Anda di halaman 1dari 17

PEMICU 2 BLOK 16

” ANAK MENGELUH SAKIT GIGI”

NAMA : SAMUEL CHANDRA GUSTAV PARULIAN SIMORANGKIR


NIM : 2006000183

   FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
Pemicu 2
Nama Pemicu : Anak mengeluh sakit gigi
Penyusun : Dr.Essie Octiara,drg.,SP.KGA, ; Dewi Kartika,drg.,MDSc ; Sefty Ariyani
Harahap,drg.,MSi Hari/ Tanggal : Rabu, 26 Oktober 2022
Jam : 07.00 – 09.00 WIB
Skenario:
Seorang anak laki-laki usia 11 tahun dibawa ibunya dengan keluhan gigi berlubang pada
gigi belakang kiri bawah. Pasien sudah 6 bulan ini merasa ngilu saat minum dingin dan
sakit saat makan, namun tidak pernah merasa sakit spontan. Hasil pemeriksaan klinis

diperoleh gigi 35 terdapat karies yang dalam pada oklusal gigi dengan keterlibatan pulpa
yang minimal dan gigi tidak sensitif saat diperkusi
Pertanyaan :
1. Bagaimana interpretasi radiografi gigi 35 pada kasus ini ? (dept radiologi)
2. Jelaskan diagnosis dan rencana terapi kasus ini (IKGA)
3. Bahan perawatan pulpa apa saja yang dapat digunakan pada kasus ini ? Apa kelebihan
dan kekurangan dari masing-masing bahan tersebut ? (Dental material)
4. Jelaskan tahap kerja dari masing-masing bahan pulpa yang dapat digunakan pada kasus
ini?(IKGA)
5. Kapan saja dilakukan kontrol dan apa saja yang dilakukan pada saat kontrol ? (IKGA)
6. Sebuah perawatan akan kemungkinan terjadi kegagalan perawatan. Kegagalan
perawatan apa yang mungkin dapat terjadi pada kasus dan jelaskan tanda klinis dan
radiografi pada kasus dengan kegagalan tersebut? (IKGA dan radiologi)
7. Kemungkinan apa saja penyebab terjadinya kegagalan pada kasus dan apa yang
dilakukan apabila terjadi kegagalan ini? (IKGA).
8. Kapan dikatakan perawatan final telah dicapai, dan apa yang dilakukan saat perawatan
final? (IKGA)
Jawaban :
1. Bagaimana interpretasi radiografi gigi 35 pada kasus ini ? (dept radiologi)

Mahkota :  Terdapat radiolusen pada distooklusal dari enamel hingga ke tanduk


pulpa dan terdapat radiolusen pada bagian mesial

Akar : Jumlah akar 1 dan lurus, terdapat radioalusen pada saluran akar meluas
hingga ke apikal.

Lamina Dura : Menghilang di bagian apikal

Membran periodontal : Menghilang di bagian apikal

Furkasi : TAK

Crest alveolar : Terdapat reabsorbsi di bagian distal secara vertikal dan terdapat
reabsorbsi di bagian mesial secara horizontal

Periapikal : Abses periapikal

Kesan : Terdapat kelainan pada mahkota, lamina dura, membrane periodontal, crest
alveolar, dan periapikal

Diagnosis : Pulpitis reversible

2. Jelaskan diagnosis dan rencana terapi kasus ini (IKGA)

Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang ringan hingga sedang disebabkan
oleh rangsang noksius. Namun apabila penyebab radang dihilangkan maka pulpa
akan kembali normal. Faktor faktor yang menyebabkan pulpitis reversibel adalah
erosi servikal, stimulus ringan contohnya karies insipien, atrisi oklusal, kesalahan
dalam prosedur operatif, kuretase perodontium yang dalam, dan fraktur email yang
menyebabkan tubulus dentin terbuka. Gejala-gejala pulpitis reversibel diantaranya
rasa sakit hilang saat stimulus dihilangkan (nyeri tajam dan berlangsung sesaat),
rasa sakit sulit terlokalisir, radiografik periradikuler terlihat normal, dan gigi masih
normal saat diperkusi kecuali jika terdapat trauma pada bagian oklusal.1

Dari pemeriksaan subjektif, diketahui bahwa pasien sudah 6 bulan merasa ngilu
saat minum dinging dan sakit saat makan namun tidak pernah merasa sakit spontan.
Kemudian dari pemeriksaan klinis didapati bahwa karies pada gigi 35 sudah meluas
dari oklusal hingga melibatkan pulpa yang minimal dan gigi tidak sensitive saat
diperkusi. Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif maka diagnosis pada
kasus ini adalah pulpitis reversible.

