Modul Tutor
(MODUL TUTOR)
Edisi 4
Penyusun
Departemen Biologi Oral
Departemen Orthodonsia
Departemen Periodonsia
Departemen IKGA
Editor
drg. Enggardini Rachma Hakim, MDSc.
drg. R.P. Arief Rahman, M.Imun.
A. VISI
Menjadi pusat pendidikan kedokteran gigi komunitas yang berkarakter islami,
berbasis teknologi dan berwawasan internasional pada tahun 2035.
B. MISI
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan dokter gigi komunitas
berwawasan internasional yang relevan dengan kebutuhan masyarakat melalui
pendekatan Al Islam dan Kemuhammadiyahan.
2. Menyelenggarakan pembelajaran yang unggul dan berbasis teknologi kedokteran
gigi terkini.
3. Menyelenggarakan partisipasi aktif dalam upaya peningkatan kesehatan gigi
mulut masyarakat melalui penelitian dan pengabdian masyarakat di tingkat
nasional dan internasional.
4. Menyelenggarakan pengelolaan fakultas dengan memanfaatkan teknologi untuk
menunjang layanan administrasi, komunikasi, informasi dan pengembangan
sistem manajemen yang transparan, akuntabel dan terintegrasi untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya dengan
mengedepankan kesejahteraan civitas akademika.
5. Menjalin kerjasama dengan institusi di dalam dan di luar negeri untuk
pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, serta nilai-
nilai Islam.
C. TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan dokter gigi yang profesional dengan penguasaan pelayanan
dokter gigi komunitas berdasar teknologi kedokteran gigi terkini.
2. Menghasilkan lulusan dokter gigi berkarakter islami yang mandiri dan
berwawasan internasional.
3. Menghasilkan lulusan dokter gigi yang memiliki kepekaan dalam peningkatan
kesehatan gigi mulut masyarakat melaui penelitian bermutu dan pengabdian
masyarakat.
Blok Basic Dental Scince 2 (BDS2) merupakan blok di tahun pertama dari kurikulum
blok PBL Fakultas Kedokteran Gigi UNIMUS. Blok BDS 2 ini disusun berdasarkan capaian
pembelajaran Kurikulum Perguruan Tinggi 2016 yang dikolaborasikan dengan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Muatan pembelajaran pada blok ini sesuai dengan
pokok bahasan yang terdapat pada Standar Kompetensi Dokter Gigi tahun 2015, area
pemahaman pembelajaran dengan metode student centered learning (SCL) dan juga
pemenuhan kompetensi:
Domain I : Profesionalisme
Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi
Dalam modul ini memuat bahan kajian tentang kedokteran gigi dasar meliputi tumbuh
kembang tulang dan cranium, tumbuh kembang gigi dan anatomi gigi yang bertujuan agar
mahasiswa memiliki kemampuan menguasai konsep teoritis gambaran mikroskopis,
makroskopis dan proses pertumbuhan dan perkembangan gigi serta jaringan sekitarnya.
Terima kasih kami ucapkan kepada narasumber blok Basic Dental Scince 2, semua
departmen yang terlibat dan pihak-pihak lain yang membantu sehingga buku modul ini dapat
tersusun dengan baik. Semoga modul ini dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang diharapkan.
Kritik serta saran sangat diharapkan penyusun untuk perbaikan buku modul ini.
Tim Penyusun
B. Tim Pengampu
1. drg. Ratna Sulistyorini, M.Si.Med.
