SPKKT DS 2
Kompetensi Utama:
1. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan sistem stomatognatik), mencatat
informasi klinis, hasil pemeriksaan penunjang laboratoris, psikologis dan sosial guna
mengevaluasi kondisi medis pasien.
2. Mampu menentukan diagnosis berdasarkan analisis data pasien yang diperoleh.
3. Mampu membuat rencana perawatan yang didasarkan pada kondisi, kepentingan dan
kemampuan pasien.
Kompetensi Penunjang :
1. Mampu mengidentifikasi keluhan utama penyakit atau ganguan sistem stomatognatik,
2. Mampu melakukan pemeriksaan fisik komprehensif sistem stomatognatik dengan
memperhatikan kondisi umum sistemik,
3. Mampu menentukan terapi yang diperlukan baik secara farmakologis (penulisan resep
obat) maupun non farmakologis (KIE dan membuat rujukan medik),
Bahan Kajian :
1. Identifikasi keluhan pasien/penegakan anamnesis
2. History taking : riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan gigi dan mulut, riwayat
penyakit sistemik, riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat sosial.
3. Pemeriksaan obyektif keadaan umum dan tanda – tanda vital,
4. Pemeriksaan ekstra oral
5. Pemeriksaan intra oral
6. Menentukan Pemeriksaan Penunjang dan Interpretasinya
7. Menentukan diagnosis dan diagnosis banding
8. Tindakan perawatan farmakologi : menulis resep anti virus dan vitamin
9. Tindakan perawatan non farmakologi : KIE dan membuat rujukan medik
Muatan pelatihan Keterampilan pada modul ini :
1. Melakukan anamnesis dan history taking (komunikasi interpersonal) dan menuliskan
pada status IPM.
2. Melakukan pemeriksaan Obyektif : ekstra dan intra oral
3. Menentukan pemeriksaan penunjang dan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang
imunologi.
4. Menulis resep anti virus topikal dan sirup
Tujuan Umum :
Setelah menyelesaikan PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU ini,
mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam melakukan
pencatatan data anamnesis, pemeriksaan klinis terhadap pasien meliputi pemeriksaan klinis
ektra dan intraoral secara sistematis dan menyeluruh/lengkap sehingga tidak ada hal yang
terlewat dalam menentukan diagnosis kelainan mukosa oral dengan tepat.
Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU ini,
mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam melakukan:
- pencatatan data anamnesis,
- pemeriksaan klinis terhadap pasien dengan keluhan kelainan mukosa oral akibat infeksi
virus, dimulai dari persiapan alat/bahan, persiapan pasien, persiapan operator, serta
pemeriksaan fisik umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan klinis ektra oral dan
pemeriksaan intraoral secara sistematis dan menyeluruh/lengkap.
- menentukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk kasus infeksi virus rongga
mulut serta menginterpretasikan hasil pemeriksaan penunjang.
- menulis resep anti virus topikal dan sirup multivitamin.
Metode Pelatihan : Demonstrasi, Simulasi antar teman dan pada model/gambar foto lesi
oral, menulis status pasien, rujukan pemeriksaan penunjang dan resep
Tempat Pelatihan : Laboratorium SPKKT Jatinangor
Peserta Pelatihan : Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi semester 5
Sistem Assessment : Rubrik Formatif
Sistem Evaluasi : Rubrik Somatif pada OSCE
Pemilik Kasus
Dr. Irna Sufiawati, drg.,Sp.PM
Nanan Nur’aeny, drg.,Sp.PM
Metode Pelatihan :
1. Keterampilan Topik 1 : anamnesis sistemik
Dosen mendemokan / 1 pasang mahasiswa perwakilan kelompok mensimulasikan antar
teman mengenai anamnesis sistemik ( 15 menit),
2. Semua mahasiswa menuliskan hasil anamnesis dalam lembar status IPM yang
disediakan (45 menit paralel untuk semua mahasiswa dalam kelompok)
PERSIAPAN KEGIATAN
PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU
Untuk mendapatkan data biofisik atau sejarah penyakit dengan lengkap dan akurat harus
mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan berpedoman pada tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven) dan empat pokok pikiran (The Fundamental Four):
- Yang dimaksud dengan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu:
a. Lokasi (dimana? menyebar atau tidak?)
b. Onset/awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
c. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi?)
d. Kualitas keluhan (rasanya seperti apa?)
e. Faktor-faktor yang memperberat
f. Faktor-faktor yang memperingan
g. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama
- Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan
cara mencari data:
a. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
b. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Riwayat sosial dan ekonomi
Prosedur Anamnesis :
a. Pengenalan dan pembukaan diri terdiri dari :
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Melakukan kontak mata dengan pasien dan bersikap ramah.
