Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL

Perawatan Periodontal Fase II


Blok 16: Perawatan penyakit periodontal & jaringan lunak oral

oleh
Kelompok Tutorial L :
1. Nindita Cahya M. (161610101111)
2. Yumnaina Nurhadi (161610101112)
3. Julia Eka Putri Ayuningtyas (161610101113)
4. Nandita Nur Afifa (161610101114)
5. Dinda Virgatha D. (161610101115)
6. Imania Zulfa (161610101117)
7. M. Nagara Salim S. (161610101118)
8. Rinda Puspa Safitri (161610101117)
9. Jevina Sicilia A. (161610101120)
10. Annisa Syifa M. (161610101121)

Pembimbing :
drg. Berlian Prihatiningrum, MDSc, Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018

1
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor : drg. Berlian Prihatiningrum, MDSc, Sp.KGA


Ketua : Nandita Nur Afifa (161610101114)
Sciber Meja : Nindita Cahya M. (161610101111)
Anggota :
1. Yumnaina Nurhadi (161610101112)
2. Julia Eka Putri Ayuningtyas (161610101113)
3. Dinda Virgatha D. (161610101115)
4. Imania Zulfa (161610101117)
5. M. Nagara Salim S. (161610101118)
6. Rinda Puspa Safitri (161610101117)
7. Jevina Sicilia A. (161610101120)
8. Annisa Syifa M. (161610101121)

2
Skenario 2

Seorang wanita usia 40 tahun datang ke dokter gigi ingin membersihkan giginya yang kotor.
Pasien mengeluhkan gigi-giginya kasar saat dusentuh lidah sejak 1 tahun yang lalu dan
gusinya mudah berdarah pada waktu menyikat gigi sejak 2 bulan yang lalu. Pasien belum
pernah merawatkan keluhannya. Pemeriksaan intra oral didapatkan OHI-S yang buruk, pada
gigi 12, 11, 21 margin gingival merah dan membesar kearah koronal, konsistensi keras,
probing depth 4mm, sedangkan pada gigi 42, 41, 31, 32, 33 margin gingival merah kebiruan,
pendarahan saat probing, resesi gingival 1 mm dan probing depth 5mm pada gigi 41, 31.
Hasil foto radiografi gigi 41, 31 terdapat resorbsi tulang alveolar kurang dari ½ panjang akar
dengan pola horizontal. Dokter mendiagnosa pada gigi 12, 11, 21 adalah mucogingival
deformities and conditions aroung teeth dan pada gigi 42, 41, 31, 32 adalah periodontitis
kronis. Rencana perawatan yang akan dilakukan adalah perawatan fase 1, evaluasi dan
perawatan fase II bedah periodontal sederhana.

3
Step 1 Clarifying unfamilar terms

1. Plak : lapisan lunak yang melapisi gigi yang terdiri protein dan bakteri
2. DHE (Dental Health Education) : suatu bentuk pendidikan non formal untuk
masyarakat untuk hidup yang lebih sehat
3. Scaling : tindakan perawatan periodontal untuk membersihkan gigi dari plak dan
kalkulus pada subgingiva maupun supragingiva
4. Root planning : suatu tindakan perawatan periodontal untuk membersihkan sementum
dan dentin agar bebas plak supaya dihasilkan permukaan yang halus dan bersih.
Membersihkan sisa bakteri dan produknya pada sisa akar.

Step 2 Problem definition

1. Apa prinsip perawatan periodontal?


2. Apa saja fase-fase pada perawatan periodontal?
3. Mengapa pada skenario drg menentukan perawatan periodontal fase 1?
4. Apa indikasi dan kontraindikasi scaling dan root planning?
5. Bagaimana prosedur perawatan scaling dan root planning?
6. Informasi apa saja dalam DHE?
7. Evaluasi apa yang diberikan dokter gigi pada pasien setelah perawatan periodontal?
8. Apa perawatan selain scaling dan root planning pada fase1?

