Anda di halaman 1dari 104

STANDAR

PENDIDIKAN PROFESI
DOKTER GIGI INDONESIA (SP2DGI)

Draft dari:
ASOSIASI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
2019

S
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


………………………………………………………………………..…………………………
………………………………………………………………………..…………………………

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, ………………. 2019

……………………………..

S
2
Daftar Isi

……………………………………………………………………………………………….

S
3
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi yang sangat dinamis
membutuhkan supporting system berupa pendidikan kedokteran gigi yang kuat dan bersifat
transformatif. Hal ini diyakini akan membuahkan hasil yang luar biasa bagi upaya
pencegahan dan perawatan penyakit di rongga mulut. Oleh karena itu, pendidikan profesi
dokter gigi harus didasari oleh keilmuan yang kokoh. Saat ini, sistem pendidikan kedokteran
gigi di Indonesia tidak lagi menggunakan disease-oriented biomedical model, tetapi
menggunakan pendekatan patient-oriented biopsychosial model. Patient-oriented
biopsychosial model merupakan suatu konsep kedokteran berbasis pencegahan. Pasien
modern lebih menginginkan pencegahan terhadap penurunan kualitas hidup sebagai dampak
dari kesehatan rongga mulutnya.
Kesehatan rongga mulut adalah kontributor penting terhadap kesehatan secara
keseluruhan dan kesejahteraan. Penggunaan teknologi canggih yang telah dapat
dikembangkan oleh peneliti modern untuk dapat merekontruksi jaringan rongga mulut yang
rusak, melalui kedokteran regenerative, tissue engineering, rekayasa genetika. Konsep
kedokteran berbasis pencegahan yang disertai dengan penggunaan teknologi terkini pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup (oral
health-related quality of life). Disamping itu, paradigma pendidikan dokter gigi harus
menambah fitur dari paradigma pendidikan keterampilan menjadi pendidikan keterampilan
berbasis riset. Ketiga paradigma yang telah diuraikan di atas (kedokteran berbasis
pencegahan, penggunaan teknologi terkini dan pendidikan keterampilan berbasis riset), pada
akhirnya harus mendasari sistem pendidikan kedokteran gigi di Indonesia.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi telah menetapkan Standar
Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) pada tahun 2015 dan Standar Nasional Pendidikan
Kedokteran (SNPK) pada tahun 2018 untuk menjamin mutu pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh Institusi Pendidikan Dokter Gigi
(IPDG). Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam SNPT dan SNPK, maka setiap
program studi wajib dilengkapi dengan target capaian pembelajaran (CP) sebagai bentuk
akuntabilitas dalam penyelenggaraan program. Capaian pembelajaran lulusan program studi
selain merupakan rumusan yang hendak dicapai dan harus dimilki oleh semua lulusannya,
juga merupakan pernyataan mutu lulusan. Oleh karena itu, program studi berkewajiban untuk

S
4
memiliki rumusan CP yang dapat dipertanggungjawabkan baik isi, kelengkapan deskripsi
sesuai dengan ketentuan dalam SNPT dan SNPK, serta kesetaraan level kualifikasinya
dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Rumusan Capaian Pendidikan dan
pernyataan mutu lulusan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan
kurikulum program studi.
Capaian pembelajaran selain untuk mengarahkan pengelola program studi agar
mencapai target mutu lulusan, juga memberikan informasi kepada masyarakat tentang
pernyataan mutu lulusan program studi di perguruan tinggi. Disamping itu, saat ini
implementasi pembelajaran berbasis luaran (Outcome Based Education/OBE) dalam
melaksanakan pendekatan sistem pendidikan dan metode pembelajaran selalu berorientasi
pada societal need, stakeholder need dan scientific future. Ketiga faktor ini merupakan
panduan dalam menyusun Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi.
Sistem pendidikan kedokteran gigi di Indonesia juga menghadapi tantangan besar,
karena dipengaruhi oleh era globalisasi dan revolusi industry 4.0. Perubahan internasional ini
akan berpengaruh terhadap SKDGI yaitu merevolusi cara belajar dan cara memberikan
pelayanan kesehatan. Selain itu kehadiran Top Ten Technology dalam Industrial Revolution
4.0, setidaknya tujuh teknologi akan berdampak pada dunia kedokteran gigi yaitu advanced
materials, cloud technology including big data, syntetic biology, virtual and augmented
reality, artificial intelligence, robots, serta 3D printing. Hal ini menyebabkan IPDG
dihadapkan pada berbagai tantangan dan perubahan seiring dengan perkembangan informasi
dan teknologi. Dunia pendidikan tinggi diharapkan dapat menyediakan transformasi
kurikulum yang adaptif terhadap tumbuhnya generasi milenial dan tantangan
disrupsi. Metode dan teknologi pembelajaran harus perlu dirancang sedemikian rupa agar
adaptif terkait kultur milenial.
Kehadiran Common Competencies for ASEAN Dentist yang telah melalui serangkaian
pertemuan dan akan segera berlaku, menjadi alasan regional untuk melakukan perubahan
pada SKDGI. Common Major Competences yang berjumlah 33, mau tidak mau harus menjadi
bagian dari SKDGI agar dokter gigi Indonesia bisa sejajar dengan dokter gigi dari negara
ASEAN lainnya. Capaian pembelajaran pendidikan kedokteran gigi di tingkat ASEAN ini,
harus mejadi acuan dalam penyusunan kurikulum pendidikan kedokteran gigi di Indonesia.
Kesepakatan internasional seperti World Trade Organization (WTO) dan kesepakatan
regional seperti Asean Free Trade Area (AFTA) dan Asia Pacific Economic Cooperation
(APEC), menyebabkan dokter gigi Indonesia memiliki tantangan besar yaitu
mensejahterakan bangsa Indonesia ditengah tantangan global. Transfer teknologi, transfer

S
5
sumber daya, transfer pengetahuan bidang kedokteran gigi antar negara sudah tidak
terbendung lagi.
Di tatanan nasional adanya hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,
menunjukkan gambar permasalahan utama yang dihadapi dokter gigi Indonesia. Untuk
melengkapi data informasi, juga telah diadakan survei terhadap muatan lokal yang diberikan
di IPDG serta pasien dengan jumlah sedikit di RSGM yang menyelenggarakan pendidikan.
Selain itu berbagai hasil kajian lembaga lain juga turut menjadi perhatian, termasuk tidak
meratanya sebaran dokter gigi, ketiadaan dokter gigi spesialis di banyak Kabupaten/Kota.
Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) untuk mengantisipasi
perubahan eksternal tersebut, telah melakukan serangkaian evaluasi dalam melaksanakan
revisi penyusunan Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (SKDGI) menjadi Standar
Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia melalui pertemuan para dosen pada setiap bidang
ilmu kedokteran gigi untuk melakukan pembahasan standar penyakit dan ketrampilan klinis
berdasarkan level kompetensi, standar referensi utama, penyamaan persepsi terminolgi
keilmuan, pembentukan tim kajian pendidikan dokter gigi, pengembangan dan validasi
instrumen untuk melaksanakan survey kuesioner secara daring kepada mahasiswa profesi
dokter gigi serta pemilihan jenis metode asesmen yang direkomendasikan sesuai dengan
tingkat capaian pembelajaran berdasarkan Miller.
Permasalahan mendasar yang dirasakan oleh IPDG adalah adanya variasi dalam
penyusunan kurikulum, capaian pembelajaran, bahan kajian, serta masa studi di masing-
masing IPDG di Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Gigi tahun 2015 yang telah
digunakan sebagai standar penyusunan kurikulum program akademik dan profesi di setiap
IPDG dan menjadi dasar penentuan Panduan Praktik Klinis Dokter Gigi serta Dokumen
Kewenangan Klinis di sarana pelayanan kesehatan harus disesuaikan dengan berbagai
perubahan baik nasional, regional, maupun global yang terjadi di dunia kedokteran gigi.
Penyusunan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia (SP2DGI) mengikuti
panduan yang telah ditetapkan oleh Permenristekdikti No. 18 Tahun 2018 pasal 33 sampai
dengan pasal 61. Pencantuman Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia menurut
permenristekdikti tersebut akan dimuat pada Standar Isi (Pasal 31 ayat 1 dan 2). Berdasarkan
hal tersebut, maka SP2DGI ini akan digunakan sebagai acuan penyelenggaraan proses
pembelajaran di setiap IPDG di Indonesia, rujukan bagi pengembangan pendidikan
kedokteran gigi di Indonesia dan uji kompetensi dokter gigi serta rujukan standar pelayanan
dan dokumen kewenangan klinis dokter gigi Indonesia.

S
6
1.2 Dasar Hukum

Dasar hukum dan kebijakan yang melandasi penyusunan Standar Pendidikan


Profesi Dokter Gigi ini adalah:
1) Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan;
2) Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3) Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
4) Undang-Undang RI No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
5) Undang-Undang RI No. 20 tahun 2014 tentang Pendidikan Kedokteran;
6) Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;
7) Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI);
8) Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI No. 44 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
9) Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI No. 18 Tahun 2018
tentang Standar Nasional Pendidikan Kedokteran;
10) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1419/MenKes/Per/X/2005 tentang
Penyelenggaran Praktik Dokter/Dokter Gigi;
11) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No.1/2005 tentang Registrasi Dokter /
Dokter Gigi;
12) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 30/2013 tentang Standar Pendidikan
Profesi Dokter Gigi;
13) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 232/U/2000 tetang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa;
14) Kebijakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
tentang Higher Education Long Terms Strategy (HELTS) 2003 – 2010;
15) Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia

1.3 Visi dan Misi


1.3.1 Visi
Penyusunan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia mempunyai visi:
Menciptakan sistim pendidikan untuk menghasilkan lulusan dokter yang berdaya saing
internasional dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni kedokteran gigi
serta mempunyai kompetensi di bidang pelayanan medis dental, manajerial, komunikasi,
penelitian dan kepemimpinan secara profesional.

S
7
1.3.2 Misi
Penyusunan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia mempunyai misi:
1) Memantau pencapaian standar pendidikan profesi dokter gigi yang mempunyai
pencapaian kompetensi di bidang pelayanan medis dental, manajerial, komunikasi,
penelitian dan kepemimpinan secara professional, berdaya saing internasional serta
berkontribusi pada masyarakat.
2) Menjamin proses dan implementasi pembelajaran berdasarkan standarisasi
penyelenggaraan pendidikan profesi, agar terstruktur dengan baik untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni kedokteran gigi dalam proses pembelajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum ditetapkannya Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia ini
adalah untuk memberikan acuan pencapaian standar pendidikan profesi dokter gigi untuk
menghasilkan dokter gigi yang mempunyai kompetensi di bidang pelayanan medis dental,
manajerial, komunikasi, penelitian dan kepemimpinan secara profesional.

1.4.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus ditetapkannya Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia adalah :
1) Sebagai pedoman bagi IPDG dalam menyelenggarakan pendidikan profesi dokter gigi
di Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku;
2) Sebagai acuan penyusunan Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Prosedur
Operasional (SPO) fasilitas kesehatan di Indonesia;
3) Sebagai acuan penetapan kewenangan klinis bagi dokter gigi di fasilitas kesehatan di
Indonesia;
4) Sebagai acuan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan
pelayanan kesehatan gigi mulut masyarakat Indonesia;
5) Sebagai acuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi dalam
menunjang pelayanan kesehatan gigi mulut masyarakat Indonesia.

S
8
1.5 Sasaran
Menghasilkan lulusan yang berintegritas, berkarakter, memegang teguh etika, bersikap
professional, mampu melaksanakan dan mengembangkan Ipteksdokgi serta berdaya saing
tinggi.

S
9
BAB 2. STANDAR PENDIDIKAN

2.1. Standar Kompetensi Lulusan


Standar kompetensi lulusan merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan
dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan pendidikan dokter gigi. Standar kompetensi
lulusan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan digunakan sebagai
acuan utama pengembangan standar isi pembelajaran, standar proses pembelajaran,
standar penilaian pembelajaran, standar dosen dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana pembelajaran, standar pengelolaan pembelajaran, dan standar
pembiayaan pembelajaran (Permenristekdikti nomer 44 tahun 2015 tentang Standart
Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) pasal 5 ayat 1 dan 2).
Standar kompetensi dokter gigi merupakan standar kompetensi lulusan yang meliputi
6 area kompetensi yaitu: Profesionalisme, Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan
Kedokteran Gigi, Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik, Pemulihan
Fungsi Sistem Stomatognatik, Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat, Manajemen Praktik
Kedokteran Gigi. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi kompetensi utama, kompetensi
penunjang dan kemampuan dasar (Perkonsil nomer.40 tahun 2015 tentang Standar
Kompetensi Dokter Gigi Indonesia).
Tingkat kemampuan klinis dokter gigi menggunakan acuan dari taxonomi menurut
Miller untuk lebih memudahkan para stakeholders dalam melakukan interpretasi. Kompetensi
dokter gigi meliputi berbagai hal yang terkait dengan tugas profesi dokter, pola pendekatan
dalam menjalankan tugas dan nilai-nilai profesionalisme. Miller (1990) menyebutkan ada
empat tingkat jenis kompetensi.
Keempat tingkatan kompetensi (level) digambarkan dalam bentuk piramida Miller
sebagai berikut :
Know : mengetahui dan menjelaskan
Know How : mengetahui bagaimana, melihat atau didemonstrasikan; (melakukan/
interpretasi pada model,)
Show How : melakukan atau menerapkan bagaimana (pada alat peraga/ standardized
patient) dibawah supervisi; identifikasi)
Does : melakukan secara mandiri, (merancang, menerapkan,
evaluasi,membuat, menggali, mengolah)

S
10
Gambar 1. Tingkat kemampuan klinis menurut Piramida Miller. Dikutip dari Miller
(1990), Shumway dan Harden (2003)

Selanjutnya dalam menetapkan peran yang dapat dilakukan oleh lulusan di bidang
keahlian atau bidang kerja tertentu setelah menyelesaikan studinya. Profil dapat ditetapkan
berdasarkan hasil kajian terhadap kebutuhan pasar kerja yang dibutuhkan pemerintah dan
dunia usaha maupun industri, serta kebutuhan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Untuk dapat menjalankan peran-peran yang dinyatakan dalam profil tersebut
diperlukan “kemampuan” yang harus dimiliki (Kemristekdikti, 2016).
Pada tahap penetapan kemampuan yang diturunkan dari profil perlu melibatkan
pemangku kepentingan yang dapat memberikan konstribusi untuk memperoleh konvergensi
dan konektivitas antara institusi pendidikan dengan pemangku kepentingan yang akan
menggunakan hasil didik, dan hal ini dapat menjamin mutu lulusan. Penetapan kemampuan
lulusan harus mencakup empat unsur untuk menjadikannya sebagai capaian pembelajaran
(CP) lulusan, yakni unsur sikap, pengetahuan, keterampilan umum, dan keterampilan khusus
seperti yang dinyatakan dalam SN-Dikti (Kemristekdikti, 2016).

S
11
Tabel 1. Profil Lulusan Dokter Gigi Indonesia

No Profil Lulusan Kemampuan yang dimiliki lulusan


Mampu menangani pasien secara holistik, sebagai individu dan
sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat, dan yang
1 Care provider menyediakan perawatan berkelanjutan yang berkualitas dalam
lingkup hubungan dokter-pasien yang berdasarkan
kepercayaan dan saling menguntungkan.
Mampu memilih teknologi tepat guna untuk digunakan dalam
2 Decision maker mempertinggi pelayanan kesehatan yang layak dan berbiaya murah.

Seseorang yang mampu meningkatkan gaya hidup yang sehat dengan


penyuluhan yang efektif dan nasehat yang tepat dalam konteks
3 Communicator budaya dan ekonomi, dengan demikian kesehatan pada
perorangan maupun kelompok akan
meningkat dan terjaga.
Seseorang yang karena kehormatan dan kepercayaan
masyarakat setempat, mampu mengetahui kebutuhan
4 Community kesehatan perorangan maupun kelompok sehingga dapat
leader berperan dalam memotivasi masyarakat untuk turut
berpartisipasi meningkatkan kesehatan umum serta
khususnya pada masyarakat
Seseorang yang dapat bekerja secara efektif dan harmonis dengan
orang lain baik di dalam maupun di luar organisasi sistem
5 Manager
pelayanan kesehatan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan
pasien dan masyarakat.
Seseorang yang mampu bertindak sebagai pendidik profesional
Lecturer / dan ilmuwan, yang senantiasa mampu mengembangkan diri
6
Researcher sesuai kemajuan iptek secara tepat guna
melalui penambahan ilmu dan penelitian
Memiliki kepekaan terhadap kebutuhan kesehatan di
lingkungannya serta memikili kreativitas dan inovasi untuk
7 Creator and
Inovator membuat perubahan dan solusi untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

2.2 Capaian Pembelajaran

Dasar hukum Capaian Pembelajaran (CP) dinyatakan di dalam Peraturan Presiden


Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yaitu
kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan,
dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman

S
12
kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan
di berbagai sektor (pasal 1 ayat 1). Capaian Pembelajaran (CP) dinyatakan sebagai
kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan,
kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja (pasal 1 ayat 2).

2.2.1 Penetapan kemampuan yang diturunkan dari profil


Pada tahap ini perlu melibatkan pemangku kepentingan yang akan dapat memberikan
konstribusi untuk memperoleh konvergensi dan konektivitas antara institusi pendidikan
dengan pemangku kepentingan yang akan menggunakan hasil didik, dan hal ini dapat
menjamin mutu lulusan. Penetapan kemampuan lulusan harus mencakup empat unsur untuk
menjadikannya sebagai capaian pembelajaran (CPL), yakni unsur sikap, pengetahuan,
keterampilan umum, dan keterampilan khusus seperti yang dinyatakan dalam SN-Dikti
(Kemristekdikti, 2016).

2.2.2 Merumuskan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)


Pada tahap ini wajib merujuk kepada jenjang Kualifkasi KKNI, terutama yang berkaitan
dengan unsur keterampilan khusus (kemampuan kerja) dan penguasaan pengetahuan,
sedangkan yang mencakup sikap dan keterampilan yang mengacu pada pada rumusan yang
telah ditetapkan dalam SN-Dikti sebagai standar minimal, yang memungkinkan ditambah
sendiri untuk memberi ciri lulusan perguruan tingginya seperti yang tersaji dalam gambar
berikut ini (Kemristekdikti, 2016).

Dalam Permenristekdikti nomer 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional


Pendidikan Tinggi (SNPT) disebutkan bahwa Standar kompetensi lulusan merupakan
kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran
lulusan (pasal 5 ayat 1), sedangkan rumusan capaian pembelajaran lulusan wajib (pasal 5
ayat 3) :
a) mengacu pada deskripsi capaian pembelajaran lulusan KKNI;
b) memiliki kesetaraan dengan jenjang kualifikasi pada KKNI.
Rumusan capaian pembelajaran (CP) lulusan dikaji dan ditetapkan oleh Menteri
sebagai rujukan program studi sejenis (pasal 7 ayat 5). Tingkat kedalaman dan keluasan
materi pembelajaran untuk setiap program pendidikan, dirumuskan dengan mengacu pada
deskripsi capaain pembelajaran lulusan dari KKNI (pasal 9 ayat 1). Tingkat kedalaman
dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana dituangkan dalam bahan kajian yang
distrukturkan dalam bentuk mata kuliah (pasal 9 ayat 4).