Menanyakan identitas pasien, terdiri dari :
Nama (Tn/Ny.), Usia, Jenis Kelamin, Alamat, Pekerjaan
b. Menanyakan Keluhan Utama saat ini (presenting complaint) : keluhan saat pasien
datang atau keluhan yang membuat pasien menemui dokter gigi
c. Menanyakan sejarah keluhan utama, meliputi :
Kapan keluhan terjadi (onset)
Lamanya keluhan berlangsung (duration)
Lokasi keluhan
Faktor-faktor yang memperingan
Faktor-faktor yang memperberat
Kronologis (investigation) :
Perawatan yang telah diterima
d. Riwayat medis sebelumnya : riwayat penyakit sistemik yang pernah / sedang diderita.
e. Riwayat dental sebelumnya : riwayat penyakit / perawatan dental yang pernah dimiliki
sebelumnya.
f. Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit yang bersifat herediter, penyakit yang
sama pada anggota keluarganya.
g. Kebiasaan kultural dan sosial : dapat berupa informasi yang berhubungan dengan
lingkungan sosioekonomi dan pekerjaan, riwayat perjalanan keluar negeri, riwayat
seksual, hobby dan kebiasaan-kebiasaan buruk pasien yang relevant dengan keluhan.
h. Harapan pasien
REFERENSI
1. Rakhmat J. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya; 1995
2. Tarigan HG. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa; 1996.
3. Chant S, Jenkinson T, Randle J, Russell G, Webb C. Communication skills: some
problems in nursing education and practice. Journal of Clinical Nursing. 2002;11(1):12–
21.
4. Ammentorp J, Sabroe S, Kofoed PE,Mainz J. The effects of training in communication
skills on medical doctors’ and nurses’ self-efficacy: a randomized controlled trial. Patient
Educationand Counseling. 2007; 66(3):270–277.
5. Kurtz S, Silverman J, Draper J. Teaching and learning communication skills in medicine.
2nd ed. Oxon: Radcliffe Publishing Ltd; 2005.
6. Silverman JD, Kurtz SM, Draper J. Skills for Communicating with Patients.
Oxford:Radcliffe Medical Press; 1998.
7. Kurtz S, Silverman J, Draper J. Skills for communicating with patients. 2nd ed. Oxon:
Radcliffe Publishing; 2005.
8. Van Dalen J. Foreword in: Kurtz S, Silverman J, Draper J. Teach-Ing And Learning
Communication Skills In Medicine. 2nd ed. Oxon: Radcliffe Publishing Ltd; 2005.
9. Minister of Public Works and Government Services Canada. Put-Ting Communication
Skills To Work, Resource Booklet. Ottawa: Publications Health Canada; 2001.
10. Faiz, Abdul, U Rafique, AK Khandaker, FM Siddiqui, MR Alam, dkk. Communication
Skills In Medicine.
11. http://www.gp-training.net/training/communication_skills/calgary/calgary.pdf diunduh
23 Desember 2015
12. https://www.youtube.com/watch?v=dDaatHHqpjY film ajar komunikasi dokter gigi dan
pasien , Yubiliana Gilang 2016 , https://www.youtube.com/user/elearningUNPAD
13. http://www.unpad.ac.id/buku/penatalaksanaan-terapeutik-komunikasi-efektif-pasien-
dokter-gigi/
TOPIK 2 : Pemeriksaan Obyektif
(Pemeriksaan Umum; Tanda-tanda vital, Ekstra oral, Intra oral)
Dokter gigi perlu menilai/menentukan kesan kesehatan umum dan kondisi fisik dari setiap
pasien, dimulai pada saat awal kontak/tatap muka dengan pasien dan berlanjut selama
kunjungan. ini klinisi dapat mengamati postur pasien dan cara berjalan dan adanya
keterbatasan fisik yang mungkin terlihat.
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi kesadaran, kesan sakit, tekanan darah (Dewasa :
120/80mmHg, anak : lebih rendah dari dewasa), suhu (dewasa: 36,5-37,5 derajat Celcius),
pernafasan (dewasa : 12-20x/menit, anak : laju pernafasan lebih tinggi dari dewasa),
frekwensi nadi (anak : 140x/menit, dewasa: 60-80x/menit), tinggi badan (cm), berat badan
(kg).
