Anda di halaman 1dari 22

MODUL MAHASISWA

PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU

SPKKT ANGKATAN 2013

Tema: Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis Kelainan Mukosa Oral

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2016
Instruksi Bagi Mahasiswa
Skenario Pasien Simulasi

Skenario :
 Nama : Vira
 Usia : 6 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : sesuai dengan PS
 Pekerjaan : sesuai dengan PS
 Keluhan Utama saat ini (chief complaint) : keluhan sariawan yang banyak di dalam
mulut, terasa sakit sekali sampai pasien sulit makan
 Lokasi keluhan : mukosa labial, bukal, lidah dan gusi
 Kapan keluhan terjadi (onset) : sejak 3 hari yang lalu
 Lamanya keluhan berlangsung (duration) selama 3 hari
 Kronologis : mula mula pasien mengalami flu berat. Flu membaik tetapi kondisi umum
belum sempurna, pasien kembali mengalami demam, dan beberapa hari kemudian terjadi
sariawan yang banyak pada mulut dan bibir serta gusi terasa sakit. Sejak itu kondisi
mulut terasa sakit sampai sulit makan
 Faktor yang memperberat : Saat makan semakin sakit.
 Faktor yang memperingan : tidaak ada
 Perawatan yang telah diterima : Obat Parasetamol sirup untuk meredakan demam, untuk
sariawan belum ada perawatan/pengobatan.
 Riwayat dental terdahulu : tidak ada
 Riwayat medis terdahulu : tidak ada
 Riwayat penyakit yang sama pada keluarga : tidak ada
 Riwayat sosiokultural : tidak ada kebiasaan buruk.
 Harapan pasien : ingin diobati kondisi mulutnya

Catatan :
 Skenario ini wajib dihafalkan dan dipahami oleh setiap mahasiswa untuk digunakan
sebagai persiapan pada simulasi antar teman.
 Tulisan berwarna merah merupakan jawaban dari pertanyaan operator pada saat
pelatihan keterampilan klinik pemeriksaan subyektif/anamnesis.
 Mahasiswa yang bertindak sebagai pasien simulasi tidak diperkenankan
memberitahukan atau mengarahkan pertanyaan, menjawab yang tidak ditanyakan oleh
operator atau menjelaskan hal-hal yang tidak tercantum dalam skenario.

2
Nama Kegiatan : SPKKT Persiapan OSCE Reguler
Tema : Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis Kelainan Mukosa Oral
Semester : 7 (tujuh)
Kompetensi Utama :
1. Melakukan anamnesis, fisik (pemeriksaan tanda vital, umum dan sistem
stomatognatik), mencatat informasi klinis, psikologis dan sosial guna mengevaluasi
kondisi medis pasien.
2. Mampu menentukan diagnosis berdasarkan analisis data pasien yang diperoleh.
3. Mampu membuat rencana perawatan yang didasarkan pada kondisi, kepentingan dan
kemampuan pasien.
Kompetensi Penunjang :
1. Mampu mengidentifikasi keluhan utama penyakit atau ganguan sistem stomatognatik,
2. Mampu melakukan pemeriksaan fisik komprehensif sistem stomatognatik dengan
memperhatikan kondisi umum sistemik,
3. Mampu menentukan terapi yang diperlukan baik secara farmakologis (penulisan resep
obat) maupun non farmakologis (KIE),
Bahan Kajian :
1. Identifikasi keluhan pasien/penegakan anamnesis
2. History taking : riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan gigi dan mulut, riwayat
penyakit sistemik, riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat sosial.
3. Pemeriksaan obyektif keadaan umum dan tanda – tanda vital,
4. Pemeriksaan ekstra oral
5. Pemeriksaan intra oral
6. Menentukan diagnosis dan diagnosis banding
7. Tindakan perawatan farmakologi : menulis resep sesuai kasus
8. Tindakan perawatan non farmakologi : KIE
Muatan pelatihan Keterampilan pada modul ini :
1. Melakukan anamnesis dan history taking (komunikasi interpersonal) dan menuliskan
pada status IPM.
2. Melakukan pemeriksaan umum dan tanda vital
3. Melakukan pemeriksaan obyektif : pemeriksaan ekstra dan intra oral
4. Menulis resep sesuai kasus
Tujuan Umum :
Setelah menyelesaikan PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU ini,
mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam melakukan dan
mencatat data anamnesis, pemeriksaan klinis terhadap pasien meliputi pemeriksaan umum
dan tanda vital, klinis ekstra dan intraoral secara sistematis dan menyeluruh/lengkap sehingga
tidak ada hal yang terlewat dalam menentukan diagnosis dan terapi kelainan mukosa oral
dengan tepat.
Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU ini,
mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam melakukan:
- anamnesis dan pencatatan data anamnesis,

3
- pemeriksaan klinis terhadap pasien dengan keluhan kelainan mukosa oral akibat infeksi
virus, dimulai dari persiapan alat/bahan, persiapan pasien, persiapan operator, serta
pemeriksaan fisik umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan klinis ekstra oral dan intraoral
secara sistematis dan menyeluruh/lengkap.
- menulis resep sesuai kasus

