Anda di halaman 1dari 87

MODUL

Mata kuliah : Praktek Komunikasi dlm Kep.Gigi


Kode mata kuliah : KG 309
Program Studi : D III Keperawatan Gigi
Jurusan : Keperawatan Gigi
Semester : III
Tahun Akademik : 2015/2016
Beban Studi : 1SK5

Dosen Pembimbing :
Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes
Asriawal, S.SIT., M.M.Kes
Sainuddin AR. S.SIT.,M.Kes

PRODI D-III KESEHATAN GIGI


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2015

MODUL 3
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

1. Tema Modul : Praktek Ketrampilan Memahami Bahasa Non Verbal


2. Mata Kuliah / Kode : Komunikasi dalam Keperawatan Gigi /KG 309
3. Jumlah SKS : 1 SKS
4. Alokasi Waktu : 1 x l20 menit
5. Semester/TA : III/2015/2016
6. Tujuan
Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa mampu mengaplikasikan komunikasi
teraupetik dalam asuhan keperawatan gigi pada tindakan topikal aplikasi.
7. Gambaran Umum Modul :
Mahasiswa memiliki ketrampilan memahami bahasa non verbal meliputi gerak tubuh,
ekspresi wajah dalam berkomunikasi
8. Pra syarat :
Mahasiswa sudah mendapatkan Materi tentang teknik dasar komunikasi mata kuliah
komunikasi dalam keperawatan gigi pada semester III.
9. Target Kompetensi :
Kompetensi dasar yang akan dicapai meliputi mahasiswa dapat menerapkan ketrampilan
memahami bahasa non verbal.
10. Indikator Ketercapaian :
Indikator pembelajaran yang akan dicapai, mahasiswa mempunyai ketrampilan
memahami bahasa non verbal dalam berkomunikasi.
11. Materi Pembelajaran
Pemahaman terhadap bahasa non verbal akan mendukung lancarnya komunikasi. Hampir
tidak ada manusia yang berkomunikasi tanpa menggunakan dukungan bahasa non verbal.
Bila bahasa menjadi hambatan,maka komunikasi dengan bahasa non verbal justru
menjenbatani adanya hambatan bahasa tersebut.
Fungsi bahasa non verbal:
a. Memberikan kualitas, sikap dan identitas
b. Mendukung dan membantu bahasa verbal
c. Mengganti bahasa verbal
d. Membantu hubungan interpersonal
Beberapa aspek bahasa non verbal:
1) Penampilan : karakteristik fisik
2) Postur tubuh dan gerakan : cara berjalan, cara duduk, gerakan-gerakan tubuh

1
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

3) Gerakan tubuh: gerakan ekspresif dan representatif


4) Ekspresi wajah .
5) Kedekatan: zona intim (0 – 0,5 m), zona personal (0,5 - 1,5 m), zona sosial (1,5 - 3
m), zona publik ( 3 m atau lebih).
12. Strategi Pembelajaran
a. Mahasiswa berdiskusi tentang bahasa-bahasa non verbal
b. Mahasiswa membuat laporan dan menyerahkan ke pembimbing
c. Pembimbing memeriksa dan memberikan penilaian.
13. Sarana Penunjang Pembelajaran :
a. Ruang kelas
b. Preklinik
14. Metode Evaluasi dan Penilaian :
a. Laporan kegiatan di kumpulkan dalam waktu 2 han setelah praktikurn
b. Pembimbing praktek merneriksa laporan dan memberikan penilaian hasil laporan
praktikum yang telah dibuat.
15. Daftar Pustaka
a. Forkom JKG, Buku Ajar Komunikasi Teraupetik
b. Keliat, Budi Ana, 1996. Hubungan teraupetik Perawat-Pasien. EGC. Jakarta
c. Purwanto, G. 1994. Komunikasi untuk perawat
d. Suryani, 2006. Komunikasi Teraupetik dan Praktik
e. Wilkins EM. 2005.Clinical practice of dental hygienest 9th edition. Lippincot
Williams &Wilkins, Massachusetts-USA

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

MODUL 4

1. Tema Modul : Praktek Keterampilan Anamnesis


2
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

2. Mata Kuliah / Kode : Komunikasi dalam Keperawatan Gigi / KG 309

3. Jumlah SKS : 1 SKS

4. Alokasi Waktu : 1 x 100 menit

5. Semester/TA : III/2015/2016

6. Tujuan

Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa mampu menerapkan ketrampilan


anamnesis dalam memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi.
7. Gambaran Umum Modul :
Mahasiswa memiliki ketrampilan anamnesis yang bertujuan untuk mengumpulkan data
yang berkaitan dengan pelayanan dibidang keperawatan gigi.
8. Prasyarat :
Mahasiswa sudah mendapatkan Materi tentang teknik anamnesis pada mata kuliah
komunikasi dalam keperawatan gigi pada semester III.
9. Target Kompetensi :
Kompetensi dasar yang akan dicapai meliputi mahasiswa dapat melakukan anamnesis
untuk menggali informasi atau data pasien atau keluarga yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
10. Indikator Ketercapaian :
Indikator pembelajaran yang akan dicapai, mahasiswa mampu mengaplikasikan teknik
anamnesis yang baik untuk menapatkan datadan informasi yang akuraf pada pasien sesuai
dengan tahapan anamnesis.
11. Materi Pembelajaran
Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan terhadap seseorang yang bertujuan untuk
mengumpulkan data dan orang tersebut. Anamnesis dapat dilakukan oleh seorang dokter
kepada pasiennya, perawat kepada pasiennya atau petugas kesehatan lainnya kepada
pasien. Anamnesis dapat dilakukan pada yang bersangkutan (auto anamnesis) atau kepada
keluarga/teman yang rnengetahui keadaan pasien tersebut (heteroanamnesis).
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam anamnesis:
a. Menunjukkan empati ( kemampuan dapat merasakan dan memahami perasaan orang
lain)
b. Melakukan klarifikasi sehingga tidak keliru dalam menangkap pembicaraan pasien.
d. Mendapatkan umpan balik, sehingga dapat mengetahui pertanyaannya jelas atau tidak.
3
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Proses dalam Anamnesis


1. Menanyakan identitas dan data pribadi yang berkaitan dengan latar belakang pasien
2. Menanyakan keluhan utama meliputi;
a) Riwayat penyakit saat ini (bagian mana yang sakit, bagaimana keluhannya, sejak
kapan)
b) Riwayat penyakit sebelurnnya
c) Riwayat pengobatan yang pernah dilakukan
3. Menanyakan keluhan kesehatan lainnya
12. Strategi Pembelajaran
a. Mahasiswa menyusun SOP proses anamnesis dalam tindakan keperawatan gigi
b. Mahasiswa membuat laporan dan menyerahkan ke pembimbing
c. Pembimbing memeriksa dan memberikan penilaian.
13. Sarana Penunjang Pembelajaran :
a. Ruang kelas
b. Pre klinik
14. Metode Evaluasi dan Penilaian :
a. Laporan kegiatan di kumpulkan dalam waktu 2 hari setelah praktikum
b. Pemfimbing praktek memeniksa laporan dan membenikan penilaian hasil laporan
praktikum yang telah dibuat.

15. Daftar Pustaka


a. Forkom JKG, Buku Ajar Komunikasi Teraupetik
b. Keliat, Budi Ana, 1996. Hubungan teraupetik Perawat-Pasien. EGC. Jakarta
c. Purwanto, G. 1994. Kornunikasi untuk perawat

4
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

d. Suryani, 2006. Komunikasi Teraupetik dan Praktik


e. Wilkins EM. 2005.Clinical practice of dental hygienest 9th edition. Lippincot Williams
& Wilkins, Massachusetts-USA

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

MODUL 5

1. Tema Modul : Praktek Keterampilan Konseling Kesehatan Gigi


2. Mata Kuliah / Kode : Komunikasi dalam Keperawatan Gigi / KG 309

5
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

3. Jumlah SKS : 1 SKS


4. Alokasi Waktu : 1 x l20 menit
5. Semester/TA : III/2015/2016
6. Tujuan
Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa mampu melakukan konseling dalam
bidang keperawatan gigi dan mulut.
7. Gambaran Umum Modul :
Mahasiswa memiliki ketrampilan konseling meliputi prinsip melakukan konseling dan
tahapan melakukan konseling bidang kesehatan gigi dan mulut.
8. Prasyarat :
Mahasiswa sudah mendapat Materi tentang ketrampilan komunikasi tingkat lanjut pada
mata kuliah komunikasi dalam keperawatan gigi pada semester III.
9. Target Kompetensi :
Kompetensi dasar yang akan dicapai meliputi mahasiswa mempunyai ketrampilan
konseling dalam bidang keperawatan gigi dan mulut.
10. Indikator Ketercapaian :
Indikator pembelajaran yang akan dicapai, mahasiswa mampu melakukan konseling
keperawatan gigi dan mulut sesuai dengan tahapan konseling yang tepat.
11. MateriPembelajaran
Konseling adalah komunikasi tatap muka, seseorang membantu orang lain mengambil
keputusan didasarkan pertimbangan dan beberapa alternatif.
Prinsip konseling sebagai berikut:
a. Penerimaan; saat melakukan konseling harus siap dan menerima pasien apa adanya
b. Individual; awalnya ditujukan pada individual namun dapat digunakan untuk
pasangan, keluarga maupun kelompok.
c. Kerahasiaan; segala hal yang dibicarakan dalam proses konseling adalah rahasia
d. Penentu; konselor hanya menawarkan alternatif atau fasilitator bagi pasien dalam
penyelesaian masalah
e. Kontrol emosi
f. Tidak menghakimin; meskipun pasien melakukan sesuatu yang menurut konselor
tidak baik konselor tidak perlu menghakimi.

Keterampilan yang diperlukan dalam konseling :

6
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

1) Relating; konselor harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan klien
2) Observing; selama proses konseling konselor harus mengamati segala hal yang
terjadi dalam proses konseling
3) Listening
4) Questioning
5) Attending behavior; menunjukkan konsentrasi dan kesiapan menerima segala hal
yang dikemukakan klien
6) Talking; cara berbicara konselor dapat memberikan rasa nyaman
7) Summarizing & paraphrasing; konselor dapat meringkas percakapan atau mengulang
percakapan dengan bahasa sendiri.
8) Interpreting
9) Giving interpretation

Tahapan konseling :
a) Pendekatan, dapat dimulai dengan pertanyaan basa basi “apa kabar?”
b) Pengumpulan data; “apa masalahnya”
c) Menentukan hasil sesuai dengan arah yang diinginkan klien “apa yang anda inginkan
akan terjadi?”
d) Mengemukakan alternatif pemecahan masalah; “apa yang dapat kita lakukan
mengenai hal tersebut?”
e) Generalisasi dan pengalihan proses belajar; “apakah anda mau melakukan hal
tersebut?”

12. Strategi Pembelajaran


a. Mahasiswa menyusun SOP konseling kesehatan gigi dan mulut
b. Mahasiswa membuat laporan dan menyerahkan ke pembimbing
c. Pembimbing memeriksa dan memberikan penilaian.

13. Sarana Penunjang Pembelajaran :


a. Ruang kelas
14. Metode Evaluasi dan Penilaian :
a. Laporan kegiatan di kumpulkan dalam waktu 2 hari setelah praktikum
b. Pembimbing praktek memeriksa laporan dan memberikan penilaian basil laporan
praktikum yang telah dibuat.
7
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

15. Daftar Pustaka


a. Forkom JKG, Buku Ajar Komunikasi Teraupetik
b. Keliat, Budi Ana, 1996. Hubungan teraupetik Perawat-Pasien. EGC. Jakarta
c. Purwanto, G. 1994. Komunikasi untuk perawat
d. Suryani, 2006. Komunikasi Teraupetik dan Praktik
e. Wilkins EM. 2005.Clinical practice of dental hygienest 9th edition. Lippincot
Williams &Wilkins, Massachusetts-USA

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

MODUL 6

1. Tema Modul : Praktek Komunikasi Teraupetik Pada Tindakan Preventive


2. Mata Kuliah / Kode : Komunikasi dalam Keperawatan Gigi
3. Jumlah SKS : 1 SKS
8
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

4. Alokasi Waktu : 4 x l00 menit


5. Semester / TA : IV / 2015/2016
6. Tujuan
Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa dapat melakukan komunikasi teraupetik
pada tindakan preventive dalam keperawatan gigi.
7. Gambaran Umum Modul :
Mahasiswa diharapkan memiliki ketrampilan melakukan komunikasi teraupetik sesuai
dengan tahapan-tahapan komunikasi teraupetik yang benar pada tindakan preventive
dalam keperawatan gigi.
8. Prasyarat :
Mahasiswa sudah mendapatkan Materi tentang komunikasi teraupetik pada mata kuliah
komunikasi dalam keperawatan gigi pada semester III.
9. Target Kompetensi :
Kompetensi dasar yang akan dicapai meliputi mahasiswa dapat melakukan komunikasi
teraupetik pada tindakan preventive dalam keperawatan gigi dan mulut.
10. Indikator Ketercapaian :
Indikator pembelajaran yang akan dicapai, mahasiswa melakukan komunikasi teraupetik
pada tindakan preventive dalam asuhan keperawatan gigi ( skaling, topical aplikasi,
fissure sealant) sesuai dengan SOP.
11. Materi Pembelajaran
Tahapan Komunikasi Teraupetik pada Tindakan Preventive dalam Keperawatan Gigi
a. Tahap pra interaksi
Merupakan tahap dimana masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi
dengan orang lain. Pada tahap pra interaksi tindakan preventive dengan melakukan
persiapan operator yang meliputi eksplorasi perasaan, kesiapan keilmuan dan kesiapan
melakukan perawatan.

b. Tahap orientasi
Tahap dimana dimulai ketika perawat bertemu dengan pasien pertama kali. Tahap
orientasi yang dilakukan meliputi identifikasi pasien dan anamnesis.
c. Tahapkerja

9
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Tahap ini merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait dengan
pelaksanaan rencana tindakan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada
tahap
ini operator menjelaskan kegiatan/tindakan preventive yang akan dilakukan.
d. Tahap terminasi
Tahap terminasi merupakan akhir pertemuan perawat dan pasien
12. Strategi Pernbelajaran
a. Mahasiswa membuat skenario komunikasi teraupetik pada tindakan preventive
dentistry (skaling, topikal aplikasi, fissure sealant)
b. Mahasiswa melakukan simulasi komunikasi teraupetik pada tindakan preventive
(skaling, topikal aplikasi, fissure sealant)
c. Mahasiswa membuat laporan dan menyerahkan ke pembimbing
13. Sarana Penunjang Pembelajaran :
a. Ruang kelas
14. Metode Evaluasi :
a. Pembimbing memberikan penilaian hasil simulasi yang dilakukan mahasiswa.
b. Menyusun Laporan kegiatan dan di kumpulkan dalam waktu 2 han setelah praktikum
d. Pembimbing praktek memeriksa laporan dan memberikan penilaian hasil laporan
praktikum yang telah dibuat.