2. drg. Ageng Wicaksono, Sp.Ort
3. drg. Yasinia Annisa Purbomurti
4. drg. Enggardini Rachma Hakim
5. drg. R.P. Arief Rahman, M.Imun
6. drg. Zita Aprilia, Sp.KGA
7. drg. Ayuda Nur Sukmawati, M.DSc., Sp.Perio
8. drg. Ani Megawati, Sp.PM
9. drg. Lisa Oktaviana Mayasari
10. drg. Ahyi Alfia Husna
11. drg. Dzaki A’la Muttaqien
12. drg. Ahmad Aliemuddin Suyudi
13. drg. Moh. Irsyad Hanif
D. Topic Tree
Gigi dan Jaringan
Sekitarnya
Kelainan
pembentukan
dan erupsi gigi
Area kompetensi dari Standar Kompetensi Dokter Gigi yang akan dicapai pada blok ini
yaitu :
A. CPL (Capaian Pembelajaran Lulusan)
Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
S3
bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila
S8 Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik
Menguasai konsep teoritis secara umum tentang, Ilmu biomedik meliputi anatomi,
histologi, fisiologi tubuh manusia, patologi dan patofisiologi kelainan struktur dan
fungsi tubuh, mikrobiologi, biologi, biokimia, farmakologi, serta ilmu gizi, Ilmu
P5
kedokteran klinik meliputi penyakit dalam, THT, kulit dan kelamin, ilmu kesehatan
mata, neurologi, bedah umum, Perkembangan mental anak, Ilmu kedokteran
paraklinik meliputi patologi anatomi, patologi klinik, Forensik kedokteran gigi
Menguasai konsep teoritis secara mendalam tentang, Biologi oral, Morfologi
makroskopis, mikroskospis dan topografi organ, jaringan penyusun sistem tubuh
P6
manusia secara terpadu, Proses tumbuh kembangdentokraniofasial prenatal dan
pascanatal, Komunikasi kesehatan dan komunikasi teurapeutik
KU2 Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur
Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada di
KU8
bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri
Mampu membuat kajian secara mandiri permasalahan bidang kedokteran gigi pada
pasien atau masyarakat, dan mengusulkan alternatif solusi yang inovatif dengan
KK9
pendekatan evidence-based dentistry yang bisa dipertanggung jawabkan secara
akademik.
A. Topik Pembekalan
NAMA BIDANG MATERI
NO TOPIK MENIT
DOSEN ILMU PEMBELAJARAN
Proses perkembangan gigi
drg. Yasinia
Proses (initiation stage, bud stage,
1 Annisa OB 100
perkembangan gigi cap stage, bell stage, aposisi
Purbomurti
dan maturasi)
Proses
drg. Ratna pembentukan dan Proses pembentukan dan
2 Sulistyorini, OB perkembangan perkembangan dentin, 50
M.Si.Med dentin, sementum sementum dan pulpa
dan pulpa
drg. Ratna
Proses erupsi gigi secara
3 Sulistyorini, OB Proses erupsi gigi 50
seluler
M.Si.Med.
Proses perkembangan oklusi
dari lahir sampai fase geligi
sulung
Proses perkembangan oklusi
fase geligi sulung
drg Ageng
Perkembangan Proses perkembangan oklusi
4 Wicaksono Sp ORTHO 100
Oklusi fase geligi pergantian
Ort
Proses perkembangan oklusi
fase geligi permanen
Proses perkembangan oklusi
perubahan pada geligi
permanen
Anatomi gigi sulung dan
permanen
drg. Yasinia Struktur
Struktur mikroskopis gigi
5 Annisa OB Makroskopis Dan 100
meliputi enamel, dentin dan
Purbomurti Mikroskopis Gigi
pulpa
Aspek biokimiawi gigi
drg. R.P. Arief Struktur anatomi serta
Anatomi Dan
6 Rahman, OB nomenklatur gigi sulung dan 100
Nomenklatur Gigi
M.Imun permanen
Anatomi Dan Anatomi dan histologi bibir,
drg. Yasinia Histologi Bibir, mukosa mulut, dan lidah
7 Annisa OB Mukosa Mulut, 100
Aspek anatomi dan histologi
Purbomurti Lidah, Palatum,
palatum, laring, dan faring
Laring, Dan Faring
drg. Yasinia
Gambaran anatomi dan
8 Annisa OB Kelenjar Saliva 50
mikroskopis kelenjar saliva
Purbomurti
C. Topik Praktikum
BIDANG JUMLAH
NO TOPIK
ILMU PERTEMUAN
1. Histologi Proses Perkembangan Gigi Biologi Oral 1 x 170 menit
2. Histologi Gigi dan Jaringan Periodontal Biologi Oral 1 x 170 menit
3. Histologi Lingua Biologi Oral 1 x 170 menit
4. Histologi Kelenjar Saliva Biologi Oral 1 x 170 menit
5. Identifikasi Gigi Biologi Oral 5 x 170 menit
6. Pembuatan Morfologi Gigi (Carving) Biologi Oral 8 x 170 menit
7. Biokimia Gigi Biologi Oral 1 x 170 menit
8. Biokimia dan Fisiologi Cairan Rongga Mulut Biologi Oral 1 x 170 menit
D. Buku Referensi
1. Sloan AJ, Berkovitz BKB, Linden RWA, Moxham BJ. 2010. Master Dentistry
Volume 3 Oral Biology : Oral Anatomy, Histology, Physiology And Biochemistry. 3rd
Ed. Elsevier Health Sciences Imprint Churchill Livingstone. London. UK
2. Balogh MB And Ferenbach MJ. 2006. Dental Embryology Histology And Anatomy
2nd Ed. Missouri: Elsevier Saunders.
