PENDIDIKAN PROFESI
DOKTER GIGI INDONESIA (SP2DGI)
Draft dari:
ASOSIASI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
2019
S
1
KATA PENGANTAR
……………………………..
S
2
Daftar Isi
……………………………………………………………………………………………….
S
3
BAB 1. PENDAHULUAN
S
4
memiliki rumusan CP yang dapat dipertanggungjawabkan baik isi, kelengkapan deskripsi
sesuai dengan ketentuan dalam SNPT dan SNPK, serta kesetaraan level kualifikasinya
dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Rumusan Capaian Pendidikan dan
pernyataan mutu lulusan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan
kurikulum program studi.
Capaian pembelajaran selain untuk mengarahkan pengelola program studi agar
mencapai target mutu lulusan, juga memberikan informasi kepada masyarakat tentang
pernyataan mutu lulusan program studi di perguruan tinggi. Disamping itu, saat ini
implementasi pembelajaran berbasis luaran (Outcome Based Education/OBE) dalam
melaksanakan pendekatan sistem pendidikan dan metode pembelajaran selalu berorientasi
pada societal need, stakeholder need dan scientific future. Ketiga faktor ini merupakan
panduan dalam menyusun Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi.
Sistem pendidikan kedokteran gigi di Indonesia juga menghadapi tantangan besar,
karena dipengaruhi oleh era globalisasi dan revolusi industry 4.0. Perubahan internasional ini
akan berpengaruh terhadap SKDGI yaitu merevolusi cara belajar dan cara memberikan
pelayanan kesehatan. Selain itu kehadiran Top Ten Technology dalam Industrial Revolution
4.0, setidaknya tujuh teknologi akan berdampak pada dunia kedokteran gigi yaitu advanced
materials, cloud technology including big data, syntetic biology, virtual and augmented
reality, artificial intelligence, robots, serta 3D printing. Hal ini menyebabkan IPDG
dihadapkan pada berbagai tantangan dan perubahan seiring dengan perkembangan informasi
dan teknologi. Dunia pendidikan tinggi diharapkan dapat menyediakan transformasi
kurikulum yang adaptif terhadap tumbuhnya generasi milenial dan tantangan
disrupsi. Metode dan teknologi pembelajaran harus perlu dirancang sedemikian rupa agar
adaptif terkait kultur milenial.
Kehadiran Common Competencies for ASEAN Dentist yang telah melalui serangkaian
pertemuan dan akan segera berlaku, menjadi alasan regional untuk melakukan perubahan
pada SKDGI. Common Major Competences yang berjumlah 33, mau tidak mau harus menjadi
bagian dari SKDGI agar dokter gigi Indonesia bisa sejajar dengan dokter gigi dari negara
ASEAN lainnya. Capaian pembelajaran pendidikan kedokteran gigi di tingkat ASEAN ini,
harus mejadi acuan dalam penyusunan kurikulum pendidikan kedokteran gigi di Indonesia.
Kesepakatan internasional seperti World Trade Organization (WTO) dan kesepakatan
regional seperti Asean Free Trade Area (AFTA) dan Asia Pacific Economic Cooperation
(APEC), menyebabkan dokter gigi Indonesia memiliki tantangan besar yaitu
mensejahterakan bangsa Indonesia ditengah tantangan global. Transfer teknologi, transfer
S
5
sumber daya, transfer pengetahuan bidang kedokteran gigi antar negara sudah tidak
terbendung lagi.
Di tatanan nasional adanya hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,
menunjukkan gambar permasalahan utama yang dihadapi dokter gigi Indonesia. Untuk
melengkapi data informasi, juga telah diadakan survei terhadap muatan lokal yang diberikan
di IPDG serta pasien dengan jumlah sedikit di RSGM yang menyelenggarakan pendidikan.
Selain itu berbagai hasil kajian lembaga lain juga turut menjadi perhatian, termasuk tidak
meratanya sebaran dokter gigi, ketiadaan dokter gigi spesialis di banyak Kabupaten/Kota.
Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) untuk mengantisipasi
perubahan eksternal tersebut, telah melakukan serangkaian evaluasi dalam melaksanakan
revisi penyusunan Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (SKDGI) menjadi Standar
Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia melalui pertemuan para dosen pada setiap bidang
ilmu kedokteran gigi untuk melakukan pembahasan standar penyakit dan ketrampilan klinis
berdasarkan level kompetensi, standar referensi utama, penyamaan persepsi terminolgi
keilmuan, pembentukan tim kajian pendidikan dokter gigi, pengembangan dan validasi
instrumen untuk melaksanakan survey kuesioner secara daring kepada mahasiswa profesi
dokter gigi serta pemilihan jenis metode asesmen yang direkomendasikan sesuai dengan
tingkat capaian pembelajaran berdasarkan Miller.
Permasalahan mendasar yang dirasakan oleh IPDG adalah adanya variasi dalam
penyusunan kurikulum, capaian pembelajaran, bahan kajian, serta masa studi di masing-
masing IPDG di Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Gigi tahun 2015 yang telah
digunakan sebagai standar penyusunan kurikulum program akademik dan profesi di setiap
IPDG dan menjadi dasar penentuan Panduan Praktik Klinis Dokter Gigi serta Dokumen
Kewenangan Klinis di sarana pelayanan kesehatan harus disesuaikan dengan berbagai
perubahan baik nasional, regional, maupun global yang terjadi di dunia kedokteran gigi.
Penyusunan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia (SP2DGI) mengikuti
panduan yang telah ditetapkan oleh Permenristekdikti No. 18 Tahun 2018 pasal 33 sampai
dengan pasal 61. Pencantuman Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia menurut
permenristekdikti tersebut akan dimuat pada Standar Isi (Pasal 31 ayat 1 dan 2). Berdasarkan
hal tersebut, maka SP2DGI ini akan digunakan sebagai acuan penyelenggaraan proses
pembelajaran di setiap IPDG di Indonesia, rujukan bagi pengembangan pendidikan
kedokteran gigi di Indonesia dan uji kompetensi dokter gigi serta rujukan standar pelayanan
dan dokumen kewenangan klinis dokter gigi Indonesia.
S
6
1.2 Dasar Hukum
S
7
1.3.2 Misi
Penyusunan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia mempunyai misi:
1) Memantau pencapaian standar pendidikan profesi dokter gigi yang mempunyai
pencapaian kompetensi di bidang pelayanan medis dental, manajerial, komunikasi,
penelitian dan kepemimpinan secara professional, berdaya saing internasional serta
berkontribusi pada masyarakat.
2) Menjamin proses dan implementasi pembelajaran berdasarkan standarisasi
penyelenggaraan pendidikan profesi, agar terstruktur dengan baik untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni kedokteran gigi dalam proses pembelajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum ditetapkannya Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia ini
adalah untuk memberikan acuan pencapaian standar pendidikan profesi dokter gigi untuk
menghasilkan dokter gigi yang mempunyai kompetensi di bidang pelayanan medis dental,
manajerial, komunikasi, penelitian dan kepemimpinan secara profesional.
S
8
1.5 Sasaran
Menghasilkan lulusan yang berintegritas, berkarakter, memegang teguh etika, bersikap
professional, mampu melaksanakan dan mengembangkan Ipteksdokgi serta berdaya saing
tinggi.
S
9
BAB 2. STANDAR PENDIDIKAN
S
10
Gambar 1. Tingkat kemampuan klinis menurut Piramida Miller. Dikutip dari Miller
(1990), Shumway dan Harden (2003)
Selanjutnya dalam menetapkan peran yang dapat dilakukan oleh lulusan di bidang
keahlian atau bidang kerja tertentu setelah menyelesaikan studinya. Profil dapat ditetapkan
berdasarkan hasil kajian terhadap kebutuhan pasar kerja yang dibutuhkan pemerintah dan
dunia usaha maupun industri, serta kebutuhan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Untuk dapat menjalankan peran-peran yang dinyatakan dalam profil tersebut
diperlukan “kemampuan” yang harus dimiliki (Kemristekdikti, 2016).
Pada tahap penetapan kemampuan yang diturunkan dari profil perlu melibatkan
pemangku kepentingan yang dapat memberikan konstribusi untuk memperoleh konvergensi
dan konektivitas antara institusi pendidikan dengan pemangku kepentingan yang akan
menggunakan hasil didik, dan hal ini dapat menjamin mutu lulusan. Penetapan kemampuan
lulusan harus mencakup empat unsur untuk menjadikannya sebagai capaian pembelajaran
(CP) lulusan, yakni unsur sikap, pengetahuan, keterampilan umum, dan keterampilan khusus
seperti yang dinyatakan dalam SN-Dikti (Kemristekdikti, 2016).
S
11
Tabel 1. Profil Lulusan Dokter Gigi Indonesia
S
12
kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan
di berbagai sektor (pasal 1 ayat 1). Capaian Pembelajaran (CP) dinyatakan sebagai
kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan,
kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja (pasal 1 ayat 2).
