BASIC RESEARCH
&
SURVEILLANCE EPIDEMIOLOGY
(KG.09)
Tim Blok 9:
(PJ) drg. Sri Utami, MPH.
(WPJ) drg. Wustha Farani, MDSc., Sp.KGA.
(PJ content skills lab) drg. RR. Pipiet Okti Kusumastiwi, MPH.
1
STUDY GUIDE
BASIC RESEARCH
&
SURVEILLANCE EPIDEMIOLOGY
Penyusun :
drg. Sri Utami, MPH.
Editor
drg. Sri Utami, MPH
Kontributor
drg. Indri Kurniasih, M.MedEd.
drg. Arya Adiningrat, PhD.
Drg. Nyka Dwi Febria, M.MedEd.
2
GAMBARAN BLOK
Basic research and surveillance epidemiology merupakan salah satu blok pada
tahun kedua dari Kurikulum tahap sarjana (S1) di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY. Capaian pembelajaran blok ini
meliputi capaian pembelajaran sikap, keterampilan umum, pengetahuan dan
keterampilan khusus yang telah disesuaikan dengan Kurikulum Perguruan Tinggi (KPT)
yang ditetapkan oleh DIKTI.
Blok ini berisi bahan kajian terkait basic research, epidemiology serta surveillance
epidemiology. Kajian kritis tentang Evidenced Based Dentistry (EBD) juga menjadi salah satu
keterampilan yang diajarkan dalam pembelajaran blok. Prinsip dasar dari sikap, norma dan etika
sebagai seorang dokter gigi yang islami juga diajarkan dalam capaian pembelajaran blok ini
sebagai bahan kajian bermuatan lokal. Standar Kompetensi Dokter Gigi (SKDGI) yang dijadikan
acuan dalam pembelajaran blok ini adalah kompetensi di dalam domain I, II dan V, yaitu
profesionalisme, penguasaan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dan kesehatan mulut
masyarakat.
Diharapkan setelah mengikuti proses pembelajaran blok ini mahasiswa mampu
memahami konsep dasar penelitian secara umum dan penelitian epidemiologi, serta
surveilans epidemilogi. Mahasiswa juga diharapkan mampu melakukan survei kesehatan
gigi mulut komuitas. Penguasaan dasar etika-hukum dan komunikasi efektif juga menjadi
tujuan pembelajaran dari blok ini, sehingga kompetensi dari sikap profesional dan
komunikasi dokter pasien akan menjadi bagian tak terpisahkan dari keterampilan klinik
yang dikuasai mahasiswa kedokteran gigi UMY.
3
DAFTAR ISI
Halaman
4
Gambar 1. TOPIC TREE
5
AREA KOMPETENSI
A. Rancangan Pembelajaran
Modul Basic Research and Surveillance Epidemiology mempunyai tujuan akhir untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan survei kesehatan gigi dan mulut
komunitas, melakukan penelitian epidemiologi, serta memahami pembuatan research
proposal. Mahasiswa akan dibekali kompetensi sampai tahap bisa melakukan survei dengan
menggunakan indeks-indeks survei kesehatan gigi dan mulut komunitas, identifikasi factor
risiko, analisis data survei dan membuat laporan survei. Kegiatan survei tersebut akan
dilakukan pada kegiatan KOMUDA BLOK 9
6
LO 5 Memahami faktor risiko dan determinan kesehatan gigi mulut komunitas
LO 6. Mampu menganalisis tahapan identifikasi faktor risiko kesgilut
LO 7. Memahami dasar-dasar perencanaan program kesgilut komunitas
LO 8. Memahami pengertian, ruang lingkup dan peranan biostatistik
LO 9. Memahami jenis analisis data (deskriptif dan analitik)
LO 10. Memahami teori tentang jenis data, skala pengukuran dan penyajian data
LO 11. Memahami konsep dasar sample size determination
LO 12. Memahami konsep dasar variable penelitian, populasi dan sampel penelitian
LO 13. Memahami konsep dasar-dasar penelitian kedokteran dan kesehatan
LO 14. Memahami jenis-jenis bias dalam penelitian kedokteran dan kesehatan
LO 15. Memahami pengolahan, analisis dan penyajian data
LO 16. Mampu menganalisis aplikasi oral health needs assessment berdasarkan
pendekatan epidemiologi
LO 17. Mampu memahami dan menganalisis validitas instrument penelitian
2. Ranah Sikap
LO 18. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama
serta pendapat/temuan orisinil orang lain
LO 19. Bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan
LO 20. Menunjukkan sikap tanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya
secara mandiri
LO 21. Mampu menerapkan etika KG serta hukum yang berkaitan dengan praktek
KG secara profesional
7
LO 24. Memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada bidang
profesinya
LO 25. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan,
dan menemukan kembali data dan informasi untuk keperluan
pengembangan hasil karya profesi nya.