S
13
Capaian pembelajaran lulusan pendidikan dokter gigi terdiri atas

1) Capaian Pembelajaran Sikap

1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,
moral dan etika;
3. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila;
4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain;
6. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan;
7. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
8. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
9. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;
10. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan
11. Memiliki sikap melayani (caring) dan empati kepada pasien dan keluarganya.
12. Menjaga kerahasiaan profesi terhadap teman sejawat, tenaga kesehatan, dan pasien.
13. Menunjukkan sikap menghormati hak otonomi pasien, berbuat yang terbaik
(beneficence), tidak merugikan (non-maleficence), tanpa diskriminasi, kejujuran
(veracity) dan adil (justice).

S
14
2) Capaian Pembelajaran Pengetahuan

No PROFESI DOKTER GIGI SARJANA KEDOKTERAN GIGI

1 Menguasai pengetahuan faktual Menguasai pengetahuan faktual tentang:


tentang: 1) Hukum kesehatan
1) Hukum kesehatan 2) Kebijakan lokal, regional, dan
2) Kebijakan lokal, regional, dan global tentang kesehatan
global tentang kesehatan 3) Perkembangan ilmu pengetahuan
3) Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran gigi
pengetahuan dan teknologi 4) Standar kompetensi dokter gigi
kedokteran gigi
4) Standar kompetensi dokter gigi
2 Menguasai prosedur perawatan klinis
dalam bidang kedokteran gigi. Menguasai prosedur perawatan klinis
dalam bidang kedokteran gigi.

3 Menguasai prinsip-prinsip: Menguasai prinsip-prinsip:


1) Psikologi Kesehatan 1) Psikologi Kesehatan
2) Ilmu Biostatistik 2) Ilmu Biostatistik
3) Epidemiologi 3) Epidemiologi

4 Menguasai konsep aplikatif :


Menguasai konsep aplikatif :
1) Dasar etik kedokteran
1) Dasar etik kedokteran
2) Teknik perawatan klinis di
2) Teknik perawatan klinis di bidang
bidang kedokteran gigi
kedokteran gigi

5 Menguasai konsep teoritis secara


Menguasai konsep teoritis secara umum
umum tentang:
tentang
1) Ilmu biomedik meliputi anatomi,
1) Ilmu biomedik meliputi anatomi,
histologi, fisiologi tubuh
histologi, fisiologi tubuh manusia,
manusia, patologi dan
patologi dan patofisiologi kelainan
patofisiologi kelainan struktur
struktur dan fungsi tubuh,
dan fungsi tubuh, mikrobiologi,
mikrobiologi, biologi, biokimia,
biologi, biokimia, farmakologi,
farmakologi, serta ilmu gizi
serta ilmu gizi
2) Ilmu kedokteran klinik meliputi
2) Ilmu kedokteran klinik meliputi
Penyakit Dalam, THT, Kulit dan
Penyakit Dalam, THT, Kulit dan
Kelamin, Ilmu Kesehatan Mata,
Kelamin, Ilmu Kesehatan Mata,
Neurologi, Bedah Umum
Neurologi, Bedah Umum
3) Perkembangan mental anak.
3) Perkembangan mental anak.
4) Ilmu Kedokteran Paraklinik
4) Ilmu Kedokteran Paraklinik
meliputi Patologi Anatomi,
meliputi Patologi Anatomi,
Patologi Klinik
Patologi Klinik
5) Forensik kedokteran gigi
5) Forensik kedokteran gigi

S
15
6 Menguasai konsep teoritis secara Menguasai konsep teoritis secara
mendalam tentang: mendalam tentang:
1) Biologi Oral 1) Biologi Oral
2) Morfologi makroskopis, 2) Morfologi makroskopis,
mikroskospis dan topografi mikroskospis dan topografi organ,
organ, jaringan penyusun sistem jaringan penyusun sistem tubuh
tubuh manusia secara terpadu. manusia secara terpadu.
3) Proses tumbuh kembang 3) Proses tumbuh kembang
dentokraniofasial pranatal dan dentokraniofasial pranatal dan
pascanatal pascanatal
4) Komunikasi kesehatan dan 4) Komunikasi kesehatan dan
komunikasi teurapeutik komunikasi teurapeutik
7 Menguasai konsep aplikasi tentang:
1) Patogenesis penyakit atau Menguasai konsep teoritis tentang:
kelainan yang meliputi, infeksi, 1) Patogenesis penyakit atau kelainan
dan non infeksi. yang meliputi, infeksi, dan non
2) Sterilisasi, desinfeksi dan infeksi.
asepsis 2) Sterilisasi, desinfeksi dan asepsis
3) Obat-obat yang digunakan untuk 3) Obat-obat yang digunakan untuk
penyakit gigi mulut, termasuk penyakit gigi mulut, termasuk efek
efek samping dan interaksinya. samping dan interaksinya.
4) Tatalaksana kedokteran gigi 4) Tatalaksana kedokteran gigi klinik
klinik untuk membantu dalam untuk membantu dalam
memberikan pelayanan memberikan pelayanan kesehatan
kesehatan gigi mulut gigi mulut
5) Berfikir analitis guna 5) Berfikir analitis guna mendukung
mendukung evidence based evidence based dentistry
dentistry 6) Metodologi penelitian
6) Metodologi penelitian
8 Menguasai konsep aplikasi dalam:
1) Ilmu kedokteran gigi klinik Menguasai konsep teoritis dalam:
untuk memberikan pelayanan 1) Ilmu kedokteran gigi klinik untuk
kesehatan gigi mulut yang memberikan pelayanan kesehatan
meliputi promotif, preventif, gigi mulut yang meliputi promotif,
kuratif dan rehabilitatif preventif, kuratif dan rehabilitatif
2) Biomaterial/Dental material dan 2) Biomaterial/Dental material dan
teknologi kedokteran gigi teknologi kedokteran gigi
3) Radiologi kedokteran gigi 3) Radiologi kedokteran gigi
4) Ilmu kesehatan gigi masyarakat 4) Ilmu kesehatan gigi masyarakat
5) Manajemen kesehatan 5) Manajemen kesehatan

3) Capaian Pembelajaran Ketrampilan Umum


a) Program Sarjana
1. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

S
16
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
keahliannya;
2. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
3. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan
keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan
solusi, gagasan, desain atau kritik seni; menyusun deskripsi saintifik hasil kajiannya
dalam bentuk skripsi atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman
perguruan tinggi;
4. Mampu menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk skripsi
atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi;
5. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di
bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data;
6. Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing, kolega,
sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya.
7. Mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan
supervisi serta evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada
pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya;
8. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada di
bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri;
9. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali
data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi;

b) Program Profesi
1. Mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang spesifik, dan
memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi kerja
profesinya;
2. Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan
profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif;
3. Mampu menyusun laporan atau kertas kerja atau menghasilkan karya desain di bidang
keahliannya berdasarkan kaidah rancangan dan prosedur baku, serta kode etik
profesinya, yang dapat diakses oleh masyarakat akademik;
4. Mampu mengomunikasikan pemikiran/argumen atau karya inovasi yang bermanfaat
bagi pengembangan profesi, dan kewirausahaan, yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat terutama masyarakat profesinya;
5. Mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan keputusan yang
dibuat dalam melaksanakan pekerjaannya oleh dirinya sendiri dan oleh sejawat
6. Mampu meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang khusus melalui
pelatihan dan pengalaman kerja;
7. Mampu meningkatkan mutu sumber daya untuk pengembangan program strategis
organisasi;
8. Mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada bidang
profesinya;
9. Mampu bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam menyelesaikan
masalah pekerjaan bidang profesinya;

S
17
10. Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat profesi
dan kliennya;
11. Bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuai dengan kode etik
profesinya;
12. Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri.
13. Mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan nasional dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan profesi atau pengembangan kebijakan nasional
pada bidang profesinya;
14. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan
menemukan kembali data dan informasi untuk keperluan pengembangan hasil kerja
profesinya;
15. Mampu mengikuti perkembangan keilmuan dan keahlian profesi (long life learner)

4) Capaian Pembelajaran Ketrampilan Khusus

No SARJANA KEDOKTERAN GIGI PROFESI DOKTER GIGI

1 Mampu melakukan anamnesis secara Mampu melakukan anamnesis secara


mandiri dengan menggali riwayat pasien mandiri dengan menggali riwayat
(riwayat keluarga dan psikososial pasien (riwayat keluarga dan
ekonomi, riwayat kepenyakitan dan psikososial ekonomi, riwayat
pengobatan, riwayat perawatan gigi kepenyakitan dan pengobatan, riwayat
mulut, perilaku) yang relevan dengan perawatan gigi mulut, perilaku) yang
keluhan utama melalui metode relevan dengan keluhan utama
komunikasi efektif terhadap pasien melalui metode komunikasi efektif
simulasi. terhadap pasien/keluarga pasien.

2 Mampu melakukan pemeriksaan fisik Mampu melakukan pemeriksaan fisik


umum dan sistem stomatognatik yang umum dan sistem stomatognatik yang
meliputi pemeriksaan ekstra dan intra meliputi pemeriksaan ekstra dan intra
oral secara mandiri pada pasien simulasi oral secara mandiri pada pasien anak
dengan akurat serta mampu menetapkan dan dewasa dengan akurat serta
pemeriksaan penunjang sesuai indikasi mampu menetapkan pemeriksaan
dan kode etik. penunjang sesuai indikasi dan kode
etik.

3 Mampu mencatat hasil pemeriksaan


Mampu mencatat hasil pemeriksaan dalam rekam medik yang akurat dan
dalam rekam medik yang komprehensif komprehensif, sebagai dokumen legal
untuk keperluan identifikasi odontologi yang mendukung rencana perawatan
forensik sesuai dengan Disaster Victim gigi mulut serta keperluan identifikasi
Identification (DVI) sebagai bahan untuk odontologi forensik sesuai dengan
menentukan rencana perawatan gigi Disaster Victim Identification (DVI)
mulut secara kelompok secara mandiri.

S
18
4 Mampu menegakkan diagnosis awal,
Mampu menegakkan diagnosis awal,
diagnosis banding, diagnosis akhir dan
diagnosis banding, diagnosis akhir dan
menetapkan prognosis kelainan atau
menetapkan prognosis kelainan atau
penyakit gigi mulut berdasarkan
penyakit gigi mulut secara teoritis
patogenesis dengan
berdasarkan patogenesis dengan
mempertimbangkan derajat resiko
mempertimbangkan derajat resiko
penyakit melalui interpretasi, analisis,
penyakit melalui interpretasi, analisis,
dan sintesis hasil pemeriksaan pasien
dan sintesis data kasus sesuai standar
sesuai standar klasifikasi penyakit
klasifikasi penyakit internasional
internasional (International
(International Classification of Diseases)
Classification of Diseases) secara
secara mandiri.
mandiri.
5 Mampu menyusun rencana perawatan
gigi mulut pasien melalui analisis
Mampu menyusun rencana perawatan
hasil pemeriksaan, diagnosis dan
gigi mulut berdasarkan analisis data
prognosis sesuai konsep kedokteran
kasus sesuai konsep kedokteran gigi
gigi klinik, kedokteran gigi
klinik, kedokteran gigi pencegahan,
pencegahan, kedokteran gigi dasar,
kedokteran gigi dasar, kedokteran klinik
kedokteran klinik dan ilmu biomedik
dan ilmu biomedik yang relevan dengan
yang relevan dengan
mempertimbangkan siklus hidup pasien
mempertimbangkan siklus hidup
dan kondisi sosio-budaya secara mandiri.
pasien dan kondisi sosio-budaya
secara mandiri
6 Mampu membuat keputusan,
melakukan, dan mengevaluasi
keberhasilan perawatan gigi mulut
Mampu membuat keputusan dan
pada pasien yang disertai atau tanpa
melakukan perawatan gigi mulut pada
kompromis medis secara
manekin secara mandiri sesuai dengan
komprehensif dengan mengutamakan
metode dan prosedur baku dibawah
patient safety, kode etik profesi, cost
bimbingan dosen.
effectiveness serta berorientasi pada
peningkatan kualitas hidup secara
mandiri.
7 Mampu menggunakan material,
Mampu memilih dan mendemonstrasikan peralatan, dan teknologi kedokteran
penggunaan material, peralatan, dan gigi pada perawatan gigi mulut pasien
teknologi kedokteran gigi untuk berdasarkan evaluasi atau penelitian
perawatan gigi mulut pada panthom sesuai indikasi secara mandiri.
dan/atau pasien simulasi sesuai indikasi
secara mandiri.

S
19
8 Mampu mendemonstrasikan cara Mampu mengendalikan rasa nyeri,
mengendalikan rasa nyeri, takut dan takut dan kecemasan dengan
kecemasan dengan pendekatan pendekatan farmakologik dan/atau
farmakologik dan/atau non farmakologik non farmakologik pada pasien secara
secara mandiri. mandiri.

9 Mampu membuat kajian secara


Mampu membuat kajian secara mandiri
mandiri dan kelompok tentang
permasalahan bidang kedokteran gigi
permasalahan bidang kedokteran gigi
pada pasien atau masyarakat, dan
pada pasien atau masyarakat, dan
mengusulkan alternatif solusi yang
mengusulkan alternatif solusi yang
inovatif dengan pendekatan evidence-
inovatif dengan pendekatan evidence-
based dentistry yang bisa
based dentistry yang bisa
dipertanggungjawabkan secara
dipertanggungjawabkan secara
akademik.
akademik dan etik profesi.
10 Mampu mendemonstrasikan pengelolaan Mampu mengelola praktik dan
praktik dan lingkungan kerja yang lingkungan kerja yang ergonomik
ergonomik dengan menerapkan prinsip dengan menerapkan prinsip
manajemen kesehatan termasuk manajemen kesehatan termasuk
keselamatan kerja, kontrol infeksi dan keselamatan kerja, kontrol infeksi dan
konsep green dentistry secara mandiri konsep green dentistry secara mandiri
atau kelompok. atau kelompok.
11 Mampu mengambil keputusan medik
Mampu mengambil keputusan medik
sesuai kewenangan klinis (clinical
berdasarkan data kasus untuk merujuk
privilege) untuk merujuk pasien
pasien kepada sejawat dan/atau
kepada sejawat dan/atau
penyelenggara kesehatan lain
penyelenggara kesehatan lain
berdasarkan standar prosedur operasional
berdasarkan standar prosedur
secara mandiri.
operasional secara mandiri.
12 Mampu menyusun, mengelola, dan
mengevaluasi program peningkatan
kesehatan gigi mulut masyarakat, serta
Mampu merancang, mendemonstrasikan
pencegahan kelainan atau penyakit
dan mengevaluasi upaya promosi
sistem stomatognatik berdasarkan
kesehatan dan pencegahan penyakit gigi
analisis hasil survei dan data
mulut masyarakat secara kelompok.
epidemiologi (menggunakan
pendekatan evidence based dentistry)
secara kelompok.
13 Mampu mengelola perilaku pasien,
Mampu mendemonstrasikan cara
keluarga dan masyarakat dengan
mengelola perilaku pada pasien simulasi
menerapkan prinsip manajemen
dengan menerapkan prinsip manajemen
perilaku secara mandiri dan
perilaku secara mandiri dan kelompok.
kelompok.

S
20
14 Mampu melakukan kolaborasi antar
Mampu melakukan kolaborasi antar
profesi kesehatan dalam mengelola
profesi kesehatan dalam mengelola
kesehatan pasien, keluarga dan
kesehatan pasien simulasi secara
masyarakat secara kelompok.
kelompok.

15 Mampu mengidentifikasi dan


Mampu mendemonstrasikan cara
melakukan tindakan medik pada
mengidentifikasi dan tindakan medik
pasien gawat darurat sesuai dengan
pada manekin sesuai dengan prosedur
prosedur bantuan hidup dasar (basic
bantuan hidup dasar (basic life support)
life support) dan kegawatdaruratan
dan kegawatdaruratan dental terbatas
dental terbatas secara mandiri dan
secara mandiri dan kelompok.
kelompok

S
21
2.2 Standar Isi
2.2.1 Domain Profesionalisme
Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang berlaku.
Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar

1. Etik dan Jurisprudensi

1.1. Mampu melakukan praktik kedokteran 1.1.1.


gigi Memahami masalah - masalah yang berhubungana) Menerapkan kode etik, disiplin, dan hukum yang
secara profesional berdasarkan etik dan dengan etika dan hukum yang berkaitan dengan berlaku di Indonesia dalam menjalankan profesi
yurisprudensi yang berlaku. praktik kedokteran gigi. dokter gigi.
1.1.2. Menerapkan etika kedokteran gigi serta hukumb) Membangun komunikasi dan hubungan
yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi terbuka dan jujur serta saling menghargai
secara profesional. dengan pasien, pendamping pasien dan
1.1.3. Melakukan pelayanan kesehatan Gigi Mulut sejawat dan profesi kesehatan lain berdasarkan
sesuai dengan kode etik. kode etik, disiplin, dan hukum kedokteran gigi
c) Menyelesaikan masalah-masalah yang
berhubungan dengan tanggungjawab
administratif, pelanggaran etik, disiplin dan
hukum termasuk masalah perizinan yang berlaku
bagi profesi Dokter Gigi.

2. Analisis informasi kesehatan secara kritis, ilmiah dan efektif


2.1.Mampu menganalisis kesahihan informasi2.1.1. dan Menganalisis secara kritis kesahihan informasi. a) Menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
memanfaatkan teknologi informasi kesehatan 2.1.2. Mengelola informasi kesehatan secara ilmiah, kedokteran gigi mutakhir untuk mencari dan
gigi mulut secara ilmiah, efektif, sistematis dan efektif, sistematis dan komprehensif. menilai informasi yang sahih dari berbagai
komprehensif dalam mengambil keputusan 2.1.3. sumber secara professional.
Menggunakan pola berpikir kritis dan alternatif
b) Menyusun dan menyajikan karya ilmiah sesuai
dalam mengambil keputusan. dengan konsep, teori, dan kaidah penulisan

S
22
2.1.4. Menggunakan pendekatan evidence based ilmiah secara lisan dan tertulis.
c) Menerapkan pola berpikir ilmiah dalam
dentistry dalam pengelolaan kesehatan Gigi
Mulut pemecahan masalah dan pengelolaan kesehatan
gigi mulut.
d) Menggunakan informasi kesehatan secara
professional untuk kepentingan peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan gigi mulut.
3. Komunikasi

3.1.Mampu melakukan komunikasi, edukasi 3.1.1. dan Melakukan komunikasi secara santun dengana) Melakukan komunikasi interpersonal, tatalaksana
menyampaikan informasi secara efektif dan pasien dalam kedudukan yang setara. rujukan, tatalaksana informed consent, advokasi
bertanggung jawab baik secara lisan maupun3.1.2. Mengembangkan empati dalam menggali keluhan dan pemberdayaan individu, keluarga dan
tulisan dengan pasien semua usia, keluarga atau pasien dan permasalahan kesehatan gigi mulut masyarakat dalam upaya meningkatkan
pendamping pasien serta masyarakat, teman secara holistik dan komprehensif. kesehatan gigi mulut .
sejawat dan profesi kesehatan lain 3.1.3. yang Melakukan prosedur informed consent dan
konseling dengan cara yang santun, baik danb) Memanfaatkan sarana multimedia secara
terkait.
benar. langsung maupun melalui perangkat elektronik
3.1.4. Melakukan tatalaksana konsultasi dan rujukan, atau teknologi informasi saat melakukan
membangun komunikasi interprofesional dalam komunikasi dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan. kesehatan gigi masyarakat
3.1.5. Memberikan informasi yang relevan kepada
penegak hukum, perusahaan asuransi kesehatan,
media massa dan pihak lainya jika diperlukan.

