Anda di halaman 1dari 33

EKSODONSIA

DEPARTMENT PEDODONSIA
RSGM IIK BHAKTI WIYATA KEDIRI
1. Cania Aurelia F.P 40620088
2. Devita Nuryco P.P 40620092
3. Primada Ramadhani 40620132
4. Rafii Rizki Ramadhan 40620133
5. Ria Ayu A 40620136
6. Silma Vanessa 40620140
EKSODONSIA
 Definisi
Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur pengangkatan gigi beserta akarnya dari
dalam soket tulang alveolaris menggunakan tang, elevator ataupun dengan pendekatan
transalveolar (pembedahan) (Jonathan , 2007).
Pencabutan gigi yang ideal adalah dengan prosedur pencabutan seluruh gigi atau akar
tanpa rasa sakit, trauma yang minimal baik pada jaringan lunak maupun jaringan keras
sehingga proses penyembuhan baik tanpa ada komplikasi pasca pencabutan (Nikhil, 2014).
 Indikasi

1. Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth


2. Penyakit periodontal yang parah, apabila terdapat poket periodontal yang meluas ke apeks gigi,
atau yang menyebabkan gigi goyang
3. Gigi yang fraktur
4. Gigi yang menyebabkan abses periapikal.
5. Gigi dengan karies yang dalam dan tidak dapat dipertahankan dengan restorasi.
6. Gigi impaksi, yang menyebabkan gangguan-gangguan misalnya pada hidung, kepala, TMJ, atau
rasa sakit pada wajah
7. Pasien yang ingin dirawat ortodontik
8. Pasien yang ingin dibuat protesa
 KONTRAINDIKASI PENCABUTAN

Faktor Lokal Faktor Sistemik

1. Penyakit periapikal yang 1. Pasien dengan DM tidak


terlokalisir terkontrol
2. Keberadaan infeksi oral 2. Pasien dengan Hipertensi tidak
(seperti Herpetic terkontrol
Gingivostomatitis yang 3. Pasien dengan penyakit jantung
harus dilakukan perawatan
terlebih dahulu)
 Persiapan Sebelum Pencabutan Pada Anak

1. Informed Concent
2. Kunjungan untuk pencabutan sebaiknya dilakukan pagi hari (saat anak masih aktif) dan dijadwalkan.
3. Penjelasan lokal anastesi tergantung usia pasien anak, teknik penanganan tingkah laku anak yang dapat dilakukan, misalnya
TSD, modelling.
4. Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja.
5. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk dengan jarum (disuntik) dan terasa sakit sedikit,
tidak boleh dibohongi.
6. Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara sebagai berikut :
a. Memakai jarum yang kecil dan tajam
b. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih dahulu (dengan 5 %
xylocaine (lidocaine ointmen))
c. Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan jarum
d. Deponir anastetikum perlahan
e. Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat membantu pengurangan rasa
sakit.
f. Jaringan diregangkan jika longgar dan di massage jika padat (pada palatal).
g. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh darah, juga
mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
7. Dijelaskan sebelumnya kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi seperti mati rasa,
bengkak, kebas, kesemutan atau gatal. Dijelaskan agar anak tidak takut, tidak kaget, tidak bingung
atau merasa aneh.
ALAT UNTUK TINDAKAN PENCABUTAN
 Tang Cabut Gigi Sulung Rahang Atas