Rencana terapi pada kasus ini adalah apeksogenesis. Apeksogenesis adalah suatu
perawatan pulpa vital pada gigi yang akarnya belum tumbuh sempurna, untuk
memberikan kesempatan pada akar gigi melanjutkan pertumbuhan dan menutup
apeks. Perawatan ini dilakukan dengan cara mempertahankan pulpa vital atau
menyingkirkan pulpa yang terinflamasi reversibel supaya pembentukan akar dan
pematangan apeks dapat dilanjutkan. Perawatan yang dapat dilakukan adalah secara
pulpotomi. Pulpotomi berarti mengangkat jaringan pulpa sampai atau dibawah garis
servikal gigi. Pulpotomi dangkal memungkinkan jaringan keras bagian akar untuk
tumbuh lebih kuat.2

Indikasi apeksogenesis adalah untuk gigi-gigi dengan apeks terbuka dan akar belum
terbentuk sempurna disertai kerusakan pulpa pada bagian korona tetapi
diperkirakan pulpa pada akar masih sehat. Mahkota harus cukup utuh dan dapat
direstorasi.2 Dari foto radiografi bisa dilihat bahwa gigi 35 pada pasien terdapat
gambaran radiolusen pada oklusal yang meluas ke pulpa. Pada bagian akar dapat
dilihat bahwa akar belum sepenuhnya tertutup. Berdasarkan hal tersebut maka gigi
35 dapat dindikasikan untuk perawatan apexogenesis.

3. Bahan perawatan pulpa apa saja yang dapat digunakan pada kasus ini ? Apa
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing bahan tersebut ? (Dental
material)

Kalsium Hidroksida (CaOH)3


Kelebihan
- Biokompatibel (pH antara 12,5-12,8).
- Kelarutan rendah terhadap air, serta tidak dapat larut dalam alcohol
- Efektif melawan mikroba anaerob pada pulpa gigi nekrosis.
- Kandungan alkaline pada CaOH mampu menghalangi proses inflamasi
dengan berperan sebagai buffer lokal dan dengan mengaktivasi alkaline fosfatase
yang penting dalam pembentukan jaringan keras.
- Efektif dalam waktu yang cukup lama.
- Menghentikan resorpsi internal
- Menetralkan pH yang rendah

Kekurangan
- Tidak dapat mengeliminasi E. faecalis dan tentunya beberapa
mikroorganisme yang terdapat dalam tubulus dentinalis oleh karena :
- Membutuhkan kontak langsung dengan bakteri dalam sifat anti bakterinya.
- Cenderung menetralkan sistem buffer dentin.
- Kemampuannya (pH yang tinggi) telah resisten terhadap beberapa bakteri
tertentu.
- Difusi dan daya larut yang rendah
- Menunjukkan terjadinya peningkatan resorpsi internal pada gigi sulung
akibat pulpotomi dengan kalsium hidroksida. Kadar alkali dari kalsium hidroksida
dapat menyebabkan inflamasi pulpa yang parah disertai metaplasia dimana resorpsi
internal terjadi di dalam akar gigi sulung tersebut.
- Sulit dikeluarkan dari kanal.
- Menurunkan waktu setting semen berbasis zinc oxide eugenol.

MTA4
Kelebihan
MTA memiliki beberapa keuntungan yakni bersifat antimikrobial, biokompatibel
terhadap jaringan, memiliki sitotoksisitas yang rendah, kemampuan mineralisasi
lebih baik, menginduksi lebih banyak terjadinya jembatan dentin, dentin yang
terbentuk lebih padat dan tidak terbentuk tunnel-tunnel, mengakibatkan jauh lebih
sedikit inflamasi pada jaringan pulpa, radiopasitasnya baik, kelarutan rendah,
kapasitas ekspansi pasca setting sangat baik sehingga mampu menutup seluruh
defek pada atap kamar pulpa yang terjadi perforasi, meminimalkan leakage yang
dapat menjadi tempat masuknya bakteri, dan memiliki kekuatan mekanis yang baik
sehingga dapat melindungi pulpa dari tekanan fisik dan mekanis.