Metode Pelatihan : Demonstrasi, Simulasi antar teman dan pada model/gambar foto lesi
oral, menulis status pasien dan resep
Tempat Pelatihan : Laboratorium SPKKT Kampus FKG Unpad Jatinangor
Peserta Pelatihan : Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi semester 7
Sistem Assessment : Rubrik Formatif
Sistem Evaluasi : Rubrik Somatif pada OSCE

Rencana alokasi waktu pelatihan :


Durasi: 2,5 jam (3 x 50 menit)
Sistematika:
1. Keterampilan Topik 1 : anamnesis sistemik
Dosen mendemokan/video/1–2 pasang mahasiswa perwakilan kelompok
mensimulasikan antar teman mengenai anamnesis sistemik (15 – 30 menit),
2. Semua mahasiswa menuliskan hasil anamnesis dalam lembar status IPM yang
disediakan (15 menit paralel untuk semua mahasiswa dalam kelompok)
3. Dosen mendemokan/video/1-2 pasang mahasiswa perwakilan kelompok mensimulasikan
cara pemeriksaan umum, tanda vital, ekstra oral dan intra oral, (15 -30 menit).
4. Mahasiswa melakukan pemeriksaan ekstra & intra oral (jumlah mahasiswa / perwakilan
conditional tergantung rasio jumlah dosen dan mahasiswa) -- (alokasi waktu 45 menit)
5. Membuat resep 2 macam obat semua mahasiswa paralel (15 menit).
6. DPK menyampaikan feedback (15 menit).

Penyusun Pemandu DPKKT

Dr. Irna Sufiawati, drg.,Sp.PM


Nanan Nur’aeny, drg.,Sp.PM
Indah Suasani Wahyuni, drg., Sp.PM
Ayu Trisna Hayati, drg., Sp.KG

Kontributor Materi Ajar :


Dr. drg. Gilang Yubiliana, M.Kes (materi komunikasi interpersonal)
Dr. drg. Sri Tjahajawati, M.Kes (materi pemeriksaan tanda vital)
drg. Dani Firman, M.Si (materi penulisan resep)
drg. Indah Suasani Wahyuni, Sp.PM, Dr. Irna Sufiawati, drg.,Sp.PM, Nanan Nur’aeny,
drg.,Sp.PM, drg. Riani Setiadhi, Sp.PM (materi ilmu penyakit mulut, pemeriksaan ekstra dan
intra oral, resep)

Pemilik Kasus
Dr. Irna Sufiawati, drg.,Sp.PM
Nanan Nur’aeny, drg.,Sp.PM

4
TOPIK 1 : Mengumpulkan dan Menyusun Data Pasien
(Komunikasi Interpersonal & Pemeriksaan Subyektif/Anamnesis Sistemik)
Metode Pelatihan :
1. Keterampilan Topik 1 : anamnesis sistemik
Dosen mendemokan/video/1–2 pasang mahasiswa perwakilan kelompok
mensimulasikan antar teman mengenai anamnesis sistemik (15 – 30 menit),
2. Semua mahasiswa menuliskan hasil anamnesis dalam lembar status IPM yang
disediakan (15 menit paralel untuk semua mahasiswa dalam kelompok)

POKOK PELATIHAN KETERAMPILAN


1. Komunikasi interpersonal
2. Prosedur Pemeriksaan Subjektif : Anamnesis dan History Taking

PERSIAPAN KEGIATAN
PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU

Persiapan daerah kerja :


- Dental Unit Bersih
- Alat steril dan Bahan lengkap (lihat daftar alat dan bahan)
- Operator siap menerima pasien (memakai jas dokter)
Persiapan Pasien :
- Senyum, sapa dan salam
- Memanggil nama pasien
- Meminta pasien duduk di kursi konsultasi
Persiapan Medical Record :
- Mencatat nama pasien
- Mencatat usia pasien & jenis kelamin
- Mencatat alamat pasien

Alat dan Bahan :


Persiapan alat dan bahan (1 kelompok 1):
1. Phamtoom Head / foto lesi
2. Sphigmomanometer, Termometer, Timer/jam tangan (foto)
3. Bahan habis pakai masing masing disimpan dalam container bertutup: Cotton pellet,
Cotton roll, cotton bud, cotton ball, tampon, kasa steril.
4. Antiseptik : Povidone Iodine/Chlorhexidine
5. Senter/headlamp
6. Sabun cair atau hand sanitizer.
7. Tempat sampah kecil untuk meja pemeriksaan dilapisi tas kresek.
8. Petridish.
9. Baki kecil bersih berisi :
Alat dasar (kaca mulut 2 buah, sonde, pinset, excavator, probe) – bersih dan
steril/disposibel

5
Tersedia masing – masing mahasiswa satu:
1. Lembar Status Ilmu Penyakit Mulut
2. Alat tulis
3. Lembar Resep (kertas A4 kosong)
4. Masker.
5. Handscoon.
6. Gelas kumur isi air/aqua gelas.
7. Polybib

Cat : warna ungu bold disediakan oleh tiap mahasiswa/tiap kelompok.