3.1.6. Melakukan komunikasi dengan masyarakatdalam


upaya mengidentifikasi masalah kesehatan gigi
mulut.
3.1.7. Melakukan advokasi dan pemberdayaan individu,
keluarga dan masyarakat dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan gigi mulut.
4. Hubungan sosiokultural dalam bidang kesehatan gigi mulut
4.1.Mampu mengelola dan menghargai pasien4.1.1. Memanfaatkan keanekaragaman sosial, ekonomi,a).Menerapkan prinsip-prinsip psikososial dalam
dengan keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras berdasarkan asal usul melakukan pelayanan kesehatan gigi mulut.
budaya, agama dan ras melalui kerjasama dengan pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan

S
23
pasien dan berbagai fihak terkait untuk gigi mulut.
menunjang pelayanan kesehatan gigi mulut 4.1.2.
yang Memperlakukan pasien secara manusiawi tanpa
bermutu. membeda-bedakan satu sama lainnya.
4.1.3. Membangun kerja sama dengan berbagai pihak
terkait untuk menunjang peningkatan kesehatan
gigi mulut.

Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi


Memahami ilmu kedokteran dasar, ilmu kedokteran klinik yang relevan, ilmu kedokteran gigi dasar, ilmu kedokteran gigi terapan dan ilmu kedokteran gigi
klinik sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan ilmu kedokteran gigi.
Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar

5. Ilmu Kedokteran Dasar

5.1.Mampu menguasai konsep-konsep teoritis ilmu


5.1.1. Menggunakan ilmu pengetahuan biomedik yang a) Mengkaji struktur mikroskopis dan makroskopis
pengetahuan biomedik yang relevan dengan relevan dengan bidang kedokteran gigi untuk organ sistem tubuh manusia secara terpadu,
penyakit gigi mulut menegakkan diagnosis, menetapkan prognosis sebagai landasan pengetahuan untuk diagnosis,
prognosis dan merencanakan tindakan medik
dan merencanakan tindakan kedokteran gigi.
kedokteran gigi
b) Mengkaji proses tumbuh kembang
dentokraniofasial prenatal dan pascanatal.
c) Mengkaji konsep dasar penyakit/ kelainan infeksi,
dan non infeksi.
d) Memahami prinsip sterilisasi, desinfeksi dan
asepsis.
e) Memahami konsep dasar farmakologi dan
farmakoterapi kedokteran gigi.

S
24
f) Memahami konsep dasar radiologi untuk bidang
kedokteran gigi.
6. Ilmu Kedokteran Klinik

6.1.Mampu menguasai konsep-konsep teoritis Ilmu


6.1.1.Memahami ilmu kedokteran klinik yang relevan
a) Mengkaji ilmu kedokteran klinik yang
kedokteran klinik yang relevan sebagai sumber sebagai pertimbangan dalam melakukan tindakan bermanifestasi di rongga mulut pada pasien
keilmuan dalam melakukan tindakan kedokteran kedokteran gigi pada pasien medik kompromis medik kompromis secara holistik dan
gigi. komprehensif.
b) Mengkaji tatalaksana kedokteran klinik sebagai
dasar dalam melakukan tindakan pengembalian
fungsi optimal sistem stomatognati
7. Ilmu Kedokteran Gigi Dasar dan Ilmu Kedokteran Gigi Terapan
7.1.Mampu menggunakan prinsip-prinsip ilmu
7.1.1.Mengaplikasikan Ilmu Biologi Oral, Biomaterial
a) Mengkaji ilmu-ilmu kedokteran gigi dasar dan
kedokteran gigi dasar dan ilmu kedokteran gigi dan Teknologi Kedokteran Gigi, Radiologi ilmu kedokteran gigi terapan untuk
terapan untuk menunjang keterampilan dan Kedokteran Gigi dan Ilmu Kedokteran Gigi pengembangan ilmu kedokteran gigi.
penelitian di bidang kedokteran gigi. b)
Forensik untuk menunjang keterampilan preklinik Mengkaji biomaterial dan teknologi kedokteran
dan klinik, serta penelitian bidang kedokteran gigi yang akan digunakan untuk mengembalikan
gigi. fungsi stomatognati yang optimal.
c) Mengkaji ilmu kedokteran gigi dasar dan ilmu
kedokteran gigi terapan dalam penyelesaian
berbagai kasus medik dental melalui penilaian
klinik (clinical appraisal).
d) Menganalisis hasil penelitian kedokteran gigi
dasar dan ilmu kedokteran gigi terapan yang
berkaitan dengan kasus medik dental dan
disiplin ilmu lain yang terkait.
8. Ilmu Kedokteran Gigi Klinik
8.1.Mampu menggunakan ilmu kedokteran 8.1.1. gigi Menerapkan prinsip pelayanan kesehatan gigi a) Mengkaji ilmu-ilmu yang relevan dengan
klinik sebagai dasar untuk melakukan pelayanan mulut yang meliputi tindakan promotif, preventif, tindakan promotif, preventif, kuratif dan
kesehatan gigi mulut yang efektif dan efisien kuratif dan rehabilitatif. rehabilitatif.
8.1.2. Menerapkan prinsip-prinsip tatalaksana
kedokteran gigi klinik untuk mengembalikan b) Mengkaji ilmu-ilmu kedokteran gigi klinik yang
fungsi sistem stomatognatik. berkaitan dengan tatalaksana pengembalian fungsi
sistem stomatognatik.

S
25
Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk mencapai kesehatan gigi mulut yang prima melalui tindakan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar

9. Pemeriksaan Pasien

9.1.Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan


9.1.1. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan a) Mengidentifikasi keluhan utama penyakit atau
dengan masalah-masalah penyakit gigi mulut sistem stomatognatik dengan mencatat informasi gangguan sistem stomatognatik.
secara komprehensif dengan pendekatan ilmu- klinis, laboratoris, radiologis, psikologis dan
b) Menerapkan pemeriksaan komprehensif sistem
ilmu dasar, ilmu kedokteran gigi klinik yang sosial guna mengevaluasi kondisi medik pasien stomatognatik dengan memperhatikan kondisi
terkait dan psikososial. umum.
c) Menentukan pemeriksaan penunjang laboratoris
yang dibutuhkan membuat surat rujukan kepada
laboratorium dan menginterpretasikannya.
d) Menentukan dan menginterpretasikan hasil
pemeriksaan penunjang radiologi intraoral dan
ekstraoral yang dibutuhkan serta melakukan
tindakan radiograf atau membuat surat rujukan
kepada radiolog.
e) Menganalisis kondisi fisik, psikologis dan sosial
pasien melalui pemeriksaan klinis.

9.1.2. Mengenal dan mengelola perilaku pasien secara


a) Menerapkan sikap saling menghargai dan saling
profesional percaya melalui komunikasi yang efektif dan
efisien dengan pasien dan/atau pendamping
pasien.
b) Menganalisis perilaku pasien yang memerlukan
perawatan khusus secara professional.

S
26
c)
Mengidentifikasi kondisi psikologis dan sosial-
ekonomi pasien berkaitan dengan
penatalaksanaan lebih lanjut.
9.1.3. Menggunakan rekam medik sebagai acuan dasar
a) Membuat rekam medik secara akurat dan
dalam melaksanakan perawatan gigi mulut dan komprehensif dengan metode SOAP (subjective,
keperluan ilmu kedokteran gigi forensik objective, assesment, plan serta mengelola rekam
medik sebagai dokumen legal dengan baik.
b) Membuat odontogram sesuai dengan pedoman
yang berlaku
c) Membuat data antemortem pada form untuk
kepentingan identifikasi kedokteran gigi forensik.
d) Membuat rencana perawatan di bidang
kedokteran gigi berdasarkan catatan medik yang
tertulis pada rekam medik.
10. Diagnosis

10.1.Mampu membuat kesimpulan yang valid10.1.1.Menegakkan


dan diagnosis dan menetapkan prognosisa) Menegakkan diagnosis sementara dan diagnosis
mengambil keputusan yang tepat atas kelainan/ penyakit/kelainan gigi mulut melalui interpretasi, kerja (sesuai ICD-DA10) berdasarkan analisis
penyakit gigi mulut baik yang ringan maupun analisis dan sintesis hasil pemeriksaan pasien hasil pemeriksaan riwayat penyakit, temuan
yang kompleks berdasarkan analisis dan klinis, laboratoris, radiografis, dan alat bantu yang
interpretasi data klinik. lain.
b) Mengkaji kelainan/ penyakit jaringan keras dan
jaringan lunak gigi serta jaringan pendukung gigi.
c) Mengkaji penyimpangan dalam proses tumbuh
kembang kraniomaksilofasial yang
mengakibatkan maloklusi dental dan skeletal.
d) Mengkaji kondisi, kelainan/penyakit dan fungsi
kelenjar saliva.
e) Mengkaji penyakit mukosa mulut akibat
inflamasi, gangguan imunologi, metabolit dan
neoplastik.
f) Mengkaji keadaan kehilangan gigi yang
memerlukan tindakan rehabilitatif.
g) Mengkaji kelainan sendi temporomandibular,
oklusi dan gangguan fungsi mastikasi yang

S
27
memerlukan perawatan.
h) Mengkaji kelainan orokraniofasial dan
hubungannya dengan kebiasan buruk.
i) Mengkaji adanya manifestasi penyakit sistemik
pada rongga mulut.
j) Mengkaji derajat risiko penyakit rongga mulut
dalam segala usia guna menetapkan prognosis.
k) Mengkaji kelainan kongenital dan herediter dalam
rongga mulut
11. Rencana Perawatan
11.1.Mampu merumuskan solusi secara mandiri 11.1.1. Menentukan tindakan pencegahan serta
a) Merencanakan tindakan pencegahan dengan
maupun kelompok untuk penyelesaian masalah- merencanakan tahapan perawatan penyakit gigi pendekatan psikososial dan ekonomi.
masalah penyakit gigi mulut baik yang ringan mulut sesuai standar yang berlaku, berkomunikasi
b) Merencanakan tahapan perawatan penyakit gigi
maupun kompleks secara komprehensif dan efektif dalam menyampaikan alternatif perawatan mulut sesuai standar pelayanan yang berlaku.
merencanakan pencegahannya dengan pendekatan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan. c) Mengidentifikasi temuan, diagnosis, rencana
psikososial dan ekonomi perawatan, resiko dan ketidak nyamanan dalam
perawatan untuk mendapat persetujuan tindakan
medik.
d) Merencanakan tatakelola ketidaknyamanan dan
kecemasan pasien yang berkaitan dengan
pelaksanaan perawatan.

a) Mengembangkan rencana perawatan yang


11.1.2. Merencanakan tahapan perawatan penyakit gigi komprehensif dan rasional dengan
mulut yang memerlukan tatalaksana perawatan memperhatikan kondisi sistemik pasien.
yang komprehensif dan adekuat b) Mengkomunikasikan hak dan tanggung jawab
pasien yang berkenaan dengan rencana perawatan
c) Bekerjasama dengan intraprofesional dan
interprofesional untuk merencanakan perawatan
yang akurat.

11.1.3. Menentukan rujukan yang sesuai a) Membuat surat rujukan kepada spesialis bidang
lain terkait dengan penyakit/ kelainan pasien

S
28
b) Mampu melakukan rujukan kepada sejawat yang
lebih kompeten sesuai dengan bidang terkait

Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik


Melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem stomatognatik melalui penatalaksanaan klinik
Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar

12. Pengelolaan Nyeri dan Kecemasan


12.1.Mampu mengelola dan menyelesaikan masalah-
12.1.1.Mengendalikan nyeri dan kecemasan pasiena) Meresepkan obat-obatan secara benar dan
masalah nyeri dan kecemasan disertai sikap empati. rasional.
b) Mengatasi nyeri, dan kecemasan dengan
pendekatan farmakologik dan non farmakologik.
c) Menggunakan anastesi lokal untuk
mengendalikan nyeri (control of pain) untuk
prosedur tindakan medik kedokteran gigi.

13. Tindakan Medik Kedokteran Gigi


13.1. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis,13.1.1.
dan Melakukan tahapan perawatan konservasi gigia) Mempersiapkan gigi yang akan di restorasi sesuai
teoritis dalam pengembangan keilmuan dan sulung dan permanen yang sederhana. dengan indikasi, anatomi, fungsi dan estetik.
keterampilan melalui pendidikan dan pendidikan b) Melakukan perawatan saluran akar dengan obat-
obatan dan bahan kedokteran gigi pada gigi
berkelanjutan sehingga mahir melakukan
sulung dan permanen vital dan non vital.
tatalaksana pasien dan tindakan medik kedokteran c) Memilih jenis restorasi pasca perawatan saluran
secara spesifik dengan mutu dan kualitas yang akar yang sesuai dengan indikasinya.
terukur berdasarkan prosedur baku d) Membuat restorasi dengan bahan-bahan restorasi
yang sesuai indikasi pada gigi sulungdan
permanen.
e) Melakukan evaluasi dan menindaklanjuti hasil
perawatan pada gigi sulung dan permanen.
13.1.2. Melakukan tahapan perawatan penyakit/kelainana) Melakukan perawatan awal penyakit/ kelainan
periodontal pada pasien anak dan dewasa.
b) Melakukan perawatan bedah sederhana penyakit/

S
29
periodontal sederhana. kelainan periodontal.
c) Melakukan perawatan restoratif pada
penyakit/kelainan periodontal.
d) Melakukan evaluasi dan menindaklanjutihasil
perawatan dan pemeliharaan jaringan periodontal.
13.1.3. Melakukan perawatan maloklusi dental kasusa) Melakukan pencegahan maloklusi dental
sederhana pada pasien anak dan dewasa b) Melakukan perawatan maloklusi dental
c) Melakukan evaluasi dan menindaklanjuti hasil
perawatan maloklusi dental
13.1.4. Melakukan perawatan bedah minor sederhana a) Melakukan pencabutan gigi sulung dan permanen
pada jaringan keras dan lunak mulut b) Melakukan bedah minor sederhana pada jaringan
lunak dan keras
c) Melakukan tindakan bedah preprostetik
sederhana.
d) Menanggulangi komplikasi pasca bedah minor.
13.1.5. Melakukan perawatan non bedah pada lesia) Melakukan perawatan lesi-lesi jaringan lunak
jaringan lunak mulut. mulut.
b) Memelihara kesehatan jaringan lunak mulut pada
pasien dengan kompromis medik ringan.
13.1.6. Melakukan perawatan kelainan oklusi dental a) Melakukan tahap awal kelainan oklusi dental

13.1.7. Melakukan perawatan area tidak bergigi


a) Melakukan perawatan kehilangan sebagian gigi
(edentulous) kasus sederhana. dengan gigi tiruan lepasan dan cekat.
b) Melakukan perawatan kehilangan seluruh gigi
dengan gigi tiruan lepasan.
c) Menanggulangi masalah-masalah pasca
pemasangan gigi tiruan
13.1.8. Menangani kegawatdaruratan di bidang
a) Menangani kegawatdaruratan kasus gigi mulut
kedokteran dan kedokteran gigi. pada pasien anak dan dewasa.
b) Menangani kegawatdaruratan akibat trauma
dentoalveolar.
c) Menangani kegawatdaruratan akibat penggunaan
obat-obatan.
d) Menangani kegawatdaruratan pada pasien dengan
kecemasan dan kompromis medis.

S
30
e) Melakukan tindakan pertolongan pertama (Basic
Life Support / BLS) pada kegawatdaruratan
medik.
13.1.9 Menentukan rujukan untuk pembuatan alat Membuat surat rujukan kepada Laboratorium
preventif, restorasi, rehabilitati Teknik Kedokteran Gigi

13.2. Mampu mengembangkan hubungan kerjasama13.2.1. Bekerja dalam tim secara efektif dan efisien
a) Bekerja sama secara terintegrasi intradisiplin
dengan pihak lain yang terkait dalam rangka untuk mencapai kesehatan gigi mulut yang prima bidang ilmu kedokteran gigi secara professional
mencari solusi masalah kesehatan gigi mulut dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi
pasien mulut.
b) Bekerja sama interdisiplin secara profesional
dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi
mulut.
c) Melakukan rujukan kepada sejawat yang lebih
kompeten secara interdisiplin dan intradisiplin

Domain V : Kesehatan Gigi Mulut Masyarakat


Menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi mulut yang prima

Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar

14. Melakukan Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut Masyarakat

14.1.Mampu menyelesaikan masalah-masalah


14.1.1. Mendiagnosis masalah kesehatan gigi muluta) Menilai kesehatan gigi mulut masyarakat dengan
kesehatan gigi mulut masyarakat berbasis masyarakat menggunakan data hasil survei, data epidemiologi
teknologi informasi sebagai penunjang tindakan dan evidence based dentistry.
promotif dan preventif yang dilaksanakan secara b) Mengidentifikasi faktor risiko yang berkaitan
bersama-sama tim pelayanan kesehatan dari dengan masalah kesehatan gigi mulut masyarakat.
sistem jejaring kerja (networking) untuk mencapai c) Merencanakan program kesehatan gigi mulut
masyarakat berdasarkan prioritas masalah.
tingkat kesehatan gigi mulut masyarakat yang
optimal.

S
31
14.1.2. Melakukan upaya promotif dan preventif padaa) Menerapkan strategi promotif dan preventif
masyarakat kesehatan gigi mulut masyarakat.
b) Mengevaluasi program kesehatan gigi mulut
masyarakat yang telah dilaksanakan.