Kekurangan
Walaupun MTA merupakan bahan kaping pulpa yang mendekati ideal, terdapat
beberapa kekurangan pada bahan ini, yaitu kemungkinan dapat melepaskan zat-zat
berhabaya bagi tubuh, pengaplikasian yang cukup sulit, waktu setting yang lama,
diskolorasi pada struktur gigi, dan harganya yang mahal.

Biodentine5
Kelebihan
Keunggulan penggunaan biodentine adalah bersifat biokompatibel saat dikontakkan
dengan jaringan pulpa karena saat biodentin diaplikasikan menunjukkan adanya
penurunan tingkat inflamasi seiring berjalannya waktu, tidak menunjukkan aktivitas
sitotoksik, dan dapat menginduksi proliferasi HDPC serta sel fibroblas gingiva.
Selain itu, biodentine juga memiliki efek positif pada sel pulpa vital yang apabila
berkontak dapat merangsang pertumbuhan dentin tersier (reparatif) dengan skala
yang sama dengan MTA, serta biodentine juga dapat digunakan sebagai pengganti
dentin pada mahkota dan akar yang mirip dengan penggunaan MTA. Biodentin
memiliki konsistensi yang mirip dengan semen fosfat. Bahan dapat diaplikasikan
langsung di rongga restoratif dengan spatula sebagai dentin substitusi tanpa
perawatan pengkondisian apapun.

Kekurangan
Biaya yang lebih mahal dan waktu pengikatan yang lebih lama dibandingkan
dibanding kalsium hidroksida.

4. Jelaskan tahap kerja dari masing-masing bahan pulpa yang dapat digunakan
pada kasus ini?(IKGA)
a. Kalsium Hidroksida 
Kalsium hidroksida diterapkan sebagai suspensi kental dan kental dalam air
steril, garam, dan berbagai kendaraan kental atau berminyak lainnya. Berikut
adalah prosedu pengaplikasian bahan pulpa jenis kalsium hidroksida :6
1. Basahi rongga yang sudah disiapkan.
Menggunakan tang kapas, ambil pelet kapas kecil, basahi dan buang
kelebihan air dengan meremasnya di kain kasa. Tempatkan kapas basah di
rongga yang sudah disiapkan.
2. Keluarkan pasta.
Buang dasarnya dulu. Peras dari bagian bawah tabung untuk mengeluarkan
sedikit; bersihkan nosel dan keluarkan sekitar 1 mm Dycal ke pad
pencampur. Sekali lagi, keluarkan sedikit dan bersihkan nosel sebelum
menutupnya kembali.
3. Keluarkan katalis dengan cara yang sama; pastikan untuk menggunakan
area yang berbeda dari kain kasa untuk membersihkan nosel katalis, agar
tidak mengontaminasinya dengan residu basa apa pun.
4. Campur Kalsium Hidroksida.
Baik aplikator kalsium atau ekskavator sendok dapat digunakan untuk
pencampuran. Gunakan gerakan mengaduk untuk mencampur kedua pasta
bersama-sama sampai diperoleh warna yang seragam; ini tidak boleh lebih
dari 10-15 detik. Setelah selesai pencampuran, bersihkan instrumen dan
gunakan aplikator untuk mengambil bagian yang kira-kira seukuran rongga
yang disiapkan. Ujung ekskavator sendok juga dapat digunakan – baik sisi
cembung (muka) atau sisi cekung (belakang) – untuk mengaplikasikan
CaOH.
5. Tempatkan semen.
Tempatkan ke bagian terdalam rongga tanpa mencemari dinding lateral;
memungkinkan semen mengalir di sepanjang lantai rongga.
6. Biarkan semen mengeras.
Pengaturan yang tepat membutuhkan kelembaban; tempatkan cotton pellet
basah pada bukaan kavitas, di atas semen yang baru ditempatkan selama 30
detik. Pastikan kapas tidak menyentuh semen. Setelah 30 detik, periksa
semen dengan explorer untuk memastikan tidak dapat ditembus.

