Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EXODONTIE

INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENCABUTAN GIGI

DOSEN PENGAMPU : Drg. Anses Warman, M.M.Kes

DISUSUN OLEH :

TRIANA WULANDARI
(185110561)

KELAS / SEMESTER : IIB/ IVB

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Exodontie
dengan judul makalah “Indikasi dan Kontra Indikasi Pencabutan Gigi”.
Makalah dengan judul “Indikasi dan Kontra Indikasi Pencabutan Gigi” ini dibuat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Exodontie dengan Dosen Pengampu: Bapak Drg. Anses Warman,
M.M.Kes pada kegiatan belajar mengajar Semester IV. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberikan
manfaat pada penulis khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya.

Bukittinggi, 26 Maret 2020

Penulis

Triana Wulandari

i
DAFTAR ISI

Halaman
COVER
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulis.................................................................................................. 2
D. Manfaat Penelitian........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekstraksi Gigi................................................................................. 3

B. Indikasi Pencabutan Gigi Decidui.................................................................... 3


C. Indikasi Pencabutan Gigi Permanen................................................................. 4
D. Kontra Indikasi Pencabutan Gigi...................................................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................................... 9
B. Saran................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Exodontie merupakan ilmu yang mempelajari tentang pencabutan gigi yang baik dan
benar, yakni aman, higines, dan tanpa rasa sakit disertai penanggulangan komplikasi yang
baik sebelum, saat dan setelah tindakan. Exodontie adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang bagaimana cara mengeluarkan (ekstraksi) gigi secara efektif dan segala
perawatan yang menyertainya.1
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa
menimbulkan rasa sakit, dengan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan penyangga
sehingga luka bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan
kompilasi. Setiap operator harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang dilakukan
merupakan tindakan yang ideal, dan dalam rangka untuk mencapai tujuan itu operator harus
menguasai teknik pencabutan gigi yang benar. Adapun tujuan dari pendidikan Ilmu
Pencabutan Gigi, antara lain:
1. Mampu memahami cara-cara manipulasi pencabutan gigi dengan aman dan higienis
dan tidak sakit
2. Dapat memahami dan menanggulangi komplikasi baik pada saat maupun setelah
pencabutan gigi, misalnya jika terjadi perdarahan, syncope atau infeksi.1
Ilmu pencabutan gigi ditunjang pula oleh ilmu-ilmu lain yang merupakan dasar atau
berhubungan erat/langsung dengan tindakan pencabutan gigi, antara lain: farmakologi, ilmu
penyakit dalam, dental anatomi, rontgenologi dan ilmu alat-alat kedokteran gigi (PPAKG).
Ilmu-ilmu tersebut dipahami sehingga bisa bekerja efisien mungkin, aman, higienis,dan
terhindar dari komplikasi. Hilangnya atau dicabutnya gigi terutama pada usia muda akan
membuat gigi-gigi yang lainnya bergerak.1

B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu ekstraksi gigi ?
2. Apa saja indikasi pencabutan gigi decidui ?
3. Apa saja indikasi pencabutan gigi permanen ?

1
4. Apa saja kontra indikasi pencabutan gigi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekstraksi gigi.
2. Untuk mengetahui indikasi pencabutan gigi decidui.
3. Untuk mengetahui indikasi pencabutan gigi permanen.
4. Untuk mengetahui kontra indikasi pencabutan gigi.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami indikasi dan
kontra indikasi pencabutan gigi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekstraksi Gigi


Ekstraksi gigi adalah menghilangkan gigi. Jika saraf gigi telah mati atau gigi telah
terinfeksi sangat parah, pencabutan merupakan satu-satunya cara. Pencabutan gigi bisa
dilakukan dengan cara yang sederhana ataupun pencabutan yang rumit.2
Ekstraksi gigi merupakan proses pencabutan atau pengeluaran gigi dari tulang alveolus,
dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga
merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang
dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan disatukan oleh gerakan lidah dan
rahang.3
Persyaratan /penilaian sebelum melakukan tindakan pencabutan gigi antara lain:
1. Morfologi mahkota gigi.
2. Morfologi akar gigi (impaksi, ankylosis, hipersementosis).
3. Kepadatan tulang disekitar gigi.
4. Hubungan antar gigi dan struktur anatomi penting lainnya.
5. Kelainan pada gigi atau tulang yang mengelilinginya.4

B. Indikasi Pencabutan Gigi Decidui


Adapun hal-hal yang menjadi suatu keadaan khusus pada gigi sulung tersebut sehingga
diperolehkan untuk tindakan ekstraksi (indikasi):
1. Keadaan gigi dengan karies yang parah dan tidak dapat dilakukan tindakan restorasi
(konservasi gigi).
Pada keadaan karies gigi posterior yang hingga perforasi bifurkasi, malah tidak
memungkinkan dilakukan perawatan mempertahankan gigi didalam soketnya. Mengingat
hal tersebut, sebaiknya dilakukan ekstraksi pada gigi sulung.5
2. Gigi sulung yang sudah waktunya tanggal namun belum tanggal atau persistensi.
Sehingga dengan adanya gigi sulung tersebut dilengkung rahang, kemungkinan untuk
terjadinya disharmony dento-maksilofacial akan semakin tinggi.5