3. Nelson, Stanley J. 2015. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology And Occlusion 10th
Ed. Missouri: Elsevier Saunders.
4. Scheid, R.C. Dan Weiss, G. 2012. Woelfel’s Dental Anatomy 8th Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
5. Itjiningsih, W. 2014. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC
6. Hall, J.E. 2011. Textbook Of Medical Physiology, 12th Ed. Saunders Elsevier.
7. Nanci, A. 2018. Ten Cate’s Oral Histology : Development, Structure, And Function.
9th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier.
8. Chiego, D. J. 2019. Essentials Of Oral Histology And Embryology: A Clinical
Approach. Fifth Edit. St. Louis, Missouri: Elsevier.
9. Premkumar, S. 2015. Text Book Of Orthodontic. New Delhi, India: Elsevier Health
Science.
B. Strategi Pembelajaran
Pertemuan pertama kuliah diisi dengan kontrak pembelajaran lengkap dengan
penjelasan komponen penugasan dan evaluasi pembelajaran. Pertemuan selanjutnya diisi
dengan tatap muka, tutorial, praktikum, dan praktik lapangan sesuai jadwal.
c. Penilaian Akhir
KRITERIA
KOMPONEN PENILAIAN BOBOT
KELULUSAN
Ujian
MCQ
UTB 13% Nilai ≥ 65,00
UAB 11%
Responsi Histologi 5% Nilai ≥ 65,00
Responsi Responsi Biokimia 2%
Responsi Anatomi Gigi 9%
Kegiatan
Tutorial Nilai tertinggi dari seluruh pertemuan 18% Wajib hadir
Praktikum Rata-rata nilai praktikum 42% seluruh pertemuan
D. Kriteria Kelulusan
Mahasiswa dinyatakan lulus blok apabila nilai akhir mengacu pada standar PAP
yang berlaku di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG dengan nilai
afektif minimal BAIK. Batasan nilai akhir mengacu pada standar Pokok Acuan Penilaian
(PAP) sebagai berikut :
Nomor Huruf Numerik Rentang Nilai
1 A 4 80,00 – 100
2 AB 3,5 75,00 – 79,99
3 B 3 70,00 – 74,99
4 BC 2,5 65,00 – 69,99
5 C 2 60,00 – 64,99
6 CD 1,5 50,00 – 59,99
7 D 1 40,00 – 49,99
8 E 0 ≤ 40,00
Jenis pelanggaran lainnya yang belum termuat dalam daftar akan dibicarakan dalam
rapat tim blok dan ditetapkan kemudian.
4. Pelanggaran Mahasiswa
Pelanggaran Ringan/ Teguran
1. Tidak memperhatikan arahan trainer atau tutor
2. Berdiskusi tidak sesuai topik pembelajaran
Pelanggaran Sedang/ Tidak diperkenankan melanjutkan proses pembelajaran
1. Membantu/ dibantu pekerjaan pembelajaran kecuali atas instruksi
2. Mencontek dalam proses pembelajaran
Pelanggaran Berat/ Tidak diperkenankan mengulang (Gugur Blok)
1. Memalsukan atau plagiarisme selama proses pembelajaran
2. Memalsukan keterangan atau tanda tangan orang lain dalam proses
pembelajaran
5. Ranah Afektif
Sikap / attitude / afektif mahasiswa akan dinilai dalam setiap proses
pembelajaran dan akan diberikan peringatan bagi yang memerlukan. Ranah – ranah
afektif meliputi cara berpakaian, sopan santun dan tata krama, sikap menghargai
orang lain, etika dan cara berkomunikasi terhadap sesame teman, dosen, tutor, staf
dan masyarakat.