b. Biodentine
Berikut ini adalah aplikasi Biodentine :7
     
Keterangan Gambar: 
1. Membersihkan karies dan pulpa dari ruang pulpa. 
2. Kontrol Perdarahan dari orifice Saluran Akar 
3. Mencampur bahan Biodentine, kemudian material diletakkan pada dasar
pulpa dengan spatula atau pistol amalgam, material dapat dipadatkan
menggunakan pluggers kering atau cotton pellet. 
4. Aplikasi Biodentine sampai menutup pulpa dan semua jaringan gigi yang
terkena karies tertutup, hal ini dikarenakan Biodentine dapat dipakai juga
sebagai bahan restoratif. Waktu kerja Biodentine adalah 6 menit dengan
final setting sekitar 10-12 menit.

c. MTA (Mineral Trioxideaggregate)8


Dalam penggunaan MTA sebagai bahan material, dilakukan beberapa tahap
kerja yaitu sebagai berikut :
1. Mixing.
2. Mta abu-abu dan MTA putih dicampur dengan air bersih dengan rasio 3:1,
sesuai dengan petunjuk pabrik. Dalam hal ini susah dimanipulasi sehingga
pada saat insersi MTA agak sulit.
3. Insersi
4. Ultrasonic-assisted condensation lebih efisien daripada hand-condensation.
5. Ketebalan
5mm MTA yang tersedia lebih baik untuk resistensi microleakage.
6. Lakukan radiografi
7. Kapas yang lembab diletakkan diatas MTA, kemudian dilakukan restorasi
sementara.
8. Setting time MTA 3-4 jam setelah mixing.
Pasien kontrol kembali setelah 24 jam untuk obsturasi dan lakukan
penggantian restorasi menjadi permanen. Isi saluran akar dengan guta perca
dan restorasi resin komposit.

5. Kapan saja dilakukan kontrol dan apa saja yang dilakukan pada saat
kontrol ? (IKGA)

Pada kasus diatas, pasien akan dilakukan perawatan apeksogenesis pada gigi 35.
Pada pasien yang melakukan perawatan apexogenesis, pasien harus melakukan
kontrol ke dokter gigi secara teratur. Pasien akan diarahkan untuk kontrol secara
bertahap ke dokter gigi dengan membawa radiografi gigi 35 terbaru setiap kontrol.
Kontrol dimulai dari 2 minggu setelah perawatan, kemudian 4 minggu, 3 bulan, dan
setidaknya 6 bulan sekali. Kontrol harus dilakukan secara teratur sampai setidaknya
5 tahun pasca perawatan. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan akar
secara alami dan pembentukan jembatan kalsifikasi di bawah semen MTA diamati
pada radiografi yang diperoleh pada kontrol lanjutan.9

Pada saat kontrol, dokter gigi harus melakukan pemeriksaan terhadap perawatan
apeksogenesis pasien dengan pemeriksaan lengkap. Pemeriksaan dimulai dari.10

1. Pemeriksaan ekstraoral
 Observasi penampilan dan kesehatan secara umum pasien
 Wajah, mata, leher, bibir, TMJ, sirkum oral, kelenjar limfa, dan
bagian tubuh lainnya seperti tangan dan kaki. 
2. Pemeriksaan Intraoral
 Pemeriksaan kondisi rongga mulut secara menyeluruh.
 Pemeriksaan lesi
3. Tes vitalitas pulpa
Untuk mengtahui kevitalan pulpa ada beberapa tes, yakni; 
 Tes ekternal 
 Electric pulp tester
 Tes kavitas
 Tes sondasi
4. Pemeriksaan kebersihan mulut (oral hygiene) Penilaian kebersihan
gigi dan mulut ini dilihat dari debris (plak) dan kalkulus yang
terdapat di permukaan. Kebersihan gigi dan mulut dapat diukur
dengan pemeriksaan OHI-S.