S
13
Capaian pembelajaran lulusan pendidikan dokter gigi terdiri atas
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,
moral dan etika;
3. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila;
4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain;
6. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan;
7. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
8. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
9. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;
10. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan
11. Memiliki sikap melayani (caring) dan empati kepada pasien dan keluarganya.
12. Menjaga kerahasiaan profesi terhadap teman sejawat, tenaga kesehatan, dan pasien.
13. Menunjukkan sikap menghormati hak otonomi pasien, berbuat yang terbaik
(beneficence), tidak merugikan (non-maleficence), tanpa diskriminasi, kejujuran
(veracity) dan adil (justice).
S
14
2) Capaian Pembelajaran Pengetahuan
S
15
6 Menguasai konsep teoritis secara Menguasai konsep teoritis secara
mendalam tentang: mendalam tentang:
1) Biologi Oral 1) Biologi Oral
2) Morfologi makroskopis, 2) Morfologi makroskopis,
mikroskospis dan topografi mikroskospis dan topografi organ,
organ, jaringan penyusun sistem jaringan penyusun sistem tubuh
tubuh manusia secara terpadu. manusia secara terpadu.
3) Proses tumbuh kembang 3) Proses tumbuh kembang
dentokraniofasial pranatal dan dentokraniofasial pranatal dan
pascanatal pascanatal
4) Komunikasi kesehatan dan 4) Komunikasi kesehatan dan
komunikasi teurapeutik komunikasi teurapeutik
7 Menguasai konsep aplikasi tentang:
1) Patogenesis penyakit atau Menguasai konsep teoritis tentang:
kelainan yang meliputi, infeksi, 1) Patogenesis penyakit atau kelainan
dan non infeksi. yang meliputi, infeksi, dan non
2) Sterilisasi, desinfeksi dan infeksi.
asepsis 2) Sterilisasi, desinfeksi dan asepsis
3) Obat-obat yang digunakan untuk 3) Obat-obat yang digunakan untuk
penyakit gigi mulut, termasuk penyakit gigi mulut, termasuk efek
efek samping dan interaksinya. samping dan interaksinya.
4) Tatalaksana kedokteran gigi 4) Tatalaksana kedokteran gigi klinik
klinik untuk membantu dalam untuk membantu dalam
memberikan pelayanan memberikan pelayanan kesehatan
kesehatan gigi mulut gigi mulut
5) Berfikir analitis guna 5) Berfikir analitis guna mendukung
mendukung evidence based evidence based dentistry
dentistry 6) Metodologi penelitian
6) Metodologi penelitian
8 Menguasai konsep aplikasi dalam:
1) Ilmu kedokteran gigi klinik Menguasai konsep teoritis dalam:
untuk memberikan pelayanan 1) Ilmu kedokteran gigi klinik untuk
kesehatan gigi mulut yang memberikan pelayanan kesehatan
meliputi promotif, preventif, gigi mulut yang meliputi promotif,
kuratif dan rehabilitatif preventif, kuratif dan rehabilitatif
2) Biomaterial/Dental material dan 2) Biomaterial/Dental material dan
teknologi kedokteran gigi teknologi kedokteran gigi
3) Radiologi kedokteran gigi 3) Radiologi kedokteran gigi
4) Ilmu kesehatan gigi masyarakat 4) Ilmu kesehatan gigi masyarakat
5) Manajemen kesehatan 5) Manajemen kesehatan
S
16
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
keahliannya;
2. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
3. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan
keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan
solusi, gagasan, desain atau kritik seni; menyusun deskripsi saintifik hasil kajiannya
dalam bentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman
perguruan tinggi;
4. Mampu menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk skripsi
atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi;
5. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di
bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data;
6. Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing, kolega,
sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya.
7. Mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan
supervisi serta evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada
pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya;
8. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada di
bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri;
9. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali
data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi;
b) Program Profesi
1. Mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang spesifik, dan
memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi kerja
profesinya;
2. Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan
profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif;
3. Mampu menyusun laporan atau kertas kerja atau menghasilkan karya desain di bidang
keahliannya berdasarkan kaidah rancangan dan prosedur baku, serta kode etik
profesinya, yang dapat diakses oleh masyarakat akademik;
4. Mampu mengomunikasikan pemikiran/argumen atau karya inovasi yang bermanfaat
bagi pengembangan profesi, dan kewirausahaan, yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat terutama masyarakat profesinya;
5. Mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan keputusan yang
dibuat dalam melaksanakan pekerjaannya oleh dirinya sendiri dan oleh sejawat
6. Mampu meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang khusus melalui
pelatihan dan pengalaman kerja;
7. Mampu meningkatkan mutu sumber daya untuk pengembangan program strategis
organisasi;
8. Mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada bidang
profesinya;
9. Mampu bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam menyelesaikan
masalah pekerjaan bidang profesinya;
S
17
10. Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat profesi
dan kliennya;
11. Bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuai dengan kode etik
profesinya;
12. Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri.
13. Mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan nasional dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan profesi atau pengembangan kebijakan nasional
pada bidang profesinya;
14. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan
menemukan kembali data dan informasi untuk keperluan pengembangan hasil kerja
profesinya;
15. Mampu mengikuti perkembangan keilmuan dan keahlian profesi (long life learner)
S
18
4 Mampu menegakkan diagnosis awal,
Mampu menegakkan diagnosis awal,
diagnosis banding, diagnosis akhir dan
diagnosis banding, diagnosis akhir dan
menetapkan prognosis kelainan atau
menetapkan prognosis kelainan atau
penyakit gigi mulut berdasarkan
penyakit gigi mulut secara teoritis
patogenesis dengan
berdasarkan patogenesis dengan
mempertimbangkan derajat resiko
mempertimbangkan derajat resiko
penyakit melalui interpretasi, analisis,
penyakit melalui interpretasi, analisis,
dan sintesis hasil pemeriksaan pasien
dan sintesis data kasus sesuai standar
sesuai standar klasifikasi penyakit
klasifikasi penyakit internasional
internasional (International
(International Classification of Diseases)
Classification of Diseases) secara
secara mandiri.
mandiri.
5 Mampu menyusun rencana perawatan
gigi mulut pasien melalui analisis
Mampu menyusun rencana perawatan
hasil pemeriksaan, diagnosis dan
gigi mulut berdasarkan analisis data
prognosis sesuai konsep kedokteran
kasus sesuai konsep kedokteran gigi
gigi klinik, kedokteran gigi
klinik, kedokteran gigi pencegahan,
pencegahan, kedokteran gigi dasar,
kedokteran gigi dasar, kedokteran klinik
kedokteran klinik dan ilmu biomedik
dan ilmu biomedik yang relevan dengan
yang relevan dengan
mempertimbangkan siklus hidup pasien
mempertimbangkan siklus hidup
dan kondisi sosio-budaya secara mandiri.
pasien dan kondisi sosio-budaya
secara mandiri
6 Mampu membuat keputusan,
melakukan, dan mengevaluasi
keberhasilan perawatan gigi mulut
Mampu membuat keputusan dan
pada pasien yang disertai atau tanpa
melakukan perawatan gigi mulut pada
kompromis medis secara
manekin secara mandiri sesuai dengan
komprehensif dengan mengutamakan
metode dan prosedur baku dibawah
patient safety, kode etik profesi, cost
bimbingan dosen.
effectiveness serta berorientasi pada
peningkatan kualitas hidup secara
mandiri.
7 Mampu menggunakan material,
Mampu memilih dan mendemonstrasikan peralatan, dan teknologi kedokteran
penggunaan material, peralatan, dan gigi pada perawatan gigi mulut pasien
teknologi kedokteran gigi untuk berdasarkan evaluasi atau penelitian
perawatan gigi mulut pada panthom sesuai indikasi secara mandiri.
dan/atau pasien simulasi sesuai indikasi
secara mandiri.
S
19
8 Mampu mendemonstrasikan cara Mampu mengendalikan rasa nyeri,
mengendalikan rasa nyeri, takut dan takut dan kecemasan dengan
kecemasan dengan pendekatan pendekatan farmakologik dan/atau
farmakologik dan/atau non farmakologik non farmakologik pada pasien secara
secara mandiri. mandiri.
S
20
14 Mampu melakukan kolaborasi antar
Mampu melakukan kolaborasi antar
profesi kesehatan dalam mengelola
profesi kesehatan dalam mengelola
kesehatan pasien, keluarga dan
kesehatan pasien simulasi secara
masyarakat secara kelompok.
kelompok.
S
21
2.2 Standar Isi
2.2.1 Domain Profesionalisme
Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang berlaku.
Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar
S
22
2.1.4. Menggunakan pendekatan evidence based ilmiah secara lisan dan tertulis.
c) Menerapkan pola berpikir ilmiah dalam
dentistry dalam pengelolaan kesehatan Gigi
Mulut pemecahan masalah dan pengelolaan kesehatan
gigi mulut.
d) Menggunakan informasi kesehatan secara
professional untuk kepentingan peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan gigi mulut.
