Anda di halaman 1dari 36

MODUL MAHASISWA

PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU

SPKKT ANGKATAN 2015

Tema: Tatalaksana Lesi Ulserasi Oral

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2018
Nama Kegiatan : Early Clinical Exposure/ECE
Bentuk Kegiatan : Skill’s Lab/SPKKT Persiapan OSCE Reguler
Tema : Tatalaksana Lesi Ulserasi Oral
Semester : 7 (tujuh)
Kompetensi Utama :
Sesuai dengan SKDGI tahun 2015, khususnya pada poin sebagai berikut, “Mampu
menerapkan pemikiran logis, kritis, dan teoritis dalam pengembangan keilmuan dan
keterampilan melalui pendidikan dan pendidikan berkelanjutan sehingga mahir melakukan
tatalaksana pasien dan tindakan medik kedokteran secara spesifik dengan mutu dan kualitas
yang terukur berdasarkan prosedur baku”.(13.1)
Kompetensi Penunjang :
Sesuai dengan SKDGI tahun 2015, khususnya pada poin sebagai berikut, “Melakukan
perawatan non bedah pada lesi jaringan lunak mulut”.(13.1.5)
Kemampuan Dasar :
Sesuai dengan SKDGI tahun 2015, khususnya pada poin sebagai berikut,
1. Melakukan perawatan lesi-lesi jaringan lunak mulut.
2. Memelihara kesehatan jaringan lunak mulut pada pasien dengan kompromis medik
ringan.(13.1.5 a,b)
Bahan Kajian :
1. Pembuatan dan pengelolaan rekam medis, informed consent.
2. Komunikasi efektif dokter pasien, komunikasi terapeutik dan Konseling/KIE.
3. Etika Rujukan, Penatalaksanaan gigi mulut dan sistem rujukan berkaitan dengan
kasus kompromis medis, Prinsip tindakan kerjasama terintegrasi secara profesional di
bidang kedokteran dan kedokteran gigi (kolaborasi intra dan inter profesional).
4. Pemeriksaan subyektif, sistem stomatognatik dan keadaan umum,
5. Penentuan indikasi pemeriksaan penunjang laboratorium dan interpretasi hasil: darah,
sitologi, mikrobiologi, radiologi atau biopsi.
6. Analisis kondisi fisik, psikologis dan sosial melalui pemeriksaan klinis untuk
merencanakan penatalaksanaan lebih lanjut.
7. Analisis riwayat penyakit, temuan klinis, laboratoris, radiologis, penyakit gigi mulut.
8. Diagnosis sementara, diagnosis kerja, diagnosis banding dan prognosis penyakit gigi
mulut.
9. Gambaran klinis berbagai penyakit mukosa mulut.
10. Manifestasi berbagai penyakit sistemik di rongga mulut pada pasien medis
kompromis.
11. Rencana pelayanan preventif berdasarkan analisis penyakit serta pemeliharaan
kesehatan jaringan lunak mulut.
12. Rencana perawatan gigi mulut pasien dengan medik kompromis.
13. Prinsip penatalaksanaan dan rencana perawatan lesi-lesi jaringan mulut secara
komprehensif (farmakologi dan non farmakologi) dan rasional sesuai dengan
diagnosis.
14. Prinsip evaluasi hasil perawatan non bedah lesi jaringan lunak mulut.
15. Pemilihan obat dan Penulisan resep.
Muatan pelatihan Keterampilan
A. Setelah menyelesaikan modul pelatihan keterampilan ini, mahasiswa memahami:
1. Pembuatan dan pengelolaan rekam medis, informed consent.
2. Komunikasi efektif dokter pasien, komunikasi terapeutik dan Konseling/KIE.
3. Etika Rujukan, Penatalaksanaan gigi mulut dan sistem rujukan berkaitan dengan kasus
kompromis medis, Prinsip tindakan kerjasama terintegrasi secara profesional di bidang
kedokteran dan kedokteran gigi (kolaborasi intra dan inter profesional).
4. Gambaran klinis berbagai penyakit mukosa mulut.
5. Manifestasi berbagai penyakit sistemik di rongga mulut pada pasien medis kompromis.
6. Prinsip rencana pelayanan preventif berdasarkan analisis penyakit serta pemeliharaan
kesehatan jaringan lunak mulut.
7. Prinsip menentukan rencana perawatan gigi mulut pasien dengan medik kompromis.
8. Prinsip penatalaksanaan dan menentukan rencana perawatan lesi-lesi jaringan mulut
secara komprehensif (farmakologi dan non farmakologi) dan rasional sesuai dengan
diagnosis.
9. Prinsip evaluasi hasil perawatan non bedah lesi jaringan lunak mulut.
10. Prinsip pemilihan obat dan Penulisan resep.

B. Setelah menyelesaikan modul pelatihan keterampilan ini, mahasiswa mampu


melakukan simulasi:
1. Pemeriksaan subyektif, sistem stomatognatik dan keadaan umum,
2. Penentuan indikasi pemeriksaan penunjang laboratorium dan interpretasi hasil: darah,
sitologi, mikrobiologi, radiologi atau biopsi.
3. Analisis kondisi fisik, psikologis dan sosial melalui pemeriksaan klinis untuk
merencanakan penatalaksanaan lebih lanjut.
4. Analisis riwayat penyakit, temuan klinis, laboratoris, radiologis, penyakit gigi mulut.
5. Menentukan diagnosis sementara, diagnosis kerja, diagnosis banding dan prognosis
penyakit gigi mulut.
6. Menentukan penatalaksanaan dan rencana perawatan lesi-lesi jaringan mulut secara
komprehensif (farmakologi dan non farmakologi) dan rasional sesuai dengan diagnosis.
7. Melakukan evaluasi hasil perawatan non bedah lesi jaringan lunak mulut.
8. Memilih obat dan menulis resep.

Tujuan Umum :
Setelah menyelesaikan PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU ini,
mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam melakukan simulasi
tatalaksana terhadap pasien dengan lesi ulserasi mukosa oral, meliputi:
- pemeriksaan subyektif/anamnesis sitemik dan history taking;
- pemeriksaan umum dan tanda vital,
- pemeriksaan klinis ekstra dan intraoral secara sistematis dan menyeluruh/lengkap
- menentukan pemeriksaan penunjang dan rujukan ahli jika diperlukan
- menentukan diagnosis dan diagnosis banding
- menentukan terapi kelainan mukosa oral dengan tepat.
Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU ini,
mahasiswa diharapkan mempunyai bekal/modal kemampuan dan keterampilan klinis dasar
dalam melakukan tatalaksana pasien dengan lesi ulserasi mukosa oral pada saat memasuki
jenjang pendidikan profesi dokter gigi.

Metode Pelatihan :
Demonstrasi, Diskusi grup kecil, Simulasi antar teman dan pada model/gambar foto
lesi oral, menulis resep, tugas kelompok/project based learning.

Tempat Pelatihan : Laboratorium SPKKT Kampus FKG Unpad Jatinangor


Peserta Pelatihan : Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi semester 7
Sistem Assessment : Rubrik Formatif penilaian individu dan kegiatan kelompok
Sistem Evaluasi : Rubrik Somatif pada OSCE (akhir masa studi program studi SKG)

Rencana alokasi waktu pelatihan :


1. Tatap muka durasi 2,5 jam (3 x 50 menit)
2. Collective home work/project based leaning yang dikumpulkan pada maksimal 1
minggu sesudah pelatihan.
Sistematika pelatihan :
1. Pembekalan dan pengarahan oleh Dosen Pelatih Simulasi Keterampilan Klinis = 15
menit.
2. Demonstrasi (video) = 20 – 30 menit.
3. Pembagian menjadi 3 kelompok kecil dengan jumlah anggota 4 mahasiswa (jika jumlah
mahasiswa total 12).
4. Kegiatan Pelatihan Paralel = 50 menit kedua, terdiri dari:
a. Pelatihan Keterampilan Topik 1 : Lesi Ulserasi Mukosa Oral karena Infeksi Virus
Kelompok mahasiswa pertama dengan anggota 4 orang memiliki tugas satu orang
sebagai pasien, satu orang sebagai dokter, satu orang sebagai perawat yang mencatat
rekam medik dan satu orang sebagai asessor. Peran tersebut dapat dirolling jika alokasi
waktu pelatihan masih tersedia. Kelompok ini melakukan simulasi antar teman mengenai
tatalaksana lesi ulserasi mukosa oral karena infeksi virus (paralel 50 menit kedua),
b. Pelatihan Keterampilan Topik 2 : Lesi Ulserasi Mukosa Oral Berulang
Kelompok mahasiswa kedua dengan anggota 4 orang memiliki tugas satu orang sebagai
pasien, satu orang sebagai dokter, satu orang sebagai perawat yang mencatat rekam
medik dan satu orang sebagai asessor. Peran tersebut dapat dirolling jika alokasi waktu
pelatihan masih tersedia. Kelompok ini melakukan simulasi antar teman mengenai
tatalaksana lesi ulserasi mukosa oral berulang (paralel 50 menit kedua),
c. Pelatihan Keterampilan Topik 3 : Lesi Ulserasi Mukosa Oral karena Infeksi Bakteri
dan Jamur
Kelompok mahasiswa ketiga dengan anggota 4 orang memiliki tugas satu orang sebagai
pasien, satu orang sebagai dokter, satu orang sebagai perawat yang mencatat rekam
medik dan satu orang sebagai asessor. Peran tersebut dapat dirolling jika alokasi waktu
pelatihan masih tersedia. Kelompok ini melakukan simulasi antar teman mengenai
tatalaksana lesi ulserasi mukosa oral karena infeksi bakteri dan jamur (paralel 50 menit
kedua),
 Pelatihan Keterampilan Topik 1,2,3 dilakukan secara paralel pada 50 menit kedua.
Dosen bertugas sebagai fasilitator yang mengawasi jalannya pelatihan dan dapat
berfungsi juga sebagai narasumber jika diperlukan.
5. Presentasi/simulasi perwakilan kasus/tema pelatihan = 50 menit ketiga.
Kelompok 1, 2 dan 3 melakukan presentasi secara bergantian mengenai simulasi
tatalaksana lesi ulserasi mukosa oral, @kelompok 10-15 menit
6. Tanya jawab dan Dosen menyampaikan feedback (15 menit).