15. Daftar Pustaka


a. Forkom JKG, Buku Ajar Komunikasi Teraupetik
b. Keliat, Budi Ana, 1996. Rubungan teraupetik Perawat-Pasien. EGC. Jakarta

10
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

e. Purwanto, G. 1994. Komunikasi untuk perawat


c. Suryani, 2006. Komunikasi Teraupetik dan Praktik
d. Wilkins EM. 2005.Clinical practice of dental hygienest 9th edition. Lippincot Williams
& Wilkins, Massachusetts-USA

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

MODUL7

1. Tema Modul : Praktek Komunikasi Teraupetik Pada Tindakan Kuratif


2. Mata Kuliah / Kode : Kornunikasi dalarn Keperawatan Gigi / KG 309
3. Jumlah SKS : 1 SKS
11
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

4. Alokasi Waktu : 2 x l00 menit


5. Semester/TA : III/2015/2016
6. Tujuan
Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa dapat melakukan komunikasi teraupetik
pada tindakan kuratif dalam keperawatan gigi.
7. Gambaran Umum Modul :
Mahasiswa diharapkan memiliki ketrampilan melakukan komunikasi teraupetik sesuai
dengan tahapan-tahapan komunikasi teraupetik yang benar pada tindakan kuratif dalam
keperawatan gigi.
8. Prasyarat :
Mahasiswa sudah mendapatkan Materi tentang komunikasi teraupetik pada mata kuliah
komunikasi dalam keperawatan gigi pada semester III.
9. Target Kompetensi :
Kompetensi dasar yang akan dicapai meliputi mahasiswa dapat melakukan komunikasi
teraupetik pada tindakan kuratif dalam keperawatan gigi dan mulut.
10. Indikator Ketercapaian :
Indikator pembelajaran yang akan dicapai, mahasiswa melakukan komunikasi teraupetik
pada tindakan kuratif dalam asuhan keperawatan gigi (penambalan, pencabutan gigi)
sesuai dengan SOP.
11. Materi Pembelajaran
Tahapan Komunikasi Teraupetik pada Tindakan Preventive dalam Keperawatan Gigi
a. Tahap pra interaksi
Merupakan tahap dimana masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi
dengan orang lain. Pada tahap pra interaksi tindakan preventive dengan melakukan
persiapan operator yang meliputi eksplorasi perasaan, kesiapan keilmuan dan kesiapan
melakukan perawatan.

b. Tahap orientasi
Tahap dimana dimulai ketika perawat bertemu dengan pasien pertama kali. Tahap
orientasi yang dilakukan meliputi identifikasi pasien dan anamnesis.
c. Tahap kerja

12
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Tahap ini merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait dengan
pelaksanaan rencana tindakan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada
tahap ini operator menjelaskan kegiatan/tindakan kuratif yang akan di lakukan.
d. Tahap terminasi
Tahap terminasi merupakan akhir pertemuan perawat dan pasien
12. Strategi Pembelajaran
a. Mahasiswa menyusun skenario komunikasi teraupetik tindakan kuratif
b. Mahasiswa melakukan simulasi komunikasi teraupetik pada tindakan kuratif
(penambalan dan perncabutan gigi)
c. Mahasiswa membuat laporan dan menyerahkan ke pembimbing
d. Pembimbing memeriksa dan memberikan penilaian.
13. Sarana Penunjang Pembelajaran :
a. Ruang kelas
14. Metode Evaluasi :
a. Pembimbing memberikan penilaian hasil simulasi yang dilakukan mahasiswa.
b. Menyusun Laporan kegiatan dan di kumpulkan dalarn waktu 2 han setelah praktikurn
c. Pembimbing praktek memeriksa laporan dan memberikan penilaian basil laporan
praktikum yang telah dibuat.

15. Daflar Pustaka


a. Forkom JKG, Buku Ajar Komunikasi Teraupetik
b. Keliat, Budi Ana, 1996. Hubungan teraupetik Perawat-Pasien. EGC. Jakarta
c. Purwanto, G. 1994. Komunikasi untuk perawat

13
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

d. Suryani, 2006. Komunikasi Teraupetik dan Praktik


e. Wilkins EM. 2005 .Clinical practice of dental hygienest 9 th edition. Lippincot
Williams & Wilkins, Massachusetts-USA

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

BAHAN AJAR

Mata kuliah : Komunikasi dalam Keperawatan Gigi

14
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Kode mata kuliah : KG 309


Program studi : D III Keperawatan Gigi
Jurusan : Keperawatan Gigi
Semester :IV
Tahun Akademik : 2015/2016
Beban Studi :1 SKS

Dosen Pembimbing :
Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes
Asriawal, S.SIT., M.M.Kes
Sainuddin AR. S.SIT.,M.Kes

PRODI D-IV KESEHATAN GIGI


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2016

KOMUNIKASI

1. Kompetensi Dasar :
a. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep komunikasi secara umum

15
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

b. Tujuan Instruksional Khusus


1) Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian komunikasi
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan komunikasi
3) Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi komunikasi
4) Mahasiswa mampu menjelaskan proses komunikasi
5) Mahasiswa mampu menjelaskan metode komunikasi
2. Materi
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian
atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna atau perbuatan-
perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dan seseorang kepada orang lainnya,
atau lebih jelasnya suatu pemindahan atau penyampaian informasi mengenai pikiran dan
perasaan-perasaan. Jikalau ingin memaparkan pengertian komunikasi ada begitu banyak
defenisi yang diberikan oleh para ahli hal ini disebabkan begitu banyak sarjana tertarik
mempelajari komunikasi.
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Commucio yang artinya
membagi (Cangara, 2007:18). Berikut ini adalah beberapa pengertian komunikasi:
1) Menurut Everett M. Rogers (Cangara, 2007: 20) seorang pakar Sosiolog Pedesaan
Amerika mengungkapkan defenisi komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.
2) Menurut Carl I. Hoviand (Purba, 2006: 29-30), seorang sarjana psikologi
menyebutkan ilmu komunikasi adalah: “Suatu usaha yang sistematis untuk
merumuskan secara te gas azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk
pendapat dan sikap.”
3) Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau
informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
4) Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dan satu orang ke
orang lain (Davis, 1981).

16
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

5) Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain


(Schram,W)
6) Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak,
dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah
sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang
diharapkan (Effendy, 2000: 13).
7) Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi
dan seseorang ke orang laing (Handoko, 2002:30). Tidak ada kelompok yang dapat
eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna di antara anggota-anggotanya. Hanya
lewat pentranferan makna dan satu orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat
dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari sekedar menanmkan makna tetapi harus
juga dipahami (Robbins,2002:3 10)
b. Tujuan komunikasi
Tujuan Komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk
saling pengertian (mutual undestanding) . Pendek kata agar terjadi penyetaraan dalam
kerangka referensi, maupun dalam pengalaman. Menurut pace,R wayne dkk (cit
Effendy, Ou (1998) tujuan sentral komunikasi terdiri atas tiga tujuan umum yaitu :
1) To secure understanding ( memastikan bahwa komunikan mengerti pesan
yang diterimanya)
2) Rto establish acceptance ( pesan yang sudah diterima harus tersimpanl
terekam didalam otak
3) To motivate action (pesan yang sudah diterima segera dilaksanakan.
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi itu bertujuan
mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan, setiap kali mengadakan
komunikasi sebaiknya perlu meneliti apa yang menjadi tujuan komunikasi.
c. Unsur-unsur komunikasi
Ketika seseorang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu
unsur-unsur komunikasi seperti: sumber, pesan, media, penerima dan efek telah tercakup
didalamnya artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oeh adanya sumber-
sumber tersebut (Cangara, 2007: 22).
Terdapat beberapa unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi antara
lain:

17
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

1) Sumber, sering disebut juga pengirim, komunikator atau source, sender atau
encoder. Secara umum semua peristiwa komunikasi akan melibatkan
sumbersebagai pembuat atau pengirim informasi, sumber bisa terdiri satu orang,
kelompok, organisasi maupun lembaga.
2) Pesan, adalah kata verbal tertulis (written) maupun usan (spoken), isyarat
(gestural), gambar (pictorial) maupun lambang-lambang lainnya yang disampaikan
oleh komunikator kepada komunikan dan dapat dimengerti oleh komunikan atau
dipahami oleh orang lain tidak dapat dikatakan pesan, sebab lambang atau simbol
akan menjadi pesan apabila terdapat kesamaan makna terhadap pesan ataudengan
kata lain dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, baik komunikatormaupun
komunikan.
3) Media, adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang
sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya.
Media dapat dibedakan atas dua yaitu media cetak seperti: surat kabar, majalah.
buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk dsb. Sedangkan
media media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video recording,
komputer, electronic board, audio cassette dll.
4) Penerimal Komunikan, adalah pihak yang menj adj sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber, penerima merupakan elemen penting dalam proses komunikasi
karena jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai
macammasalah yang sering menuntut perbuatan, apakah pada sumber, pesan, atau
saluran.
5) Pengaruh/Efek, dapat terjadi ketika seseorang menerima pesan dapat berupa
pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (Cangara, 2007: 27)
6) Tanggapan Balik, merupakan salah satu umpan balik atau pengaruh yang berasal
dan penerima, contohnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan
sebelum dikirim atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu
mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan.
d. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi adalah:
1) Kendali : komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota dalam
beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan formal
yang formal harus dipatuhi oleh karyawan

18
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

2) Motivasi : komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan


kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana mereka bekerja haik
dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerjajika itu di bawah standar.
3) Pengungkapan emosional : bagi banyak karyawan kelompok kerja mereka
merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di dalam
kelompok itu merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-
anggotamenunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka oleh karena itu
komunikasimenyiarkan ungkapan emosional dan perasaan dan pemenuhan
kebutuhan sosial.
4) Informasi komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan
kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenai
dan menilai pilihan-pilihan alternatif (Robibins,2002:3 10-311).
e. Model Komunikasi
Model teori merupakan suatu bentuk paradigma berfikir yang mencerminkan
arah dan proses komunikasi yang sedang berlangsung, yang akan menunjukkan serta
menggambarkan sebuah kerangka kerja yang bermanfaat untuk menganalisis fenomen
komunikasi yang ada.
Fungsi model dalam sebuah ilmu dapat memberi fungsi antara lain
mengorganisasikan atau mengatur dan menghubungkan serta memperlihatkan
kesamaan diantara data yang ada namun tidak terlihat sebelumnya. Beberapa model
dalam ilmu komunikasi adalah sbb:
1) Model Dasar Komunikasi Satu Arah
Model ini merupakan model komunikasi yang rnenunjukkan proses
komunikasi dengan arah yang menyerupai garis lurus (linear) (Purba, 2006: 48-
50). Adapun model dasar komunikasi satu arah dari beberapa ahli komunikasi
adalah sbb:
a) Model Laswell
Model komunikasi dapat dipahami dengan menjawab : Siapa (who),
berkata apa (says what), melalui saluran apa (in which channel), kepada siapa
(to whom), dengan efek apa (with what effect)
Model ini dikemukakan Lasswel untuk konteks komunikasi massa,
komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Model komunikasi ini
memiliki keuntungan dan kerugian, keuntungannya yaitu dapat menghemat

19
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

waktu dan dana, komunikator terhindar dan pertanyaan-pertanyaan akibat


kehilafan atau kesalahan yang mungkin dilakukan sedangkan kerugiannya
komunikator kehilangan kesempatan untuk memperbaiki komunikasinya pada
masa yang akan datang dan tidak mengetahui efektivitas komunikasi yang telah
dilakukannya.
b) Model Bradolock
Model Bradolock adalah sebuah model linear yang menunjukkan arah garis
lurus atau tidak memiliki banyak perbedaan dengan model Lasswell namun
bedanya menambahkan dua elemen kedalam model Lasswell yang erat
kaitannya dengan tindak komunikasi yaitu pertama situasi yang ada ketika
pesan disampaikan dan kedua apa tujuan komunikator menyampaikan pesan.
c) Model Sharon dan Waver
Model ini juga disebut dengan The Mathematical Theori of
Communication yaitu model yang memiliki dasar komunikasi linear atau satu
arah dengan elemen elemen dasamya sumber informasi, alat penerima, sumber
noise, alat penerima dan tujuan. Dalam model ini Shannon dan Weaver
menambahkan sumber noise (gangguan) dalam proses komunikasi ini
berdasarkan hasil pengalamannya bekerja pada sebuah perusahaan
telekomunikasi.

2) Model Dasar Komunikasi Dua Arah


a. Model Melvin De Fleur
Model teori ini mengkaji lebih dalam serta menerapkan tentang
pemberian makna pada setiap yang transmisikan dalam proses komunikasi
massa. DeFleur mencoba mengaplikasikan dalam sebuah kajian bahwa
‘makna’ dan sumber informasi diubah menjadi pesan yang kemudian oleh
transmitter (penenma) diubah lagi menjadi sebuah informasi, kemudian
informasi yang sampai kepada penerima akan diterima menjadi sebuah pesan
yang kemudian diubah lagi menjadi ‘makna’. Penekanan ‘makna’ yang sama
antara sumber komunikasi dan penerima pesan akan menentukan keberhasilan
proses komunikasi tersebut.
b. Model Osgood & Schramm

20
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Model ini diorientasikan untuk masalah komunikasi yang bersifat


mekanistik dengan mengembangkan teori tentang makna dan proses
psikolinguistik secara umum dan menjadikan sumber, transmitter, serta
penerima sebagai bagian yang terpisah. Model ini mengembangkan model
komunikasi yang mengemukakan bahwa komunikasi yang berlangsung untuk
menyampaikan pengalaman yang sama-sama dimengerti dan dipahami oleh
kedua belah pihak baik sumber maupun penerima.
f. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Komuiikasi mempunyai aneka macam bentuk yang semuanya tergantung dan segi apa
kita memandangnya. Berikut adalah diantaranya :
1) Dan segi penyampaian pesarinya, komunikasi dapat dilakukan secara usan dan
secara tertulis, atau secara elektronik melalui radio, televisi, telepon, internet dan
sebagainya.
2) Dan segi kemasan pesan, komunikasi dapat dilakukan secara verbal (dengan
berbicara) atau dengan non verbal (dengan bahasa isyarat). Komunikasi verbal:
diwakili dalam penyebutan kata-kata, yang pengungkapannya dapat dengan lisan
atau tertulis. Komunikasi non verbal: terlihat dalam ekspresi atau mimik wajah,
gerakan tangan, mata dan bagian tubuh lainnya.
3) Dan segi kemasan keresmian pelaku komunikasi, saluran komunikasi yang
digunakan, dan bentuk kemasan pesan, komunikasi dapat dikategorikan sebagai
bentuk komunikasi formal dan non formal.
4) Dan segi pasangan komunikasi, komunikasi dapat dilihat sebagai:
a. Komunikasi intrapersonal (Infra Personal Communication), ialah proses
komunikasi dalam diii komunikator: pengirim dan pesannya adalah dirinya
sendiri. (Manusia sebagai makhluk rohani);
b. Komunikasi interpersonal (Inter Personal Communication) ialah interaksi
tatap muka antara dua orang atau lebih di mana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menenima
dan menanggapinya secara langsung pula.
g. Jenis Komunikasi
1) Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan

21
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

dengan tatap muka. Komunikasi verbal bìasanya lebih akurat dan tepat
waktu.Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide
atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek,
obserasi dan ingatan. Keuntungan komunikasi verbal dalain tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi verbal,
informasi disampaikan secara verbal atau lisan. Proses penyampaian informasi
secara lisan inilah yang dinamakan berbicara. Kualitas proses komunikasi verbal
ini seringkalì ditentukan oleh intonasi suara dan ekpresi raut muka serta gerakan-
gerakan tubuh atau body language. Maksudnya, kata-kata yang diucapkan akan
lebih j cias apabila disampaikan dengan intonasi suara, mimik dan gerakan-
gerakan yang tepat. Dalam kehidupan sehari-hari, penyampaian dan penerimaan
pesan yang menggunakan kata-kata sering juga menggunakan tulisan. Meskipun
dalam bentuk tulisan tetapi bahasa yang dipakai adalah bahasa lisan.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
a) Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin
sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya
kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan
mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan
lebih mudah untuk dipahami.
b) Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien
dapatmenjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting.
c) Arti denotatifdan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide
yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu
kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis
untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi
dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah

22
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan


terapi, terapi dan kondisi Klien.
d) Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap Klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara
dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata.
e) Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat
dapat menghalangi penerinman pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula
komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan
berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
f) Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan
dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan
perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien
mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan,karena isyarat non-
verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi
dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non verbal informasi disampaikan dengan menggunakan isyarat
(gestures), gerak-gerik (movement), sesuatu barang, waktu, cara berpakaian, atau
sesuatu yang dapat menunjukkan suasana hati atau perasaan pada saat tertentu.
Misalnya, pada saat seseorang sedang sakit, atau mungkin sedang stres.

23
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Komunikasi non-verbal teramati pada:


a. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan
antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar
terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di
dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap
pendengar.
b. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4
menit pertama. Delapan puluh empat persen dan kesan terhadap seseorang
berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status.
Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra
diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi
klien terhadap pelayananlasuhan keperawatan yang diterima, karena tiap
klienmempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat.
c. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan
yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi
nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi
dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rasa tertarik yang tulus terhadap
klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
d. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang
tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih.
Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan
pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi
interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan
diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk
menjadi pengamat yang baik.
e. Sikap tubuh dan langkah

24
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emosi, konsep diri dan
keadaan fisik. Perawat dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dengan
mengarnati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh factor
fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
f. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat
klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika memberikan asuhan
keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan
pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa
keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak
interpersonal sebingga sulit untuk menghindarkan sentuhan.
Pertanyaan Komunikasi

1. Sebutkan dan jelaskan komunikasi non verbal


Jawaban :

a. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan
antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar
terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di
dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap
pendengar.
b. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4
menit pertama. Delapan puluh empat persen dan kesan terhadap seseorang
berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status.
Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra
diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi
klien terhadap pelayananlasuhan keperawatan yang diterima, karena tiap
klienmempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat.
c. Intonasi (Nada Suara)

25
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan
yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi
nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi
dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rasa tertarik yang tulus terhadap
klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
d. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang
tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih.
Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan
pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi
interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan
diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk
menjadi pengamat yang baik.
e. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emosi, konsep diri dan
keadaan fisik. Perawat dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dengan
mengarnati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh factor
fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
f. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat
klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika memberikan asuhan
keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan
pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa
keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak
interpersonal sebingga sulit untuk menghindarkan sentuhan.
2. Sebutkan dan jelaskan bentuk-bentuk komunikasi ?
Jawaban :

1. Kendali : komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota dalam beberapa


cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan formal yang formal harus
dipatuhi oleh karyawan

26
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

2. Motivasi : komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada


para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana mereka bekerja haik dan apa yang
dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerjajika itu di bawah standar.
3. Pengungkapan emosional : bagi banyak karyawan kelompok kerja mereka merupakan
sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu
merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggotamenunjukkan
kekecewaan dan rasa puas mereka oleh karena itu komunikasimenyiarkan ungkapan
emosional dan perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.
4. Informasi komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok
untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenai dan menilai pilihan-
pilihan alternatif (Robibins,2002:3 10-311).