Step 3 Brainstorming

1. Prinsip perawatan periodontal:


- Memotivasi pasien untuk menjaga kebersihan mulut
-
Dokter harus mengetahui cara memegang alat scaling, alat dimasukan sejajar
dengan sumbu gigi supaya tidak mengakibatkan luka.
-
Penggunaan alat, cisle untuk membersihkan kalkulus pada supragingiva namun
jika subgingiva akan menyebabkan luka. Hoe untuk menghaluskan sementum.
File untuk tumpatan yang overhanging.
-
Pandangan dari operator harus cukup terang dan baik
-
Finger rest, untuk kontrol alat
-
Angulasi yang baik yaitu 450-900
-
Menyingkirkan bakteri pada permukaan akar gigi
-
Menyingkirkan poket periodontal agar kembali normal
2. a. Fase I (preliminary)
Fase pada kasus darurat sebagai prioritas utama yg meliputi perawatan
periodontal, periapikal, juga dapat pencabutan bila tidak dapat dipertahankan.
Merupakan fase awal dimana bertujuan mengeleminasi etiologi. Dilakukan
4
scaling, DHE, root planning, kontrol makanan, ekskavasi, splinting, pemberian
terapi antimikrobial.
b. Fase II (Periodontal dengan Bedah)
Fase dilakukan setelah evaluasi pada fase I, dengan keadaan poket lebih dari
5mm dan gingiva enlargement. Dilakukan perawatan bedah dan flap periodontal.
Pengkoreksian dan pembentukan kembali anatomi jaringan dan gigi yg dapat
menyebabkan penyakit periodontal seperti tindakan graft gingiva.
c. Fase III (perawatan Restorative)
Pembuatan restorasi tetap dan gigi tiruan
d. Fase IV (pemeliharaan)
Mempertahankan hasil perawatan agar tidak terjadi kekambuhan. Melakukan
kontrol setelah terapi agar tidak terjadi recurent penyakit periodontal.
3. Alasan skenario drg menentukan perawatan periodontal fase 1:
Dikarenakan crowded, dan menghilangkan etiologi yaitu plak dan kalkulus sehingga
dilakukan fase I. Karena untuk melakukan fase II diperlukan evaluasi terlebih dahulu
setelah fase I. Jika evaluasi baik, tidak diperlukan fase II namun jika kondisi belum
membaik, perlu dilakukan fase II.
4. Indikasi scaling :
-
Adanya permukaan akar atau dentin yang terekspos dan ada kalkulus baik
subgingiva maupun supragingiva.
-
Pada pasien dg gingiva bengkak/inflamasi
-
Adanya poket suprabony
-
Adanya abses dg lesi kecil dan tidak parah
-
Ada kalkulus pada permukaan akar jika dilihat pd radiografi
-
Pada gigi yg kehilangan perlekatan klinis
-
Poket lebih dari 4mm atau dgn skor CPITN 3

Kontraindikasi scaling :

-
Pasien dengan TBC aktif
-
Pada pasien anak tidak bisa dilakukan scaling dengan ultrasonic
-
Pasien dengan penyakit menular
-
Pasien dengan abses periodontal (khususnya untuk root planning)  drainase
-
Kalkulus yang meluas pada daerah apikal
-
Pasien yang memiliki riwayat hipertensi, karena diberi anestesi lokal serta
vasokrontriktor
-
Pasien memiliki penyakit hemofili
-
Pasien sedang melakukan terapi radiasi/kemoterapi
-
Pasien dengan ketergantungan alkohol dan narkotika
5. Prosedur perawatan scaling dan root planning:
a. Mempersiapkan alat dan bahan
b. Mengatur posisi kerja

5
c. mengaplikasikan antiseptik pada area kerja dengan cotton pelet dan pinset arah
kedalam lalu keluar
d. eksplorasi dengan sonde half moon, dilakukan dengan hati2 yaitu menginsersikan
dengan pelan2, sonde diarahkan ke apikal gigi untuk mengecek subgingiva yang
biasanya 1-2 mm diatas poket periodontal.
e. dengan sicle membersihkan kalkulus supragingiva, untuk kalkulus subgingiva
dibersihkan dengan kuret gracy
f. eksplorasi lagi dengan sonde halfmoon untuk mengethaui masih ada sisa atau tidak
g. polishing dengan rubber bur atau brush
h. irigasi dengan larutan antiseptic.
Instrumentasi:
-
Scaler yg manual (sicle, kuret universal dan gracy, ekskavator, cisle, hoe,) maupun
ultrasonik.
Keuntungan manual : adaptasi lebih baik, akses baik, tidak memproduksi aerosol,
tidak ada panas yang dihasilkan.
Kerugian manual : membutuhkan waktu yg lebih lama, ketajaman berbeda
sehingga tidak optimal.
-
Scaler ultrasonic
Menempelkan blade pada kalkulus yang besar lalu memecah kalkulus tersebut.
Dilanjutkan menghaluskan permukaan dengan menempelkan blade pada
permukaan gigi kemudian digerakan ke arah lateral diseluruh permukaan gigi
hingga seluruh permukaan halus.
-
Sebelum melakukan dilakukan pemeriksaan seperti pengukuran poket
menggunakan probe WHO untuk mengetahui sedalam mana poket yang sudah
terbentuk
6. Informasi yang di berikan saat DHE :
Instruksi kontrol plak
1. Secara mekanis, seperti gosok gigi yg merupakan cara efisien untuk
menghilangkan plak. Dental floss untuk menghilangkan plak yg tidak terjangkau
gigi.
2. Secara kimiawi, seperti obat kumur. Namun penggunaan dibatasi dan jangan
terlalu sering
3. Penyuluhan diet, mengendalikan frekuensi makanan karbohidrat dan lebih
memilih makanan yang berserat seperti apel.