Penyusun Pemandu DPKKT


Indah Suasani Wahyuni, drg., Sp.PM

Kontributor Materi Ajar :


Materi Ilmu Penyakit Mulut
drg. Indah Suasani Wahyuni, Sp.PM,
Dr. Irna Sufiawati, drg.,Sp.PM (K),
drg. Riani Setiadhi, Sp.PM (K),
drg. Tenny Setiani Dewi., Sp.PM., M.Kes (K)
Nanan Nur’aeny, drg.,Sp.PM,
Wahyu Hidayat, drg.,Sp.PM,
Dewi Zakiawati, drg.,M.Si,
Erna Herawati, drg.,M.Kes,

Materi komunikasi interpersonal, pemeriksaan tanda vital, penulisan resep


Dr. drg. Gilang Yubiliana, M.Kes
Dr. drg. Sri Tjahajawati, M.Kes
drg. Dani Firman, M.Si
TINJAUAN PUSTAKA

I. Mengumpulkan dan Menyusun Data Pasien


1.1 Komunikasi Interpersonal & Pemeriksaan Subyektif/Anamnesis Sistemik
Untuk mendapatkan data biofisik atau sejarah penyakit dengan lengkap dan akurat
harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan berpedoman pada tujuh butir
mutiara anamnesis (The Sacred Seven) dan empat pokok pikiran (The Fundamental Four):
- Yang dimaksud dengan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu:
a. Lokasi (dimana? menyebar atau tidak?)
b. Onset/awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
c. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi?)
d. Kualitas keluhan (rasanya seperti apa?)
e. Faktor-faktor yang memperberat
f. Faktor-faktor yang memperingan
g. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama
- Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan
cara mencari data:
a. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
b. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Riwayat sosial dan ekonomi

Menutup Wawancara (Closing The Session)


Tujuan:
a. Mengkonfirmasi rencana perawatan
b. Mengklarifikasi langkah selanjutnya yang akan ditempuh oleh dokter maupun pasien
c. Menetapkan rencana yang akan ditempuh bila ada situasi “darurat”
d. Memaksimalkan kepatuhan pasien dan outcome perawatan terhadap pasien
e. Penggunaan waktu konsultasi yang efisien
f. Menjaga agar pasien tetap merasa sebagai bagian dari proses kolaboratif, serta
membangun hubungan dokter-pasien yang baik untuk masa selanjutnya
Keterampilan yang diperlukan pada tahap ini adalah:
a. Kemampuan untuk membuat ringkasan (end summary)
b. Membuat kesepakatan (contracting)
c. Pengamanan terhadap hal yang tidak diharapkan (safety-netting)
d. Pengecekan terakhir (final checking)

Prosedur Anamnesis :
a. Pengenalan dan pembukaan diri terdiri dari :
 Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Melakukan kontak mata dengan pasien dan bersikap ramah.
b. Menanyakan identitas pasien, terdiri dari : Nama (Tn/Ny.), Usia, Jenis Kelamin,
Alamat, Pekerjaan
c. Menanyakan Keluhan Utama saat ini (presenting complaint) : keluhan saat pasien
datang atau keluhan yang membuat pasien menemui dokter gigi
d. Menanyakan sejarah keluhan utama, meliputi :
 Kapan keluhan terjadi (onset)
 Lamanya keluhan berlangsung (duration)
 Lokasi keluhan
 Faktor-faktor yang memperingan
 Faktor-faktor yang memperberat
 Kronologis (investigation) :
 Perawatan yang telah diterima
e. Riwayat medis sebelumnya : riwayat penyakit sistemik yang pernah / sedang diderita.
f. Riwayat dental sebelumnya : riwayat penyakit / perawatan dental yang pernah dimiliki
sebelumnya.
g. Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit yang bersifat herediter, penyakit yang
sama pada anggota keluarganya.
h. Kebiasaan kultural dan sosial : dapat berupa informasi yang berhubungan dengan
lingkungan sosioekonomi dan pekerjaan, riwayat perjalanan keluar negeri, riwayat
seksual, hobby dan kebiasaan-kebiasaan buruk pasien yang relevant dengan keluhan.
i. Harapan pasien

Komunikasi untuk perpindahan prosedur :


a. Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
b. Menutup dengan suatu ringkasan
c. Membuat kesepakatan dgn pasien untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Contoh penulisan data anamnesis sistematik di medical record/lembar status IPM:


Pasien datang dengan keluhan sariawan yang sakit di dalam mulut sejak 3 hari yang lalu terus
menerus tidak pernah reda (atau hilang timbul), 1 minggu yang lalu sebelum sariawan
muncul pasien demam dan minum paracetamol syrup yang dibeli sendiri. Ibu pasien
mengatakan anaknya baru sembuh dari flu berat. Pasien merasa sariawan bertambah sakit
saat makan/jika kena makanan sehingga susah makan dan menjadi tampak letih lesu. Tidak
ada hal – hal yang meringankan rasa sakitnya dan sariawannya belum diobati. Sebelum ini
pasien tidak pernah sariawan, belum pernah ke dokter gigi dan tidak memiliki riwayat
penyakit medis yang lain. Tidak ada riwayat penyakit yang sama diderita oleh keluarganya,
pasien tidak memiliki kebiasaan buruk, namun kurang konsumsi makan buah-buahan dan
sayur sehari-hari. Saat ini pasien ingin sariawannya disembuhkan/diobati.
REFERENSI
1. Rakhmat J. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya; 1995
2. Tarigan HG. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa; 1996.
3. Chant S, Jenkinson T, Randle J, Russell G, Webb C. Communication skills: some
problems in nursing education and practice. Journal of Clinical Nursing. 2002;11(1):12–
21.
4. Ammentorp J, Sabroe S, Kofoed PE,Mainz J. The effects of training in communication
skills on medical doctors’ and nurses’ self-efficacy: a randomized controlled trial. Patient
Educationand Counseling. 2007; 66(3):270–277.
5. Kurtz S, Silverman J, Draper J. Teaching and learning communication skills in medicine.
2nd ed. Oxon: Radcliffe Publishing Ltd; 2005.
6. Silverman JD, Kurtz SM, Draper J. Skills for Communicating with Patients.
Oxford:Radcliffe Medical Press; 1998.
7. Kurtz S, Silverman J, Draper J. Skills for communicating with patients. 2nd ed. Oxon:
Radcliffe Publishing; 2005.
8. Van Dalen J. Foreword in: Kurtz S, Silverman J, Draper J. Teach-Ing And Learning
Communication Skills In Medicine. 2nd ed. Oxon: Radcliffe Publishing Ltd; 2005.
9. Minister of Public Works and Government Services Canada. Put-Ting Communication
Skills To Work, Resource Booklet. Ottawa: Publications Health Canada; 2001.
10. Faiz, Abdul, U Rafique, AK Khandaker, FM Siddiqui, MR Alam, dkk. Communication
Skills In Medicine.
11. http://www.gp-training.net/training/communication_skills/calgary/calgary.pdf diunduh
23 Desember 2015
12. https://www.youtube.com/watch?v=dDaatHHqpjY film ajar komunikasi dokter gigi dan
pasien , Yubiliana Gilang 2016 , https://www.youtube.com/user/elearningUNPAD
13. http://www.unpad.ac.id/buku/penatalaksanaan-terapeutik-komunikasi-efektif-pasien-
dokter-gigi/