3. Tugas-tugas : Amatilah bahasa non verbal teman anda pada waktu berkomunikasi!
4. Daftar Pustaka:
a. Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan Gigi.EGC.Jakarta.
b. Liliwen, A. (1991), Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.
c. Sulur Joyo S dan Ratnawati H.,2007. Buku Ajar Komunikasi Terapeutik.
Poltekkes
d. Zen.,P.,2013. Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan Profesional.
D-Media. Yogyakarta.

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

Prinsip Dasar dan Faktor yang mempengaruhi Komunikasi


1. Kompetensi Dasar :
a. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar dan faktor yang mempengaruhi
komunikasi
b. Tujuan Instruksional Khusus

27
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

1) Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dasar yang mempengaruhi komunikasi


2) Mahasiswa mampu menyebutkan 5 dan 11 prinsip dasar yang mempengaruhi
komunikasi
3) Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi komunikasi
4) Mahasiswa mampu menyebutkan 4 dan 8 faktor yang mempengaruhi komunikasi
2. Materi
a. Prinsip Dasar yang Mempengaruhi Komunikasi
10) Faktor teknis
Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknis komunikasi. Teknik
komunikasi mencakup unsur-unsur yang ada dalam kornunikator dikala
mengungkapkan pesan menjadi lambing-lambang, kejelian dalam memilih saluran,
metode penyampaian pesan.
11) Faktor Perilaku
Bentuk perilaku yang dirnaksud adalah perilaku komunikan yang bersifat
pandangan yang bersifat apriori,prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana
yang otoriter, ketidakmampuan untuk berubah walaupun salah, sifat yang
egosentris.
12) Faktor situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi misalnya situasi ekonomi,
sosial, politik dan keamanan.
13) Keterbatasan waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak berkomunikasi, atau berkomunikasi
yang tergesa-gesa yang tentu tidak akan bisa memenuhi persyarakatan komunikasi.
14) Jarak Psychologis/status social
Jarak ini terjadi akibat adanya perbedaan status yaitu status sosial maupun status
dalam pekerjaan.
15) Adanya evaluasi terlalu dini
Sering orang sudah mempunyai prasangka atau sudah menanik suatu kesimpulan
sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan.
16) Lingkungan yang tidak medukung
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang
menunjang. Lingkungan yang tidak menunjang yaitu keadaan suhu, rebut/bising,
lingkungan fisik seperti ruangan terlalu sempit.

28
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

17) Keadaan si komunikator


Keadaan fisik dan perasaan komunikator sangat mempengaruhi terhadap berhasil
atau gagalnya komunikasi. Misalnya : komunkator sedang mempunyai masalah
pribadi atau sedang sakit akan mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak jelas
tertangkap sasaran.
18) Gangguan bahasa
a. Komponen semantik; gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan
pada bahasa yang digunakan.
b. Komponen struktur; struktur bahasa yang digunakan ridak sebagaimana
mestinya sehingga membingungkan penerima.
c. Komponen penggunaan/pragmatik; komponen pragmatik meliputi fungsi dan
konteks. Penguasaan komponen ini akan mamapu mengawali, memelihara
komunikasi dan mengakhiri komunikasi.
19) Rintangan fisik
Rintangan yang disebabkan kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga
sulit dicapai, tidak ada sarana telepon danjalur transportasi.
20) Rintangan kerangka berpikir
Disebabkan oleh latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda.
Menurut Mantra (1994) prinsip yang perlu diperhatikan dalam komunikasi adalah
1) Intention (niat); meliputi hal yang akan disampaikan, siapa sasarannya, apa
yang akan dicapai, kapan disampaikan
2) Attention (minat); komunikasi harus didesain sehingga merangsang sebanyak
banyaknya alat indera sipenerima pesan
3) Percention (pandangan); komunikator harus menyamakan persepsi sendiri
dengan persensi sasaran
4) Retention (lekat); pesan harus menarik sehingga sasaran dapat menyimpan
informasi yang diterima.
5) Participation (libat); minat dapat dibangkitkan dengan melibatkan sebanyak
banyaknya pancaindera penerima sasaran.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
1) Perkembangan

29
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Berkomunikasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Agar dapat berkomunikasi


secara efektif, harus mengerti perkembangan bahasa sehingga akan mempengaruhi
cara dan sikap dalam berkomunikasi.
2) Persepsi
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk
oleh harapan dan pengalaman.
3) Sikap, kepercayaan dan nilai-nilai
Kepercayaan dan nilai-nilai seseorang sangat mempengaruhi sikap apa yang akan
diambil pada suatu perintiwa tertentu.
4) Latar belakang sosial budaya
Budaya membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Rintangan budaya karena
adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai yang dianut oleh pihak pihak yang
terlibat dalam komunikasi.
5) Emosi
Emosi mempengaruhi kemampuan untuk menerima pesan dengan benar, serta
menimbulkan tafsir atau tidak mendengarkan pesan yang disampaikan.
6) Pengetahuan
Komunikasi sulit dilakukan jika orang yang berkomunikasi memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda.
7) Peran
Gaya komunikasi sesuai dengan peran seseorang
8) Jenis Kelamin
Percakapan laki-laki sering secara terbuka, langsung sedangkan perempuan sopan,
pasif untuk membentuk hubungan pribadi yang erat.
Pertanyaan Prinsip Dasar dan Faktor yang mempengaruhi Komunikasi
1. Sebutkan dan jelaskan media komunikasi sebagai saluran penyampaian pesan ?
Jawaban :
1)Komunikasi oral; melalui komunikasi tatapmuka melalui telepon, rapat dan
presentasi
2)Komunikasi tertulis; dapat berupa surat, email, leaflet, brosur
3)Komunikasi non verbal ; berupa ekspresi wajah, gerakan, cara berbicara
2. Apa saja yang dapat mempengaruhi komunikasi dalam gangguan bahasa ?
Jawaban :

30
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

a. Komponen semantik; gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan


pada bahasa yang digunakan.
b. Komponen struktur; struktur bahasa yang digunakan ridak sebagaimana
mestinya sehingga membingungkan penerima.
c. Komponen penggunaan/pragmatik; komponen pragmatik meliputi fungsi dan
konteks. Penguasaan komponen ini akan mamapu mengawali, memelihara
komunikasi dan mengakhiri komunikasi.

g. Tugas-tugas : Buatlah makalah tentang komunikasi antara mahasiswa dengan dosen


atau antar mahasiswa dengan mempertimbangkan prinsip dan faktor yang
mempengaruhi dalam berkomunikasi.
h. Daftar Pustaka:
a. Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan Gigi.EGC.Jakarta
b. Liliwen, A. (1991), Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.
c. Sulur Joyo S dan Ratnawati H.,2007. Buku Ajar Komunikasi Terapeutik.Poltekkes
d. Zen., P., 2013. Panduan Komunikasi Efektifuntuk Bekal Keperawatan Profesional.
D-Medika. Yogyakarta.

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

31
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Jenis, Metode dan Media Komunikasi

1. Kompetensi Dasar :
a. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang jenis, metode dan media komunikasi.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1) Mahasiswa mampu menyebutkan jenis korñunikasi
2) Mahasiswa mampu menyebutkan metode komunikasi
3) Mahasiswa mampu menyebutkan media komunikasi
2. Materi
a. Jenis Komunikasi
Berdasarkan kegiatan komunikasi dalam masyarakat, jenis komunikasi dibagi
menjadi:
1) Komunikasi dengan din sendiri (intra personal communication); proses
komunikasi yang terjadi didalam diri individu, terjadi karena adanya seseorang
yang memberi arti terhadap suatu objek yang diamati. Dalam proses pengambilan
keputusan, seseorang dihadapkan pada pilihan “Ya atau Tidak”.
2) Komunikasi antar pribadi (inter personal communication); komunikasi yang
berlangsung antar dua orang atau lebih secara tatap muka.
32
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

3) Komunikasi publik (public communication); proses komunikasi dimana pesan


yang disampikan oleh pembicara dalam situasi tatapmuka didepan kahalayak
yang lebih besar.
4) Komunikasi massa (mass communication); proses komunikasi dimana pesan
dikirim dan sumber yang melembaga (reporter, penyiar) kepada khalayak yang
bersifat massai melalui alat yang bersifat mekanis (TV, radio, surat kabar)
Berdasarkan arah pesan, jenis komunikasi dibagi menjadi:
1) Komunikasi satu arah ; pesan yang disampaikan oleh sumber kepada sasaran
dimana sasaran tidak ada kesempatan untuk memberi umpan balik atau bertanya.
Kelebihan :komunikasi bisa beriangsung cepat. Kekurangan : kemungkinan
sasaran salah menafsirkan pesan yang diterima.
2) Komunikasi timbal balik; pesan disampaikan kepada sasaran kemudian sasaran
memberikan umpan balik. Kelebihan : mengurangi salah tafsir , kerugian : jika
tidak dikendalikan akant berlarut-larut.
Berdasarkan sifak interaktif, jenis komunikasi dibagi menjadi:
1) Komunikasi antar personal; komunikator berkomunikasi dengan seseorang
atau sekelompok dengan efek dan umpan balik langsung.
2) Komunikasi Massa; komunikasi secara tidak langsung melalui media dan
sifatnya satu arah serta sasarannya adalah massa.

Ada 2 macam komunikasi yaitu:


a) Komunikasi bermedia massa; komunikasi yang dilakukan jika komunikan
jumlah banyak dan tempat tinggal jauh.
b) Komunikasi bermedia nirmassa; komunikasi dilakukan untuk orang-orang
tertentu, media yang digunakan : telepon, brosur, kaset.
Berdasarkan penyampaian, jenis komunikasi adalah:
1) Komunikasi verbal
Proses komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat sehingga komunikasi
verbal ini sama artinya dengan komunikasi kebahasaan. Beberapa hal yang penting
dalam komunikasi secara verbal yaitu:
a) Penggunaan bahasa; perlu mempertimbangkan pendidikan klien, tingkat
pengalaman, dan kemahiran berbahasa
b) Kecepatan

33
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Pembicaraan yang dilakukan dengan cepat pendengar tidak dapat merespon


pesan. Kecepatan yang sesuai akan memberikan kesempatan pembicara untuk
berpikir jernih tentang apa yang diucapkan.
c) Voice tone
Menunjukkan gaya ekspresi yang digunakan dalam bicara. Bicara dengan
suara keras berbeda dengan suara yang lembut/pelan.
2) Komunikasi non verbal
Proses komunikasi yang menggunakan bahasa gambar, bahasa sikap, bahasa
tubuh.
Macam-macam komunikasi non verbal terdiri dari :
a) Kinesics
Merupakan komunikasi yang dilakukan melalui gerakan tubuh seperti ekspresi
muka, gesture, gerakan tubuh dan gerak mata
b) Paralanguage
Beberapa komponen paralanguage yaitu kualitas suara, vokal tanpa distorsi :
tertawa, merintih, hembusan nafas, nafas panjang.
c) Proxemics
Jarak hubungan dalam interaksi sosial meliputi jarak pribadi, jarak interaksi.
d) Sentuhan
Sentuhan merupakan alat komunikasi yang sangat kuat. Sentuhan
dapatmenimbulkan reaksi positif maupun negatif tergantung orang yang terlibat
dan lingkungan sekeliling interaksi tersebut.
e) Cultural acfifact
Interaksi seseorang dengan orang lain mungkin dengan rangsangan nonverbal
misalnya pakaian, kosmetik, parfum dll.

f) Gaya berjalan
Gaya berjalan menunjukkan pesan tertentu misalnya cara berjalan yang
bersemangat menunjukkan seseorang dalam keadaan sehat sedangkan berjalan
dengan menyeret dapat menunjukkan sedih.
g) Penampilan fisik umum
Kulit kering dan berkerut mengkomunikasikan bahwa orang tersebut
mengalami dehidrasi

34
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

b. Model Komunikasi
Ada tiga model komunikasi yaitu:
1) Model analisis dasar komunikasi; model ini dinilai sebagai model kiasik, belum
menempatkan media dalam proses komunikasi.

Sumber Pesan Penerima

2) Model proses komunikasi;

Message

Encoder Decoder
Interpreter Interpreter
decorder Encoder

Message

3) Model Komunikasi partisipasi


a) Komunikasi pola roda
B

E A C

b) Komunikasi pola rantai

A B C D

35
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

c) Komunikasi pola lingkaran

B
E

D C

d) Komunikasi pola bintang

B
E

D C

c. Media Komunikasi
Berdasarkan fungsinya media komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Komunikasi massa : penerapan teknologi radio dan audiovisual (TV, radio, media
cetak)
2) Media pribadi (kaset, video kaset)
3) Media interpersonal (telepon, teleks)
4) Media pengumuman
Media komunikasi sebagai saluran penyampaian pesan dapat berupa :
4) Komunikasi oral; melalui komunikasi tatapmuka melalui telepon, rapat dan
presentasi
5) Komunikasi tertulis; dapat berupa surat, email, leaflet, brosur
6) Komunikasi non verbal ; berupa ekspresi wajah, gerakan, cara berbicara

36
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Pertanyaan Jenis, Metode dan Media Komunikasi


1. Sebutkan macam-macam komunikasi non-verbal ?
Jawaban :
a) Kinesics
Merupakan komunikasi yang dilakukan melalui gerakan tubuh seperti ekspresi
muka, gesture, gerakan tubuh dan gerak mata
b) Paralanguage
Beberapa komponen paralanguage yaitu kualitas suara, vokal tanpa distorsi :
tertawa, merintih, hembusan nafas, nafas panjang.
c) Proxemics
Jarak hubungan dalam interaksi sosial meliputi jarak pribadi, jarak interaksi.
d) Sentuhan
Sentuhan merupakan alat komunikasi yang sangat kuat. Sentuhan
dapatmenimbulkan reaksi positif maupun negatif tergantung orang yang terlibat
e) dan lingkungan sekeliling interaksi tersebut.
f) Cultural acfifact
Interaksi seseorang dengan orang lain mungkin dengan rangsangan nonverbal
misalnya pakaian, kosmetik, parfum dll.
g) Gaya berjalan
Gaya berjalan menunjukkan pesan tertentu misalnya cara berjalan yang
bersemangat menunjukkan seseorang dalam keadaan sehat sedangkan berjalan
dengan menyeret dapat menunjukkan sedih.
h) Penampilan fisik umum
Kulit kering dan berkerut mengkomunikasikan bahwa orang tersebut
mengalami dehidrasi

2. Dalam media komunikasi hal-hal apa saja yang berdasarkan fungsi media komunikasi ?
Jawaban :
1. Komunikasi massa : penerapan teknologi radio dan audiovisual (TV, radio, media
cetak).
2. Media pribadi (kaset, video kaset).

37
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

3. Media interpersonal (telepon, teleks).


4. Media pengumuman

3. Tugas-tugas : Buatlah makalah tentang model komunikasi yang ada di masyarakat


4. Daftar Pustaka:
a. Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan Gigi.EGC.Jakarta
b. Liliwen, A. (1991), Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. PT Cìtra Aditya Bakti.
c. Sulur Joyo S dan Ratnawati H.,2007. Buku Ajar Komunikasi Terapeutik. Poltekkes .
d. Zen., P., 2013. Panduan Komunikasi Efektifutuk Bekal Keperawatan Profesional.
D-Medika, Yogyakarta.