Tujuan DHE :

-
untuk meningkatkan oral hygine pasien dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya kesehatan mulut

6
-
mampu menjaga kesehatan rongga mulutnya sendiri, mengurangi penyakit gigi
dan mulut
7. Evaluasi perawatan periodontal fase 1:
Tujuan evaluasi untuk mengontrol hasil dari perawatan dan perkembangan dari
perawatan sebelumnya. Untuk melihat keadaan plak dan kalkulus yg tersisa dan
kedalaman poket setelah dilakukan perawatan, status dari OH, perubahan dari gingiva
apakah membengkak atau perubahan warna, mobilitas gigi, melihat oklusi dari gigi.
Dilakukan 1-2 minggu krn masa penyembuhan jaringan selama 14 hari, untuk kontrol
kedua 2 bulan untuk melihat perlekatan dari epitel. Dari fase I ini dapat menentukan
perawatan selanjutkan.
8. Perawatan selain scaling dan root planning pada fase 1:
- koreksi dari restorasi yang overhanging
-
Perawatan karies yang dekat dengan gingiva
-
Mengubah perilaku pasien dengan memberikan motivasi, instruksi dll dalam hal
merawat rongga mulut
-
Oklusal adjustment untuk menyeimbangkan beban kunyah
-
Splinting pada gigi goyang
-
Protesa sementara untuk menghindari kerusakan jaringan gigi

Step 4 Analyzing the problem

Etiologi Penyakit
periodontal

Gingivitis
Kronis

Perawatan Periodontal
fase 1

Dental Health Scaling Root Planning


Education

Evaluasi

7
Step 5 Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan macam-macam


perawatan periodontal fase I
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan kontraindikasi
perawatan periodontal fase I
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan dasar pemikiran dan teknik
prosedur perawatan periodontal fase I
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan evaluasi yang dilakukan setelah
perawatan periodontal fase I

Step 7 Learning Objective (Generalisation)

1. Perawatan periodontal fase I

Perawatan periodontal merupakan bagian dari perawatan gigi dan jaringan sekitarnya.
Perawatan penyakit periodontal bertujuan untuk mempertahankan fungsi gigi geligi,
mencegah atau mengurangi penjalaran atau keparahan penyakit. Keberhasilan perawatan
dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah bakteri pathogen, meningkatkan kemampuan
jaringan untuk mempertahankan atau memperbaiki diri. Keberhasilan perawatan penyakit
periodontal ditandai dengan adanya kapasitas penyembuhan yang baik dari jaringan
periodontal. Perawatan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan beberapa tahap
perawatan yaitu, preliminary phase, fase I, fase II, fase III, dan fase IV (Carranza, 2002).

8
Menurut American Academy of Periodontology, perawatan periodontal fase I
merupakan terapi permulaan untuk mengontrol plak, penyakit periodontal yang berhubungan
dengan sistemik dengan cara menghilangkan bakteri plak biofilm kalkulus supragingiva dan
subgingiva dengan kemoterapi agen dan menghilangkan faktor lokal seperti mendeteksi
kerusakan restorasi dan perawatan lesi karies.

Terapi inisial disebut juga terapi fase I (phase non-surgical) atau terapi higienik. Terapi
inisial bertujuan untuk membuang semua faktor lokal yang menyebabkan peradangan gingiva
serta pemberian instruksi dan motivasi pasien dalam melakukan kontrol plak. Terapi inisial
juga disebut sebagai fase etiotropik karena bertujuan untuk menghilangkan faktor etiologik
penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I yaitu:
a. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak
Instruksi kontrol plak harus dimulai sejak kunjungan pertama, yaitu penggunaan
sikat gigi mencakup metode menyikat gigi yang benar, frekuensi menyikat gigi, lama
menyikat gigi, sikat gigi yang digunakan dan prinsip penyikatan. Instruksi kontrol
plak yang komperehensif selanjutnya meliputi penggunaan alat bantu selain sikat gigi
yaitu benang gigi maupun pembersih daerah interdental lainnya. Konseling yang
bersifat memotivasi pasien terhadap faktor resiko yang berpengaruh terhadap penyakit
periodontal (seperti merokok) juga dimulai pada tahap ini (Manson, 2013).
b. Eliminasi kalkulus supragingiva dan subgingiva
Kalkulus memiliki permukaan yang kasar sehingga menjadi tempat yang ideal
bagi perlekatan bakteri, oleh karena itu kalkulus harus dihilangkan agar kontrol plak
dapat dilaksanakan secara efektif. Scalling dan root planning termasuk dalam
perawatan periodontal tahap awal. Tujuan utama tindakan ini adalah untuk
memperbaiki kesehatan gingiva dengan cara menghilangkan faktor yang
menimbulkan keradangan dari permukaan gigi. Scalling supragingiva dapat dilakukan
dengan menggunakan skeler manual, alat kuret dan instumen ultrasonic. Tindakan
instrumentasi periodontal dapat direncanakan dalam beberapa kali kunjungan dan
untuk pasien dengan inflamasi yang parah dan disertai deposit kalkulus yang banyak,
tindakan debridemen seluruh mulut (full-mouth debridement) dapat dilakukan secara
bertahap dalam dua kunjungan atau lebih. Penggunaan anastesi lokal juga diperlukan
bila instrumentasi dilakukan pada sisi inflamasi yang lebih dalam, selanjutnya
dilakukan pemolesan yang bertujuan untuk menghilangkan permukaan kasar setelah
pembuangan sisa kalkulus supragingiva (Widyastuti, 2009).
c. Perawatan karies dan lesi endodontik