B. Belajar Mandiri
Belajar mandiri merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mempelajari secara mandiri suatu topic
tertentu yang telah ditentukan, dengan mengacu pada berbagai jenis sumber belajar
maupun self experiencin. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berkelompok maupun
individual, dilaporkan dalam bentuk laporan tertulis serta presentasi. Belajar mandiri
dalam blok adalah mengeksplorasi dan mengevaluasi suatu media promosi kesehatan,
mencari kasus tentang agen-agen yang ada pada lingkungan dan jurnal ilmiah.
D. Praktikum
Praktikum merupakan metode pembelajaran yang mengkolaborasikan kemampuan
psikomotor, pengetahuan (kognitif), dan afektif (sikap) dengan menggunakan sarana
laboratorium. Mahasiswa Blok Basic Dental Science 2. Tujuan utama praktikum dalam
blok adalah mahasiswa diharapkan akan mampu memahami struktur anatomi, histologi,
dan biokimiawi gigi, jaringan periodontal, lidah, dan cairan rongga mulut. Praktikum
dilaksanakan di Laboratorium Preklinik FKG Unimus
F. Skill’s Lab
Keterampilan klinik/ Skill Lab adalah kegiatan pembelajaran terstruktur dan mandiri
dengan melakukan atau menggunakan alat kedokteran gigi secara langsung sehingga
mahasiswa secara tidak langsung akan terbentuk soft skill dan hard skill sebagaimana
dalam kedokteran gigi dua hal tersebut sangat dibutuhkan.
A. Teknis
Kuliah interaktif merupakan metode pembelajaran dengan kegiatan ceramah / tatap
muka yang dibawakan oleh narasumber, terjadwal, dan mengacu pada prinsip SCL
(Student Center Learning). Mahasiswa wajib mempersiapkan diri sebelum mengikuti
kuliah.
Dalam blok BDS 2 ini terdapat 3 modul yang terdiri dari 3 skenario, yang harus
didiskusikan oleh mahasiswa dalam waktu 3 minggu. Setiap skenario diselesaikan
dengan dua kali pertemuan selama satu minggu.
Mahasiswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri
dari sekitar 10-13 mahasiswa dan dibimbing oleh satu orang tutor sebagai fasilitator.
Dalam diskusi tutorial perlu ditunjuk satu orang sabagai ketua diskusi dan dua orang
sebagai scrable, dan keduanya akan bertugas sebagai pemimpin diskusi. Ketua diskusi
dan scrable ditunjuk secara bergiliran untuk setiap skenarionya agar semua mahasiswa
mempunyai kesempatan berlatih sebagai pemimpin dalam diskusi. Oleh karena itu perlu
dipahami dan dilaksanakan peran dan tugas masing-masing dalam tutorial sehingga
tercapai tujuan pembelajaran.
Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan antara tutor
dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor menyampaikan aturan
main dan tujuan pembelajaran secara singkat. Ketua diskusi dibantu scrable memimpin
diskusi dengan menggunakan 7 langkah atau seven jumps untuk mendiskusikan masalah
yang ada dalam skenario. Seven jumps meliputi:
Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Clarify Unfamiliar Terms/ Klarifikasi Istilah Asing
a. Mahasiswa mengidentifikasi kata – kata atau istilah – istilah yang artinya
kurang jelas atau menyebabkan timbulnya banyak interpretasi perlu ditulis dan
diklarifikasi lebih dulu, anggota lain nya mencoba untuk mendefinisikannya.
b. Mahasiswa mengutarakan secara jujur tentang apa yang belum diketahuinya
2. Define the Problem/ Menetapkan Permasalahan
Problem (masalah), bisa berupa istilah, fakta, fenomena, yang oleh group masih
perlu diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas. Tutor dapat mendorong seluruh
Setiap skenario akan diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali pertemuan.
Langkah 1 – 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah ke – 6 adalah kegiatan
belajar mandiri, dilakukan di antara pertemuan pertama dan kedua.Langkah 7
dilaksanakan pada pertemuan kedua. Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan
mengarahkan diskusi dan membantu mahasiswa dalam cara memecahkan masalah tanpa
harus memberikan penjelasan atau kuliah mini.