LANDASAN TEORI: ANAMNESIS DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Untuk mendapatkan data biofisik atau sejarah penyakit dengan lengkap dan akurat harus
mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan berpedoman pada tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven) dan empat pokok pikiran (The Fundamental Four):
- Yang dimaksud dengan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu:
a. Lokasi (dimana? menyebar atau tidak?)
b. Onset/awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
c. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi?)
d. Kualitas keluhan (rasanya seperti apa?)
e. Faktor-faktor yang memperberat
f. Faktor-faktor yang memperingan
g. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama
- Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan
cara mencari data:
a. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
b. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Riwayat sosial dan ekonomi

Menutup Wawancara (Closing The Session)


Tujuan:
a. Mengkonfirmasi rencana perawatan
b. Mengklarifikasi langkah selanjutnya yang akan ditempuh oleh dokter maupun pasien
c. Menetapkan rencana yang akan ditempuh bila ada situasi “darurat”
d. Memaksimalkan kepatuhan pasien dan outcome perawatan terhadap pasien
e. Penggunaan waktu konsultasi yang efisien
f. Menjaga agar pasien tetap merasa sebagai bagian dari proses kolaboratif, serta
membangun hubungan dokter-pasien yang baik untuk masa selanjutnya
Keterampilan yang diperlukan pada tahap ini adalah:
a. Kemampuan untuk membuat ringkasan (end summary)
b. Membuat kesepakatan (contracting)
c. Pengamanan terhadap hal yang tidak diharapkan (safety-netting)
d. Pengecekan terakhir (final checking)

6
Prosedur Anamnesis :
a. Pengenalan dan pembukaan diri terdiri dari :
 Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Melakukan kontak mata dengan pasien dan bersikap ramah.
 Menanyakan identitas pasien, terdiri dari :
Nama (Tn/Ny.), Usia, Jenis Kelamin, Alamat, Pekerjaan
b. Menanyakan Keluhan Utama saat ini (presenting complaint) : keluhan saat pasien
datang atau keluhan yang membuat pasien menemui dokter gigi
c. Menanyakan sejarah keluhan utama, meliputi :
 Kapan keluhan terjadi (onset)
 Lamanya keluhan berlangsung (duration)
 Lokasi keluhan
 Faktor-faktor yang memperingan
 Faktor-faktor yang memperberat
 Kronologis (investigation) :
 Perawatan yang telah diterima
d. Riwayat medis sebelumnya : riwayat penyakit sistemik yang pernah / sedang diderita.
e. Riwayat dental sebelumnya : riwayat penyakit / perawatan dental yang pernah dimiliki
sebelumnya.
f. Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit yang bersifat herediter, penyakit yang
sama pada anggota keluarganya.
g. Kebiasaan kultural dan sosial : dapat berupa informasi yang berhubungan dengan
lingkungan sosioekonomi dan pekerjaan, riwayat perjalanan keluar negeri, riwayat
seksual, hobby dan kebiasaan-kebiasaan buruk pasien yang relevant dengan keluhan.
h. Harapan pasien

Komunikasi untuk perpindahan prosedur :


a. menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
b. menutup dengan suatu ringkasan
c. membuat kesepakatan dgn pasien untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Contoh Jawaban untuk menulis di lembar status IPM (anamnesis) :


Pasien datang dengan keluhan sariawan yang sakit di dalam mulut sejak 3 hari yang lalu terus
menerus, 1 minggu yang lalu sebelum sariawan muncul pasien demam dan minum
paracetamol syrup yang dibeli sendiri. Ibu pasien mengatakan anaknya baru sembuh dari flu
berat. Pasien merasa sariawan bertambah sakit saat makan/jika kena makanan sehingga susah
makan dan menjadi tampak letih lesu. Tidak ada hal – hal yang meringankan rasa sakitnya
dan sariawannya belum diobati. Sebelum ini pasien tidak pernah sariawan, belum pernah ke
dokter gigi dan tidak memiliki riwayat penyakit medis yang lain. Tidak ada riwayat penyakit
yang sama diderita oleh keluarganya, pasien tidak memiliki kebiasaan buruk. Saat ini pasien
ingin sariawannya disembuhkan/diobati.

7
REFERENSI
1. Rakhmat J. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya; 1995
2. Tarigan HG. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa; 1996.
3. Chant S, Jenkinson T, Randle J, Russell G, Webb C. Communication skills: some
problems in nursing education and practice. Journal of Clinical Nursing. 2002;11(1):12–
21.
4. Ammentorp J, Sabroe S, Kofoed PE,Mainz J. The effects of training in communication
skills on medical doctors’ and nurses’ self-efficacy: a randomized controlled trial. Patient
Educationand Counseling. 2007; 66(3):270–277.
5. Kurtz S, Silverman J, Draper J. Teaching and learning communication skills in medicine.
2nd ed. Oxon: Radcliffe Publishing Ltd; 2005.
6. Silverman JD, Kurtz SM, Draper J. Skills for Communicating with Patients.
Oxford:Radcliffe Medical Press; 1998.
7. Kurtz S, Silverman J, Draper J. Skills for communicating with patients. 2nd ed. Oxon:
Radcliffe Publishing; 2005.
8. Van Dalen J. Foreword in: Kurtz S, Silverman J, Draper J. Teach-Ing And Learning
Communication Skills In Medicine. 2nd ed. Oxon: Radcliffe Publishing Ltd; 2005.
9. Minister of Public Works and Government Services Canada. Put-Ting Communication
Skills To Work, Resource Booklet. Ottawa: Publications Health Canada; 2001.
10. Faiz, Abdul, U Rafique, AK Khandaker, FM Siddiqui, MR Alam, dkk. Communication
Skills In Medicine.
11. http://www.gp-training.net/training/communication_skills/calgary/calgary.pdf diunduh
23 Desember 2015
12. https://www.youtube.com/watch?v=dDaatHHqpjY film ajar komunikasi dokter gigi dan
pasien , Yubiliana Gilang 2016 , https://www.youtube.com/user/elearningUNPAD
13. http://www.unpad.ac.id/buku/penatalaksanaan-terapeutik-komunikasi-efektif-pasien-
dokter-gigi/