9
Langkah ini meliputi pembuangan karies secara sempurna kemudian dilakukan
penumpatan dengan restorassi sementara atau restorasi akhir. Kontrol terhadap karies
penting karena karies merupakan sumber infeksi sehingga perlu perawatan untuk
memaksimalkan penyembuhan selama perawatan periodontal fase I. Karies khususnya
pada daerah proksimal dan serikal gigi serta pada permukaan akar, merupakan daerah
reservoir bakteri dan dapat memberikan pengaruh terhadap re-populasi bakteri plak.
Kavitas yang terbentuk akibat proses karies merupakan wadah yang baik dimana plak
terlindung dari usaha eliminasi secara mekanis. Oleh karena itu kontrol terhaap karies
sangat penting, setidaknya penumpatan sementara harus diselesaikan dalam terapi fase
I (Widyastuti, 2009).
d. Menghilangkan restorasi gigi yang overcountur dan over hanging
Restorasi dengan permukaan yang kasar, overcountur, overhanging, atau terlalu
menekan ke daerah subgingiva dapat menyebabkan akumulasi bakteri periodontal
yang bersifat pathogen sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi gusi, kehilangan
perlekatan epitel dan kehilangan tulang alveolar. Restorasi tersebut mempengaruhi
efektivitaas kontrol plak yang dilakukan pasien sehingga harus dikoreksi dengan cara
penggantian seluruh restorasi atau mahkota, atau koreksi dengan menggunakan
finishing bur atau file berlapis diamond (diamond-coated files) yang dipasang pada
handpiece khusus. Untuk restorasi yang overhanging pada daerah subgingiva,
memungkinkan melakukan tindakan flap yang sederhana untuk memfasilitasi akses
akhiran restorasi (Manson, 2013).
e. Penyesuaian oklusal (occlusal adjustment)
Tahapan setelah gigi-gigi menempati posisi yang semestinya, kemudian dilakukan
occlusal adjustment untuk menghilangkan trauma oklusal serta oral hygiene yang baik
(Ismail, 2015).
f. Splingting temporer pada gigi yang goyah
Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai
dengan hilangnya perlekatan serta kerusakan tulang vertikal. Salah satu cara untuk
mengontrol dan menstablisasi kegoyangan gigi adalah splinting. Kegoyangan gigi
diklasifikasikan menjadi 3 derajat. Derajat 1 yaitu kegoyangan sedikit lebih besar dari
normal. Derajat 2 yaitu kegoyangan sekitar 1 mm, dan derajat 3 yaitu kegoyangan > 1
mm pada segala arah dan/ atau gigi dapat ditekan kea rah apikal. Splinting
diindikasikan pada keadaan kegoyangan gigi derajat 3 dengan kerusakan tulang berat
(Fedi, 2005).
g. Analisis diet dan evaluasinya

10
Defisiensi nutrisional tidak menimbulkan penyakit gusi. Meskipun demikian, bila
penyakit akibat plak sudah ada, defisiensi nutrisi akan mempengaruhi perkembangan
penyakit, oleh karena itu diet yang seimbang sangat diperlukan. Konsumsi gula dalam
bentuk apapun sebaiknya dikurangi (Manson, 2013).
h. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas
Jaringan periodontal diperiksa kembali untuk menentukan kebutuhan perawatan
lebih lanjut. Poket periodontal harus diukur ulang dan seluruh kondisi anatomi
dievaluasi untuk memutuskan perawatan bedah. Perawatan bedah periodontal
seharusnya dilakukan jika pasien sudh dapat melakukan instruksi kontrol plak secara
efektif dan gusi terbesas dari inflamasi (Fedi, 2005).

2. Indikasi dan kontraindikasi perawatan periodontal fase I


Indikasi scaling dan root planing:
1. Permukaan akar dan dentin yang terekspos dan terdapat kalkulus supragingiva dan
subgingiva. Pada permukaan dentin yang ekspos bakteri plak dapat menginvasi tubuli-
tubuli dentin. Maka dari itu scaling dierlukan untuk menyingkirkan deposit-deposit
tersebut pada permukaan akar yang terekspos dan terdapat poket, permukaanya dapat
dikontaminasi oleh toksin-toksin dari bakteri plak, terutama endotoksinnya (Carranza,
2015).
2. Menghilangkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan inflamasi gingiva, seperti : plak
biofilm, kalkulus dan endotoksin dan menjaga jaringan gingiva (Carranza, 2015).
Menjaga kesehatan jaringan gingiva (Carranza, 2015).
3. Kehilangan perlekatan klinis (ADA, 2014).
4. Pada pemeriksaan radiografi, terdapat penurunan puncak tulang alveolar (ADA, 2014).
5. Pada pemeriksaan radiografi, tampak adanya kalkulus pada pada permukaan akar
(ADA, 2014).
6. Pasien dengan gingiva yang bengkak dan inflamasi (ADA, 2016).
7. Adanya pocket supraboni (ADA, 2016).
8. Abses dengan lesi yang kecil dan tidak parah, masih dapat dilakukan scaling dan root
planing (Carranza, 2015).
Kontra indikasi scaling dan root planing :
1. Keadaan sistemik / kondisi kesehatan mulut yang tidak stabil (Fan Richard, 2007).
2. Active tuberculosis (Fan Richard, 2007).
3. Pasien dengan kemoterapi atau terapi radiasi (Fan Richard, 2007).