Dalam diskusi tutorial, tujuan instruksional umum dapat digunakan sebagai
pedoman untuk menentukan tujuan belajar. Pada langkah ke – 7 pada pertemuan kedua
pada setiap skenario akan ditambahkan diskusi kajian dari pandangan Islam dan
Kemuhammadiyahan yang diambil dari Alquran dan hadits yang disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran pada setiap skenario. Ketua diskusi memimpin diskusi dengan
member kesempatan setiap anggota kelompok untuk dapat menyampaikan ide dan
pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota kelompok yang mendominasi diskusi serta
memancing anggota kelompok yang pasif selam proses diskusi. Ketua diskusi dapat
Blok Basic Dental Science 2 20
Fakultas Kedokteran Gigi – UNIMUS 2023
mengakhiri brain storming bila dirasa sudah cukup dan memeriksa notulen apakah semua
hal yang penting sudah ditulis.
Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning atmosphere disertai iklim
keterbukaan , kebersamaan, kejujuran dan saling menghargai pendapat sesama anggota
diskusi. Mahasiswa bebas mengemukakan pendapatnya tanpa khawatir apakah
pendapatnya dianggap salah, remeh dan tidak bermutu oleh teman yang lain, karena
tutorial yang lebih penting adalah bagaiman mahasiswa berproses memecahkan masalah
dan bukan kebenaran pemecahan masalahnya.
Proses tutorial menuntut mahasiswa agar secara aktif dalam mencari informasi atau
belajar mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat dilakukan dengan
akses informasi baik melalui internet (journal ilmiah terbaru), perpustakaan (textbook &
laporan penelitian), pembekalan dan konsultasi pakar.
A. Skenario
SKENARIO 1
Jumong adalah seorang anak laki-laki usia 6 tahun diantar kakeknya datang ke
dokter gigi. Jumong bertanya kepada dokter gigi mengenai giginya yang mulai
berganti. Dokter gigi menjelaskan bahwa apa yang dialaminya tersebut merupakan
hal yang normal sesuai dengan fase tumbuh kembang oklusinya.
Kata Kunci/ Keywords : tumbuh kembang oklusi, urutan erupsi, fase gigi desidui,
pergantian dan permanen
Tugas :
Sub-CPMK:
1. Mahasiswa mampu memahami proses perkembangan oklusi
B. Teori
Periode Perkembangan Gigi Geligi
Terdapat empat tahap perkembangan gigi geligi manusia, yaitu periode bantalan
gusi (gum pads), periode gigi desidui (primary dentition stage), periode gigi bercampur
(mixed dentition stage), periode gigi permanen (permanent dentition).
1) Periode Bantalan Gusi (gum pads)
Periode pertama adalah periode bantalan gusi (gum pads) dimulai sejak lahir
sampai usia sekitar 6-7 bulan dimana lengkung alveolar mempunyai konsistensi lentur
dan berwarna merah muda. Karakteristik periode ini terlihat adanya peninggian dan
lekukan pada membran mukosa. Lengkung rahang pada rahang atas berbentuk seperti
tapal kuda dan rahang bawah berbentuk seperti U yang lebar. Pada periode ini
hubungan kedua rahang pada posisi istirahat terlihat open bite anterior dengan kontak
hanya pada regio molar
2) Periode Gigi Desidui (primary dentition stage)
Periode kedua adalah periode gigi desidui (primary dentition stage). Periode ini
dimulai dengan erupsi pertama gigi desidui. Gigi pertama yang erupsi biasanya
insisivus sentralis mandibula sekitar umur 6-7 bulan. Ketika umur 2-3 tahun seluruh
gigi desidui erupsi dan urutan pertumbuhan gigi desidui akan berakhir sampai dengan
erupsinya gigi molar kedua permanen. Karakteristik yang paling penting pada periode
ini yakni hubungan molar. Hubungan antero posterior dari gigi molar disebut juga
terminal plane. Menentukan hubungan terminal plane pada periode gigi desidui
merupakan hal yang paling baik karena erupsi gigi molar pertama permanen sangat
bergantung pada kontak permukaan distal gigi molar kedua desidui pada rahang atas
dan rahang bawah. Jumlah gigi pada periode ini adalah 20 gigi.