8
TOPIK 2 : Pemeriksaan Obyektif
(Pemeriksaan Umum; Tanda-tanda vital, Ekstra oral, Intra oral)

Metode Pelatihan dan Alokasi Waktu :


1. Dosen mendemokan/video/1-2 pasang mahasiswa perwakilan kelompok mensimulasikan
cara pemeriksaan umum, tanda vital, ekstra oral dan intra oral, (15 -30 menit).
2. DPK berdiskusi dengan mahasiswa menentukan diagnosis dan diagnosis banding.
3. Mahasiswa menuliskan hasil pemeriksaan tanda vital, ekstra & intra oral (alokasi waktu
45 menit)

Prosedur Pemeriksaan Objektif


Persiapan pasien dan operator
- Operator menjelaskan tujuan pemeriksaan intra oral sehubungan dengan keluhan pasien.
- Pasien diminta mengikuti instruksi operator saat pemeriksaan intra oral berlangsung.
- Pasien berhak menanyakan jika ada hal yang ingin diketahui atau mengatakan kepada
operator jika merasa tidak nyaman.
- Pasien berhak menghentikan pemeriksaan jika tidak berkenan dengan prosedur
pemeriksaan.
- Pasien diminta melepas kacamata (jika pakai).
- Memasangkan polybib pada pasien.
- Mencuci tangan dengan 7 langkah (telapak tangan, punggung tangan, sela sela jari,
menggenggam, ibu jari, ujung2 kuku ki – ka, pergelangan tangan)
- Memakai Handscoon (boleh tidak pakai jika pasien tidak memiliki lesi ekstra oral)

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

1) PENILAIAN KEADAAN UMUM

Dokter gigi perlu menilai/menentukan kesan kesehatan umum dan kondisi fisik dari setiap
pasien, dimulai pada saat awal kontak/tatap muka dengan pasien dan berlanjut selama
kunjungan. ini klinisi dapat mengamati postur pasien dan cara berjalan dan adanya
keterbatasan fisik yang mungkin terlihat.

2) PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi kesadaran, kesan sakit, tekanan darah (Dewasa :
120/80mmHg, anak : lebih rendah dari dewasa), suhu (dewasa: 36,5-37,5 derajat Celcius),
pernafasan (dewasa : 12-20x/menit, anak : laju pernafasan lebih tinggi dari dewasa),
frekwensi nadi (anak : 140x/menit, dewasa: 60-80x/menit), tinggi badan (cm), berat badan
(kg).

2.1 Menentukan kesadaran pasien : terdiri dari Composmentis, Somnolen, Delirium,


Koma, dll, berdasarkan respon pasien saat diajak berkomunikasi atau diberikan
rangsangan. Data kesadaran pasien dicatat.

9
2.2 Pengukuran Nadi (cara manual)
 memohon ijin pada pasien dan menjelaskan tindakan dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan.
 meraba arteri radialis pada pergelangan tangan.
 merasakan denyut nadi dengan 3 jari (telunjuk, jari tengah dan jari manis), lalu
menghitung jumlah denyut nadi selama 1 menit.
 menyatakan frekwensi denyut nadi dalam ... x/menit (nilai normal = 60 – 100 x /
menit) dan dicatat.
2.3 Pengukuran Respirasi :
 memohon ijin pada pasien dan menjelaskan tindakan dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan, namun meminta pasien untuk tetap rileks.
 meletakkan tangan pada bahu atau punggung pasien, merasakan naik turunnya
rongga dada lalu menghitung frekwensinya selama 1 menit.
atau dengan mengamati pergerakan dada ke atas dan ke bawah (ekspirasi dan
inspirasi), lalu menghitung frekwensinya selama 1 menit.
 menyatakan frekwensi respirasi dalam ... x/menit (nilai normal = 18 - 22 x / menit)
dan dicatat.
2.4 Pengukuran Suhu Tubuh :
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui pasien dalam keadaan demam (febris)
atau tidak demam (afebris). Jika mahasiswa pakai jas dilepas, keringat diseka dengan tissue
dan dikeringkan. Prosedur pengukuran sebagai berikut:
Termometer digital (harap melihat aturan Termometer air raksa
pemakaian sesuai manual book)
 memohon ijin pada pasien dan  memohon ijin pada pasien dan
menjelaskan tindakan dan tujuan tindakan menjelaskan tindakan dan tujuan
yang akan dilakukan. tindakan yang akan dilakukan.
 pastikan ujung pengukur suhu pada  pastikan ujung pengukur suhu pada
termometer dalam keadaan bersih (ulas termometer dalam keadaan bersih (ulas
dengan alkohol) dengan alkohol)
 menyalakan alat, terdengar bunyi “piip”  alat dikibas kibaskan perlahan
satu kali lalu lihat monitor sampai perhatikan ketinggian air raksa, sampai
menunjukkan angka tertentu, hilang lalu di bawah suhu yg tertulis paling rendah
muncul “Lo”. pada alat (misal di bawah 35 derajat C).
 meletakkan termometer pada ketiak pasien  meletakkan termometer pada ketiak
pegang dan biarkan. menunggu sampai pasien (ketiak pasien dikeringkan
terdengar bunyi “pip ... pip ... pip”. terlebih dahulu) lalu pegang dan
biarkan. menunggu 5 menit
 mengambil termometer dan melihat  mengambil termometer dan melihat
monitor menunjukkan suhu tertentu. ketinggian air raksa menunjukkan suhu
tertentu.
 menyatakan suhu tubuh dalam ... derajat  menyatakan suhu tubuh dalam ... derajat
celcius (febris jika > 37.5 derajat celcius) celcius nilai normal suhu tubuh berkisar
dan dicatat. 36-37 derajat Celcius dan dicatat.

