHATAN GIGI


JURUSAN KESEHATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat,
nikmat, dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah Dasar-Dasar
Pencabutan Gigi dengan baik, terstruktural, dan tepat waktu.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bu Aryani Widayati, S.Si.T. MPH. Selaku dosen pengampu mata kuliah
Dasar-Dasar Pencabutan Gigi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pengertian bedah mulut dan instrumen-instrumen
yang digunakan saat tindakan bagi pembaca dan juga kami selaku penulis
makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam menyukseskan makalah ini. Melalui jurnal-jurnal mereka
yang dapat kami gunakan sebagai referensi dalam membuat makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan


makalah ini. Maka dari itu, kami menerima kritik dan saran dari pembaca sebagai
bahan masukan dan evaluasi dalam memperbaiki makalah kami di masa yang
akan datang.

Dengan adanya makalah ini, kami berharap dapat memberikan banyak


edukasi serta manfaat yang dapat diambil oleh pembaca.

Yogyakarta, 15 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................ii

Daftar Isi............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bedah Mulut ...................................................................................3


2.2 Asisten Bedah .................................................................................4
2.3 Pengaturan Bedah ............................................................................4
a. Praktek Pribadi .........................................................................4
b. Ruang Operasi ..........................................................................4
2.4 Instrumen dan Aksesories Khusus ....................................................5
a. Elevator .....................................................................................6
b. Tang ..........................................................................................7
c. Kuret Bedah ..............................................................................8
d. Rongeurs ...................................................................................8
e. Bone File ...................................................................................8
f. Pisau Bedah ...............................................................................9
g. Hemostat ...................................................................................10
h. Penjepit Jarum ...........................................................................12
i. Gunting Bedah dan Jahitan .........................................................12
j. Retraktor ....................................................................................13
k. Alat Peraga Mulut .....................................................................14
l. Pahat dan Palu ............................................................................15
m. Bur Bedah ................................................................................16
n. Lapangan Steril .........................................................................16
o. Asepsi Bedah.............................................................................16

iii
p. Scrub Bedah ..............................................................................17
q. Sarung Tangan yang Benar ........................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .....................................................................................18


3.2 Saran ..............................................................................................19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bedah mulut merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang
menggunakan metode pembedahan untuk mengoreksi penyakit, cedera, dan cacat
di kepala, leher, wajah, rahang, dan jaringan lunak dari mulut. Prinsip kerja
tindakan bedah pada umumnya menganut 3 hal yang harus dilakukan, yaitu
asepsis, atraumatik, dan dibawah anastesi yang baik.

Ruang lingkup pembedahan diantaranya adalah operator, asisten operator,


instrumen, teknik-teknik anestesi, teknik pembedahan, dan kondisi pasien. Penting
bagi operator menguasai berbagai ilmu yang mencakup instrumentasi bedah,
teknik anestesi, teknik bedah, cara mencapai kondisi asepsis, dan kemungkinan
komplikasi yang dapat ditimbulkan untuk mencapai keberhasilan dalam tindakan
bedah.

Penguasaan ilmu bedah mulut perlu dimiliki untuk mencegah komplikasi


dan infeksi silang, karena tindakan bedah mulut melibatkan perlukaan jaringan
mulut. Pemahaman ilmu bedah mulut sangat penting bagi dokter gigi agar dapat
memberikan pelayanan maksimal bagi pasien dan menghindari komplikasi yang
dapat terjadi komplikasi.

Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan bedah dan oleh karena itu segala
langkah yang dilakukan harus berdasarkan prinsip yang sama dengan prinsip
tindakan bedah pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Bedah Mulut?
2. Apa yang dimaksud Asistensi Bedah?
3. Dimana saja terdapat pengaturan bedah?
4. Apa yang dimaksud instrument dan aksesoris khususs?

1
5. Apa yang dimaksud elevator?
6. Apa saja jenis-jenis tang dan alat-alat bedah mulut?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud bedah mulut.


2. Mengetahui apa yang dimaksud asistensi bedah.
3. Mengetahui dimana saja tempat yang terdapat pengaturan bedah.
4. Mengetahui apa yang dimaksud instrument daan aksesoris khusus.
5. Mengetahui apa yang dimaksud elevator.
6. Mengetahui apa saja jenis-jenis tang dan alat-alat bedah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Spesialisasi bedah mulut dan maksilofasial adalah divisi kedokteran gigi


yang terlibat dalam diagnosis dan perawatan bedah penyakit, cedera, dan cacat.
Operasi ini dilakukan berdasarkan tantangan fungsional dan aspek estetika
jaringan keras dan lunak kepala dan leher. (Lihat Indikasi Bedah Maksilofasial.)

2.1 BEDAH MULUT

Seorang ahli bedah mulut dan maksilofasial (OMFS), juga disebut sebagai
ahli bedah mulut, adalah seorang dokter gigi yang telah menerima 4 hingga 6
tahun tambahan pelatihan pascasarjana di residensi berbasis rumah sakit. Ahli
bedah mulut menyelesaikan tahun bedah-medis inti sebelum menyelesaikannya,
dengan penekanan pada teknik bedah, anestesiologi, dan pengobatan mulut.
Dokter bedah harus lulus ujian standar nasional oleh American Board of Oral and
Maxillofacial Surgery untuk dapat berpraktik. Kebanyakan ahli bedah saat ini
juga telah memperoleh izin medis.

Dokter gigi umum menerima pelatihan dasar tentang prosedur bedah


mulut sederhana dan dapat melakukannya di tempat praktik swasta. Namun, untuk
area mulut tertentu dan prosedur yang lebih rumit, banyak dokter gigi yang akan
merujuk pasiennya ke dokter spesialis.