Fase Inter-transisi merupakan fase yang stabil dimana hanya terjadi perubahan
yang sedikit. Gigi yang terlihat pada rahang atas maupun rahang bawah pada fase
ini adalah insisivus dan molar pertama permanen bersama dengan gigi kaninus
dan molar desidui. Berikut ini merupakan ciri fase inter-transisi :
a. Oklusal dan interproksimal pada gigi desidui terlihat rata dikarenakan
morfologi oklusal yang menyerupai dataran.
b. Ugly duckling stage yakni keadaan dimana terdapat diastema diantara kedua
gigi insisivus sentralis rahang atas yang terjadi pada usia 8-9 tahun (Gambar 8).
Namun kondisi ini akan terkoreksi sendiri dimana benih gigi kaninus permanen
yang erupsi ke arah labial akan mempengaruhi akar gigi insisivus lateralis
permanen rahang atas dan mendorong insisivus lateralis ke mesial. Bila gigi
kaninus permanen telah erupsi, insisivus lateralis akan tegak dan diastema akan
tertutup.
c. Pembentukan akar terjadi pada insisivus, kaninus dan molar yang akan erupsi
dengan seiringnya peningkatan puncak prosesus alveolaris.
d. Resopsi akar pada molar desidui.
Fase Transisi Kedua ditandai dengan erupsinya gigi kaninus permanen rahang
bawah dan premolar pertama rahang atas dan rahang bawah pada usia sekitar 10,5
tahun. Kemudian diikuti dengan erupsi premolar kedua rahang atas dan rahang
bawah dan gigi kaninus rahang atas pada usia sekitar 11 tahun. Kombinasi lebar
mesiodistal kaninus desidui dan premolar biasanya lebih kecil daripada gigi yang
Pada periode gigi bercampur, baik gigi desidui maupun gigi permanen terdapat
pada lengkung gigi. Oleh karena itu, kasus maloklusi sering terlihat pada periode ini.
Diperlukan adanya tindakan atau perawatan interseptif ortodonti agar mencegah
maloklusi tersebut. Tindakan dan perawatan terhadap maloklusi yang dilakukan pada
tahap awal atau pada masa tumbuh kembang aktif lebih menguntungkan karena masih
adanya kesempatan menghilangkan faktor penyebab.
C. Konsep Mapping
Perkembangan
Oklusi
D. Referensi
1. Premkumar, S. 2015. Text Book Of Orthodontic. New Delhi, India: Elsevier
Health Science.
2. Proffit WR, Henry WF, David MS. 2019. Contemporary Orthodontics. 6th Ed.
Canada: Elsevier.
3. Dean JA, Avery DR, Mc Donald RE. 2011. Dentistry For The Child And
Adolescence. 9th Ed. Maryland Height: Mosby Elsevier
A dental student is studying oral fluids through a video. After watching the video, he
became curious what are the components of oral fluid, how is it produced, and why is it
so important for the oral health?
Tasks:
2. Relate the verses of the Qur'an and hadith related to the scenario!
Sub-CPMK:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan aspek makroskopis dan mikroskopis kelenjar saliva
2. Mahasiswa mampu menjelaskan aspek biologis cairan rongga mulut
3. Mahasiswa mampu menjelaskan aspek fisiologis sekresi saliva
Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva terbesar. Kelenjar ini terletak di area
ramus mandibula dan processus mastoideus, di sebelah inferior anterior telinga antara
kulit dan otot masseter. Muara dari kelenjar parotid adalah ductus Stensen yang terletak
di regio molar kedua rahang atas. Kelenjar ini menghasilkan 25% dari total saliva di
rongga mulut. Saliva yang dihasilkan oleh kelenjar parotid bersifat serous. Kelenjar ini
diinervasi oleh ganglion oticum N. glossofaringeus dan N. auriculotemporalis cabang
dari N. mandibula.
Kelenjar submandibula terletak di area medial inferior corpus mandibula. Saliva
yang disekresikan bersifat serous dan mucous (20%). Saliva disekresikan melalui ductus
Wharton yang bermuara pada caruncula sublingual. Kelenjar ini diinervasi oleh ganglion
Gambaran Mikroskopis:
Kelenjar salivarius tersusun dari jaringan sekretori (jaringan parenkim) dan
jaringan ikat (stroma). Jaringan ikat akan membentuk septa yang membagi kelenjar
saliva menjadi beberapa bagian (lobus). Lobus terbagi lagi menjadi beberapa lobulus
yang berisi unit sekretori dan ductus. Jaringan ikat terdiri dari fibroblas, kolagen, nervus,
kapiler darah, sel lemak, dan jaringan limfatik.