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

38
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Hubungan Antar Manusia (HAM)

1. Kompetensi Dasar :
a. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep, tujuan, faktor yang mendasari, tahapan
hubungan antar manusia.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1) Mahasiswa marnpü menjelaskan konsep hubungan antra manusia
2) Mahasiswa mampu rnenjelaskan tujuan hubungan antar manusia
3) Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mendasari hubungan antar manusia
4) Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang menentukan hubungan antar manusia
5) Mahasiswa dapat menjelaskan tahapan dalam hubungan antar manusia
2. Materi
a. Pengertian HAM
Hubungan antar manusia adalah kemampuan mengenali sifat, tingkah laku,
pribadi seseorang. Ruang lingkup hubungan antar manusia dalam arti luas adalah
interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu kehidupan untuk
memperoleh kepuasan hati. Hubungan antar manusia yang merupakan pelaksanaan
ketrampilan dimana seseorang belajar menghubungkan diri dengan lingkungan
sosialnya.
b. Tujuan HAM

39
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Tujuan hubungan antar manusia adalah agar tercapainya kehidupan yang


harmonis yaitu masing-masing orang saling kerjasama dengan menyesuaikan diri
terhadap satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan karena di dalam
masyarakat/lingkungan sosial, setiap orang mempunyai kepentingan dan harapan yang
herbeda-beda atau bersaing satu sama lain.
Susksesnya hubungan antar manusia sebagai akibat tidak mengabaikan sopan
saatun, ramah tamah, hormat menghormati dan menghargai orang lain dan faktor
etika. Hubungan antar manusia yang baik akan mengatasi hambatan-hambatan
komunikasi. mencegah salah pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat
tabiat manusia yang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan.
Wawancara merupakan salah satu kegiatan yang banyak dilakukan dalam
hubungan antar manusia. Antara lain digunakan dalam pemeriksaan. Dalam
melakukan wawancara aktivitas yang utama terletak pada pewawancara agar
hubungan antar manusia dalam wawancara mendapatkan informasi yang objektif dan
akurat, maka perlu memperhatikan: 1) Cara bertanya yang baik; 2) Sebagaipendengar
yang baik; 3) Bagaimana memulai suatu percakapan; 4) Bagaimana melakukan
anamnese; 5) Memberikan konseling
Menurut Schraem, wawancara yang berhasil jika pesan sesuai dengan
pengalaman. Kondisi yang harus diciptakan yaitu:
d) Pesan harus disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian
yang diwawancarai
e) Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada perjalanan
yang sama antara pewawancara dan yang diwawancarai
f) Pesan harusmembangkitkan kebutuhan pribadi yang diwawancarai dan
menyarankan bagaimana memperolehnya
g) Pesan harus menyarankan jalannya memperoleh kebutuhan sesuai yang
diwawancarai
h) Pesan disesuaikan dengan keadaan pribadi, norma kelompok yang mengikat
yang diwawancari serta situasi dimana pesan disampaikan
c. Faktor Yang Mendasari HAM
Hubungan antar manusia rnelibatkan individu secara utuh baik secara fisik
maupun psikologi. Proses psikologi sangat dominan mendasari hubungan antar
manusia dan merupakan faktor utama yang dalam proses internalisasi antara lain.

40
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

1. Faktor Imitasi
Imitasi atau timan adalah keadaan seseorang yang mengikuti sesuatu diluar
dirinya. Sebelum mengikuti status hal, ia harus memenuhi syarat:
a) Minat perhatian yang cukup besar terhadap hal yang akan diimitasi
b) Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi
c) Seorang meniru suatu pandangan atau tingkah laku karena akan memperoleh
penghargaan sosial yang tinggi.
2. Faktor Sugesti
Sugesti adalah proses seorang individu menerima cara pandang atau pedoman
tingkah laku orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Persyaratan untuk
memudahkan terjadinya sugesti pada seseorang adalah:
a) Hambatan berpikir, karena rangsangan emosional proses sugesti yang terjadi
pada orang tersebut secara langsung menerima tanpa mempertimbangkan
terlebih dahulu segala pengaruh atau pandangan orang lain
b) Pikiran terpecah-pecah, orang yang sedang mengalami pemikiran yang
terpecah-pecah, mudah terjadi sigesti
c) Otoritas atau prestise, proses cenderung terjadi pada orang-orang yang
sikapnya menerima pandangan tertentu dan seseorang yang memiliki keahlian
tertentu sehingga dianggap mempunyai prestise sosial yang tinggi
d) Mayoritas, orang akan mudah menerima pandangan ketika pandangan tersebut
didukung oleh mayoritas golongan atau masyarakat
e) Kepercayaan penuh, penerimaan sikap atau pandangan tanpa pertimbangan
lebih lanjut dikarenakan pandangan tersebut sudah ada pada diri individu yang
bersangkutan
3. Faktor identifikasi
Proses identifikasi berlangsung secara sadar, irrasional, berdasarkan perasaan, dan
berkembang bahwa identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma dan cita-
cita. Menurut Sigmund Freid, identifikasi merupakan cara seseorang anak belajar
norma sosial dan orang tuanya.
4. Faktor Simpati
Simpati adalah perasaan tertarik seseorang terhadap orang lain yang timbul atas
dasar penilaian perasaan.
d. Faktor Yang Menentukan HAM

41
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik antara lain


1. Rasa percaya
Beberapa faktor yang dapat menumbuhkan rasa percaya
a) Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai
dan mengendalikan. Sikap menerima menggerakkan sikap percaya karena
orang mengetahui kita tidak akan merugikan mereka.
b) Empati merupakan faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya diri orang
lain. Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak emosional.
Seseorang menempati din kita secara imajinatif pada posisi orang lain.
c) Kejujuran merupakan faktor ketika yang menumbuhkan sikap percaya diri.
2. Sikap sportif
Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap melindungi diri (defensive)
dalam komunikasi yang terjadi dalam hubungan antar manusia. Orang bersikap
defensive bila tidak menerima, tidak jujur dan tidak empati. Komunikasi
interpersonal akan gagal karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri
dan ancaman yang ditanggapi dalam situasi komunikasi ketimbang memahami
pesan orang lain.
3. Sikap terbuka
Sikap terbuka arnat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi
interpersonal yang efektif.
e. Tahapan HAMlKomunikasi Terapeutik
1. Tahap pra interaksi
a) Merupakan tahap dimana merupakan masa persiapan sebelum berhubungan
dan berkomunikasi dengan orang lain.
b) Langkah yang harus dilakukan adalah:
1) Mengevaluasi diri; melakukan persiapan diri, yaitu memakasimalkan
kemampuan diri dengan jalan meningkatkan pengetahuan,
teknikberwawancara yang baik,menimba pengalaman, meminimalkan
kelemahan diri (rasa cemas, kurang percaya diri dsb)
2) Persiapan tahapan hubungan/interaksi
Meliputi dapatkan data tentang pasien jika memungkinkan, apakah
interaksi yang alcan dilakukan merupakan pertemuan pertama atau
pertemuan lanjutan, apakah tujuan dañ pertemuan tersebut (pengakajian/

42
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

observasi/tindakan perawatan), tindakan yang nantinya akan dilakukan,


bagaimana cara melakukan tindakan tersebut.
3) Rencana interaksi
Meliputi : persiapan tertulis rencana percakapan, teknik berkomunikasi,
teknik observasi selama hubungan dengan orang lain/pasien.
2. Tahap orientasi
a) Tahap dimana dimulai ketika perawat berternu dengan pasien pertama kali
b) Untuk menggali dan mendapat informasi yang akurat dan objektif perlu
menggunakan teknik komunikasi dalam wawancara
c) Dalam tahap ini antara perawat dan pasien saling bertukar pikiran dan
membuat penilaian tentang perilaku masing-masing
d) Ada 5 kegiatan pokok :
1) Testing
Pasien sering “menguji” perawat karena kesulitan klien untuk mengetahui
kebutuhannya yang harus dibantu oleh perawat. Ketakutan untuk
rnengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan kecemasan yang
dirasakan sering menyebabkan kebutuhan pasien berubah-ubah. Perawat
yang menyadari dan mengetahui keraguan yang dialami pasein saling
niengidentifikasi nama masing-masing. Perawat tidak harusdefensif tetapi
sebaiknya menjadi terbuka dan menunjukkan perhatian yang ikhlas
tentang kondisi pasien.
2) Building trust
Rasa percaya (trust) menjadikan seseorang mengikuti apa yang dikatakan
dan meminta seseorang tanpa ragu-ragu atau menimbulkan pertanyaan.
Pemberian perawatan yang tulus dan mengekspersikan perhatian demi
kesehatan pasein merupakan kekuatan untuk menciptakan rasa percaya
pada pasien.
3) Identification of problem and goals
Pada awal bertemu dengan klien,’ pada saat itu pula perawat telah
memulai mengkaji status kesehatan pasien melalui pengalamatan dan
interaksi yang terjadi, perawat mulai membuat diagnosis masalah yang
dihadapi pasien

43
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

4) Clarification of role
Setelah masalah teridentifikasi, perawat dan pasien bersama-sama
menetapkan tujuan yang akan dicapai. Ketika pasien mampu
berpartisipasi dalam pembuatan tujuan tersebut dan memahami
keuntungan yang akan diraih, intervensi keperawatan yang dilakukan
akan lebih efektif.
5) Contract formation
Perawat melakukan kontrak kerja dengan pasien berdasarkan tujuan yang
sudah disepakati.
3. Tahapkerja
a) Tahap ini merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait
dengan pelaksanaan rencana tindakan yang sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai
b) Perawat harus bekerja keras untuk mengetahui tujuan yang ditetapkan pada
tahap sebelumnya
c) Terbagi dalam 2 kegiatan pokok yaitu:
1) Menyatukan proses komunikasi dengan tindakan keperawatan
2) Membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan
d) Fokus tahap ini adalah rnerubah perilaku mal adaptif menjadi adaptif
4. Tahap terminasi
a) Merupakan akhir pertemuan perawat dan pasien
b) Meliputi : evaluasi hasil kegiatan dan evaluasi tindak lanjut

f. Teori Hubungan Antar Manusia


1. Teori Jahari Window
Dasar utama untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas adalah
analisa diri. Fokus analisa diri penting adalah kesadaran diri klarifikasi nilai,
eksplorasi perasaan,kemampuan menjadi model dan rasa tanggung
jawab.Khususnya dalam berhubungan dengan pasien anak, perawat perlu mengkaji
pengalaman masa kanak-kanaknya karena dapat mempengaruhi interaksi. Dengan
mengetahui sifat diri sendiri diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara
terapeutik untuk menolong pasien tanpa merusak intentas diri. Adapun analisa diri
menurut Johari Window meliputi:
a. Kesadaran diri
44
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Perawat perlu menjawab pertanyaan “siapa saya”. Perawatan harus dapat


mengkaji
1 2
Diketahui oleh diri sendiri dan orang Hanya diketahui olah orang lain
lain
3 4
Hanya diketahui oleh diri sendiri Tidak diketahui oleh siapapun

Kuadran 1; kuadran yang terdiri dari perilaku, pikiran dan perasaan


yang diketahui oeh individu dan orang lain di sekitarnya. Kuadran 2; sering
disebut kuadran buta karena hanya diketahui oleh orang lain Kuadran 3; disebut
rahasia karena hanya diketahu oleh individu.
Ada 3 prinsip yang dapat diambil dan Johari Window, yaitu
1) Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain
2) Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau
kesadaran dirinya kurang
3) Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri yang
tinggi
Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara yaitu:
1) Mempelajari diri sendiri
Proses eksplorasi din sendiri tentang pikiran, perasaan, perilaku, pengalaman
yang menyenangkan, hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi
2) Belajar dan orang lain
Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik dan orang lain. Aspek
yang negatif memberi kesadaran bagi individu untuk memperbaikinya
sehingga individu akan selalu berkembang setiap umpan balik
3) Membuka diri
Keterbukaan merupakan salah satu kriteria kepribadian sehat. Untuk ini
harus ada teman intim yang dapat dipercaya tempat menceritakan hal yang
merupakan rahasia.
Proses peningkatan kesadanan din sering menyakitkan dan tidak
mudah,khususnya jika ditemukan konflik dengan ideal diri tetapi hal ini
merupakan tantangan untuk berubah dan tumbuh

45
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

b. Klarifikasi nilai
Walaupun hubungan perawat dan pasien merupakan hubungan timbal balik,
tetapi kebutuhan pasien selalu diutamakan. Jika perawat mempunyai konflik,
ketidakpuasaan, sebaiknya perawat menyadari dan mengklarifikasi agar tidak
mempengaruhi keberhasilan hubungan perawat dan pasien.
c. Eksplorasi perasaan
Perawat harus terbuka perasaannya. Sewaktu berbicara dengan pasien,
perawat harus menyadani responnya dan mengontrol penampilannya.
d. Kemampuan menjadi model
Perawat dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi serta tidak
didominasi oleh konflik, stres. Perawat diharapkan bertanggung jawab atas
perilakunya, sadar akan kelemahan dan kekurangannya

2. Dimensi komunikasi
Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologi) pada waktu berkomunikasi dengan
pasien. Perawat tidak cukup hanya mengetahui teknik dan isi komunikasi, tetapi
yang penting adalah sikap atau penampilan dalam komunikasi.
Ada 5 sikap untuk menghadirkan din secara fisik, yaitu:
a. Berhadapan; arti dan posisi ini adalah “saya siap untuk anda”
b. Mempertahankan kontak mata; yaitu menghargai pasien dan menyatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi
c. Membungkuk kearah pasien; posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengarkan sesuatu
d. Mempertahankan sikap terbuka; tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi
e. Tetap relaks; tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberi respon pada pasien
Menghadirkan diñ secara psikologi dapat dibagi dalam dua dimensi yaitu:
a. Dimensi respon
Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan dengan pasien untuk
membina hubungan saling percaya dan komunikasi yang terbuka. Respon ini
harus diperhatikan sampai akhir hubungan. Dimensi respon terdiri dan respon
perawat:

46
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

1) Keiklasan; perawat merespon dengan tulus, tidak berpura-pura


2) Menghargai; perawat menerima apa yang dirasakan pasien baik pikiran
dan perasaannya
3) Konkrit; perawat tidak menggunakan terminologi/istilah yang spesifik,
bukan abstrak .
b. Dimensi tindakan
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Sering yang
terjadi diklinik bahwa ketika berhadapan dengan pasien, perawat langsung
masuk ke dimensi tindakan tanpa membina hubungan yang adekuat sesuai
dengan dimensi respon.
Dimensi tindakan terdiri dari:
1) Konfrontasi
a) Ketidaksesuaian antara konsep diri pasien dengan keinginan pasien
b) Ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku pasien
c) Ketidaksesuaian antara pengalaman pasien dengan pengalaman
perawat
2) Kesegeraan
Perawat sensitif terhadap perasaan pasien dan berkeinginan untuk
membantu dengan segera
3) Keterbukaan perawat
Tukar pengalaman akan memberikan keuntungan pada pasien imtuk
mendukung kerjasama
4) Emotional Chatarsis
Pasien diminta bicara tentang hal yang sangat mengganggu dirinya
5) Bermain peran
Melakukan peran pada situasi tertentu
3. I am okey you are okey
Menurut Kubie, teori diatas adalah merupakan teori perkembangan sikap. Analisa
transaksional menyusun klasifikasi 4 kemungkinan sikap hidup berkembang
dengan diri sendiri dan orang lain.
a. Saya tidak okey - kamu okey
b. Saya tidak okey - kamu tidak okey
c. Saya okey - kamu tidak okey

47
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

d. Saya okey - kamu oke

Pertanyaan Hubungan Antar Manusia (HAM)


1. Mengapa tujuan HAM harus diadakan ?
Jawaban :
Tujuan hubungan antar manusia adalah agar tercapainya kehidupan yang harmonis
yaitu masing-masing orang saling kerjasama dengan menyesuaikan diri terhadap satu
dengan yang lain. Hal ini disebabkan karena di dalam masyarakat/lingkungan sosial,
setiap orang mempunyai kepentingan dan harapan yang herbeda-beda atau bersaing satu
sama lain.