3
3. Gigi yang impacted dan menghalangi erupsi gigi tetap.
Menghalangi disini dalam arti bukan mengganggu proses perkembangan gigi permanen
yang belum erupsi, namun space yang seharusnya digunakan untuk tempat erupsi gigi
permanen tidak cukup untuk gigi tersebut erupsi. Maka crowded akan terjadi pada daerah
tersebut.5

C. Indikasi Pencabutan Gigi Permanen


Dibawah ini adalah beberapa contoh indikasi dari pencabutan gigi permanen antara lain:
1. Karies yang parah
Sejauh ini gigi yang karies merupakan alas an yang tepatt bagi dokter gigi dan pasien
untuk dilakukan tindakan pencabutan.6
2. Nekrosis pulpa
Adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversible yang tidak diindikasikan untuk perawatan
endodontik, perawatan endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal untuk
menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk pencabutan.6
3. Penyakit periodontal yang parah
Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa waktu, maka akan
Nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas gigi yang irreversible. Dalam
situasi seperti, gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut.6
4. Alasan orthodontik
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering membutuhkan pencabutan gigi
untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi yang paling sering diekstraksi adalah
premolar satu rahang atas dan bawah, tetapi pre-molar kedua dan gigi insisivus juga
kadang-kadang memerlukan pencabutan dengan alasan yang sama.6
5. Gigi yang retak
Indikasi ini jelas untuk dilakukan pencabutan gigi, bahkan prosedur restorative
endodontik dan kompleks tidak dapat mengurangi rasa sakit akibat gigi yang retak
tersebut.6

6. Pra-prostetik ekstraksi

4
Terkadang gigi mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari peralatan prostetik
seperti gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan cekat sehingga perlu
dicabut.6
7. Gigi Impaksi
Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan. Jika terdapat
sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang
tidak memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut.6
8. Supernumary gigi
Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi impaksi yang harus
dicabut. Gigi supernumary dapat mengganggu erupsi gigi dan memiliki potensi untuk
menyebabkan resorpsi gigi tersebut.6
9. Gigi yang terkait dengan lesi patologis
Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan pencabutan. Dalam
beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi endodontik dapat dilakukan. Namun,
jika mempertahankan gigi dengan operasi lengkap pengangkatan lesi, gigi tersebut harus
dicabut.6
10. Gigi yang mengalami malposisi
Jika malposisi gigi menyebabkan trauma jaringan lunak dan tidak dapat ditangani oleh
perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus diekstraksi.6
11. Terapi pra-radiasi
Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral harus memiliki
pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan pencabutan.6
12. Gigi yang mengalami fraktur rahang
Dalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat
dipertahankan, tetapi jika gigi terluka muka pencabutan mungkin diperlukan untuk
mencegah infeksi.6
13. Estetik
Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik.6

14. Ekonomis

5
Semua indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan diatas dapat menjadi kuat jika
pasien jika pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk mendukung
keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut. Ketidakmampuan pasien untuk membayar
prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan pencabutan gigi.6

D. Kontra Indikasi Pencabutan Gigi


Kontra indikasi pencabutan gigi didasarkan beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor Lokal
a. Kontra indikasi ekstraksi gigi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu
infeksi akut jaringan disekitar gigi. Misalnya gigi dengan kondisi abses yang
menyulitkan anastesi.6
b. Sinusitis maksilaris akut. Sinusitis (infeksi sinus) terjadi jika membran mukosa saluran
pernafasan atas (hidung, kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan.
Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus yang bermuara ke rongga hidung.
Akibatnya cairan mucus tidak dapat keluar secara normal. Menumpuknya mucus
didalam sinus menjadi faktor yang mendorong terjadinya infeksi sinus. Pencabutan gigi
terutama gigi premolar dan molar sebaiknya ditunda sampai sinusitisnya teratasi.6
c. Radioterapi kepala dan leher. Alasan melarang ekstraksi dengan keadaan seperti
tersebut diatas adalah bahwa infeksi akut yang berada disekitar gigi, akan menyebar
melalui aliran darah keseluruh tubuh dan terjadi keadaan septikimia. Komplikasi
lainnya adalah osteoradionekrosis.6
2. Faktor sistemik pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan
pertimbangan khusus untuk dilakukan ekstraksi gigi. Bukan kontra indikasi mutlak.
Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan
kondisi riwayat penyakit tersebut, ekstraksi bisa dilakukan dengan prasyaratan bahwa
pasien sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa
dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya komplikasi
sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah pencabutan gigi.6
a. Diabetes mellitus. Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik
profilatik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol
akan mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga
memerlukan pemberian antibiotik profilaksis.6