3. Komunikasi
3.1.Mampu melakukan komunikasi, edukasi 3.1.1. dan Melakukan komunikasi secara santun dengana) Melakukan komunikasi interpersonal, tatalaksana
menyampaikan informasi secara efektif dan pasien dalam kedudukan yang setara. rujukan, tatalaksana informed consent, advokasi
bertanggung jawab baik secara lisan maupun3.1.2. Mengembangkan empati dalam menggali keluhan dan pemberdayaan individu, keluarga dan
tulisan dengan pasien semua usia, keluarga atau pasien dan permasalahan kesehatan gigi mulut masyarakat dalam upaya meningkatkan
pendamping pasien serta masyarakat, teman secara holistik dan komprehensif. kesehatan gigi mulut .
sejawat dan profesi kesehatan lain 3.1.3. yang Melakukan prosedur informed consent dan
konseling dengan cara yang santun, baik danb) Memanfaatkan sarana multimedia secara
terkait.
benar. langsung maupun melalui perangkat elektronik
3.1.4. Melakukan tatalaksana konsultasi dan rujukan, atau teknologi informasi saat melakukan
membangun komunikasi interprofesional dalam komunikasi dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan. kesehatan gigi masyarakat
3.1.5. Memberikan informasi yang relevan kepada
penegak hukum, perusahaan asuransi kesehatan,
media massa dan pihak lainya jika diperlukan.
S
23
pasien dan berbagai fihak terkait untuk gigi mulut.
menunjang pelayanan kesehatan gigi mulut 4.1.2.
yang Memperlakukan pasien secara manusiawi tanpa
bermutu. membeda-bedakan satu sama lainnya.
4.1.3. Membangun kerja sama dengan berbagai pihak
terkait untuk menunjang peningkatan kesehatan
gigi mulut.
S
24
f) Memahami konsep dasar radiologi untuk bidang
kedokteran gigi.
6. Ilmu Kedokteran Klinik
S
25
Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk mencapai kesehatan gigi mulut yang prima melalui tindakan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
9. Pemeriksaan Pasien
S
26
c)
Mengidentifikasi kondisi psikologis dan sosial-
ekonomi pasien berkaitan dengan
penatalaksanaan lebih lanjut.
9.1.3. Menggunakan rekam medik sebagai acuan dasar
a) Membuat rekam medik secara akurat dan
dalam melaksanakan perawatan gigi mulut dan komprehensif dengan metode SOAP (subjective,
keperluan ilmu kedokteran gigi forensik objective, assesment, plan serta mengelola rekam
medik sebagai dokumen legal dengan baik.
b) Membuat odontogram sesuai dengan pedoman
yang berlaku
c) Membuat data antemortem pada form untuk
kepentingan identifikasi kedokteran gigi forensik.
d) Membuat rencana perawatan di bidang
kedokteran gigi berdasarkan catatan medik yang
tertulis pada rekam medik.
10. Diagnosis
S
27
memerlukan perawatan.
h) Mengkaji kelainan orokraniofasial dan
hubungannya dengan kebiasan buruk.
i) Mengkaji adanya manifestasi penyakit sistemik
pada rongga mulut.
j) Mengkaji derajat risiko penyakit rongga mulut
dalam segala usia guna menetapkan prognosis.
k) Mengkaji kelainan kongenital dan herediter dalam
rongga mulut
11. Rencana Perawatan
11.1.Mampu merumuskan solusi secara mandiri 11.1.1. Menentukan tindakan pencegahan serta
a) Merencanakan tindakan pencegahan dengan
maupun kelompok untuk penyelesaian masalah- merencanakan tahapan perawatan penyakit gigi pendekatan psikososial dan ekonomi.
masalah penyakit gigi mulut baik yang ringan mulut sesuai standar yang berlaku, berkomunikasi
b) Merencanakan tahapan perawatan penyakit gigi
maupun kompleks secara komprehensif dan efektif dalam menyampaikan alternatif perawatan mulut sesuai standar pelayanan yang berlaku.
merencanakan pencegahannya dengan pendekatan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan. c) Mengidentifikasi temuan, diagnosis, rencana
psikososial dan ekonomi perawatan, resiko dan ketidak nyamanan dalam
perawatan untuk mendapat persetujuan tindakan
medik.
d) Merencanakan tatakelola ketidaknyamanan dan
kecemasan pasien yang berkaitan dengan
pelaksanaan perawatan.
11.1.3. Menentukan rujukan yang sesuai a) Membuat surat rujukan kepada spesialis bidang
lain terkait dengan penyakit/ kelainan pasien
S
28
b) Mampu melakukan rujukan kepada sejawat yang
lebih kompeten sesuai dengan bidang terkait
S
29
periodontal sederhana. kelainan periodontal.
c) Melakukan perawatan restoratif pada
penyakit/kelainan periodontal.
d) Melakukan evaluasi dan menindaklanjutihasil
perawatan dan pemeliharaan jaringan periodontal.
13.1.3. Melakukan perawatan maloklusi dental kasusa) Melakukan pencegahan maloklusi dental
sederhana pada pasien anak dan dewasa b) Melakukan perawatan maloklusi dental
c) Melakukan evaluasi dan menindaklanjuti hasil
perawatan maloklusi dental
13.1.4. Melakukan perawatan bedah minor sederhana a) Melakukan pencabutan gigi sulung dan permanen
pada jaringan keras dan lunak mulut b) Melakukan bedah minor sederhana pada jaringan
lunak dan keras
c) Melakukan tindakan bedah preprostetik
sederhana.
d) Menanggulangi komplikasi pasca bedah minor.
13.1.5. Melakukan perawatan non bedah pada lesia) Melakukan perawatan lesi-lesi jaringan lunak
jaringan lunak mulut. mulut.
b) Memelihara kesehatan jaringan lunak mulut pada
pasien dengan kompromis medik ringan.
13.1.6. Melakukan perawatan kelainan oklusi dental a) Melakukan tahap awal kelainan oklusi dental
S
30
e) Melakukan tindakan pertolongan pertama (Basic
Life Support / BLS) pada kegawatdaruratan
medik.
13.1.9 Menentukan rujukan untuk pembuatan alat Membuat surat rujukan kepada Laboratorium
preventif, restorasi, rehabilitati Teknik Kedokteran Gigi
13.2. Mampu mengembangkan hubungan kerjasama13.2.1. Bekerja dalam tim secara efektif dan efisien
a) Bekerja sama secara terintegrasi intradisiplin
dengan pihak lain yang terkait dalam rangka untuk mencapai kesehatan gigi mulut yang prima bidang ilmu kedokteran gigi secara professional
mencari solusi masalah kesehatan gigi mulut dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi
pasien mulut.
b) Bekerja sama interdisiplin secara profesional
dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi
mulut.
c) Melakukan rujukan kepada sejawat yang lebih
kompeten secara interdisiplin dan intradisiplin
S
31
14.1.2. Melakukan upaya promotif dan preventif padaa) Menerapkan strategi promotif dan preventif
masyarakat kesehatan gigi mulut masyarakat.
b) Mengevaluasi program kesehatan gigi mulut
masyarakat yang telah dilaksanakan.
S
32
perilaku kesehatan gigi mulut individu serta
masyarakat berorientasi kuratif menjadi preventif.
d) Membuat penilaian perubahan perilaku kesehatan
gigi mulut individu serta masyarakat
15.2. Mengembangkan kemampuan manajerial dan15.2.1. Menerapkan prinsip-prinsip manajemen dan Melaksanakan perencanaan, pengelolaan,
kepemimpinan dalam upaya meningkatkan organisasi kesehatan. pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi.
kesehatan masyarakat.
Menerapkan kerangka berfikir sebagai pemimpin
15.2.2. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam organisasi kesehatan.
dalam manajemen kesehatan.
S
33
medis yang telah direncanakan (nyaris cidera,
kejadian tidak diharapkan /KTD)
16.1.2. Melaksanakan prinsip-prinsip keselamatan pasien
(patien safety) dalam praktik kedokteran gigi.
S
34
2.3. Standar Proses
Standar proses pada pendidikan akademik
merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran untuk memperoleh
capaian pembelajaran lulusan, yang mencakup beberapa hal sebagai berikut
S
35
dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.
2) Rumah sakit yang memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dapat ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan.
3) Rumah sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan
koordinasi, kerja sama, dan pembinaan terhadap wahana pendidikan
kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
S
36
2.7. Standar Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik sebagai berikut.
1. Tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik paling rendah lulusan program
diploma 3 (tiga) yang dinyatakan dengan ijazah sesuai dengan kualifikasi tugas pokok
dan fungsinya.
2. Tenaga kependidikan yang memerlukan keahlian khusus wajib memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan bidang tugas dan keahliannya.
3. Tenaga administrasi memiliki kualifikasi akademik paling rendah SMA atau sederajat.
S
37
memadai untuk pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan modul pendidikan.
4. Kriteria sarana dan prasarana pada rumah sakit pendidikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.9.1 Sarana
Sarana pembelajaran pendidikan profesi pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan dilengkapi dengan teknologi yang sesuai dengan bidang, level
kompetensi, dan kualifikasi dan paling sedikit terdiri atas:
a) sistem infomasi rumah sakit;
b) teknologi informasi;
c) sistem dokumentasi;
d) audiovisual;
e) buku;
f) buku elektronik;
g) repositori;
h) peralatan pendidikan;
i) peralatan laboratorium keterampilan;
j) media pendidikan; dan
k) kasus sesuai dengan materi pembelajaran.
2.9.2. Prasarana
Prasarana pembelajaran pendidikan profesi fakultas kedokteran dan
kedokteran gigi paling sedikit terdiri atas:
a. Lahan
Lahan berada dalam lingkungan yang nyaman dan sehat, serta membangun suasana
akademik untuk menunjang proses pembelajaran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Bangunan.