2. Bagaimana cara anda menciptakan kondisi yang baik dalam hubungan antar manusia
(HAM) agar responden dapat memahami apa yang kita sampaikan ?
Jawaban :
a. Pesan harus disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian yang
diwawancarai
b. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada perjalanan yang
sama antara pewawancara dan yang diwawancarai
c. Pesan harusmembangkitkan kebutuhan pribadi yang diwawancarai dan menyarankan
bagaimana memperolehnya
d. Pesan harus menyarankan jalannya memperoleh kebutuhan sesuai yang diwawancarai
e. Pesan disesuaikan dengan keadaan pribadi, norma kelompok yang mengikat yang
diwawancari serta situasi dimana pesan disampaikan

4. Tugas-tugas : Buatlah makalah tentang hubungan antar manusia


5. Dafiar Pustaka:
a. Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan Gigi.EGC.Jakarta
b. Liliwen, A. (1991), Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. PT Citra Aditya
Bakti.
c. Sulur Joyo S dan Ratnawati H.,2007. Buku Ajar Komunikasi Terapeutik.
Poltekkes

48
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

d. Zen., P., 2013. Panduan Komunikasi Efektifuntuk Bekal Keperawatan


Profesional. D-Medika. Yogyakarta.

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

Komunikasi Teraupetik

49
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

1. Kompetensi dasar :
a. Tujuan Instruksional Umum : mahahasiswa mampu memahami konsep komunikasi
teraupetik
b. Tujuan Instruksional Khusus :
1) Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian komunikasi teraupetik
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan komunikasi teraupetik
3) Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip komunikasi teraupetik
4) Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan komunikasi teraupetik
2. Materi
a. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah pengiriman pesan antar pengirim dan penerima pesan
dengan interaksi antara keduanya yang bertujuan untuk memberikan ‘pengaobatan’
atau “menyembuhkan”. Dalam konteks pelayanan kesehatan secara keseluruhan
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjalin dengan baik, komunikatif dan
menyembuhkan atau paling tidak melegakan serta membuat pengguna merasa
nyaman dan akhirnya puas.
b. Tujuan Komunikasi terapeutik
Tujuan komunikasi adalah dapat memahami orang lain, menggali perilaku memahami
perlunya memberi pujian, memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu,
untuk menentukan suatu kesanggupan untuk meneliti pola kesehatan, mendorong
untuk bertindak, memberikan nasehat. Ditinjau dan tingkat hubungan komunikasi
terbagi menjadi:
3. Komunikasi intra — personal; terjadi dalam diri individu sendiri, membuat
individu tetap sadar akan kejadian di sekitarnya
4. Komunikasi inter-personal; interaksi antara 2 orang atau kelompok kecil; inti dan
praktik keperawatan; tim kes: Pwt-klien-keluarga-dr,dll
5. Komunikasi massa; kelompok besar: > 10-12 orang; interaksi yang terjadi dalam
kelompok besar.
Ditinjau dan fungsi komunikas terbagi menjadi:
1) Komunikasi intar-personal; untuk berpikir, belajar, merenung nasib,
meningkatkan motivasi
2) Komunikasi inter-personal; meningkatkan hubungan interpersonal, menggali data
masalah, menawarkan ide, memberi dan menerima informasi

50
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

3) Komunikasi massa; mempengaruhi orang banyak, menyampaikan informasi,


perintah/larangan umum/publik

c. Perbedaan komunikasi terapeutik dan komunikasi sosial


Komunikasi Terapeutik Komunikasi sosial
Petugas kesehatan dan pasien / tim kesehatan lain Setiap hari
Akrab bertujuan Dangkal tidak ada tujuan
Berfokus pasien yang membutuhkan Tidak fokus kebersamaan, rasa senang
Petugas kesehatan aktif Terencana atau tidak

d. komponen Komunikasi Terapeutik


Komunikasi mempunyaikomponen yang penting diantaranya sebagai berikut:
2) sender/encoder/komunikator/ pengirim pesan (seseorang yang mempunyai
inisiatif menyampaikan pesan pada orang lain.
3) Message (pesan) informasi yang akan disampaikan oleh pengirim.
4) Channel/media (cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan melalui
penglihatan, pendengaran, rabaan.
5) Decoder/komunikan/penerima pesan/receiver (seseorang yang menerima pesan)
6) Referent/stimulus (memotivasi untuk berkomunikasi dengan orang laian.
Stimulus atau rangsangana ini dapat berupa obyek atau benda, situasi,
pengalaman. Emosi, ide, aktifitas.
7) Tehnik/metode (cara yang dipergunakan dalam mengadakan hubungana dengan
orang lain.
8) umpan balik/feedback ( proses lanjutan dan pesan yang diterima. Penerima pesan
akan memberikan tanggapan atau pesan kembali kepada pengirim pesan sendiri.
Umpan balik ini membantu memberikan kejelasan kepada sender bahwa pesan
yang dikirim dapat diterima dengan tepat oleh penerima atau sebaliknya.
e. Prinsip Komunikasi terapeutik
Menurut Rogers; prinsip komunikasi terapeutik adalah : 1) Perawat
mengenal dirinya, 2) saling menerima,menghargai; 3) perawat memahami pasien:
nilai, kebutuhan: fisik, mental; 4) perawat : kondusif, kelola waktu, kuasa perasaan;
5) jujur & komunikasi terbuka; 6) perawat role model; 7) ekspresi perasaan kontrol;

51
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

8) menolong : kepuasaan; 9) berpegang pada etika; 10) bertanggungjawab : diri


sendiri, orang lain, allah
f. Unsur-unsur dan komponen komunikasi teraupetik
1) Sumber proses komunikasi, 2) pesan-pesan yang disampaikan, 3) penerima, 4)
lingkungan, waktu komunikasi berlangsung.
g. Komponen komunikasi teraupetik
1. Pemberi pesanlkomunikator
Didalam komunikasi teraupetik perawat bertindak sebagai komunikator. Dalam
menyampaikan pesan hendaknya diperhatikan:
a. Pesan yang disampaikan harus sesuai dengan kebutuhan pasien
b. Pesan mempergunakan bahasa yang dapat dimengerti dengan mudah oleh
pasien
c. Diusahakan pesan dapat menarik minat pasien
d. Sikap yang baik alcan memperlancar proses komunikasi, seperti:
1) Sikap terbuka, saling percaya dapat menjadi pendengar yang baik adalah
sikap yang mendukung keberhasilan komunikasi
2) Sernakin baik hubungan antar manusia seseorang makin memperlancar
arus komunikasi
3) Sikap tegas yang ditampilkan sehingga pendengar percaya terhadap
komunikator.
Sedangkan sikap sebaliknya (menghambat komunikasi)
4) Sikap sombong, menyebabkan pendengar enggan dan menolak uraian
komunikator
5) Cara duduk yang angkuh, tidak mau mendengar orang lain adalah sikap
yang tidak terpuji
6) Sikap ragu-ragu menyebabkan pendengar kurang percaya terhadap
komunikator
2. Penerima pesan/komunikan
a. Menerima lambang-lambang yang disampaikan oleh komunikator
b. Membaca sandi / lambang verbal atau non verbal yang disampaikan
komunikator
c. Menyesuaikan pesan yang disampaikan
d. Memberi umpan balik kepada komunikator

52
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

3. Penghubung/Mediator
Perawat dapat berperan sebagai penghubung antara pasien — dokter. Untuk
menjadi penghubung yang baik seorang perawat harus:
a. Menguasai permasalahan yang disampaikan.
b. Mampu melihat situasi dan kondisi dan pasien.
4. Penasehat/Konselor .
Dimasyarakat sering timbul masalah kesehatan dan masyarakat belum mampu
mengatasi masalah tersebut. Peran perawat sebagai penasehatan sehingga seorang
perawat harus mempunyai wawasan luas dalam bidang kesehatan, dengan banyak
membaca dan mengikuti perkembangan teknologi.
h. Tahapan —Tahapan hubungan komunikasi teraupetik
Dalam membina hubungan teraupetik, perawat mempunyai 4 tahap tugas yang harus
diselesaikan sebagai berikut:
1. Tahap prainteraksi
Merupakan tahap dimana perawat belum bertemu klien. Tugas dalam tahap ini
adalah:
a. Mendapatkan informasi tentang klien (medical record/sumber lain)
b. Menean literatur yang berkaitan dengan masalah yang dialami pasien
c. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
d. Menganalisa kekuatan dan kelemahan profesional diri
e. Membuat rencana pertemuan dengan klien
2. Tahap Orientasi/perkenalan
Merupakan tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien. Tugas
perawat dalam tahap ini adalah:
a. Membangun iklim percaya,memahami penerimaan dan komunikasi terbuka
b. Memformulasikan kontrak dengan klien. Komponen kontrak dengan
klienmeliputi : nama perawat, peran yang dirawat dan perawat/klien,
tanggungjawab perawat, tujuan, kerahasiaan, harapan, topik dan waktu
dilakukan interaksi.
3. Tahap kerja
Merupakan tahap dimana perawat memulai kegiatan. Tugas perawat pada tahap
ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap
prainteraksi.

53
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

4. Tahap terminasi
Merupakan tahap dimana perawat akan menghentikan interaksinya dengan
klien.tahapini bisa merupakan terminasi sementara maupun terminasi akhir. Pada
tahap ini perawat mempunyai tugas mengevaluasi kegiatan kerja yang telah
dilakukan secara kognitif, psikomotor maupun afektif. Merencanakan tindak
lanjut dengan klien.

Pertanyaan Komunikasi Terapeutik


1. Sebutkan dan jelaskan komponen dalam komunikasi terapeutik ?
Jawaban :
1. sender/encoder/komunikator/ pengirim pesan (seseorang yang mempunyai inisiatif
menyampaikan pesan pada orang lain.
2. Message (pesan) informasi yang akan disampaikan oleh pengirim.
3. Channel/media (cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan melalui
penglihatan, pendengaran, rabaan.
4. Decoder/komunikan/penerima pesan/receiver (seseorang yang menerima pesan)
5. Referent/stimulus (memotivasi untuk berkomunikasi dengan orang laian. Stimulus
atau rangsangana ini dapat berupa obyek atau benda, situasi, pengalaman. Emosi, ide,
aktifitas.
6. Tehnik/metode (cara yang dipergunakan dalam mengadakan hubungana dengan
orang lain.
7. Umpan balik/feedback ( proses lanjutan dan pesan yang diterima. Penerima pesan
akan memberikan tanggapan atau pesan kembali kepada pengirim pesan sendiri.
2. Sebutkan tahapan-tahapab dalam komunikasi terapeutik ?
Jawaban :
a. Mendapatkan informasi tentang klien (medical record/sumber lain)
b. Menean literatur yang berkaitan dengan masalah yang dialami pasien
c. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
d. Menganalisa kekuatan dan kelemahan profesional diri
e. Membuat rencana pertemuan dengan klien

5. Tugas-tugas : Buatlah makalah tentang komunikasi teraupetik dalam hubungan


perawat dengan pasien

54
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

6. Daftar Pustaka:
a. Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan Gigi.EGC.Jakarta
b. Liliwen, A. (1991), Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. PT Citra Aditya
Bakti.
c. Sulur Joyo S dan Ratnawati H.,2007. Buku Ajar Komunikasi
Terapeutik.Poltekkes
d. Zen., P., 2013. Panduan Komunikasi Efektifuntuk Bekal Keperawatan
Profesional. D-Medika. Yogyakarta.

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

Teknik Komunikasi Teraupetik


1. Kompetensi Dasar :
a. Mahasiswa mampu memahami peran tenaga kesehatan gigi dalam komunikasi
teraupetik,

55
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

b. Mahasiswa mampu memahami teknik komunikasi teraupetik,


c. Mahasiswa mampu memahami ketrampilan dasar komunikasi teraupetik
d. Mahasiswa mampu memahami ketrampilan lanjut komunikasi teraupetik.
2. Materi
A. Peran Tenaga Kesehatan Gigi dalam Pelayanan Kesehatan Cigi
Peran perawat gigi dalam pelayanan kesehatan gigi adalah sebagai benikut:
1) Pemberi Pesan (Komunikator); sesuai kebutuhan, bahasa yang tepat, menarik dan
sikap
2) Penernima pesan (Komunikan); menerima lambang (verbal dan non verbal),
memahami, menyesuaikan pesan,umpan balik’
3) Penghubung ; menguasai permasalahan, melihat kondisi pasien,
4) Konselor
Dasar-dasar komunikasi terapeutik dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
ketrampilan komunikasi dasar dan ketrampilan komunikasi lanjut. Ketrampilan
komunikasi dasar adalah pembukaan gigi dan mengekspresikan diri, ketrampilan
mendengar, ketrampilan bertanya, dan ketrampilan memahami bahasa non-verbal,
ketrampilan memulai percakapan. Ketrampilan komunikasi lanjut adalah
ketrampilan melakukan anamnese dan ketrampilan melakukan konseling.
B. Keterampilan Dasar Komunikasi Teruaptik
1. Ketrampilan Pembukaan Diri
Pembukaan diri berarti adalah mengenali diri sendiri dan mencoba untuk terbuka
dengan orang lain. Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam pembukaan
diri adalah adanya informasi, pikiran, perasaan dan kebutuhan baik masa lalu
maupun masa depan, serta komunikasi disini dan saat ini. Dengan membuka diri,
seseorang akan mempunyai beberapa keuntungan:
a. Menambah pengetahuan diri atau terhadap diri sendiri
b. Mendekatkan hubungan dengan orang lain
c. Meningkatkan komunikasi
d. Mengurangi perasaan bersalah
e. Menarnbah energy
2. Mendengar
Mendengar, sesuatu yang sebetulnya sudah dapat dilakukan sejak manusia
dilahirkan di dunia. Hanya saja mendengarkan dengan baik adalah sesuatu

56
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

yangsulit-sulitgampang,karena pada kenyataannya banyak yang merasa


belumdidengarkan.

Fungsi mendengar secara aktif adalah untuk:


a. Membuat orang yang mengajak bicara memahami atau paling tidak mencoba
untuk memahami
b. Mendorong seseorang untuk bercerita seperti yang dialami benar-benar
c. Memperjelas percekapan antara pendengar dan pembicara
d. Memberikan kesempatan pada orang lain untuk menceritakan hal-hal yang
diceritakan
e. Mencegah pembuatan kesimpulan secara terburu-buru
Prinsip mendengar secara aktif:
a. Penerimaan terhadap orang lain pada saat kita mendengar kita harus bisa
menerima siapa yang kita ajak bicara seperti apa adanya
b. Menghargai perasaan orang lain
c. Toleransi terhadap ‘keahlian’ orang lain meskipun orang yang kita ajak bicara
“cara berbicaranya aneh” kita tetap harus konsentrasi pada isi pembicaraarmya
bukan pada cara berbicaranya
Beberapa cara agar dapat mendengar dengan baik:
a. Konsentrasi
b. Lakukan kontak mata, bila beluin berani menatap matanya, pandanglah titik
diantara dua alis
c. Perlihatkan minat dengan sikap tubuh, sikap tubuh mendengar adalah sedikit
condong ke depan
d. Dorong lawan bicara untuk berbicara
e. Tanyakan kejelasan bila ada yang belum jelas
f. Jangan segan-segan menanyakan secara detail, yang dimaksud detail adalah
rinci, namun masih ada relevansinya dengan topik
g. Ringkas setiap saat dan nanti bila memungkinkan sesering mungkin meringkat
pertanyaan lawan bicara, meski hanya tiga atau empat patah kata.
h. Tinggalkan asosiasi, opini dan pandangan anda
i. Jaga emosi

57
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

j. Jangan memburu-buru orang atau bahkan sampai memperlihatkan kalau anda


terburu-buru
k. Jeda (berhenti sejenak) diperlukan dalam suatu percakapan
Beberapa kesalahan yang sering terjadi:
a. Membandingkan dengan diri sendiri atau orang lain pada saat mendengarkan
b. Membaca pikiran orang yang sedang berbicara
c. Mempersiapkan jawaban
d. Menseleksi yang didengarkan
e. Memberikan nilai
f. Melamun atau kehilangan pikiran sejenak yang disebabkan urang konsentrasi
g. Sikap mendengar yang acuh tak acuh, tidak ada kontak mata
h. Kegagalan mengikuti orang lain berbicara sampai selesai, interupsi terlalu dini
i. Mulai untuk berbicara mengenai cerita anda sendiri
j. Cepat berargumentasi (terlalu bereaksi secara cepat)
k. Memberikan jawaban yang melompat dan pertanyaan karena mungkin anda
bosan mendengarkan topik tersebut
l. Bereaksi secara impulsive
m. Memberikan nasehat sangat awal
n. Mengekspresikan asumsi
o. Memberikan reaksi yang berulang, yang kadang-kadang justru
mempenlihatkan anda tidak serius mendengar.
3. Keterampilan Bertanya
Bertanya sama dengan mendengar, sebetulnya sudah dilakukan manusia sejak
lahir, meski caranya adalah secara naluniah, tidak dipikirkan sama sekali. Dalam
komunikasi terapeutik ketrampilan bertanya adalah mutlak diperlukan. Agar
mendapatkan informasi yang akurat, harus belajar bertanya secara benar dan
efektif, sehingga betul-betul mendapatkan data yang diperlukan.
Fungsi bertanya
a. Memunculkan ide, pandangan, atau perasaan
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik
berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutarna
penggunaan referensi dan Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson
& Kneisi (1920), yaitu:

58
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian


Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa
perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan
dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan
verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan
mendengarkan perhatian adalah dengan:
a. Pandang klien ketika sedang bicara
b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan.
c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan
kaki atau tangan.
d. Hindarkan gerakan yang tidak penlu.
e. Anggukan kepalajika klien membicarakan hal penting atau memrlukan
umpan balik.
f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju.
Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua perilaku
klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan
tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan
sikap perawat yang
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.
c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi
verbal.
d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau
mencoba untuk mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukan
kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang anda ucapkan.”
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan

59
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial


budaya klien.
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan
balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dirnengerti dan
mengharapkan komunikasi berlanjut.
5. Kiarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan
pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian,
karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan
keperawatan.
6. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembiearaan
sehingga lebih spesifik dan dirnengerti. Perawat tidak seharusnya
memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting,
kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
7. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan
hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima
denganbenar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat
non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengarnatan perawat sering
membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah
memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

8. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi
klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan
pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa
percayaklienterhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh
dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya.
9. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan

60
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan


perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi
terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses
informasi. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap
dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi.
Diam terutama berguna pada saatklien harus mengambil keputusan.
10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan
secara singkat. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang
aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan
pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
11. Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan
kesadaran tentang perubahan yang ten adj menghargai klien sebagai
manusia seuthhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya
sendiri sebagai individu.
12. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan
orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti.
Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik
komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topic
pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti
tentangperananya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya
untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ja diharapkan untuk
membuka pembicaraan.