2.2 ASISTEN BEDAH

Asisten bedah adalah salah satu anggota tim bedah yang paling penting.
Karena sebagian besar prosedur bedah lebih invasif dan mendalam, asisten bedah
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tingkat lanjut dalam (1) pengkajian
dan pemantauan pasien, (2) instrumen khusus, (3) asepsis bedah, (4) pembedahan.
prosedur, dan (5) teknik pengendalian nyeri.

3
Setelah menyelesaikan pendidikan umum dan pelatihan dalam program
bantuan gigi, asisten gigi dapat melanjutkan pendidikan dan pelatihan mereka
dalam program khusus untuk asisten gigi bedah atau dengan memperoleh
pelatihan tambahan "di tempat kerja". Selain itu, asisten gigi yang membantu ahli
bedah mulut di ruang operasi (OR) sering kali pertama kali mendapatkan
sertifikasi dalam dukungan kehidupan jantung tingkat lanjut.

2.3 PENGATURAN BEDAH

Ahli bedah mulut beroperasi di dua lingkungan spesifik: klinik gigi swasta dan
rumah sakit.

1. Praktek Pribadi

Kantor bedah medikodental praktek swasta seorang ahli bedah mulut terdiri
dari area perawatan yang serupa dengan yang ada di praktik umum. Selain area
perawatan, klinik ini juga memiliki ruang bedah yang mirip dengan OR, namun
dalam skala yang jauh lebih kecil. Barang-barang tertentu yang hanya digunakan
untuk prosedur pembedahan, seperti peralatan pemantauan, unit pengontrol nyeri,
dan baki bergerak, menggantikan barang-barang yang ada di dokter gigi umum.

Pasien yang menerima perawatan bedah dari OMFS di kantor sedang


menjalani operasi kecil dan dirawat jalan. Pasien ini datang beberapa saat sebelum
operasi, menerima perawatan bedah, pulih, dan diantar pulang untuk
menyelesaikan pemulihan.

2. Ruang operasi

Dalam pengaturan kedua, OR rumah sakit, ahli bedah pertama-tama


mengajukan permohonan hak istimewa untuk berpraktik di institusi tersebut.
Rumah sakit memberikan hak istimewa kepada dokter dan dokter gigi
berdasarkan pelatihan, kompetensi, dan pengalaman mereka. OR di rumah sakit
sangat berbeda dengan praktik swasta (Gambar 56-1). Lingkungannya cukup luas
untuk menampung (1) meja operasi, (2) peralatan anestesiologi, (3) baki bedah

4
bergerak yang menampung instrumen dan perlengkapan, (4) penerangan di atas
kepala, (5) peralatan pemantauan, dan (6) ruang berdiri untuk ahli bedah, asisten
bedah, asisten keliling, dan ahli anestesi.

Gambar 56-1 Ruang operasi. (Dari Kinn ME, Woods M: Asisten medis:
administrasi dan klinis, ed 8, Philadelphia, 1999, Saunders.)

Indikasi untuk Bedah Maksilofasial

1. Pencabutan gigi busuk yang tidak dapat direstorasi

2. Operasi pencabutan gigi impaksi

3. Pencabutan gigi nonvital

4. Operasi preprostesis untuk menghaluskan dan membentuk kontur punggungan


alveolar

5. Pencabutan gigi untuk perawatan ortodontik

6. Penghapusan fragmen akar

7. Pengangkatan kista dan tumor

8. Biopsi

9. Pengobatan patah tulang mandibula atau rahang atas

10. Pembedahan untuk mengubah ukuran atau bentuk wajah tulang

5
11. Pembedahan sendi temporomandibular

12. Bedah rekonstruktif

13. Perbaikan bibir sumbing dan langit-langit mulut sumbing

14. Operasi kelenjar ludah

15. Prosedur bedah implan

2.4 INSTRUMEN DAN AKSESORIS KHUSUS

Penting bagi asisten bedah untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman


tentang instrumen bedah. Pengetahuan tersebut tidak hanya mempersiapkan
mereka untuk sterilisasi dan persiapan pembedahan, namun ketika ahli bedah
meminta instrumen, mereka juga akan siap membantu.

Instrumen bedah dirancang untuk memisahkan gigi dari soketnya, menarik


kembali jaringan di sekitarnya, melonggarkan dan meninggikan gigi di dalam
soketnya, atau mengeluarkan gigi dari soketnya. Instrumen yang dibahas dalam
bab ini adalah instrumen bedah mulut yang paling umum digunakan. Semua
instrumen bedah diklasifikasikan sebagai instrumen penting dan harus disterilkan
setelah digunakan.

1. Elevator

Elevator periosteal tersedia dalam banyak desain, namun semuanya


memberikan fungsi dasar yang sama (Gbr. 56-2). Mereka digunakan untuk
memantulkan (memisahkan) dan menarik kembali periosteum dari permukaan

Gambar 56-3 Lift lurus. (Atas izin Miltex Instruments, Bethpage, NY.)

6
Gambar 56-4 Pemetikan ujung akar. (Atas izin Miltex Instruments, Bethpage,
NY.)

tulang. Sebelum tang bedah dipasang di sekitar gigi, dokter gigi menggunakan
elevator periosteal untuk melepaskan jaringan gingiva dari sekitar leher (leher)
gigi.

Lift lurus digunakan untuk memberikan tekanan pada gigi untuk


melepaskannya dari ligamen periodontal dan memudahkan pencabutan (Gbr. 56-
3). Kegunaan lain dari elevator ekstraksi termasuk menghilangkan sisa fragmen
akar dan menghilangkan gigi yang telah dipotong dengan alat bedah dan bur.

Root tip picks adalah instrumen untuk menghilangkan ujung atau fragmen
akar yang mungkin terlepas dari gigi selama prosedur pencabutan (Gbr. 56-4).

2. Tang

Forsep ekstraksi tersedia dalam berbagai bentuk dan desain untuk


mengakomodasi kebutuhan ahli bedah mulut dalam menggenggam gigi dengan
berbagai bentuk mahkota, konfigurasi akar, dan lokasi di dalam mulut. Tujuannya
adalah mencabut gigi dalam keadaan utuh dengan mahkota dan akar utuh.