8
5. Ranah Pengetahuan (Penciri)
LO 34. Menguasai konsep mendalam terkait ilmu pengetahuan dan proses belajar
dalam sudut pandang islam (kesehatan masyarakat dan lingkungan)
9
C. Kerangka Bahan Kajian dan Topik Pembelajaran Blok
Kode CP Umum Kode CP Khusus Blok Bidang Ilmu Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan (Kuliah Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO (LO) pakar/FGD/Tutorial/ Kegiatan SKS
Skill Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)
PP3 Menguasai LO 1 Memahami Epidemiologi • Pengantar Epidemiologi Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
prinsip-prinsip konsep dasar kedokteran dan kedokteran Drg. Sri Utami, MPH
epidemiologi dan sejarah gigi
epidemiologi
LO 2 Memahami Epidemiologi • Pengantar 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
konsep dasar Epidemiology of
epidemiologi communicable disease
penyakit (endemic, epidemic, Kuliah
menular dan pandemic dan outbreak). Drg. Sri Utami, MPH
tidak menular • Ukuran dalam 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
serta konsep epidemiologi
pencegahan • Konsep terjadinya 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
peyakit, kausaliatas
• Konsep pencegahan Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
penyakit Leavell and Drg. Novitasari R.A.,
Clarck MPH.
• Penyakit-penyakit 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
endemic (Malaria, DB,
Hepatitis, HIV, TBC) Dr. drg. Titik Hidayati,
• Sistem dan komponen M.Kes.. 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
surveilans penyakit
menular
• Epidemiologi penyakit Tutorial 2 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
menular
• Konsep dasar dan Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
epidemiologi penyakit Drg. Pipiet Okti K, MPH.
tidak menular (NCD)
• Surveilans epidemiologi Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
penyakit tidak menular Drg. Sri Utami, MPH.
10
LO 3 Mampu Epidemiologi • Penelitian deskriptif dan Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
menganalisis analitik (definisi dan Prof. Drg. Niken.
jenis dan desain fungsi)
penelitian • Jenis dan desain penelitian Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
epidemiologi epidemiologi Drg. Likky Tiara A.,
MDSc., MPH.
Tutorial 4 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
Plennary bahasa 1 X 2 jam (0,0625) 0,0625
Kode CP Umum Kode CP Khusus Blok Bidang Ilmu Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan (Kuliah Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO (LO) pakar/FGD/Tutorial/Skill Kegiatan SKS
Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)
PP3 Menguasai LO 4 Memahami Epidemiologi • Pengantar surveilans 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
prinsip-prinsip konsep dasar epidemiologi
epidemiologi surveilans Kuliah
• Instrument survei kesgilut Prof. drg. Niken W., 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
epidemiologi,
(indeks survei) Indeks MDSc.
peran, sumber,
DMF-T, ICDAS,PUFA,
komponen dan
OHI, PHP-M)
kegiatan
surveilans • Metode survei kesehatan Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
gigi mulut terstandard Drg. Iwan Dewanto,
WHO (Riskesdas) MMR.
• Surveilans KG Step Wise 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
(WHO)
• Inggris Tutorial in english 1 X 2 jam X 0,0625 0,125
• Komponen dan sistem Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
surveilans epidemiologi Drg. Sri Utami, MPH.
Tutorial 3 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
Plennary in english 1 X 2 jam (0,0625) 0,0625
Metodologi • Jurnal Evidence Based Tugas Mandiri (terbagi 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
penelitian dalam beberapa kelompok
topik jurnal)
LO 5 Memahami • Determinan /Aspek Kuliah panel 1 X I jam X 0,0625 0,0625
faktor risiko sosiobudaya dan demografi Drg. Sri Utami, MPH.
11
serta faktor • Faktor risiko kesgilut pada 1 X 1 jam 0,0625 0,0625
determinan Geriatri
kesehatan gigi • Faktor risiko dan Kuliah panel 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
mulut determinan kesgilut Drg. Afina Hasna H.,
komunitas MPH.
Tutorial 1 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
• Konsep dan definisi sehat Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
Drg. Pipiet Okti K., MPH
• Screening kesgilut Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
komunitas Prof. drg. Niken W.,
MDSc.
Kode CP Umum Kode CP Khusus Blok Bidang Ilmu Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan (Kuliah Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO (LO) pakar/FGD/Tutorial/Skill Kegiatan SKS
Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)
PP3 LO 6 Mampu Epidemiologi • Cara dan tahapan Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
menganalisis identifikasi factor risiko Drg. Afina Hasna H.,
tahapan MPH.
identifikasi
faktor risiko
kesgilut
PP7 Menguasai teori LO 7 Memahami Manajemen • Pengantar manajemen Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
aplikatif dasar-dasar Kesehatan kesehatan Drg. Pipiet Okti K., MPH.
manajemen perencanaan
kesehatan program • Oral health problem Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
kesgilut solving Drg. Iwan Dewanto.,
komunitas MMR.
• Perencanaan program Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
kesgilut komunitas Prof. drg. Niken W.,
MDSc.
• Strategi promotif preventif Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
dalam program kesgilut Drg. Novitasari Ratna A.,
MPH
PP3 LO 8 Memahami Biostatistik • Pengantar Ilmu Biostatistik Drg. Arya Adiningrat, 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
pengertian, PhD.