Anterior Posterior Sisa Akar


ALAT UNTUK TINDAKAN PENCABUTAN
 Tang Cabut Gigi Sulung Rahang Bawah

Anterior Posterior Sisa Akar


ALAT UNTUK TINDAKAN PENCABUTAN
 Elevator

Straight (Lurus) Cross Bar Angular


BAHAN UNTUK PENCABUTAN

1 Cotton Roll 3 Povidone Iodone

2 Tampon 4 Anastesikum
ANASTESI
 Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian tubuh dengan
cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran. Macam anastesi lokal:
1. Anastesi Topikal : Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya
ujung-ujung serabut urat syaraf. Bentuk bahan yang digunakan dapat berupa gel maupun cairan yang
dapat dioleskan maupun spray.
2. Anastesi Infiltrasi : Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah,
mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasinya pada anak cukup dalam karena komposisi tulang dan
jaringan belum begitu kompak.
3. Anastesi Blok : Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.
 Anastesi Topikal
Semua agen anestesi topical sama efektifnya sewaktu digunakan pada mukosa dan menganestesi dengan kedalaman 2-
3 mm dari permukaan jaringan jika digunakan dengan tepat.
Cara melakukan anastesi topikal adalah :
1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topikal.
2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari
waktu tersebut, obat tidak efektif.
3. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu
kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup
bagi bahan anastesi topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum.
 Anastesi Infiltrasi
Anestesi infiltrasi digunakan untuk menunjukkan tempat dalam jaringan dimana larutan anestesi
didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf yang berhubungan dengan periosteum bukal dan labial.
Pada anak, bidang alveolar labio-bukal yan tipis umumnya banyak terdapat saluran vaskular dari
pembuluh darah, maka teknik infiltrasi dapat digunakan dengan efektif untuk mendapat efek anestesi pada
gigi-gigi susu atas dan bawah. Infiltrasi 0,5-1,0 ml larutan anestesi lokal cukup untuk menganestesi pulpa
dari kebanyakan gigi anak. Penyuntikan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kesalahan
insersi jarum yang terlalu dalam ke jaringan. 
Kasa atau kapas steril diletakkan di antara jari dan membran mukosa mulut, tarik pipi atau bibir serta
membran mukosa yang bergerak kea rah bawah untuk rahang atas dank e arah atas untuk rahang bawah
sehingga membran mukosa menjadi tegang, untuk memperjelas daerah lipatan muk mukobukal atau
mukolingual. Aplikasikan terlebih dahulu anestesi topical jika diperlukan sebelum insersi jarum. Suntik
jaringan pada lipatan mukosa dengan bevel jarum mengarah ke tulang dan sejajar bidang tulang. Setelah
posisi jarum tepat, lanjutkan insersi jarum menyelusuri periosteum sampai ujungnya mencapai setinggi akar
gigi lalu larutan dideposit. Suntikan dengan perlahan-lahan agar memperkecil atau mengurangi rasa sakit,
anestesi akan berjalan dalam waktu lima menit.
 Anastesi Blok
Ibu jari berada diatas permukaan oklusal gigi molar, dengan ujung ibu jari berada pada tepi obligua
interna. Syringe diletakkan pada dataran gigi molar sulung pada sisi berlawanan dari gigi yang akan
dianastesi. Ukuran rahang yang lebih kecil mengurangi kedalaman jarum berpenetrasi pada anastesi blok
(mandibular anastesi). Kedalaman insersi (masuknya jarum) bervariasi ( ± 15 mm sesuai ukuran
mandibula) perubahan proporsi yang tergantung usia pasien
Anastetikum dideponir sedikit ketika jarum telah masuk ke jaringan, jarum dimasukkan menuju foramen
mandibula dan anastetikum dideponir. Anastetikum untuk nervus alveolaris inferior ± 1 ml, dan untuk
nervus bukal, sejumlah anastetikum dideponir sepanjang lipatan bukal. Sejumlah ( ± ½ cc) anastetikum
dideponir saat penarikan jarum setelah melakukan blok anastesi nervus alveolaris inferior, maka nervus
lingualis akan teranastesi.
 Anastesi Ligamen
Suntikan ini menjadi populer belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan tersebut. Suntikan
intraligamen dapat dilakukan dengan jarum dan syringe konvensional tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena
lebih mudah memberikan tekanan yang diperlukan untuk menyuntikan ke dalam periodontal ligamen. Suntikan
intraligamen dilakukan ke dalam periodontal ligamen.
Caranya :
1. Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntikan, bersihkan sulkus gingiva dengan rubber cup dan pasta
profilaksis dan berikan desinfektan dengan menggunakan cotton pellet kecil.
2. Masukkan jarum ke dalam sulkus gingiva pada bagian mesial distal gigi dengan bevel jarum menjauhi gigi.
3. Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingiva untuk anastesi jaringan di depan jarum
4. Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar biasanya kira-kira 2 mm 
5. Tekan perlahan-lahan. Jika jarum ditempatkan dengan benar harus ada hambatan pada penyuntikan dan
jaringan di sekitar jarum memutih. Jika tahanan tidak dirasakan, jarum mungkin tidak benar posisinya dan
larutan yang disuntikkan akan mengalir ke dalam mulut.
6. Suntikan perlahan-lahan, banyaknya 0,2 ml.
7. Untuk gigi posterior, berikan suntikan di sekitar tiap akar.
8. Dapat pula diberikan penyuntikan di bagian mesial dan distal akar tetapi dianjurkan bahwa tidak lebih dari
0,4 ml larutan disuntikan ke tiap akar.
9. Cartridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain, walaupun sedikit sekali larutan
yang digunakan.
BAHAN ANASTESI