14.1.3. Menggunakan teknologi informasi untuka) Memanfaatkan teknologi informasi untuk


kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat program kesehatan gigi mulut masyarakat.
b) Memanfaatkan teknologi informasi untuk
penelusuran informasi dan sumber belajar di
bidang kesehatan gigi masyarakat.
c) Memanfaatkan teknologi informasi untuk
pengumpulan dan pengolahan data di bidang
kesehatan gigi masyarakat
14.1.4. Bekerja dalam tim serta membuat sistem jejaringa) Melakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan
kerja (networking) yang efektif dan efisien dalam lain dan masyarakat, dalam upaya mencapai
usaha menuju kesehatan gigi mulut yang optimal kesehatan gigi mulut masyarakat
b) Membangun sistem jejaring kerja dalam
pelaksanaan program kesehatan gigi mulut
masyarakat
c) Melakukan jejaring kerja dengan masyarakat dan
instansi terkait dalam upaya pemberdayaan
masyarakat

15. Manajemen Perilaku

15.1.Mengelola masalah perilaku kesehatan individu


15.1.1.Mengidentifikasi kebutuhan pola pikir, sikap dana) Mengidentifikasi perilaku kesehatan individu,
maupun masyarakat secara komprehensif dalam perilaku yang mendukung peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan gigi
rangka promosi kesehatan gigi mulut individu dan gigi mulut individu dan masyarakat berdasarkan mulut.
masyarakat. kelompok umur. b) Memotivasi perilaku hidup sehat individu,
keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan gigi
mulut.
c) Menerapkan metoda pendekatan untuk mengubah

S
32
perilaku kesehatan gigi mulut individu serta
masyarakat berorientasi kuratif menjadi preventif.
d) Membuat penilaian perubahan perilaku kesehatan
gigi mulut individu serta masyarakat
15.2. Mengembangkan kemampuan manajerial dan15.2.1. Menerapkan prinsip-prinsip manajemen dan Melaksanakan perencanaan, pengelolaan,
kepemimpinan dalam upaya meningkatkan organisasi kesehatan. pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi.
kesehatan masyarakat.
Menerapkan kerangka berfikir sebagai pemimpin
15.2.2. Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam organisasi kesehatan.
dalam manajemen kesehatan.

Domain VI : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi


Menerapkan fungsi manajemen dalam menjalankan praktik kedokteran gigi

Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang Kemampuan Dasar


16. Manajemen Praktik dan Lingkungan Kerja
16.1. Mengembangkan strategi pelaksanaan manajemen
16.1.1. Melakukan penataan manajemen serta tatalaksanaa) Melaksanakan manajemen praktik dan tatalaksana
praktik dan tatalaksana lingkungan kerja lingkungan kerja praktik kedokteran gigi sesuai standar pelayanan kedokteran gigi.
kedokteran gigi dengan mempertimbangkan b) Membuat perencanaan praktik kedokteran gigi
aspek-aspek sosial. yang efektif dan efisien.
c) Membuat pengorganisasian dalam menjalankan
praktik kedokteran gigi.
d) Melaksanakan pemantauan atau mengevaluasi
praktik kedokteran gigi.
e) Menerapkan sistem pembiayaan kesehatan.

a) Melaksanakan pengendalian infeksi silang.


b) Melaksanakan keselamatan kerja.
c) Mengantisipasi faktor-faktor kegagalan tindakan

S
33
medis yang telah direncanakan (nyaris cidera,
kejadian tidak diharapkan /KTD)
16.1.2. Melaksanakan prinsip-prinsip keselamatan pasien
(patien safety) dalam praktik kedokteran gigi.

S
34
2.3. Standar Proses
Standar proses pada pendidikan akademik
merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran untuk memperoleh
capaian pembelajaran lulusan, yang mencakup beberapa hal sebagai berikut

1) Standar proses mencakup karakteristik proses pembelajaran, perencanaan


proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan beban belajar
mahasiswa. Karakteristik proses pembelajaran meliputi interaktif, holistik,
integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat
pada mahasiswa yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Gigi, rumah sakit
pendidikan, wahana pendidikan kedokteran, dan/atau masyarakat.

2) Proses pendidikan akademik dilaksanakan dengan strategi pembelajaran yang


berpusat pada mahasiswa, berdasarkan masalah kesehatan perorangan dan
masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terintegrasi secara horizontal dan vertikal, elektif, serta terstruktur dan
sistematik.
3) Proses pendidikan harus memperhatikan keselamatan pasien, masyarakat,
mahasiswa, dan dosen.
4) Proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk interaksi antara dosen,
mahasiswa, pasien, masyarakat dan sumber belajar lainnya dalam lingkungan
belajar tertentu sesuai dengan kurikulum yang dilaksanakan dengan
pendekatan pendidikan interprofesi kesehatan berbasis praktik kolaborasi yang
komprehensif.
5) Beban belajar mahasiswa dan capaian pembelajaran lulusan pada proses
Pendidikan Kedokteran dinyatakan dalam sistem blok dan/atau modul yang
dapat disetarakan dengan satuan kredit semester.
6) Program profesi dokter dan dokter gigi dilaksanakan paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun.

2.4. Standar Rumah Sakit Pendidikan


1) Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang mempunyai fungsi
sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu
dalam bidang Pendidikan Pendidikan Dokter Gigi, pendidikan berkelanjutan,

S
35
dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.
2) Rumah sakit yang memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dapat ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan.
3) Rumah sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan
koordinasi, kerja sama, dan pembinaan terhadap wahana pendidikan
kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.5. Standar Wahana Pendidikan Dokter Gigi


1) Wahana pendidikan kedokteran gigi bagi mahasiswa program sarjana
kedokteran gigi merupakan fasilitas pelayanan kesehatan selain rumah sakit
pendidikan yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Pendidikan
Kedokteran.
2) Wahana pendidikan kedokteran gigi dapat berupa pusat kesehatan masyarakat,
laboratorium, klinik, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya selain rumah
sakit pendidikan yang memenuhi persyaratan proses pendidikan.
3) Fasilitas pelayanan kesehatan harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.

2.6. Standar Dosen


Dosen pada pendidikan profesi dokter gigi harus memenuhi kriteria minimal sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi, yaitu:
1) Dokter gigi yang memenuhi kualifikasi setara dengan jenjang KKNI 8 (delapan);
2) Telah teregistrasi sebagai dosen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3) Memiliki rekomendasi dari pemimpin rumah sakit pendidikan; dan
4) Memiliki rekomendasi dari Dekan Fakultas Kedokteran Gigi.
5) Dosen pada pendidikan profesi dapat berasal dari perguruan tinggi, rumah sakit
pendidikan, dan/atau wahana pendidikan kedokteran.
6) Dosen warga negara asing pada pendidikan profesi yang berasal dari perguruan tinggi,
rumah sakit pendidikan, dan/atau wahana pendidikan kedokteran dari negara lain harus
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.

S
36
2.7. Standar Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik sebagai berikut.
1. Tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akademik paling rendah lulusan program
diploma 3 (tiga) yang dinyatakan dengan ijazah sesuai dengan kualifikasi tugas pokok
dan fungsinya.
2. Tenaga kependidikan yang memerlukan keahlian khusus wajib memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan bidang tugas dan keahliannya.
3. Tenaga administrasi memiliki kualifikasi akademik paling rendah SMA atau sederajat.

2.8. Standar Penerimaan Calon Mahasiswa


Fakultas Kedokteran Gigi melaksanakan seleksi penerimaan calon mahasiswa,
memiliki ketentuan sebagai berikut.
1. Seleksi penerimaan calon mahasiswa sesuai dengan prinsip etika, akademik,
transparansi, berkeadilan, dan afirmatif.
2. Seleksi penerimaan calon mahasiswa, terdiri atas tes akademis, tes kesehatan,
tes bakat, tes kepribadian, dan persyaratan yang ditetapkan oleh perguruan
tinggi.
3. Fakultas Kedokteran Gigi dapat juga menyelenggarakan seleksi penerimaan
calon mahasiswa melalui jalur khusus dalam rangka program afirmasi.

2.9. Standar Sarana dan Prasarana


Standar sarana dan prasarana pembelajaran pada pendidikan profesi
merupakan kriteria minimal tentang sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan
isi dan proses pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan
pendidikan profesi pada fakultas kedokteran atau fakultas kedokteran gigi,
berdasarkan ketentuan sebagai berikut.
1. Jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana dan prasarana ditetapkan berdasarkan
rasio penggunaan sarana dan prasarana sesuai dengan karakteristik metode dan
bentuk pembelajaran, serta menjamin terselenggaranya proses pembelajaran
dan pelayanan administrasi akademik.
2. Ruangan laboratorium memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan keamanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Rumah sakit pendidikan menyediakan sarana, prasarana, dan peralatan yang

S
37
memadai untuk pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan modul pendidikan.
4. Kriteria sarana dan prasarana pada rumah sakit pendidikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.9.1 Sarana
Sarana pembelajaran pendidikan profesi pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan dilengkapi dengan teknologi yang sesuai dengan bidang, level
kompetensi, dan kualifikasi dan paling sedikit terdiri atas:
a) sistem infomasi rumah sakit;
b) teknologi informasi;
c) sistem dokumentasi;
d) audiovisual;
e) buku;
f) buku elektronik;
g) repositori;
h) peralatan pendidikan;
i) peralatan laboratorium keterampilan;
j) media pendidikan; dan
k) kasus sesuai dengan materi pembelajaran.

2.9.2. Prasarana
Prasarana pembelajaran pendidikan profesi fakultas kedokteran dan
kedokteran gigi paling sedikit terdiri atas:
a. Lahan
Lahan berada dalam lingkungan yang nyaman dan sehat, serta membangun suasana
akademik untuk menunjang proses pembelajaran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

b. Bangunan.
Bangunan memiliki:
1) Standar kualitas kelas A atau setara dan memenuhi persyaratan
berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
2) Memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan

S
38
keamanan;
3) Instalasi listrik dan air yang memadai; dan
4) Pengelolaan limbah domestik dan limbah khusus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
Bangunan terdiri atas:
1) Ruang kuliah;
2) Ruang tutorial atau ruang diskusi kelompok kecil yang menampung 10
hingga 15 mahasiswa dan dilengkapi dengan sarana untuk berdiskusi.;
3) Ruang jaga mahasiswa;
4) Ruang praktikum atau laboratorium;
5) Ruang keterampilan klinis digunakan untuk pelatihan keterampilan klinis
bagi maksimum 10 mahasiswa pada setiap sesi dan memiliki peralatan
sesuai dengan panduan uji kompetensi nasional
6) Ruang komputer;
7) Ruang dosen;
8) Ruang pengelola pendidikan;
9) Perpustakaan; dan
10) Penunjang kegiatan kemahasiswaan.

2.10. Standar pengelolaan


1. Pengelolaan Fakultas Kedokteran Gigi didasarkan pada prinsip tata kelola
yang baik mencakup transparansi, akuntabilitas, berkeadilan, obyektif, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Fakultas Kedokteran Gigi dipimpin oleh seorang dekan yang memiliki
kompetensi di bidang kedokteran gigi.
3. Fakultas Kedokteran Gigi paling sedikit memiliki struktur organisasi yang
mempunyai fungsi:
a. penyusunan kebijakan strategis;
b. penyusunan kebijakan taktis dan operasional;
c. pelaksanaan kebijakan; dan
d. pelaksanaan sistem penjaminan mutu internal.
1. Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan pendidikan profesi
memiliki pengelompokan disiplin ilmu pengetahuan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

S
39
2. Fakultas Kedokteran Gigi membuat prosedur operasional standar yang
mencakup pengembangan, implementasi, evaluasi kebijakan strategis, dan
operasional.
3. Fakultas Kedokteran Gigi memiliki sistem penganggaran, melaksanakan
analisis realisasi anggaran pada setiap tahun anggaran, dan menyampaikan
laporan keuangan auditan kepada pemangku kepentingan terkait.
4. Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan pendidikan profesi
menerapkan sistem penjaminan mutu internal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Fakultas Kedokteran Gigi menyampaikan laporan kinerja program studi,
minimal melalui Pangkalan Data Pendidikan Tinggi.
6. Hasil sistem penjaminan mutu internal digunakan untuk peningkatan mutu
Fakultas Kedokteran Gigi secara berkelanjutan.

2.11. Standar Pembiayaan


1. Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan pendidikan profesi
menyusun perencanaan dan mengalokasikan dana untuk program pendidikan
dan pengembangan inovasi pendidikan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
2. Fakultas Kedokteran Gigi juga menyusun satuan biaya yang dikeluarkan untuk
biaya investasi, biaya pegawai, biaya operasional, dan biaya perawatan secara
transparan, serta melaporkannya kepada Menteri melalui pemimpin perguruan
tinggi.
3. Perguruan tinggi menetapkan biaya pendidikan yang terjangkau sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Standar biaya yang menjadi acuan penetapan biaya pendidikan diatur dengan
Peraturan Menteri.
5. Biaya investasi untuk pendidikan profesi meliputi:
a) biaya penyediaan sarana dan prasarana;
b) pengembangan sumber daya manusia; dan
c) modal kerja tetap.
6. Biaya operasional meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, fakultas kedokteran, fakultas kedokteran
gigi, rumah sakit pendidikan, dan/atau masyarakat untuk proses pembelajaran

S
40
secara teratur dan berkelanjutan.
7. Biaya operasional tersebut paling sedikit terdiri atas:
a. Gaji dosen dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat pada
gaji;
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai; dan
c. Biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya listrik, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, dan asuransi.

2.12. Standar Penilaian


1. Standar penilaian pada pendidikan profesi merupakan kriteria minimal tentang
penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa dalam rangka pemenuhan capaian
pembelajaran lulusan.
2. Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan pendidikan profesi harus
menetapkan pedoman mengenai:
a) prinsip penilaian;
b) regulasi penilaian;
c) metode dan instrumen penilaian;
d) mekanisme dan prosedur penilaian;
e) pelaksanaan penilaian;
f) pelaporan penilaian; dan
g) kelulusan mahasiswa.
3. Prinsip penilaian mencakup:
a) valid;
b) andal;
c) edukatif;
d) otentik;
e) objektif;
f) adil;
g) akuntabel; dan
h) transparan.
4. Penetapan standar penilaian sesuai dengan rencana dan capaian pembelajaran.
5. Pelaksanaan penilaian selama proses pendidikan dilakukan oleh dosen
dan/atau tim dosen.

S
41
6. Fakultas Kedokteran Gigi menetapkan rumus untuk menentukan penilaian
akhir hasil pembelajaran mahasiswa berdasarkan hasil penilaian dari setiap
pelaksanaan penilaian.
7. Setiap mahasiswa pendidikan profesi wajib mengikuti uji kompetensi pada
akhir pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
8. Mahasiswa dinyatakan lulus apabila telah menempuh seluruh beban belajar
yang ditetapkan dan memiliki capaian pembelajaran lulusan yang ditargetkan
oleh program studi, serta lulus uji kompetensi.
9. Mahasiswa yang dinyatakan lulus berhak memperoleh sertifikat profesi dan
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan.

2.13. Standar Penelitian


1. Standar penelitian pendidikan profesi merupakan kriteria minimal mengenai
sistem penelitian pada fakultas kedokteran dan fakultas kedokteran gigi.
2. Fakultas Kedokteran Gigi melaksanakan penelitian dalam ruang lingkup ilmu
kedokteran dan ilmu kedokteran gigi yang disesuaikan dengan perkembangan
ilmu kedokteran dan/atau ilmu kedokteran gigi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Penelitian yang menggunakan manusia dan hewan percobaan sebagai subjek
penelitian harus lolos kaji etik dari komite etik bidang kedokteran dan
kedokteran gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Fakultas Kedokteran Gigi memiliki kebijakan yang mendukung keterkaitan
antara penelitian dengan pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat serta
menetapkan prioritas penelitian beserta sumber daya penunjangnya.
5. Fakultas Kedokteran Gigi menyelenggarakan program penelitian untuk
mahasiswa sesuai dengan jenjang pendidikan di bawah bimbingan dosen.
6. Fakultas Kedokteran Gigi mengalokasikan anggaran untuk menjamin aktivitas
penelitian yang mendukung Pendidikan Kedokteran paling sedikit 5% (lima
persen) dari anggaran operasional fakultas kedokteran dan fakultas kedokteran
gigi.

2.14. Standar Pengabdian kepada Masyarakat


1. Standar pengabdian kepada masyarakat pendidikan profesi merupakan kriteria

S
42
minimal tentang penerapan, pengamalan, dan pembudayaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang berbentuk pelayanan
kesehatan kepada masyarakat mengutamakan keselamatan pasien dan
masyarakat.
3. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh Fakultas
Kedokteran Gigi merupakan bagian dari penyelenggaraan Pendidikan
Kedokteran.
4. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan oleh dosen berdasarkan
penugasan perguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.15. Standar Kontrak Kerja Sama Rumah Sakit Pendidikan dan/atau Wahana
Pendidikan Dokter Gigi dengan Program Studi Penyelenggara Pendidikan
Dokter Gigi.

1. Kontrak kerja sama dilakukan oleh fakultas kedokteran atau fakultas


kedokteran gigi yang menyelenggarakan pendidikan profesi atas nama
perguruan tinggi dengan rumah sakit pendidikan dan/atau wahana pendidikan
kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Kontrak kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a) jaminan ketersediaan sumber daya yang mendukung terlaksananya
proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat;
b) penyelenggaraan proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat;
c) pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat;
d) penciptaan suasana akademik yang kondusif; dan medikolegal manajemen
pendidikan, dan daya tampung peserta didik.

2.16. Standar Pemantauan dan Pelaporan.


1. Program profesi dokter gigi diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi Mandiri
Pendidikan Tinggi Kesehatan.
2. Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan program Pendidikan

S
43
Profesi Dokter Gigi melakukan pemantauan dan pelaporan implementasi
kurikulum secara berkala.
3. Hasil pemantauan dan pelaporan implementasi kurikulum digunakan sebagai
bahan perbaikan kurikulum Pendidikan Dokter Gigi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana menyampaikan data penyelenggaraan
Pendidikan Profesi Dokter Gigi melalui Pangkalan Data Pendidikan Tinggi.

S
44
BAB 3.
PENUTUP

Penyusunan Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia (SP2DGI)


merupakan upaya para pendidik di bidang kedokteran gigi untuk menghasilkan lulusan
dokter gigi yang mempunyai kemampuan berdaya saing internasional dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni kedokteran gigi. Standar
Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia ini juga merupakan referensi dalam
meningkatkan proses belajar mengajar sesuai dengan capaian pembelajaran lulusan,
menyusun kurikulum dan menetapkan masa studi di Institusi Pendidikan Dokter Gigi.
Untuk menciptakan profesionalisme seorang dokter gigi yang kompeten di
bidangnya diharapkan SP2DGI ini dapat dijadikan panduan atau pedoman praktis
dalam menyelenggarakan pendidikan dokter gigi di Indonesia bersama-sama dengan
pemangku kepentingan lainnya Kemristekdikti, Kemkes, KKI/KKG, PDGI dan
ARSGMP.
Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Indonesia perlu selalu diperbaruhi
disesuaikan dengan sistem pendidikan dokter gigi yang bersifat dinamis, adaptif dan
akomodatif terhadap perkembangan jaman dengan adanya globalisasi.

S
45
Daftar Pustaka

1. Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.