12
Menguasai ruang lingkup • Konsep dasar Biostatistik 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
prinsip-prinsip dan peran
Biostatistik Biostatistik
dalam bidang
KG
Kode CP Umum Kode CP Khusus Bidang Ilmu Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan (Kuliah Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO Blok (LO) pakar/FGD/Tutorial/Skill Kegiatan SKS
Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)
PP3 Menguasai LO 9 Memahami Biostatistik • Konsep dasar analisis data Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
prinsip - prinsip jenis analisis Drg. Sartika P., MDSc.
ilmu biostatistik data (deskriptif • Statistik demografi Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
dan analitik) Drg. Afina Hasna H.,
MPH.
• Analisis data deskriptif Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
Drg. Iwan Dewanto,
MMR.
LO 10 Memahami Biostaistik • Jenis dan skala pengukuran Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
teori tentang data Drg. Dwi Aji N., MDSc.
jenis data,
skala
pengukuran
data
LO 11 Memahami Biostatistik • Sample size dalam Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
konsep dasar penelitian kesehatan Drg. Likky Tiara A.,
sample size • Sampling technique MDSc, Sp.KGA.
determination
LO 12 Memahami Biostatistik • Konsep dasar variabel Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
konsep dasar penelitian Drg. Likky Tiara A.,
variabel • Populasi dan sampel MDSc., Sp.KGA.
penelitian, penelitian
populasi dan
sampel
13
LO 13 Memahami Biostatistik • Pengantar metodologi Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
konsep dasar penelitian kedokteran dan Drg. Pipiet Okti K., MPH
penelitian kesehatan (perumusan
kedokteran masalah sd hipotesis)
dan kesehatan • Dasar-dasar penelitian dan Kuliah 2 X 1 jam X 0,065 0,125
filsafat ilmu Drg. Arya Adiningrat,
PhD.
• Etika penelitian Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
Drg. Dwi Aji N., MDSc.
• Konsep dasar research Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
proposal Drg. Arya Adiningrat,
PhD.
• Bahasa Indonesia (dasar Kuliah 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
dan metode penulisan Tri Wahyono
ilmiah)
Kode CP Umum Kode CP Khusus Bidang Ilmu Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan (Kuliah Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO Blok (LO) pakar/FGD/Tutorial/Skill Kegiatan SKS
Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)
PP3 Menguasai LO 16 Mampu Epidemiologi • Risk Assessment Kuliah 1 X 2 jam X 0,0625 0,125
prinsip-prinsip memahami Manajemen Drg. Novitasari R.A.,
biostatistik dan kesehatan MPH.
mengaplikasik gigi • Metode penetapan prioritas Kuliah 2 X 1 Jam X 0,125
an oral health masalah dan Prioritas jalan Drg. Pipiet Okti K, MPH. 0,0625
needs keluar
assessment
berdasarkan
pendekatan
epidemiologi
LO 17 Mampu Epidemiologi • Konsep dasar diagnostic Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
memahami testing Drg. Sri Utami, MPH.
dan
menganalisis • Instrumen penelitan Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
validitas Drg. Pipiet Okti K, MPH.
14
instrument • Jenis validitas instrument
penelitian • Konsep dasar sensitivitas, Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
spesifisitas, PPV dan NPV Drg. Sri Utami, MPH.
PP 5 Mampu LO 32 Mampu Komuikasi • Teknik komunikasi Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625
menguasai konsep memahami persuasuif Drg. Novitasari R.A., 0,0625
teoritis secara teknik MPH.
mendalam tentang komunikasi • Komunikasi Massa Kuliah 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
komunikasi persuasif Dr.dr. Warih Andan P.,
kesehatan dan Sp.KJ.
komunikasi
terapeutik
KETRAMPILAN KHUSUS
KK 1 Mampu LO 32 Mampu Komunikasi Komunikasi hasil survei Skill Lab 1 X 2 jam X 0,0625 0,125
melakukan memahami kesgilut dan PHBS kepada
anamnesis secara dan melakukan responden
mandiri dengan komunikasi Pembuatan media Skill Lab 2 X 2 jam X 0,0625 0,25
menggali riwayat persuasif komunikasi persuasif
pasien (riwayat
keluarga dan
psikososial
ekonomi, riwayat
kepenyakitan dan
pengobatan,
riwayat perawatan
gigi mulut,
perilaku) yang
relevan dengan
keluhan utama
melalui metode
komunikasi
efektif terhadap
pasien simulasi.