6
b. Kehamilan bukan kontra indikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi,
karena tidak ada hubungan antara kehamilan dengan pembekuan darah. Perdarahan pada
gusi mungkin merupakan manifestasi dari gingivitis kehamilan/epulis yang disebabkan
pergolakan hormone selama kehamilan. Umumnya kendala bagi ibu hamil adalah ekstraksi
gigi dapat meningkatkan stress, baik oleh nyeri maupun peradangan dari proses pencabutan
gigi yang akan meningkatkan prostaglandin yang berperan dalam kontraksi uterus, namun
hal itu dapat diatasi dengan pemberian analgetik maupun anti inflamasi yang aman bagi ibu
hamil.6
c. Penyakit kardiovaskuler. Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi
ekstraksi gigi. Dengan berkonsultasi, untuk mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter
spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan ekstraksi gigi
tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping
yang diperlukan sebelum dan sesudah dilakukan ekstraksi gigi.6
d. Kelainan darah/Blood Dyscrasia. Pasien-pasien dengan penyakit trombositopeni purpura,
leukemia, anemia, hemofhilia, maupun kelainan darah lainnya sangat penting untuk
diketahui riwayat penyakitnya sebelum dilakukan tindakan ekstraksi gigi. Untuk itu agar
tidak terjadi komplikasi pasca ekstraksi perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan
seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan darah yang tidak normal pada penderita.6
e. Hipertensi bila anastesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokontriktor, pembuluh
darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh dara kecil akan
pecah, sehingga terjadi perdarahan.6
f. Jaundice/Hepatitis. Pasien dengan penyakit hati dapat mengalami gangguan pembekuan
darah oleh karena defisiensi faktor-faktor pembekuan yang dibentuk oleh hati.6
g. Sifilis. Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi
dan penyembuhan lukanya terhambat.6
h. Nefritis. Ekstraksi gigi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat berakibat
keadaan nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter ahli sebelum melakukan ekstraksi gigi.6
i. Toxic goiter. Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis
tiroid, tanda-tandanya yaitu kesadaran turun, gelisah, tidak terkontrol meskipun telah diberi
obat penenang, bahkan kejang, komplikasi lainnya dapat menimbulkan kegagalan jantung.6

7
BAB III
PENUTUP

8
A. Kesimpulan
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa
menimbulkan rasa sakit, dengan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan penyangga
sehingga luka bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan
kompilasi. Setiap operator harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang dilakukan
merupakan tindakan yang ideal, dan dalam rangka untuk mencapai tujuan itu operator harus
menguasai teknik pencabutan gigi yang benar.1
Ekstraksi gigi adalah menghilangkan gigi. Jika saraf gigi telah mati atau gigi telah
terinfeksi sangat parah, pencabutan merupakan satu-satunya cara. Pencabutan gigi bisa
dilakukan dengan cara yang sederhana ataupun pencabutan yang rumit.2
Ekstraksi gigi merupakan proses pencabutan atau pengeluaran gigi dari tulang alveolus,
dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga
merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang
dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan disatukan oleh gerakan lidah dan
rahang.3 Maka dari itu, sebelum kita melakukan ekstrasi gigi atau pencabutan gigi baik itu
gigi decidui maupun permanen kita terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami kontra
indikasi pencabutan gigi dan indikasi pencabutan gigi decidui maupun gigi permanen.

B. Saran
Kami sebagai makhluk biasa tidak lepas dari kesalahan, untuk itu kami mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca demi berkembangnya ilmu
pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

9
1. Drg. Rini Irmayanti Sitanaya M.M.Kes. 2016. Exodontia (Dasar-Dasar Ilmu Pencabutan
Gigi). Yogyakarta: Deepublish.

2. Pontoh, Beatrix. 2014: Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Perubahan Denyut Nadi Pada
Pasien Ekstraksi Gigi Di Puskesmas Tuminting Manado. Jurnal e-GIGI (Eg), Vol. 2 No. 1:
13-17.

3. Brany, Nurrany. 2016: Gambaran Kecemasan Pasien Ekstraksi Gigi Di Rumah Sakit Gigi
dan Mulut (Rsgm) Unsrat. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5 No. 1: 39-45.

4. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/af5a66a902407a
987454f47323a36158.pdf&ved=2ahUKEwj-qM2_rsLoAhVd6nMBHZS-
CEsQFjAPegQIDRAB&usg=AOvVaw0wqgyJBmFmcFKWGbGjDyTm&cshid=1585577411
845

5. https://id.scribd.com/doc/248767564/Indikasi-Dan-Kontraindikasi-Pencabutan-Gigi-Sulung-
LO-1

6. https://id.scribd.com/doc/160690339/Indikasi-Dan-Kontraindikasi-Ekstraksi-Gigi-Dan-
Hubungannya-Dengan-Penyakit

10

Anda mungkin juga menyukai