Jaringan sekretori (parenkim) terdiri dari beberapa bagian :
a. Serous
Acinar yang bersifat serous
mensekresikan saliva yang lebih
encer, mengandung lebih banyak
protein dan lebih sedikit karbohidrat Gambar 2. Histologi Kelenjar Saliva
(skematis)
dibandingkan saliva mucous. Sel penyusunnya berbentuk wedge-shaped, bagian dasar sel
melebar, terdapat granula di sitoplasma sel. Inti sel berbentuk bulat dan terletak di 1/3
basal sel. Lumen sempit.
c. Mixed serous-mucous
Pada kelenjar saliva serous-mucous, sel-sel acinarnya terdiri dari sel acinar
mucous yang dikelilingi oleh serous demilune.
2. Ductus
a. Ductus intercalatus
Merupakan saluran dari kompleks acinar. Saluran ini tersusun dari sel epitel
kuboid selapis.
b. Ductus striatus
Merupakan saluran lanjutan dari ductus intercalatus. Saluran ini tersusun dari sel
epitel kolumnar selapis dengan striae di bagian basal sel. Sitoplasma sel besar,
inti sel berbentuk lonjong dan terletak di tengah. Saluran ini merupakan lokasi
resorpsi ion natrium dan klorida serta sekresi kalium dan bikarbonat. Proses ini
berperan penting untuk mengubah cairan saliva yang isotonik atau sedikit
hipertonik menjadi cairan hipotonik. Ductus striatus dan intercalatus termasuk
dalam ductus intralobular.
c. Ductus collectivus
Saliva yang telah melalui ductus intercalatus dan ductus striatus kemudian
berlanjut ke ductus collectivus. Saluran ini tersusun dari sel epitel kolumnar
selapis tanpa striae. Ductus ini biasanya terletak di luar lobus sehingga termasuk
ductus interlobular. Ductus collectivus berlanjut menuju muara kelenjar saliva di
mukosa rongga mulut. Pada bagian muara kelenjar saliva, sel epitel berubah
menjadi sel epitel pipih berlapis.
Ion utama pada saliva adalah Na+, K+, Cl-, dan HCO3-. Terdapat pula ion kalsium, fosfat,
fluoride, magnesium sulfat, dan iodin. Ion saliva berfungsi dalam sistem buffer saliva.
Sekresi ion saliva terjadi melalui proses transpor aktif di duktus saliva. Fungsi saliva dalam
sistem pencernaan antara lain dengan melubrikasi rongga mulut, membantu pembentukan
bolus makanan, pengecapan, dan pencernaan karbohidrat. Saliva memiliki molekul protein
Saliva juga memiliki peran penting untuk menjaga imunitas rongga mulut. Komponen-
komponen yang berperan dalam respon imunologi rongga mulut adalah:
1. sIgA (secretory IgA): disekresikan oleh glandula saliva, berfungsi untuk memberikan
respon imun spesifik di rongga mulut.
2. Histatin : melawan infeksi jamur di rongga mulut
3. Lysozyme : membunuh bakteri melalui mekanisme perusakan peptidoglikan.
4. Defensin : antibakteri
5. Lactoferrin : menghambat pertumbuhan bakteri melalui mekanisme pengikatan ion Fe,
mematikan beberapa jenis virus.
6. Lactoperoksidase : antibakteri.
5. Mucin: berperan sebagai physical barrier untuk mencegah iritasi maupun infeksi
Cairan Rongga
Mulut
Cairan sulkus
Saliva
gingiva
D. REFERENSI
1. Hall, J.E. 2011. Textbook Of Medical Physiology, 12th Ed. Saunders Elsevier.
2. Sloan AJ, Berkovitz BKB, Linden RWA, Moxham BJ. 2010. Master Dentistry
Volume 3 Oral Biology : Oral Anatomy, Histology, Physiology And
Biochemistry. 3rd Ed. Elsevier Health Sciences Imprint Churchill
Livingstone. London. UK
3. Nanci, A. 2018. Ten Cate’s Oral Histology : Development, Structure, And Function.
9th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier.