Paruh tang dibentuk untuk memegang mahkota gigi dengan kuat pada atau
di bawah garis serviks. Permukaan bagian dalam paruh bisa berbentuk polos
(halus) atau bergerigi (kasar) untuk memberikan daya cengkeram tambahan saat
gigi dicabut. Pegangannya bisa horizontal (berdampingan) atau vertikal.

Forceps digunakan untuk mengeluarkan gigi dari alveolus setelah soketnya


sedikit dilonggarkan dengan menggunakan elevator. Pegangannya, yang dipegang
erat dalam genggaman telapak tangan, memberikan dokter gigi daya ungkit yang

7
diperlukan untuk melakukan luksasi dan pencabutan gigi. Forsep universal
dirancang agar ahli bedah dapat menggunakan instrumen yang sama untuk sisi
kiri atau kanan lengkung gigi yang sama, serta untuk gigi tertentu.

Tabel 56-1 berisi daftar forceps yang paling umum digunakan untuk area mulut.

3. Kuret Bedah

Kuret bedah berbentuk sendok berujung ganda. alat berbentuk alat dengan
ujung tajam menyerupai sendok besar ekskavator dan digunakan dengan gerakan
menggores. Kuret digunakan setelah pencabutan untuk mengikis bagian dalam
soket guna mengangkat jaringan yang sakit atau abses. Kuret tersedia dalam
berbagai ukuran, dan tangkainya lurus atau bersudut untuk menjangkau berbagai
area mulut (Gbr. 56-5).

Gbr. 56-5 Kuret bedah. (Hak cipta Miltex Instruments, Bethpage, New York,
Amerika Serikat)

4. Rongeurs

Rongeur memiliki ukuran yang mirip dengan forceps, dan desainnya


menyerupai gunting kuku. Rongeur memiliki pegas di antara gagang dan bilahnya
dengan ujung tajam. Bilah rongeur dapat berupa potongan ujung atau potongan
samping, tergantung pada desainnya (Gbr. 56-6).

Rongeur digunakan untuk memotong tulang alveolar. Ini banyak


digunakan setelah beberapa kali pencabutan untuk menghilangkan tonjolan tajam
dan untuk membentuk punggung edentulous. Paruh rongeur harus tetap bersih
selama prosedur berlangsung. Bila perlu, dokter gigi memegang instrumen ke arah

8
asisten dengan paruh terbuka. Asisten kemudian dengan hati-hati membuang
kotoran tersebut dengan menyeka paruhnya menggunakan spons kain kasa steril.

Gbr. 56-6 Rongeur. (Hak Cipta Miltex Instruments, Bethpage, NY.)

5. Bone File

Kikir tulang digunakan dengan gerakan dorong-tarik untuk menghaluskan


permukaan tulang setelah rongeur menghilangkan sebagian besar tulang yang
tidak diinginkan. File tulang juga dapat digunakan untuk menghaluskan tepi
alveolus yang kasar setelah ekstraksi. Ujung kerja dari bone file sangat kasar dan
tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran (Gbr. 56-7).

Gbr. 56-7 Kikir tulang. (Hak cipta Miltex Instruments, Bethpage, NY.)

6. Pisau bedah

Pisau bedah adalah pisau bedah yang digunakan untuk membuat sayatan
tepat pada jaringan lunak dengan trauma paling sedikit pada jaringan. Ukuran dan
bentuk pisau yang dipilih bergantung pada prosedur yang dilakukan dan pilihan
dokter gigi (Gbr. 56-8). Pisau bedah sekali pakai memiliki pegangan plastik
dengan bilah logam dan disediakan dalam kemasan tertutup yang steril. Instrumen
ini dirancang untuk digunakan satu kali dan kemudian dibuang ke dalam wadah

9
"benda tajam". Perhatian harus diberikan untuk menghindari cedera saat bilah
dipasang dan dilepas. Penggunaan penghilang pisau bedah mekanis membantu
menghindari cedera selama pelepasan pisau bedah.

Jenis-jenis Tang Ekstraksi

Tang Geraham Rahang Atas

Tang Anterior Maksila

Tang Ekstraksi Gigi Geraham Mandibula

Tang Ekstraksi Anterior Mandibula

10
Tang Ekstraksi Ujung Akar

Gambar milik Miltex Instruments, Bethpage, NY.

7. Hemostat

Hemostat adalah instrumen multiguna yang digunakan untuk memegang


dan menahan sesuatu. Selama bedah mulut hemostat digunakan untuk memegang
jaringan lunak, tulang, dan fragmen gigi yang telah dicabut selama prosedur.
Hemostat memiliki lekukan pada paruhnya yang digunakan untuk menggenggam
dan memegang. Pegangan memiliki kunci mekanis untuk menahan benda atau
atau jaringan dengan aman di dalam paruh (Gbr. 56-9). Instrumen-instrumen ini
instrumen ini tersedia dalam berbagai ukuran, dengan paruh lurus dan
melengkung dan dengan pegangan yang berbeda panjang.

11
Gbr. 56-9 Hemostat. (Hak cipta Miltex Instruments, Bethpage, New York,
Amerika Serikat)

Gbr. 56-8 Gagang dan bilah pisau bedah. (Atas izin Miltex Instruments, Bethpage,
NY.)

8. Penjepit Jarum

Penjepit jarum terlihat dan beroperasi mirip dengan hemostat. Paruhnya


lurus dengan gerigi halus, dan alur pada permukaan bergerigi memungkinkan
dokter bedah untuk memegang jarum jahit dengan kuat (Gbr. 56-10). Pegangan
dipegang pada tempatnya oleh aksi ratchet yang menahan objek sampai dokter
gigi melepaskannya. Desain pegangan ini memungkinkan dokter gigi untuk
mengikat bahan jahitan dengan menggunakan penjepit jarum tanpa tersangkut di
dalam sendi instrumen.