Bangunan memiliki:
1) Standar kualitas kelas A atau setara dan memenuhi persyaratan
berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
2) Memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
S
38
keamanan;
3) Instalasi listrik dan air yang memadai; dan
4) Pengelolaan limbah domestik dan limbah khusus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
Bangunan terdiri atas:
1) Ruang kuliah;
2) Ruang tutorial atau ruang diskusi kelompok kecil yang menampung 10
hingga 15 mahasiswa dan dilengkapi dengan sarana untuk berdiskusi.;
3) Ruang jaga mahasiswa;
4) Ruang praktikum atau laboratorium;
5) Ruang keterampilan klinis digunakan untuk pelatihan keterampilan klinis
bagi maksimum 10 mahasiswa pada setiap sesi dan memiliki peralatan
sesuai dengan panduan uji kompetensi nasional
6) Ruang komputer;
7) Ruang dosen;
8) Ruang pengelola pendidikan;
9) Perpustakaan; dan
10) Penunjang kegiatan kemahasiswaan.
S
39
2. Fakultas Kedokteran Gigi membuat prosedur operasional standar yang
mencakup pengembangan, implementasi, evaluasi kebijakan strategis, dan
operasional.
3. Fakultas Kedokteran Gigi memiliki sistem penganggaran, melaksanakan
analisis realisasi anggaran pada setiap tahun anggaran, dan menyampaikan
laporan keuangan auditan kepada pemangku kepentingan terkait.
4. Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan pendidikan profesi
menerapkan sistem penjaminan mutu internal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Fakultas Kedokteran Gigi menyampaikan laporan kinerja program studi,
minimal melalui Pangkalan Data Pendidikan Tinggi.
6. Hasil sistem penjaminan mutu internal digunakan untuk peningkatan mutu
Fakultas Kedokteran Gigi secara berkelanjutan.
S
40
secara teratur dan berkelanjutan.
7. Biaya operasional tersebut paling sedikit terdiri atas:
a. Gaji dosen dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat pada
gaji;
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai; dan
c. Biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya listrik, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, dan asuransi.
S
41
6. Fakultas Kedokteran Gigi menetapkan rumus untuk menentukan penilaian
akhir hasil pembelajaran mahasiswa berdasarkan hasil penilaian dari setiap
pelaksanaan penilaian.
7. Setiap mahasiswa pendidikan profesi wajib mengikuti uji kompetensi pada
akhir pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
8. Mahasiswa dinyatakan lulus apabila telah menempuh seluruh beban belajar
yang ditetapkan dan memiliki capaian pembelajaran lulusan yang ditargetkan
oleh program studi, serta lulus uji kompetensi.
9. Mahasiswa yang dinyatakan lulus berhak memperoleh sertifikat profesi dan
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan.
S
42
minimal tentang penerapan, pengamalan, dan pembudayaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang berbentuk pelayanan
kesehatan kepada masyarakat mengutamakan keselamatan pasien dan
masyarakat.
3. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh Fakultas
Kedokteran Gigi merupakan bagian dari penyelenggaraan Pendidikan
Kedokteran.
4. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan oleh dosen berdasarkan
penugasan perguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.15. Standar Kontrak Kerja Sama Rumah Sakit Pendidikan dan/atau Wahana
Pendidikan Dokter Gigi dengan Program Studi Penyelenggara Pendidikan
Dokter Gigi.
S
43
Profesi Dokter Gigi melakukan pemantauan dan pelaporan implementasi
kurikulum secara berkala.
3. Hasil pemantauan dan pelaporan implementasi kurikulum digunakan sebagai
bahan perbaikan kurikulum Pendidikan Dokter Gigi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana menyampaikan data penyelenggaraan
Pendidikan Profesi Dokter Gigi melalui Pangkalan Data Pendidikan Tinggi.
S
44
BAB 3.
PENUTUP
S
45
Daftar Pustaka
13. Miller, 1990; Shumway dan Harden, 2003 Tingkat kemampuan klinis menurut
Piramida Miller.
S
46
Lampiran
Daftar pokok bahasan ini disusun berdasarkan masing-masing domain kompetensi sebagai
berikut :
Domain 1
Nomor
NO Pokok Bahasan
Kompetensi
1 1.1.1 Konsep dasar profesi kedokteran gigi / Dasar filosofi ilmu kedokteran gigi
Dasar-dasar etika, disiplin, dan hukum
2 1.1.1
Kesehatan
2.2.1
15 Kaidah penulisan dan laporan ilmiah
2.2.2
16 2.3.1 Penatalaksanaan pemecahan masalah
17 2.3.2 Produk dan teknologi Kedokteran Gigi
S
47
Tata cara pembuatan surat rujukan pada
21 3.1.4 dokter lain, pemeriksaan penunjang, dan ke laboratorium teknik
kedokteran gigi
4.1.2
24 Kewarganegaraan dalam konteks sistem pelayanan kesehatan
4.1.3
25 4.1.2 Hak asasi manusia
Domain 2
Nomor
NO Pokok Bahasan
Kompetensi
1 5.1.1 Konsep biologi sel
S
48
19 6.1.3 Tata laksana manifestasi oral penyakit / kelainan sistemik
20 7.1.1 Dasar dan konsep biologi oral
Domain 3
Nomor
No Pokok Bahasan
Kompetensi
7 9.1.7 Penggunaan alat foto sinar X ekstra oral panoramik dan sefalometri
Interpretasi hasil pemeriksaan radiologi intra oral dan ekstra oral secara
8 9.1.8
umum
9.1.9 Analisis kondisi fisik, psikologis, dan sosial melalui pemeriksaan klinis
9
9.2.3 untuk merencanakan penatalaksanaan lebih lanjut
10 9.2.1 Komunikasi efektif antar pribadi dengan pasien, atau pendamping pasien
S
49
11 9.2.2 Konsep dasar perilaku pasien berkebutuhan khusus
12 9.3.1 Konsep dasar rekam medik
17 10.1.1 Diagnosis sementara, diagnosis kerja, dan prognosis penyakit gigi mulut
S
50
Rencana perawatan secara komprehensif dan rasional sesuai dengan
36 11.1.5
diagnosis
37 11.1.6 Konsep informed consent
38 11.1.7 Hak dan kewajiban pasien dalam manajemen waktu dan biaya perawatan
Domain 4
Nomor
NO POKOK BAHASAN
Kompetensi
1 12.1.1 Penulisan resep
2 12.1.2 Pendekatan farmakologik dan non farmakologik untuk mengatasi rasa
sakit, rasa takut, dan kecemasan
4 13.1.1 Penentuan indikasi perawatan konservasi gigi sulung dan gigi permanen
5 13.1.2 Konsep isolasi gigi geligi
6 13.1.3 Prinsip-prinsip preparasi gigi sulung dan gigi permanen
7 13.1.4 Restorasi gigi sulung dan gigi permanen
8 13.1.5 Prinsip-prinsip mempertahankan vitalitas pulpa pada gigi sulung dan
permanen
9 13.1.6 Prinsip-prinsip perawatan endodontik pada gigi sulung dan gigi permanen
10 13.1.7 Restorasi pasca perawatan endodontic
S
51
20 13.3.4 Prinsip-prinsip tindakan perawatan maloklusi dental
21 13.3.5 Prinsip-prinsip evaluasi hasil perawatan maloklusi dental
22 13.4.1 Penentuan indikasi tindakan bedah mulut
23 13.4.2 Prinsip-prinsip tindakan pencabutan gigi sulung dan gigi permanen
S
52
49 13.9.1 Prinsip-prinsip tindakan kerjasama terintegrasi secara profesional di
bidang kedokteran gigi (intradisiplin)
13.9.2
50 13.9.3 Prinsip-prinsip tindakan rujukan di bidang kedokteran gigi interdisiplin
(Inter Professional Collaboration) dan intradisiplin
16.3.1
Domain 5
Nomor
NO Pokok Bahasan
Kompetensi
S
53
11 14.3.2 Sistem informasi di bidang kesehatan
14.3.3
14.4.1
S
54
Domain 6
S
55
Lampiran 2
S
56
1. Disorders of tooth development and eruption
Excl.:embedded and impacted teeth
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3A 3B 4A 4B
1 Anodontia 2
2 Hypodontia 2
3 Oligodontia 2
4 Supernumerary teeth 2
5 Distomolar 2
6 Fourth molar 2
7 Mesiodens 3A
8 Paramolar 2
9 Supplementary teeth 2
12 Fusion 3A
13 Gemination 3A
Dens:
14 • evaginatus 3A
• in dente
• invaginatus
15 Enamel pearls 3A
Macrodontia
16 3A
Microdontia
17 3A
19 Taurodontism 2
S
57
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3A 3B 4A 4B
Tuberculum paramolare
20 2
21 Mottled teeth 2
22 Dental fluorosis 3A
23 Mottling of enamel 3A
27 Dilaceration of tooth 3A
Enamel hypoplasia
28 3A
(neonatal/postnatal/prenatal)
29 Regional odontodysplasia 3A
30 Turner tooth 3A
33 Dentinogenesis imperfect 2
34 Odontogenesis imperfect 2
35 Dentinal dysplasia 2
36 Shell teeth 2
38 Dentia praecox 2
39 Natal tooth 2