Pemeriksaan ekstra oral bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi abnormal vs normal pada
struktur leher dan kepala (wajah, mata, hidung, telinga, bibir, kelenjar limfe, TMJ), serta
daerah tubuh lain seperti kulit yang terkait dengan kelainan mukosa oral. Pemeriksaan ektra
oral dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang terlihat secara visual atau dengan
palpasi.
A. Wajah
Pengamatan terhadap kesimetrisan wajah pasien dan jenis profil wajah penting untuk
dilakukan. Ketidaksimetrisan nyata dapat menjadi tanda pertumbuhan neoplastik, atrofi otot
atau hipertrofi, dan masalah neurologis. Ketidaksimetrisan juga berkaitan dengan disfungsi
sendi temporomandibula dan maloklusi.
Bentuk wajah tdd:
B. Bibir
Pemeriksaan bibir meliputi kesimetrisan dan konsistensi serta tektur jaringannya. Secara
normal jaringan bibir harus elastis, lembut, dan memiliki warna merah muda yang homogen.
Bentuk bibir dapat dicatat panjang/pendek, normal, teba/ tipis, tegang/kendor (flabby).
Vermillion border harus jelas dan sejajar/rata. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan
pada vermillion boder. Komisura bibir yang normal tampak bersih dari lesi dan tidak
memperlihatkan tanda pecah-pecah atau kering.
C. Hidung
Pada pemeriksaan hidung dicatat pernafasan, cuping hidung, epistaksis.(+/-)
D. Mata
Pengamatan mata dan jaringan disekitar mata untuk melihat adanya abnormalitas. Juga
penting untuk dilakukan. Perhatikan warna sklera dan ukuran dari kedua pupil. Sklera kuning
berkaitan dengan jaundice dan dapat mengindikasikan kasus hepatitis yang tidak terdiagnosis
(A atau B), atau difungsi hati lainnya atau kelainan darah. Sklera biru berkaitan dengan
osteogenesis imperfecta yang dapat meliputi perubahan dari struktur dentin. Ukuran pupil
dapat membantu mengidentifikasi pasien yang berada dalam resiko dari kegawatdaruratan
medis karena penggunaan obat-obatan terlarang. Symblepharon berkaitan dengan benign
mucous membrane pemphigoid dan lichen planus. Perujukan pada spesialis seperti ke dokter
spesialis mata dibutuhkan untuk menilai kondisi apapun yang memperlihatkan gejala
symbrephron atau pterygium.
F. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid ditemukan inferior dari laring dan superior dari klavikula di samping trakea.
Kelenjar ini memiliki dua lobus yang terhubung oleh sebuah isthmus. Palpasi kelenjar tiroid
menggunakan tehnik bimanual dimana satu tangan mendukung jaringan dan tangan lainnya
melakukan palpasi kelenjar pada satu sisi dan kemudian sebaliknya dilakukan untuk
melakukan pemeriksaan sisi berlawanan dari kelenjar. Kelenjar tiroid yang normal
seharusnya tidak kelihatan dan selalu tidak akan teraba pada saat dipalpasi. Selama proses
penelanan kelenjar akan terangkat pelan-pelan dan simetris (gambar 12 dan 13).
G. Kelenjar Saliva
Palpasi kelenjar saliva parotis (Gambar 14) menggunakan tehnik bimanual. Kelenjar ini
secara normal tidak akan teraba saat dipalpasi. Indurasi dan nyeri dapat menjadi tanda dari
infeksi, blokade, kelainan sistem imun atau proses keganasan. Selain itu, pembesaran kelenjar
parotis yang tidak lunak dapat terjadi pada penggunaan alkohol, diabetes, Sjörgen’s
syndrome, gangguan makan, infeksi HIV, dan berbagai status keganasan/bukan-keganasan.
Gambar 11. Palpasi digital nodus submentalis Gambar 12. Palpasi bimanual kelenjar tiroid
Gambar 13. Tahan jari dengan ringan pada Gambar 14. Palpasi kelenjar parotis
kelenjar saat pasien menelan
Gambar 15. Posisi jari yang benar pada TMJ. Gambar 16. Pasien
membuka dan menutup mulut dengan perlahan.