11
4. Pasien yang mengkonsumsi dan ketergantugan narkotika dan alkohol (Fan Richard,
2007).
5. Pasien endocarditis (Fan Richard, 2007).
6. Pasien dengan moderate – severe NUG dan local lymphadenopathy atau dengan gejala
sistemik lainnya (Carranza, 2015).
7. Abses periodontal yang luas dan bisa didrainase. Abses perlu di irigasi untuk
membersihkan eksudat dan membersihkan pocket (Carranza, 2015).
8. Keadaan sistemik / kondisi kesehatan mulut yang tidak stabil (Fran Richard, 2007).

3. Dasar pemikiran dan prosedur perawatan periodontal fase I

A. Dasar pemikiran dari Dental Health Education (DHE) antara lain :

- Meningkatkan oral hygiene pasien.


- Memberikan informasi kepada pasien bahwa plak pada gigi dan daerah yang berbatasan
dengan gusi merupakan “target hygiene”, sehingga pada daerah tersebut harus
dibersihkan untuk mencegah karies dan penyakit periodontal .

Tindakan dari Dental Health Education (DHE) antara lain :

a. Motivasi untuk Kontrol Plak yang Efektif


Memotivasi pasien untuk melakukan kontrol plak merupakan hal yang penting dan
efektif. Membutuhkan komitmen pasien yang baik untuk dapat mengubah kebiasaan
sehari-hari dan selalu datang kontrol rutin untuk pemeliharaan. Mengadopsi kebiasaan
baru dan pasien dapat rutin kembali untuk perawatan tidak mustahil, hanya saja perlu
edukasi yang lebih dari dokter gigi mengenai sebab akibat adanya plak pada gigi
sampai hal ini bias diterima oleh pasien. Keterampilan pasien harus dikembangkan
untuk membangun kebiasaan kontrol plak yang efektif. Di samping itu, pasien harus
memahami peran penting dokter gigi dalam mengobati dan menjaga kesehatan
periodontalnya.
b. Intruksi dan demontrasi
Menurut Nakre (2013) bahwa instruksi disertai dengan demonstrasi memiliki
efektifitas yang lebih baik daripada instruksi hanya dengan perkataan. Instruksi
bagaimana cara membersihkan gigi membutuhkan partisipasi pasien, mengamati,

12
mengoreksi bila ada kesalahan, dan penguatan selama kontrol sampai pasien mencapai
kemampuan yang diperlukan.
c. Kontrol plak
Pengunyahan makanan dalam bentuk kasar dan banyak tidak dapat mencegah
pembentukan plak. Oleh karena itu pencegahan dan pengontrolan terhadap
pembentukan plak gigi harus didasarkan atas usaha pemeliharaan hygiene oral secara
aktif. Keberadaan karbohidrat menjadi sumber bakteri menghasilkan Polisakarida
Ekstra Selular (PES). Bersama dengan protein saliva dan aktivitas bakteri dapat
terbentu plak gigi. Polisakarida Ekstra Selular (PES) menjadi bahan perekat pada
matriks plak. Dari dasar pemikiran tersebut usaha yang dapat dilakukan adalah
mencegah dan mengontrol pembentkan plak yang meliputi :
 Mengatur pola makanan
Dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat terutama sukrosa.
Berdasarkan bukti-bukti ilmiah bahwa karbohidrat merupakan bahan utama dalam
pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energi untuk bakteri dalam membentuk
plak.
 Tindakan secara kimiawi
Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dapat dengan menggunakan obat kumur
sebanyak 10 ml 2dd 1. Seperti penggunaan obat kumur yang mengandung klorhexidin
dapat membunuh bakteri gram posittif maupun negatif dan merupakan zat antijamur.
Namun penggunaan obat kumur hanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu.
 Tindakan secara mekanis (Fisioterapi Oral)
Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara luas untuk
membersihkan gigi dan mulut. Di pasaran dapat ditemukan beberapa macam sikat gigi,
baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk.