1.2 Pemeriksaan Obyektif Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital,


Prosedur Pemeriksaan Objektif dan Persiapan pasien dan operator
- Operator menjelaskan tujuan pemeriksaan intra oral sehubungan dengan keluhan pasien.
- Pasien diminta mengikuti instruksi operator saat pemeriksaan intra oral berlangsung.
- Pasien berhak menanyakan jika ada hal yang ingin diketahui atau mengatakan kepada
operator jika merasa tidak nyaman.
- Pasien berhak menghentikan pemeriksaan jika tidak berkenan dengan prosedur
pemeriksaan.
- Pasien diminta melepas kacamata (jika pakai).
- Memasangkan polybib pada pasien.
- Memasang masker bagi operator (untuk pemeriksaan tanda vital dan ekstra oral boleh
tidak pakai jika pasien tidak memiliki lesi ekstra oral atau penyakit menular)
- Mencuci tangan dengan 7 langkah (telapak tangan, punggung tangan, sela sela jari,
menggenggam, ibu jari, ujung2 kuku ki – ka, pergelangan tangan)
- Memakai Handscoon (untuk pemeriksaan tanda vital dan ekstra oral boleh tidak pakai
jika pasien tidak memiliki lesi ekstra oral)
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
1) PENILAIAN KEADAAN UMUM
Dokter gigi perlu menilai/menentukan kesan kesehatan umum dan kondisi fisik dari setiap
pasien, dimulai pada saat awal kontak/tatap muka dengan pasien dan berlanjut selama
kunjungan. Klinisi dapat mengamati melalui kelancaran komunikasi dua arah dokter dan
pasien, postur pasien, dan cara berjalan serta ada tidaknya keterbatasan fisik yang mungkin
terlihat.
2) PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi kesadaran, kesan sakit, tekanan darah (Dewasa :
120/80mmHg, anak : lebih rendah dari dewasa), suhu (dewasa: 36,5-37,5 derajat Celcius),
pernafasan (dewasa : 12-20x/menit, anak : laju pernafasan lebih tinggi dari dewasa),
frekwensi nadi (anak : 140x/menit, dewasa: 60-80x/menit), tinggi badan (cm), berat badan
(kg).
a. Menentukan kesadaran pasien : terdiri dari Composmentis, Somnolen, Delirium, Koma,
dll, berdasarkan respon pasien saat diajak berkomunikasi atau diberikan rangsangan. Data
kesadaran pasien dicatat.
b. Pengukuran Nadi (cara manual)
 memohon ijin pada pasien dan menjelaskan tindakan dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan.
 meraba arteri radialis pada pergelangan tangan.
 merasakan denyut nadi dengan 3 jari (telunjuk, jari tengah dan jari manis), lalu
menghitung jumlah denyut nadi selama 1 menit.
 menyatakan frekwensi denyut nadi dalam ... x/menit (nilai normal = 60 – 100 x /
menit) dan dicatat.
c. Pengukuran Respirasi :
 memohon ijin pada pasien dan menjelaskan tindakan dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan, namun meminta pasien untuk tetap rileks.
 meletakkan tangan pada bahu atau punggung pasien, merasakan naik turunnya
rongga dada lalu menghitung frekwensinya selama 1 menit.
atau dengan mengamati pergerakan dada ke atas dan ke bawah (ekspirasi dan
inspirasi), lalu menghitung frekwensinya selama 1 menit.
 menyatakan frekwensi respirasi dalam ... x/menit (nilai normal = 18 - 22 x / menit)
dan dicatat.
d. Pengukuran Suhu Tubuh :
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui pasien dalam keadaan demam (febris)
atau tidak demam (afebris). Jika mahasiswa pakai jas dilepas, keringat diseka dengan tissue
dan dikeringkan. Prosedur pengukuran sebagai berikut:
Termometer digital (harap melihat aturan Termometer air raksa
pemakaian sesuai manual book)
 memohon ijin pada pasien dan  memohon ijin pada pasien dan
menjelaskan tindakan dan tujuan tindakan menjelaskan tindakan dan tujuan
yang akan dilakukan. tindakan yang akan dilakukan.
 pastikan ujung pengukur suhu pada  pastikan ujung pengukur suhu pada
termometer dalam keadaan bersih (ulas termometer dalam keadaan bersih (ulas
dengan alkohol) dengan alkohol)
 menyalakan alat, terdengar bunyi “piip”  alat dikibas kibaskan perlahan
satu kali lalu lihat monitor sampai perhatikan ketinggian air raksa, sampai
menunjukkan angka tertentu, hilang lalu di bawah suhu yg tertulis paling rendah
muncul “Lo”. pada alat (misal di bawah 35 derajat C).
 meletakkan termometer pada ketiak pasien  meletakkan termometer pada ketiak
pegang dan biarkan. menunggu sampai pasien (ketiak pasien dikeringkan
terdengar bunyi “pip ... pip ... pip”. terlebih dahulu) lalu pegang dan
biarkan. menunggu 5 menit
 mengambil termometer dan melihat  mengambil termometer dan melihat
monitor menunjukkan suhu tertentu. ketinggian air raksa menunjukkan suhu
tertentu.
 menyatakan suhu tubuh dalam ... derajat  menyatakan suhu tubuh dalam ... derajat
celcius (febris jika > 37.5 derajat celcius) celcius nilai normal suhu tubuh berkisar
dan dicatat. 36-37 derajat Celcius dan dicatat.

e. Pengukuran Tekanan Darah :


Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan alat stetoskop,
tensimeter/sphigmomanometer (air raksa / bukan air raksa), maupun digital. Metode
Palpasi ~ Auskultasi. Prosedur secara umum untuk pengukuran tekanan darah, adalah
sebagai berikut:
 memohon ijin pada pasien dan menjelaskan tindakan dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan,
 menggulung lengan baju sehingga dapat menentukan fossa cubiti dan menempatkan
manset dengan benar (mahasiswa hendaknya pakai baju lengan pendek atau mudah
digulung lengan bajunya)
 memasang dan mengencangkan manset pada lengan bagian atas dengan batas
bawah manset berjarak sekitar 3 jari dari fossa cubiti.
 menyimpan stetoskop pada arteri brachialis, lalu meraba arteri radialis pada
pergelangan tangan sampai teraba denyut nadi.
 klep / regulator pompa tensimeter dikunci dan dipompa sampai denyut radialis
menghilang/tidak teraba, amati tanda panah atau ketinggian air raksa yang
menunjukkan tekanan saat nadi tersebut menghilang (x),
 lalu pompa dilanjutkan hingga 30 mmHg di atas tekanan (x) tersebut atau menjadi
(x +30).
 membuka klep / regulator pompa tensimeter sambil mendengarkan suara pada
stetoskop . tekanan pada saat terdengar bunyi “dub” yang pertama adalah nilai
systole (... mmHg) dan tekanan pada saat bunyi “dub” menghilang menunjukkan
nilai dyastole (... mmHg).
 Nilai normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
 merapikan dan menyimpan peralatan kembali pada tempat semula.
Catatan : Jika menggunakan alat pengukur tekanan darah digital harap membaca manual
book prosedur penggunaannya.

REFFERENSI
1. Silverman S, Eversole LR, Truelove EL, Essentials of Oral Medicine, BC Decker Inc,
London : 2001.
2. Greenberg MS, Glick M, Ship JA, Burket’s Oral Medicine 11th edition, BC Decker Inc,
London : 2008.

1.3 Pemeriksaan Obyektif Ekstra Oral


Pemeriksaan struktur kepala, leher, dan rongga mulut sangat penting dan efektif
dalam mendeteksi abnormalitas yang terjadi dalam struktur ini. Prosedur pemeriksaan leher
dan kepala meliputi ekstraoral dan intraoral, dilakukan sebagai screening untuk kelainan
mukosa oral seperti kanker mulut, ulserasi, dsb. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara rutin
untuk setiap pasien, tidak hanya pada pasien baru atau pasien yang diketahui memiliki faktor
resiko terhadap berbagai kelainan mukosa oral. Pemeriksaan kepala dan leher dan intraoral
tidak hanya penting untuk deteksi kelainan mukosa oral, tetapi juga untuk penilaian
komprehensif terhadap pasien sebelum mendapatkan perawatan dental.
Pemeriksaan ekstra oral bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi abnormal vs normal
pada struktur leher dan kepala (wajah, mata, hidung, telinga, bibir, kelenjar limfe, TMJ), serta
daerah tubuh lain seperti kulit yang terkait dengan kelainan mukosa oral. Pemeriksaan ektra
oral dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang terlihat secara visual atau dengan
palpasi.
A. Wajah
Pengamatan terhadap kesimetrisan wajah pasien dan jenis profil wajah penting untuk
dilakukan. Ketidaksimetrisan nyata dapat menjadi tanda pertumbuhan neoplastik, atrofi otot
atau hipertrofi, dan masalah neurologis. Ketidaksimetrisan juga berkaitan dengan disfungsi
sendi temporomandibula dan maloklusi.
Bentuk wajah tdd:
 Dilihat dari arah depan (oval/ovoid; persegi/square; lonjong/tapering)
 Dilihat dari arah samping (cembung, lurus, cekung)

Gambar 1. Kesimetrisan wajah. Gambar 2. Jenis profil wajah.

B. Bibir
Pemeriksaan bibir meliputi kesimetrisan dan konsistensi serta tektur jaringannya. Secara
normal jaringan bibir harus elastis, lembut, dan memiliki warna merah muda yang homogen.
Bentuk bibir dapat dicatat panjang/pendek, normal, teba/ tipis, tegang/kendor (flabby).
Vermillion border harus jelas dan sejajar/rata. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan
pada vermillion boder. Komisura bibir yang normal tampak bersih dari lesi, tampak lembab
dan tidak memperlihatkan tanda pecah-pecah atau kering atau mengelupas/eksfoliatif.

C. Hidung dan Telingan


Pada pemeriksaan hidung dicatat pernafasan, cuping hidung, epistaksis.(+/-). Pada pasien
dapat ditanyakan apakah ada sumbatan atau gangguan pernafasan atau riwayat
perdarahan/epistaksis. Operator juga dapat melakukan pemeriksaan visual dan atau palpasi
ringan untuk menentukan kesimetrisan dan kenormalan anatomi hidung.
Pemeriksaan telinga dilakukan untuk mengetahui fungsi pendengaran pasien, dan
kemungkinan ada gangguan atau penyakit lain telinga. Operator dapat menanyakan pada
pasien apakah ada keluhan gangguan pendengaran, apakah ada sekret abnormal yang keluar
dari telinga dan berbau, serta apakah terjadi perdarahan dari telinga. Selain itu jika
memungkinkan pasien diperiksa anatomi eksternal telinganya.

D. Mata
Pengamatan mata dan jaringan disekitar mata untuk melihat adanya abnormalitas, juga
penting untuk dilakukan. Perhatikan warna sklera dan ukuran dari kedua pupil. Sklera kuning
(ikterik) berkaitan dengan jaundice dan dapat mengindikasikan kasus hepatitis yang tidak
terdiagnosis (A atau B), atau difungsi hati lainnya atau kelainan darah. Sklera biru berkaitan
dengan osteogenesis imperfecta yang dapat meliputi perubahan dari struktur dentin. Ukuran
pupil dapat membantu mengidentifikasi pasien yang berada dalam resiko dari
kegawatdaruratan medis karena penggunaan obat-obatan terlarang. Symblepharon berkaitan
dengan benign mucous membrane pemphigoid dan lichen planus. Perujukan pada spesialis
seperti ke dokter spesialis mata dibutuhkan untuk menilai kondisi apapun yang
memperlihatkan gejala symbrephron atau pterygium.
Pergerakan pupil dinyatakan dengan isokhor atau non isokhor atau strabismus. Operator
meminta pasien mengikuti gerakan jari telunjuk operator di depan mata operator dalam jarak
sekitar 15 cm, lalu digerakkan perlahan ke kiri atau ke kanan.
Operator dapat menarik kelopak mata bagian bawah lalu menginstruksikan pasien untuk
melihat ke atas lalu diamati warna konjunctiva, apakah tampak anemis atau tidak anemis.

E. Kelenjar Limfe/Nodus Limfatikus


Nodus limfatikus mayor dari area leher dan kepala harus dipalpasi dengan posisi pasien yang
tegak. Temuan yang harus dicatat meliputi perbesaran nodus yang teraba/tidak saat dipalpasi,
nodus yang terfiksasi/tidak, nodus yang lunak/keras, dan apakah nodus yang teraba saat
dipalpasi hanya satu/tunggal atau banyak. memperlihatkan tehnik pemeriksaan untuk nodus
limfatikus berikut ini (gambar 3 – 11)
 Nodus oksipital. Palpasi nodus oksipital sekitar 1 inci di atas dan di bawah garis
rambut. Pasien diminta untuk menunduk, operator meraba bagian KGB Oksipital.
 Nodus aurikulari. Palpasi dari nodus pre- dan post- aurikularis bilateral
menggunakan telapak jari manis, tengah, dan telunjuk.
 Nodus servikal. Palpasi nodus median dari otot sternokelidomastoid menggunakan
tehnik bidigital dan nodus posterior dari otot ini dengan tehnik bimanual. Pasien
diminta untuk menoleh kiri atau kanan, operator meraba dan menyusuri bagian KGB
servikal pada muskulus sternocleidomastoidea anterior dan posterior.
 Nodus supraklavikular. Nodus ini diperiksa dengan menggunakan penekanan digital
superior dari tulang klavikula.
 Nodus submandibula. Palpasi nodus submandibula dengan menarik dan memutar
jaringan di bawah ramus mandibula kiri/kanan ke atas dan ditarik ringan ke luar
bawah di sepanjang tepi inferior dari ramus madibula. Minta pasien untuk menyentuh
laingit-langit mulut dengan lidah, menekan dengan lembut melawan langit-langit akan
memperkenankan anda untuk menilai otot dan adanya keadaan patologi bekaitan
dengan area nodus limfatikus submandibula.
 Nodus submentalis. Menggunakan palpasi digital untuk menentukan keberadaan dari
nodus limfatikus submentalis pada bagian bawah dagu, ditekan ke atas lalu ditarik
ringan ke depan bawah.

F. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid ditemukan inferior dari laring dan superior dari klavikula di samping trakea.
Kelenjar ini memiliki dua lobus yang terhubung oleh sebuah isthmus. Palpasi kelenjar tiroid
menggunakan tehnik bimanual dimana satu tangan mendukung jaringan dan tangan lainnya
melakukan palpasi kelenjar pada satu sisi dan kemudian sebaliknya dilakukan untuk
melakukan pemeriksaan sisi berlawanan dari kelenjar. Kelenjar tiroid yang normal
seharusnya tidak kelihatan dan selalu tidak akan teraba pada saat dipalpasi. Pasien diminta
melakukan gerakan penelanan ringan, selama proses penelanan kelenjar normal akan
terangkat pelan-pelan dan simetris namun kadang tidak teraba (gambar 12 dan 13).

G. Kelenjar Saliva
Palpasi kelenjar saliva parotis (Gambar 14) menggunakan tehnik bimanual. Kelenjar ini
secara normal tidak akan teraba saat dipalpasi. Indurasi dan nyeri dapat menjadi tanda dari
infeksi, blokade, kelainan sistem imun atau proses keganasan. Selain itu, pembesaran kelenjar
parotis yang tidak lunak dapat terjadi pada penggunaan alkohol, diabetes, Sjörgen’s
syndrome, gangguan makan, infeksi HIV, dan berbagai status keganasan/bukan-keganasan.

Gambar 3. Palpasi bilateral nodus oksipital Gambar 4. Nodus post-aurikular


Gambar 5. Nodus pre-aurikular Gambar 6. Palpasi nodus servikal anterior

Gambar 7. Palpasi nodus servikal posterior Gambar 8 Palpasi bilateral nodus


supraklavikular

9. Palpasi kelenjar submandibula Gambar 10. Palpasi nodus submandibula


menggunakan ujung jari yang dikuncupkan

Gambar 11. Palpasi digital nodus submentalis Gambar 12. Palpasi bimanual kelenjar tiroid

Gambar 13. Tahan jari dengan ringan pada Gambar 14. Palpasi kelenjar parotis
kelenjar saat pasien menelan

H. Sendi Temporomandibula (TMJ)


Pemeriksaan TMJ dilakukan dengan cara:
 Inspeksi: merupakan pemeriksaan secara visual.
 Palpasi: pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba
 Auskultasi: mendengarkan dengan seksama apakah terdapat bunyi (berupa klik atau
yang lainnya)
Fungsi TMJ harus dievaluasi menggunakan tehnik bilateral. Tempatkan ujung jari di atas
sendi dan pasien diminta untuk membuka dan menutup mulut dengan perlahan, menggerakan
rahang ke kiri dan kanan dan memajukan dagu ke depan (gambar 15 dan 16)

Gambar 15. Posisi jari yang benar pada TMJ. Gambar 16. Pasien
membuka dan menutup mulut dengan perlahan.

I. Kulit
Kulit pada leher dan kulit kepala harus diperiksa pada pemeriksaan ekstraoral. Beberapa
kelainan mukosa oral berkaitan dengan lesi pada kulit, misalnya pada kasus pasien dengan
discoid lupus erythematosus. Lesi kulit dari discoid lupus dapat terjadi bersamaan dengan
inflamasi gingiva yang terlihat selama pemeriksaan intraoral (gambar 17 & 18). Juga pada
kasus erythemma multiforme (gambar 19 & 20).

Gambar 17 & 18. Lesi kulit dan inflamasi gingiva pada pasien discoid lupus

Gambar 19 & 20. Lesi target atau iris lesion dikulit dan lesi oral
pada pasien Erythema Multiforme
1.4 Pemeriksaan Obyektif Intra Oral
Pemeriksaan intra oral sama seperti evaluasi atau pemeriksaan ektraoral, pemeriksaan ini
harus dilakukan secara sistematis dengan menggunakan urutan yang sama setiap kali.
Pemeriksaan intra oral meliputi pemeriksaan terhadap:
A. Kebersihan Mulut
Pengukuran status kebersihan mulut yang umum digunakan yakni dengan menggunakan Oral
Hygiene Indeks Simplified (OHI-S) dari Green dan Vermillion. Nilai dari OHI-S ini
merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris indeks dan kalkulus
indeks.
B. Mukosa Labial
Pemeriksaan mukosa labial diperiksa dengan melihat langsung yaitu dengan cara
memisahkan jaringan menggunakan jari atau ibu jari diikuti oleh palpasi bidigital pada
jaringan bibir/labial. Lalu pindah atau gerakkan dari satu sisi ke sisi lain.

Gambar 21. Pemeriksaan visual mukosa labial atas.


Gambar 22. Pemeriksaan visual mukosa labial bawah.
Gambar 23. Palpasi bidigital permukaan mukosa labial atas

C. Mukosa Bukal
Mukosa bukal diperiksa dengan cara melihat langsung atau tidak langsung serta palpasi pada
daerah tersebut. Pastikan untuk menekan jaringan daerah retromolar dan meregangkan
mukosa jauh dari mukogingival junction.

Gambar 24. Regangkan jaringan agar dapat terlihat area yang tertutupi oleh jari.
Gambar 25. Regangkan jaringan jauh dari area retromolar.
Gambar 26. Palpasi mukosa bukal. Mukosa bukal harus dipalpasi dengan tekanan pada
jaringan diantara jari telunjuk dan ibu jari pada satu tangan.

D. Palatum dan Uvula


Palatum Keras/Durum: Area palatum keras dan tuberositas maksilaris diperiksa dengan
cara melihat langsung atau tidak langsung serta iluminasi. Pada pemeriksaan visual, lakukan
palpasi pada seluruh area dengan menggunakan tekanan sampai ke tulang.
Gambar 27. Palpasi pada palatum keras dengan menggunakan tekanan sampai ke tulang.
Gambar 28. Struktur normal palatum keras bagian anterior.
Gambar 29. Stuktur normal palatum keras bagian posterior. Tuberositas maksilaris yaitu
area sebelah distal dari molar terakhir, jaringan lunak berwarna pink homogen dan keras
jika di palpasi.

Palatum Lunak: Palatum lunak diperiksa dengan cara melihat langsung. Jika perlu
dipalpasi, maka dilakukan anestesi topikal dahulu dan jaringan dipalpasi mulai dari midline
lalu ke permukaan lateral. Normalnya, area ini vaskularisasinya lebih sedikit daripada daerah
orofaring, dan biasanya warnanya pink kemerahan. Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan
“ah”. Jaringan terlihat longgar, bergerak (mobile), simetris selama menjalankan fungsi.
Uvula: Uvula dicatat terlalu panjang atau pendek, atau uvula yang terlihat asimetris pada saat
istirahat. Kadang-kadang pada seseorang ditemukan adanya bifid/celah pada uvula.

E. Lidah
Lidah diperiksa dengan cara melihat langsung atau tidak langsung. Pegang ujung lidah
dengan menggunakan kasa dan gerakkan jari dan ibu jari tangan yang sama di satu sisi untuk
mengamati batas lateral kemudian ulangi untuk sisi lain. Gunakan kaca mulut untuk
memeriksa bagian batas lateral posterior lidah.

Gambar 30. Pemeriksaan batas lateral lidah.


Gambar 31. Penggunaan kaca mulut untuk pemeriksaan visual lidah bagian posterior.
Pastikan pasien mengangkat lidahnya sampai palatum untuk mengamati permukaan ventral
lidah.
Gambar 32. Pemeriksaan visual permukaan ventral lidah.
Gambar 33. Ujung lidah digenggam dengan kassa saat palpasi badan lidah dengan jari dan
ibu jari pada satu tangan.

F. Dasar Mulut
Dasar mulut diperiksa dengan melihat langsung atau tidak langsung diikuti dengan palpasi
pada seluruh strukturnya. Pasien diminta untuk mengangkat lidahnya agar memungkinkan
dilakukannya pemeriksaan visual langsung pada jaringan ke arah midline dasar mulut.
Operator juga dapat mengamati pooling saliva pasien sehubungan dengan pemeriksaan
kualitas dan kuantitas saliva.

Gambar 34. Pemeriksaan visual pada dasar mulut

Kaca mulut digunakan untuk memeriksa daerah di dekat perbatasan/garis inferior mandibula.
Jaringan akar terlihat lembab dan vaskularisasinya tinggi. Pemeriksaan dasar mulut yaitu
dengan cara palpasi bimanual intra oral dengan menggunakan jari telunjuk tangan kanan,
sedangkan jari-jari tangan kiri diletakkan dibawah dagu, ditekan dengan lembu untuk
merasakan struktur daerah diantara jari-jari.

Gambar 35. Pandangan ekstra oral pada teknik palpasi


Gambar 36. Pandangan intra oral

Gambar 37. Gambaran skema intra oral mukosa mulut


G. Gigi

Keterangan:

Penggunaan Protesa, atau alat ortodonti juga harus dicatat pada bagian pemeriksaan intra
oral.

Pencatatan data lesi intra oral


Meliputi hal – hal seperti : jumlah lesi, jenis lesi, bentuk lesi, warna lesi, dasar dan kedalaman
lesi, ukuran lesi dan tepi lesi. Hal hal tersebut merupakan karakteristik ulcer secara umum (7
buah). Penilaian dan pencatatan odontogram sesuai petunjuk dalam rekam medis yang
dipergunakan. Penilaian dan pencatatan oral hygiene disesuaikan dengan bagian periodonsia.

REFFERENSI
 Birnbaum, W. dan Dunne, S. 2000. Oral Diagnosis: The Clinician’s Guide. Wright,
Oxford. Hal. 46-59.
 Lamey, P.J. dan Lewis, M.A.O. 1991. Oral Medicine in Practice. BDJ Publisher, London.
Hal. 5 – 7.
 Burkhart NW. DeLong L. The Intraoral and Extraoral Exam. Crest® Oral-B® at
dentalcare.com Continuing Education Course, Revised August 8, 2012.
http://www.dentalcare.com/media/en-us/education/ce337/ce337.pdf.
 Woo SB, Greenberg MS. Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and Treatment. 11th ed. BC
Decker Inc. 2008. Hal: 42-46.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Langkah – langkah dalam menentukan pemeriksaan penunjang:
1. Analisis hasil pemeriksaan yang didapat baik berupa anamnesis/history taking,
pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan ekstra dan intra oral.
2. Tentukan dugaan penyakit mulut yang ditemukan, tentukan etiologinya.
3. Tentukan dugaan penyakit sistemik yang menyertai (jika ada).
4. Analisis hasil no 2 dan 3.
5. Tentukan pemeriksaan yang diperlukan di antaranya adalah sebagai berikut, jika:
- Etiologi infeksi mikroorganisme bakteri/jamur: memerlukan pemeriksaan swab pada
lesi untuk diperiksa mikroorganisme yang ada dengan mikroskop, atau
pembiakan/kultur mikroba.
- Penyakit sistemik yang berkaitan dengan kelainan darah: memerlukan pemeriksaan
hematologi.
- Penyakit sistemik yang berkaitan dengan infeksi virus: memerlukan pemeriksaan
serologi.
- Penyakit sistemik yang berkaitan dengan infeksi virus: memerlukan pemeriksaan
serologi, dll.
6. Jika pemeriksaan penunjang membutuhkan pemeriksaan di laboratorium, maka
selanjutnya mengisi lembar pemeriksaan penunjang yang diperlukan (memberi tanda
check/menandai dengan stabillo).
contoh pemeriksaan hematologi meliputi: Haemoglobin, Hematokrit, Jumlah Erytrosit,
Jumlah leukosit, Jumlah trombosit, MCV, MCH, MCHC, LED, TIBC, dll.
contoh pemeriksaan faal ginjal meliputi: Haemoglobin, Hematokrit, Jumlah Erytrosit,
Jumlah leukosit, Jumlah trombosit, Hitung jenis leukosit, ureum, kreatinin.
contoh pemeriksaan faal hepar meliputi: Haemoglobin, Hematokrit, Jumlah Erytrosit,
Jumlah leukosit, Jumlah trombosit, Hitung jenis leukosit, SGOT, SGPT.
7. Melengkapi data yang diperlukan:
- Identitas Pasien: Nama, Alamat, Umur,
- Diagnosa penyakit
- Identitas dokter pengirim: Nama, Alamat
- Tanggal mengorder pem. penunjang
- Tanda tangan dokter

REFFERENSI
1. Lewis MAO, Jordan RCK, A Colour Handbook Oral Medicine, Manson Publishing :
2011.
2. Burkhart NW, DeLong L, The Intra Oral and Extra Oral Examination, Crest ® Oral-B®
at dentalcare.com, Continuing Education Course, Revised December 6, 2015.
3. Silverman S, Eversole LR, Truelove EL, Essentials of Oral Medicine, BC Decker Inc,
London : 2001.
4. Greenberg MS, Glick M, Ship JA, Burket’s Oral Medicine 11th edition, BC Decker Inc,
London : 2008.
1.6 Menentukan Rujukan Ahli
Langkah – langkah dalam menentukan rujukan kepada teman sejawat yang ahli/kompeten
pada bidang tertentu:
1. Analisis hasil pemeriksaan yang didapat baik berupa anamnesis/history taking,
pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan ekstra dan intra oral.
2. Tentukan dugaan penyakit mulut yang ditemukan, tentukan etiologinya.
3. Tentukan dugaan penyakit sistemik yang menyertai (jika ada).
4. Interpretasikan hasil pemeriksaan penunjang yang ditemukan terutama jika ditemukan
abnormalitas.
5. Analisis hasil no 2, 3 dan 4.
6. Tentukan tujuan rujukan ahli sesuai kasus jika diperlukan di antaranya adalah sebagai
berikut, jika:
- Terdapat Penyakit sistemik yang berkaitan dengan kelainan darah, seperti anemia,
leukemia, dll: rujukan ditujukan pada dokter spesialis penyakit dalam
(hematoonkologi medis).
- Terdapat Penyakit sistemik pada anak-anak, misalnya malnutrisi: rujukan ke dokter
spesialis anak.
- Terdapat Penyakit sistemik atau kelainan kulit: rujukan ke dokter spesialis kulit.
- Terdapat gangguan atau penyakit jiwa: rujukan ke psikiatri.
- Terdapat dugaan atau faktor resiko terkena infeksi HIV/AIDS: dokter gigi dapat
berfungsi sebagai PITC (Provider initiated testing and counselling) atau merujuk ke
konselor HIV yang sudah memiliki sertifikat.
- dll.
7. Surat rujukan dikirim beserta hasil pemeriksaan penunjang yang sudah didapat.
8. Surat rujukan setidaknya berisi:
- Nama, alamat dan no telepon dokter pengirim,
- Tanggal dan lokasi,
- Permohonan untuk: konsultasi/penilaian klinis/tatalaksana,
- Atas nama pasien, usia, alamat, jenis kelamin,
- Diagnosa penyakit gigi mulut yang ditemukan,
- Pemeriksaan dan Perawatan yang telah dilakukan oleh dokter pengirim,
- Ucapan terima kasih atas kerjasamanya.
- Tanda tangan dokter pengirim.
Surat rujukan hendaknya disampaikan dalam amplop tertutup.

REFFERENSI
II. Tatalaksana Kasus Rencana Perawatan Non Farmakologi
Rencana perawatan bagi pasien-pasien dengan kasus ipm/lesi jaringan lunak rongga
mulut terdiri dari rencana perawatan farmakologi dan non farmakologi. Pada materi kali ini
akan dibahas mengenai rencana perawatan non farmakologi, yang terdiri dari:
1. Instruksi menjaga kebersihan mulut meliputi kebersihan gigi dan lidah (DHE dan
OHI)
2. Informasi dan Edukasi bagi pasien terkait penyakit/kasus yang dialami.

Dasar-dasar teori penyampaiannya dalam bentuk komunikasi dokter dan pasien


dipelajari dalam modul Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat (Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Komunitas FKG Unpad, Modul Keterampilan Klinik: Komunikasi
sistemik, Informasi dan Edukasi atau Teks Book Tekait).

Beberapa materi yang terdapat dalam modul tersebut yang dapat digaris bawahi adalah
sebagai berikut:
A. Pemberian Informasi Kepada Pasien
Pasal 45 UU Praktik Kedokteran memberikan batasan minimal informasi yang
selayaknya diberikan kepada pasien yaitu:
1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
3. Alternatif tindakan lain dan resikonya (jika ada)
4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

B. Edukasi pada pasien terkait tatalaksana kasus IPM


1. Edukasi tentang penyakit yang diderita (etiologi dan faktor predisposisi yang mungkin
menyertainya, diagnosis/nama penyakit dalam bahasa yang dimengerti pasien,
penjelasan apakah penyakit tersebut berbahaya atau menular atau tidak).
2. Edukasi tentang obat (tatalaksana farmakologi) yang diberikan (golongan obat, jenis
sediaan, cara pakai, frekwensi, dosis dan durasi penggunaan obat).
3. Edukasi mengenai hal-hal yang harus dihindari/dihentikan terkait penyakit
4. Edukasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan pasien untuk mencegah kekambuhan
penyakit, meningkatkan kualitas hidup pasien atau mempertahankan kesehatan.

VARIASI NORMAL PADA RONGGA MULUT,


DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA

1. LEUKOEDEMA (ICD 10 = …)
a) Definisi
variasi mukosa oral yang umum dan berkaitan dengan orang-orang berkulit gelap,
tetapi kadang-kadang dapat dijumpai pada orang-orang berkulit putih. Insidensi
leukoedema cenderung meningkat dengan bertambahnya usia dan 50% dari anak-
anak kulit hitam dan 92% orang dewasa kulit hitam menderitanya (Langlais, 1998).

(regezi, 2013)
b) Patofisiologi : (-)
c) Hasil anamnesis (subjektif)
Lapisan putih pada pipi bagian dalam yang hilang jika diregangkan.
d) Gejala klinis dan Pemeriksaan
- Tempat yang biasa ditemukan pada mukosa bukal dan bibir, bilateral pada sisi
kiri dan kanan.
- Velvet-like folded appearance (seperti beludru) – berwarna putih keabu-abuan,
slightly folded opalescent
- Mother of pearl appearance – pada beberapa kasus, terlihat difus.
- Tanda : kadang terjadi deskuamasi yang dapat meninggalkan permukaan
erosif
- Pemeriksaan : hilang segera jika mukosa bukal diregangkan.
e) Diagnosa Banding
- Leukoplakia: gambaran putih susu, yang tidak hilang jika mukosa diregangkan
- Cheek bitting lesion: biasanya unilateral, dan terlihat keterlibatan jaringan
lainnya
- White sponge nevus: seperti plak yang lebih tebal, dan tidak hilang jika
mukosa diregangkan
- Hereditary benign intraepithelial dyskeratosis: mirip dengan white sponge
nevus.
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
- 83.91 (Dental examination)
- 24.99 Other (Other dental examination)
g) Prosedur Tindakan KG
- Oral Hygiene Instruction
- Komunikasi Informasi Edukasi
- Tidak memerlukan tindakan, karena merupakan variasi normal di dalam
rongga mulut.
h) Pemeriksaan penunjang
Pada umumnya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan penampilan klnis
dan riwayat penyakit yang khas.
i) Peralatan dan bahan
- Dental unit lengkap
- Alat dasar pemeriksaan rongga mulut : sonde, kaca mulut dan pinset
j) Lama perawatan: 1 – 7 hari
k) Faktor penyulit : tidak ada
l) Prognosis: Ad bonam, tidak berpotensi keganasan
m) Keberhasilan perawatan: Baik
n) Persetujuan tindakan kedokteran :
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medis (terutama jika ada tindakan
invasif seperti pembedahan karena dirasakan pasien mengganggu)
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan : (-)
p) Referensi :
- Robert PL et al. 2016. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan.
Indonesia: EGC; Jakarta -Indonesia p.18
th
- Odell E, 20017. Cawson’s, Essentials of Oral Pathology And Oral Medicine, 9
Edition, Elsevier: London.

2. FORDYCE’S GRANULE (ICD 10 = …)

a) Definisi
Merupakan anomaly perkembangan yang secara karakteristik ditandai oleh
adanya kelenjar-kelenjar sebasea yang ektopik di dalam mulut. Disebabkan oleh
kelenjar – kelenjar sebasea yang ektopik (tumbuh tidak pada tempat semestinya)
pada submucosa, seharusnya ada pada subcutan. Kelenjar sebasea secara embrionik
terperangkap selama penggabungan prosesses maksilaris dan mandibular.

(Regezi, 2013)

b) Patofisiologi
Timbulnya sebasea pada mukosa mulut dikarenakan terjadinya inclusion
(penyatuan) dari ectoderm rongga mulut yang mempunyai potensi mirip dengan
kulit, pada saat perkembangan maksila dan mandibular selama proses embrionik.
c) Hasil anamnesis (subjektif)
Bintik-bintik kecil dengan ukuran seujung jarum, banyak, terdapat pada pipi bagian
dalam.
d) Gejala Klinis dan Pemeriksaan
- Berbentuk granula-granula yang terdiri atas kelenjar sebasea, dengan ukuran
1 sampai 2 mm. Granula-granula menjadi lebih mencolok sesudah
kematangan seksual, ketika sistem sebaseanya berkembang. Rambut intra
oral jarang terlihat dalam kaitan dengan keadaan ini.
- Secara khas tampak pada mukosa pipi sebagai papula yang sedikit menimbul,
berwarna putih, kream atau putih kekuningan.
- Biasanya terjadi dalam jumlah banyak, membentuk kelompok-kelompok,
plak, atau bercak-bercak.
- Kelompok yang melebar dapat terasa kasar pada palpasi.
- Jarang ditemui pada mukosa bibir, retromolar pad, gusi cekat, lidah dan
frenulum.
e) Diagnosa Banding: Tidak ada karena gambaran klinis khas memperlihatkan
fordyce’s granules.
f) Klasifikasi Terapi ICD 9
89.33 Dental Examination
24.99 Other (dental operation)
g) Prosedur tindakan KG
- Oral Hygiene Instruction
- Komunikasi Informasi Edukasi
h) Pemeriksaan penunjang
Pada umumnya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan penampilan
klinis dan riwayat penyakit yang khas.
i) Peralatan dan bahan/ obat
- Dental unit lengkap
- Alat dasar pemeriksaan : kaca mulut, sonde, pinset
j) Lama Perawatan: 1 – 7 hari
k) Faktor Penyulit: Tidak ada
l) Prognosis: Baik
m) Keberhasilan perawatan: ( - ) karena menetap di dalam rongga mulut
n) Persetujuan tindakan kedokteran: Wajib,minimal lisan dan dicatat dalam rekan
medis
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan: Tidak ada
p) Referensi
- Charu M Marya, 2010. History Taking and Clinical Examination in Dentistry
Jaypee Brothers Medical Publishers:India
- Regezi et al, 2013. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation, 6th
edition, Elsevier : St. Louis

3. LINEA ALBA (ICD 10 = …)

a) Definisi: Merupakan garis gelombang putih yang menonjol dengan panjang yang
bervariasi dan terletak mencolok pada garis oklusi di mukosabukal. Yang disebabkan oleh
tekanan atau isapan pada permukaan mukosa bukal.
(Laskaris, 2013)

b) Patofisiologi: Pada awalnya, akan muncul plak putih yang sedikit menonjol dan tidak
teratur dalam pola difus yang menutupi daerah trauma. Bertambahnya luka akan
menimbulkan respon hiperplastik yang memperbesar ukuran plak. Pola linear atau
striae kadang ditemukan yang terdiri atas daerah yang kasar dan tebal dan zona eritem
yang berada diantaranya. Luka yang persisten dapat mengakibatkan pembesaran plak
dengan zona eritem dan ulserasi traumatik yang tidak teratur.
c) Hasil anamnesis (subjektif): Garis memanjang pada pipi bagian dalam sejajar dengan
permukaan gigi rahang bawah.
d) Gejala klinis dan Pemeriksaan
- Berupa garis putih yang mempunyai lebar 1-2 mm dan meluas horizontal dari
molar kedua region kaninus mukosa bukal dan berakhir pada kalikulus
angularis.
- Lesi paling sering ditemukan bilateral dan tidak bias dihilangkan dengan
digosok.
- Lesi berkembang sebagai respon terhadap aktivitas gesekan gigi-gigi, yang
mengakibatkan epitel menjadi menebal (hiperkeratotik)
e) Diagnosis Banding:
- Cheek Bitting
- Morcicatio Buccarum
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.33 Dental Examination
24.99 Other (dental operation)
g) Prosedur tindakan KG
- Oral hygiene instruction
- Komunikasi informasi dan edukasi
h) Pemeriksaan penunjang
Pada umunya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan penampilan klinis
dan riwayat penyakit yang khas.
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap
- Alat diagnostik standar : kaca mulut, sonde, pinset
j) Lama perawatan: 1 – 7 hari
k) Faktor penyulit: Tidak ada
l) Prognosis: Baik
m) Keberhasilan perawatan:
n) Persetujuan tindakan kedokteran: Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam
medik
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan: Tidak ada
p) Referensi
- Charu M Marya, 2010. History Taking and Clinical Examination in Dentistry Jaypee
Brothers Medical Publishers:India
- Regezi et al, 2013. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation, 6th edition,
Elsevier : St. Louis
- Robert PL et al. 2016. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan. Indonesia:
EGC; Jakarta -Indonesia p.18