14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan


Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir
seluruhpembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti
apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan

61
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dan


pada mengarahkan diskusi/pembicaraan
15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien
untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dan suatu kejadian
secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian
berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama.
16. Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ja harus melihat segala
sesungguhnya dan perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk
menguraikan persepsinya kepada perawat.
17. Refleksi
“Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide
dan perasaanya sebagai bagian dan dirinya sendiri. Apabila klienbertanya
apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat
menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”.
Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah
berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut,
maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai
kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan
sebagai bagian dan orang lain.
4. Keterampilan Memahami Bahasa Non-Verbal
Pemahaman terhadap bahasa non verbal akan mendukung lancarnya komunikasi.
Hampir tidak ada manusia di dunia yang berkornunikasi tanpa menggunakan
dukungan bahasa non verbal. Bila bahasa menjadi hambatan, maka komunikasi
dengan bahasa non verbal justru menjembatani adanya hambatan bahasa tersebut.
Fungsi bahasa non verbal:
1) Memberikan kualitas, sikap dan identifikasi
2) Mendukung dan membantu hahasa verbal
3) Mengganti bahasa verbal
4) Membantu hubungan interpersonal
Penggunaan bahasa non verbal:
1) Bahasa non verbal yang jelas tanpa didukung bahasa verbal
2) hasa non verbal yang digunakan untuk mendukung bahasa verbal

62
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

3) Bahasa non verbal yang tidak selaras dengan bahasa verbal


Beberapa contoh aspek-aspek bahasa non verbal
1. Penampilan: a). Karakteristik; b). Penampilan
2. Postur tubuh dan gerakan : a). Cara beijalan; b). Cara duduk, c). Gerakan
3. Gerakan tubuh: a) Gerakan ekspresif, d). Gerakan representative
4. Ekspersi wajah
5. Kedekatan : a). Zona intim (O-0,5 meter), b). Zona personal (0,5 — 1,5
meter),
c) Zona sosial (1,5 — 3 meter), d). Zona Publik ( 3 meter atau lebih).
5. Keterampilan Memulai Percakapan
Di dalam komunikasi percakapan adalah inti utama karena pada dasarnya
komunikasi adalah suatu proses yang berkesinambungan antara dua orang atau
lebih, saling tukar informasi dan bereaksi satu sama lain secara kontinyu. Dua
orang atau lebih ini masing-masing bertindak sebagai pengirim (pemberi
informasi) dan penerima (yang menerima informasi), sedangkan informasi yang
dikirimkan disebut pesan (Meer & Neijenhof, 1994).
Oleh karena melibatkan pengirim, penerima dan situasi, maka ada
beberapa faktor yang mempengaruhi situasi seperti:
Situasi Pengirim Penerima Sumber Kesalahan
Tempat Tidak Pengetahuan dan Informasi/pesan
melakukan memahami pengalaman tidak lengkap
komnunikasi pesan yangbakan
disampaikan
Kehadian orang Melibatkan Perasaan/feeling Kesimpulan terlalu
lain yang tidak emosi cepat
berhubungan
Tekanan waktu Penggunaan Perhatian Generalisasi
bahasa yang
berberda /setara
dengan penerima
Hal-hal yang Pandangan, norma Prasangka
menarik dan kebudayaan
perhatian
Motivasi Kesan pertama
Keadaan hati Norma individu
/mood yang tidak sama
dengan yang lain

Empat hal utama dalam melakukan pendekatan

63
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Yang perlu diingat dalam melakukan percakapan adalah perlu ada pendekatan dan
sambung rasa, agar penerima pesan atau pengirim pesan dapat saling percaya.
Pendekatan dapat dilakukan melalui beberapa hal:
1. Membangun kepercayaan
Pendekatan dilakukan memang berfungsi sebagai alat untuk membangun
kepercayaan. Seorang pengirim pesan, terutama dalam rangka komunikasi
terapeutik harus dapat meyakinkan baha dia adalah orang yang tepat untuk
dipercaya. Wajahnya harus dapat mencerminkan perkataan; saya gembira
berada disini dan saya gembira karena anda berada disini. Berdiri atau duduk
dengan tegak. Jangan lupa wajah cerah dan tersenyum (Stuart, 1994)
2. Kembangkan dan tunjukkan empati
Tunjukkan bahwa anda dapat merasakan dan memahami perasaai lawan bicara
anda, namun bukan berarti anda melibatkan emosi dan perasaan anda sendiri.
Empati disini adalah betul-betul menempatkan din dalam diñ lawan bicara,
baik secara pikiran (kognitif), perasaan (afektif) dan tindakan (konatif). Tidak
hanya merasakan segala hal yang dikatakan lawan bicara, tetapi otak dan
tindakan kita akan selaras dengan perasaan kita, tentu saja dengan didukung
bahasa non verbal.
3. Berikan kesempatan ,
Agar lawan bicara dapat mempercayai anda, berikan mereka kesempatan
untuk berbicara, bertanya atau mengungkapkan perasaan mereka
4. Setara
Ingatlah bahwa komunikasi yang dilakukan adalah setara, dalam artian bukan
antara raja dan hamba sahaya, tetapi antara individu yang sederajat dengan
individu atau beberapa individu yang sederajat.
Langkah-langkah melakukan percakapan Didalam melakukan percakapan, faktor-
faktor yang memepengaruhi proses komunikasi yang telah diterapkan sebelumnya
perlu diperhatikan. Selain itu agar percakapan dapat efektifperhatikan langkah-
langkah berikut (Wrigt, 1993):
 Siapa yang diajak berkomunikasi
Perhatikan siapa yang diajak berkomunikasi, satu orang, dua orang atau
beberapa orang? Mereka berasal darimana, latar belakangnya apa? Jangan
lupa dengan hal-hal yang mempengaruhi penerima pesan

64
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

 Tujuan melakukan komunikasi


Pada saat melakukan komunikasi pengirim pesan harus tahu tujuan
komunikasi yang dilakukan. Memberikan informasi, menjawab pertanyaan
dan keluhan atau melakukan konseling
 Persiapan untuk berkomunikasi
Sebelum memulai percakapan, persiapanperlu dilakukan. Bila anda
bertugas untuk memberi informasi, berarti anda harus betul-
betulmenguasai informasi tersebut. Anda akan berhadapan dengan
bermacam sifat, sikap dan perilaku manusia, jadi kemampuan anda
benarbenar dipertaruhkan. Yakinlah bila anda telah mempersiapkan
dengan baik anda akan dapat melakukan tugas sebagai konselor.

C. Keterampilan Lanjut Komunikasi Teraupetik


1. Keterampilan Anamnesis
a. Pengertian
Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan terhadap seseorang yang
bertujuan untuk mengumpulkan data dan orang tersebut. Anamnesis dapat
dilakukan pada orang yang bersangkutan (auto anamnesis) atau kepada
keluarga/teman dekat/orang yang mengetahui keadaan orang/pasien tersebut
(alo anamnesis/heteroanamnesis).
b. Tujuan Anamnesis
1. Membentuk hubungan dokter pasien dengan cara: a). Melakukan sambung
rasa dengan mengucapkan salam, b). Bersikap ramah, sopan dan
mempersiapkan tempat duduk, c). Menjaga suasana serius tapi rileks, d).
Berbicara dengan lafal yang jelas, e). Menggunakan bahasa yang dapat
dipahami, f). Menggali informasi yang diberikan pasien secara detail, tetapi
relevan, g). Menjadi pendengar yang baik, h). Mengetahui bahasa non verbal,
i). Mencatat hasil wawancara, j). Melakukan umpan balik, k). Melakukan
cross check, l). Bersikap netral terhadap pasien, m). Wawancara tidak terkesan
menyeiidiki atau interogasi, n). Menutup wawancara dengan mengucapkan
salam

65
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

2. Menggali informasi medik, dengan menanyakan:


a. Identifikasi dan data yang berkaitan dengan latar belakang pasien
b. Menanyakan keluhan utama
c. Menanyakan keluhan sistem pada semua sistem badan dengan
menanyakan baik yang kemungkinan dirasakan atau tidak, tanpa menggali
keluhan tersebut mengenai durasi, kualitas dan kuantitasnya, dimulai dan
sistem yang terkait diianjutkan dengan keluhan sistem lainnya, juga
tidakmenjadi riwayat penyakit sekarang, dahulu dah keluarga
d. Anamnesis system
Pada proses ini kemampuan dokter/perawat dalam mengeksplorasi system
sistem tubuh pasien sangat ditentukan oleh pemahaman macam-macam
keluhan yang ada pada setiap sistem badan. Lengkap tidaknya keluhan
yang dapat digali oleh dokter dan pasierlnya akan lebih dapat
mengarahkan pada diagnosis yang tepat. Pada prakteknya penelusuran
anamnesis system harus relevan dengan keluhan utama pasien dan dugaan
terhadap diagnosisyang akan ditegakkan, termasuk diagnosis bandingnya.
Tingkat relevansinya keluhan umum dengan keluhan sistem yang akan
digali mencerminkan pemandangan seutuhnya dan kecermatan dokter
kepada pasien.
Agar anamnesis dapat berjalan dengan baik dan lancar, beberapa ketrampilan
komunikasi sebaiknya dimiliki.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam anamnesis adaiah:
1. Menunjukkan empati (empati adalah kemampuan untuk dapat merasakan dan
memahami perasaan orang lain). Empati dapat dilakukan denga memberikan
menjadi pembicara dan pendengar yang baik, dapat bertanya dengan baik, menjaga
suasana, serta memahami bahasa verbal dan non verbal.
2. Melakukan cross check/kiarifikaši sehingga dokter tidak keliru dalam menangkap
pembicaraan pasien. Cross check dapat dilakukan dengan:
a. Melakukan paraphrase
b. Pengulangan bisa dilakukan dengan seluruh kalimat jika perlu
c. ertanyaan dapat menggunakan cara dan bahasa yang henar dan hasil yang sama
d. Cross check dapat dilakukan di akhir anamnesis dengan ringkasan terhadap
data yang telah diungkapkan pasien.

66
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

3. Mendapatkan umpan balik, sehingga dokter dapat mengetahui, pertanyaannya jelas


atau tidak,informasi yang diberikan dapat diterima dengan jelas atau tidak cara
mendapatkan umpan balik adalah sebagai berikut:
a. Bila ada pertanyan mendapatkan jawaban “dahi berkerut”, berarti pasien tidak
paham dengan pertanyaan yang diajukan. Tanyakan pasien : “apakah bapak
kurang begitu jelas terhadap pertanyaan saya?” bila jawabannya ya, cobalah
untuk bertanya kembali, gunakan bahasa yang lebih sederhana dan singkat
b. Setelah anda memberikan nasihat atau informasi, berikan kesempatan pacía
pasfen untuk bertanya, ada fab míõmasi/Ñasïfiat yang kurangfeLas
c. Umpan balik dapat dìberikan paslen setelah selesai anamnesis. Tanyakan pada
pasien apakah ada hal-hal yang kurang jelas, atau pertanyaan yang kurangjelas.
c. Persiapan untuk anamnesis kesehatan gigi dan mulut
Seorang petugas kesehatan gigi (dokter gigi/perawat gigi) bertugas untuk
menggali data pasien dan nantinya menyelesaikan masalab yang dihadapi pasien.
Diantaranya memberikan terapi, memeriksa dan memberjkan penjelasan serta
nasihat. Oleh karena itu petugas kesehatan harus dapat menggali data, menguasai
cara menjelaskan penyakit serta menggali masalah pasien dengan menjelaskan
penyakit pasien dengan detail. Hal-hal yang perlu dipersiapkan melakukan
anamnesis adalah:
1. Persiapan untuk menanggulangi rasa takut dan gugup dengan latihan
2. Persiapan teknik mengumpulkan informasi (semakin banyak informasi yang
anda kuasai akan semakin baik) dengan menyiapkan catatankecil dan
menyiapkan alat bantu
d. Proses dalam anamnesis
Menjalin sambungrasa, kemudian baru menggali identitas dan keluhan
utama. Keberhasilan setiap proses komunikasi sangat dipengaruhi oleh terbinanya
sambung rasa antara pasien dan dokter. Apabila ten adj gangguan sambung sára
yang seharusnya terbina sebagai awal serta pembuka proses komunikasi maka akan
berakibat keengganan pasien untuk wawancara: ketidakpercayaan pasien terhadap
dokter; ketakutan pasien terhadap dokter. Keadaan tersebut sudah barang tenth akan
menyebabkan gangguan komunikasi, sehingga data yang diperoleh dokter tentang
pasien tadi juga kurang akurat.