B. Scalling

Scaling dan root planingadalah proses membuang plak dan karang gigi yang dapat
menyebabkan inflamasi untuk memulihkan kesehatan gusi secara menyeluruh. Scaling
adalah proses dimana plak dan karang gigi dibuang dari permukaan supragingiva (bagian
atas gusi) dan subgingiva (bagian bawah gusi), sementara root planing adalah proses
dimana sisa karang gigi yang berada di sementum dikeluarkan dari akar gigi untuk
menghasilkan permukaan gigi yang halus, keras, dan bersih (Dibart, 2010).

Instrumen scalling :
1. Skeler manual

13
Skeler manual dibagi menjadi tiga bagian yaitu, bagian kerja (blade), shank, dan
handle. Ujung pemotong pada blade berpusat di sumbu panjang pada handle dalam rangka
memberikan keseimbangan yang tepat pada skeler. Bagian blade biasanya terbuat dari
carbon steel, stainless steel atau tungsten carbide . Skeler manual secara umum
diklasifikasikan ke dalam lima tipe yaitu sickle, kuret, file, hoe dan chisel.
- Kuret
Kuret merupakan skeler yang berfungsi menghilangkan kalkulus subgingiva, digunakan
dalam root planning, sementum yang mengalami alterasi, dan menghilangkan jaringan
lunak yang melapisi kantong periodontal. Kuret memiliki ujung pemotong pada kedua sisi
dari bagian blade dan ujungnya berbentuk membulat.

Gambar Tipe kuret dilihat dari ujung blade. A. Kuret universal. B. Kuret Gracey. Sumber : Newman MG,
Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s clinical periodontology. 11th Ed. Missouri: Elsevier
Saunders; 2012.
- Sickle
Sickle merupakan skeler yang berfungsi menghilangkan kalkulus supragingiva. Sickle
memiliki permukaan datar dan dua tepi pemotong yang saling bertemu di ujung blade
yang runcing dan tajam. Bentuk instrumen tersebut membuat ujungnya menjadi kuat
sehingga tidak akan patah selama penggunaan. Dikarenakan desain dari instrumennya,
blade dari sickle ini sulit untuk dimasukkan ke bawah gingiva tanpa merusak jaringan
gingiva sekitarnya. Sickle digunakan dengan teknik pull stroke

Gambar Tipe sickle untuk gigi posterior dan anterior.

14
- File
File digunakan untuk menghancurkan atau mematahkan deposit kalkulus yang besar dan
kuat
- Chisel
Chisel didesain untuk permukaan proksimal permukaan gigi yang jarak antar gigi terlalu
dekat dan biasanya digunakan untuk bagian anterior pada mulut. Chisel memiliki blade
yang sedikit melengkung dan ujung pemotong yang lurus dengan bevel sebesar 45 derajat

Gambar A. Chisel. B. File.


- Hoe
Hoe memiliki blade yang dibengkokkan pada sudut 99 derajat dan memiliki ujung
pemotong dengan bevel sebesar 45 derajat. Blade dari hoe sedikit membungkuk sehingga
dapat mempertahankan kontak pada dua titik pada permukaan yang cembung.
(Chatterjee, 2012; Newman, 2012)
2. Skeler ultrasonik
Skeler ultrasonik merupakan alat dengan energi getaran yang tinggi yang dihasilkan oleh
generator osilasi yang dikonduksikan ke ujung alat sehingga menyebabkan getaran dengan
rentang frekuensi diantara 25000-42000 Hz. Ujung dari skeler ultrasonik harus
didinginkan oleh suatu cairan untuk mencegah getaran pada ujung skeler menjadi terlalu
panas. Getaran mikro menghancurkan dan menghilangkan kalkulus dengan dilengkapi
dengan air pendingin (Chatterjee, 2012).
Untuk melakukan scaling dan root planing, terdapat tahapan prosedur yang perlu
dijalani secara bertahap. Tahapan prosedur tersebut adalah sebagai berikut.

15
1. Pemeriksaan kedalaman poket periodontal.
Poket periodontal merupakan celah sempit yang terletak di antara gigi dan gusi.
Mengukur kedalaman poket periodontal penting untuk mengetahui tingkat inflamasi pada
gusi.
2. Deteksi karang gigi
Karang gigi, atau dalam istilah kedokteran disebut kalkulus (calculus), yaitu plak yang
mengeras dan mengumpul di permukaan gigi. Karang gigi berwarna kekuningan dan sulit
dihilangkan jika hanya dilakukan dengan menyikat gigi atau flossing. Ukuran, bentuk, dan
lokasi karang gigi merupakan parameter yang perlu diperhatikan saat pendeteksian karang
gigi dilakukan. Ciri khas gigi yang mengandung karang gigi adalah permukaan gigi terasa
kasar dan terdapat endapan kekuningan pada permukaannya.
3. Proses scaling dan root planing
3 Gerakan mendasar scalling dan root planning:

 Explorary stroke : alat dimasukkan perlahan dengan perabaan yang mengandalkan


kepekaan tangan dan alat untuk mendeteksi posisi kalkulus terutama tepi apikal
 Scalling stroke : pergerakan alat dikonrol oleh seluruh telapak tangan dengan peran
utama pada sendi pergelangan. Tiga tipe gerakan : vertikal, horizontal, oblique.
 Root planning stroke : memerlukan kekuatan ringan sampai sedang. Jika tetap
digunakan kekuatan yang besar akan membuat goresan yang tidak diinginkan pada
permukaan gigi sehingga dapat menjadi retensi plak dan kalkulus.