40 Neonatal tooth 2
Premature: 3A
41 • eruption of tooth
• shedding of primary
[deciduous] tooth
42 Retained [persistent] primary tooth 4
S
58
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3A 3B 4A 4B
43 Teething syndrome 2
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
1 2
Embedded teeth
2 3A
Impacted teeth
3. Dental Caries
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
5 Infantile melanodontia
Melanodontoclasia
6 4
Caries with pulp exposure
7 4
Other dental caries
8 3A
Dental caries, unspecified
S
59
4. Other diseases of hard tissues of teeth
Excl.: bruxism, dental caries, teeth-grinding NOS
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
• Wear:
1 o Approximalof teeth 3A
o Occlusal of teeth
Abrasion of teeth
• Abrasion of teeth:
o Dentifrice
2 o Habitual 3A
o Occupational
o Ritual
o Traditional
• Wedge defect NOS of teeth
Erosion of teeth
Erosion of teeth:
• NOS
• due to:
3 o diet 3A
o drugs and
medicaments
o persistent vomiting
• idiopathic
• occupational
Hypercementosis
5 2
Cementation hyperplasia
6 Ankylosis of teeth 2
7 Dental calculus:
• subgingival
• supragingival
S
60
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
Pulpitis
Pulpitis:
•NOS
1 4
•acute
•chronic
(hyperplastic/ulcerative)
• irreversible
• reversible
Necrosis of pulp
2 Pulpal gangrene 4
3 Pulp degeneration 2
S
61
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
Denticles
Pulpal:
•calcifications
•stones
Abnormal hard tissue formation in pulp
4 2
Secondary or irregular dentine
8 • Dental 4
• Dentoalveolar abscess
NOS
• Periapical abscess NOS
Radicular cyst
Cyst:
• apical (periodontal)
9 • periapical 4
• residual radicular
Excl.:
lateral periodontal cyst
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
1 Acute gingivitis 3A
S
62
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
Excl.:
acute necrotizing ulcerative
gingivitis
herpesviral [herpes simplex]
gingivostomatitis
Chronic gingivitis
Gingivitis (chronic):
2 • NOS 4
• desquamative
• hyperplastic
• simple marginal
• ulcerative
Acute periodontitis
Acute pericoronitis
Parodontal abscess
Periodontal abscess
3 3A
Excl.:
acute apical periodontitis
periapical abscess
periapical abscess with sinus
Chronic periodontitis
Chronic pericoronitis
4 Periodontitis: 4
• NOS
• complex
• simplex
Periodontosis
5 2
Juvenile periodontosis
S
63
gingivitis:
• NOS
• acute
• chronic
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
Gingival recession
1 Gingival recession 2
(generalized/localized/postinfective/post-
operative)
Gingival enlargement
2 2
Gingival fibromatosis
Fibrous epulis
4 Flabby ridge 3A
Giant cell epulis
Peripheral giant cell granuloma
Pyogenic granuloma of gingiva
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
S
64
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
Asymmetry of jaw
2 Prognathism 2
(mandibular)(maxillary)
Retrognathism
(mandibular)(maxillary)
Crossbite (anterior)(posterior)
Disto-occlusion
Mesio-occlusion
Midline deviation of dental arch
Openbite (anterior)(posterior)
3 3A
Overbite (excessive):
• deep
• horizontal
• vertical
Overjet
Posterior lingual occlusion of
mandibular teeth
S
65
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
• Diastema
• Displacement
• Rotation
• Spacing, abnormal
• Transposition
• Impacted or embedded
teeth with abnormal
position of such teeth or
adjacent teeth
Excl.:
embedded and impacted
teeth without abnormal
position
5 2
Malocclusion, unspecified
Dentofacial functional abnormalities
• abnormal swallowing
6 • mouth breathing 2
• tongue, lip or finger habits
Excl.:
bruxism
teeth-grinding NOS
• dislocation
S
66
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
• strain
8 2
Other dentofacial anomalies
9 2
Dentofacial anomaly, unspecified
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
S
67
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
2 Cyst (of): 2
• nasolabial [nasoalveolar]
• nasopalatine duct [incisive
canal]
Other cysts of jaw
Cyst of jaw:
• NOS
• aneurysmal
• haemorrhagic
3 • traumatic 2
Excl.:
latent bone cyst of jaw
Stafne cyst
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
S
68
Developmental disorders of jaws
Latent bone cyst of jaw
1 Stafne cyst 2
Torus:
• mandibularis
• palatinus
Giant cell granuloma, central
Giant cell granuloma NOS
2 2
Excl.:
peripheral giant cell granuloma
• Osteitis of jaw
(acute)(chronic)(suppurative)
• Osteomyelitis (neonatal) of jaw
(acute)(chronic)(suppurative)
3 • Osteonecrosis (drug- 2
induced)(radiation-induced) of
jaw
(acute)(chronic)(suppurative)
• Periostitis of jaw
(acute)(chronic)(suppurative)
• Sequestrum of jaw bone
Alveolitis of jaws
4 Alveolar osteitis 4
Dry socket
Exostosis of jaw
5 3A
Fibrous dysplasia of jaw
Unilateral condylar:
• hyperplasia
• hypoplasia
6 Disease of jaws, unspecified 2
S
69
12. Diseases of salivary glands
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
Sialoadenitis
Excl.:
3 2
epidemic parotitis
uveoparotid fever [Heerfordt]
Sialolithiasis
S
70
Sialectasia
Stenosis of salivary duct
Stricture of salivary duct
Excl.:
sicca syndrome [Sjögren]
Excl.:
cancrum oris , cheilitis, gangrenous stomatitis,
herpesviral [herpes simplex], gingivostomatitis nomal
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
S
71
abscess (of):
• periapical
• periodontal
• peritonsillar
• salivary gland
• tongue
Oral mucositis (ulcerative)
Mucositis(oral) (oropharyngeal):
• NOS
• drug-induced
4 • radiation induced 3A
• viral
Excl.:
mucositis (ulcerative) of
gastrointestinal tract (except oral
cavity and oropharynx)
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
Diseases of lips
Cheilitis:
• NOS
• angular
• exfoliative
• glandular
Cheilodynia
Cheilosis
1 4
Perlèche NEC
Excl.:
ariboflavinosis
cheilitis due to radiation-related
disorders
perlèche due to:
• candidiasis
• riboflavin deficiency
S
72
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
• Erythroplakia of oral
epithelium, including
tongue
• Leukoedema of oral
3 epithelium, including 4
tongue
• Leukokeratosis nicotina
palate
• Smoker palate
Excl.:
hairy leukoplakia
4 Hairy leukoplakia 4
• Eosinophilic granuloma of
oral mucosa
5 • Granuloma pyogenicum of 3A
oral mucosa
• Verrucous xanthoma of
oral mucosa
S
73
• focal epithelial hyperplasia of • macroglossia (congenital)
tongue • submucous fibrosis of tongue
• leukoedema of tongue
• leukoplakia of tongue
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
Glossitis
• Abscess of tongue
• Ulceration (traumatic) of
1 3A
tongue
Excl.:
atrophic glossitis
Geographic tongue
2 Benign migratory glossitis, 4
Glossitis areata exfoliativa
Plicated tongue
• Fissured tongue
• Furrowed tongue
6 • Scrotal tongue 4
Excl.:
fissured tongue,
congenital
Glossodynia
7 Glossopyrosis 3A
Painful tongue
S
74
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
8 • Atrophy tongue 2
• Crenated tongue
• Enlargement tongue
• Hypertrophy tongue
Disease of tongue, unspecified
9 2
Glossopathy NOS
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
Mental retardation
S
75
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
S
76
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
S
77
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
S
78
17. Oral problem Associate with others
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
-Teeth -Triad
7 Acromegaly 2
8 Robin syndrome 2
9 Dislocation 3A
10 Strain 3A
11 Epidemic parotitis 2
16 Cancrum oris 1
17 Gangrenous stomatitis 2
19 Noma 2
20 Abscess peritonsillar 1
21 Ariboflavinosis 1
S
79
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4
S
80
LAMPIRAN 3
Tabel di bawah merupakan ketrampilan klinis (level list of clinical skill) yang harus dikuasai
disesuaikan dengan jenis ketrampilan dan kompetensi ketrampilan bagi seorang dokter gigi.