67
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Data yang mengenai diñ pasien pribadi meliputi Nama, Umur, Jenis
kelamin, Bangsa-suku. Data pribadi yang berkaitan dengan latar belakang pasien:
Tempat tinggal, Pekerjaan, Sosial ekonomi, Data mengenai keadaan fisik.
Data mengenai din pasien maupun yang berkaitan dengan latar belakang
pasien dapat memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
macam keperluan dalam rangka mengelola pasien. Misalnya nama seseorang
dipakai sebagai identitas diñ supaya tidak keliru dengan orang lain. Kadang-kadang
nama juga menunjukkan tentang kaitannya dengan suku atau bangsa tertentu,
tentang agama atau kepercayaan atau status sosial.
Umur seseorang disamping untuk rnelengkapi identitas seseorang, juga
dapat digunakan untuk memikirkan kecenderungan penyakit pada usia tersebut.
Pada orang lanjut usia cenderung terserang penyakit kardiovaskuler atau penyakit
degenerasi.
Jenis kelamin merupakan data mengenai din pasien yang digunakan untuk
melangkapi data pasien. Jenis kelamin juga dapat dikaitkan dengan penyakit
tertentu. Jenis kelamin ini juga dapat dipakai sebagai dasar pemikiran tentang jenis
hormon yang berbeda antara laki-laki dan wanita yang mempengaruhi faal tubuh
secara berbeda pula. Bangsa dan suku tertentu memiliki ketahanan yang berbeda
terhadap penyakit tertentu.
Data pribadi yang berkaitan berkaitan dengan pasien misalnya alamat,
disamping dipakai sebagai identitas dan untukkeperluan surat menyurat, juga dapat
memberikan informasi tentang kondisi Iingkungan yang berkaitan dengan hygiene
dan sanitasi. Alamat juga dapat memberikan gambaran tentang kelas ekonomi
penghuninya. Pekerj ann pasien juga dapat memberikan informasi yang dapat
diperkirakan seberapa tinggi status sosial ekonomi seseorang. Mungkin juga
pekerjaan berkaitan dengan tingginya penghasilan seseorang yang berhubungan
dengan latar belakang pendidikan. Misahiya si A di bidang kesehatan atau teknik,
sebagai lulusan SD, SMP, SMU, Diploma,Si, S2,S3 dsb. Misalnya orang yang
bekerja di pabrik yang bising cenderung ada gangguan pendengarannya dsb.
e. Proses anamnesis dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
Tahapan yang dilakukan dalam anamnesis sebagai berikut:
1. Menanyakan identitas dan data pribadi yang berkaitan dengan latar belakang
pasien

68
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

2. Menanyakan keluhan utama:


a. Riwayat penyakit saat ini/yang menyebabkan pasien dating
1) Bagian mana yang ada keluhan?
2) agaimana keluhannya?
3) Sejakkapan?
4) Bagaimanajika terkena rangsangan mekanis, khemis, thermis?
5) Bagaimana pada malam han?
b. Riwayat penyakit sebelumnya (komponen sama riwayat penyakit saat ini)
c. Riwayat pengobatan gigi yang pernah dilakukan baik medis maupun
tradisional
d. Permintaan pengobatanlperawatan gigi dan pasien
3. Menanyakan keluhan sistem pada semua sistem badan yang berkaitan dengan
penyakit gigi dan mulut dengan menanyakan baik yang kemungkinan dirasakan
atau tidak, tanpa menggali keluhan tersebut mengenai durasi, kualitas dan
kuantitasnya
2. Keterampilan Konseling
Hubungan konseling secara umum dimakriai sebagai hubungan yang membantu
(helping relationship) antara konselor sebagai professional dengan konseli, bertujuan untuk
memudahkan perkembangan individu. Hubungan konseling memiliki makna bagi konselor
maupun konseling dalam upaya mencapai perkembangan konseling. Hubungan terjadi dalam
suasana keakraban, mengacu pada perkembangan potensi dan pemecahan masalah konseli,
disertai komitmen antara kedua pihak.
Pada hubungan konseling, ketulusan, kejujuran, saling menghargai dan keutuhan
konselor dan konseli amat penting. Hubungan konseling terjadi atas persetujuan bersama,
disertai kerjasama, dan konselor harus dapat menunjukkan sebagai pribadi yang mudah
didekati, mudah menerima orang lain, hangat, menampilkan keaslian din dan dapat dipercaya.
Hubungan konseling pada prinsipnya ditekankan bagaimana konselor mampu
mengembangkan hubungan konseling yang ditandai keakraban, keharmonisan, kesesuaian,
kecocokkan, dan saling tank menanik (terbentuk rapport), melalui komunikasi verbal dan non
verbal. Untuk ita hal yang perlu dikuasai konselor adalah menguasai keterampilan dalam
merespon konseli dengan teknik. komunikasi yang benar dan sesuai dengan keadaan konseli
saat itu. Respn yang baik adalah pernyataan-pemyataan verbal dan non verbal yang dapat

69
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

menyentuh merangsang, dan mendorong keterbukaan konseli dalam menyatakan pikiran,


perasaan dan pengalamannya.
Konseling adalah salah satu ketrampilan komunikasi lanjut. Ketrampilan ini juga
dipelajari oleh calon tenaga kesehatan. Tidak hanya dokter, tetapi perawat. Konseling adalah
komunikasi tatap muka, seseorang membantu orang lain mengambil keputusan didasarkan
pertimbangan dan beberapa alternatif. Perbedaan dengan wawancara adalah wawancara
adalah percakapan antara dua orang atau lebih digunakan sebagai awal dan proses konseling.

Beberapa prinsip konseling:


a. Penerimaan — konselor pada saat melakukan konseling harus siap danmenerima
klien/pasien seperti apa adanya
b. Individual — konseling pada awalnya ditujukan pada individu, namun pada
pelaksanaan dan perkembangannya dapat digunakan untuk pasangan, keluarga atapun
kelompok- yang dimaksud individual disini adalah pada penguraian masalah dan
penerapan tindak lanjut adalah untuk individu (meskipun individu itu bagian dar satu
pasangan atau satu keluarga)
c. Kerahasian — segala hal yang dibicarakan di dalam proses konseling adalah rahasia
d. Penentu adalah klien/pasien — konselor disini hanya menawarkan alternative ataupun
menjadi fasilitator bila klien/pasien sudah mempunyai beberapa alternatif
penyelesaian masalah
e. Kontrol emosi — konselor sebaiknya selalu menjaga kondisi ernosinya, baik emosi
marah, sedih maupun gembira
f. Tidak menghakimi — meskipun klien/pasien melakukan sesuatu hal yang menurut
konselor “tidak baik” konselor tidak perlu menghakimi
Beberapa keterampilan merespon yang harus dikuasai konselor baik verbal maupun
nonverbal dalam komunikasi konseling akan diuraikan berikut ini : a) Respon Attending, b)
Perilaku attending, c) Bertanya, d) Minimal Encourage, e) Kiarifikasi, f) Refleksi Perasaan
Empati, g) Paraphrase (Reflection of Content) , h) Attending Summarization (kesimpulan
sementara)
1. Perilaku attending adalah perilaku penampilan yang mencakup komponen kontak
mata, bahasa tubuh, dan bahasa usan yang menghampiri konseli. Perilaku attending
yang baik, merupakan kombinasi ketiga komponen ini, sehingga akan memudahkan

70
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

konselor untuk membuat konseli terlibat pembicaraan dan terbuka. Attending yang
baik akan meningkatkan harga diri konseli, menciptakan suasana aman, memudahkan
ekspresi perasaan konseli secara bebas.
Perilaku penampilan (attending) yang baik:
a. Muka: ekspresi wajah tenang, senyum, ceria
b. Kepala : melakukan anggukan jika setuju
c. Posisi tubuh : agak condong ke arah konseli, jarak perlu diperhatikan tidak terlalu
jauh/dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
d. Tangan : variasi gerakan tangan sesuai dengan ucapan, spontan dan berubah ubah
untuk menekankan ucapan atau sebagai isyarat
e. Mendengarkan aktif penuh perhatian, menunggu ucapan konseli hingga selesai,
tidak memotong pembicaraan konseli, diam, perhatian pada lawan bicara.
2. Bertanya
Pada proses konseling kebanyakan konselor kesulitan untuk membuka
pereakapan dengan konseli. Untuk rnemudahkan membuka percakapan, maka
konselor harusmemiliki keterampilan bertanya melalui pertanyaan terbuka yang
memungkinkan munculnya pernyataan-pernyataan baru dan konseli, rnelalui kalimat
Apa sebabnya dan Mengapa sampai hal itu bisa terjadi , Bagaimana perasaan anda saat
itu , Dapatkah anda menjelaskan kejadian pada saat itu . Pertanyaan konselor dapat
juga bersifat tertutup untuk menjernihkan atau memperjelas informasi, memfokuskan
pembicaraan konseli, memperoleh informasi tertentu.
3. Dorongan Minimal (minimal encouragement)
Upaya utama konselor adalah agar konseli selalu terlibat dalam pembicaraan
dan dirinya terbuka, sehingga pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal
adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan
konseli. Respon yang diberikan oleh konselor sesedikit mungkin dengan tujuan
memberikan kesempatan kepada konseli berbicara lebih lanjut.
Misalnya dengan mengatakan terus , lalu, ya dan ., hm , dapat juga dengan isyarat
anggukan. Dorongan minimal dilakukan secara selektif, pada saat konseli kelihatan
akan mengurani atau menghentikan pembicaraan, atau kurang memusatkan pikirannya
pada pernbicaraan.
4. Klarifikasi, adalah ketrampilan untuk menjemihkan ucapan-ucapan konseli yang
kurang jelas, samar-samar dan agak meragukan.

71
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Tujuan :
a. Memeriksa kembali isi pesan konseli
b. Memperjelas pesan konseli
c. Memeriksa ketepatan pesan konseli dengan persepsi konselor.
5. Refleksi perasaan, merupakan upaya konselor memantuikan kembali perasaan,
pikiran, dan pengalaman yang diungkapkan oleh konseli nelalui pernyataan, intonasi
dan sikap konseli. Ada tiga jenin refleksi, yaitu ; refleksi perasaan, refleksi pikiran,
dan refleksi pengalaman.
Tujuan:
a. Konseli dapat mengungkapkan diri secara luas.
b. Bertanya untuk membuka pereakapan
c. Konselor dapat mendalami masalah yang dialami oleh konseli
d. Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat digunakan dimulai dengan kata-kata:
Apakah , Bagaimana, Dimana, Siapa, Bolehkah
6. Menangkap pesan utama (Paraphrasing)
Konselor perlu menangkap pesan utarna dan ide, perasaan, dan pengalaman yang
dikemukakan konseli. Kemudian menyampaikan kembali kepada konseli dengan
bahasa sederhana dan mudah difahami konseli. Hal ini perlu karena seringkali konseli
mengungkapkan perasaan, pikiran, dan pengalamannya berputar-putar. Biasanya
digunakan kata awal adakah , dan nampaknya
7. Empati, kemampuan konselor untuk memaharni permasalahan konseli, melihat
melalui sudut pandang konseli, peka terhadap perasaan-perasaan konseli, merasa dan
berfikir bersama konseli dan bukan untuk atau tentang konseli, sehingga konselor
mengetahui bagaimana konseli merasakan perasaannya. Selain ifli, konselor dapat
memahami permasalahan konseli tidak hanya pada permukaan, tetapi lebih dalam.
Empati dilakukan bersamaan dengan perilaku attending
Tujuan:
a. Mendorong konseli mengekpresikan perasaan positif maupun perasaan negatif
tentang suatu hal.
b. Membantu konseli untuk lebih merasakan perasaannya secara mendalam agar
lebih sadar akan masaiah yang belum terselesaikan.
c. Membantu konseli untuk mengenali perasaan-perasaan yang mendominasi mereka

72
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

d. Konselor menggunakan pertanyaan terbuka, sehingga memberi peluang kepada


konseli untuk memberikan jawaban yang panjang dan luas.
e. Untuk melakukan empati, konselor harus mampu; mengosongkan perasaan dan
pikiran egoistic, memasuki dunia dalam konseli, melakukan empati primer dengan
mengatakan
Contoh:
a. Saya dapat memahami pikiranmu
b. Saya merasakan kepedihan kamu.
Contoh: Setelah mendengar ungkapanmu, saya menjadi mengerti mengapa
kamu merasa kecewa, dan saya ikut terluka dengan pengalamanmu.
8. Menyimpulkan sementara (Summarization)
Hal ini dilakukan konselor bersama konseli setiap periode waktu tertentu, agar
diperoleh pemahaman terhadap apa yang sudah dibicarakan.
Tujuan:
a. Memberi kesempatan konseli untuk mengambil feedback dan hal yg sudah
dibicarakan
b. Menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap
c. Meningkatkan kualitas diskusi
d. Mempertajam atau memperjelas fokus wawancara konseling
Ketrampilan yang diperlukan dalam konseling
a. Relating — seorang konselor harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan
klien/pasien .
b. Observing — selama proses konseling berlangsung konselor harus mengamati segala
hal yang terjadi dalam proses konseling
c. Listening — bertanya juga merupakan keterampilan dasar yang di dalam proses
konseling
d. Attending behavior — konseling seharusnya menunjukkan konsentrasi dan kesiapan
untuk menerima segala hal yang dikemukakan oleh klien dan mengikuti dañ awa
sampai akhir
e. Talking — cara berbicara seorang konselor juga harus dipelajari, sehingga bahasa non
verbal yang menyertai cara bicara akan bersifat memberikan rasa nyaman dan
menyernbuhkan

73
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

f. Summarizing dan paraphrasing — bila konselor dapat mendengar dengan baik


diharapkan dia akan dapat meringkas percakapan secara keseluruhan ataupun
mengulang percakapan dengan bahasa sendiri (parafrase)
g. Interpreting — dan hal-hal yang dikemukakan atau diamati, konselor harusmampu
menginterpretasi yang telah terjadi pada klien/pasien
h. Giving interpretation — setelah konselor menginterpretasi hasil interperetasi itu perlu
dikemukakan pada klien/pasien untuk diklarisikasi oleh pasien/klien
Agar konseling efektif:
1. Menghargai perasaan dan sikap orang
2. Empati, menempatkan diri kita pada klien/pasien — empati disini adalah betul betul
menempatkan din dalam diri lawan bicara, baik secara pikiran (kognitif), perasaan
(afektit) dan tindakan (konatif). Tidak hanya merasakan segala hal yang dikatakan
lawan bicara, tetapi otak dan tindakan kita akanselaras dengan perasaan kita, tentu saja
dengan didukung bahasa non verbal. Bila empati sulit dilakukan dapat dibatu dengan
mengajukan pertanyaan : apakah rasa takut yang dialaminya? Apakah yang ja
tanyakan? Menurut Goleman (1999) bila anda telah terlatih empati dapat dilakukan
tidak lebih dan 3 menit setelah anda mulai melakukan percakapan
3. Jujur denganperhatian, pertanyaan dan perasaan oarang lain
Tahapan konseling
1. Pendekatan dapat dimulai dengan pertanyaan basa-basi “apa kabar”
2. Pengumpulan data “apa masalahnya?”
3. Menentukan alternatif pemecahan masalah — “apa yang dapat kita lakukan
mengenai hal tersebut?”
4. Generalisasi dan pengalihan proses belajar — “apakah anda mau melakukan hal tersebut”
Tahapan tersebut untuk memudahkan dapat disingkat dengan “gather” yang berarti:
G — greet; berilah salam pada klien secara singkat
A — ask; tanyakan pada klien tentang din mereka
T — tell; beritahu klien tentang alternatif kemungkinan jalan keluar permasalahannya
H — help; bantulah klien memilth kernungkinan alternatif jalan keluar
E — explain; jelaskan masing-masing alternatif jalan keluar tersebut, keuntungan dan
kerugiannya
R — return; doronglah klien kembali untuk tindak lanjut
Selain itu selama prosesnya anda dapat melakukan “clear”:

74
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

C — clarifying ; menjelaskan
L — listening ; mendengarkan
E — encouraging ; mendorong
A — asking for feedback; menyanakan umpan balik
R — repeating ; mengulang
Sikap tubuh pada saat konseling
a. Lakukan kontak mata sewajarnya
b. Tunjukkan sikap tubuh yang terbuka
c. Hadapi klien dengan tulus hati
d. Sedikit membungkukkan badan ke depan
e. Perlihatkan posisi wajar dan tenang
Untuk mudah diingat sikap tubuh pada saat konseling dapat disingkat “ roles”:
R — relating — saatai
O— opening up to client — membuka diri pada klien
L – listening toward client – condongkan diri pada klien
E — establishing eyes contact — memperlihatkan kontak mata
S — smiling and sitting squarely — senyurn dan duduk secara tepat
Paham dasar perilaku manusia yaitu:
1. Sernua perilaku manusia ada penyebabnya dan penyebab ini selalu melibatkan interaksi
yang komplek antar perorangan dan dengan lingkungannya
2. Perilaku manusia ada tujuannya
3. Semua orang sama dalam hal mengalami perasaan dan melakukan tindakan. Dasar
perbedaannya pada mereka bukan perbedaan mengenai jenisnya, tetapi tingkatannya
4. Seseorang dengan lingkungan sosialnya merupakan kesatuan yang saling berhubungan
5. Stres dan konflik adalah sesuatu yang tidakm dapat dihindari. Agar hidup bahagia dan
produktif, manusia harus belajar pola-pola perilaku yangmernungkinkkan
merekamemperbaiki dan mempertahankan perasaanharmonis
6. Cara berfungsi secar psikososial adalah hasil akumulasi dan pengalaman hidup dan
proses sosialisasi
7. Fungsi sosial seseorang dapat berskala dan sangat efeltif sampai tidak efektif sama sekali
8. Disfungsi sosial dpat diperbaiki dengan interventsi terapeutik
Kode etik konseling
1. Mempertahankan kerahasiaan

75
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

2. Memahami akan pembatasan


3. Hindari pertanyaan yang rinci dan tidak relevan
4. Perlakukan klienseperti anda ingin diperlakukan
5. Ingat akan perbedaan perorangan dan pengaruh latar belakang budaya
Penggunaan teknik komunikasi dalam tahap konseling
Proses konseling terdiri atas tiga tahapan, yaitu: (1) tahap awal atau tahap mendefinisikan
masalah, (2) tahap pertengahan disebut juga tahap kerja, dan (3) tahap akhir atau tahap
perubahan dan tindakan (action). Setiap tahapan konseiing memiliki teknik-teknik komunikasi
tertentu. Adapun teknik-teknik yang dapat digunakan pada setiap tahapan konseling, antara
lain:

TAHAP AWAL TAHAP PERTENGAHAN TAHAP AKIIIR


(Definisi Masalah) (Tahap Kerja) (Action)
Attending * Menyimpulkan sementara # Menyimpulkan
Mendengarkan * Mernimpin # Merencanakan
Empati * Memfokuskan # Menilai
Refleksi * Konfrontasi # Mengakhiri
Eksplorasi * Menjernihkan (clarfìcation) konseling
Bertanya * Memudahkan
Menangkap pesan * Mengarahkan
Utama
Mendorong dan * Dorongan minimal
Dorongan minimal * Diam
* Mengambil inisiatif
* Memberi nasehat
* Memberi informasi
* Menafsirkan
(Willis, 2009)

3. Ketrampilan Konsultasi
Didalam praktek sehari-hari, seorang pasien datang ke praktek dokter tidak
semuanya memeniksakan diri. Beberapa di antaranya datang untuk berkonsultasi atau karena
rujukan dan dokter yang merawat sebelumnya. Konsultasi dan menerima rujukanadalah hal

76
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

dua hal yang dikerjakan oleh seorang dokter selain melakukananamnesis,pemeriksaan fisik,
konseling, dan memberikan nasehat.
Pengertian konsultasi menurut Dougherty (cit hershenson, power & Waldo, 1996)
adalah suatu bentuk hubungan tolong menolong yang dilakukan oleh seorang professional
(disebut konsultan). Konsultan memberikan bantuan pada konsultee (dapat keluargalpasien itu
sendiri atau dokter yang merujuk) dalam hubungannya menyelesaikan masalah yang dimiliki
oleh keluarga pasien atau dokter yang merujuk dengan pasiennya.