KK 9 Mampu membuat LO 26 Mampu • Survei kesgilut dan PHBS FST 1 X 3 jam (0,0625) 0,0625
kajian secara melakukan
mandiri oral health • Pengisian odontogram dan Skills Lab 2 X 2 jam X 0,0625 0,25
permasalahan di needs briefing FST
15
bidang KG pada assessment
pasien atau berdasarkan
masyarakat, dan pendekatan
mengusulkan epidemiologi
alternative solusi LO 27 Mampu • Pembuatan Laporan survei FST 1 X 3 jam (0,0625) 0,0625
yang inovatif melakukan
dengan analisis data,
pendekatan EBD penyajian dan
yang bisa pelaporan
dipertanggungjaw survei
abkan secara LO 28 Mampu • Indeks-indeks pengukuran FST 1 X 3 jam (0,0625) 0,0625
akademik. mengukur kesgilut komunitas
indikator • Identifikasi factor risiko Pengukuran indikator 1 X 2 jam X 0,0625 0,125
kesgilut kesgilut komunitas saliva (pH, buffer, flow
komunitas rate)
dengan
menggunakan
indeks-indeks
pengukuran
(indices):
indeks karies
gigi (indeks
DMF-T/S, def-
t/s, ICDAS,
CAST, PUFA,
CSI), indeks
kebersihan
mulut (OHI-S,
PHPM),
indeks
penyakit
periodontal
(CPITN) (SL
dan
KOMUDA)
16
LO 29 Mampu • Perencanaan pembuatan FST 1 X 3 jam (0,0625) 0,0625
melakukan program kesgilut
oral health komunitas
problem
solving:
penentuan
prioritas
masalah,
alternatif jalan
keluar dan
pembuatan
progran
kesgilut
komunitas
LO 33 Mampu Metodologi • Telaah Journal/Journal Skill Lab 1 X 2 jam X 0,0625 0,125
membuat penelitian reading
kajian secara (Jurnal berdasarkan level
mandiri EBD)
dengan
pendekatan
evidence-
based dentistry
yang bisa
dipertanggungj
awabkan
secara
akademik
Kode CP Umum Kode CP Khusus Bidang Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO Blok (LO) Ilmu (Kuliah Kegiatan SKS
pakar/FGD/Tutorial/Sk
ill Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)
17
LO 34 Menguasai IRK Kesehatan masyarakat dan Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625
konsep lingkungan Drg. M. Sulchan A., 0,0625
mendalam Sp.Ort.
terkait ilmu
pengetahuan
dan proses
belajar dalam
sudut
pandang
islam
18
D. Pre-assesment
Proses pembelajaran dalam Blok wajib diikuti oleh mahasiswa sebagai syarat dapat
mengikuti ujian akhir blok, ketentuan peserta ujian blok adalah memenuhi ketentuan
sbb:
a. Kehadiran Kuliah = 75%
b. Kehadiran Tutorial = 75%
c. Kehadiran Skills Lab dan FST = 100%
Bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kehadiran 100% karena sesuatu hal, wajib
memberikan ijin kepada penanggungjawab blok, untuk kemudian mengurus proses
inhal pada penanggungjawab kegiatan (Skills lab/FST)
E. Fasilitas
Fasilitas pendukung pembelajaran di PSPDG FKIK UMY yang dapat dimanfaatkan
guna menempuh blok ini, terdiri dari :
1. Tiga (3) ruang kuliah minitheater yang masing-masing dilengkap[i dengan 1
komputer akses internet, LCD projector, audio recorder, dan AC
2. Delapan (8) ruang tutorial untuk kegiatan small group discussion dengan
kapasitasa 12-15 mahasiswa, dimana diruang tutorial dilengkapi perlengkapan
audivisial, komputer, mini perpustakaan, loker dan AC
3. Dua (2) ruang skill lab
4. Dua (2) laboratorium (komputer)
5. Satu (1) ruang perpustakaan PBL bersama
6. Hot spot area di lingkungan UMY
19
F. Evaluasi
Penilaian hasil belajar digunakan penilaian formatif dan sumatif,. Penilaian firmatif
adalah penilaian harian menggunakan chek list kegiatan, laporan, kuis, dll, sedangkan
penilain sumatif menggunakan ujian tertulis (MCQ) dan ujian praktek (OSCE).
Nilai akhir blok akan diambil dari komponen pembelajaran yang ada dalam blok
dengan bobot penilan sbb :
40% hasil MCQ
30% tutorial (proses diskusi 50%, SOCA 30%, tugas mandiri 20%)
30% OSCE
Mahasiswa akan dinyatakan lulus blok Keterampilan belajar jika memenuhi evaluasi
nilai akhir sebagai berikut :
Skor minimal MCQ adalah 60
Skor minimal OSCE adalah 60
Skor minimal SOCA adalah 60
Bagi mahasiswa yang belum memenuhi skor minimal pada 3 komponen di atas
diwajibkan mengikuti ujian remediasi blok sesuai jadwal dari bagian akademik.
G. Sumber Belajar
1. Textbook dan Jurnal
20
Honkala, E., Runnel, R., Honkala, S., Olak, J., Vahlberg, T., Saag, M. dan Makinen,
K.K., 2011, Clinical Study: Measuring Dental Caries in The Mixed Dentition by
ICDAS, International Journal of Dentistry, 1-6
Kasjono, H.S. dan Kristiawan, H.B., 2009, Intisari Epidemiologi, Mitra Cendikia
Press, Jogjakarta.
Murti, B., (1997), Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gadjah Mada University
Press.
Magnus, M., 2010, Buku Ajar Epidemiologi Penyakit Menular, EGC, Jakarta
Maltz, M., Jardim, J.J., and Alves L.S., 2010, Health Promotion and Dental Caries,
Braz Oral Res, 24(1): 18-25
Teutsch, S.M. and Churchill, R.E., 2000, Principles and Practice of Public Health
Surveillance, Oxford University Press.