10
2.5 Pengukuran Tekanan Darah :
Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan alat stetoskop,
tensimeter/sphigmomanometer (air raksa / bukan air raksa), maupun digital. Metode
Palpasi ~ Auskultasi. Prosedur secara umum untuk pengukuran tekanan darah, adalah
sebagai berikut:
 memohon ijin pada pasien dan menjelaskan tindakan dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan,
 menggulung lengan baju sehingga dapat menentukan fossa cubiti dan menempatkan
manset dengan benar (mahasiswa hendaknya pakai baju lengan pendek atau mudah
digulung lengan bajunya)
 memasang dan mengencangkan manset pada lengan bagian atas dengan batas
bawah manset berjarak sekitar 3 jari dari fossa cubiti.
 menyimpan stetoskop pada arteri brachialis, lalu meraba arteri radialis pada
pergelangan tangan sampai teraba denyut nadi.
 klep / regulator pompa tensimeter dikunci dan dipompa sampai denyut radialis
menghilang/tidak teraba, amati tanda panah atau ketinggian air raksa yang
menunjukkan tekanan saat nadi tersebut menghilang (x),
 lalu pompa dilanjutkan hingga 30 mmHg di atas tekanan (x) tersebut atau menjadi
(x +30).
 membuka klep / regulator pompa tensimeter sambil mendengarkan suara pada
stetoskop . tekanan pada saat terdengar bunyi “dub” yang pertama adalah nilai
systole (... mmHg) dan tekanan pada saat bunyi “dub” menghilang menunjukkan
nilai dyastole (... mmHg).
 Nilai normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
 merapikan dan menyimpan peralatan kembali pada tempat semula.
Catatan : Jika menggunakan alat pengukur tekanan darah digital harap membaca manual
book prosedur penggunaannya.
REFFERENSI
1. Silverman S, Eversole LR, Truelove EL, Essentials of Oral Medicine, BC Decker Inc,
London : 2001.
2. Greenberg MS, Glick M, Ship JA, Burket’s Oral Medicine 11th edition, BC Decker Inc,
London : 2008.

3) PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL


Pemeriksaan struktur kepala, leher, dan rongga mulut sangat penting dan efektif dalam
mendeteksi abnormalitas yang terjadi dalam struktur ini. Prosedur pemeriksaan leher dan
kepala meliputi ekstraoral dan intraoral, dilakukan sebagai screening untuk kelainan mukosa
oral seperti kanker mulut, ulserasi, dsb. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara rutin untuk
setiap pasien, tidak hanya pada pasien baru atau pasien yang diketahui memiliki faktor resiko
terhadap berbagai kelainan mukosa oral. Pemeriksaan kepala dan leher dan intraoral tidak

11
hanya penting untuk deteksi kelainan mukosa oral, tetapi juga untuk penilaian komprehensif
terhadap pasien sebelum mendapatkan perawatan dental.

Pemeriksaan ekstra oral bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi abnormal vs normal pada
struktur leher dan kepala (wajah, mata, hidung, telinga, bibir, kelenjar limfe, TMJ), serta
daerah tubuh lain seperti kulit yang terkait dengan kelainan mukosa oral. Pemeriksaan ektra
oral dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang terlihat secara visual atau dengan
palpasi.

A. Wajah
Pengamatan terhadap kesimetrisan wajah pasien dan jenis profil wajah penting untuk
dilakukan. Ketidaksimetrisan nyata dapat menjadi tanda pertumbuhan neoplastik, atrofi otot
atau hipertrofi, dan masalah neurologis. Ketidaksimetrisan juga berkaitan dengan disfungsi
sendi temporomandibula dan maloklusi.
Bentuk wajah tdd:

 Dilihat dari arah depan (oval/ovoid; persegi/square; lonjong/tapering)


 Dilihat dari arah samping (cembung, lurus, cekung)

Gambar 1. Jenis profil wajah. Gambar 2. Kesimetrisan wajah.