Kurpius don Brubaker (cit Hershenson, Power &Waldo, 1996) mengemukakan bahwa
konsultasi mempunyai proses sebagai berikut:
1. Pravision
Dalam hal ini proses konsultasi langsung memberikan pelayanan langsung pada
konsultee yang tidak mempunyai waktu atau ketrampilan untuk menyelesaikan
masalahnya. Konsultan membantu menyelesaikan masalahnya dan konsultee bebas
menentukan cara menyelesaikan masalahnya
2. Prescription
Perbedaan dengan proses sebelumnya dalam hal ini kinsultan hanya memberikan
resep/nasehat dan tidak turut membantu proses penyelesaian masalah yang dihadapi
konsultee. Konsultee akan membantu klien atau pasien berdasar resep yang dilakukan
oleh konsultan.
3. Mediation
Dalam hal ini konsultan bertindak sebagai koordinator dan mediator. Konsultan akan
berhubungab dengan konsultee dan kelurgalpasien untuk membantu memcahkan
masalahnya. Dalam praktek sehani-hari sebetulnya inilah proses konsultasi dengan
rujukan. Hanya saja di sini konsultasi akan berhubungan baik dengan dokter yang
merujuk dan pasiennya sendiri
4. Collaboration
Disini secara bersama-sama konsultan dan konsultee membantu keluarga atau pasien
untuk menyelesaikan masalahnya. Dalam praktik sehari-bani kadang diperiukan dokter
yang merawat, dokter konsultannya dan pasien bersama-sama bertemu untuk menentukan
langkah selanjutnya.
Langkah Konsultasi

77
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Dalam melaksanakan konsultasi dan atau menerima rujukan, langkah4angkah yang


dilakukan sebetulnya tidak jauh dan kegiatan anamnesis. Adapun langkah-langkah dalam
melakukan konsultasi adalah:
1. Pembukaan
Dalam hal ini konsultasi memulai percakapan dengan menanyakan latar belakang
kasus yang akan dikonsultasikan. Bila kasusnya adalah rujukan, latar belakangdapat
diketahui dengan membaca surat rujukan dan dengan menanyakan beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan kasus
2. Inti permasalahan
Setelah mendapatkan latar belakang, konsultan dapat langsung memfokuskan pada
permasalahan utamanya. Tenth saja proses ini meliputi proses umpat balik agar inti
permasalahan diketahui dengan pasti.

3. Penyelesaian masalah
4. Langkah berikutnya adalah menyelesaikan masalah (bila dapat diselesaikan pada saat
itu juga), bila memerlukan pemeriksan lebih lanjut, konsultan dapat mengemukakan
tindak lanjut untuk menyelesaikan masalahnya, atau proses langkah selanjutnya
5. Penutupan
Seperti halnya proses anamnesis, konsultasi juga menempuh langkah penutupan. Di
smi konsultan akan meringkas proses dan isi konsultasi, termasuk memberikan
kesempatan bagi konsultee tidak sesuai dengan proses yang terjadi dan isi yang
disampaikan. Setelah ada kesempatan, konsultan dapat memberikan langkah tindak
lanjut yang sebaiknya dilakukan.

Pertanyaan Teknik Komunikasi Terapeutik


1. Bagaimana cara sikap perawat dalam menunjukkan sikap penerimaan terhadap pasien ?
Jawaban :
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.
c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.

78
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk


mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”,
“saya mengikuti apa yang anda ucapkan.”

2. Bagaimana cara anda agar anamnesis bias berjalan dengan baik ?


Jawaban :
1. Menunjukkan empati (empati adalah kemampuan untuk dapat merasakan dan
memahami perasaan orang lain). Empati dapat dilakukan denga memberikan
menjadi pembicara dan pendengar yang baik, dapat bertanya dengan baik, menjaga
suasana, serta memahami bahasa verbal dan non verbal.
2. Melakukan cross check/kiarifikaši sehingga dokter tidak keliru dalam menangkap
pembicaraan pasien.
3. Mendapatkan umpan balik, sehingga dokter dapat mengetahui, pertanyaannya jelas
atau tidak.

5. Tugas-tugas : Buatlah makalah tentang model komunikasi yang ada di masyarakat


6. Daftar Pustaka:
a. Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan Gigi.EGC.Jakarta
b. Liliwen, A. (1991), Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.
c. Sulur Joyo S dan Ratnawati H.,2007. Buku Ajar Komunikasi Terapeutik. Poltekkes
d. Zen., P., 2013. Panduan Kornunikasi Efektifuntuk Bekal Keperawatan Profesional.
D-Medika. Yogyakarta.

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

79
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes


Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes NIP : 196606221989031003 Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes
NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

KOMUNIKASI PERAWAT – PASIEN RAWAT INAP


1. Kompetensi Dasar
a. Mahasiswa mampu memahami teknik komunikasi perawat – pasien
b. Mahasiswa mampu memahami teknik komunikasi teraupetik perawat – pasien
2. Materi
Suasana yang menggarnbarkan komunikasi perawat dengan pasien (komunikasi
teraupetik) adalah apabila dalam komunikasi dengan pasien perawat mendapat gambaran
80
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

yang jelas tentang kondisi sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilkan
serta keluhan yang dirasakan. Gambaran tersebut dapat dii adikan acuan dalam
menentukan masalah keperawatan yang sedang dialami pasien sehingga mampu
membantu mempercepat proses kesembuhan.
Teknik dalam melaksanakan komunikasi terapeutik antara lain menunjukkan
penerimaan, menawarkan informasi, mengklasifikasi, dan menanyakan pertanyaan yang
berkaitan. Mengulangi ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata perawat sendiri,
memfokuskan masalah, menyatakan hasil observasi kepada pasien, meringkas hasil
observasi, memberi penghargaan kepada pasien dan menawarkan diri untuk membantu
serta memberi waktu untuk merefleksikan diri pasien.
Perawat berusaha mengerti pasien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan
pasien. Mendengar merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar
perawat mengetahui perasaan pasien. Beri kesempatan lebih banyak pada pasien untuk
berbicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif. Ketrampilan mendengarkan
dengan sepenuh perhatian meliputi pandang klien ketika berhicara, pertahankan kontak
mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan, sikap tubuh yang menunjukkan
perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan, hindarkan gerakan yang tidak
perlu, anggukkan kepala jika pasien membicarakan hal penting atau memeriukan umpan
balik, condongkan tubuh ke arah lawan bicara. Menerima tidak berarti menyetujui,
menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan
atau ketidaksetujuan. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan
tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan
kepala seakan tidak percaya.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai apa yang disampaikan olehklien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara
berurutan.
1. Mengulangi ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata sendiri. Melalui
pengulangan kembali kata-kata pasien, perawat memberikan umpan balik bahwa
perawat mengerti pesan pasien dan berbarap komunikasi diianjutkan. Klasifikasi
terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide atau pikiran
yang tidak jelas dikatakan oleh pasien. Agar pesan dapat sampai dengan benar,
perawat perlu memberikan contoh yang kongkret dan mudah dimengerti pasien.

81
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

2. Diam saat berkomunikasi dengan pasien akan memberikan kesempatan kepada


perawat dan pasien untuk mengorganisir. Diam memungkinkan pasien untuk
berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses
informasi. Pasien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan
orang lain, atau pasien tidak mampu untuk membuat dirinya mengerti. Memberi
kesempatan kepada pasien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
Biarkan pasien merasa bahwa dia yang memimpin pembicaraan. Menganjurkan untuk
meneruskan pembicaraan.
3. Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan pasien untuk
melihatnya dalam suatu perspektif. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menguraikan persepsinya. Menganjurkan pasien untuk mengemukakan dan menerima
ide dan perasaannya sebagai bagian dan dirinya sendiri. Dengan demikian perawat
mengidentifikasi bahwa pendapat klien adalah berharga dan pasien mempunyai hak
untuk mengemukakan pendapatnya, untuk membuat keputusan, dan memikirkan
dirinya sendiri.
Hal-hal yang dapat menghambat komunikasi antara perawat dengan pasien yaitu:
a. Penggunaan simbol-simbol (istilah medis/ilmiah yang diartikan secara berbeda
atau sama sekali tidak mengerti oleh pasien)
b. Pseudo komunikasi (tetap berkomunikasi dengan lancar padahal sebenamya
pasien tidak sepenubnya mengerti atau mempunyai persepsi yang berbeda tentang
apa yang dibicarakan)
Wawancara dilakukan secara personal yakni antara perawat dan pasien rawat inap.
Hal ini dilakukan agar pasien dalam memperikan data mengenai dirinya sendiri dapat
lebih terbukadan hubungan perawat dan pasien semakin akrab. Sehingga sebagai
seorang perawat dapat memberikan pelayanan secara maksimal dan sesuai dengan
kebutuhan pasien rawat inap.
Ada tigajenis komunikasi yang dimanifestasikan secara teraupetik:
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan adalah
pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.
komunikasi verbal antara perawat dan pasien sifatnya lebih akurat dan tepat
waktu. Penggunaan kata-kata secara oral adalah alat atau simbol yang
dipakaiuntuk mengekspresikan ide atau perasaan perawat dan pasien rawat inap,

82
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

yang membangkitkan respon emosional, atau menguraikan objek, observasi dan


ingatan.
2. Komunikasi Non Verbal
Penyampaian kode nonverbal tersebut merupakan cara yang paling efektif dan
sifatnya menyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Apabila
terjadi pertentangan antara yang diucapkan dan apa yang diperbuat,seseorang
akan cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat kode nonverbal daripada kode
verbal. Oleh karena itu perawat perlu menyadari pesan non verbal yang
ditampakkan klien sebagai upaya menjustifikasikan apa yang diungkapkan dan
dipermasalahkan klien merupakan masalah yang harus segera diuatamakan.
Pertanyaan Komunikasi Perawat – Pasien Rawat Inap
1. Hal-hal yang dapat menghambat komunikasi antara perawat dengan pasien ?
Jawaban :
1. Penggunaan simbol-simbol (istilah medis/ilmiah yang diartikan secara berbeda atau
sama sekali tidak mengerti oleh pasien)
2. Pseudo komunikasi (tetap berkomunikasi dengan lancar padahal sebenamya pasien
tidak sepenubnya mengerti atau mempunyai persepsi yang berbeda tentang apa yang
dibicarakan)

2. Sebutkan jenis komunikasi yang dimanifestasikan secara teraupetik?


Jawaban :
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan adalah
pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.
2. Komunikasi Non Verbal
Penyampaian kode nonverbal tersebut merupakan cara yang paling efektif dan
sifatnya menyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.

7. Tugas-tugas : Buatlah makalah tentang model komunikasi yang ada di masyarakat


8. Daftar Pustaka:
a. Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan Gigi.EGC.Jakarta
b. Liliwen, A. (1991), Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.
c. Zen., P., 2013. Panduan Komunikasi Efektifuntuk Bekal Keperawatan Profesional.

83
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

D-Medika. Yogyakarta.

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

KOMUNIKASI DALAM TUGAS ADMINISTRASI/ASISTENSI DI KLINIK GIGI


1. Kompetensi Dasar
a. Mahasiswa mampu mernahami tugas perawat dalam administrasi di klinik
b. Mahasiswa mampu memahami tugas sebagai asistensi di klinik gigi
c. Mahasiswa mampu melakukan teknik komunikasi yang tepat dalam tugas
administrasi/asistensi di klinik gigi
2. Materi
a. Komunikasi dalam tugas administrasi di klinik gigi
Tugas atau peran dan perawat gigi sendiri di tempat-tempat praktik beragam. Perawat
gigi berperan mendampingi dokter gigi saat pasien menjalankan perawatan,
membantu dokter dalarn pembuatan segala hal yang dibutuhkan dalam perawatan
pasien. atau bahkan di beberapa tempat yang tidak memiliki staff administrasi,
perawat gigi juga berperan sebagai staff administrasi.
Sistem pengelolaan pasien
Dalam mengelola pasien, perawat gigi harus mampu menempatkan diri sebagai dental
asisten dan resepsionis yang mumpuni, seorang perawat gigi harus menguasai teknik
teknik sebagai berikut:
a. Berkomunikasi yang efektifpada waktu menerima dan menangani pasien
b. Mencatat data pasien dengan baik
c. Mengatur sistem perjanjian dan penjadwalan pasien

84
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

d. Memelihara hubungan baik dengan pasien/klien


Sistem pembiayaan/keuangan
Perawat gigi mutlak harus menguasai ketrampilan sebagai kasie, bendahara, akuntansi
dan pegawai asuransi. Teknik-teknik yang harus dikembangkan:
a. Petentuan tarif yang diperhitungkan secara cermat
b. Sistem asuransi dan klaim
c. Sistem pencatatan pemasukan dan pengeluaran keuangan yang akurat
Peranan Manajerial Perawat Gigi
Prinsip manajemen klinik gigi adalah mengenali peran dan tugas yang diemban oleh
seorang perawat gigi. Secara umum, perawat gigi mempunyai “multi peran” dalam
hal ini perawat gigi dapat berperan dan berfungsi sebagai manajer, sektretaris,
resepsionis, tenaga inventarisasi dll.
b. Komunikasi dalam tugas asistensi di klinik gigi
Tugas Perawat Gigi Peran utama perawat gigi adalah membantu dokter gigi dalam
melaksanakan kegiatan pengobatan gigi dan mulut. Adapun tugas dan perawat gigi
dalam suatu instansi bagian poligigi/ptaktek dokter gigi yaitu sebagai berikut:
a. Membuat kapas gulung dan tampon.
b. Menyalakan dan mematikan kompresor.
c. Menyalakan dan mematikan air.
d. Menyalakan dan mempersiapkan dental unit.
e. Mempersiapkan pasien.
f. Mengatur kebutuhan instrumen yang akan digunakan sesuai dengan tata cara yang
diwajibkan, yaitu : mencuci instrument, mensterilkan instrument, meletakkan
instrumen pada dental unit sesuai dengan kebutuhan, menyiapkan obat-obatan,
bahan tambal, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan.
g. Membantu dokter gigi dalam menangani pasien, seperti: memegang saliva ejector,
mempersiapkan gelas kumur dan air, memegang alat sinar, mengaduk bahan-
bahan tambal, memegangi bagian kepala pasien pada saat pencabutan gigi,
memeriksa persediaan bahan dan obat-obatan, mencatat jumlahnya, dan
melaporkan pada dokter gigi sebelum habis terpakai.
3. Tugas-tugas : Buatlah makalah tentang model komunikasi yang ada di masyarakat
4.Daftar Pustaka:
a. Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan Gigi.EGC.Jakarta

85
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR

b. Liliwen, A. (1991), Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.


c. Zen., P., 2013. Panduan Komunikasi Efektifuntuk Bekal Keperawatan Profesional. D-
Medika. Yogyakarta

Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh Disahkan Oleh :


Koordinator Mata Kuliah Ketua Program Studi Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
D.IV Keperawatan Gigi Poltekkes Makassar

Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Syamsuddin AB, S.SIT.,M.M.Kes Muhammad Saleh, S.SIT.,M.M.Kes


NIP : 196606221989031003 NIP : 196606221989031003 NIP : 196707251999031004

86

Anda mungkin juga menyukai