6. Sebuah perawatan akan kemungkinan terjadi kegagalan perawatan.


Kegagalan perawatan apa yang mungkin dapat terjadi pada kasus dan
jelaskan tanda klinis dan radiografi pada kasus dengan kegagalan tersebut?
(IKGA dan radiologi)

Kegagalan perawatan yang mungkin saja terjadi pada kasus tersebut


yaitu :11,12,13
 Perawatan saluran akar bergantung pada ketepatan diagnosa, seleksi kasus, dan
prosedur perawatannya. Ketiga tahap ini sangat berkaitan. Apabila terdapat
kesalahan pada salah satunya maka dapat terjadi kegagalan dalam perawatan
saluran akar. Kegagalan perawatan saluran akar digolongkan dalam kegagalan
pra perawatan biasanya disebabkan oleh seleksi kasus yang salah, tahap
pembersihan, pembentukan, dan pengisian saluran akar, sedangkan pasca
perawatan biasanya disebabkan pada tahap penutupan bagian korona karena
restorasi yang tidak adekuat sehingga dapat terjadi pertumbuhan bakteri pada
saluran akar.
 Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan teknik
preparasi dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh
kualitas bahan pengisian saluran akar.
 Keberhasilan perawatan endodontik bergantung pada eliminasi bakteri di
saluran akar dan daerah periapikal. Enterococcus faecalis merupakan bakteri
yang biasa ditemukan dalam saluran akar dan tetap bertahan di dalamnya
meskipun telah dilakukan perawatan. Suatu hasil penelitian lain juga
menyebutkan bahwa 63% dari kegagalan perawatan saluran akar mengalami
infeksi ulang disebabkan oleh Enterococcus faecalis. Kemampuan bakteri ini
untuk bertahan hidup dalam lingkungan pH yang tinggi dan bertahan dalam
saluran akar yang dapat menginvasi tubuli dentin, menyebabkan Enterococcus
faecalis menjadi bakteri pathogen dan dapat menyebabkan kegagalan perawatan
saluran akar.
 Restorasi pada gigi pasca perawatan endodontik sangat penting untuk
keberhasilan perawatan. Kegagalan restorasi setelah perawatan endodontik yang
sering terjadi diantaranya adalah kebocoran tepi, lepasnya restorasi, fraktur
restorasi, atau fraktur dari gigi yang telah direstorasi. Oleh karena itu
perencanaan pemilihan restorasi harus dilakukan dengan beberapa
pertimbangan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan restorasi
adalah banyaknya jaringan gigi tersisa, fungsi gigi, posisi atau lokasi gigi,
morfologi atau anatomi saluran akar.
 Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dievaluasi berdasarkan pemeriksaan
klinis, radiografis, dan histologis. Evaluasi klinis dan radiografis dapat
dilakukan dengan mudah, namun evaluasi histologis memerlukan pemeriksaan
laboratorium. Evaluasi klinis dan radiografis dianjurkan untuk dilakukan 6
bulan sampai 4 tahun setelah perawatan.
 Kriteria keberhasilan perawatan saluran akar menurut Quality Assurance
Guidelines yang dikeluarkan oleh American Associaton of Endodontics adalah
tidak peka terhadap perkusi dan palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract
atau penyakit periodontium, gigi dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-
tanda infeksi atau pembengkakan, dan tidak ada keluhan pasien yang tidak
menyenangkan. Berdasarkan gambaran radiografis, suatu perawatan dianggap
berhasil bila ligamen periodontium normal atau sedikit menebal (kurang dari
1mm), harus radioopak dimana radiolusensi di apeks hilang, lamina dura
normal, tidak ada resorbsi, dan pengisian terbatas pada ruang saluran akar,
padat mencapai kurang lebih 1 mm dari apeks. Keberhasilan perawatan saluran
akar dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain adanya lesi periradikular
sebelum dan sesudah perawatan, kualitas pengisian dan efektifitas penutupan
bagian korona.