2. Undang-Undang RI No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
3. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2014 tentang Pendidikan Kedokteran.
4. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan.
5. Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI).
6. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI No. 44 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
7. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI No. 18 Tahun 2018
tentang Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1419/MenKes/Per/X/2005 tentang
Penyelenggaran Praktik Dokter/Dokter Gigi.
9. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No.1/2005 tentang Registrasi Dokter / Dokter
Gigi.
10. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 30/2013 tentang Standar Pendidikan
Profesi Dokter Gigi.
11. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 40/2015 tentang Standar KOmpetensi
Dokter Gigi.
12. Pedoman Pendidikan Dokter Gigi Indonesia. 2017. Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi
Indonesia

13. Miller, 1990; Shumway dan Harden, 2003 Tingkat kemampuan klinis menurut
Piramida Miller.

S
46
Lampiran
Daftar pokok bahasan ini disusun berdasarkan masing-masing domain kompetensi sebagai
berikut :

Domain 1

Nomor
NO Pokok Bahasan
Kompetensi

1 1.1.1 Konsep dasar profesi kedokteran gigi / Dasar filosofi ilmu kedokteran gigi
Dasar-dasar etika, disiplin, dan hukum
2 1.1.1
Kesehatan

3 Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia (Kodekgi)


4 1.1.2 Wajib simpan rahasia kedokteran
5 1.1.3 Hak dan kewajiban dokter dan pasien

6 1.2.1 Transaksi therapeutic

7 1.2.2 Pola hubungan dokter pasien


8 1.2.2 Konsep Informed Consent

9 1.2.3 Etika rujukan

10 1.3.1 Hukum Kesehatan


11 1.3.2 Peraturan dan Perundang-undangan Kedokteran Gigi
Etik, Disiplin, dan Hukum dalam berbagai
12 1.3.3
model Praktik Kedokteran Gigi
13 2.1.1 Konsep dasar kesahihan

14 2.1.2 Konsep dasar statistik kesehatan

2.2.1
15 Kaidah penulisan dan laporan ilmiah
2.2.2
16 2.3.1 Penatalaksanaan pemecahan masalah
17 2.3.2 Produk dan teknologi Kedokteran Gigi

18 2.4.1 Keterampilan pemanfaatan Evidence-based Dentistry

19 2.4.2 Informasi, Komunikasi, dan Edukasi Kedokteran Gigi


3.1.1
20 3.1.2 Keterampilan berkomunikasi dan berbahasa
3.1.3

S
47
Tata cara pembuatan surat rujukan pada
21 3.1.4 dokter lain, pemeriksaan penunjang, dan ke laboratorium teknik
kedokteran gigi

22 4.1.1 Pemahaman filsafat Pancasila dan identitas nasional

23 4.1.1 Pemahaman agama (sesuai yang dianut)

4.1.2
24 Kewarganegaraan dalam konteks sistem pelayanan kesehatan
4.1.3
25 4.1.2 Hak asasi manusia

26 4.1.3 Interprofesional Education

Domain 2
Nomor
NO Pokok Bahasan
Kompetensi
1 5.1.1 Konsep biologi sel

2 5.1.1 Mikroorganisme penyebab gangguan medis

3 5.1.1 Fisiologi organisme


4 5.1.1 Konsep Imunologi

5 5.1.1 Konsep Farmakologi


6 5.1.2 Sistem tubuh manusia

7 5.1.2 Endokrin dan Imunitas

8 5.1.2 Metabolisme tubuh

9 5.1.2 Kelainan rongga mulut akibat gangguan sistem tubuh

10 5.1.3 Embriologi dentokraniofasial


11 5.1.3 Pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial

12 5.1.4 Penyakit infeksi


13 5.1.4 Penyakit noninfeksi

14 5.1.5 Teknik Aseptik dalam Kedokteran Gigi

15 5.1.6 Farmakologi terapi

16 5.1.7 Konsep radiasi dan sinar-X (Radiologi umum)

Ilmu Kedokteran Klinik dalam hubungannya dengan sistem


17 6.1.1
Stomatognatik

18 6.1.2 Manifestasi oral penyakit dan kelainan sistemik

S
48
19 6.1.3 Tata laksana manifestasi oral penyakit / kelainan sistemik
20 7.1.1 Dasar dan konsep biologi oral

21 7.1.1 Dasar dan konsep biologi molekuler


22 Dasar dan konsep biomaterial dan teknologi Kedokteran Gigi (termasuk
7.1.1
kajian Fisika dan Kimia dalam Kedokteran Gigi)
23 7.1.2 Konsep penelitian ilmu kedokteran gigi dasar

24 7.1.3 Konsep ilmu kedokteran gigi dasar

25 7.1.4 Biomaterial Kedokteran Gigi untuk pengembalian fungsi Stomatognatik


26 Interpretasi radiografik dan hasil pemeriksaan laboratoris untuk diagnosis
7.1.5
penyakit dan kelainan pada sistem Stomatognatik
27 8.1.1 Konsep tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
28 8.1.2 Konsep tatalaksana pengembalian fungsi sistem stomatognatik

Domain 3

Nomor
No Pokok Bahasan
Kompetensi

1 9.1.1 Pemeriksaan subjektif

2 9.1.2 Pemeriksaan sistem stomatognatik dan pemeriksaan keadaan umum

Penentuan Pemeriksaan penunjang lab:


a) Darah rutin
3 9.1.3 b) Sitologi
c) Mikrobiologi
d) Biopsi

4 9.1.4 Interpretasi pemeriksaan laboratoris


5 9.1.5 Penentuan pemeriksaan radiologi intra oral dan ekstra oral

6 9.1.6 Penggunaan alat foto sinar X intra oral

7 9.1.7 Penggunaan alat foto sinar X ekstra oral panoramik dan sefalometri

Interpretasi hasil pemeriksaan radiologi intra oral dan ekstra oral secara
8 9.1.8
umum

9.1.9 Analisis kondisi fisik, psikologis, dan sosial melalui pemeriksaan klinis
9
9.2.3 untuk merencanakan penatalaksanaan lebih lanjut

10 9.2.1 Komunikasi efektif antar pribadi dengan pasien, atau pendamping pasien

S
49
11 9.2.2 Konsep dasar perilaku pasien berkebutuhan khusus
12 9.3.1 Konsep dasar rekam medik

13 Pengisian rekam medis dengan metode SOAP.

14 9.3.2 Pengelolaan rekam medik

15 9.3.3 Rencana Perawatan medis gigi


Analisis riwayat penyakit, temuan klinis, laboratoris, radiografis, penyakit
16 10.1.1
gigi mulut

17 10.1.1 Diagnosis sementara, diagnosis kerja, dan prognosis penyakit gigi mulut

18 10.1.2 Konsep dasar karies

19 10.1.2 Konsep dasar kelainan jaringan periodontal


20 10.1.3 Gambaran jaringan pulpa sehat dan tidak sehat
21 10.1.4 Gambaran Jaringan periodontal sehat dan tidak sehat

Hubungan penyimpangan tumbuh kembang sistem kraniomaksilofasial


22 10.1.5
dengan maloklusi.

23 10.1.6 Kelainan kelenjar saliva


24 10.1.7 Gambaran klinis berbagai penyakit mukosa mulut
25 10.1.8 Konsep kehilangan gigi

26 10.1.9 Konsep kelainan oklusal dan gangguan fungsi mastikasi


27 10.1.10 Identifikasi kelainan oromaksilofasial
28 10.1.11 Hubungan kebiasaan buruk dan kelainan oromaksilofasial

Identifikasi kelainan dental, skeletal, dan fasial akibat gangguan tumbuh


29 10.1.12
kembang serta hubungannya dengan fungsi dan estetik

Manifestasi berbagai penyakit sistemik di rongga mulut pada pasien


30 10.1.13
medik kompromis

Penentuan derajat resiko penyakit rongga mulut di berbagai usia untuk


31 10.1.14
penetapan prognosis

Identifikasi kelainan kongenital dan herediter yang ditemukan dalam


32 10.1.15
rongga mulut

Analisis derajat risiko penyakit Gigi Mulut untuk menentukan rencana


33 11.1.1
perawatan.

Pengelolaan ketidaknyamanan dan kecemasan pasien dalam pelaksanaan


34 11.1.2
perawatan

35 11.1.3 Rencana pelayanan preventif berdasarkan analisis penyakit

36 11.1.4 Rencana perawatan Gigi Mulut pasien dengan medik kompromis

S
50
Rencana perawatan secara komprehensif dan rasional sesuai dengan
36 11.1.5
diagnosis
37 11.1.6 Konsep informed consent

38 11.1.7 Hak dan kewajiban pasien dalam manajemen waktu dan biaya perawatan

39 Prinsip inter professional collaboration untuk menunjang keberhasilan


11.1.8
perawatan.
40 11.2.1
Prinsip rujukan intra dan inter disiplin
11.2.2

Domain 4

Nomor
NO POKOK BAHASAN
Kompetensi
1 12.1.1 Penulisan resep
2 12.1.2 Pendekatan farmakologik dan non farmakologik untuk mengatasi rasa
sakit, rasa takut, dan kecemasan

3 12.1.3 Prinsip anastesi local

4 13.1.1 Penentuan indikasi perawatan konservasi gigi sulung dan gigi permanen
5 13.1.2 Konsep isolasi gigi geligi
6 13.1.3 Prinsip-prinsip preparasi gigi sulung dan gigi permanen
7 13.1.4 Restorasi gigi sulung dan gigi permanen
8 13.1.5 Prinsip-prinsip mempertahankan vitalitas pulpa pada gigi sulung dan
permanen

9 13.1.6 Prinsip-prinsip perawatan endodontik pada gigi sulung dan gigi permanen
10 13.1.7 Restorasi pasca perawatan endodontic

11 13.1.8 Prinsip-prinsip tindaklanjut perawatan endodontik


12 13.2.1 Penentuan indikasi perawatan penyakit periodontal

13 13.2.2 Konsep perawatan inisial

14 13.2.3 Prinsip-prinsip tindakan pengendalian faktor etiologi sekunder kelainan


periodontal

15 13.2.4 Prinsip-prinsip tindakan bedah periodontal


16 13.2.5 Prinsip-prinsip evaluasi perawatan jaringan periodontal

17 13.3.1 Penentuan indikasi perawatan maloklusi dental dan skeletal


18 13.3.2 Prinsip-prinsip tindakan pencegahan maloklusi dental
19 13.3.3 Faktor penentu keberhasilan perawatan ortodonsia

S
51
20 13.3.4 Prinsip-prinsip tindakan perawatan maloklusi dental
21 13.3.5 Prinsip-prinsip evaluasi hasil perawatan maloklusi dental
22 13.4.1 Penentuan indikasi tindakan bedah mulut
23 13.4.2 Prinsip-prinsip tindakan pencabutan gigi sulung dan gigi permanen

24 13.4.3 Prinsip-prinsip tindakan bedah pada jaringan keras dan jaringan


lunak
25 13.4.4 Prinsip-peinsip bedah preprostetik sederhana
26 13.4.4 Prinsip-prinsip penanggulangan komplikasi pasca bedah minor
27 13.4.5 Prinsip-prinsip reposisi trauma dentoalveolar
28 13.4.6 Prinsip-prinsip penanggulangan komplikasi pasca bedah minor
29 13.4.7 Prinsip-prinsip evaluasi hasil perawatan pasca bedah minor
30 13.5.1 Penentuan indikasi perawatan non bedah lesi jaringan lunak mulut
31 13.5.2 Prinsip-prinsip penatalaksanaan lesi-lesi jaringan lunak mulut secara
farmakologik dan non farmakologik
32 13.5.3 Prinsip-prinsip pemeliharan kesehatan jaringan lunak mulut
33 13.5.4 Prinsip-prinsip evaluasi hasil perawatan non bedah lesi jaringan
lunak mulut
34 13.6.1 Penentuan indikasi perawatan kelainan sendi temporomandibular
dan oklusi dental
35 13.6.2 Prinsip-prinsip tindakan perawatan kelainan oklusi dental dengan
koronoplasti
36 13.6.3 Prinsip-prinsip tindakan awal perawatan TMJ non bedah
37 13.6.4 Prinsip-prinsip tindakan evaluasi hasil perawatan non bedah
temporomandibular dan oklusi dental
38 13.7.1 Penentuan indikasi perawatan kehilangan gigi-geligi permanen
39 13.7.2 Prinsip-prinsip tindakan perawatan kasus kehilangan gigi geligi
permanen dengan gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan.
40 13.7.3 Prinsip-prinsip pemilihan gigi penyangga gigi tiruan
41 13.7.4 Penanggulangan masalah pasca pemasangan gigi tiruan
42 13.7.5 Evaluasi pasca pemasangan gigi tiruan
43 13.8.1 Penentuan indikasi kegawatdaruratan medik dental

44 13.8.2 Prinsip-prinsip tindakan kegawatdaruratan medik


45 13.8.3 Prinsip-prinsip tindakan kegawatdaruratan gigi mulut

46 13.8.4 Prinsip-prinsip tindakan pengelolaan kegawatdaruratan akibat


penggunaan bahan anastesi lokal dan obat-obatan
47 13.8.5 Prinsip-prinsip tindakan pengelolaan kegawatdaruratan akibat
trauma gigi mulut
48 13.8.6 Evaluasi pasca pengelolaan kegawatdaruratan medik dental

S
52
49 13.9.1 Prinsip-prinsip tindakan kerjasama terintegrasi secara profesional di
bidang kedokteran gigi (intradisiplin)
13.9.2
50 13.9.3 Prinsip-prinsip tindakan rujukan di bidang kedokteran gigi interdisiplin
(Inter Professional Collaboration) dan intradisiplin
16.3.1

Domain 5
Nomor
NO Pokok Bahasan
Kompetensi

1 14.1.1 Konsep dasar kesehatan masyarakat


14.1.2
14.1.3

2 14.1.1 Konsep dasar kesehatan Gigi Mulut di masyarakat


14.1.2
14.1.3
3 14.1.1 Konsep dasar penilaian masalah kesehatan Gigi Mulut masyarakat
berdasarkan data
14.1.2
14.1.3

4 14.1.1 Faktor determinan sosiodemografi dalam bidang kesehatan Gigi Mulut


masyarakat
14.1.2
14.1.3
5 14.1.2 Faktor risiko dalam kesehatan Gigi Mulut masyarakat

6 14.1.3 Perencanaan, implementasi dan evaluasi program Kesehatan Gigi Mulut


14.2.3

7 14.2.1 Komunikasi dalam Kesehatan Gigi Mulut masyarakat


8 14.2.2 Strategi Promotif dan Prefentif dalam kesehatan gigi mulut berbasis
komunitas
14.4.1
14.4.2
14.4.3

9 14.3.1 Pemanfaatan teknologi informasi dalam program Kesehatan Gigi Mulut


masyarakat
14.3.2
14.3.3

10 14.3.1 Sistem informasi rekam medis

S
53
11 14.3.2 Sistem informasi di bidang kesehatan
14.3.3
14.4.1

12 14.3.3 Biostatistik berbasis komputer


13 14.4.1 Pengorganisasian sumber daya manusia dalam upaya mencapai Kesehatan
Gigi Mulut masyarakat
14.4.2

14 15.1.1 Perilaku dan Perilaku Kesehatan


15 15.1.2 Motivasi Perilaku Hidup Sehat
15.1.5
16 15.1.3 Metode Pendidikan untuk mengubah Perilaku
15.1.4
15.1.5
17 15.1.4 Evaluasi perubahan Kesehatan Gigi Mulut individu dan masyarakat

18 14.1.3 Pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kesehatan Gigi Mulut


14.4.2
14.4.3

S
54
Domain 6

NO Nomor Pokok Bahasan


Kompetensi

1 16.1.1 Konsep manajemen dan tatalaksana praktik kedokteran gigi


2 Perizinan dan akreditasi praktik kedokteran gigi dan fasilitas kesehatan

3 16.1.2 Prinsip-prinsip pembuatan rencana praktik kedokteran gigi

4 16.1.3 Konsep organisasi praktik kedokteran gigi


5 16.2.1 Prinsip Ergonomik Kedokteran Gigi
6 16.2.2 Prinsip-prinsip penerapan kesehatan dan keselamatan Kerja

7 Prinsip-prinsip pengelolaan dampak praktik terhadap lingkungan berbasis


16.2.3
green dentistry

8 Prinsip-prinsip penerapan strategi promotif dan preventif kesehatan gigi


16.2.4
mulut

9 16.2.5 Prinsip-prinsip evaluasi program kesehatan gigi mulut masyarakat


10 Prinsip-prinsip prosedur perawatan gigi secara team work dengan
16.3.1
mengedepankan aspek profesionalisme

11 Prinsip komunikasi efektif dalam hubungan dokter-tenaga kesehatan-


16.3.2
pasien-masyarakat

12 16.3.3 Prinsip penerapan pendekatan holistik dalam intervensi klinis

S
55
Lampiran 2

Daftar Penyakit/Kelainan Sistem Stomatognati

Penyakit/kelainan di dalam daftar ini dikelompokkan berdasarkan komponen sistem


stomatognati yaitu:
(1) Jaringan keras gigi
(2) Jaringan pendukung gigi
(3) Jaringan lunak rongga mulut
(4) Tumbuh kembang orokraniofasial
(5) Sendi temporomandibular
(6) Kelenjar ludah
(7) Jaringan keras selain gigi
(8) Kegawatdaruratan medik dan dental
Tingkat pencapaian yang diharapkan dari penyakit (level of expected ability) tersebut di atas
yang harus dicapai pada akhir masa Pendidikan adalah sebagai berikut.
LEVEL KETERANGAN

1 mengenali dan menjelaskan.


