DISUSUN OLEH :
TRIANA WULANDARI
(185110561)
Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Exodontie
dengan judul makalah “Indikasi dan Kontra Indikasi Pencabutan Gigi”.
Makalah dengan judul “Indikasi dan Kontra Indikasi Pencabutan Gigi” ini dibuat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Exodontie dengan Dosen Pengampu: Bapak Drg. Anses Warman,
M.M.Kes pada kegiatan belajar mengajar Semester IV. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberikan
manfaat pada penulis khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya.
Penulis
Triana Wulandari
i
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulis.................................................................................................. 2
D. Manfaat Penelitian........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekstraksi Gigi................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Exodontie merupakan ilmu yang mempelajari tentang pencabutan gigi yang baik dan
benar, yakni aman, higines, dan tanpa rasa sakit disertai penanggulangan komplikasi yang
baik sebelum, saat dan setelah tindakan. Exodontie adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang bagaimana cara mengeluarkan (ekstraksi) gigi secara efektif dan segala
perawatan yang menyertainya.1
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa
menimbulkan rasa sakit, dengan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan penyangga
sehingga luka bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan
kompilasi. Setiap operator harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang dilakukan
merupakan tindakan yang ideal, dan dalam rangka untuk mencapai tujuan itu operator harus
menguasai teknik pencabutan gigi yang benar. Adapun tujuan dari pendidikan Ilmu
Pencabutan Gigi, antara lain:
1. Mampu memahami cara-cara manipulasi pencabutan gigi dengan aman dan higienis
dan tidak sakit
2. Dapat memahami dan menanggulangi komplikasi baik pada saat maupun setelah
pencabutan gigi, misalnya jika terjadi perdarahan, syncope atau infeksi.1
Ilmu pencabutan gigi ditunjang pula oleh ilmu-ilmu lain yang merupakan dasar atau
berhubungan erat/langsung dengan tindakan pencabutan gigi, antara lain: farmakologi, ilmu
penyakit dalam, dental anatomi, rontgenologi dan ilmu alat-alat kedokteran gigi (PPAKG).
Ilmu-ilmu tersebut dipahami sehingga bisa bekerja efisien mungkin, aman, higienis,dan
terhindar dari komplikasi. Hilangnya atau dicabutnya gigi terutama pada usia muda akan
membuat gigi-gigi yang lainnya bergerak.1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu ekstraksi gigi ?
2. Apa saja indikasi pencabutan gigi decidui ?
3. Apa saja indikasi pencabutan gigi permanen ?
1
4. Apa saja kontra indikasi pencabutan gigi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekstraksi gigi.
2. Untuk mengetahui indikasi pencabutan gigi decidui.
3. Untuk mengetahui indikasi pencabutan gigi permanen.
4. Untuk mengetahui kontra indikasi pencabutan gigi.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami indikasi dan
kontra indikasi pencabutan gigi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Gigi yang impacted dan menghalangi erupsi gigi tetap.
Menghalangi disini dalam arti bukan mengganggu proses perkembangan gigi permanen
yang belum erupsi, namun space yang seharusnya digunakan untuk tempat erupsi gigi
permanen tidak cukup untuk gigi tersebut erupsi. Maka crowded akan terjadi pada daerah
tersebut.5
6. Pra-prostetik ekstraksi
4
Terkadang gigi mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari peralatan prostetik
seperti gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan cekat sehingga perlu
dicabut.6
7. Gigi Impaksi
Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan. Jika terdapat
sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang
tidak memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut.6
8. Supernumary gigi
Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi impaksi yang harus
dicabut. Gigi supernumary dapat mengganggu erupsi gigi dan memiliki potensi untuk
menyebabkan resorpsi gigi tersebut.6
9. Gigi yang terkait dengan lesi patologis
Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan pencabutan. Dalam
beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi endodontik dapat dilakukan. Namun,
jika mempertahankan gigi dengan operasi lengkap pengangkatan lesi, gigi tersebut harus
dicabut.6
10. Gigi yang mengalami malposisi
Jika malposisi gigi menyebabkan trauma jaringan lunak dan tidak dapat ditangani oleh
perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus diekstraksi.6
11. Terapi pra-radiasi
Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral harus memiliki
pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan pencabutan.6
12. Gigi yang mengalami fraktur rahang
Dalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat
dipertahankan, tetapi jika gigi terluka muka pencabutan mungkin diperlukan untuk
mencegah infeksi.6
13. Estetik
Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik.6
14. Ekonomis
5
Semua indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan diatas dapat menjadi kuat jika