Teknik scaling kalkulus supragingiva :

Pada teknik scaling supragingiva, instrumentasi dilakukan pada daerah mahkota dan
tidak dibatasi oleh jaringan sekitarnya, sehingga adaptasi dan angulasi lebih mudah.
Kalkulus supragingiva biasanya dibersihkan dengan sickle, kuret, dan instrument
ultrasonik. Hoe dan chisel jarang digunakan. Sickle dan kuret dipegang dengan modifikasi
pen grasp dan dilakukan firm finger rest pada gigi yang berada di area yang berlawanan
dengan area kerja. Angulasi blade sedikit lebih kecil dari 90°. Cutting edge harus berada
pada margin apikal kalkulus, dan ditarik ke arah koronal secara vertikal atau obliq dengan
tarikan yang pendek, kuat, dan overlapping. Sickle mempunyai ujung yang tajam yang
dapat merusak jaringan sekitar, sehingga adaptasi dengan permukaan gigi harus baik.
Permukaan yang dibersihkan sampai secara visual dan taktil bebas dari semua yang
deposit supragingiva. Jika bulky blade dapat diinsersikan ke dalam jaringan sekitar maka
sickle dapat digunakan untuk membersihkan kalkulus di bawah free margin gingiva. Jika

16
tindakan ini dilakukan, biasanya diikuti dengan final scaling dan root planing dengan
menggunakan kuret (Carranza, 2015).

Teknik scaling kalkulus subgingiva :

Teknik ini lebih kompleks dan sulit dibandingkan dengan supragingiva karena
kalkulus berkonsistensi lebih keras daripada kalkulus supragingiva, kalkulus serta deposit
lain

terperangkat di bagian dalam dan sulit dijangkau, terutama pada akar gigi dengan
morfologi irreguler, serta dinding pocket lebih terbatas namun kalkulus yang lebih dalam
masih ada. Scaling ini menggunakan alat sickle, hoe, file, dan alat ultrasonik namun tidak
dianjurkan untuk root planing. Meskipun beberapa file dapat menghancurkan deposit yang
keras tetapi file, hoe, dan alat ultrasonik yang besar dan sulit diinsersikan ke dalam pocket
yang dalam. Hoe dan file tidak bisa digunakan untuk mendapatkan permukaan yang halus
seperti kuret, kuret sangat baik digunakan untuk menghilangkan kalkulus pada sementum
subgingiva (Carranza, 2015). Scaling subgingiva dan root planing dilakukan dengan baik
dengan kuret universal. Cutting edge dapat diadaptasikan dengan ringan pada gigi dan
lower shank dibuat sejajar dengan permukaan gigi. Lower shank digerakkan menghadap
ke gigi sehingga dengan demikian bagian depan dari blade berada dekat dengan
permukaan gigi. Blade instrument diinsersikan dengan bagian bawah gingiva sampai dasar
pocket, angulasi 45° dan 90°, dan kalkulus dapat dihilangkan dengan gerakan yang
terkontrol, gerak pendek, dan bertenaga(Carranza, 2015).

Ketika stroke scaling digunakan untuk menghilangkan kalkulus, kekuatan bisa


dimaksimalkan dengan memusatkan tekanan lateral ke sepertiga bagian bawah blade. Di
bagian ini, beberapa mm dari ujung blade diposisikan sedikit ke apikal ke tepi lateral
kalkulus, dan stroke vertikal atau miring digunakan untuk membagi kalkulus dari
permukaan gigi. Tanpa menarik instrument dari sulkus, blade maju ke lateral untuk
mengenai bagian berikutnya dari kalkulus yang tersisa. Stroke vertikal/miring dibuat
overlapping dengan stroke sebelumnya dan proses ini diulang sampai kalkulus hilang
(Carranza, 2015).

17
Gambar Posisi shank pada saat pembersihan kalkulus di daerah proksimal ; A. posisi yang
benar, shank paralel dengan sumbu gigi, B. posisi yang salah, shank dimiringkan dan jauh
dari gigi, C. Posisi yang salah, shank miring dekat ke arah gigi

Teknik Scaling ultrasonic :


Gerakaan alat sama dengan gerakan scaler manual tetapi tidak boleh ada gerakan
mengungkit. Ujung scaler hanya digunakan untuk memecah kalkulus yang besar dengan cara
ditempellkan pada permuakaan kalkulus tekanan ringan sampai terlepas. Blade ultrasonic
scaler ditempelkan pada permukaan gigi kemudian digerakan ke arah lateral
Teknik Root Planning :

 Kuret dipegang dengan menggunakan teknik modified pen grasp.