Tugas :
Sub-CPMK
3) Fungsi nutritif/nutrisional:
Fungsi ini dimungkinkan oleh adanya sistem vaskularisasi yang baik pada
ligamen periodontal, yang menjamin pasok nutrien ke sementum, tulang alveolar dan
gingiva dan tersedianya drainase limfatik.
4) Fungsi sensori:
Fungsi sensori dimungkinkan oleh adanya reseptor bagi rasa sakit dan tekanan
pada ligamen periodontal. Ini berasal dari saraf-saraf dental yang menembus fundus
alveolus masuk ke ruang ligamen periodontal, dimana saraf-saraf tersebut akan
kehilangan selubung mielinnya (myelinated sheath) dan menjadi nerve ending.
Jaringan saraf yang bersifat propriosepsi memungkinan seseorang merasakan
kekuatan yang diberikan kepada gigi geligi, gerakan gigi dan tempat benda asing
pada atau diantara permukaan gigi. Rasa propioseptif ini dapat menggerakkan
mekanisme refleks protektif yang membuka rahang bawah untuk mencegah injuri
pada gigi-gigi dan ligament periodontal bila seseorang menggigit benda keras.
Propioseptif memungkinkan lokalisasi daerah inflamasi pada ligament periodontal.
Gambar 5. Section through a human jaw with a tooth in situ. The dotted line indicates the
separation between the basal bone and the alveolar bone
Process Alveolar adalah bagian tulang maksila dan mandibula yang membentuk
dan mendukung soket gigi (alveoli). Terbentuk saat gigi erupsi dan berfungsi sebagai
perlekatan dan pembentukan ligament periodontal. Process alveolar terdiri atas plate
eksternal / tulang kortikal yang terbentuk dari haversian bone dan compacted bone
lamellae; inner soket wall atau compact bone yang disebut alveolar bone proper yang
terlihat dalam pemeriksaan radiografi sebagai lamina dura ; cancellous trabeculae
terletak diantara compact layers yang berfungsi mendukung tulang alveolar9.
JARINGAN PERIODONTAL
1.anatomi
2.histologi
D. REFERENSI
1. Newman, dkk. 2019. Newman and Carranza's Clinical Periodontology, Ed 13.
Elsevier.
2. Reteitschak. 1995. Color Atlas Of Periodontology.
3. Fedi PF., Vernino AR., Gray JL., 2004. Silabus Periodonti. Ed 4. The Periodontic
Syllabus. Editor Lilian Juwono. Jakarta: EGC.
Sloan AJ, Berkovitz BKB, Linden RWA, Moxham BJ. 2010. Master Dentistry Volume 3
Oral Biology : Oral Anatomy, Histology, Physiology And Biochemistry. 3rd
Ed. Elsevier Health Sciences Imprint Churchill Livingstone. London. UK
Hall, J.E. 2011. Textbook Of Medical Physiology, 12th Ed. Saunders Elsevier.
Nanci, A. 2018. Ten Cate’s Oral Histology : Development, Structure, And Function. 9th
Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier.
Premkumar, S. 2015. Text Book Of Orthodontic. New Delhi, India: Elsevier Health Science.
Proffit WR, Henry WF, David MS. 2019. Contemporary Orthodontics. 6th Ed. Canada:
Elsevier.
Dean JA, Avery DR, Mc Donald RE. 2011. Dentistry For The Child And Adolescence. 9th
Ed. Maryland Height: Mosby Elsevier.
Newman, dkk. 2019. Newman And Carranza's Clinical Periodontology, Ed 13. Elsevier.
Reteitschak. 1995. Color Atlas Of Periodontology.
James K. Avery Daniel J. Chiego, Jr . 2006. Essentials of Oral Histology and Embryology A
Clinical approach Edisi 3. Elsevier.
Anthony L. Mescher, PhD, McGraw Hill. 2016. Junqueira's Basic Histology Text and Atlas
Edisi 14
Fedi PF., Vernino AR., Gray JL., 2004. Silabus Periodonti. Ed 4. The Periodontic Syllabus.
Editor Lilian Juwono. Jakarta: EGC.