S
81
17 f. Klasifikasi (kehilangan gigi, maloklusi, 4
dll)
A (Assesment)
18 a. Menegakan diagnosis 4
19 b. Menegakan diagnosis banding 4
P (Plan)
20 Membuat rencana perawatan 4
S
82
b. Cara perawatan 4
c. Cara aktivasi (jika menggunakan
komponen yang harus diaktivasi oleh
pasien)
12 Melakukan komunikasi kepada pasien dengan 4
menyebut nama, mempersiapkan penderita
berdasarkan pembuatan radiografiknya
(duduk/berdiri), mempersilahkan melepas
barang-barang yang mengganggu hasil
radiografik (kacamata, anting, serta denture yang
dipakai,dll)
13 Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi 4
mengenai penyampaian materi pesan kesehatan
Gigi Mulut secara langsung maupun melalui
media promosi kesehatan pada proses
implementasi program promosi kesehatan Gigi
Mulut
14 Melakukan penggalian informasi data faktor risiko 4
kejadian masalah kesehatan gigi melalui
wawancara pada masyarakat
15 Melakukan penggalian informasi pelaksanaan 4
kebijakan dan aktivitas manajemen melalui
observasi dan komunikasi pada staf atau anggota
organisasi penyedia layanan kesehatan gigi
Tingkat
No. Jenis Keterampilan
Keterampilan
KETERAMPILAN PROSEDURAL
1. Melakukan Prosedur Penegakan Diagnosis/ DD 4
2. Menetapkan Prognosis dan rencana perawatan 4
3. Melakukan perawatan Gigi Mulut/ identifikasi fokus infeksi pada
pasien dengan berbagai penyakit sistemik / kondisi yang banyak
dijumpai di masyarakat :
a. Hipertensi 4
b. Diabetes Mellitus 4
c. Kelainan GIT: gastritis 4
S
83
d. Anemia 4
e. Kehamilan 4
f. Penyakit jantung 4
g. Penyakit saluran pernafasan 4
h. Penyakit ginjal 4
i. Penyakit hepar 4
4. Melakukan perawatan pada pasien dengan lesi-lesi jaringan lunak
mulut pada kasus :
a. Ulkus Traumatikus 4
b. SAR minor ringan 4
c. Stomatitis medikamentosa 3
d. Stomatitis venenata 3
e. Stomatitis Herpetika primer dan rekuren 4
f. Herpes Zoster pada n V2 dan V3 3
g. ANUG 3
h. Candidiasis tipe pseudomembran 3
i. Angular Cheilitis 4
j. Median Rhomboid Glossitis 4
k. Cheilosis 4
l. Pigmentasi mukosa mulut: Fisiologis 4
m. Pigmentasi mukosa mulut Patologis (logam,obat) 2
n. Smoker’s melanosis 3
o. Candidiasis tipe eritematous 4
5. Mengenal, melakukan perawatan inisial (initial treatment), dan
merujuk pasien dengan penyakit :
a. Eritema Multiforme 3
b. Herpangina 4
c. Hand, foot and mouth disease 3
d. Reaksi Lichenoid 3
e. Leukoplakia 3
S
84
f. Eritroplakia 3
g. Karsinoma Sel Skuamosa 3
6. Melakukan Swab 4
S
85
8 Melakukan Penatalaksana gawat darurat medis di ruang praktek
a. Melakukan kontrol perdarahan 4
b. Tatalaksana Sinkop : posisi pasien trendelenburg (elevasi 4
kaki 45°)
c. Tata laksana anaphilactic shock: 4
d. Tatalaksana BLS : prinsip C-A-B (rekomendasi AHA 4
(American Heart Association) 2012
9 Melakukan tindakan aseptik daerah operasi (EO dan IO))
10 Melakukan persiapan pre operasi di ruang bedah sentral
a. teknik cuci tangan secara bedah standar WHO 4
b. teknik menggunakan glove steril 4
c. teknik menggunakan gown operasi 4
d. memahami berbagai peran tenaga medis/paramedis dalam 4
ruang bedah (termasuk scrub nurse, circulating nurse dll)
11. Reposisi TMJ et causa dislokasi TMJ 3
Tingkat
No. Jenis Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM DAN SISTEM STOMATOGNATIK
1. Pemeriksaan ekstra oral
a. Asimetris wajah 4
b. Kelenjar getah bening submandibular 4
2. Pemeriksaan intra oral
a. Jaringan lunak mulut (bibir, mukosa labial, mukosa bukal, 4
gingiva, palatum, lidah, dasar mulut)
c. Gangguan pertumbuhan-perkembangan Gigi Mulut (struktur 4
email/dentin, bentuk, ukuran, jumlah, warna, persistensi,
tanggal dini)
d. Status oklusi (hubungan vertikal molar satu permanen, susunan 4
gigi, gigitan silang, gigitan terbuka, gigitan dalam)
3. Status kebersihan mulut (OHI-S) 4
4. Tes Vitalitas gigi 4
KEMAMPUAN INTERPRETASI
S
86
5. Hasil pemeriksaan radiografi
a. Panoramik 4
b. Oklusal 4
c. Periapikal 4
6. Analisis model cetakan gigi 4
KETERAMPILAN PROSEDURAL
7. Melakukan Pengelolaan Tingkah Laku Anak
a. Pengelolaan tingkah laku non farmakologis (non farmacologic
behavior management) tanpa menggunakan alat meliputi: tell
show do, distraksi, modeling, voice control, HOME 4
b. Merencanakan ruang praktek untuk pasien anak 2
8. Melakukan Tindakan Asepsis Dan Patient Safety
a. Persiapan operator (baju kerja/jas lab, mencuci tangan, 4
menggunkan masker dan sarung tangan, menggunakan kaca
mata/goggle)
b. Persiapan lingkungan kerja (lingkungan kerja bersih, Dental 4
chair dalam kondisi bersih dan optimal, alat dalam kondisi
steril)
c. Persiapan pasien (pasien menggunakan alas dada disposable, 4
gelas kumur disposable untuk pasien)
d. Melakukan teknik isolasi dengan rubberdam 3
9. Melakukan Tindakan Pencegahan
a. Profilaksis Oral 4
b. Perawatan Pit and Fissure Sealant 4
c. Perawatan Topikal Aplikasi Fluor 4
d. Perawatan Preventive Adhesive Restoration (PAR) 4
10. Perawatan Preparasi Tumpatan Kelas I & II Amalgam 2
11. Melakukan Perawatan Tumpatan dengan Bahan Adhesive
a. Tumpatan Gigi Sulung Anterior 4
b. Tumpatan Gigi Sulung Posterior 4
12. Melakukan Perawatan Mahkota Logam (Stainless Steel Crown) Gigi 4
Sulung
13. Perawatan Tumpatan Inlay Gigi Sulung 2
14. Melakukan Perawatan Saluran Akar Vital Gigi Sulung
S
87
a. Perawatan Pulpotomi Vital 4
b. Perawatan Pulpektomi Vital 4
15. Melakukan Perawatan Pulpotomi Non Vital Gigi Sulung 4
16. Melakukan Perawatan Saluran Akar Non Vital Gigi Sulung 4
17. Melakukan Tindakan Pencabutan Gigi Sulung
a. Pencabutan Gigi Sulung dengan Anestesi Topikal 4
b. Pencabutan Gigi Sulung dengan Anestesi Infiltrasi Tanpa 4
Penyulit
c. Pencabutan Gigi Sulung dengan Blok Mandibular 2
18. Melakukan Perawatan Space Maintainer Lepasan
a. Perawatan Space Maintainer Lepasan pasien baru 4
b. Perawatan Space Maintainer Lepasan pasien lanjutan 4
S
88
m. Karang gigi 4
n. Gingiva di sekitar gigi 4
o. Polip 4
2. Tes Vitalitas gigi
a. Vitalitester 4
b. Tes termal 4
c. Tes kavitas 4
d. Tes jarum miller 4
KEMAMPUAN INTERPRETASI
3. Hasil pemeriksaan radiografi 4
KETERAMPILAN PROSEDURAL
4. Melakukan tindakan asepsis (isolasi daerah kerja) 4
5. Melakukan teknik isolasi dengan rubberdam 4
6. Melakukan perawatan tumpatan gigi permanen
a. Komposit kelas I 4
b. Komposit kelas II 4
c. Komposit kelas III 4
d. Komposit kelas IV 4
e. Komposit kelas VI 4
f. Glass Ionomer Cement kelas V 4
g. Inlay 4
h. Onlay 4
7. Melakukan perawatan pulp capping gigi permanen
a. Pulp capping direct 4
b. Pulp capping indirect 4
8. Melakukan perawatan saluran akar gigi permanen
a. Saluran akar gigi tunggal tanpa penyulit 4
b. Saluran akar gigi jamak tanpa penyulit 4
9. Mahkota pasak (single crown) 4
S
89
10. Bleaching ekstra koronal 2
7. Periodonsia
S
90
p. Vitalitas gigi 4
4. Oral Hygiene
a. OHI-S 4
b. CPITN 4
KEMAMPUAN INTERPRETASI
5. Hasil pemeriksaan radiografi 4
6. Hasil pemeriksaan laboratoris 3
KETERAMPILAN PROSEDURAL
7. Melakukan perawatan Scaling Root Planning (SRP) manual & 4
ultrasonic scaler
8. Melakukan perawatan kuretase 4
9. Melakukan perawatan Occlusal adjustment 3
10. Melakukan perawatan gingivektomi 4
11. Melakukan perawatan splinting 4
12. Melakukan perawatan bedah flap periodontal 3
13. Melakukan terapi hipersensitif dentin pada kasus resesi gingival 4
8. Prostodonti
S
91
b. Jaringan lunak 4
c. Status lokalis 4
d. Oklusi 4
e. Kebiasaan buruk 4
f. Vestibulum 4
g. Bentuk / warna insisif pertama 4
h. Frenulum 4
i. Bentuk ridge 4
j. Relasi ridge / gigi 4
k. Bentuk palatum 4
l. Torus mandibularis, torus palatinus 4
m. Tuber maksilaris 4
n. Kekenyalan jaringan 4
KEMAMPUAN INTEPRETASI
4. Hasil pemeriksaan radiografik 4