pasien jika pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk mendukung
keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut. Ketidakmampuan pasien untuk membayar
prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan pencabutan gigi.6
6
b. Kehamilan bukan kontra indikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi,
karena tidak ada hubungan antara kehamilan dengan pembekuan darah. Perdarahan pada
gusi mungkin merupakan manifestasi dari gingivitis kehamilan/epulis yang disebabkan
pergolakan hormone selama kehamilan. Umumnya kendala bagi ibu hamil adalah ekstraksi
gigi dapat meningkatkan stress, baik oleh nyeri maupun peradangan dari proses pencabutan
gigi yang akan meningkatkan prostaglandin yang berperan dalam kontraksi uterus, namun
hal itu dapat diatasi dengan pemberian analgetik maupun anti inflamasi yang aman bagi ibu
hamil.6
c. Penyakit kardiovaskuler. Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi
ekstraksi gigi. Dengan berkonsultasi, untuk mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter
spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan ekstraksi gigi
tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping
yang diperlukan sebelum dan sesudah dilakukan ekstraksi gigi.6
d. Kelainan darah/Blood Dyscrasia. Pasien-pasien dengan penyakit trombositopeni purpura,
leukemia, anemia, hemofhilia, maupun kelainan darah lainnya sangat penting untuk
diketahui riwayat penyakitnya sebelum dilakukan tindakan ekstraksi gigi. Untuk itu agar
tidak terjadi komplikasi pasca ekstraksi perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan
seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan darah yang tidak normal pada penderita.6
e. Hipertensi bila anastesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokontriktor, pembuluh
darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh dara kecil akan
pecah, sehingga terjadi perdarahan.6
f. Jaundice/Hepatitis. Pasien dengan penyakit hati dapat mengalami gangguan pembekuan
darah oleh karena defisiensi faktor-faktor pembekuan yang dibentuk oleh hati.6
g. Sifilis. Pada penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi
dan penyembuhan lukanya terhambat.6
h. Nefritis. Ekstraksi gigi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat berakibat
keadaan nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter ahli sebelum melakukan ekstraksi gigi.6
i. Toxic goiter. Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis
tiroid, tanda-tandanya yaitu kesadaran turun, gelisah, tidak terkontrol meskipun telah diberi
obat penenang, bahkan kejang, komplikasi lainnya dapat menimbulkan kegagalan jantung.6
7
BAB III
PENUTUP
8
A. Kesimpulan
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa
menimbulkan rasa sakit, dengan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan penyangga
sehingga luka bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan
kompilasi. Setiap operator harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang dilakukan
merupakan tindakan yang ideal, dan dalam rangka untuk mencapai tujuan itu operator harus
menguasai teknik pencabutan gigi yang benar.1
Ekstraksi gigi adalah menghilangkan gigi. Jika saraf gigi telah mati atau gigi telah
terinfeksi sangat parah, pencabutan merupakan satu-satunya cara. Pencabutan gigi bisa
dilakukan dengan cara yang sederhana ataupun pencabutan yang rumit.2
Ekstraksi gigi merupakan proses pencabutan atau pengeluaran gigi dari tulang alveolus,
dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga
merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang
dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan disatukan oleh gerakan lidah dan
rahang.3 Maka dari itu, sebelum kita melakukan ekstrasi gigi atau pencabutan gigi baik itu
gigi decidui maupun permanen kita terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami kontra
indikasi pencabutan gigi dan indikasi pencabutan gigi decidui maupun gigi permanen.
B. Saran
Kami sebagai makhluk biasa tidak lepas dari kesalahan, untuk itu kami mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca demi berkembangnya ilmu
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
9
1. Drg. Rini Irmayanti Sitanaya M.M.Kes. 2016. Exodontia (Dasar-Dasar Ilmu Pencabutan
Gigi). Yogyakarta: Deepublish.
2. Pontoh, Beatrix. 2014: Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Perubahan Denyut Nadi Pada
Pasien Ekstraksi Gigi Di Puskesmas Tuminting Manado. Jurnal e-GIGI (Eg), Vol. 2 No. 1:
13-17.
3. Brany, Nurrany. 2016: Gambaran Kecemasan Pasien Ekstraksi Gigi Di Rumah Sakit Gigi
dan Mulut (Rsgm) Unsrat. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5 No. 1: 39-45.
4. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/af5a66a902407a
987454f47323a36158.pdf&ved=2ahUKEwj-qM2_rsLoAhVd6nMBHZS-
CEsQFjAPegQIDRAB&usg=AOvVaw0wqgyJBmFmcFKWGbGjDyTm&cshid=1585577411
845
5. https://id.scribd.com/doc/248767564/Indikasi-Dan-Kontraindikasi-Pencabutan-Gigi-Sulung-
LO-1
6. https://id.scribd.com/doc/160690339/Indikasi-Dan-Kontraindikasi-Ekstraksi-Gigi-Dan-
Hubungannya-Dengan-Penyakit
10