B. Bibir
Pemeriksaan bibir meliputi kesimetrisan dan konsistensi serta tektur jaringannya. Secara
normal jaringan bibir harus elastis, lembut, dan memiliki warna merah muda yang homogen.
Bentuk bibir dapat dicatat panjang/pendek, normal, teba/ tipis, tegang/kendor (flabby).
Vermillion border harus jelas dan sejajar/rata. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan
pada vermillion boder. Komisura bibir yang normal tampak bersih dari lesi dan tidak
memperlihatkan tanda pecah-pecah atau kering.

C. Hidung
Pada pemeriksaan hidung dicatat pernafasan, cuping hidung, epistaksis.(+/-)
D. Mata
Pengamatan mata dan jaringan disekitar mata untuk melihat adanya abnormalitas. Juga
penting untuk dilakukan. Perhatikan warna sklera dan ukuran dari kedua pupil. Sklera kuning
berkaitan dengan jaundice dan dapat mengindikasikan kasus hepatitis yang tidak terdiagnosis
(A atau B), atau difungsi hati lainnya atau kelainan darah. Sklera biru berkaitan dengan
osteogenesis imperfecta yang dapat meliputi perubahan dari struktur dentin. Ukuran pupil
dapat membantu mengidentifikasi pasien yang berada dalam resiko dari kegawatdaruratan

12
medis karena penggunaan obat-obatan terlarang. Symblepharon berkaitan dengan benign
mucous membrane pemphigoid dan lichen planus. Perujukan pada spesialis seperti ke dokter
spesialis mata dibutuhkan untuk menilai kondisi apapun yang memperlihatkan gejala
symbrephron atau pterygium.

E. Kelenjar Limfe/Nodus Limfatikus


Nodus limfatikus mayor dari area leher dan kepala harus dipalpasi dengan posisi pasien yang
tegak. Temuan yang harus dicatat meliputi perbesaran nodus yang teraba/tidak saat dipalpasi,
nodus yang terfiksasi/tidak, nodus yang lunak/keras, dan apakah nodus yang teraba saat
dipalpasi hanya satu/tunggal atau banyak. memperlihatkan tehnik pemeriksaan untuk nodus
limfatikus berikut ini (gambar 3 – 11)
 Nodus oksipital. Palpasi nodus oksipital sekitar 1 inci di atas dan di bawah garis
rambut.
 Nodus aurikulari. Palpasi dari nodus pre- dan post- aurikularis bilateral
menggunakan telapak jari manis, tengah, dan telunjuk.
 Nodus servikal. Palpasi nodus median dari otot sternokelidomastoid menggunakan
tehnik bidigital dan nodus posterior dari otot ini dengan tehnik bimanual.
 Nodus supraklavikular. Nodus ini diperiksa dengan menggunakan penekanan digital
superior dari tulang klavikula.
 Nodus submandibula. Palpasi nodus submandibula dengan menarik dan memutar
jaringan di bawah dagu ke atas dan ke bawah di sepanjang tepi inferior dari madibula.
Minta pasien untuk menyentuh laingit-langit mulut dengan lidah, menekan dengan
lembut melawan langit-langit akan memperkenankan anda untuk menilai otot dan
adanya keadaan patologi bekaitan dengan area nodus limfatikus submandibula.
 Nodus submentalis. Menggunakan palpasi digital untuk menentukan keberadaan dari
nodus limfatikus submentalis abnormal.

F. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid ditemukan inferior dari laring dan superior dari klavikula di samping trakea.
Kelenjar ini memiliki dua lobus yang terhubung oleh sebuah isthmus. Palpasi kelenjar tiroid
menggunakan tehnik bimanual dimana satu tangan mendukung jaringan dan tangan lainnya
melakukan palpasi kelenjar pada satu sisi dan kemudian sebaliknya dilakukan untuk
melakukan pemeriksaan sisi berlawanan dari kelenjar. Kelenjar tiroid yang normal
seharusnya tidak kelihatan dan selalu tidak akan teraba pada saat dipalpasi. Selama proses
penelanan kelenjar akan terangkat pelan-pelan dan simetris (gambar 12 dan 13).

G. Kelenjar Saliva
Palpasi kelenjar saliva parotis (Gambar 14) menggunakan tehnik bimanual. Kelenjar ini
secara normal tidak akan teraba saat dipalpasi. Indurasi dan nyeri dapat menjadi tanda dari
infeksi, blokade, kelainan sistem imun atau proses keganasan. Selain itu, pembesaran kelenjar
parotis yang tidak lunak dapat terjadi pada penggunaan alkohol, diabetes, Sjörgen’s
syndrome, gangguan makan, infeksi HIV, dan berbagai status keganasan/bukan-keganasan.