I. Kulit
Kulit pada leher dan kulit kepala harus diperiksa pada pemeriksaan ekstraoral. Beberapa
kelainan mukosa oral berkaitan dengan lesi pada kulit, misalnya pada kasus pasien dengan
discoid lupus erythematosus. Lesi kulit dari discoid lupus dapat terjadi bersamaan dengan
inflamasi gingiva yang terlihat selama pemeriksaan intraoral (gambar 17 & 18). Juga pada
kasus erythemma multiforme (gambar 19 & 20).
Gambar 17 & 18. Lesi kulit dan inflamasi gingiva pada pasien discoid lupus
Gambar 19 & 20. Lesi target atau iris lesion dikulit dan lesi oral
pada pasien Erythema Multiforme
A. Kebersihan Mulut
Pengukuran status kebersihan mulut yang umum digunakan yakni dengan menggunakan Oral
Hygiene Indeks Simplified (OHI-S) dari Green dan Vermillion. Nilai dari OHI-S ini
merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris indeks dan kalkulus
indeks.
B. Mukosa Labial
Pemeriksaan mukosa labial diperiksa dengan melihat langsung yaitu dengan cara
memisahkan jaringan menggunakan jari atau ibu jari diikuti oleh palpasi bidigital pada
jaringan bibir/labial. Lalu pindah atau gerakkan dari satu sisi ke sisi lain.
C. Mukosa Bukal
Mukosa bukal diperiksa dengan cara melihat langsung atau tidak langsung serta palpasi pada
daerah tersebut. Pastikan untuk menekan jaringan daerah retromolar dan meregangkan
mukosa jauh dari mukogingival junction.
Gambar 28. Regangkan jaringan agar dapat terlihat area yang tertutupi oleh jari.
Gambar 29. Regangkan jaringan jauh dari area retromolar.
Gambar 30. Palpasi mukosa bukal. Mukosa bukal harus dipalpasi dengan tekanan pada
jaringan diantara jari telunjuk dan ibu jari pada satu tangan.
Gambar 31. Palpasi pada palatum keras dengan menggunakan tekanan sampai ke tulang.
Gambar 32. Struktur normal palatum keras bagian anterior.
Gambar 33. Stuktur normal palatum keras bagian posterior. Tuberositas maksilaris yaitu
area sebelah distal dari molar terakhir, jaringan lunak berwarna pink homogen dan keras
jika di palpasi.
Palatum Lunak.
Palatum lunak diperiksa dengan cara melihat langsung. Jika perlu dipalpasi, maka dilakukan
anestesi topikal dahulu dan jaringan dipalpasi mulai dari midline lalu ke permukaan lateral.
Normalnya, area ini vaskularisasinya lebih sedikit daripada daerah orofaring, dan biasanya
warnanya pink kemerahan. Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan “ah”. Jaringan terlihat
longgar, bergerak (mobile), simetris selama menjalankan fungsi.
Uvula
Uvula dicatat terlalu panjang atau pendek, atau uvula yang terlihat asimetris pada saat
istirahat. Kadang-kadang pada seseorang ditemukan adanya bifid/celah pada uvula.
E. Lidah
Lidah diperiksa dengan cara melihat langsung atau tidak langsung. Pegang ujung lidah
dengan menggunakan kasa dan gerakkan jari dan ibu jari tangan yang sama di satu sisi untuk
mengamati batas lateral kemudian ulangi untuk sisi lain. Gunakan kaca mulut untuk
memeriksa bagian batas lateral posterior lidah.
Gambar 26. Pemeriksaan visual permukaan ventral lidah. Gambar 27. Ujung lidah
digenggam dengan kassa saat palpasi badan lidah dengan jari dan ibu jari pada satu
tangan.
F. Dasar Mulut
Dasar mulut diperiksa dengan melihat langsung atau tidak langsung diikuti dengan palpasi
pada seluruh strukturnya. Pasien diminta untuk mengangkat lidahnya agar memungkinkan
dilakukannya pemeriksaan visual langsung pada jaringan ke arah midline dasar mulut.
Kaca mulut digunakan untuk memeriksa daerah di dekat perbatasan/garis inferior mandibula.
Jaringan akar terlihat lembab dan vaskularisasinya tinggi. Pemeriksaan dasar mulut yaitu
dengan cara palpasi bimanual intra oral dengan menggunakan jari telunjuk tangan kanan,
sedangkan jari-jari tangan kiri diletakkan dibawah dagu, ditekan dengan lembu untuk
merasakan struktur daerah diantara jari-jari.