Tanda-tanda kegagalan secara klinis yang lazim dinilai adalah tanda gejala
klinis yaitu :12,13
1. Rasa nyeri baik spontan maupun bila kena rangsang.
2. Perkusi dan tekanan terasa peka
3. Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka
4. Pembengkakan pada mukosa sekitar gigi dan nyeri bila ditekan
5. Adanya fistula pada daerah apical

Tanda-tanda kegagalan secara radiografis :12,13


Kemungkinan kesalahan dalam interpretasi radiografis adalah faktor penting yang
dapat merumitkan keadaan. Konsistensi dalam jenis film dan waktu pengambilan,
angulasi tabung sinanr dan film, kondisi penilaian radiograf yang sama merupakan
hal-hal yang penting untuk diperhatikan. Biasa perorangan juga akan
mempengaruhi interpretasi radiografis. Perubahan radiologis cenderung bervariasi
menurut orang yang memeriksanya sehingga pendapat yang dihasilkan berbeda.
Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar secara radiografis adalah:
1. Perluasan daerah radiolusen didalam ruang pulpa (internal resorption)
2. Pelebaran jaringan periodontium
3. Perluasan gambaran radiolusen didaerah periapikal

7. Kemungkinan apa saja penyebab terjadinya kegagalan pada kasus dan apa
yang dilakukan apabila terjadi kegagalan ini? (IKGA).

Penyebab utama dalam kegagalan perawatan endodontik adalah pengisian bahan


kedalam saluran akar yang tidak hermetis. Bila pengisian yang tidak hermetis maka
dalam melakukan pengisian saluran akar tidak terpenuhi. Keberhasilan perawatan
saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik,
terutama pada bagian sepertiga apikal. Pengisian haruslah bersifat hermetis Bahan
pengisi harus menutup seluruh saluran akar sampai ke apikal (seluruh panjang
kerja). Pengisian saluran akar haruslah padat dan rapat, sehingga tak ada ruang –
ruang kosong dimana mikroorganisme dapat hidup di sana. Sebab-sebab terjadinya
kegagalan tersebut dapat dikatagorikan dalam tiga hal, yaitu14,15 :
1. Iritasi apikal oleh cairan jaringan yang terinfeksi pada saluran akar yang diisi
tidak hermetis adalah 63,46 %. 
2. Kesalahan-kesalahan selama dilakukan perawatan, misalnya perforasi,
pengisian yang berlebih, instrumen patah, adalah 14,42 %. 
3. Kesalahan pada waktu diagnosis, 22,12 %. Dari keterangan ini dapat
disimpulkan bahwa perawatan saluran akar yang tidak sempurna ( tidak
hermetis ) dan pengisian saluran akar yang salah hampir meliputi dua pertiga
penyebab kegagalan perawatan saluran akar yang dilakukan.

Hal – hal yang menyebabkan pengisian yang tidak hermetis15 ;


1. lalai melapisi con tambahan dengan lapisan tipis semen saluran akar
( kondensasi lateral ) 
2. Gagal memasukkan cone tambahan sampai seluruh panjang penetrasi
kondensasi lateral 
3. penggunaan cone dengan ujung yang sangat halus yang melekuk dan memilin
pada saat dimasukkan. 
4. penggunaan kondensasi lateral atau plugger yang terlalu besar 
5. semen saluran akar terlalu banyak 
6. penggunaan siler saluran akar yang cepat mengeras atau cara mencampur
yang salah. 
7. Gagal untuk mencapai kedalaman kondensasi dan aliran gutta percha yang
melembek ( kondensasi vertikal, semua teknik gutta percha termoplastik )

Rencana Perawatan16 
Kegagalan perawatan saluran akar dapat ditanggulangi dengan dua cara yaitu
perawatan ulang non bedah, dan perawatan ulang secara bedah. Pada gigi yang
dapat direstorasi dengan baik, perawatan ulang non bedah dipilih karena
memungkinkannya disinfeksi pada sistem saluran akar yang lebih baik. Kualitas
dari perawatan endodontik sebelumnya menjadi bagian besar dari keberhasilan
perawatan ulang endodontik (retreatment), dengan kualitas endodontik yang buruk
sebelumnya maka akan memiliki peluang yang lebih besar untuk dilakukan
perawatan ulang. Pada perawatan saluran akar ulang perlu dilakukan pengambilan
gutta percha, Gutapercha yang terkondensasi baik, pengangkatan akan lebih sulit
dan dibutuhkan teknik khusus untuk melunakkan gutaperca terlebih dahulu baik
dengan pemanasan atau dengan bahan pelarut. Adapun teknik yang digunakan
untuk mengangkat gutapercha adalah dengan bahan pelarut, teknik pemanasan,
teknik dengan menggunakan instrumen yang dikombinasi dengan bahan pelarut.