2. Pakar
a. Dr. Drg. Iwan Dewanto, MM. Ph.D.
b. Drg. Arya Adiningrat, Ph.D.
c. Dr. Drg. Sartika Puspita, MDSc.
d. Dr. Drg. Dwi Aji Nugraha, MDSc.
e. Drg. M. Sulchan Ardiansyah, Sp.Ort.
f. Drg. Likky Tiara Alphianti, MDSc., Sp.KGA.
g. Drg. Sri Utami, MPH
h. Dr. Drg. Rr. Pipiet Okti K., MPH.
i. Drg. Novitasari Ratna Astuti, MPH.
j. Drg. Afina Hasnasari Heningtyas, MPH.
k. dr. Warih Andan Puspita, Sp.KJ.
l. Dr. dr. Titik Hidayati, MPH.
m. Tri Wahyono, MPD.
21
SUPLEMEN
BASIC LEARNING AND PROFESSIONALISM
PETUNJUK TUTORIAL
PETUNJUK SKILLS LAB
PETUNJUK PLENARY DISCUSSION
22
SOP TUTORIAL
23
PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL
A. PENDAHULUAN
Kegiatan small group discussion (tutorial) dalam kurikulum tahap sarjana PSPDG
UMY menggunakan pendekatan pada dua metode pembelajaran yaitu Problem Based
Learning (PBL) dan Case Based Learning (CBL). Penggunaan dua metode ini dimaksudkan
untuk memberikan variasi pengalaman belajar kepada mahasiswa. Untuk pembelajaran di
tahun awal, kegiatan diskusi tutorial lebih banyak menggunakan pendekatan metode PBL.
Pada tahun ke tiga dan ke empat bentuk tutorial lebih banyak menggunakan metode CBL.
Problem-based Learning (PBL) menghadirkan suatu perubahan yang besar, luas
dan kompleks dalam praktek pendidikan khususnya dalam pendidikan profesional seperti
pendidikan kedokteran. Pembelajaran dalam PBL didasarkan pada empat prinsip modern
yang menjadi pengertian pembelajaran yaitu konstruktif, belajar mandiri, kolaboratif dan
pembelajaran kontekstual (Dolmans, et. al., 2005). Dalam pembelajaran PBL perkuliahan
bukanlah sumber utama dalam proses belajar mahasiswa. Untuk memacu diskusi dan self
directed learning, menstimulasi dan meningkatkan cara berfikir mahasiswa, digunakanlah
kasus /problem.
Penggunaan problem/kasus dalam PBL membuat pembelajaran dalam PBL
menjadi konstruktif dan kontekstual. Kasus merupakan titik awal dalam kegiatan
pembelajaran mahasiswa dalam pembelajaran berbasis masalah. Kasus digunakan untuk
menggambarkan fenomena tertentu yang menimbulkan suatu pertanyaan dan membutuhkan
suatu penjelasan. Isu pembelajaran yang muncul selanjutnya menjadi pemicu mahasiswa
dalam proses belajar mandiri (Dolmans 2005, Niemen, et. al., 2006).
24
B. PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Dalam modul Basic Learning and Professionalism ini terdapat 4 skenario terdiri
dari 1 skenario dalam bahasa Indonesia untuk diskusi dengan pendekatan PBL (2X
pertemuan), 2 skenario dalam bahasa indonesia untuk diskusi dengan pendekatan CBL
(setiap skenario 1X pertemuan), dan 1 skenario dalam bahasa Inggris (1X pertemuan).
Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari
sekitar 10 sampai 13 mahasiswa dan dibimbing oleh satu orang tutor sebagai fasilitator.
Dalam diskusi tutorial perlu ditunjuk satu orang sebagai ketua diskusi dan satu orang
sebagai sekretaris, di mana keduanya akan bertugas sebagai pemimpin diskusi. Ketua
diskusi dan sekretaris ditunjuk secara bergiliran untuk setiap skenarionya agar semua
mahasiswa mempunyai kesempatan berlatih sebagai pemimpin dalam diskusi. Oleh karena
itu perlu difahami dan dilaksanakan peran dan tugas masing-masing dalam tutorial sehingga
tercapai tujuan pembelajaran.
Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan antara
tutor dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor menyampaikan
aturan dan tujuan pembelajaran secara singkat. Ketua diskusi dibantu sekretaris memimpin
diskusi dengan menggunakan 7 langkah atau seven jumps untuk mendiskusikan masalah
yang ada dalam skenario. Seven jumps meliputi :
1. mengklarifikasi istilah atau konsep.
2. menetapkan permasalahan.
3. menganalisis masalah.
4. menarik kesimpulan dari langkah 3.
5. menetapkan Tujuan Belajar.
6. mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri)
7. mensintesis / menguji informasi baru.
25
DEFINISI
1. Mengklarifikasi Istilah atau Konsep
Istilah-istilah dalam skenario yang belum jelas atau menyebabkan timbulnya banyak
interpretasi perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu dengan bantuan, kamus umum,
kamus kedokteran dan tutor.
2. Menetapkan Permasalahan
Masalah-masalah yang ada dalam skenario diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas.
3. Menganalisis Masalah
Masalah-masalah yang sudah ditetapkan dianalisa dengan brainstorming. Pada langkah
ini setiap anggota kelompok dapat mengemukakan penjelasan tentative, mekanisme,
hubungan sebab akibat, dll tentang permasalahan.