12
Gbr. 56-10 Penahan jarum. (Hak cipta Miltex Instruments, Bethpage, NY.)

9. Gunting Bedah dan Jahitan

Gunting bedah tersedia dengan mata pisau lurus atau melengkung yang
memiliki pemotongan halus atau bergerigi tepi (Gbr. 56-11). Pegangannya
memiliki rentang panjang dari sekitar 3 sampai 6%, inci. Gunting yang halus ini
digunakan untuk memotong jaringan lunak. Gunting bedah tidak boleh digunakan
untuk tugas-tugas non-bedah yang akan menumpulkan permukaan pemotongan.

Gunting jahitan dirancang untuk memotong jahitan saja bahan. Meskipun


desainnya mirip dengan gunting bedah, gunting sors, gunting jahitan lebih kokoh
dan mungkin memiliki tonjolan pada ujung tombak salah satu mata pisau.

13
Gambar 56-11 Gunting bedah
10. Retraktor

Retraktor jaringan digunakan selama proses pembedahan. untuk


menangani jaringan lunak dengan hati-hati untuk mencegah trauma yang dapat
menunda penyembuhan. Alat ini berbentuk seperti tang kapas. ini menyerupai
tang kapas yang memiliki ujung berlekuk (Gbr. 56-12) .

Gambar 56-12 Retraktor jaringan

Retraktor pipi dan lidah Dirancang untuk menahan dan menarik kembali
pipi dan lidah selama prosedur bedah. Mereka adalah instrumen besar,
melengkung, bersudut yang terbuat dari logam atau plastik. Jika retraktor plastik
digunakan selama pembedahan, retraktor tersebut harus mampu melakukan
sterilisasi panas (Gbr. 56-13).

11. Alat Peraga Mulut

Selama prosedur pembedahan, penyangga mulut dari karet yang juga


dikenal sebagai blok gigitan, memungkinkan pasien untuk mengistirahatkan dan
mengendurkan otot rahang (Gbr. 56-14). Penyangga mulut ditempatkan pada sisi
berlawanan dari mulut yang sedang dirawat. Pasien yang menerima nitro
oksida/oksigen, sedasi intravena, atau anestesi umum harus dipasang penyangga
mulut untuk mencegah penutupan mulut pasien secara tidak disengaja.

14
Gambar: 56-13 Retraktor pipi dan lidah Gambar. 56-14 Mouth props

12. Pahat dan Palu

Bila diperlukan pengangkatan tulang untuk memudahkan pencabutan gigi


atau untuk membentuk kembali tulang, pahat dan palu bedah dapat digunakan
(Gbr. 56-15). Pahat bedah tersedia dalam desain bevel tunggal atau bibevel. Tipe
single-bevel (bevel pada satu sisi tepi) digunakan untuk menghilangkan tulang.
Tipe bibevel (kemiringan pada kedua sisi tepi) digunakan untuk membelah gigi.
Beberapa pahat dirancang untuk digunakan

Gambar 56-15 Pahat dan palu

15
dengan palu tangan. Tipe lainnya digerakkan oleh alat genggam bedah yang
dioperasikan dengan sistem kelistrikan.

13. Bur Bedah

Bur bedah yang dirancang khusus dengan betis ekstra panjang digunakan
untuk mengangkat tulang dan memotong atau membelah mahkota atau akar gigi.
Bur ini dibuat untuk handpiece lurus dan contra-angle yang digunakan pada
kecepatan rendah.

14. ASEPSIS BEDAH

Anda telah mempelajari pentingnya pengendalian infeksi dalam


kedokteran gigi dan perlunya teknik desinfeksi dan sterilisasi. Namun ketika
pembedahan diperlukan, tim bedah harus mengambil tindakan pencegahan ini
selangkah lebih maju.

Membangun dan memelihara rantai asepsis untuk suatu prosedur


menunjukkan bahwa instrumen, tirai bedah, dan sarung tangan petugas bedah
harus steril. Kontak dengan benda atau permukaan yang tidak steril memutus
rantai asepsis dan mencemari area bedah. Setelah terbentuk, rantai asp sis tidak
boleh diputus. Karena prosedur bedah menyerang jaringan terbuka, tim bedah
harus mengikuti teknik steril. Tujuan dari metode asepsis ini adalah untuk
meminimalkan jumlah organisme yang dapat masuk ke dalam luka terbuka.

15. Lapangan Steril

Lapangan steril disiapkan untuk menampung instrumen dan perlengkapan


bedah yang akan digunakan selama operasi. Persiapan steril disiapkan tepat
sebelum asisten mempersiapkan diri dan memulai prosedur. Jika perlengkapan
bedah telah dibuka lebih dari satu jam karena penundaan atau perubahan,
perlengkapan tersebut dianggap tidak steril pada saat itu dan tidak boleh
digunakan. (Lihat Prosedur 56-1)

16. Scrub Bedah

16
Scrub bedah digunakan untuk mengurangi kemungkinan infeksi.
Meskipun sarung tangan steril akan digunakan untuk prosedur bedah, jumlah
organisme di tangan seseorang harus dikurangi jika terjadi robekan atau kerusakan
pada sarung tangan. (Lihat Prosedur 56-2.)

17. Sarung Tangan yang Benar

Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang dikemas dalam berbagai
ukuran. Saat Anda membantu prosedur invasif, Anda harus mengenakan sarung
tangan steril. Proses penggunaan sarung tangan steril penting dilakukan agar
proses tidak terkontaminasi. (Lihat Prosedur 56-3.)