1. Bahan anestesi topical tersedia dalam bentuk gel dan dalam bentuk aerosol yang memiliki bahan aktif
lignokain hidroklorida 10% yang biasa disebut dengan etil klorida. Etil klorida digunakan dengan
menggunakan kapas kecil yang kemudian diletakkan pada daerah kerja dan dibiarkan sekitar 1 menit hingga
mukosa kering dan berwarna pucat. Etil klorida dapat diaplikasikan langsung ke daerah kerja apabila
digunakan untuk melakukan insisi abses (Amalia, 2008; Darma 2015).

2. Lidokain : Lidokain merupakan bahan anestesi lokal yang bekerja lebih cepat dan lebih stabil dibandingkan
anestesi lokal lainnya. Selain itu, lidokain disebut sebagai anestesi lokal paling serbaguna karena potensinya
yang inheren, onset kerjanya yang cepat, dan durasi kerja yang moderat
3. Pehacaine : Pehacaine (lidokain mengandung vasokonstriktor) memenuhi syarat-syarat sebagai bahan
anestesi lokal yang ideal yaitu mempunyai onset kerja yang cepat, durasi kerja yang cukup panjang,
masa pemulihan tidak terlalu lama, efektif jika diinjeksikan pada jaringan lunak atau topikal pada
membran mukosa, tidak mengiritasi jaringan saraf secara permanen, toksisitas sistemik rendah,
mudah larut dalam air, stabil dalam larutan dan tidak mudah mengalami perubahan (dewi dkk, 2020).
POSISI PASIEN DAN OPERATOR
 Ekstraksi Rahang Atas
1. Posisi Pasien
Kepala dan punggung membentuk satu garis lurus.
Sudut yang dibentuk lebih dari 110° dengan lantai.
Mulut pasien setinggi bahu operator

2. Posisi Operator
Di sebelah kanan depan dari pasien dengan posisi tangan sama dengan ekstraksi pada
rahang bawah.
.
POSISI PASIEN DAN OPERATOR
 Ekstraksi Rahang Bawah
1. Posisi Pasien
Kepala dan punggung merupakan satu garis lurus.
Membentuk sudut kurang lebih 110° dengan lantai.
Bagian oklusal pasien sewaktu membuka mulut sejajar dengan lantai. d. Mulut pasien
posisinya setinggi sikut tangan operator.

2. Posisi Operator
Ekstraksi gigi anterior dan posterior kiri -> disebelah kanan pasien.
Ekstraksi gigi posterior kanan, posisi operator di belakang pasien dengan tangan kiri
melengkung dari belakang.
Posisi tangan kanan ->memegang tang. Posisi tangan kiri -> 2 jari memfiksasi tulang
alveolar dan 3 jari lainnya memfiksasi tulang rahang.
.
TAHAPAN PENCABUTAN

1. Pasien diinstruksikan duduk dengan posisi


2. Pasien diinstruksikan berkumur
3. Operator melakukan universal precaution
4. Tentukan alat yang akan digunakan
5. Asepsis daerah kerja dengan povidone iodin
6. Lakukan anastesi
7. Cek keberhasilan anastesi dengan sonde pada jaringan lunak yang dianastesi/ melihat perubahan warna pada mukosa yang
teranastesi
8. Apabila pencabutan dilakukan pada mahkota, Ujung tang diletakkan pada CEJ sejajar dengan sumbu panjang gigi
9. Penceabutan dilakukan meliputi 3 macam gerakan yaitu:
- Rotasi Diputar mesio-distal.
- Luksasi Digerakan ke arah palatal atau lingual. Digerakan ke arah bukal atau labial.
- Ekstraksi
GERAKAN DALAM PENCABUTAN