4. Menarik Kesimpulan dari Langkah 3
Disimpulkan masalah-masalah yang sudah dianalisa pada langkah 3
5. Menetapkan Tujuan Belajar
Pengetahuan atau informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan
dirumuskan dan disusun sistematis sebagai tujuan belajar atau tujuan instruksional
khusus (TIK).
6. Mengumpulkan Informasi Tambahan (Belajar Mandiri)
Kebutuhan pengetahuan yang ditetapkan sebagai tujuan belajar untuk memecahkan
masalah dicari dalam bentuk belajar mandiri melalui akses informasi melalui internet,
jurnal, perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar.
7. Mensintesis / Menguji Informasi Baru
Mensintesis, mengevaluasi dan menguji informasi baru hasil belajar mandiri setiap
anggota kelompok.
Setiap skenario akan diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali pertemuan.
Langkah 1 s/d 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah 6 dilakukan di antara
pertemuan pertama dan kedua. Langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan kedua.
Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan mengarahkan diskusi dan membantu
mahasiswa dalam cara memecahkan masalah tanpa harus memberikan penjelasan atau
kuliah mini.
26
Dalam diskusi tutorial, tujuan instruksional umum atau TIU dapat digunakan
sebagai pedoman untuk menentukan tujuan belajar. Ketua diskusi memimpin diskusi
dengan memberi kesempatan setiap anggota kelompok untuk dapat menyampaikan ide
dan pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota kelompok yang mendominasi diskusi
serta memancing anggota kelompok yang pasif selama proses diskusi. Ketua dapat
mengakhiri brain storming bila dirasa sudah cukup dan memeriksa skretaris apakah
semua hal yang penting sudah ditulis. Ketua diskusi dibantu sekretaris yang bertugas
menulis hasil diskusi dalam white board atau flipchart.
Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning atmosphere disertai iklim
keterbukaan dan kebersamaan yang kuat. Mahasiswa bebas mengemukakan
pendapatnya tanpa khawatir apakah pendapatnya dianggap salah, remeh dan tidak
bermutu oleh teman yang lain, karena dalam tutorial yang lebih penting adalah
bagaimana mahasiswa berproses memecahkan masalah dan bukan kebenaran
pemecahan masalahnya.
Proses tutorial menuntut mahasiswa agar secara aktif dalam mencari informasi
atau belajar mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat dilakukan
dengan akses informasi baik melalui internet (journal ilmiah terbaru), perpustakaan
(text book & laporan penelitian), kuliah dan konsultasi pakar.
27
Bagan 1. Step 1-5 dari seven jumps tutorial PBL
Salah satu
Kelompok
mahasiswa
Tutor memilih ketua
membacakan
membuka dan sekretaris
kembali
diskusi skenario
STEP 5
STEP 4
Menetapkan Tujuan
Menarik
Belajar
Kesimpulan dari
Langkah 3
28
Bagan 2. Step 7 dari seven jump
KETUA
memaparkan STEP 7
Tutor membuka tujuan belajar
mandiri dari Setiap mahasiswa
diskusi
pertemuan memaparkan hasil
terdahulu belajar mandiri dari
step 6
29
CHECK LIST PENILAIAN TUTORIAL PBL
Komponen yang dinilai setiap pertemuan dalam tutorial PBL sebagai berikut.
Keterangan skor
4 : Very Good (selalu)
Nilai = (total skor /skor max ) x 100
3 : Good (sering)
2 : Satisfactory (kadang kadang)
=
1 : Unsatisfactory (tidak pernah)
30
PROBLEM BASED LEARNING (2x pertemuan)
SKENARIO PBL 1
31
PROBLEM BASED LEARNING (2x pertemuan)
SKENARIO PBL 2
Recently, the news stated that hundreds of residents of Kulonprogo District, D.I.Y.
both adults and children suffer from typical symptoms, including fever, pale face, bitter taste
and dryness in the oral cavity. Some people died so that the status of the incident became the
Outbreak. Several villages in the district are endemic to certain infectious diseases. Oral
examination of the oral cavity, found that there were oral Candidiasis on the tongue, cheek
and palate mucosa, and bad breath. Blood test shows erythrocyte, leukocyte and platelet
abnormalities; and positively found plasmodium parasites.
32
PROBLEM BASED LEARNING (2x pertemuan)
SKENARIO PBL 3
Outbreaks in Indonesia can be detected quickly and then appropriate handling is done due to
an adequate epidemiological surveillance system. Epidemiological surveillance is one of the
programs conducted by the Health Offices in all district of Indonesia. Each type of disease
that exists, both communicable disease and non-communicable disease has its own
surveillance and evaluation system.
33
PROBLEM BASED LEARNING (2x pertemuan)
SKENARIO PBL 4
A Dentist in primary health care will make an appropriate, efficient and effective
dental and oral health program in the context of oral health problem solving. Oral Health Need
assessment is needed as a basic for determining the program, so it is necessary to conduct
epidemiological research with the right sampling design and technique that can represent the
real conditions in the community.
34
SCENARIO IN ENGLISH
Based on the increasing trend of dental caries and periodontal disease cases from year to
year, dentist in primary health care implemented a dental and oral health surveillance
program that has not been done because it does not have an adequate surveillance system.