PERSIAPAN BEDAH

Apakah prosedur pembedahan dilakukan di tempat praktik pribadi atau di OR,


pemahaman tentang protokol aseptik, pengetahuan tentang perlengkapan yang
dibutuhkan, dan pemahaman terhadap instrumen yang digunakan untuk suatu
prosedur sangat penting dalam peran asisten bedah. Tim bedah akan mengikuti
rutinitas setiap kali pasien diperiksa, dan rutinitas ini tidak boleh diubah.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bedah mulut merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang
menggunakan metode pembedahan untuk mengoreksi penyakit, cedera, dan cacat
di kepala, leher, wajah, rahang, dan jaringan lunak dari mulut. Prinsip kerja
tindakan bedah pada umumnya menganut 3 hal yang harus dilakukan, yaitu
asepsis, atraumatik, dan dibawah anastesi yang baik.

Spesialisasi bedah mulut dan maksilofasial adalah divisi kedokteran gigi


yang terlibat dalam diagnosis dan perawatan bedah penyakit, cedera, dan cacat.
Operasi ini dilakukan berdasarkan tantangan fungsional dan aspek estetika
jaringan keras dan lunak kepala dan leher. Dokter gigi umum menerima pelatihan
dasar tentang prosedur bedah mulut sederhana dan dapat melakukannya di tempat
praktik swasta. Namun, untuk area mulut tertentu dan prosedur yang lebih rumit,
banyak dokter gigi yang akan merujuk pasiennya ke dokter spesialis.

Asisten bedah adalah salah satu anggota tim bedah yang paling penting.
Karena sebagian besar prosedur bedah lebih invasif dan mendalam, asisten bedah
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tingkat lanjut dalam (1) pengkajian
dan pemantauan pasien, (2) instrumen khusus, (3) asepsis bedah, (4) pembedahan.
prosedur, dan (5) teknik pengendalian nyeri. Ahli bedah mulut beroperasi di dua
lingkungan spesifik: klinik gigi swasta dan rumah sakit OR.

Penting bagi asisten bedah untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman


tentang instrumen bedah. Instrumen bedah dirancang untuk memisahkan gigi dari
soketnya, menarik kembali jaringan di sekitarnya, melonggarkan dan
meninggikan gigi di dalam soketnya, atau mengeluarkan gigi dari soketnya.
Meliputi elevator, tang ekstraksi, hemostat, penjepit jarum, gunting bedah dan
jahitan, retraktor, alat peraga mulut, pahat dan palu, bur bedah, asepsis bedah,
lapangan steril, lulur bedah, sarung tangan.

18
3.2 Saran

Makalah ini memang belum sempurna dan perlu ditingkatkan lagi terkait
bedah mulut dalam kedokteran gigi. Diharapkan bedah mulut dalam kedokteran
gigi lebih ditingkatkan lagi untuk memenuhi kebutuhan pasien yang berbeda
dengan pasien yang lainnya. Adaptasi dan teknik khusus juga perlu ditingkatkan
demi kenyamanan dan keamanan pasien. Persiapan dan instrumen yang digunakan
perlu diperhatikan untuk keberhasilan dan kelancaran prosedur.

19
MAKALAH
ANESTESI DAN KONTROL NYERI

Dosen Pengampu : Aryani Widayati, S.SiT.,MPH

DISUSUN OLEH :
Feliza Farah Suswandi (P07125122001)
Welmi Firda Agung Prayoga (P0712512202)
Salma Kurnia Pramesti (P07125122003)
Adinda Ayu Rindiani (P07125122004)
Julieta Syifa Maharani (P07125122005)
Lathifa Budiati (P07125122006)
Nadya Dwi Winanda (P07125122007)
Nasywa Natania Azzahra (P07125122008)
Titis Ambarwati (P07125122009)
Melafaiza Masayu Aulia Fatikah (P07125122011)

DIPLOMA TIGA KESEHATAN GIGI


JURUSAN KESEHATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat,
nikmat, dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah Dasar-Dasar
Pencabutan Gigi dengan baik, terstruktural, dan tepat waktu.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bu Aryani Widayati, S.Si.T. MPH. Selaku dosen pengampu mata kuliah
Dasar-Dasar Pencabutan Gigi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang berbagai macam prosedur pengendalian kecemasan
dan nyeri melalui anestesi ketika akan dilakukan pencabutan bagi pembaca dan
juga kami selaku penulis makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam menyukseskan makalah ini. Melalui jurnal-jurnal mereka
yang dapat kami gunakan sebagai referensi dalam membuat makalah ini.

kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan


makalah ini. Maka dari itu, kami menerima kritik dan saran dari pembaca sebagai
bahan masukan dan evaluasi dalam memperbaiki makalah kami di masa yang
akan datang.

Dengan adanya makalah ini, kami berharap dapat memberikan banyak


edukasi serta manfaat yang dapat diambil oleh pembaca.

Yogyakarta, 9 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... ii

Daftar Isi ......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengendalian Rasa Sakit ........................................................................... 3


2.2 Agen Anestesi ............................................................................................ 3
2.3 Teknik Injeksi……….................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 13


3.2 Saran ......................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan merupakan suatu kondisi emosional yang ditandai dengan rasa


khawatir yang berlebihan terhadap berbagai peristiwa yang dialami dalam
kehidupan. Kecemasan pada perawatan gigi merupakan masalah serius yang
berdampak negatif pada kesehatan gigi dan mulut. Kegagalan perawatan gigi
sebanyak 75% karena rasa cemas. Kecemasan untuk datang ke dokter gigi juga
dapat menjadi faktor utama menurunnya kesehatan gigi dan mulut setiap pasien,
akibatnya pasien akan menunda perawatan pencabutan gigi yang akan
menyebabkan keparahan pada gigi dan lebih berpotensi menyakitkan ketika diobati.
Menurut Alaki et al kecemasan terhadap perawatan pencabutan gigi sebanyak
43,5% anak laki-laki dan 64,6% anak perempuan. Kelompok usia 7-10 tahun
merupakan usia dengan kecemasan berat sedangkan, pada anak berusia 5–12 tahun
dengan pengalaman perawatan gigi sebelumnya dapat berperan sebagai komponen
positif dari ketakutan gigi.