2 mendiagnosis dan merujuk
3A mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk bukan kasus
gawat darurat
3B mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk kasus gawat
darurat sesudah kembali dari rujukan.
4 mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas yang
dicapai pada saat lulus dokter gigi

S
56
1. Disorders of tooth development and eruption
Excl.:embedded and impacted teeth

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3A 3B 4A 4B

1 Anodontia 2

2 Hypodontia 2

3 Oligodontia 2

4 Supernumerary teeth 2

5 Distomolar 2

6 Fourth molar 2

7 Mesiodens 3A

8 Paramolar 2

9 Supplementary teeth 2

10 Abnormalities of size and form of 4


teeth
11 Concrescence 3A

12 Fusion 3A

13 Gemination 3A

Dens:
14 • evaginatus 3A
• in dente
• invaginatus
15 Enamel pearls 3A

Macrodontia
16 3A

Microdontia
17 3A

Peg-shaped [conical] teeth


18 3A

19 Taurodontism 2

S
57
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3A 3B 4A 4B

Tuberculum paramolare
20 2

21 Mottled teeth 2

22 Dental fluorosis 3A

23 Mottling of enamel 3A

24 Nonfluoride enamel opacities 3A

25 Disturbances in tooth formation 2

26 Aplasia and hypoplasia of cementum 3A

27 Dilaceration of tooth 3A

Enamel hypoplasia
28 3A
(neonatal/postnatal/prenatal)

29 Regional odontodysplasia 3A

30 Turner tooth 3A

31 Hereditary disturbances in tooth 2


structure, not elsewhere classified
Amelogenesis
32 2
imperfecta

33 Dentinogenesis imperfect 2

34 Odontogenesis imperfect 2

35 Dentinal dysplasia 2

36 Shell teeth 2

37 Disturbances in tooth eruption 2

38 Dentia praecox 2

39 Natal tooth 2

40 Neonatal tooth 2

Premature: 3A
41 • eruption of tooth
• shedding of primary
[deciduous] tooth
42 Retained [persistent] primary tooth 4

S
58
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3A 3B 4A 4B

43 Teething syndrome 2

Other disorders of tooth development


Colour changes during tooth
44 3A
formation
Intrinsic staining of teeth NOS

Disorder of tooth development,


45 unspecified 3A
Disorder of odontogenesis NOS

2. Embedded and impacted teeth


Excl.:embedded and impacted teeth with abnormal position of such teeth or adjacent teeth (K07.3)

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

1 2
Embedded teeth
2 3A
Impacted teeth

3. Dental Caries

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

1 Caries limited to enamel White spot 4


lesions (initial caries)
2 4
Caries of dentine
3 4
Caries of cementum
4 4
Arrested dental caries
Odontoclasia 3A

5 Infantile melanodontia
Melanodontoclasia

6 4
Caries with pulp exposure
7 4
Other dental caries
8 3A
Dental caries, unspecified

S
59
4. Other diseases of hard tissues of teeth
Excl.: bruxism, dental caries, teeth-grinding NOS

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Excessive attrition of teeth

• Wear:
1 o Approximalof teeth 3A
o Occlusal of teeth

Abrasion of teeth

• Abrasion of teeth:
o Dentifrice
2 o Habitual 3A
o Occupational
o Ritual
o Traditional
• Wedge defect NOS of teeth
Erosion of teeth
Erosion of teeth:
• NOS
• due to:
3 o diet 3A
o drugs and
medicaments
o persistent vomiting
• idiopathic
• occupational

Pathological resorption of teeth


4 Internal granuloma of pulp 2
Resorption of teeth (external)

Hypercementosis
5 2
Cementation hyperplasia

6 Ankylosis of teeth 2

Deposits [accretions] on teeth 4

7 Dental calculus:
• subgingival
• supragingival

S
60
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Deposits [accretions] on teeth:


• betel
• black
• green
• materia alba
• orange
• tobacco
Staining of teeth:
•NOS
•extrinsic NOS
Posteruptive colour changes of dental hard 3A
tissues
8
Excl.:
deposits [accretions] on teeth

Other specified diseases of hard tissues of 3A


teeth
9
Irradiated enamel
Sensitive dentine

10 Disease of hard tissues of teeth, 2


unspecified

5. Diseases of pulp and periapical tissues

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Pulpitis
Pulpitis:
•NOS
1 4
•acute
•chronic
(hyperplastic/ulcerative)
• irreversible
• reversible
Necrosis of pulp
2 Pulpal gangrene 4

3 Pulp degeneration 2

S
61
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Denticles
Pulpal:
•calcifications
•stones
Abnormal hard tissue formation in pulp
4 2
Secondary or irregular dentine

Acute apical periodontitis of pulpal origin


5 3A
Acute apical periodontitis NOS

Chronic apical periodontitis


6 Apical or periapical granuloma 4
Apical periodontitis NO

Periapical abscess with sinus


7 • Dental 4
• Dentoalveolar abscess
with sinus
Periapical abscess without sinus

8 • Dental 4
• Dentoalveolar abscess
NOS
• Periapical abscess NOS
Radicular cyst
Cyst:
• apical (periodontal)
9 • periapical 4
• residual radicular
Excl.:
lateral periodontal cyst

10 Other and unspecified diseases of pulp 2


and periapical tissues

6. Gingivitis and periodontal diseases

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

1 Acute gingivitis 3A

S
62
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Excl.:
acute necrotizing ulcerative
gingivitis
herpesviral [herpes simplex]
gingivostomatitis

Chronic gingivitis
Gingivitis (chronic):
2 • NOS 4
• desquamative
• hyperplastic
• simple marginal
• ulcerative
Acute periodontitis
Acute pericoronitis
Parodontal abscess
Periodontal abscess
3 3A
Excl.:
acute apical periodontitis
periapical abscess
periapical abscess with sinus

Chronic periodontitis
Chronic pericoronitis
4 Periodontitis: 4

• NOS
• complex
• simplex
Periodontosis
5 2
Juvenile periodontosis

6 Other periodontal diseases 2

7 Periodontal disease, unspecified 2

7. Other disorders of gingiva and edentulous alveolar ridge


Excl.:
atrophy of edentulous alveolar ridge

S
63
gingivitis:
• NOS
• acute
• chronic

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Gingival recession

1 Gingival recession 2
(generalized/localized/postinfective/post-
operative)

Gingival enlargement
2 2
Gingival fibromatosis

Gingival and edentulous alveolar ridge


lesions associated with trauma
3 3A
Irritative hyperplasia of edentulous ridge
(denture hyperplasia)

Other specified disorders of gingiva and


edentulous alveolar ridge

Fibrous epulis

4 Flabby ridge 3A
Giant cell epulis
Peripheral giant cell granuloma
Pyogenic granuloma of gingiva

5 Disorder of gingiva and edentulous 3A


alveolar ridge, unspecified

8. Dentofacial anomalies [including malocclusion]


Excl.:
hemifacial atrophy or hypertrophy
unilateral condylar hyperplasia or hypoplasia

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

S
64
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Major anomalies of jaw size


Hyperplasia, hypoplasia:
• mandibular
• maxillary
Macrognathism
(mandibular)(maxillary)
1 3A
Micrognathism
(mandibular)(maxillary)
Excl.:
acromegaly
Robin syndrome

Anomalies of jaw-cranial base relationship

Asymmetry of jaw
2 Prognathism 2
(mandibular)(maxillary)
Retrognathism
(mandibular)(maxillary)

Anomalies of dental arch relationship

Crossbite (anterior)(posterior)
Disto-occlusion
Mesio-occlusion
Midline deviation of dental arch
Openbite (anterior)(posterior)
3 3A
Overbite (excessive):

• deep
• horizontal
• vertical

Overjet
Posterior lingual occlusion of
mandibular teeth

Anomalies of tooth position


4 4
• Crowding

S
65
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

• Diastema
• Displacement
• Rotation
• Spacing, abnormal
• Transposition
• Impacted or embedded
teeth with abnormal
position of such teeth or
adjacent teeth

Excl.:
embedded and impacted
teeth without abnormal
position

5 2
Malocclusion, unspecified
Dentofacial functional abnormalities

Abnormal jaw closure


Malocclusion due to:

• abnormal swallowing
6 • mouth breathing 2
• tongue, lip or finger habits

Excl.:
bruxism
teeth-grinding NOS

Temporomandibular joint disorders

Costen complex or syndrome


Derangement of
temporomandibular joint
Snapping jaw
7 2
Temporomandibular joint-pain-
dysfunction syndrome
Excl.:
current temporomandibular joint:

• dislocation

S
66
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

• strain

8 2
Other dentofacial anomalies
9 2
Dentofacial anomaly, unspecified

9. Other disorders of teeth and supporting structures

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

1 Exfoliation of teeth due to systemic 3A


causes
2 Loss of teeth due to accident, extraction 4
or local periodontal disease
3 3A
Atrophy of edentulous alveolar ridge
4 4
Retained dental root
Other specified disorders of teeth and
supporting structures

Alveolar (process) cleft


5 3A
Enlargement of alveolar ridge NOS
Irregular alveolar process
Toothache NOS

6 Disorder of teeth and supporting 2


structures, unspecified

10. Cysts of oral region, not elsewhere classified


Incl.:
lesions showing histological features both of aneurysmal cyst and of another fibro-osseous
lesion
Excl.:
radicular cyst

S
67
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Developmental odontogenic cysts


Cyst:
•dentigerous
1 3A
•eruption
•follicular
•gingival
•lateral periodontal
•primordial
Developmental (nonodontogenic) cysts of
oral region

2 Cyst (of): 2
• nasolabial [nasoalveolar]
• nasopalatine duct [incisive
canal]
Other cysts of jaw
Cyst of jaw:
• NOS
• aneurysmal
• haemorrhagic
3 • traumatic 2
Excl.:
latent bone cyst of jaw
Stafne cyst

Other cysts of oral region, not elsewhere


classified

4 • Dermoid cyst of mouth 2


• Epidermoid cyst of mouth
• Lymphoepithelial cyst of
mouth
• Epstein pearl
5 Cyst of oral region, unspecified 2

11. Other diseases of jaws

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

S
68
Developmental disorders of jaws
Latent bone cyst of jaw

1 Stafne cyst 2
Torus:
• mandibularis
• palatinus
Giant cell granuloma, central
Giant cell granuloma NOS
2 2
Excl.:
peripheral giant cell granuloma

Inflammatory conditions of jaws

• Osteitis of jaw
(acute)(chronic)(suppurative)
• Osteomyelitis (neonatal) of jaw
(acute)(chronic)(suppurative)
3 • Osteonecrosis (drug- 2
induced)(radiation-induced) of
jaw
(acute)(chronic)(suppurative)
• Periostitis of jaw
(acute)(chronic)(suppurative)
• Sequestrum of jaw bone
Alveolitis of jaws
4 Alveolar osteitis 4
Dry socket

Other specified diseases of jaws


Cherubism

Exostosis of jaw
5 3A
Fibrous dysplasia of jaw
Unilateral condylar:
• hyperplasia
• hypoplasia
6 Disease of jaws, unspecified 2

S
69
12. Diseases of salivary glands

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

1 Atrophy of salivary gland 2

2 Hypertrophy of salivary gland 2

Sialoadenitis
Excl.:
3 2
epidemic parotitis
uveoparotid fever [Heerfordt]

4 Abscess of salivary gland 2

Fistula of salivary gland


5 Excl.: 2
congenital fistula of salivary gland

Sialolithiasis

6 • Calculus of salivary gland 2


or duct
• Stone of salivary gland or
duct
Mucocele of salivary gland
Mucous:
7 • extravasation cyst of salivary gland 3A
• retention cyst of salivary gland
Ranula

Disturbances of salivary secretion


Hypoptyalism
Ptyalism
8 2
Xerostomia
Excl.:
dry mouth NOS

Other diseases of salivary glands


Benign lymphoepithelial lesion of
9 salivary gland 1
Mikulicz disease
Necrotizing sialometaplasia

S
70
Sialectasia
Stenosis of salivary duct
Stricture of salivary duct
Excl.:
sicca syndrome [Sjögren]

Disease of salivary gland, unspecified


10 1
Sialoadenopathy NOS

13. Stomatitis and related lesions

Excl.:
cancrum oris , cheilitis, gangrenous stomatitis,
herpesviral [herpes simplex], gingivostomatitis nomal

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Recurrent oral aphthae


Aphthous stomatitis (major)(minor)
Bednar aphthae
1 Periadenitis mucosa necrotica 4
recurrens
Recurrent aphthous ulcer
Stomatitis herpetiformis

Other forms of stomatitis


Stomatitis:
2 4
• NOS
• denture
• ulcerative
• vesicular
Cellulitis and abscess of mouth
Cellulitis of mouth (floor)
3 3A
Submandibular abscess
Excl.:

S
71
abscess (of):
• periapical
• periodontal
• peritonsillar
• salivary gland
• tongue
Oral mucositis (ulcerative)
Mucositis(oral) (oropharyngeal):
• NOS
• drug-induced
4 • radiation induced 3A
• viral
Excl.:
mucositis (ulcerative) of
gastrointestinal tract (except oral
cavity and oropharynx)

14. Other diseases of lip and oral mucosa


Incl.: epithelial disturbances of tongue
Excl.: certain disorders of gingiva and edentulous alveolar ridge, cysts of oral region, diseases of
tongue stomatitis and related lesions

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Diseases of lips
Cheilitis:
• NOS
• angular
• exfoliative
• glandular
Cheilodynia
Cheilosis
1 4
Perlèche NEC
Excl.:
ariboflavinosis
cheilitis due to radiation-related
disorders
perlèche due to:
• candidiasis
• riboflavin deficiency

S
72
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

2 Cheek and lip biting 4

Leukoplakia and other disturbances of


oral epithelium, including tongue

• Erythroplakia of oral
epithelium, including
tongue
• Leukoedema of oral
3 epithelium, including 4
tongue
• Leukokeratosis nicotina
palate
• Smoker palate
Excl.:
hairy leukoplakia

4 Hairy leukoplakia 4

Granuloma and granuloma-like lesions of


oral mucosa

• Eosinophilic granuloma of
oral mucosa
5 • Granuloma pyogenicum of 3A
oral mucosa
• Verrucous xanthoma of
oral mucosa

Oral submucous fibrosis


6 3A
Submucous fibrosis of tongue

Irritative hyperplasia of oral mucosa


Excl.:
7 4
irritative hyperplasia of edentulous
ridge [denture hyperplasia]

Other and unspecified lesions of oral


8 mucosa 3A
Focal oral mucinosis

15. Diseases of tongue


Excl.:
• Erythroplakia of tongue • hairy leukoplakia

S
73
• focal epithelial hyperplasia of • macroglossia (congenital)
tongue • submucous fibrosis of tongue
• leukoedema of tongue
• leukoplakia of tongue

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Glossitis

• Abscess of tongue
• Ulceration (traumatic) of
1 3A
tongue
Excl.:
atrophic glossitis

Geographic tongue
2 Benign migratory glossitis, 4
Glossitis areata exfoliativa

3 Median rhomboid glossitis 3A

Hypertrophy of tongue papillae


Black hairy tongue
4 Coated tongue 4
Hypertrophy of foliate papillae
Lingua villosa nigra

Atrophy of tongue papillae


5 4
Atrophic glossitis

Plicated tongue

• Fissured tongue
• Furrowed tongue
6 • Scrotal tongue 4
Excl.:
fissured tongue,
congenital

Glossodynia
7 Glossopyrosis 3A
Painful tongue

S
74
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Other diseases of tongue

8 • Atrophy tongue 2
• Crenated tongue
• Enlargement tongue
• Hypertrophy tongue
Disease of tongue, unspecified
9 2
Glossopathy NOS

16. Dental problem Associate with Mental and behavioural disorders

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Mental retardation

Mild mental retardation


1 Moderate mental retardation 2
Severe mental retardation
Profound mental retardation
Other and unspecified mental
retardation
Disorders of psychological
development
Specific developmental disorders of
speech and language
- Specific speech
articulation disorder
- Expressive language
2 disorder 2
- Receptive language
disorder
- Acquired aphasia with
epilepsy [Landau-
Kleffner]
- Other developmental
disorders of speech and
language
Disorders of psychological
development
3 Specific developmental disorders of 2
scholastic skills
- Specific reading disorder

S
75
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

- Specific spelling disorder


- Specific disorder of
arithmetical skills
- Mixed disorder of
scholastic skills
- Other developmental
disorders of scholastic
skills
Disorders of psychological
development
Specific developmental disorder of
motor function
Incl.:
Clumsy child syndrome
Developmental:
4 • coordination disorder 2
• dyspraxia
Excl.:
abnormalities of gait and mobility
lack of coordination
lack of coordination
• secondary to mental
retardation
Disorders of psychological
5 development 2
Mixed specific developmental disorders
Disorders of psychological
development
Pervasive developmental disorders
- Childhood autism
- Atypical autism
- Rett syndrome
- Other childhood
6 disintegrative disorder 2
- Overactive disorder
associated with mental
retardation and
stereotyped movements
- Asperger syndrome
- Other pervasive
developmental disorders
7 Disorders of psychological 2
development

S
76
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Other disorders of psychological


development
Behavioural and emotional disorders
with onset usually occurring in
childhood and adolescence
Hyperkinetic disorders
8 - Disturbance of activity 2
and attention
- Hyperkinetic conduct
disorder
- Other hyperkinetic
disorders
Behavioural and emotional disorders
with onset usually occurring in
childhood and adolescence
Conduct disorders
- Conduct disorder
confined to the family
9 context 2
- Unsocialized conduct
disorder
- Socialized conduct
disorder
- Oppositional defiant
disorder
- Other conduct disorders
Behavioural and emotional disorders
with onset usually occurring in
childhood and adolescence
Mixed disorders of conduct and
10 emotions 2
- Depressive conduct
disorder
- Other mixed disorders of
conduct and emotions
Behavioural and emotional disorders
with onset usually occurring in
childhood and adolescence
Emotional disorders with onset specific
to childhood
11 - Separation anxiety disorder of 2
childhood
- Phobic anxiety disorder of
childhood
- Social anxiety disorder of
childhood

S
77
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

- Sibling rivalry disorder


- Other childhood emotional
disorders
Behavioural and emotional disorders
with onset usually occurring in
childhood and adolescence
Disorders of social functioning with
onset specific to childhood and
adolescence
12 - Elective mutism 2
- Reactive attachment disorder of
childhood
- Disinhibited attachment
disorder of childhood
- Other childhood disorders of
social functioning
Behavioural and emotional disorders
with onset usually occurring in
childhood and adolescence
Tic disorders
- Transient tic disorder
13 - Chronic motor or vocal tic 2
disorder
- Combined vocal and multiple
motor tic disorder [de la
Tourette]
- Other tic disorders
Other behavioural and emotional
disorders with onset usually occurring
in childhood and adolescence
- Nonorganic enuresis
- Nonorganic encopresis
- Feeding disorder of infancy and
childhood
14 - Pica of infancy and childhood 2
- Stereotyped movement disorders
- Stuttering [stammering]
- Cluttering
- Other specified behavioural and
emotional disorders with onset
usually occurring in childhood
and adolescence
15 Unspecified mental disorder 1

S
78
17. Oral problem Associate with others

TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

Other late congenital syphilis,


symptomatic
1 Hutchinson: 4

-Teeth -Triad

Other somatoform disorders


2 4
Teeth-grinding

3 Other somatoform disorders 2


Bruxism
4 Acute necrotizing ulcerative gingivitis 3A

Herpesviral (herpes simplex)


5 3A
gingivostomatitis

6 Hemifacial atrophy or hypertrophy 2

7 Acromegaly 2

8 Robin syndrome 2

9 Dislocation 3A

10 Strain 3A

11 Epidemic parotitis 2

12 Uveoparotid fever [Heerfordt] 1

13 Congenital fistula of salivary gland 1

14 Dry mouth NOS 1

15 Sicca syndrome [Sjögren] 1

16 Cancrum oris 1

17 Gangrenous stomatitis 2

Herpesviral [herpes simplex]


18 3A
gingivostomatitis

19 Noma 2

20 Abscess peritonsillar 1

21 Ariboflavinosis 1

S
79
TINGKAT KEMAMPUAN
NO DAFTAR PENYAKIT
1 2 3 4

22 Cheilitis due to radiation-related disorders 1

Perlèche due to:


23 2
• candidiasis
• riboflavin deficiency
24 Macroglossia (congenital) 2

25 Fissured tongue (congenital) 2

S
80
LAMPIRAN 3

Tabel di bawah merupakan ketrampilan klinis (level list of clinical skill) yang harus dikuasai
disesuaikan dengan jenis ketrampilan dan kompetensi ketrampilan bagi seorang dokter gigi.