G. Gigi
Keterangan:
Pencatatan data lesi intra oral
meliputi hal – hal seperti : jumlah lesi, jenis lesi, bentuk lesi, warna lesi, dasar dan kedalaman
lesi, ukuran lesi dan tepi lesi. Hal hal tersebut merupakan karakteristik ulcer secara umum (7
buah). Penilaian dan pencatatan odontogram sesuai petunjuk dalam rekam medis yang
dipergunakan. Penilaian dan pencatatan oral hygiene disesuaikan dengan bagian periodonsia.
5) PEMERIKSAAN SEROLOGI
Infeksi HSV primer berhubungan dengan peningkatan titer imunoglobulin (Ig)M diikuti titer
IgG beberapa minggu setelahnya.
REFFERENSI
Birnbaum, W. dan Dunne, S. 2000. Oral Diagnosis: The Clinician’s Guide. Wright,
Oxford. Hal. 46-59.
Lamey, P.J. dan Lewis, M.A.O. 1991. Oral Medicine in Practice. BDJ Publisher, London.
Hal. 5 – 7.
Burkhart NW. DeLong L. The Intraoral and Extraoral Exam. Crest® Oral-B® at
dentalcare.com Continuing Education Course, Revised August 8, 2012.
http://www.dentalcare.com/media/en-us/education/ce337/ce337.pdf.
Woo SB, Greenberg MS. Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and Treatment. 11 th ed. BC
Decker Inc. 2008. Hal: 42-46.
TOPIK 3 : PENULISAN RESEP OBAT ANTI VIRUS TOPIKAL
Durasi: 15 menit
Metode: Menulis paralel semua mahasiswa
Sistematika Jalannya Keterampilan Medik:
Membuat resep 2 macam obat semua mahasiswa paralel (15 menit).
a. Pengantar (2 menit)
Penjelasan sasaran belajar
Penjelasan mengenai resep obat
b. Demonstrasi (3 menit)
Instruktur mendemonstrasikan cara membuat resep obat
------------------------- paraf
atau
R/ Acyclovir cream 5 %
disp Tube No I
S 5 x/hari oles tipis pada bibir
------------------------- paraf
Isi resep (2) :
1. Menuliskan Superscription : R/
2. Menuliskan Inscription : Nama obat dalam dosis tunggal
3. Menuliskan subscription : sediaan, jumlah obat.
4. Menuliskan Signatura : Aturan pakai obat
5. Menulis garis penutup dan paraf dokter gigi penulis resep.
------------------------- paraf
Penutup :
1. Menuliskan nama pasien :
2. Menuliskan usia pasien :
LAMPIRAN
Skenario Pasien Simulasi
Skenario :
Nama : Vira
Usia : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : sesuai dengan PS
Pekerjaan : sesuai dengan PS
Keluhan Utama saat ini (chief complaint) : keluhan sariawan yang banyak di dalam
mulut, terasa sakit sekali sampai pasien sulit makan
Lokasi keluhan : mukosa labial, bukal, lidah dan gusi
Kapan keluhan terjadi (onset) : sejak 3 hari yang lalu
Lamanya keluhan berlangsung (duration) selama 3 hari
Kronologis : mula mula pasien mengalami flu berat. Flu membaik tetapi kondisi umum
belum sempurna, pasien kembali mengalami demam, dan beberapa hari kemudian terjadi
sariawan yang banyak pada mulut dan bibir serta gusi terasa sakit. Sejak itu kondisi
mulut terasa sakit sampai sulit makan
Faktor yang memperberat : Saat makan semakin sakit.
Faktor yang memperingan : tidaak ada
Perawatan yang telah diterima : Obat Parasetamol sirup untuk meredakan demam, untuk
sariawan belum ada perawatan/pengobatan.
Riwayat dental terdahulu : tidak ada
Riwayat medis terdahulu : tidak ada
Riwayat penyakit yang sama pada keluarga : tidak ada
Riwayat sosiokultural : tidak ada kebiasaan buruk.
Harapan pasien : ingin diobati kondisi mulutnya
Catatan :
Skenario ini wajib dihafalkan dan dipahami oleh setiap mahasiswa untuk digunakan
sebagai persiapan pada simulasi antar teman.
Tulisan berwarna merah merupakan jawaban dari pertanyaan operator pada saat
pelatihan keterampilan klinik pemeriksaan subyektif/anamnesis.
Mahasiswa yang bertindak sebagai pasien simulasi tidak diperkenankan
memberitahukan atau mengarahkan pertanyaan, menjawab yang tidak ditanyakan oleh
operator atau menjelaskan hal-hal yang tidak tercantum dalam skenario.