Dalam literatur kedokteran gigi istilah yang sering digunakan untuk


menggambarkan kecemasan ketika berada di klinik dokter gigi adalah dental
anxiety. Dental anxiety adalah kecemasan terhadap segala sesuatu yang
berhubungan dengan perawatan atau tindakan kedokteran gigi. Pada teori yang lain
kecemasan dental telah diintentifikasi sebagai masalah yang signifikan dan umum
pada anak-anak dan dewasa serta menjadi kendala dalam pemberian perawatan gigi
yang berkualitas.

Berdasarkan data-data yang ada, tingkat kecemasan pasien tertinggi ketika


akan dilakukan tindakan anestesi. Anestesi sendiri bertujuan untuk mengendalikan
kecemasan dan rasa nyeri sebelum dilakukan tindakan. Menurut Kamadjaja (2019)
didalam praktik kedokteran gigi, metode pencegahan rasa nyeri (pain control) yang
paling sering digunakan adalah penghambatan penghantaran impuls rasa nyeri dari

1
sistem syaraf perifer ke sistem susunan syaraf pusat yang disebut dengan prosedur
anestesi lokal.

Pada dasarnya ada banyak metode-metode dalam kedokteran gigi untuk


mengurangi kecemasan dan rasa nyeri pada pasien, antara lain agen anestesi, sedasi
inhalasi, agen anti kecemasan, sedasi intravena, dan anestesi umum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja metode pengendalian rasa sakit dalam kedokteran gigi?
2. Apa yang dimaksud dengan anestesi topikal ?
3. Apa yang dimaksud dengan anestesi lokal ?
4. Apa yang dimaksud dengan anestesi infiltrasi ?
5. Bagaimana cara kerja blokir anestesi ?
6. Bagaimana cara penyiapan anestesi lokal ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis metode pengendalian rasa sakit dalam kedokteran
gigi.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anestesi topikal.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anestesi lokal.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anestesi infiltrasi.
5. Mengetahui cara kerja blokir anestesi.
6. Mengetahui cara penyiapan anestesi lokal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGENDALIAN RASA SAKIT

Berbagai macam prosedur pengendalian kecemasan dan nyeri telah


memungkinkan profesi gigi untuk memperluas perawatan kesehatan mulut
kepada jutaan individu yang seharusnya tetap tidak diobati. Kecemasan dan
pengendalian rasa sakit didefinisikan sebagai praktik berbagai pendekatan
psikologis, fisio-logika, dan kimia untuk pencegahan dan pengobatan kecemasan
dan nyeri pra operasi, operatif, dan pasca operasi.

Metode pengendalian rasa sakit yang paling sering digunakan dalam


kedokteran gigi untuk mengurangi atau mengurangi kecemasan dan rasa sakit
adalah (1) agen anestesi, (2) sedasi inhalasi, (3) agen anti-kecemasan, (4) sedasi
intravena, dan (5) anestesi umum.

2.2 AGEN ANESTESI


1. Anestesi Topikal

Penggunaan utama anestesi topikal dalam kedokteran gigi adalah


untuk memberikan efek mati rasa di area di mana injeksi akan dilakukan.
Agen anestesi topikal memberikan efek mati rasa sementara pada ujung saraf
yang terletak di permukaan mukosa mulut. Obat-obatan dalam anestesi
topikal terkonsentrasi untuk memungkinkan penetrasi selaput lendir dan aksi
pada ujung saraf.

Agen anestesi topikal tersedia dalam bentuk salep, cairan, dan


semprotan dan dioleskan langsung pada area yang terkena. Untuk anestesi
topikal, untuk memiliki efektivitas optimal, salep harus tetap berada di tempat
suntikan selama 3 hingga 5 menit.

Agen anestesi topikal cair dan semprotan diaplikasikan pada area

3
permukaan jaringan mulut yang lebih besar. Anestesi ini berguna ketika
diterapkan di bagian belakang tenggorokan pada pasien dengan refleks gag
yang kuat yang membutuhkan tayangan atau radiografi intraoral. Hanya
sejumlah kecil agen anestesi topikal yang harus dioleskan ke area terbatas
untuk menghindari toksisitas obat. Lihat Prosedur 37-1.)

Prosedur 37-1 [Menerapkan Anestesi Topikal]

Tujuan: Menjadi kompeten dalam penerapan anestesi topikal.

Peralatan dan Perlengkapan (Gbr. 37-1)

• Kain kasa kotak berukuran 0,2 x 2 inci


• Salep anestesi topikal
• Aplikator berujung kapas steril

Gambar 37-1

Langkah Prosedural

Persiapan

1. Letakkan sedikit salep topikal pada aplikator berujung kapas, lalu pasang
kembali penutup salep.
Catatan: Jangan pernah memasukkan aplikator yang sama ke dalam salep
setelah digunakan dan terkontaminasi.
2. Jelaskan prosedurnya kepada pasien

4
Tujuan: Pasien akan merasa lebih nyaman dan tidak terlalu cemas bila
mereka mendapat informasi yang cukup dan mengetahui apa yang
diharapkan.
3. Tentukan tempat suntikan, dan keringkan perlahan tempat tersebut dengan
kain kasa.
Tujuan: Mengeringkan area tersebut memungkinkan salep menembus area
permukaan dengan lebih baik dan tidak diencerkan oleh air liur, sehingga
mengurangi efektivitasnya.

Penempatan

4. Oleskan salep langsung pada tempat suntikan (Gbr. 37-2).

Gambar 37-2

5. Ulangi langkah di atas jika akan diberikan beberapa suntikan.


6. Biarkan aplikator tetap berada di lokasi selama 3 hingga 5 menit.
7. Lepaskan aplikator sesaat sebelum ke dokter gigi memberikan suntikan.
Tujuan: Area yang terkena tidak boleh basah oleh air liur, karena akan
mengurangi efek salep.