5. Hasil pemeriksaan darah lengkap 4
6. Hasil pemeriksaan biopsi/patologi klinik 3
7. Hasil pemeriksaan kejiwaan 3
KETERAMPILAN PROSEDURAL
8. Mencetak Anatomis dan Pembuatan Model Studi/Diagnostik 4
9. Desinfeksi Cetakan 4
10. Analisis Model Studi/Diagnostik 4
11. Menggambar Desain gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan 4
12. Perawatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan kasus Sederhana
(minimal menggantikan
((kehilangan 3 gigi yang hilang)
min. 3 gigi)
a. Persiapan dalam mulut sampai After care 4
b. Pembuatan individual tray 3
c. Pembuatan model kerja 3
d. Survey dan block out 4
e. Pembuatan lempeng dan galengan gigit 3
f. Pemasangan model kerja pada articulator 4
g. Penyusunan gigi artifisial dan pembuatan klamer 3
h. Proses akrilik 3
i. Pemulasan gigi tiruan 3
13. Perawatan Gigi Tiruan Lengkap kasus Sederhana (alveolar ridge
normal, relasi rahang kelas I)
a. Persiapan dalam mulut sampai After care 4
b. Pembuatan individual tray 3
c. Pembuatan model kerja 3
d. Pembuatan lempeng dan galengan gigit 3
e. Pemasangan model kerja pada articulator 4
f. Penyusunan gigi artifisial 3
g. Proses akrilik 3
h. Remounting I dan selective grinding I 4
i. Remount jig 4
j. Pemulasan awal 3
S
92
k. Remounting II dan selective grinding II 4
l. Pemulasan akhir 3
14. Perawatan Gigi Tiruan Jembatan kasus Sederhana (3 unit)
(material Porcelain Fused to Metal, PFM)
a. Persiapan dalam mulut sampai After care 4
b. Pembuatan mahkota sementara 3
c. Pembuatan model kerja dan model die 3
d. Pembuatan coping logam gigi tiruan jembatan 3
e. Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan porcelain fused to metal 3
15 Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) 3
16 Penanggulangan Masalah Pasca Insersi Gigi Tiruan Lepasan
a. Reparasi 3
b. Relining 3
9. Ortodonti
S
93
h. Garis tengah geligi bawah 4
i. Keadaan gigi geligi 4
3. Freeway space 4
a. Path of closure 4
b. Sendi Temporomandibular 4
c. Pola atrisi 4
d. Pemeriksaan intra oral
KEMAMPUAN INTERPRETASI
4. Analisis Radiografi
a. Foto sefalometri 4
b. Foto panoramic 4
KETERAMPILAN PROSEDURAL
5. Perawatan maloklusi klas I sederhana/tipe dental
a. Melakukan pencetakan rahang 4
b. Melakukan pembuatan model studi/ diagnostic 4
c. Melakukan pembuatan foto profil ekstra oral 4
d. Melakukan pembuatan foto intraoral 4
e. Melakukan Analisis Model Studi 4
f. Menggambar desain piranti ortodonti 4
a) Melakukan pembuatan piranti ortodonti:
b) Komponen aktif 3
c) Komponen retentive 3
d) Penjangkaran 3
g. Lempeng akrilik 3
h. Melakukan insersi piranti ortodonti 4
i. Melakukan aktivasi piranti ortodonti 4
6. Perawatan ortodonti sederhana pasien lanjutan 4
7. Tracing foto sefalometri 3
S
94
10. Radiologi Kedokteran Gigi
S
95
oral
a. Kontrol infeksi radiografik ekstraoral 2
(aseptic)
b. Pemilihan kaset ekstra oral sesuai dengan 2
teknik yang digunakan
c. Persiapan alat radiografik ekstraoral 2
d. Proteksi radiasi (safety) 2
e. Persiapan penderita 2
KEMAMPUAN INTERPRETASI
2. Melakukan interpretasi data kejadian masalah kesehatan Gigi Mulut 4
di masyarakat (Data Kementerian Kesehatan, Data Dinas Kesehatan
pada masing-masing daerah, Data Penyedia layanan kesehatan)
3. Melakukan interpretasi data hasil penelitian epidemiologi atau data 4
hasil survei pada masyarakat (Prevalensi, Insiden, Tabulasi silang)
S
96
4. melakukan interpretasi luaran analisis dari hasil pengolahan data 4
statistik (statistik deskriptif dan uji statistik bivariate)
5. Melakukan interpretasi data kejadian masalah kesehatan Gigi Mulut 4
di masyarakat (Data Kementerian Kesehatan, Data Dinas Kesehatan
pada masing-masing daerah, Data Penyedia layanan kesehatan)
6. Melakukan interpretasi data hasil penelitian epidemiologi atau data 4
hasil survei pada masyarakat (Prevalensi, Insiden, Tabulasi silang)
7. Melakukan interpretasi hasil evaluasi dan laporan implementasi 4
program promosi kesehatan gigi
8. Melakukan interpretasi hasil evaluasi atau laporan aktivitas 4
manajemen pelayanan kesehatan gigi
9. Melakukan interpretasi skema struktur organisasi dan alur prosedur 4
organisasi pelayanan kesehatan gigi
10. Melakukan interpretasi kebijakan, perundangan, peraturan, dan etika 4
terkait implementasi Sistem Kesehatan Nasional dan pelayanan
kesehatan gigi
KETERAMPILAN PROSEDURAL
11.. Merancang dan melakukan penelitian dalam bidang kesehatan gigi 4
masyarakat (Epidemiologi, Perilaku kesehatan, dan Manajemen)
12. Melakukan telaah kritis literatur ilmiah terkait bidang kesehatan gigi 4
masyarakat (Epidemiologi, Perilaku kesehatan, dan Manajemen)
13. Mengolah data hasil penelitian (statistik deskriptif dan uji statistik 4
bivariate) sesuai konsep dasar statistika dan menyusun laporan
penelitian
14. Merancang, melakukan, dan evaluasi program promotif dan 4
preventif kesehatan Gigi Mulut atau program pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan Gigi Mulut
15. Melakukan advokasi pada stakeholder maupun lintas sektoral terkait 4
pelaksanaan program promotif dan preventif kesehatan gigi atau
program pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan gigi
16. Merancang dan menerapkan penggunaan media promosi kesehatan 4
dalam menyampaikan pesan kesehatan gigi pada masyarakat (dapat
melalui bentuk model peraga, poster, pamflet, animasi, ataupun
inovasi media promosi yang lain sesuai dengan hasil analisis
kebutuhan masyarakat sasaran dalam perencanaan program promosi
kesehatan gigi)
17. Merancang, melakukan, dan evaluasi aktivitas manajemen pelayanan 4
kesehatan gigi (dapat dilakukan pada Puskesmas, Penyedia layanan
S
97
kesehatan gigi mandiri maupun berkelompok, serta Rumah Sakit)
18. Merancang, melakukan, dan evaluasi manajemen Pembiayaan
Kesehatan Gigi Mulut /JKN
S
98
Lampiran 4.
PENYAKIT HATI
I. HEPATITIS
Hepatitis adalah suatu bentuk penyakit pada organ hati dimana sel-selnya mengalami
keradangan yang dapat berlanjut pada kerusakan sel secara permanen. Berdasarkan
penyebabnya dapat dibedakan menjadi:
1. Hepatitis akibat infeksi virus.
Berdasarkan identifikasi virus penyebab, dibedakan menjadi Hepatitis A,B, C,
D, E dan G.
2. Hepatitis non virus
Penyebab non virus yang dimaksud berhubungan dengan konsumsi alkohol
jangka panjang, perlemakan hati akibat konsumsi lemak berlebih, komplikasi
dari kelainan di kandung empedu dan penyakit hati yang diinduksi oleh
penggunaan obat-obatan (drug induce).
II. SIROSIS HEPATIS
Kerusakan permanen yang luas pada perenkim hati sebagai akibat dari
hepatitis kronis yang progresif dan mengakibatkan terjadinya penurunan
hingga kegagalan fungsi hati secara permanen.
PENYAKIT GINJAL
I. Sindroma Nefritik
Sindroma nefritik merupakan penyakit ginjal yang ditandai dengan
keradangan glomerulus dan menunjukkan adanya hematuria dengan onset
yang mendadak disertai proteinuria. Salah satu penyebab tersering adalah
pasca infeksi streptococcus akut
II. Sindroma Nefrotik
Sindroma nefrotik ditandai oleh keadaan proteinuria yang parah disertai
hipoalbumin, hiperlipidemia dan edema. Biasanya berhubungan dengan reaksi
antigen-antibodi seperti alergi dan lupus, selain itu juga berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan (drug induce), penyakit infeksi seperti malaria dan
endokarditis bakterialis serta penyakit neoplastik seperti karsinoma kolon dan
penyakit Hodgkin.
III. Batu Ginjal
Batu ginjal terbentuk dari kristal garam atau asam yang sukar larut dan
komposisinya bervariasi menurut usia penderitanya. Batu ginjal dapat berada
seluruh bagian dari ginjal dengan ukuran yang sangat bervariasi.