1. Luksasi : Gerakan arah linguo-labial, linguo-bukal, palato-labial, palato-bukal


2. Rotasi : Gerakan memutar yaitu diputar sejajar dengan sumbu panjang gigi
3. Kombinasi : Terdiri dari Gerakan luksasi maupun rotasi
4. Ekstraksi : Mencabut sejajar sumbu panjang gigi, bila gigi yan bersangkuan sudah cukup goyang

 Cara Melakukan Ekstraksi Pada Gigi Rahang Atas


- Insisive RA : Luksasi bukal-palatal + rotasi arah oklusal
- Caninus RA : Luksasi bukal-palatal + rotasi arah oklusal
- Molar 1 & 2 RA : Luksasi bukal-palatal + tarik kea rah oklusal

 Cara Melakukan Ekstraksi Pada Gigi Rahang Bawah


- Insisive RB : Luksasi labial-lingual + tarik ke arah labial
- Caninus RB : Luksasi ke arah labial + rotasi arah mesial
- Molar 1 & 2 RB : Luksasi bukal-lingual + tarik ke bukal
KOMPLIKASI
1. Ulcer/luka
Dapat terjadi akibat gigitan pada bibiur, pipi, atau lidah yang terasa tidak enak, tebal/bengkak dengan
tanda-tanda ulkus berwarna putih, bengkak, tidak sakit, serta perluasan kadang-kadang cukup besar
tergantung besarnya trauma. Pencegahannya dengan memberikan penerangan bahwa setelah dilakukan
penyuntikan pada daerah tersebut akan terasa tebal/bengkak dan tidak enak yang akan hilang dengan
sendirinya setelah beberapa waktu. Daerah tersebut tidak boleh diisap atau digigit-gigit. Perawatan
yang dilakukan antara lain memberikan antiseptik oles serta mencegah trauma gigitan lebih lanjut.

2. Reaksi alergi terhadap obat anestetikum


Reaksi dapat terjadi seketika atau beberapa saat kemudian, ringan, atau akut. Reaksi alergi akibat
prosedur penyuntikan sangat bervariasi, mulai dari ringan sampai brochoconstriction. Perawatan yang
diberikan adalah penyuntikan 0,1-0,5 ml epinefrin 1:1000 di bawah lidah.
3. Sinkop
Merupakan reaksi psikis seperti pusing, mual, pucat, dingin, lemas, denyut nadi cepat, pupil membesar
atau mengecil serta tekanan darah turun. Sebaiknya tindakan selanjutnya ditunda, pasien ditidurkan
dengan posisi kepala dan kaki terangkat 10 derajat, pada posisi demikian sirkulasi darah dari otak dan
vena kembali ke jantung. Kompres dingin diberikan di kepala untuk memberikan rasa nyaman ada
pasien. Sinkop dapat juga disebabkan rasa takut sebelum anestesi. Keadaan ini dapat dihindari dengan
mengajak bicara, atau mengalihkan perhatian. Bila terjadi pada tahap permulaan dapat dilakukan
dengan menarik nafas panjang dan dalam melalui hidung dengan teratur serta cukup lama. Tindakan
anestesi dapat dilanjutkan bila pasien sudah tenang.

4. Infeksi
Infeksi adalah komplikasi sewaktu penyuntikan yang sering terjadi dan biasanya disebabkan oleh
masuknya bakteri dalam jaringan pada saat pemberian anestesi lokal. Pemakaian peralatan yang sudah
disterilkan dan teknik antiseptik umumnya dapat menghilangkan kemungkinan tersebut.
5. Hematoma
Hematoma dapat disebabkan karena jarum suntik tidak sengaja menembus pembuluh darah. Dalam hal ini harus
diberikan antibiotic, serta pasien diminta datang kembali dalam waktu 24 jam atau lebih bila perlu.