The dentist used the dental and oral WHO-stepwise surveillance system in that program.
35
PETUNJUK SKILLS LAB
Penyusun
2021
36
PETUNJUK SKILLS LAB
37
dibuat video
shooting. Link
video dikirim ke
pembimbing SL.
6. Hari FST Daring/2 jam/1 • Diskusi dengan Membawa hasil Mahasiswa mampu
kali pembimbing pemeriksaan melakukan survei
• Audiovisual hasil survei dan kesgilut komunitas
FST audiovisual dengan survei
• Hasil pemeriksaan survei tersandard WHO
38
⚫ Uploads di
MyKlass
10. Komuikasi/KIE Daring/2 jam/1 Media Mahasiswa mampu
hasil survei kali pertemuan • Diskusi audiovisual melakukan
digunakan pada komunikasi/KIE
saat KIE hasil survei kepada
responden
39
2) Indeks DMF-S
• Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan empat permukaan,
fasial, lingual, distal dan mesial sedangkan gigi posterior dengan lima
permukaan yaitu fasial, lingual, distal, mesial dan oklusal.
• Kriteria untuk D sama dengan DMFT
• Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu menghitung
permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan sehingga untuk gigi
posterior dihitung 4 permukaan dan 3 permukaan untuk gigi anterior.
• Kriteria untuk F sama dengan DMFT
40
• Assessment dilakukan pada tiap permukaan gigi.
• Karies akar dinilai tersendiri
RESTORATIONS:
0 = Sound: i.e. surface not restored or sealed (use with the codes for primary
caries)
1 = Sealant, partial
2 = Sealant, full
3 = Tooth colored restoration
4 = Amalgam restoration
5 = Stainless steel crown
6 = Porcelain or gold or PFM crown or veneer
7 = Lost or broken restoration
8 = Temporary restoration
9 = Used for the following conditions:
96 = Tooth surface cannot be examined: surface excluded
97 = Tooth missing because of caries (tooth surfaces will be coded 97)
98 = Tooth missing for reasons other than caries (all tooth surfaces will be
coded 98)
99 = Unerupted (tooth surfaces coded 99)
41
e.g:
A two-number coding system is suggested to identify restorations/sealants with
the first digit, followed by the appropriate caries code,
A tooth restored with amalgam which also exhibited an extensive distinct
cavity with visible dentin would be coded 4 (for an amalgam restoration) 6
(distinct cavity)
An unrestored tooth with a distinct cavity would be 06.
42
6) Indeks SiC
SiC Index: (Bratthall, 2000)
Tujuan: Mengetahui individu yang mempunyai nilai/angka karies paling tinggi
dalam populasi.
Cara assessment:
1. Menggunakan indek DMF-T
2. Data/angka hasil assessment tiap individu di urutkan.
3. Ambil sepertiga jumlah individu dengan nilai tertinggi dari urutan data tsb.
4. Nilai DMF-T pada no.3 dijumlahkan dan di rata-rata.
5. Nilai rata-rata tsb merupakan nilai SiC index
8) Indeks PUFA
Tujuan indek:
Untuk mengetahui akibat karis gigi yang tidak dilakukan perawatan.
Indeks DMF-T dan beberapa indek lainnya tidak melakukan assessment terhadap
akibat lanjut dari karies gigi yang tidak dilakukan perawatan.
Kriteria:
P = Pulpal involvement
U = Ulceration
F = Fistula
A = Abscess
43
b. Indeks pengukuran kebersihan mulut/oral hygiene
1) Indeks OHI/OHI-S
Green & Vermilion
Terdiri dari Debris Indeks (DI) dan Calculus Indeks (CI)
OHI = DI + CI
❖ Indeks OHI
Pengukuran DI:
• Debris: lapisan lunak pd permukaan gigi yg terdiri atas mucin, sisa-sisa
makanan, warna putih kehijauan sampai jingga
• Tiap rahang dibagi 3 segmen (segmen distal caninus kanan, segmen distal
cainus kiri, segmen antara caninus kanan dan caninus kiri)
• Setiap segmen dipilih gigi yg paling kotor
• Penilaian dilakukan pd permukaan bukal & lingual
Skoring DI:
• Skor 0 : tidak ada debris
• Skor 1: Ada debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau stain
• Skor 2: ada debris lebih dari 1/3 permukaan gigi, tapi tidak lebih dari 2/3
permukaan gigi
• Skor 3: debris mentupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
• DI : Jumlah total skor debris/Jumlah segmen
Skoring CI:
• Calculus: endapan pd permukaan gigi yg terkalsifikasi keras, warna putih
kekuningan sampai hijau kecoklatan
• Cara pengukuran sama dengan DI
• Skor 0 : tanpa calculus
• Skor 1: tak lebih dari 1/3 permukaan gigi
• Skor 2 : > 1/3 permukaan gigi tapi < 2/3 permukaan gigi atau subgingival
calculus, tdk kontinyu.
• Skor 3 : > 2/3 permukaan gigi atau calculus subgingival kontinyu,
melingkar.