Pada kasus ini, perawatan ulang saluran akar dapat dilakukan dengan mengulang
perawatan melalui akses mahkota dengan tujuan untuk membuang iritan pada
saluran akar yang sebagian besar terdiri atas mikroorganisme yang tinggal atau
berkembang setelah perawatan. 

Penanggulangan dengan bedah apeks  dimaksudkan untuk menutup rapat saluran


akar pada apeksnya. Meninggalkan debris dan mikroorganisme dalam saluran akar
berlawanan dengan prinsip biologis, oleh karena itu bedah apeks merupakan pilihan
kedua jika akses mahkota pada perawatan ulang saluran akar tidak dapat dilakukan.
Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan
ulang dilakukan. Ruangan kosong yang ada pada saluran akar dapat memudahkan
berkembangnya bakteri yang masih tersisa dan hidup dalam tubulus dentin, bahkan
dapat mencapai daerah apikal. Pada pengisian saluran akar yang tidak hermetis
perlu pertimbangan untuk dilakukan perawatan ulang saluran akar sebelum
dibuatkan restorasi tetap. Untuk mengobturasi sistem saluran akar sepadat mungkin
di seluruh panjangnya, perhatikan preparasi saluran, pas – tidaknya instrument dan
efisiensi pemakaian tidak saja siler saluran akar, tetapi juga kerucut gutta-percha
yang mengisi ruang saluran akar yang telah dipersiapkan secara tepat menggunakan
kondensasi vertikal yang memadai. Jadi untuk kasus ini tidak perlu dilakukan bedah
namun hanya perawatan ulang konvesional dan restorasi akhir.

8. Kapan dikatakan perawatan final telah dicapai, dan apa yang dilakukan saat
perawatan final? (IKGA)

Apeks terbuka terjadi pada proses perkembangan akar gigi imatur sampai
penutupan apeks selesai, yaitu sekitar 3 tahun setelah gigi erupsi. Jika tidak terdapat
penyakit pulpa dan penyakit periapeks maka apeks terbuka tersebut adalah normal,
namun jika pulpa menjadi nekrosis sebelum pertumbuhan akar selesai, maka
pembentukan dentin dan perkembangan akar berhenti sehingga apeks tetap terbuka.
Hal ini menyebabkan akar menjadi pendek dan tipis sehingga dinding dentin
saluran akar lemah. Apeks terbuka juga bisa terjadi karena hasil resopsi ekstensif
pada apeks yang matur setelah perawatan ortodonsia atau inflamasi periapeks yang
parah.17,18 Pada apeks yang terbuka tidak ada barrier yang menahan material pengisi
di ujung apeks saluran akar sehingga material pengisi dapat masuk ke dalam
jaringan periapeks dan menyebabkan trauma pada jaringan tersebut. Tidak adanya
apical stop juga dapat menyebabkan saluran tidak terisi penuh dan rentan terjadi
kebocoran.17 Bergantung pada vitalitas pulpa, dua pendekatan perawatan yang dapat
dilakukan pada kasus apeks terbuka adalah apeksogenesis (terapi pulpa vital) atau
apeksifikasi (penutupan ujung  apeks).18 Pada kasus ini gigi permanen mengalami
nekrosis dengan apeks terbuka pasca trauma, sehingga dilakukan perawatan
apeksifikasi menggunakan MTA.