2. Anestesi Lokal

Anestesi lokal pertama kali ditemukan pada pertengahan 1800-


an dan telah sangat mengurangi rasa sakit selama perawatan gigi. Agen
estetika lokal adalah bentuk kontrol nyeri yang paling sering digunakan
dalam kedokteran gigi. Agen-agen ini memberikan anestesi yang aman,
efektif, dan dapat diandalkan dengan durasi yang sesuai untuk hampir

5
semua perawatan gigi depan. Anestesi lokal harus memiliki karakteristik
sebagai berikut :

• Tidak menyebabkan iritasi pada jaringan di area injeksi


• Terkait dengan toksisitas minimal (menyebabkan kerusakan sekecil
mungkin pada sistem tubuh)
• Onset cepat (berefek cepat)
• Mampu memberikan anestesi mendalam (menghilangkan sensasi nyeri
selama prosedur)
• Durasi yang cukup (tetap efektif cukup lama hingga prosedur selesai)
• Benar-benar reversibel (meninggalkan jaringan pada keadaan semula
setelah pasien pulih dari anestesi)
• Steril atau dapat disterilkan dengan panas tanpa kerusakan

Larutan anestesi lokal untuk penggunaan gigi adalah agen anestesi


amide (Gbr. 37-3). Amida pertama kali diperkenalkan ke praktik klinis pada
tahun 1940an dan telah mempertahankan standar pengukuran semua anestesi
lokal lainnya. Reaksi alergi terhadap agen anestesi lokal amide jarang terjadi.
Tabel 37-1 berisi daftar anestesi gigi yang rutin digunakan.

Mekanisme Kerja Agen anestesi memberikan efeknya dengan


menghalangi kemampuan membran saraf untuk menghasilkan suatu impuls.
Ketika zat ini menempel pada reseptor tertentu, ia menghambat konduktansi
neuron. Agen anestesi lokal untuk sementara menghambat pembentukan
normal dan kerja konduksi impuls saraf. Anestesi lokal diperoleh dengan
menyuntikkan agen di dekat saraf di area perawatan gigi.

Setelah injeksi, anestesi berdifusi ke dalam saraf dan menghalangi


kerja normalnya. Untuk mendapatkan anestesi lengkap setelah injeksi, saraf
harus diresapi dengan konsentrasi basa anestesi yang cukup untuk menghambat
konduksi di semua serat. Tindakan anestesi lokal dibalik ketika aliran darah
membawa larutan. Amida dimetabolisme oleh hati menjadi senyawa yang
relatif tidak aktif dan dikeluarkan melalui ginjal.

6
Durasi Kerja Induksi adalah lamanya waktu dari penyuntikan larutan
anestesi hingga penyumbatan konduksi yang lengkap dan efektif. Durasi
adalah lamanya waktu dari induksi hingga proses pembalikan selesai.

Tergantung pada prosedurnya, dokter gigi dapat memilih agen anestesi


lokal berdasarkan durasinya, sebagai berikut :

Gambar A Gambar B

Gambar 37-3 Anestesi gigi yang digunakan dalam kedokteran gigi. A, Kartrid
anestesi lokal dikemas dalam selongsong. B, Kartrid anestesi lokal dikemas
dalam kaleng

• Agen anestesi lokal short-acting hanya bertahan kurang dari 30 menit.


• Agen anestesi lokal kerja menengah bertahan sekitar 60 menit. (Sebagian
besar agen anestesi lokal termasuk dalam kelompok ini dan digunakan
untuk prosedur perawatan gigi.
• Agen anestesi lokal yang bekerja lama bertahan lebih lama dari 90 menit.
3. Vasokonstriktor

Untuk memperlambat asupan agen anestesi dan meningkatkan durasi


kerja, vasokonstriktor dapat ditambahkan ke agen anestesi lokal. Tindakan
vasokonstriktor dapat melakukan hal berikut: (1) memperpanjang efek obat
anestesi dengan mengurangi aliran darah di area suntikan dan (2) mengurangi
perdarahan di area suntikan selama prosedur bedah.

7
Anestesi Gigi yang Rutin Digunakan

Obat bius Nama-nama merek


lidokain Lidokain 2%
Lignospan 2%
Octocaine 2%
Mepivakain Carbocaine 2% dan 3%
Polocaine 2% dan 3%
Isocaine 2% dan 3%
Scandonest 2% dan 3%
Mepivakain 2% dan 3%
Prilocaine Citanest Forte 4%
Citanest Plain 4%
Etidokain Duranest 1.5%
Bupivakain Markain 0.5%
Propoksikain/prokain Ravokain 4%
Novokain 2%

37-4 Karpul anestesi lokal menunjukkan larutan vasokonstriktor.

Vasokonstriktor utama digunakan dengan anestesi local agennya adalah


epinefrin, levonordefrin, dan norepinefrin. Vasokonstriktor dalam jumlah yang
sangat kecil ditambahkan dengan larutan anestesi lokal, biasanya dengan
perbandingan vasokonstriktor untuk larutan anestesi 1:20.000; 1:50.000;
1:100.000; atau 1:200.000 (Gbr. 37-4). Itu semakin rendah angka kedua,

8
semakin tinggi persentasenya usia vasokonstriktor seperti epinefrin di larutan.
Dalam kebanyakan situasi, diinginkan untuk menggunakan rasio serendah
mungkin.

Kontraindikasi Karena bersifat vasokonstriktor tindakan dapat


menyebabkan ketegangan pada jantung karena larutan anestesi lokal diserap ke
dalam tubuh, penggunaannya larutan anestesi tanpa vasokonstriktor adalah
direkomendasikan untuk pasien dengan riwayat penyakit jantung kondisi.
Kondisi tersebut termasuk angina tidak stabil (nyeri dada terkait jantung),
infark miokard baru-baru ini (serangan jantung), bypass arteri koroner baru-
baru ini pembedahan, hipertensi berat (tekanan darah tinggi) yang tidak diobati
atau tidak terkontrol, dan gagal jantung kongestif yang tidak diobati atau tidak
terkontrol.