IV. Gagal Ginjal
Suatu keadaan dimana organ ginjal mengalami gangguan sehingga tidak dapat
menjalankan fungsinya. Gagal ginjal dibedakan menjadi gagal ginjal akut,
gagal ginjal kronis dan gagal ginjal terminal.
V. Transplantasi ginjal
S
99
Suatu upaya rehabilitasi fungsi ginjal dengan penggantian salah satu atau
kedua ginjal dengan ginjal donor. Konsekuensi dari perawatan ini adalah
penderita akan menjalani terapi imunosupresan untuk jangka panjang.
PENYAKIT DARAH
I. ANEMIA
Anemia merupakan salah satu kelainan darah berupa penurunan bermakna
jumlah sel darah merah atau haemoblobin.
II. LEUKEMIA
Leukemia adalah suatu akibat dari keganasan jaringan hematopoetik yang
ditandai dengan infiltrasi darah tepi, sumsum tulang dan jaringan lain oleh sel-
sel jenis tertentu, biasanya limfoid atau myeloid.
III. IDIOPATIK TROMBOSITOPENI PURPURA (ITP)
ITP adalah suatu sindroma klinis dimana terjadi trombositopenia, anemia
hemolitik, mikroangiopati dan sering juga disertai kelainan neurologis.
IV. HEMOFILIA
Hemofilia adalah salah satu dari kelainan kongenital pada proses koagulasi
yang sering dijumpai, dibedakan menjadi Hemofilia A dan B dimana
pembedanya adalah faktor pembekuan darah yang mengalami defesiensi.
V. THALASEMIA
Thalasemia adalah sekelompok gejala yang muncul akibat kelainan genetik
yang i ukuran, manifestasinya berupa anemia berat karena abnormalitas dari
ukuran dan bentuk sel darah merah.
KELAINAN JANTUNG
I. PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL
Penyakit jantung kongenital yang umum dijumpai antara lain yang
berhubungan dengan adanya aritmia pediatrik dan adanya kegagalan
penutupan dari septum- septum pada jantung akibat gangguan selama proses
perkembangan janin. Bentuk kelainan yang sering ditemui antara lain adalah:
i. Atrium Septal Defect (ASD)
Lesi terjadi karena terdapat defek septum atrium yang terletak di
daerah fossa ovalis
ii. Ventrikular Septal Defect (VSD)
Lesi terjadi pada septum ventrikular yang sering sekali terletak pada
septum membranosa tepat di bawah katup aortik
iii. Tetralogi of Fallot (TOF)
Lesi terdiri dari defek septum ventrikel, stenosis atau atresia pulmonal
serta terjadi shunt dari kanan ke kiri melalui defek pada septum.
iv. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Lesi terjadi karena kegagalan penutupan duktus yang menghubungkan
arteri rahpulmonalis dab aorta yang seharusnya terjadi dalam beberapa
jam setelah kelahiran
S
100
II. PENYAKIT JANTUNG DAPATAN
1. Endokarditis Bakteremia
Endokarditis bakteremia adalah suatu keadaan dimana daerah endokard
mengalami kerusakan akibat invasi bakteri yang masuk dalam aliran darah
atau jalur nafas dan bersarang di sekitar daerah katub jantung, daerah dengan
endotel yang rusak, atau disekitar prostesis yang dipasang di jantung.
2. Infark Myokard
Kelainan ini terjadi karena adanya penurunan aliran darah koroner sehingga
tidak mencukupi kebutuhan energi untuk kontraksi otot jantung yang normal
3. Angina pectoris
Kelainan ini khas karena serangannya akut berupa nyeri hebat dan tajam di
daerah dada kiri akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner
disertai spasme pembuluh darah tersebut.
PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN
I. INFEKSI SALURAN NAPAS ATAS (ISPA)
ISPA adalah sekumpulan penyakit akibat infeksi pada saluran pernapasan
bagian atas (sebelum bronkus) yang sering disebabkan oleh virus dan bakteri.
Secara klinis dapat muncul sebagai common cold syndrome, faringitis,
laringitis,dan tonsilitis.
II. TUBERKULOSA (TB)
Tuberkulosa adalah penyakit yang dapat menyerang sistem pernapasan dan
juga sistem limfatik sebagai akibat dari infeksi mycobacterium tuberculosis.
III. ASMA BRONKIAL
Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan cabang
saluran pernapasan yang kecil ditandai oleh gejala sesak nafas dan
terdengarnya suara nafas tambahan berupa wheezing yang biasanya reversibel
dengan bantuan obat-obat bronkodilator.
PENYAKIT SARAF
I. CEREBRAL PALSY
Kelainan ini khas menunjukkan kegagalan fungsi motorik akibat kerusakan
fungsi otak yang terjadi sejak sebelum atau pada saat proses kelahiran, yang
biasanya merupakan akibat suatu hipoksia, trauma, infeksi atau suatu
hiperbilirubinemia.
II. EPILEPSI
Epilepsi adalah salah satu gangguan pada kinerja otak berupa gangguan
kesadaran berkala yang melibatkan aspek motorik dan atau sensorik, Bentuk
kelainannya bervariasi namun yang terbanyak berupa kejang tonik-clonic.
S
101
IV. TRIGEMINAL NEURALGIA
Trigeminal neuralgia adalah salah satu nyeri yang melibatkan saraf sensoris
sekitar wajah yang non-dental berupa rasa nyeri seperti terkena listrik, muncul
pad periode yang sulit diperkirakan dengan pencetusnya berupa rangsangan
pada daerah yang disebut triger zone.
V. CEREBROVASCULAR ACCIDENTS ( CVA, STOKE)
Stoke adalah hasil dari suatu kerusakan akut di otak yang disebabkan oleh
perdarahan intrakranial atau suatu proses iskemik jaringan otak, yang
berdampak pada terjadinya gangguan fungsi neuromuskuler.
PENYAKIT ENDOKRIN
I. HIPERTIROIDISME
Hipertiroidisme adalah bentuk kelainan endokrin yang diakibatkan oleh
kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam darah sebagai akibat dari
hiperplasia atau hipertrofi dari kelenjar tiroid yang biasanya bersifat difus dan
toxic, yang biasanya tanpa gejala namun berdampak pada sistem
kardiovaskular, neuromuskular, gastrointestinal dan reproduksi.
II. DIABETES MELITUS
Diabetes melitus adalah serangkaian keadaan yang menunjukkan adanya
gangguan fungsi dan regulasi pada sistem endokrin berupa terjadinya
peninggian kadar glukosa darah yang kronik dan sering disertai abnormalitas
klinis dan biokimia lainnya dari tubuh
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN DISABILITY/ HANDICAPPING
CONDITIONS
I. SINDROM DOWN
Sindrom Down ( Mongolism, Trisomi 21) adalah salah satu dari kelainan
kongenital akibat kelainan autosomal kromoson yang angka kejadiannya
paling tinggi. Biasanya kelainan ini juga disertai oleh kelainan jantung
kongenital, kelainan imunologis kompleks, dan kelainan pada sistem
hematologi.
II. HIDROSEFALUS
Hidrosefalus adalah kelainan yang terjadi karena dilatasi ventrikel otak yang
disebabkan oleh obstruksi pada sistem sirkulasi cairan serebrospinal sehingga
menyebabkan penekanan dan atrifi pada otak dan membesarnya lingkar kepala
bagian atas.
S
102
- mudah marah, terganggu, atau teriritasi
- sering menunjukkan temper tantrum
- sering membantah orang yang lebih tua, terutama orang terdekat, seperti orang
tua
- menolak untuk mengikuti aturan
- sering terlihat berusahan untuk mengganggu orang lain
- self-esteem rendah
- ambang frustrasi yang rendah
- sering menyalahkan orang lain untuk setiap kesalahan
2. Conduct disorder (CD)
- sering menolak untuk mengikuti perintah orang tua atau orang/figure lain yang
memiliki otoritas (guru, dokter gigi)
- di sekolah sering membolos tanpa alasan
- kecenderungan menyalahgunakan obat, termasuk merokok dan alcohol, pada
usia masih sangat muda
- kurang berempati pada orang lain
- agresif terhadap binatang dan orang lain, atau menunjukkan perilaku sadis
termasuk membully
- sering memulai pertengkaran fisik
- menggunakan senjata saat pertengkaran fisik
- sering membohong
- perilaku criminal, seperti mencuri atau vandalism lainnya
- kecenderungan kabur dari rumah
- kecenderungan bunuh diri
3. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
- inattention: kesulitan konsentrasi, sering lupa instruksi, sering tidak
menyelesaikan tugas
- impulsivity: impulsive pada orang lain
- overactivity: canggung, ceroboh
4. Autism
- anak terisolasi di dunianya sendiri
- tidak mampu membentuk hubungan emosi dengan orang lain
- gangguan fungsi otak
5. Kelainan Bi-polar
- anak sering berubah “mood” dengan cepat
- kelainan genetik
- sering salah terdiagnosis sebagai ADHD
6. Anxiety
- anak sering merasa distress
- merasa takut berlebihan tanpa alasan jelas
- sering menunjukkan gejala panic
- sering takut tanpa ada provokasi
- sering menunjukkan gejala obsesif-kompulsif, perilaku mengulang-ulang
S
103
suatu tindakan tanpa alasan
S
104