13
Gambar 3. Palpasi bilateral nodus oksipital Gambar 4. Nodus post-aurikular

Gambar 5. Nodus pre-aurikular Gambar 6. Palpasi nodus servikal anterior

Gambar 7. Palpasi nodus servikal posterior Gambar 8 Palpasi bilateral nodus


supraklavikular

9. Palpasi kelenjar submandibula Gambar 10. Palpasi nodus submandibula


menggunakan ujung jari yang dikuncupkan

Gambar 11. Palpasi digital nodus submentalis Gambar 12. Palpasi bimanual kelenjar tiroid

Gambar 13. Tahan jari dengan ringan pada Gambar 14. Palpasi kelenjar parotis
kelenjar saat pasien menelan

H. Sendi Temporomandibula (TMJ)


Pemeriksaan TMJ dilakukan dengan cara:

14
 Inspeksi: merupakan pemeriksaan secara visual.
 Palpasi: pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba
 Auskultasi: mendengarkan dengan seksama apakah terdapat bunyi (berupa klik atau
yang lainnya)
Fungsi TMJ harus dievaluasi menggunakan tehnik bilateral. Tempatkan ujung jari di atas
sendi dan pasien diminta untuk membuka dan menutup mulut dengan perlahan, menggerakan
rahang ke kiri dan kanan dan memajukan dagu ke depan (gambar 15 dan 16)

Gambar 15. Posisi jari yang benar pada TMJ. Gambar 16. Pasien
membuka dan menutup mulut dengan perlahan.

I. Kulit
Kulit pada leher dan kulit kepala harus diperiksa pada pemeriksaan ekstraoral. Beberapa
kelainan mukosa oral berkaitan dengan lesi pada kulit, misalnya pada kasus pasien dengan
discoid lupus erythematosus. Lesi kulit dari discoid lupus dapat terjadi bersamaan dengan
inflamasi gingiva yang terlihat selama pemeriksaan intraoral (gambar 17 & 18). Juga pada
kasus erythemma multiforme (gambar 19 & 20).

Gambar 17 & 18. Lesi kulit dan inflamasi gingiva pada pasien discoid lupus

Gambar 19 & 20. Lesi target atau iris lesion dikulit dan lesi oral
pada pasien Erythema Multiforme

15
4) PEMERIKSAAN INTRA ORAL
Pemeriksaan intra oral sama seperti evaluasi atau pemeriksaan ektraoral, pemeriksaan ini
harus dilakukan secara sistematis dengan menggunakan urutan yang sama setiap kali.
Pemeriksaan intra oral meliputi pemeriksaan terhadap:

A. Kebersihan Mulut
Pengukuran status kebersihan mulut yang umum digunakan yakni dengan menggunakan Oral
Hygiene Indeks Simplified (OHI-S) dari Green dan Vermillion. Nilai dari OHI-S ini
merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris indeks dan kalkulus
indeks.

B. Mukosa Labial
Pemeriksaan mukosa labial diperiksa dengan melihat langsung yaitu dengan cara
memisahkan jaringan menggunakan jari atau ibu jari diikuti oleh palpasi bidigital pada
jaringan bibir/labial. Lalu pindah atau gerakkan dari satu sisi ke sisi lain.

Gambar 21. Pemeriksaan visual mukosa labial atas.


Gambar22. Pemeriksaan visual mukosa labial bawah.
Gambar 23. Palpasi bidigital permukaan mukosa labial atas

C. Mukosa Bukal
Mukosa bukal diperiksa dengan cara melihat langsung atau tidak langsung serta palpasi pada
daerah tersebut. Pastikan untuk menekan jaringan daerah retromolar dan meregangkan
mukosa jauh dari mukogingival junction.

Gambar 28. Regangkan jaringan agar dapat terlihat area yang tertutupi oleh jari.
Gambar 29. Regangkan jaringan jauh dari area retromolar.
Gambar 30. Palpasi mukosa bukal. Mukosa bukal harus dipalpasi dengan tekanan pada
jaringan diantara jari telunjuk dan ibu jari pada satu tangan.

D. Palatum dan Uvula


Palatum Keras/Durum

16
Area palatum keras dan tuberositas maksilaris diperiksa dengan cara melihat langsung atau
tidak langsung serta iluminasi. Pada pemeriksaan visual, lakukan palpasi pada seluruh area
dengan menggunakan tekanan sampai ke tulang.

Gambar 31. Palpasi pada palatum keras dengan menggunakan tekanan sampai ke tulang.
Gambar 32. Struktur normal palatum keras bagian anterior.
Gambar 33. Stuktur normal palatum keras bagian posterior. Tuberositas maksilaris yaitu
area sebelah distal dari molar terakhir, jaringan lunak berwarna pink homogen dan keras
jika di palpasi.

Palatum Lunak.
Palatum lunak diperiksa dengan cara melihat langsung. Jika perlu dipalpasi, maka dilakukan
anestesi topikal dahulu dan jaringan dipalpasi mulai dari midline lalu ke permukaan lateral.
Normalnya, area ini vaskularisasinya lebih sedikit daripada daerah orofaring, dan biasanya
warnanya pink kemerahan. Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan “ah”. Jaringan terlihat
longgar, bergerak (mobile), simetris selama menjalankan fungsi.

Uvula
Uvula dicatat terlalu panjang atau pendek, atau uvula yang terlihat asimetris pada saat
istirahat. Kadang-kadang pada seseorang ditemukan adanya bifid/celah pada uvula.

E. Lidah
Lidah diperiksa dengan cara melihat langsung atau tidak langsung. Pegang ujung lidah
dengan menggunakan kasa dan gerakkan jari dan ibu jari tangan yang sama di satu sisi untuk
mengamati batas lateral kemudian ulangi untuk sisi lain. Gunakan kaca mulut untuk
memeriksa bagian batas lateral posterior lidah.