Tindakan vasokonstriktor juga dapat berinteraksi obat lain yang


diminum pasien. Karena itu dokter gigi harus mengetahui keadaan pasien saat
ini asupan obat dan selalu update dan review riwayat kesehatan pasien.

Sebelum menyiapkan alat suntik, selalu periksa dulu dokter gigi mengenai jenis
larutan anestesi lokal dan vasokonstriktor yang diinginkan/rasio larutan
anestesi.

2.3 TEKNIK INJEKSI

Lokasi dan persarafan gigi atau gigi untuk dibius menentukan anestesi topikal
penempatan dan jenis injeksi2.

1. Anestesi Infiltrasi

Anestesi infiltrasi adalah teknik yang paling sering digunakan untuk


membius gigi rahang atas. Infiltrasi dicapai dengan menyuntikkan larutan secara
langsung ke dalam jaringan di lokasi prosedur gigi. Anestesi infiltrasi
dimungkinkan untuk gigi rahang atas karena sifat alveolar yang keropos bersifat

9
kanselus tulang memungkinkan larutan berdifusi melalui tulang dan mencapai
puncak gigi (Gbr. 37-5).

Anestesi infiltrasi juga dapat digunakan sebagai suntikan sekunder untuk


memblokir jaringan gingiva di sekitarnya gigi mandibula. Infiltrasi anestesi lokal
larutan yang mengandung vasokonstriktor digunakan untuk meminimalkan
perdarahan lokal.

2. Blokir Anestesi

Karena sifat tulang mandibula yang padat dan kompak, larutan anestesi
tidak mudah berdifusi melalui itu. Oleh karena itu anestesi blok adalah jenis
injeksi yang diperlukan untuk sebagian besar gigi mandibula. Solusinya
disuntikkan di dekat saraf utama, dan seluruh area yang dilayani oleh saraf itu
mati rasa.

Blok saraf alveolar inferior, sering disebut sebagai blok mandibula,


diperoleh dengan menyuntikkan larutan anestesi di dekat, tetapi tidak di dalam,
cabang-cabangnya saraf alveolar inferior dekat mandibula foramen (Gbr. 37-6).

Persediaan saraf dan darah berdekatan satu sama lain, dan dokter gigi
harus berhati-hati untuk tidak menyuntikkan langsung ke pembuluh darah.
Pasien mengalami mati rasa setengahnya rahang bawah, termasuk gigi, lidah,
dan bibir.

Blok saraf tajam diberikan bila hanya gigi anterior mandibula atau gigi
premolar memerlukan anestesi. Suntikan blok tajam diberikan pada lokasi
foramen mental (Gbr. 37-7). Cabang saraf ini berlanjut di dalam kanalis
mandibula hingga ke puncak gigi anterior.

10
Gambar 37-5 A dan B, Diagram yang menunjukkan prosesnya

anestesi infiltrasi.

Gambar 37-6 A dan B, Diagram yang menunjukkan proses

blok saraf inferior.

Gambar 37-7 A dan B, Diagram yang menunjukkan

proses blok saraf tajam.

11
3. Injeksi Ligamen Periodontal

Teknik infiltrasi alternatif melibatkan injeksi larutan anestesi di bawah


tekanan langsung ke ligamen periodontal dan jaringan sekitarnya. Injeksi
ligamen periodontal umumnya merupakan tambahan (tambahan) terhadap
konvensional teknik. Jarum suntik standar atau jarum suntik injeksi ligamen
periodontal khusus dapat digunakan (Gbr. 37-8).

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berbagai macam prosedur pengendalian kecemasan dan nyeri telah
memungkinkan profesi gigi untuk memperluas perawatan kesehatan mulut
kepada jutaan individu yang seharusnya tetap tidak diobati. Metode
pengendalian rasa sakit yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi
untuk mengurangi atau mengurangi kecemasan dan rasa sakit

Metode pengendalian rasa sakit antara lain :

1. Agen anestesi

2. Sedasi inhalasi

3. Agen anti-kecemasan

4. Sedasi intravena

5. Anestesi umum

Penggunaan utama anestesi topikal dalam kedokteran gigi adalah untuk


memberikan efek mati rasa di area di mana injeksi akan dilakukan. Agen
anestesi topikal memberikan efek mati rasa sementara pada ujung saraf yang
terletak di permukaan mukosa mulut.

Sifat tulang mandibula yang padat dan kompak, larutan anestesi tidak mudah
berdifusi melalui itu. Oleh karena itu anestesi blok adalah jenis injeksi yang
diperlukan untuk sebagian besar gigi mandibula. Blok saraf alveolar inferior, sering
disebut sebagai blok mandibula, diperoleh dengan menyuntikkan larutan anestesi
di dekat, tetapi tidak di dalam, cabang-cabangnya saraf alveolar inferior dekat
mandibula foramen . Blok saraf tajam diberikan bila hanya gigi anterior mandibula
atau gigi premolar memerlukan anestesi.

13
3.2 SARAN

Makalah ini memang belum sempurna dan perlu ditingkatkan lagi terkait
prosedur pengendalian kecemasan dan nyeri dengan metode agen anestesi, sedasi
inhalasi, agen anti-kecemasan, sedasi intravena, dan anestesi umum.

Selain itu diharapkan pelaksanaan tindakan anestesi yang ada dalam praktek
kedokteran gigi dilakukan sesuai SOP kerja yang ada, hal ini dilakukan untuk
meminimalisir kesalahan dalam melakukan anestesi. Dengan pelaksanaan anestesi
yang tepat diharapkan pasien setelah melakukan perawatan kedokteran gigi tidak
akan mengalami rasa trauma atau cemas lagi. Serta dapat menurunkan angka
kecemasan pasien ketika akan dialkukan perawatan.

14

Anda mungkin juga menyukai