 Dibutuhkan tumpuan yang tepat untuk kestabilan alat.

 Blade diadaptasikan secara ringan pada permukaan gigi.

 Blade dimasukkan dengan pelan ke dalam ephitelium junction.

 Sudut kerja harus lebih dari 45 derajat dan kurang dari 90 derajat.

 Exploratory strokes dilakukan hingga kalkulus atau kekasaran pada permukaan


ditemukan.

 Jika kalkulus telah ditemukan, dilakukan scalling strokes dengan tekanan lateral yang
kuat, pendek, terkontrol dan berulang hingga semua kalkulus terangkat.

 Jika bekerja pada permukaan akar, root planning strokes dengan tekanan lateral yang
kuat dan dilanjutkan dengan strokes yang panjang, berulang dan mengikis hingga
permukaan akar halus dan keras.

18
 Lalu kita lakukan pengecekan dengan menjalankan eksplorer atau sonde ke semua
permukaan gigi dan akar gigi.

 Poles permukaan gigi dengan menggunakan rubber cups dan pasta poles.

4. Evaluasi setelah perawatan periodontal fase I

Evaluasi perawatan periodontal merupakan pemeriksaan dari tindakan yang telah


diberikan kepada pasien untuk melihat efektif atau tidak dari perawatan yang diberikan.
Evaluasi ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit
periodontal dan untuk menentukan perawatan yang lebih lanjut. Dasar pemikiran dari
evaluasi perawatan periodontal ini adalah jaringan periodontal tidak dapat mengalami
penyembuhan secara langsung, jaringan ini dapat mengalami repair dengan sempurna
sekitar 4 minggu setelah perawatan, sehingga perlu dijadwalkan untuk evaluasi (Nield,
2011).

Evaluasi setelah perawatan meliputi:

1. Memperbarui rekam medis pasien.


2. Pemeriksaan secara menyeluruh pada jaringan periodontal seperti control plak,
kondisi gingiva, kedalaman poket.
3. Membandingkan kondisi pasien awal sebelum perawatan dengan kondisi saat
evaluasi.
4. Menentukan keputusan apakah perawatan dilanjutkan atau tidak.
(Nield, 2011; Mitchell, 2016).
Evaluasi setelah scaling dan rootplaning
1) 1 – 2 minggu setelah scaling dan rootplaning (Genco,Robert.J,dkk,1990)
a) Edema mulai menghilang
b) Penyusutan pada gingival margin
c) Kedalaman poket berkurang, tetapi kemungkinan masi terjadi sedikit perdarahan
ataupun tidak sama sekali dari dasar poket saat melakukan probing
d) Kalkulus tidak tampak secara visual
e) Oral higiene sangat bagus
f) Secara histologi, proses epitelisasi telah sempurna
2) 2 – 3 minggu setelah scaling dan rootplaning (Genco,Robert.J,dkk,1990)
a) Warna dan konsistensi gingival tampak normal
b) Tidak terjadi perdarah dari dasar poket saat dilakukan probing
c) Kegoyangan gigi mulai berkurang

19
d) Flora subgingival bebas dari bakteri patogen dan organisme yang ada memiliki
komposisi yang sama dengan jaringan sehat pada umumnya
e) Secara histologi, jaringan ikat telah mengalami kematangan selama
3) 21- 28 hari dan akhirnya kontur gingiva tampak normal setelah 3 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Periodontology, Ad Hoc Committe on Parameters of Care; Phase


Terapy I, J Periodontal 71;(suppl)856,2011

Carranza; Newman; Takei; Klovekkoid. 2015. ‘Carranza’s Clinical Periodontology 12th


edition’. St. Louis: Saunders Elsevier.

Carranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2002, Carranza’s Clinical
Periodontology 9th Edition, W.B Saunders Elseveir Company, Philadelphia, h. 965-975.
Chatterjee A, Baiju CS, Bose S, Shetty SS, Wilson R. Hand vs ultrasonic instrumentation: A
review. J Dent Sci & Oral Rehab. 2012 OctDec;3(4):8-9.
Dibart, S., Dietrich, T., 2010, Practical Periodontal Diagnosis and Treatment Planning,
Blackwell, Iowa
Fedi, P.F., Vernino A.R., Gray, J.L., 2005, Silabus Periodonti, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, h. 135-173.
Genco,Robert J.1990. Contemporary Periodontics. Giny Doulgas : Judit Bange

Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s clinical periodontology.
11th Ed. Missouri: Elsevier Saunders; 2012. p. 461-75.

Nield, Gehrig. 2011. Foundation of Periodontics for the Dental Hygienist 3 rd ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins.

Mitchell, Laura., David, A. M., Lorna, M. 2016. Kedokteran Gigi Klinik Semua Bidang
Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.

20
Richard, Fran. 2007. ‘Prescribed Contraindication to Scaling, Root Planing Including
Curretting Surounding Tissue’. College of Dental Hygiene of Ontario

21

Anda mungkin juga menyukai