Perawatan final dikatakan telah dicapai setelah hampir seluruh rangkai prosedur
perawatan dilakukan dan setelah pasien diinstruksikan datang kembali dua minggu
kemudian untuk melanjutkan perawatan pasca restorasi sementara, Pasien tidak
mengeluhkan adanya rasa sakit. Pada pemeriksaan klinis terlihat tumpatan
sementara masih baik, perkusi dan palpasi negatif, dan tidak ada kegoyangan gigi.
Pada radiograf periapeks terlihat saluran akar telah diobturasi dengan hermetis dan
terlihat perbaikan pada lesi periapeks. Pada perawatan final dilakukan penutupan
kavitas yaitu restorasi akhir menggunakan resin komposit, Setelah tumpatan
sementara dibongkar, tentukan warna gigi dengan menggunakan shade guide
(Vitapan Classic). Selanjutnya dilakukan preparasi pada kavitas, dilakukan
prosedur restorasi menggunakan resin komposit.19

Daftar Pustaka
1. Kartinawanti A, Asy’ari A. Penyakit pulpa dan perawatan saluran akar satu kali
kunjungan. JIKG 2021; 4(2): 66 – 7.
2. Maulidar. Perawatan apeksogenesis gigi insisivus permanen dengan akar masih
terbuka disertai pulpa terbuka karena trauma. Cakradonya Dent J; 11(1): 59.
3. Kusuma ARP. Mulyawati E. Nugraheni T. Pengaruh lama kontak campuran
kalsium hidroksida-gliserin dan kalsium hidroksida-chlorhexidine digluconate 2%
terhadap kekerasan mikrodentin pada segmen sepertiga servikal saluran akar. J Ked
Gi. 2013. 4(2) : 40-41.
4. Elumalai D. Kapoor B, Tewrai RK. Mishra SK. Comparision of mineral trioxide
aggregate and biodentine for management of open apices. Journal of
Interdesciplinary Dentistry. 2015:5(3):131-35.
5. Parirokh M. Torabinajed M. Dummer PM. Mineral trioxide aggregate and other
bioacrive endodontic cements: an update overvien part i vitel pulp therapy,
International Endodontic Journal 2018:51:178-80.
6. Cutts G. Pulp vital therapy Pulp capping with TM. Septodont Biodentine 2013
casestudy collection; 5: 15-18
7. Al-Dlaigan YH. 2015. Pulpotomy Medicaments used in Denciduous Dentition: An
Update. J Contemp Dent Pract. Vol 16 (6): 486-503.
8. Hussein, Ahmad Mustofa. Apexification & Apexogenesis. 10 April 2012.
9. Endodontic Practice Us. Apexogenesis and Apexification with Mineral Trioxide
Aggregate (MTA): a Report of two cases. https://endopracticeus.com/apexogenesis-
and-apexification-with-mineral-trioxide-aggregate-mta-a-report-of-two-cases/ (24
Oktober 2022)
10. Maulidar. Perawatan Apeksogenesis Gigi Insisivus Permanen Dengan Akar Masih
Terbuka Disertai Pulpa Terbuka Karena Trauma. Cakradonya Dent J. 11(1): 58-62.
11. Amida A, Adang RA. Perawatan Endodontik Pada Gigi Molar Kedua Mandibula
Dengan Konfigurasi Saluran Akar Berbentuk-C. J Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran 2020; 26-31
12. Putri MU. Gigi Dengan Pengisian Saluran Akar Yang Tidak Hermetis. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya 2011.
13. Armilia,Milli.  Faktor – faktor Penyebab Kegagalan saluran Akar. Bandung ;
Unpad.

14. Kartynawanty A.T, Berliana A. Prosiding Dental Seminar Universitas


Muhammadiyah Surakarta (Densium). Retreatment atau perawatan ulang saluran
akar gigi 11 non vital dengan fistula-2021; Surakarta, Indonesia.
15. Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea &
Febiger.
16. Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodoti). Cetakan I, Jakarta : Widya
Medika
17. Lin LM, Huang GTJ. Pathobiology of Apical Periodontitis. Dalam: Hargreaves
KM, Berman LH (Eds). Cohen’s Pathways of the Pulp, 11th ed. St. Louis: Elsevier.
2011: 630-632
18. Torabinejad M, Walton RE. Endodontics Principles and Practice, 4th ed. St. Louis:
Sauders. 2009: 22, 29-32, 391-398.
19. Reni N, Apeksifikasi dan Intracoronal Bleaching pada Gigi Insisisvus Sentral kanan
Maksila (laporan kasus. Cakradonya Dent J; 10(2): 113-120.

Anda mungkin juga menyukai