LEVEL KRITERIA METODE BELAJAR


1 mengetahui tentang teori keterampilan kuliah, diskusi, tugas,
mandiri
2 memahami teori yang mendasari penerapkan observasi, didemonstrasikan
suatu ketrampilan (clinical reasoning) dalam
melakukan penyelesaian masalah (problem
solving)
3 mampu melakukan di bawah supervise berlatih dengan alat peraga,
pada pasien standar
4 melakukan secara mandiri melakukan pada pasien

1. Persiapan, Anamnesis dan Pemeriksaan

No Nomor Jenis Keterampilan Tingkat


Kompetensi Keterampilan
Persiapan
1 Sterilisasi peralatan dan tindakan asepsis 4
2 Cuci tangan sesuai standar WHO 4
3 Pemakaian alat pelindung diri 4
S (Subjective) :
4 a. Identitas pasien 4
5 b. Keluhan utama 4
6 c. Riwayat penyakit 4
7 d. Riwayat perawatan gigi dan mulut 4
8 e. Riwayat perawatan penyakit sistemik 4
9 f. Riwayat penyakit dalam keluarga 4
10 g. Riwayat alergi 4
11 h. Kebiasaan buruk gigi dan mulut 4
O (Objective) : 4
12 a. Pemeriksaan Vital 4
13 b. Pemeriksaan ekstra oral 4
14 c. Pemeriksaan intra oral 4
15 d. Rujukan pemeriksaan penunjang 4
16 e. Pemeriksaan penunjang 2

S
81
17 f. Klasifikasi (kehilangan gigi, maloklusi, 4
dll)
A (Assesment)
18 a. Menegakan diagnosis 4
19 b. Menegakan diagnosis banding 4
P (Plan)
20 Membuat rencana perawatan 4

2. Komunikasi, informasi, dan edukasi.

No Nomor Jenis Keterampilan Tingkat


Kompetensi Keterampilan
1 Melakukan proses komunikasi interpersonal 4
dokter-pasien
a. Membangun hubungan (menyapa,
menggunakan intonasi dan pemilihan kata
yang menunjukkan perhatian)
b. Membuka diskusi (memberi kesempatan
pasien untuk menceritakan keluhan)
c. Mengumpulkan dan memahami informasi
dan harapan pasien
d. Berbagi informasi
e. Mencapai kesepakatan dan penutup

2 Komunikasi, informasi, dan edukasi kelainan/ 4


penyakit yang diderita kepada
pasien/keluarga/pendamping
3 Komunikasi, informasi, edukasi, dan informed 4
concent tindakan yang akan dilakukan kepada
pasien/keluarga/ pendamping
4 Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang 4
pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan di
tempat rujukan
5 Penggunaan foto, video, memberikan 3
komunikasi, pasien/keluarga/pendamping audio,
media informasi, elektronik edukasi dalam
kepada pasien
6 Melakukan Dental health education (DHE) 4
7 Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi
mengenai penatalaksanaan penyakit yang
dilakukan
8 Melakukan tindak lanjut pasca perawatan 4
9 Instruksi pasca insersi gigi tiruan 4
10 Instruksi after care gigi tiruan 4
11 Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi
tentang instruksi kepada pasien mengenai peranti
yang telah dipakai:
a. Cara memasang dan melepas

S
82
b. Cara perawatan 4
c. Cara aktivasi (jika menggunakan
komponen yang harus diaktivasi oleh
pasien)
12 Melakukan komunikasi kepada pasien dengan 4
menyebut nama, mempersiapkan penderita
berdasarkan pembuatan radiografiknya
(duduk/berdiri), mempersilahkan melepas
barang-barang yang mengganggu hasil
radiografik (kacamata, anting, serta denture yang
dipakai,dll)
13 Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi 4
mengenai penyampaian materi pesan kesehatan
Gigi Mulut secara langsung maupun melalui
media promosi kesehatan pada proses
implementasi program promosi kesehatan Gigi
Mulut
14 Melakukan penggalian informasi data faktor risiko 4
kejadian masalah kesehatan gigi melalui
wawancara pada masyarakat
15 Melakukan penggalian informasi pelaksanaan 4
kebijakan dan aktivitas manajemen melalui
observasi dan komunikasi pada staf atau anggota
organisasi penyedia layanan kesehatan gigi

3. Ilmu Penyakit Mulut

Tingkat
No. Jenis Keterampilan
Keterampilan
KETERAMPILAN PROSEDURAL
1. Melakukan Prosedur Penegakan Diagnosis/ DD 4
2. Menetapkan Prognosis dan rencana perawatan 4
3. Melakukan perawatan Gigi Mulut/ identifikasi fokus infeksi pada
pasien dengan berbagai penyakit sistemik / kondisi yang banyak
dijumpai di masyarakat :
a. Hipertensi 4
b. Diabetes Mellitus 4
c. Kelainan GIT: gastritis 4

S
83
d. Anemia 4
e. Kehamilan 4
f. Penyakit jantung 4
g. Penyakit saluran pernafasan 4
h. Penyakit ginjal 4
i. Penyakit hepar 4
4. Melakukan perawatan pada pasien dengan lesi-lesi jaringan lunak
mulut pada kasus :
a. Ulkus Traumatikus 4
b. SAR minor ringan 4
c. Stomatitis medikamentosa 3
d. Stomatitis venenata 3
e. Stomatitis Herpetika primer dan rekuren 4
f. Herpes Zoster pada n V2 dan V3 3
g. ANUG 3
h. Candidiasis tipe pseudomembran 3
i. Angular Cheilitis 4
j. Median Rhomboid Glossitis 4
k. Cheilosis 4
l. Pigmentasi mukosa mulut: Fisiologis 4
m. Pigmentasi mukosa mulut Patologis (logam,obat) 2
n. Smoker’s melanosis 3
o. Candidiasis tipe eritematous 4
5. Mengenal, melakukan perawatan inisial (initial treatment), dan
merujuk pasien dengan penyakit :
a. Eritema Multiforme 3
b. Herpangina 4
c. Hand, foot and mouth disease 3
d. Reaksi Lichenoid 3
e. Leukoplakia 3

S
84
f. Eritroplakia 3
g. Karsinoma Sel Skuamosa 3
6. Melakukan Swab 4

4. Bedah Mulut dan Maksilofasial

No. Jenis Keterampilan Tingkat


Keterampilan
KETERAMPILAN PROSEDURAL
1 Melakukan tindakan anestesi lokal yang tepat untuk mengatasi rasa 4
sakit dan kecemasan pasien
2 Melakukan tindakan pencabutan gigi permanen
a. Metode tertutup 4
b. Metode terbuka tanpa penyulit 4
3 Melakukan odontektomi gigi M3 bawah kls I posisi A mesioangular 4
4 Melakukan bedah sederhana preprosthetik dengan menerapkan
prinsip bedah
a. alveolektomi 1 regio 4
5 Melakukan bedah sederhana pada jaringan lunak
a. Insisi abses intra oral menggunakan skalpel dan curved 4
hemostat dan pemasangan drain tanpa Medical Compromisis
b. Insisi abses ekstra oral
3
6 Melakukan perawatan kasus trauma dentoalveolar
a. Fiksasi interdental menggunakan bahan komposit/komposit 4
dengan wire 4.0
b. teknik dental wiring (single/double ivy eyelet, essig) 4
7 Melakukan tata laksana bedah mulut pada pasien kompromis medis
a. status kesehatan ASA 1 dan 2 (American Society of 4
Anasthesiologis)
b. mendapat jawaban rujukan dari Spesialis terkait 4

S
85
8 Melakukan Penatalaksana gawat darurat medis di ruang praktek
a. Melakukan kontrol perdarahan 4
b. Tatalaksana Sinkop : posisi pasien trendelenburg (elevasi 4
kaki 45°)
c. Tata laksana anaphilactic shock: 4
d. Tatalaksana BLS : prinsip C-A-B (rekomendasi AHA 4
(American Heart Association) 2012
9 Melakukan tindakan aseptik daerah operasi (EO dan IO))
10 Melakukan persiapan pre operasi di ruang bedah sentral
a. teknik cuci tangan secara bedah standar WHO 4
b. teknik menggunakan glove steril 4
c. teknik menggunakan gown operasi 4
d. memahami berbagai peran tenaga medis/paramedis dalam 4
ruang bedah (termasuk scrub nurse, circulating nurse dll)
11. Reposisi TMJ et causa dislokasi TMJ 3

5. Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tingkat
No. Jenis Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM DAN SISTEM STOMATOGNATIK
1. Pemeriksaan ekstra oral
a. Asimetris wajah 4
b. Kelenjar getah bening submandibular 4
2. Pemeriksaan intra oral
a. Jaringan lunak mulut (bibir, mukosa labial, mukosa bukal, 4
gingiva, palatum, lidah, dasar mulut)
c. Gangguan pertumbuhan-perkembangan Gigi Mulut (struktur 4
email/dentin, bentuk, ukuran, jumlah, warna, persistensi,
tanggal dini)
d. Status oklusi (hubungan vertikal molar satu permanen, susunan 4
gigi, gigitan silang, gigitan terbuka, gigitan dalam)
3. Status kebersihan mulut (OHI-S) 4
4. Tes Vitalitas gigi 4
KEMAMPUAN INTERPRETASI

S
86
5. Hasil pemeriksaan radiografi
a. Panoramik 4
b. Oklusal 4
c. Periapikal 4
6. Analisis model cetakan gigi 4
KETERAMPILAN PROSEDURAL
7. Melakukan Pengelolaan Tingkah Laku Anak
a. Pengelolaan tingkah laku non farmakologis (non farmacologic
behavior management) tanpa menggunakan alat meliputi: tell
show do, distraksi, modeling, voice control, HOME 4
b. Merencanakan ruang praktek untuk pasien anak 2
8. Melakukan Tindakan Asepsis Dan Patient Safety
a. Persiapan operator (baju kerja/jas lab, mencuci tangan, 4
menggunkan masker dan sarung tangan, menggunakan kaca
mata/goggle)
b. Persiapan lingkungan kerja (lingkungan kerja bersih, Dental 4
chair dalam kondisi bersih dan optimal, alat dalam kondisi
steril)
c. Persiapan pasien (pasien menggunakan alas dada disposable, 4
gelas kumur disposable untuk pasien)
d. Melakukan teknik isolasi dengan rubberdam 3
9. Melakukan Tindakan Pencegahan
a. Profilaksis Oral 4
b. Perawatan Pit and Fissure Sealant 4
c. Perawatan Topikal Aplikasi Fluor 4
d. Perawatan Preventive Adhesive Restoration (PAR) 4
10. Perawatan Preparasi Tumpatan Kelas I & II Amalgam 2
11. Melakukan Perawatan Tumpatan dengan Bahan Adhesive
a. Tumpatan Gigi Sulung Anterior 4
b. Tumpatan Gigi Sulung Posterior 4
12. Melakukan Perawatan Mahkota Logam (Stainless Steel Crown) Gigi 4
Sulung
13. Perawatan Tumpatan Inlay Gigi Sulung 2
14. Melakukan Perawatan Saluran Akar Vital Gigi Sulung

S
87
a. Perawatan Pulpotomi Vital 4
b. Perawatan Pulpektomi Vital 4
15. Melakukan Perawatan Pulpotomi Non Vital Gigi Sulung 4
16. Melakukan Perawatan Saluran Akar Non Vital Gigi Sulung 4
17. Melakukan Tindakan Pencabutan Gigi Sulung
a. Pencabutan Gigi Sulung dengan Anestesi Topikal 4
b. Pencabutan Gigi Sulung dengan Anestesi Infiltrasi Tanpa 4
Penyulit
c. Pencabutan Gigi Sulung dengan Blok Mandibular 2
18. Melakukan Perawatan Space Maintainer Lepasan
a. Perawatan Space Maintainer Lepasan pasien baru 4
b. Perawatan Space Maintainer Lepasan pasien lanjutan 4

6. Ilmu Konservasi Gigi

No. Jenis Keterampilan Tingkat


Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM DAN SISTEM STOMATOGNATIK
1. Pemeriksaan Obyektif
a. Pembengkakan ekstra oral 4
b. Pembengkakan intra oral 4
c. Fistula 4
d. Gigi karies 4
e. Gigi perforasi 4
f. Gigi berubah warna 4
g. Perkusi 4
h. Tekanan 4
i. Gigi goyang 4
j. Pembesaran kelenjar (submandibula, submental, dll) 4
k. Sensitifitas jaringan terhadap palpasi 4
l. Fraktur pada mahkota 4

S
88
m. Karang gigi 4
n. Gingiva di sekitar gigi 4
o. Polip 4
2. Tes Vitalitas gigi
a. Vitalitester 4
b. Tes termal 4
c. Tes kavitas 4
d. Tes jarum miller 4
KEMAMPUAN INTERPRETASI
3. Hasil pemeriksaan radiografi 4
KETERAMPILAN PROSEDURAL
4. Melakukan tindakan asepsis (isolasi daerah kerja) 4
5. Melakukan teknik isolasi dengan rubberdam 4
6. Melakukan perawatan tumpatan gigi permanen
a. Komposit kelas I 4
b. Komposit kelas II 4
c. Komposit kelas III 4
d. Komposit kelas IV 4
e. Komposit kelas VI 4
f. Glass Ionomer Cement kelas V 4
g. Inlay 4
h. Onlay 4
7. Melakukan perawatan pulp capping gigi permanen
a. Pulp capping direct 4
b. Pulp capping indirect 4
8. Melakukan perawatan saluran akar gigi permanen
a. Saluran akar gigi tunggal tanpa penyulit 4
b. Saluran akar gigi jamak tanpa penyulit 4
9. Mahkota pasak (single crown) 4

S
89
10. Bleaching ekstra koronal 2

7. Periodonsia

No. Jenis Keterampilan Tingkat


Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM DAN SISTEM STOMATOGNATIK
1. Keadaan umum 4
2. Pemeriksaan ekstra oral: kelenjar limfe dan kelenjar saliva 4
3. Pemeriksaan intra oral
a. Pembesaran gingiva 4
b. Keradangan 4
c. Poket 4
d. Resesi gingival 4
e. Loss of Attachment 4
f. Kegoyangan gigi 4
g. Kalkulus 4
h. Plak 4
i. Bleeding on probing 4
j. Migrasi 4
k. Malposisi 4
l. Oklusi 4
m. Titik kontak 4
n. Retensi/impaksi makanan 4
o. Trauma oklusi 4

S
90
p. Vitalitas gigi 4
4. Oral Hygiene
a. OHI-S 4
b. CPITN 4
KEMAMPUAN INTERPRETASI
5. Hasil pemeriksaan radiografi 4
6. Hasil pemeriksaan laboratoris 3
KETERAMPILAN PROSEDURAL
7. Melakukan perawatan Scaling Root Planning (SRP) manual & 4
ultrasonic scaler
8. Melakukan perawatan kuretase 4
9. Melakukan perawatan Occlusal adjustment 3
10. Melakukan perawatan gingivektomi 4
11. Melakukan perawatan splinting 4
12. Melakukan perawatan bedah flap periodontal 3
13. Melakukan terapi hipersensitif dentin pada kasus resesi gingival 4

8. Prostodonti

No. Jenis Keterampilan Tingkat


Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM DAN SISTEM STOMATOGNATIK
1. Pemeriksaan ekstra oral
a. Bentuk wajah 4
b. Profil wajah 4
c. Proporsi dan simetri wajah 4
d. Mata 4
e. Hidung 4
f. Bibir 4
g. Warna kulit 4
h. Kelainan/ defek pada wajah 4
2. Pemeriksaan sendi (TMJ)
a. Tonus otot 4
b. Range of Motion (ROM) 4
c. Joint sound 4
3. Pemeriksaan intraoral
a. Status umum 4

S
91
b. Jaringan lunak 4
c. Status lokalis 4
d. Oklusi 4
e. Kebiasaan buruk 4
f. Vestibulum 4
g. Bentuk / warna insisif pertama 4
h. Frenulum 4
i. Bentuk ridge 4
j. Relasi ridge / gigi 4
k. Bentuk palatum 4
l. Torus mandibularis, torus palatinus 4
m. Tuber maksilaris 4
n. Kekenyalan jaringan 4

KEMAMPUAN INTEPRETASI
4. Hasil pemeriksaan radiografik 4
5. Hasil pemeriksaan darah lengkap 4
6. Hasil pemeriksaan biopsi/patologi klinik 3
7. Hasil pemeriksaan kejiwaan 3
KETERAMPILAN PROSEDURAL
8. Mencetak Anatomis dan Pembuatan Model Studi/Diagnostik 4
9. Desinfeksi Cetakan 4
10. Analisis Model Studi/Diagnostik 4
11. Menggambar Desain gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan 4
12. Perawatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan kasus Sederhana
(minimal menggantikan
((kehilangan 3 gigi yang hilang)
min. 3 gigi)
a. Persiapan dalam mulut sampai After care 4
b. Pembuatan individual tray 3
c. Pembuatan model kerja 3
d. Survey dan block out 4
e. Pembuatan lempeng dan galengan gigit 3
f. Pemasangan model kerja pada articulator 4
g. Penyusunan gigi artifisial dan pembuatan klamer 3
h. Proses akrilik 3
i. Pemulasan gigi tiruan 3
13. Perawatan Gigi Tiruan Lengkap kasus Sederhana (alveolar ridge
normal, relasi rahang kelas I)
a. Persiapan dalam mulut sampai After care 4
b. Pembuatan individual tray 3
c. Pembuatan model kerja 3
d. Pembuatan lempeng dan galengan gigit 3
e. Pemasangan model kerja pada articulator 4
f. Penyusunan gigi artifisial 3
g. Proses akrilik 3
h. Remounting I dan selective grinding I 4
i. Remount jig 4
j. Pemulasan awal 3

S
92
k. Remounting II dan selective grinding II 4
l. Pemulasan akhir 3
14. Perawatan Gigi Tiruan Jembatan kasus Sederhana (3 unit)
(material Porcelain Fused to Metal, PFM)
a. Persiapan dalam mulut sampai After care 4
b. Pembuatan mahkota sementara 3
c. Pembuatan model kerja dan model die 3
d. Pembuatan coping logam gigi tiruan jembatan 3
e. Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan porcelain fused to metal 3
15 Gigi Tiruan Jembatan (GTJ) 3
16 Penanggulangan Masalah Pasca Insersi Gigi Tiruan Lepasan
a. Reparasi 3
b. Relining 3

9. Ortodonti

No. Jenis Keterampilan Tingkat


Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM DAN SISTEM STOMATOGNATIK
1. Pemeriksaan ekstra oral
a. Tipe kepala 4
b. Tipe muka 4
c. Tipe profil 4
d. Kesimetrisan wajah 4
e. Tonus bibir atas 4
f. Tonus bibir bawah 4
2. Pemeriksaan intra oral
a. Kebersihan mulut 4
b. Jaringan mukosa mulut 4
c. Frenulum labii superior 4
d. Frenulum labii inferior 4
e. Lidah 4
f. Fonetik 4
g. Garis tengah geligi atas 4

S
93
h. Garis tengah geligi bawah 4
i. Keadaan gigi geligi 4

3. Freeway space 4
a. Path of closure 4
b. Sendi Temporomandibular 4
c. Pola atrisi 4
d. Pemeriksaan intra oral
KEMAMPUAN INTERPRETASI
4. Analisis Radiografi
a. Foto sefalometri 4
b. Foto panoramic 4
KETERAMPILAN PROSEDURAL
5. Perawatan maloklusi klas I sederhana/tipe dental
a. Melakukan pencetakan rahang 4
b. Melakukan pembuatan model studi/ diagnostic 4
c. Melakukan pembuatan foto profil ekstra oral 4
d. Melakukan pembuatan foto intraoral 4
e. Melakukan Analisis Model Studi 4
f. Menggambar desain piranti ortodonti 4
a) Melakukan pembuatan piranti ortodonti:
b) Komponen aktif 3
c) Komponen retentive 3
d) Penjangkaran 3
g. Lempeng akrilik 3
h. Melakukan insersi piranti ortodonti 4
i. Melakukan aktivasi piranti ortodonti 4
6. Perawatan ortodonti sederhana pasien lanjutan 4
7. Tracing foto sefalometri 3