6. Trismus
Trismus didefinisikan sebagai kesulitan membuka rahang karena kejang otot. Trismus yg disebabkan karena infeksi,
pasien umumnya menderita demam dan mengeluh rasa sakit dan tidak nyaman, maka pada situasi seperti ini nanah
yang terbentuk harus didrainase dan diberikan tapi antibiotic. Bila infeksi sudah terkontrol, trismus dapat dihilangkan
dengan larutan kumur salin hangat.

7. Overdosis
Keracunan obat anestetikum lokal pada anak jarang terjadi tetapi bila terjadi dapat menimbulkan kejadian yang tragis.
Akibat overdosis sistemik atau pemberian bersamaan dengan sedative-narkotik dapat terjadi kematian.
8. Parastesis
Merupakan keadaan dimana bertahannya efek anestesi pada jangka waktu yang lama setelah penyuntikan anestesi lokal.
Pasien mengeluhkan mati rasa setelah penyuntikan anestesi lokal beberapa jam lamanya. Gejala parestesis berangsur-
angsur reda dan penyembuhan biasanya sempurna, apabila menetap maka tentukan derajat dan luas parestesis. Hal ini
dilakukan dengan tusukkan jarum dan sentuhan gulungan kapas pada kulit, namun mata pasien harus dalam keadaan
tertutup. Daerah yang terkena dicatat dan pasien diminta datang kembali secara berkala sehingga kecepatan dan derajat
pemulihan sensasi dapat ditentukan. Berikan obat-obatan dan lakukan termoterapi pada pasien. Bila pemulihan tidak
terjadi, rujuk ke dokter spesialis bedah mulut atau saraf.
MEDIKASI SETELAH PENCABUTAN
 Antibiotik Untuk Anak

No. Obat Dosis anak

1 Amoxicillin Anak dengan usia > 3 bulan dengan berat badan sampai 40 kg : 20-40
mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8 jam.
Anak dengan berat badan > 40 kg dan dewasa : 250-500 mg setiap 8 jam

2 Cefadroxil 30mg/kgBB/hari diberikan dalam 2 dosis terbagi

3 Cefixime Anak >12 tahun atau berat > 30kg : 2 x 50 – 100 mg sehari
Anak dengan BB < 30kg : 2 x 1,5 – 3 mg/kgBB sehari

4 Clindamixin 3-6 mg/kgBB tiap 6 jam. Bila berat badan anak kurang dari 10 kg, dosis yang
diberikan minimal 37,5 mg tiap 8 jam
MEDIKASI SETELAH PENCABUTAN
 Analgesik Untuk Anak

No. Obat Dosis anak

1 Paracetamol < 12 tahun : 10-15 mg/kg/ setiap dosis diberikan 4-6 jam sesuai kebutuhan
(Maksimum 90 mg/kg/24 jam, tetapi tidak melebihi 2,6 gram/24 jam)
Anak ≥ 12 tahun dan dewasa : 500 mg – 1000 mg diberikan tiap 4-6 jam.
Maksimal 4 gram per hari

2 Ibuprofen 20 – 30 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis terbagi

3 Mefenamic Acid >14 tahun dosis awal 500 mg kemudian 250mg Setiap 6 jam bila perlu
DAFTAR PUSTAKA
 Bahan ajar IKGA 2. Drg. Paulina Gunawan, MKes, Sp KGA
 Dewi NPAL, Susanti DNA, dan Kusumadewi S. 2020. “Gambaran penggunaan bahan anestesi lokal pada
praktek dokter gigi Kota Denpasar. Bali Dental Journal, 4(1) : 21-26
 Jonathan Pedlar JWF. 2007. Oral and Maxillofacial Surgery Second edition. Philadelphia: Elsevier
Health Sciences.
 Martin Amalia. Anestesi Lokal pada Kedokteran Gigi Anak. 2007. Fakultas Kedokteran Gigi USU
 Marwah, Nikhil. 2014. Textbook of Pediatric Dentistry 3rd Edition. New Delhi : Jaypee
 Sjaril Noerdin. Penatalaksanaan Pemberian Anestesi Lokal pada Gigi Anak. Jurnal Kedokteran gigi
Universitas Indonesia. 2000
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai