Tujuan Umum :
Setelah menyelesaikan PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU ini,
mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam melakukan simulasi
tatalaksana terhadap pasien dengan lesi ulserasi mukosa oral, meliputi:
- pemeriksaan subyektif/anamnesis sitemik dan history taking;
- pemeriksaan umum dan tanda vital,
- pemeriksaan klinis ekstra dan intraoral secara sistematis dan menyeluruh/lengkap
- menentukan pemeriksaan penunjang dan rujukan ahli jika diperlukan
- menentukan diagnosis dan diagnosis banding
- menentukan terapi kelainan mukosa oral dengan tepat.
Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU ini,
mahasiswa diharapkan mempunyai bekal/modal kemampuan dan keterampilan klinis dasar
dalam melakukan tatalaksana pasien dengan lesi ulserasi mukosa oral pada saat memasuki
jenjang pendidikan profesi dokter gigi.
Metode Pelatihan :
Demonstrasi, Diskusi grup kecil, Simulasi antar teman dan pada model/gambar foto
lesi oral, menulis resep, tugas kelompok/project based learning.
Prosedur Anamnesis :
a. Pengenalan dan pembukaan diri terdiri dari :
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Melakukan kontak mata dengan pasien dan bersikap ramah.
b. Menanyakan identitas pasien, terdiri dari : Nama (Tn/Ny.), Usia, Jenis Kelamin,
Alamat, Pekerjaan
c. Menanyakan Keluhan Utama saat ini (presenting complaint) : keluhan saat pasien
datang atau keluhan yang membuat pasien menemui dokter gigi
d. Menanyakan sejarah keluhan utama, meliputi :
Kapan keluhan terjadi (onset)
Lamanya keluhan berlangsung (duration)
Lokasi keluhan
Faktor-faktor yang memperingan
Faktor-faktor yang memperberat
Kronologis (investigation) :
Perawatan yang telah diterima
e. Riwayat medis sebelumnya : riwayat penyakit sistemik yang pernah / sedang diderita.
f. Riwayat dental sebelumnya : riwayat penyakit / perawatan dental yang pernah dimiliki
sebelumnya.
g. Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit yang bersifat herediter, penyakit yang
sama pada anggota keluarganya.
h. Kebiasaan kultural dan sosial : dapat berupa informasi yang berhubungan dengan
lingkungan sosioekonomi dan pekerjaan, riwayat perjalanan keluar negeri, riwayat
seksual, hobby dan kebiasaan-kebiasaan buruk pasien yang relevant dengan keluhan.
i. Harapan pasien
REFFERENSI
1. Silverman S, Eversole LR, Truelove EL, Essentials of Oral Medicine, BC Decker Inc,
London : 2001.
2. Greenberg MS, Glick M, Ship JA, Burket’s Oral Medicine 11th edition, BC Decker Inc,
London : 2008.
B. Bibir
Pemeriksaan bibir meliputi kesimetrisan dan konsistensi serta tektur jaringannya. Secara
normal jaringan bibir harus elastis, lembut, dan memiliki warna merah muda yang homogen.
Bentuk bibir dapat dicatat panjang/pendek, normal, teba/ tipis, tegang/kendor (flabby).
Vermillion border harus jelas dan sejajar/rata. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan
pada vermillion boder. Komisura bibir yang normal tampak bersih dari lesi, tampak lembab
dan tidak memperlihatkan tanda pecah-pecah atau kering atau mengelupas/eksfoliatif.
D. Mata
Pengamatan mata dan jaringan disekitar mata untuk melihat adanya abnormalitas, juga
penting untuk dilakukan. Perhatikan warna sklera dan ukuran dari kedua pupil. Sklera kuning
(ikterik) berkaitan dengan jaundice dan dapat mengindikasikan kasus hepatitis yang tidak
terdiagnosis (A atau B), atau difungsi hati lainnya atau kelainan darah. Sklera biru berkaitan
dengan osteogenesis imperfecta yang dapat meliputi perubahan dari struktur dentin. Ukuran
pupil dapat membantu mengidentifikasi pasien yang berada dalam resiko dari
kegawatdaruratan medis karena penggunaan obat-obatan terlarang. Symblepharon berkaitan
dengan benign mucous membrane pemphigoid dan lichen planus. Perujukan pada spesialis
seperti ke dokter spesialis mata dibutuhkan untuk menilai kondisi apapun yang
memperlihatkan gejala symbrephron atau pterygium.
Pergerakan pupil dinyatakan dengan isokhor atau non isokhor atau strabismus. Operator
meminta pasien mengikuti gerakan jari telunjuk operator di depan mata operator dalam jarak
sekitar 15 cm, lalu digerakkan perlahan ke kiri atau ke kanan.
Operator dapat menarik kelopak mata bagian bawah lalu menginstruksikan pasien untuk
melihat ke atas lalu diamati warna konjunctiva, apakah tampak anemis atau tidak anemis.
F. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid ditemukan inferior dari laring dan superior dari klavikula di samping trakea.
Kelenjar ini memiliki dua lobus yang terhubung oleh sebuah isthmus. Palpasi kelenjar tiroid
menggunakan tehnik bimanual dimana satu tangan mendukung jaringan dan tangan lainnya
melakukan palpasi kelenjar pada satu sisi dan kemudian sebaliknya dilakukan untuk
melakukan pemeriksaan sisi berlawanan dari kelenjar. Kelenjar tiroid yang normal
seharusnya tidak kelihatan dan selalu tidak akan teraba pada saat dipalpasi. Pasien diminta
melakukan gerakan penelanan ringan, selama proses penelanan kelenjar normal akan
terangkat pelan-pelan dan simetris namun kadang tidak teraba (gambar 12 dan 13).
G. Kelenjar Saliva
Palpasi kelenjar saliva parotis (Gambar 14) menggunakan tehnik bimanual. Kelenjar ini
secara normal tidak akan teraba saat dipalpasi. Indurasi dan nyeri dapat menjadi tanda dari
infeksi, blokade, kelainan sistem imun atau proses keganasan. Selain itu, pembesaran kelenjar
parotis yang tidak lunak dapat terjadi pada penggunaan alkohol, diabetes, Sjörgen’s
syndrome, gangguan makan, infeksi HIV, dan berbagai status keganasan/bukan-keganasan.
Gambar 11. Palpasi digital nodus submentalis Gambar 12. Palpasi bimanual kelenjar tiroid
Gambar 13. Tahan jari dengan ringan pada Gambar 14. Palpasi kelenjar parotis
kelenjar saat pasien menelan
Gambar 15. Posisi jari yang benar pada TMJ. Gambar 16. Pasien
membuka dan menutup mulut dengan perlahan.
I. Kulit
Kulit pada leher dan kulit kepala harus diperiksa pada pemeriksaan ekstraoral. Beberapa
kelainan mukosa oral berkaitan dengan lesi pada kulit, misalnya pada kasus pasien dengan
discoid lupus erythematosus. Lesi kulit dari discoid lupus dapat terjadi bersamaan dengan
inflamasi gingiva yang terlihat selama pemeriksaan intraoral (gambar 17 & 18). Juga pada
kasus erythemma multiforme (gambar 19 & 20).
Gambar 17 & 18. Lesi kulit dan inflamasi gingiva pada pasien discoid lupus
Gambar 19 & 20. Lesi target atau iris lesion dikulit dan lesi oral
pada pasien Erythema Multiforme
1.4 Pemeriksaan Obyektif Intra Oral
Pemeriksaan intra oral sama seperti evaluasi atau pemeriksaan ektraoral, pemeriksaan ini
harus dilakukan secara sistematis dengan menggunakan urutan yang sama setiap kali.
Pemeriksaan intra oral meliputi pemeriksaan terhadap:
A. Kebersihan Mulut
Pengukuran status kebersihan mulut yang umum digunakan yakni dengan menggunakan Oral
Hygiene Indeks Simplified (OHI-S) dari Green dan Vermillion. Nilai dari OHI-S ini
merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris indeks dan kalkulus
indeks.
B. Mukosa Labial
Pemeriksaan mukosa labial diperiksa dengan melihat langsung yaitu dengan cara
memisahkan jaringan menggunakan jari atau ibu jari diikuti oleh palpasi bidigital pada
jaringan bibir/labial. Lalu pindah atau gerakkan dari satu sisi ke sisi lain.
C. Mukosa Bukal
Mukosa bukal diperiksa dengan cara melihat langsung atau tidak langsung serta palpasi pada
daerah tersebut. Pastikan untuk menekan jaringan daerah retromolar dan meregangkan
mukosa jauh dari mukogingival junction.
Gambar 24. Regangkan jaringan agar dapat terlihat area yang tertutupi oleh jari.
Gambar 25. Regangkan jaringan jauh dari area retromolar.
Gambar 26. Palpasi mukosa bukal. Mukosa bukal harus dipalpasi dengan tekanan pada
jaringan diantara jari telunjuk dan ibu jari pada satu tangan.
Palatum Lunak: Palatum lunak diperiksa dengan cara melihat langsung. Jika perlu
dipalpasi, maka dilakukan anestesi topikal dahulu dan jaringan dipalpasi mulai dari midline
lalu ke permukaan lateral. Normalnya, area ini vaskularisasinya lebih sedikit daripada daerah
orofaring, dan biasanya warnanya pink kemerahan. Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan
“ah”. Jaringan terlihat longgar, bergerak (mobile), simetris selama menjalankan fungsi.
Uvula: Uvula dicatat terlalu panjang atau pendek, atau uvula yang terlihat asimetris pada saat
istirahat. Kadang-kadang pada seseorang ditemukan adanya bifid/celah pada uvula.
E. Lidah
Lidah diperiksa dengan cara melihat langsung atau tidak langsung. Pegang ujung lidah
dengan menggunakan kasa dan gerakkan jari dan ibu jari tangan yang sama di satu sisi untuk
mengamati batas lateral kemudian ulangi untuk sisi lain. Gunakan kaca mulut untuk
memeriksa bagian batas lateral posterior lidah.
F. Dasar Mulut
Dasar mulut diperiksa dengan melihat langsung atau tidak langsung diikuti dengan palpasi
pada seluruh strukturnya. Pasien diminta untuk mengangkat lidahnya agar memungkinkan
dilakukannya pemeriksaan visual langsung pada jaringan ke arah midline dasar mulut.
Operator juga dapat mengamati pooling saliva pasien sehubungan dengan pemeriksaan
kualitas dan kuantitas saliva.
Kaca mulut digunakan untuk memeriksa daerah di dekat perbatasan/garis inferior mandibula.
Jaringan akar terlihat lembab dan vaskularisasinya tinggi. Pemeriksaan dasar mulut yaitu
dengan cara palpasi bimanual intra oral dengan menggunakan jari telunjuk tangan kanan,
sedangkan jari-jari tangan kiri diletakkan dibawah dagu, ditekan dengan lembu untuk
merasakan struktur daerah diantara jari-jari.
Keterangan:
Penggunaan Protesa, atau alat ortodonti juga harus dicatat pada bagian pemeriksaan intra
oral.
REFFERENSI
Birnbaum, W. dan Dunne, S. 2000. Oral Diagnosis: The Clinician’s Guide. Wright,
Oxford. Hal. 46-59.
Lamey, P.J. dan Lewis, M.A.O. 1991. Oral Medicine in Practice. BDJ Publisher, London.
Hal. 5 – 7.
Burkhart NW. DeLong L. The Intraoral and Extraoral Exam. Crest® Oral-B® at
dentalcare.com Continuing Education Course, Revised August 8, 2012.
http://www.dentalcare.com/media/en-us/education/ce337/ce337.pdf.
Woo SB, Greenberg MS. Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and Treatment. 11th ed. BC
Decker Inc. 2008. Hal: 42-46.
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Langkah – langkah dalam menentukan pemeriksaan penunjang:
1. Analisis hasil pemeriksaan yang didapat baik berupa anamnesis/history taking,
pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan ekstra dan intra oral.
2. Tentukan dugaan penyakit mulut yang ditemukan, tentukan etiologinya.
3. Tentukan dugaan penyakit sistemik yang menyertai (jika ada).
4. Analisis hasil no 2 dan 3.
5. Tentukan pemeriksaan yang diperlukan di antaranya adalah sebagai berikut, jika:
- Etiologi infeksi mikroorganisme bakteri/jamur: memerlukan pemeriksaan swab pada
lesi untuk diperiksa mikroorganisme yang ada dengan mikroskop, atau
pembiakan/kultur mikroba.
- Penyakit sistemik yang berkaitan dengan kelainan darah: memerlukan pemeriksaan
hematologi.
- Penyakit sistemik yang berkaitan dengan infeksi virus: memerlukan pemeriksaan
serologi.
- Penyakit sistemik yang berkaitan dengan infeksi virus: memerlukan pemeriksaan
serologi, dll.
6. Jika pemeriksaan penunjang membutuhkan pemeriksaan di laboratorium, maka
selanjutnya mengisi lembar pemeriksaan penunjang yang diperlukan (memberi tanda
check/menandai dengan stabillo).
contoh pemeriksaan hematologi meliputi: Haemoglobin, Hematokrit, Jumlah Erytrosit,
Jumlah leukosit, Jumlah trombosit, MCV, MCH, MCHC, LED, TIBC, dll.
contoh pemeriksaan faal ginjal meliputi: Haemoglobin, Hematokrit, Jumlah Erytrosit,
Jumlah leukosit, Jumlah trombosit, Hitung jenis leukosit, ureum, kreatinin.
contoh pemeriksaan faal hepar meliputi: Haemoglobin, Hematokrit, Jumlah Erytrosit,
Jumlah leukosit, Jumlah trombosit, Hitung jenis leukosit, SGOT, SGPT.
7. Melengkapi data yang diperlukan:
- Identitas Pasien: Nama, Alamat, Umur,
- Diagnosa penyakit
- Identitas dokter pengirim: Nama, Alamat
- Tanggal mengorder pem. penunjang
- Tanda tangan dokter
REFFERENSI
1. Lewis MAO, Jordan RCK, A Colour Handbook Oral Medicine, Manson Publishing :
2011.
2. Burkhart NW, DeLong L, The Intra Oral and Extra Oral Examination, Crest ® Oral-B®
at dentalcare.com, Continuing Education Course, Revised December 6, 2015.
3. Silverman S, Eversole LR, Truelove EL, Essentials of Oral Medicine, BC Decker Inc,
London : 2001.
4. Greenberg MS, Glick M, Ship JA, Burket’s Oral Medicine 11th edition, BC Decker Inc,
London : 2008.
1.6 Menentukan Rujukan Ahli
Langkah – langkah dalam menentukan rujukan kepada teman sejawat yang ahli/kompeten
pada bidang tertentu:
1. Analisis hasil pemeriksaan yang didapat baik berupa anamnesis/history taking,
pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan ekstra dan intra oral.
2. Tentukan dugaan penyakit mulut yang ditemukan, tentukan etiologinya.
3. Tentukan dugaan penyakit sistemik yang menyertai (jika ada).
4. Interpretasikan hasil pemeriksaan penunjang yang ditemukan terutama jika ditemukan
abnormalitas.
5. Analisis hasil no 2, 3 dan 4.
6. Tentukan tujuan rujukan ahli sesuai kasus jika diperlukan di antaranya adalah sebagai
berikut, jika:
- Terdapat Penyakit sistemik yang berkaitan dengan kelainan darah, seperti anemia,
leukemia, dll: rujukan ditujukan pada dokter spesialis penyakit dalam
(hematoonkologi medis).
- Terdapat Penyakit sistemik pada anak-anak, misalnya malnutrisi: rujukan ke dokter
spesialis anak.
- Terdapat Penyakit sistemik atau kelainan kulit: rujukan ke dokter spesialis kulit.
- Terdapat gangguan atau penyakit jiwa: rujukan ke psikiatri.
- Terdapat dugaan atau faktor resiko terkena infeksi HIV/AIDS: dokter gigi dapat
berfungsi sebagai PITC (Provider initiated testing and counselling) atau merujuk ke
konselor HIV yang sudah memiliki sertifikat.
- dll.
7. Surat rujukan dikirim beserta hasil pemeriksaan penunjang yang sudah didapat.
8. Surat rujukan setidaknya berisi:
- Nama, alamat dan no telepon dokter pengirim,
- Tanggal dan lokasi,
- Permohonan untuk: konsultasi/penilaian klinis/tatalaksana,
- Atas nama pasien, usia, alamat, jenis kelamin,
- Diagnosa penyakit gigi mulut yang ditemukan,
- Pemeriksaan dan Perawatan yang telah dilakukan oleh dokter pengirim,
- Ucapan terima kasih atas kerjasamanya.
- Tanda tangan dokter pengirim.
Surat rujukan hendaknya disampaikan dalam amplop tertutup.
REFFERENSI
II. Tatalaksana Kasus Rencana Perawatan Non Farmakologi
Rencana perawatan bagi pasien-pasien dengan kasus ipm/lesi jaringan lunak rongga
mulut terdiri dari rencana perawatan farmakologi dan non farmakologi. Pada materi kali ini
akan dibahas mengenai rencana perawatan non farmakologi, yang terdiri dari:
1. Instruksi menjaga kebersihan mulut meliputi kebersihan gigi dan lidah (DHE dan
OHI)
2. Informasi dan Edukasi bagi pasien terkait penyakit/kasus yang dialami.
Beberapa materi yang terdapat dalam modul tersebut yang dapat digaris bawahi adalah
sebagai berikut:
A. Pemberian Informasi Kepada Pasien
Pasal 45 UU Praktik Kedokteran memberikan batasan minimal informasi yang
selayaknya diberikan kepada pasien yaitu:
1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
3. Alternatif tindakan lain dan resikonya (jika ada)
4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
1. LEUKOEDEMA (ICD 10 = …)
a) Definisi
variasi mukosa oral yang umum dan berkaitan dengan orang-orang berkulit gelap,
tetapi kadang-kadang dapat dijumpai pada orang-orang berkulit putih. Insidensi
leukoedema cenderung meningkat dengan bertambahnya usia dan 50% dari anak-
anak kulit hitam dan 92% orang dewasa kulit hitam menderitanya (Langlais, 1998).
(regezi, 2013)
b) Patofisiologi : (-)
c) Hasil anamnesis (subjektif)
Lapisan putih pada pipi bagian dalam yang hilang jika diregangkan.
d) Gejala klinis dan Pemeriksaan
- Tempat yang biasa ditemukan pada mukosa bukal dan bibir, bilateral pada sisi
kiri dan kanan.
- Velvet-like folded appearance (seperti beludru) – berwarna putih keabu-abuan,
slightly folded opalescent
- Mother of pearl appearance – pada beberapa kasus, terlihat difus.
- Tanda : kadang terjadi deskuamasi yang dapat meninggalkan permukaan
erosif
- Pemeriksaan : hilang segera jika mukosa bukal diregangkan.
e) Diagnosa Banding
- Leukoplakia: gambaran putih susu, yang tidak hilang jika mukosa diregangkan
- Cheek bitting lesion: biasanya unilateral, dan terlihat keterlibatan jaringan
lainnya
- White sponge nevus: seperti plak yang lebih tebal, dan tidak hilang jika
mukosa diregangkan
- Hereditary benign intraepithelial dyskeratosis: mirip dengan white sponge
nevus.
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
- 83.91 (Dental examination)
- 24.99 Other (Other dental examination)
g) Prosedur Tindakan KG
- Oral Hygiene Instruction
- Komunikasi Informasi Edukasi
- Tidak memerlukan tindakan, karena merupakan variasi normal di dalam
rongga mulut.
h) Pemeriksaan penunjang
Pada umumnya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan penampilan klnis
dan riwayat penyakit yang khas.
i) Peralatan dan bahan
- Dental unit lengkap
- Alat dasar pemeriksaan rongga mulut : sonde, kaca mulut dan pinset
j) Lama perawatan: 1 – 7 hari
k) Faktor penyulit : tidak ada
l) Prognosis: Ad bonam, tidak berpotensi keganasan
m) Keberhasilan perawatan: Baik
n) Persetujuan tindakan kedokteran :
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medis (terutama jika ada tindakan
invasif seperti pembedahan karena dirasakan pasien mengganggu)
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan : (-)
p) Referensi :
- Robert PL et al. 2016. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan.
Indonesia: EGC; Jakarta -Indonesia p.18
th
- Odell E, 20017. Cawson’s, Essentials of Oral Pathology And Oral Medicine, 9
Edition, Elsevier: London.
a) Definisi
Merupakan anomaly perkembangan yang secara karakteristik ditandai oleh
adanya kelenjar-kelenjar sebasea yang ektopik di dalam mulut. Disebabkan oleh
kelenjar – kelenjar sebasea yang ektopik (tumbuh tidak pada tempat semestinya)
pada submucosa, seharusnya ada pada subcutan. Kelenjar sebasea secara embrionik
terperangkap selama penggabungan prosesses maksilaris dan mandibular.
(Regezi, 2013)
b) Patofisiologi
Timbulnya sebasea pada mukosa mulut dikarenakan terjadinya inclusion
(penyatuan) dari ectoderm rongga mulut yang mempunyai potensi mirip dengan
kulit, pada saat perkembangan maksila dan mandibular selama proses embrionik.
c) Hasil anamnesis (subjektif)
Bintik-bintik kecil dengan ukuran seujung jarum, banyak, terdapat pada pipi bagian
dalam.
d) Gejala Klinis dan Pemeriksaan
- Berbentuk granula-granula yang terdiri atas kelenjar sebasea, dengan ukuran
1 sampai 2 mm. Granula-granula menjadi lebih mencolok sesudah
kematangan seksual, ketika sistem sebaseanya berkembang. Rambut intra
oral jarang terlihat dalam kaitan dengan keadaan ini.
- Secara khas tampak pada mukosa pipi sebagai papula yang sedikit menimbul,
berwarna putih, kream atau putih kekuningan.
- Biasanya terjadi dalam jumlah banyak, membentuk kelompok-kelompok,
plak, atau bercak-bercak.
- Kelompok yang melebar dapat terasa kasar pada palpasi.
- Jarang ditemui pada mukosa bibir, retromolar pad, gusi cekat, lidah dan
frenulum.
e) Diagnosa Banding: Tidak ada karena gambaran klinis khas memperlihatkan
fordyce’s granules.
f) Klasifikasi Terapi ICD 9
89.33 Dental Examination
24.99 Other (dental operation)
g) Prosedur tindakan KG
- Oral Hygiene Instruction
- Komunikasi Informasi Edukasi
h) Pemeriksaan penunjang
Pada umumnya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan penampilan
klinis dan riwayat penyakit yang khas.
i) Peralatan dan bahan/ obat
- Dental unit lengkap
- Alat dasar pemeriksaan : kaca mulut, sonde, pinset
j) Lama Perawatan: 1 – 7 hari
k) Faktor Penyulit: Tidak ada
l) Prognosis: Baik
m) Keberhasilan perawatan: ( - ) karena menetap di dalam rongga mulut
n) Persetujuan tindakan kedokteran: Wajib,minimal lisan dan dicatat dalam rekan
medis
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan: Tidak ada
p) Referensi
- Charu M Marya, 2010. History Taking and Clinical Examination in Dentistry
Jaypee Brothers Medical Publishers:India
- Regezi et al, 2013. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation, 6th
edition, Elsevier : St. Louis
a) Definisi: Merupakan garis gelombang putih yang menonjol dengan panjang yang
bervariasi dan terletak mencolok pada garis oklusi di mukosabukal. Yang disebabkan oleh
tekanan atau isapan pada permukaan mukosa bukal.
(Laskaris, 2013)
b) Patofisiologi: Pada awalnya, akan muncul plak putih yang sedikit menonjol dan tidak
teratur dalam pola difus yang menutupi daerah trauma. Bertambahnya luka akan
menimbulkan respon hiperplastik yang memperbesar ukuran plak. Pola linear atau
striae kadang ditemukan yang terdiri atas daerah yang kasar dan tebal dan zona eritem
yang berada diantaranya. Luka yang persisten dapat mengakibatkan pembesaran plak
dengan zona eritem dan ulserasi traumatik yang tidak teratur.
c) Hasil anamnesis (subjektif): Garis memanjang pada pipi bagian dalam sejajar dengan
permukaan gigi rahang bawah.
d) Gejala klinis dan Pemeriksaan
- Berupa garis putih yang mempunyai lebar 1-2 mm dan meluas horizontal dari
molar kedua region kaninus mukosa bukal dan berakhir pada kalikulus
angularis.
- Lesi paling sering ditemukan bilateral dan tidak bias dihilangkan dengan
digosok.
- Lesi berkembang sebagai respon terhadap aktivitas gesekan gigi-gigi, yang
mengakibatkan epitel menjadi menebal (hiperkeratotik)
e) Diagnosis Banding:
- Cheek Bitting
- Morcicatio Buccarum
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.33 Dental Examination
24.99 Other (dental operation)
g) Prosedur tindakan KG
- Oral hygiene instruction
- Komunikasi informasi dan edukasi
h) Pemeriksaan penunjang
Pada umunya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan penampilan klinis
dan riwayat penyakit yang khas.
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap
- Alat diagnostik standar : kaca mulut, sonde, pinset
j) Lama perawatan: 1 – 7 hari
k) Faktor penyulit: Tidak ada
l) Prognosis: Baik
m) Keberhasilan perawatan:
n) Persetujuan tindakan kedokteran: Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam
medik
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan: Tidak ada
p) Referensi
- Charu M Marya, 2010. History Taking and Clinical Examination in Dentistry Jaypee
Brothers Medical Publishers:India
- Regezi et al, 2013. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation, 6th edition,
Elsevier : St. Louis
- Robert PL et al. 2016. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan. Indonesia:
EGC; Jakarta -Indonesia p.18
a) Definisi: Merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut perubahan pada mukosa
mulut yang disebabkan oleh menggigit pipi atau mengunyah pipi. Mengunyah atau menggigit
adalah kebiasaan yang umum dilakukan di saat gelisah, yang mengakibatkan berkembangnya
perubahan mukosa.
(Regezi, 2013)
b) Patofisiologi: ( - )
c) Hasil anamnesis (subjektif): Garis putih memanjang pada pipi.
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Muncul plak putih yang sedikit menonjol dan tidak teratur
- Tidak ada predileksi rasa atau jenis kelamin
- Lebih sering terlihat pada mukosabukal
e) Diagnosis banding:
- Linae alba
- Check bitting
f) Klasifikasi terapi ICD 9 CM
89.31 Dental examination
24.99 Other (dental operation)
g) Prosedur tindakan KG
- OHI
- KIE
h) Pemeriksaan penunjang
Pada umunya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan penampilan
klinis dan riwayat penyakit yang khas
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap
- Alat diagnostik standar : kaca mulut, sonde, pinset
j) Lama perawatan: 1 – 7 hari
k) Faktor penyulit: Tidak ada
l) Prognosis: Baik
m) Keberhasilan perawatan: (-), karena relatif menetap
n) Persetujuan tindakan kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang diperlukan: Tidak ada
p) Referensi
- Charu M Marya, 2010. History Taking and Clinical Examination in
Dentistry Jaypee Brothers Medical Publishers:India
- Regezi et al, 2013. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation, 6th
edition, Elsevier : St. Louis
- Robert PL et al. 2016. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan.
Indonesia: EGC; Jakarta -Indonesia
5. TORUS (ICD 10 = …)
a) Definisi
Suatu tonjolan pada daerah midline palatum durum atau massa tulang nodular tidak
bertangkai, bisa terjadi pada palatum durum atau lingual mandibula.
b) Patofisiologi: (-)
c) Hasil anamnesis (subjektif)
Tonjolan tulang yang bisa terjadi pada palatum durum atau lingual mandibula
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Asimtomatis, bisa meradang apabila terkena trauma
- Jika berada di midline palatum dapat melebar ke kedua sisinya.
- Ukuran umumnya berdiameter 2 cm atau kurang dan bisa berbentuk lobus,
nodul atau ireguler.
- Torus tidak terasa sakit, terasa keras seperti tulang, dengan keadaan dan warna
mukosanya normal
- Bisa dibantu dengan pemeriksaan radiografis
e) Diagnosis banding: (-) karena gambaran klinisnya khas
f) Klasifikasi terapi ICD 9 CM
89.31 Dental Examination
24.99 Other (dental operation)
g) Prosedur tindakan KG
- OHI
- KIE
h) Pemeriksaan penunjang
Pada umunya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan penampilan kklinis
dan riwayat penyakit yang khas
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap
- Alat diagnostik standar : sonde, kaca mulut, pinset
j) Lama perawatan
1 – 7 hari, jika torus mengganggu diperlukan tindakan bedah untuk membuang torus
k) Faktor penyulit: Jika torus besar dan mengganggu atau memerlukan denture
l) Prognosis: Baik
m) Keberhasilan perawatan: Baik
n) Persetujuan tindakan kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang diperlukan: Tidak ada
p) Referensi
- Charu M Marya, 2010. History Taking and Clinical Examination in Dentistry
Jaypee Brothers Medical Publishers:India
- Regezi et al, 2013. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation, 6th edition,
Elsevier : St. Louis
- Robert PL et al. 2016. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan.
Indonesia: EGC; Jakarta -Indonesia
a) Definisi: Kelainan pada lidah yang ditandai identasi pada tepi lateral lidah. Yang
disebabkan oleh :
b) Patofisiologi: (-)
c) Hasil anamesis (subjektif): Teraan gigi pada lidah
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Lesi bilateral atau unilateral atau terisolasi pada regio ayaitu lidah berkontak
erat dengan gigi-geligi
- Tekanan pada lidah menimbulkan cetakan berupa oval terdepresi kadang-
kadang dikelilingi tepi menonjol, berkelok-kelok dan berwarna putih
- Temuan yang sering menyertai linea alba pada bukal
e) Diagnosis banding: Tidak ada, karena gambarannya sangat khas
f) Klasifikasi terapi ICD 9 CM
89.31 Dental examination
24.99 Other
g) Prosedur tindakan KG
- OHI
- KIE
h) Pemeriksaan penunjang: pada umumnya tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan
berdasarkan penampilan klinis dan riwayat penyakit yang khas
i) Peralatan dan bahan/ obat
- Dental unit lengkap
- Alat diagnostik lengkap : kaca mulut, sonde, pinset
j) Lama perawatan: 1 – 7 hari
k) Faktor penyulit: (-)
l) Prognosis: (-)
m) Keberhasilan perawatan: (-)
n) Persetujuan tindakan kedokteran
Wajib, minimal lidan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan: Tidak ada
p) Referensi
- Charu M Marya, 2010. History Taking and Clinical Examination in Dentistry
Jaypee Brothers Medical Publishers:India
- Regezi et al, 2013. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlation, 6th edition,
Elsevier : St. Louis
- Robert PL et al. 2016. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan.
Indonesia: EGC; Jakarta –Indonesia.
1. Perhatikan karakteristik gambaran khas secara klinis lesi variasi normal tersebut
(dapat menggunakan atlas berwarna oral medicine atau sumber lain).
2. Lakukan simulasi perawatan non farmakologis pada pasien sesuai kasus meliputi
DHE/OHI dan KIE, dengan memperhatikan prinsip-prinsipnya.
III. Rencana Perawatan Farmakologi
Landasan Teori Sistematika Penulisan Resep:
Pembukaan :
1. Menuliskan nama / identitas dokter :
2. SIP : No.
3. Alamat & no telepon praktek dokter/klinik :
4. Tempat dan tanggal saat menulis resep :
Isi resep:
1. Menuliskan Superscription : R/
2. Menuliskan Inscription : Nama obat dalam dosis tunggal
3. Menuliskan subscription : sediaan, jumlah obat.
4. Menuliskan Signatura : Aturan pakai obat
5. Menulis garis penutup dan paraf dokter gigi penulis resep.
Contoh
R/ Acyclovir cream 5 %
disp Tube No I
S 5 x/hari oles tipis pada bibir
------------------------- paraf
Penutup :
1. Menuliskan nama pasien :
2. Menuliskan usia pasien :
3.1 Penulisan Resep Topikal untuk Lesi Ulserasi Mukosa Oral karena Infeksi Virus
Contoh resep antivirus topikal :
R/ Acyclovir cream 5 %
disp Tube No I
S u.c (sesuai instruksi)
------------------------- paraf
atau
R/ Acyclovir cream 5 %
disp Tube No I
S 5 x/hari oles tipis pada bibir
------------------------- paraf
3.2 Penulisan Resep Topikal untuk Lesi Ulserasi Mukosa Oral Berulang
Antiinflamasi Steroid
R/ Triamcinolone Acetonide 0,1 % in ora base,
disp Tube No I
S 3 dd oles pada lesi atau S 3 dd lit oris
------------------------- paraf
3.3 Penulisan Resep Topikal untuk Lesi Ulserasi Mukosa Oral karena Infeksi Bakteri
dan Jamur
Anti Fungal Topikal Intra oral
R/ Nystatin 100.000 IU/ml in oral suspension
disp Fl No III
S 4 dd 1 ml kulum, telan
------------------------ paraf
Cat : warna ungu bold disediakan oleh tiap mahasiswa/tiap kelompok atau sesuai keperluan.
Instruksi Bagi Mahasiswa
Skenario Pasien Simulasi (PS)
Kasus 1
Skenario :
Nama : Bu Herlina
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : sesuai dengan PS
Pekerjaan : sesuai dengan PS
Keluhan Utama saat ini (chief complaint) : keluhan luka/sariawan/keropeng pada bibir
kiri terasa perih.
Lokasi keluhan : bibir kiri
Kapan keluhan terjadi (onset) : sejak 3 hari yang lalu
Lamanya keluhan berlangsung (duration) selama 3 hari
Kronologis : mula mula pasien mengalami demam, lalu muncul gelembung berisi air
pada bibir, 2 hari yang lalu pecah dan menjadi luka/sariawan/keropeng. Sejak itu kondisi
sekitar mulut terasa sakit/perih.
Faktor yang memperberat : Saat buka mulut sakit.
Faktor yang memperingan : tidak ada
Perawatan yang telah diterima : Obat Parasetamol untuk meredakan demam, untuk
luka/sariawan belum ada perawatan/pengobatan.
Riwayat dental terdahulu : tidak ada
Riwayat medis terdahulu : sariawan/luka serupa pernah dialami sebelumnya 2 kali
sekitar usia 15 dan 19 tahun. Riwayat cacar air saat usia 5 tahun dialami pasien.
Riwayat penyakit yang sama pada keluarga : tidak ada
Riwayat sosiokultural : Aktifitas olahraga dan pekerjaan lapangan sering berada di luar
ruangan/sering terkena paparan sinar matahari langsung.
Harapan pasien : ingin diobati kondisi mulutnya
Catatan :
Skenario ini wajib dihafalkan dan dipahami oleh setiap mahasiswa untuk digunakan
sebagai persiapan pada simulasi antar teman.