Gambar 24. Pemeriksaan batas lateral lidah.


Gambar 25. Penggunaan kaca mulut untuk pemeriksaan visual lidah bagian posterior.
Pastikan pasien mengangkat lidahnya sampai palatum untuk mengamati permukaan ventral
lidah.

17
Gambar 26. Pemeriksaan visual permukaan ventral lidah.
Gambar 27. Ujung lidah digenggam dengan kassa saat palpasi badan lidah dengan jari dan
ibu jari pada satu tangan.

F. Dasar Mulut
Dasar mulut diperiksa dengan melihat langsung atau tidak langsung diikuti dengan palpasi
pada seluruh strukturnya. Pasien diminta untuk mengangkat lidahnya agar memungkinkan
dilakukannya pemeriksaan visual langsung pada jaringan ke arah midline dasar mulut.

Gambar 32. Pemeriksaan visual pada dasar mulut

Kaca mulut digunakan untuk memeriksa daerah di dekat perbatasan/garis inferior mandibula.
Jaringan akar terlihat lembab dan vaskularisasinya tinggi. Pemeriksaan dasar mulut yaitu
dengan cara palpasi bimanual intra oral dengan menggunakan jari telunjuk tangan kanan,
sedangkan jari-jari tangan kiri diletakkan dibawah dagu, ditekan dengan lembu untuk
merasakan struktur daerah diantara jari-jari.

Gambar 33. Pandangan ekstra oral pada teknik palpasi


Gambar 34. Pandangan intra oral

18
Gambar 35. Gambaran skema intra oral mukosa mulut

G. Gigi

Keterangan:

Pencatatan data lesi intra oral


Meliputi hal – hal seperti : jumlah lesi, jenis lesi, bentuk lesi, warna lesi, dasar dan kedalaman
lesi, ukuran lesi dan tepi lesi. Hal hal tersebut merupakan karakteristik ulcer secara umum (7
buah). Penilaian dan pencatatan odontogram sesuai petunjuk dalam rekam medis yang
dipergunakan. Penilaian dan pencatatan oral hygiene disesuaikan dengan bagian periodonsia.

19
REFFERENSI
 Birnbaum, W. dan Dunne, S. 2000. Oral Diagnosis: The Clinician’s Guide. Wright,
Oxford. Hal. 46-59.
 Lamey, P.J. dan Lewis, M.A.O. 1991. Oral Medicine in Practice. BDJ Publisher, London.
Hal. 5 – 7.
 Burkhart NW. DeLong L. The Intraoral and Extraoral Exam. Crest® Oral-B® at
dentalcare.com Continuing Education Course, Revised August 8, 2012.
http://www.dentalcare.com/media/en-us/education/ce337/ce337.pdf.
 Woo SB, Greenberg MS. Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and Treatment. 11 th ed. BC
Decker Inc. 2008. Hal: 42-46.

20
TOPIK 3 : PENULISAN RESEP KASUS VIRA2

Durasi: 15 menit
Metode: Menulis paralel semua mahasiswa
Sistematika Jalannya Keterampilan Medik:
Membuat resep 2 macam obat semua mahasiswa paralel (15 menit).

a. Pengantar (2 menit)
 Penjelasan sasaran belajar
 Penjelasan mengenai resep obat

b. Demonstrasi (3 menit)
Instruktur mendemonstrasikan cara membuat resep obat

c. Pendampingan (Coaching 10 menit).

Landasan Teori Sistematika Penulisan Resep:


Pembukaan :
1. Menuliskan nama / identitas dokter :
2. SIP : No.
3. Alamat & no telepon praktek dokter/klinik :
4. Tempat dan tanggal saat menulis resep :
Isi resep (1):
1. Menuliskan Superscription : R/
2. Menuliskan Inscription : Nama obat dalam dosis tunggal
3. Menuliskan subscription : sediaan, jumlah obat.
4. Menuliskan Signatura : Aturan pakai obat
5. Menulis garis penutup dan paraf dokter gigi penulis resep.
Contoh resep antivirus topikal :
R/ Acyclovir cream 5 %
disp Tube No I
S u.c (sesuai instruksi)
------------------------- paraf
atau
R/ Acyclovir cream 5 %
disp Tube No I
S 5 x/hari oles tipis pada bibir
------------------------- paraf
Isi resep (2) :
1. Menuliskan Superscription : R/
2. Menuliskan Inscription : Nama obat dalam dosis tunggal
3. Menuliskan subscription : sediaan, jumlah obat.
4. Menuliskan Signatura : Aturan pakai obat
5. Menulis garis penutup dan paraf dokter gigi penulis resep.
Contoh resep antiseptik :
R/ Chlorhexidine gluconate 0,2 %
disp Fl No I (150 ml)
S 2 dd 10 ml coll oris

------------------------- paraf
atau
R/ Chlorhexidine gluconate 0,2 %
disp Fl No I (150 ml)
S u.c (pemakaian diketahui)

------------------------- paraf
Penutup :
1. Menuliskan nama pasien :
2. Menuliskan usia pasien :

Anda mungkin juga menyukai