S
94
10. Radiologi Kedokteran Gigi

No. Jenis Keterampilan Tingkat Keterampilan


PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM DAN SISTEM STOMATOGNATIK
1 Inspeksi Ekstra oral dan intra oral sesuai 4
rujukan/konsul
KEMAMPUAN INTERPRETASI
2. Interpretasi radiograf intra oral
a. Periapikal 4
b. Oklusal 4
c. Bite wing 4
3. Interpretasi radiograf extraoral
a. Panoramik 4
b. Sefalometri 3
4. Radiodiagnosis berdasarkan interpretasi radiograf 4
intra oral dan ekstra oral
KETERAMPILAN PROSEDURAL
5. Melakukan persiapan pembuatan radiografik intra
oral
a. Kontrol Infeksi radiografik intraoral (aseptic) 4
b. Pemilihan film sesuai dengan teknik yang 4
digunakan
c. Persiapan alat radiografik Intra oral 4
d. Proteksi radiasi (safety) 4
e. Persiapan penderita 4
6. Melakukan pembuatan radiografik intraoral
a. Periapikal : gigi anterior dan posterior 4
b. Oklusal 4
c. Bite wing 4
7. Observasi persiapan pembuatan radiografik ekstra

S
95
oral
a. Kontrol infeksi radiografik ekstraoral 2
(aseptic)
b. Pemilihan kaset ekstra oral sesuai dengan 2
teknik yang digunakan
c. Persiapan alat radiografik ekstraoral 2
d. Proteksi radiasi (safety) 2
e. Persiapan penderita 2

8. Observasi pembuatan radiografik ekstraoral


a. Panoramik 2
b. Sefalometri lateral 2
9. Melakukan prosesing radiografik intra oral
a. Kontrol infeksi (aseptic) 4
b. Pemrosesan film 4
10. Evaluasi mutu radiograf intra oral dan ekstra oral 4
11. Menjawab rujukan/konsul dan memberikan saran 3
untuk pemeriksaan radiografi tambahan bila
diperlukan

11. Kesehatan Gigi Masyarakat

No. Jenis Keterampilan Tingkat


Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM DAN SISTEM STOMATOGNATIK
1. Melakukan survei standar WHO dan need assessment melalui 4
pemeriksaan keadaan Gigi Mulut terkait dengan pengukuran indeks
kesehatan Gigi Mulut (DMF-t/dmf-t (def-t);OHI-S)

KEMAMPUAN INTERPRETASI
2. Melakukan interpretasi data kejadian masalah kesehatan Gigi Mulut 4
di masyarakat (Data Kementerian Kesehatan, Data Dinas Kesehatan
pada masing-masing daerah, Data Penyedia layanan kesehatan)
3. Melakukan interpretasi data hasil penelitian epidemiologi atau data 4
hasil survei pada masyarakat (Prevalensi, Insiden, Tabulasi silang)

S
96
4. melakukan interpretasi luaran analisis dari hasil pengolahan data 4
statistik (statistik deskriptif dan uji statistik bivariate)
5. Melakukan interpretasi data kejadian masalah kesehatan Gigi Mulut 4
di masyarakat (Data Kementerian Kesehatan, Data Dinas Kesehatan
pada masing-masing daerah, Data Penyedia layanan kesehatan)
6. Melakukan interpretasi data hasil penelitian epidemiologi atau data 4
hasil survei pada masyarakat (Prevalensi, Insiden, Tabulasi silang)
7. Melakukan interpretasi hasil evaluasi dan laporan implementasi 4
program promosi kesehatan gigi
8. Melakukan interpretasi hasil evaluasi atau laporan aktivitas 4
manajemen pelayanan kesehatan gigi
9. Melakukan interpretasi skema struktur organisasi dan alur prosedur 4
organisasi pelayanan kesehatan gigi
10. Melakukan interpretasi kebijakan, perundangan, peraturan, dan etika 4
terkait implementasi Sistem Kesehatan Nasional dan pelayanan
kesehatan gigi
KETERAMPILAN PROSEDURAL
11.. Merancang dan melakukan penelitian dalam bidang kesehatan gigi 4
masyarakat (Epidemiologi, Perilaku kesehatan, dan Manajemen)
12. Melakukan telaah kritis literatur ilmiah terkait bidang kesehatan gigi 4
masyarakat (Epidemiologi, Perilaku kesehatan, dan Manajemen)
13. Mengolah data hasil penelitian (statistik deskriptif dan uji statistik 4
bivariate) sesuai konsep dasar statistika dan menyusun laporan
penelitian
14. Merancang, melakukan, dan evaluasi program promotif dan 4
preventif kesehatan Gigi Mulut atau program pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan Gigi Mulut
15. Melakukan advokasi pada stakeholder maupun lintas sektoral terkait 4
pelaksanaan program promotif dan preventif kesehatan gigi atau
program pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan gigi
16. Merancang dan menerapkan penggunaan media promosi kesehatan 4
dalam menyampaikan pesan kesehatan gigi pada masyarakat (dapat
melalui bentuk model peraga, poster, pamflet, animasi, ataupun
inovasi media promosi yang lain sesuai dengan hasil analisis
kebutuhan masyarakat sasaran dalam perencanaan program promosi
kesehatan gigi)
17. Merancang, melakukan, dan evaluasi aktivitas manajemen pelayanan 4
kesehatan gigi (dapat dilakukan pada Puskesmas, Penyedia layanan

S
97
kesehatan gigi mandiri maupun berkelompok, serta Rumah Sakit)
18. Merancang, melakukan, dan evaluasi manajemen Pembiayaan
Kesehatan Gigi Mulut /JKN

12. Kedokteran Gigi Forensik

No. Jenis Keterampilan Tingkat


Keterampilan
ANAMNESIS
1 Riwayat medis pada keluarga atau pihak ketiga untuk keperluan 3
identifikasi forensik (mengumpulkan data gigi antemortem sesuai
format yang berlaku sesuai standar DVI-interpol)
2 Informasi tentang ciri-ciri medis umum dan khusus 1
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM DAN SISTEM STOMATOGNATIK
4 Identifikasi gigi untuk penentuan usia, jenis kelamin dan ras 1
5 Identifikasi bite mark 1
6 Pemeriksaan antropologi kranium dan tulang 1
KEMAMPUAN INTERPRETASI
9 Melakukan prosedur identifikasi gigi data antemortem dan 2
postmortem.
10 Melakukan prosedur identifikasi gigi melalui pemeriksaan bite mark 1
(komparasi gigi manusia dan hewan, preservasi)
KETERAMPILAN PROSEDURAL
11 Membuat dental record sesuai standar DVI-interpol 3
KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI
15 Mampu menggali data gigi antemortem secara lengkap 2
16 Menjelaskan pentingnya pemeriksaan gigi untuk identifikasi 2

S
98
Lampiran 4.

Daftar Topik Pembelajaran Penyakit : Medical Compromise

PENYAKIT HATI
I. HEPATITIS
Hepatitis adalah suatu bentuk penyakit pada organ hati dimana sel-selnya mengalami
keradangan yang dapat berlanjut pada kerusakan sel secara permanen. Berdasarkan
penyebabnya dapat dibedakan menjadi:
1. Hepatitis akibat infeksi virus.
Berdasarkan identifikasi virus penyebab, dibedakan menjadi Hepatitis A,B, C,
D, E dan G.
2. Hepatitis non virus
Penyebab non virus yang dimaksud berhubungan dengan konsumsi alkohol
jangka panjang, perlemakan hati akibat konsumsi lemak berlebih, komplikasi
dari kelainan di kandung empedu dan penyakit hati yang diinduksi oleh
penggunaan obat-obatan (drug induce).
II. SIROSIS HEPATIS
Kerusakan permanen yang luas pada perenkim hati sebagai akibat dari
hepatitis kronis yang progresif dan mengakibatkan terjadinya penurunan
hingga kegagalan fungsi hati secara permanen.
PENYAKIT GINJAL
I. Sindroma Nefritik
Sindroma nefritik merupakan penyakit ginjal yang ditandai dengan
keradangan glomerulus dan menunjukkan adanya hematuria dengan onset
yang mendadak disertai proteinuria. Salah satu penyebab tersering adalah
pasca infeksi streptococcus akut
II. Sindroma Nefrotik
Sindroma nefrotik ditandai oleh keadaan proteinuria yang parah disertai
hipoalbumin, hiperlipidemia dan edema. Biasanya berhubungan dengan reaksi
antigen-antibodi seperti alergi dan lupus, selain itu juga berhubungan dengan
penggunaan obat-obatan (drug induce), penyakit infeksi seperti malaria dan
endokarditis bakterialis serta penyakit neoplastik seperti karsinoma kolon dan
penyakit Hodgkin.
III. Batu Ginjal
Batu ginjal terbentuk dari kristal garam atau asam yang sukar larut dan
komposisinya bervariasi menurut usia penderitanya. Batu ginjal dapat berada
seluruh bagian dari ginjal dengan ukuran yang sangat bervariasi.
IV. Gagal Ginjal
Suatu keadaan dimana organ ginjal mengalami gangguan sehingga tidak dapat
menjalankan fungsinya. Gagal ginjal dibedakan menjadi gagal ginjal akut,
gagal ginjal kronis dan gagal ginjal terminal.
V. Transplantasi ginjal

S
99
Suatu upaya rehabilitasi fungsi ginjal dengan penggantian salah satu atau
kedua ginjal dengan ginjal donor. Konsekuensi dari perawatan ini adalah
penderita akan menjalani terapi imunosupresan untuk jangka panjang.

PENYAKIT DARAH
I. ANEMIA
Anemia merupakan salah satu kelainan darah berupa penurunan bermakna
jumlah sel darah merah atau haemoblobin.
II. LEUKEMIA
Leukemia adalah suatu akibat dari keganasan jaringan hematopoetik yang
ditandai dengan infiltrasi darah tepi, sumsum tulang dan jaringan lain oleh sel-
sel jenis tertentu, biasanya limfoid atau myeloid.
III. IDIOPATIK TROMBOSITOPENI PURPURA (ITP)
ITP adalah suatu sindroma klinis dimana terjadi trombositopenia, anemia
hemolitik, mikroangiopati dan sering juga disertai kelainan neurologis.
IV. HEMOFILIA
Hemofilia adalah salah satu dari kelainan kongenital pada proses koagulasi
yang sering dijumpai, dibedakan menjadi Hemofilia A dan B dimana
pembedanya adalah faktor pembekuan darah yang mengalami defesiensi.
V. THALASEMIA
Thalasemia adalah sekelompok gejala yang muncul akibat kelainan genetik
yang i ukuran, manifestasinya berupa anemia berat karena abnormalitas dari
ukuran dan bentuk sel darah merah.
KELAINAN JANTUNG
I. PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL
Penyakit jantung kongenital yang umum dijumpai antara lain yang
berhubungan dengan adanya aritmia pediatrik dan adanya kegagalan
penutupan dari septum- septum pada jantung akibat gangguan selama proses
perkembangan janin. Bentuk kelainan yang sering ditemui antara lain adalah:
i. Atrium Septal Defect (ASD)
Lesi terjadi karena terdapat defek septum atrium yang terletak di
daerah fossa ovalis
ii. Ventrikular Septal Defect (VSD)
Lesi terjadi pada septum ventrikular yang sering sekali terletak pada
septum membranosa tepat di bawah katup aortik
iii. Tetralogi of Fallot (TOF)
Lesi terdiri dari defek septum ventrikel, stenosis atau atresia pulmonal
serta terjadi shunt dari kanan ke kiri melalui defek pada septum.
iv. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Lesi terjadi karena kegagalan penutupan duktus yang menghubungkan
arteri rahpulmonalis dab aorta yang seharusnya terjadi dalam beberapa
jam setelah kelahiran

S
100
II. PENYAKIT JANTUNG DAPATAN
1. Endokarditis Bakteremia
Endokarditis bakteremia adalah suatu keadaan dimana daerah endokard
mengalami kerusakan akibat invasi bakteri yang masuk dalam aliran darah
atau jalur nafas dan bersarang di sekitar daerah katub jantung, daerah dengan
endotel yang rusak, atau disekitar prostesis yang dipasang di jantung.
2. Infark Myokard
Kelainan ini terjadi karena adanya penurunan aliran darah koroner sehingga
tidak mencukupi kebutuhan energi untuk kontraksi otot jantung yang normal
3. Angina pectoris
Kelainan ini khas karena serangannya akut berupa nyeri hebat dan tajam di
daerah dada kiri akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner
disertai spasme pembuluh darah tersebut.
PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN
I. INFEKSI SALURAN NAPAS ATAS (ISPA)
ISPA adalah sekumpulan penyakit akibat infeksi pada saluran pernapasan
bagian atas (sebelum bronkus) yang sering disebabkan oleh virus dan bakteri.
Secara klinis dapat muncul sebagai common cold syndrome, faringitis,
laringitis,dan tonsilitis.
II. TUBERKULOSA (TB)
Tuberkulosa adalah penyakit yang dapat menyerang sistem pernapasan dan
juga sistem limfatik sebagai akibat dari infeksi mycobacterium tuberculosis.
III. ASMA BRONKIAL
Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan cabang
saluran pernapasan yang kecil ditandai oleh gejala sesak nafas dan
terdengarnya suara nafas tambahan berupa wheezing yang biasanya reversibel
dengan bantuan obat-obat bronkodilator.
PENYAKIT SARAF
I. CEREBRAL PALSY
Kelainan ini khas menunjukkan kegagalan fungsi motorik akibat kerusakan
fungsi otak yang terjadi sejak sebelum atau pada saat proses kelahiran, yang
biasanya merupakan akibat suatu hipoksia, trauma, infeksi atau suatu
hiperbilirubinemia.
II. EPILEPSI
Epilepsi adalah salah satu gangguan pada kinerja otak berupa gangguan
kesadaran berkala yang melibatkan aspek motorik dan atau sensorik, Bentuk
kelainannya bervariasi namun yang terbanyak berupa kejang tonik-clonic.

III. BELL’S PALSY


Kelainan ini merupakan salah satu manifestasi dari kelumpuhan lower motor
neuron pada daerah wajah yang sering kali tidak dapat ditentukan secara pasti
penyebab lokal maupun sistemik yang mencetuskannya. Namun dari beberapa
studi beberapa penyebab seperti keradangan pada nervus fasialis, serangan
virus HSV, CMV dan EBV memiliki hubungan dengan kejadian kelainan ini.

S
101
IV. TRIGEMINAL NEURALGIA
Trigeminal neuralgia adalah salah satu nyeri yang melibatkan saraf sensoris
sekitar wajah yang non-dental berupa rasa nyeri seperti terkena listrik, muncul
pad periode yang sulit diperkirakan dengan pencetusnya berupa rangsangan
pada daerah yang disebut triger zone.
V. CEREBROVASCULAR ACCIDENTS ( CVA, STOKE)
Stoke adalah hasil dari suatu kerusakan akut di otak yang disebabkan oleh
perdarahan intrakranial atau suatu proses iskemik jaringan otak, yang
berdampak pada terjadinya gangguan fungsi neuromuskuler.
PENYAKIT ENDOKRIN
I. HIPERTIROIDISME
Hipertiroidisme adalah bentuk kelainan endokrin yang diakibatkan oleh
kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam darah sebagai akibat dari
hiperplasia atau hipertrofi dari kelenjar tiroid yang biasanya bersifat difus dan
toxic, yang biasanya tanpa gejala namun berdampak pada sistem
kardiovaskular, neuromuskular, gastrointestinal dan reproduksi.
II. DIABETES MELITUS
Diabetes melitus adalah serangkaian keadaan yang menunjukkan adanya
gangguan fungsi dan regulasi pada sistem endokrin berupa terjadinya
peninggian kadar glukosa darah yang kronik dan sering disertai abnormalitas
klinis dan biokimia lainnya dari tubuh
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN DISABILITY/ HANDICAPPING
CONDITIONS
I. SINDROM DOWN
Sindrom Down ( Mongolism, Trisomi 21) adalah salah satu dari kelainan
kongenital akibat kelainan autosomal kromoson yang angka kejadiannya
paling tinggi. Biasanya kelainan ini juga disertai oleh kelainan jantung
kongenital, kelainan imunologis kompleks, dan kelainan pada sistem
hematologi.
II. HIDROSEFALUS
Hidrosefalus adalah kelainan yang terjadi karena dilatasi ventrikel otak yang
disebabkan oleh obstruksi pada sistem sirkulasi cairan serebrospinal sehingga
menyebabkan penekanan dan atrifi pada otak dan membesarnya lingkar kepala
bagian atas.

III. CELAH BIBIR DAN PALATUM (CLP)


Celah bibir palatum atau yang dikenal awam sebagai sumbing adalah bentuk
kelainan kongenital akibat terganggunya proses deferensiasi organ pada janin
di daerah kepala leher. Kelainan ini biasanya juga dapat berhubungan dengan
adanya anomali pada susunan kromosom, pembentukan gigi, gangguan fungsi
pendengaran dan bicara.
IV. GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK
1. Oppositional defiant disorder (ODD)

S
102
- mudah marah, terganggu, atau teriritasi
- sering menunjukkan temper tantrum
- sering membantah orang yang lebih tua, terutama orang terdekat, seperti orang
tua
- menolak untuk mengikuti aturan
- sering terlihat berusahan untuk mengganggu orang lain
- self-esteem rendah
- ambang frustrasi yang rendah
- sering menyalahkan orang lain untuk setiap kesalahan
2. Conduct disorder (CD)
- sering menolak untuk mengikuti perintah orang tua atau orang/figure lain yang
memiliki otoritas (guru, dokter gigi)
- di sekolah sering membolos tanpa alasan
- kecenderungan menyalahgunakan obat, termasuk merokok dan alcohol, pada
usia masih sangat muda
- kurang berempati pada orang lain
- agresif terhadap binatang dan orang lain, atau menunjukkan perilaku sadis
termasuk membully
- sering memulai pertengkaran fisik
- menggunakan senjata saat pertengkaran fisik
- sering membohong
- perilaku criminal, seperti mencuri atau vandalism lainnya
- kecenderungan kabur dari rumah
- kecenderungan bunuh diri
3. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
- inattention: kesulitan konsentrasi, sering lupa instruksi, sering tidak
menyelesaikan tugas
- impulsivity: impulsive pada orang lain
- overactivity: canggung, ceroboh
4. Autism
- anak terisolasi di dunianya sendiri
- tidak mampu membentuk hubungan emosi dengan orang lain
- gangguan fungsi otak
5. Kelainan Bi-polar
- anak sering berubah “mood” dengan cepat
- kelainan genetik
- sering salah terdiagnosis sebagai ADHD
6. Anxiety
- anak sering merasa distress
- merasa takut berlebihan tanpa alasan jelas
- sering menunjukkan gejala panic
- sering takut tanpa ada provokasi
- sering menunjukkan gejala obsesif-kompulsif, perilaku mengulang-ulang

S
103
suatu tindakan tanpa alasan

S
104

Anda mungkin juga menyukai