4. MORCICATIO BUCCARUM (ICD 10 = …)

a) Definisi: Merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut perubahan pada mukosa
mulut yang disebabkan oleh menggigit pipi atau mengunyah pipi. Mengunyah atau menggigit
adalah kebiasaan yang umum dilakukan di saat gelisah, yang mengakibatkan berkembangnya
perubahan mukosa.

(Regezi, 2013)
b) Patofisiologi: ( - )
c) Hasil anamnesis (subjektif): Garis putih memanjang pada pipi.
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Muncul plak putih yang sedikit menonjol dan tidak teratur
- Tidak ada predileksi rasa atau jenis kelamin
- Lebih sering terlihat pada mukosabukal
e) Diagnosis banding:
- Linae alba
- Check bitting
f) Klasifikasi terapi ICD 9 CM
89.31 Dental examination
24.99 Other (dental operation)
g) Prosedur tindakan KG
- OHI
- KIE
h) Pemeriksaan penunjang
Pada umunya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan penampilan
klinis dan riwayat penyakit yang khas
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap
- Alat diagnostik standar : kaca mulut, sonde, pinset
j) Lama perawatan: 1 – 7 hari
k) Faktor penyulit: Tidak ada
l) Prognosis: Baik
m) Keberhasilan perawatan: (-), karena relatif menetap
n) Persetujuan tindakan kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang diperlukan: Tidak ada
p) Referensi
- Charu M Marya, 2010. History Taking and Clinical Examination in
Dentistry Jaypee Brothers Medical Publishers:India
- Regezi et al, 2013. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation, 6th
edition, Elsevier : St. Louis
- Robert PL et al. 2016. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan.
Indonesia: EGC; Jakarta -Indonesia

5. TORUS (ICD 10 = …)

a) Definisi
Suatu tonjolan pada daerah midline palatum durum atau massa tulang nodular tidak
bertangkai, bisa terjadi pada palatum durum atau lingual mandibula.
b) Patofisiologi: (-)
c) Hasil anamnesis (subjektif)
Tonjolan tulang yang bisa terjadi pada palatum durum atau lingual mandibula
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Asimtomatis, bisa meradang apabila terkena trauma
- Jika berada di midline palatum dapat melebar ke kedua sisinya.
- Ukuran umumnya berdiameter 2 cm atau kurang dan bisa berbentuk lobus,
nodul atau ireguler.
- Torus tidak terasa sakit, terasa keras seperti tulang, dengan keadaan dan warna
mukosanya normal
- Bisa dibantu dengan pemeriksaan radiografis
e) Diagnosis banding: (-) karena gambaran klinisnya khas
f) Klasifikasi terapi ICD 9 CM
89.31 Dental Examination
24.99 Other (dental operation)
g) Prosedur tindakan KG
- OHI
- KIE
h) Pemeriksaan penunjang
Pada umunya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan penampilan kklinis
dan riwayat penyakit yang khas
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap
- Alat diagnostik standar : sonde, kaca mulut, pinset
j) Lama perawatan
1 – 7 hari, jika torus mengganggu diperlukan tindakan bedah untuk membuang torus
k) Faktor penyulit: Jika torus besar dan mengganggu atau memerlukan denture
l) Prognosis: Baik
m) Keberhasilan perawatan: Baik
n) Persetujuan tindakan kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang diperlukan: Tidak ada
p) Referensi
- Charu M Marya, 2010. History Taking and Clinical Examination in Dentistry
Jaypee Brothers Medical Publishers:India
- Regezi et al, 2013. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation, 6th edition,
Elsevier : St. Louis
- Robert PL et al. 2016. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan.
Indonesia: EGC; Jakarta -Indonesia

6. SCALLOPED TONGUE / CREANATED TONGUE (ICD 10 = …)

a) Definisi: Kelainan pada lidah yang ditandai identasi pada tepi lateral lidah. Yang
disebabkan oleh :

 Tekanan abnormal karena habitual seperti menyedot, mengerenyot (bruxisism),


menjulurkan lidah, clenching atau lidah ynag membesar
 Pada pasien normal berhubungan dengan sendi temporomandibula
 Pada kelaninan genetik seperti sindrom Down
 Pada kondisi sistemik seperti akromegali dan amiloidosis

b) Patofisiologi: (-)
c) Hasil anamesis (subjektif): Teraan gigi pada lidah
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Lesi bilateral atau unilateral atau terisolasi pada regio ayaitu lidah berkontak
erat dengan gigi-geligi
- Tekanan pada lidah menimbulkan cetakan berupa oval terdepresi kadang-
kadang dikelilingi tepi menonjol, berkelok-kelok dan berwarna putih
- Temuan yang sering menyertai linea alba pada bukal
e) Diagnosis banding: Tidak ada, karena gambarannya sangat khas
f) Klasifikasi terapi ICD 9 CM
89.31 Dental examination
24.99 Other
g) Prosedur tindakan KG
- OHI
- KIE
h) Pemeriksaan penunjang: pada umumnya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan
berdasarkan penampilan klinis dan riwayat penyakit yang khas
i) Peralatan dan bahan/ obat
- Dental unit lengkap
- Alat diagnostik lengkap : kaca mulut, sonde, pinset
j) Lama perawatan: 1 – 7 hari
k) Faktor penyulit: (-)
l) Prognosis: (-)
m) Keberhasilan perawatan: (-)
n) Persetujuan tindakan kedokteran
Wajib, minimal lidan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan: Tidak ada
p) Referensi
- Charu M Marya, 2010. History Taking and Clinical Examination in Dentistry
Jaypee Brothers Medical Publishers:India
- Regezi et al, 2013. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation, 6th edition,
Elsevier : St. Louis
- Robert PL et al. 2016. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan.
Indonesia: EGC; Jakarta –Indonesia.

Instruksi untuk mahasiswa (pada Skills Lab):

1. Perhatikan karakteristik gambaran khas secara klinis lesi variasi normal tersebut
(dapat menggunakan atlas berwarna oral medicine atau sumber lain).
2. Lakukan simulasi perawatan non farmakologis pada pasien sesuai kasus meliputi
DHE/OHI dan KIE, dengan memperhatikan prinsip-prinsipnya.
III. Rencana Perawatan Farmakologi
Landasan Teori Sistematika Penulisan Resep:
Pembukaan :
1. Menuliskan nama / identitas dokter :
2. SIP : No.
3. Alamat & no telepon praktek dokter/klinik :
4. Tempat dan tanggal saat menulis resep :
Isi resep:
1. Menuliskan Superscription : R/
2. Menuliskan Inscription : Nama obat dalam dosis tunggal
3. Menuliskan subscription : sediaan, jumlah obat.
4. Menuliskan Signatura : Aturan pakai obat
5. Menulis garis penutup dan paraf dokter gigi penulis resep.

Contoh
R/ Acyclovir cream 5 %
disp Tube No I
S 5 x/hari oles tipis pada bibir
------------------------- paraf
Penutup :
1. Menuliskan nama pasien :
2. Menuliskan usia pasien :

3.1 Penulisan Resep Topikal untuk Lesi Ulserasi Mukosa Oral karena Infeksi Virus
Contoh resep antivirus topikal :
R/ Acyclovir cream 5 %
disp Tube No I
S u.c (sesuai instruksi)
------------------------- paraf
atau
R/ Acyclovir cream 5 %
disp Tube No I
S 5 x/hari oles tipis pada bibir
------------------------- paraf

Contoh resep antiseptik :


R/ Chlorhexidine gluconate 0,2 %
disp Fl No I (150 ml)
S 2 dd 10 ml coll oris
------------------------- paraf
atau
R/ Chlorhexidine gluconate 0,2 %
disp Fl No I (150 ml)
S u.c (pemakaian diketahui)
------------------------- paraf

Contoh resep Vitamin


R/ Vitamin B 12 50 mcg
disp No XIV
S 2 dd 1
------------------------- paraf
R/ Asam Folat 400 mcg
disp No VII
S 1 dd 1
------------------------- paraf

3.2 Penulisan Resep Topikal untuk Lesi Ulserasi Mukosa Oral Berulang
Antiinflamasi Steroid
R/ Triamcinolone Acetonide 0,1 % in ora base,
disp Tube No I
S 3 dd oles pada lesi atau S 3 dd lit oris
------------------------- paraf

Antiinflamasi Non Steroid


R/ Hyaluronic acid 0,2 % gel
disp Tube No I
S 3 dd lit oris
------------------------ paraf

3.3 Penulisan Resep Topikal untuk Lesi Ulserasi Mukosa Oral karena Infeksi Bakteri
dan Jamur
Anti Fungal Topikal Intra oral
R/ Nystatin 100.000 IU/ml in oral suspension
disp Fl No III
S 4 dd 1 ml kulum, telan
------------------------ paraf

Anti Fungal Topikal Ekstra oral


R/ Myconazole nitrat 2 % cream/oral gel
disp Tube No I
S 4 dd oles pada sudut bibir
------------------------ paraf
PERSIAPAN PELATIHAN

Persiapan daerah kerja :


- Dental Unit Bersih
- Alat steril dan Bahan lengkap (lihat daftar alat dan bahan)
- Operator siap menerima pasien (memakai jas dokter)

Persiapan Pasien dan Medical Record:


- Senyum, sapa dan salam
- Memanggil nama pasien
- Meminta pasien duduk di kursi konsultasi
- Memastikan identitas pasien atau mengumpulkan data identitas pasien: nama, alamat,
usia, pekerjaan/pendidikan, jenis kelamin.