Tulisan berwarna merah merupakan jawaban dari pertanyaan operator pada saat
pelatihan keterampilan klinik pemeriksaan subyektif/anamnesis.
Mahasiswa yang bertindak sebagai pasien simulasi tidak diperkenankan
memberitahukan atau mengarahkan pertanyaan, menjawab yang tidak ditanyakan oleh
operator atau menjelaskan hal-hal yang tidak tercantum dalam skenario.
Instruksi Bagi Mahasiswa
Skenario Pasien Simulasi (PS)
Kasus 2
Skenario :
Nama : Sartika
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : sesuai dengan PS
Pekerjaan : sesuai dengan PS
Keluhan Utama saat ini (chief complaint) : keluhan sariawan di bibir dalam bagian
atas, terasa sakit
Lokasi keluhan : mukosa labial kanan atas
Kapan keluhan terjadi (onset) : sejak 3 hari yang lalu
Lamanya keluhan berlangsung (duration) selama 3 hari
Kronologis : 3 hari yang lalu bagian bibir dalam pasien tergigit secara tidak sengaja lalu
muncul sariawan,
Faktor yang memperberat : Saat makan atau kena pedas semakin sakit.
Faktor yang memperingan : tidak ada.
Perawatan yang telah diterima : untuk sariawan belum ada perawatan/pengobatan.
Riwayat dental terdahulu : pasien sering mengalami sariawan, dalam satu tahun 3-5 kali.
Biasanya muncul pada saat sedang banyak tugas kampus dan menjelang menstruasi.
Riwayat medis terdahulu : tidak ada
Riwayat penyakit yang sama pada keluarga : ibu dan kakak pasien menderita sariawan
berulang.
Riwayat sosiokultural : Kurang suka makan buah-buahan dan sayuran, gemar makan
makanan pedas dan berasa tajam seperti kare/santan..
Harapan pasien : ingin diobati kondisi mulutnya
Catatan :
Skenario ini wajib dihafalkan dan dipahami oleh setiap mahasiswa untuk digunakan
sebagai persiapan pada simulasi antar teman.
Tulisan berwarna merah merupakan jawaban dari pertanyaan operator pada saat
pelatihan keterampilan klinik pemeriksaan subyektif/anamnesis.
Mahasiswa yang bertindak sebagai pasien simulasi tidak diperkenankan
memberitahukan atau mengarahkan pertanyaan, menjawab yang tidak ditanyakan oleh
operator atau menjelaskan hal-hal yang tidak tercantum dalam skenario.
Instruksi Bagi Mahasiswa
Skenario Pasien Simulasi (PS)
Kasus 3
Skenario :
Nama : Jamila
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : sesuai dengan PS
Pekerjaan : sesuai dengan PS
Keluhan Utama saat ini (chief complaint) : Sudut bibir kiri terasa nyeri karena ada
sariawan, disertai lidah terasa panas dan kehilangan sensasi rasa makanan.
Lokasi keluhan : sudut bibir kiri dan permukaan lidah.
Kapan keluhan terjadi (onset) : sejak 1 minggu yang lalu
Lamanya keluhan berlangsung (duration) selama 1 minggu menjadi semakin parah
Kronologis : mula mula pasien mengalami radang tenggorokan dan minum antibiotik.
Radang tenggorokan membaik tetapi kemudian muncul lapisan putih pada lidah, lidah
terasa panas dan kehilangan sensasi rasa makanan. Sariawan pada sudut bibir muncul
bersamaan dengan keluhan lidah tersebut, sejak itu sulit membuka mulut lebar karena
terasa sakit sampai sulit makan.
Faktor yang memperberat : Saat buka mulut semakin sakit, dan saat kena makanan pedas
lidah terasa lebih panas/perih.
Faktor yang memperingan : tidak ada
Perawatan yang telah diterima : Antibiotik untuk meredakan radang tenggorokan, untuk
sariawan sudut bibir dan kondisi lidah belum ada perawatan/pengobatan.
Riwayat dental terdahulu : pencabutan gigi belakang, terakhir 3 tahun yang lalu ke drg.
Riwayat medis terdahulu : tidak ada, namun ada keluhan sering letih lemah lesu dan
mudah mengantuk.
Riwayat penyakit yang sama pada keluarga : tidak ada
Riwayat sosiokultural : Jarang makan daging-dagingan, buah-buahan dan sayuran.
Harapan pasien : ingin diobati kondisi mulutnya
Catatan :
Skenario ini wajib dihafalkan dan dipahami oleh setiap mahasiswa untuk digunakan
sebagai persiapan pada simulasi antar teman.
Tulisan berwarna merah merupakan jawaban dari pertanyaan operator pada saat
pelatihan keterampilan klinik pemeriksaan subyektif/anamnesis.
Mahasiswa yang bertindak sebagai pasien simulasi tidak diperkenankan
memberitahukan atau mengarahkan pertanyaan, menjawab yang tidak ditanyakan oleh
operator atau menjelaskan hal-hal yang tidak tercantum dalam skenario.