Alat dan Bahan :


Tersedia 1 kelompok 3 set/buah
1. Phamtoom Head / foto lesi, kasus, rubrik asessment dll.
2. Sphigmomanometer, Termometer, Timer/jam tangan (foto)
3. Bahan habis pakai masing masing disimpan dalam container bertutup: Cotton pellet,
Cotton roll, cotton bud, cotton ball, tampon, kasa steril.
4. Antiseptik : Povidone Iodine/Chlorhexidine
5. Senter/headlamp
6. Sabun cair atau hand sanitizer.
7. Tempat sampah kecil untuk meja pemeriksaan dilapisi tas kresek.
8. Petridish.
9. Baki kecil bersih berisi :
Alat dasar (kaca mulut 2 buah, sonde, pinset, excavator, probe)
– bersih dan steril/disposibel

Tersedia masing – masing mahasiswa satu:


1. Lembar Status Ilmu Penyakit Mulut
2. Alat tulis
3. Lembar Resep (kertas A4 kosong)
4. Masker.
5. Handscoon.
6. Gelas kumur isi air/aqua gelas.
7. Polybib

Cat : warna ungu bold disediakan oleh tiap mahasiswa/tiap kelompok atau sesuai keperluan.
Instruksi Bagi Mahasiswa
Skenario Pasien Simulasi (PS)
Kasus 1
Skenario :
 Nama : Bu Herlina
 Usia : 35 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : sesuai dengan PS
 Pekerjaan : sesuai dengan PS
 Keluhan Utama saat ini (chief complaint) : keluhan luka/sariawan/keropeng pada bibir
kiri terasa perih.
 Lokasi keluhan : bibir kiri
 Kapan keluhan terjadi (onset) : sejak 3 hari yang lalu
 Lamanya keluhan berlangsung (duration) selama 3 hari
 Kronologis : mula mula pasien mengalami demam, lalu muncul gelembung berisi air
pada bibir, 2 hari yang lalu pecah dan menjadi luka/sariawan/keropeng. Sejak itu kondisi
sekitar mulut terasa sakit/perih.
 Faktor yang memperberat : Saat buka mulut sakit.
 Faktor yang memperingan : tidak ada
 Perawatan yang telah diterima : Obat Parasetamol untuk meredakan demam, untuk
luka/sariawan belum ada perawatan/pengobatan.
 Riwayat dental terdahulu : tidak ada
 Riwayat medis terdahulu : sariawan/luka serupa pernah dialami sebelumnya 2 kali
sekitar usia 15 dan 19 tahun. Riwayat cacar air saat usia 5 tahun dialami pasien.
 Riwayat penyakit yang sama pada keluarga : tidak ada
 Riwayat sosiokultural : Aktifitas olahraga dan pekerjaan lapangan sering berada di luar
ruangan/sering terkena paparan sinar matahari langsung.
 Harapan pasien : ingin diobati kondisi mulutnya

Catatan :
 Skenario ini wajib dihafalkan dan dipahami oleh setiap mahasiswa untuk digunakan
sebagai persiapan pada simulasi antar teman.
 Tulisan berwarna merah merupakan jawaban dari pertanyaan operator pada saat
pelatihan keterampilan klinik pemeriksaan subyektif/anamnesis.
 Mahasiswa yang bertindak sebagai pasien simulasi tidak diperkenankan
memberitahukan atau mengarahkan pertanyaan, menjawab yang tidak ditanyakan oleh
operator atau menjelaskan hal-hal yang tidak tercantum dalam skenario.
Instruksi Bagi Mahasiswa
Skenario Pasien Simulasi (PS)
Kasus 2
Skenario :
 Nama : Sartika
 Usia : 21 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : sesuai dengan PS
 Pekerjaan : sesuai dengan PS
 Keluhan Utama saat ini (chief complaint) : keluhan sariawan di bibir dalam bagian
atas, terasa sakit
 Lokasi keluhan : mukosa labial kanan atas
 Kapan keluhan terjadi (onset) : sejak 3 hari yang lalu
 Lamanya keluhan berlangsung (duration) selama 3 hari
 Kronologis : 3 hari yang lalu bagian bibir dalam pasien tergigit secara tidak sengaja lalu
muncul sariawan,
 Faktor yang memperberat : Saat makan atau kena pedas semakin sakit.
 Faktor yang memperingan : tidak ada.
 Perawatan yang telah diterima : untuk sariawan belum ada perawatan/pengobatan.
 Riwayat dental terdahulu : pasien sering mengalami sariawan, dalam satu tahun 3-5 kali.
Biasanya muncul pada saat sedang banyak tugas kampus dan menjelang menstruasi.
 Riwayat medis terdahulu : tidak ada
 Riwayat penyakit yang sama pada keluarga : ibu dan kakak pasien menderita sariawan
berulang.
 Riwayat sosiokultural : Kurang suka makan buah-buahan dan sayuran, gemar makan
makanan pedas dan berasa tajam seperti kare/santan..
 Harapan pasien : ingin diobati kondisi mulutnya

Catatan :
 Skenario ini wajib dihafalkan dan dipahami oleh setiap mahasiswa untuk digunakan
sebagai persiapan pada simulasi antar teman.
 Tulisan berwarna merah merupakan jawaban dari pertanyaan operator pada saat
pelatihan keterampilan klinik pemeriksaan subyektif/anamnesis.
 Mahasiswa yang bertindak sebagai pasien simulasi tidak diperkenankan
memberitahukan atau mengarahkan pertanyaan, menjawab yang tidak ditanyakan oleh
operator atau menjelaskan hal-hal yang tidak tercantum dalam skenario.
Instruksi Bagi Mahasiswa
Skenario Pasien Simulasi (PS)
Kasus 3
Skenario :
 Nama : Jamila
 Usia : 55 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : sesuai dengan PS
 Pekerjaan : sesuai dengan PS
 Keluhan Utama saat ini (chief complaint) : Sudut bibir kiri terasa nyeri karena ada
sariawan, disertai lidah terasa panas dan kehilangan sensasi rasa makanan.
 Lokasi keluhan : sudut bibir kiri dan permukaan lidah.
 Kapan keluhan terjadi (onset) : sejak 1 minggu yang lalu
 Lamanya keluhan berlangsung (duration) selama 1 minggu menjadi semakin parah
 Kronologis : mula mula pasien mengalami radang tenggorokan dan minum antibiotik.
Radang tenggorokan membaik tetapi kemudian muncul lapisan putih pada lidah, lidah
terasa panas dan kehilangan sensasi rasa makanan. Sariawan pada sudut bibir muncul
bersamaan dengan keluhan lidah tersebut, sejak itu sulit membuka mulut lebar karena
terasa sakit sampai sulit makan.
 Faktor yang memperberat : Saat buka mulut semakin sakit, dan saat kena makanan pedas
lidah terasa lebih panas/perih.
 Faktor yang memperingan : tidak ada
 Perawatan yang telah diterima : Antibiotik untuk meredakan radang tenggorokan, untuk
sariawan sudut bibir dan kondisi lidah belum ada perawatan/pengobatan.
 Riwayat dental terdahulu : pencabutan gigi belakang, terakhir 3 tahun yang lalu ke drg.
 Riwayat medis terdahulu : tidak ada, namun ada keluhan sering letih lemah lesu dan
mudah mengantuk.
 Riwayat penyakit yang sama pada keluarga : tidak ada
 Riwayat sosiokultural : Jarang makan daging-dagingan, buah-buahan dan sayuran.
 Harapan pasien : ingin diobati kondisi mulutnya

Catatan :
 Skenario ini wajib dihafalkan dan dipahami oleh setiap mahasiswa untuk digunakan
sebagai persiapan pada simulasi antar teman.
 Tulisan berwarna merah merupakan jawaban dari pertanyaan operator pada saat
pelatihan keterampilan klinik pemeriksaan subyektif/anamnesis.
 Mahasiswa yang bertindak sebagai pasien simulasi tidak diperkenankan
memberitahukan atau mengarahkan pertanyaan, menjawab yang tidak ditanyakan oleh
operator atau menjelaskan hal-hal yang tidak tercantum dalam skenario.

Anda mungkin juga menyukai