• CI = Jumlah total skor debris/jumlah segmen
❖ Indeks OHI-S
Pengukuran indeks sama dengan pengukuran OHI
Permukaan gigi yg diperiksa:
Kriteria OHIS
0 – 1,2 = baik
1,3 – 3 = sedang/cukup
3,1 – 6 = Jelek
44
2) Indeks PHP-M
Podshadley & Haley (1968)
Pemeriksaan: permukaan bukal & lingual
Pengukuran plak secara obyektif (disclosing agent)
Rahang Atas:
Gigi paling posterior kwadran kanan atas
Kaninus sulung/permanen (kanan atas), bila tdk ada bisa menggunakan gigi ant
lainnya.
Molar satu atas kiri sulung/premolar satu kiri atas
Rahang Bawah:
Gigi paling posterior kwadran kiri bawah
Gigi C kiri bawah sulung/permanen (bila tdk ada bisa mmenggunakan gigi
anterior lainnya)
Gigi molar satu kanan bawah sulung atau premolar satu kanan bawah
45
❖ Pengukuran periodontal pocket
CARA:
• Alat: Probe WHO
• Insersi tip probe di antara gingiva dan gigi (sulkus/poket), probe paralel aksis
gigi, digerakkan menyusuri anatomi permukaan akar gigi.
• Bukal & lingual, dari distal ke mesial
Tabel 6. Indeks Periodontal pocket
Code Condition
0 Absence of condition
1 Pocket 4-5 mm
2 Pocket ≥ 6 mm
9 Tooth excluded
X Tooth not present
46
c. Prosedur pengumpulan saliva
Pengumpulan saliva dimulai dengan menginstruksikan pasien untuk tidak makan dan
minum selama 1 jam sebelumnya, yang bertujuan untuk membebaskan pengaruh makanan dan
minuman terhadap pH saliva. Sebelum pengumpulan saliva, pasien diminta berkumur
beberapa kali untuk menghilangkan sisa-sisa makanan, kurang lebih selama 3 menit.
Prosedur pengumpulan saliva tanpa stimulasi dimulai setelah subyek penelitian
diinstruksikan untuk duduk dalam posisi santai, menundukkan kepala dan tidak bergerak
selama pengumpulan. Saliva dibiarkan terkumpul dalam mulut dengan cara menahannya agar
tidak tertelan selama 2 menit dan kemudian dikeluarkan atau diludahkan ke collection cup.
d. Karakteristik saliva sebagai faktor risiko karies
Pengukuran parameter saliva penting dalam upaya mengetahui perubahan dalam
keseimbangan oral yang mendukung proses demineralisasi. Saliva mengendalikan
keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi dalam lingkungan yang kariogenik.
Buffer saliva dapat mengembalikan pH yang rendah dalam plak dan memungkinkan untuk
pembersihan rongga mulut sehingga mencegah demineralisasi email. Laju aliran saliva dan
viskositas saliva juga dapat mempengaruhi perkembangan karies.
1) Derajat keasaman saliva (pH saliva)
Karies terjadi melalui interaksi antara gigi dan saliva sebagai host, bakteri normal
di dalam mulut, serta makanan terutama karbohidrat yang mudah difermentasikan menjadi
asam melalui proses glikolisis. Bakteri yang berperan dalam proses glikolisis adalah
Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus, sedangkan asam organik yang
terbentuk antara lain asam piruvat dan asam laktat yang dapat menurunkan pH saliva, pH
plak dan pH cairan sekitar gigi sehingga terjadi demineralisasi gigi.
Bakteri asidogenik (bakteri yang mampu hidup dalam suasana asam) dan bakteri
asidurik (bakteri yang dapat menghasilkan asam) banyak dijumpai pada seseorang dengan
karies gigi. Lingkungan tersebut memiliki potensi pembentukan asam yang lebih tinggi
dari sisa-sisa makanan pada gigi yang berlubang, sehingga penurunan tingkat pH lebih
terlihat pada intensitas karies yang lebih tinggi.
Saliva merupakan faktor pengatur keadaan asam-basa di dalam mulut yang
menentukan naik dan turunnya pH. Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pH
saliva antara lain adalah rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut
dan buffer saliva. Senyawa organik yang terkandung dalam saliva yang dapat
mempengaruhi pH antara lain gugus bikarbonat, fosfat, asam karbonat, ammonia dan urea.
Bikarbonat merupakan komponen organik utama dalam saliva yang berpengaruh terhadap
peningkatan pH saliva. Senyawa tersebut bersifat basa yang dapat menetralkan kondisi
asam. Bikarbonat dapat menetralkan keasaman saliva dengan mengikat ion hidrogen, hasil
reaksi tersebut akan membentuk air (H2O) dan karbondioksida (CO2), sehingga pH saliva
yang asam meningkat menjadi normal.
Terdapat 2 teknik pengumpulan saliva, yaitu terstimulasi dan tanpa stimulasi
(saliva istirahat). Perbedaannya terletak pada penerapan stimulus kunyah pada
pengumpulan saliva terstimulasi. Saliva istirahat memberikan nilai yang lebih subjektif
dalam penilaian kuantitatif jika dibandingkan dengan saliva yang terstimulasi.
Nilai pH saliva yang normal adalah 5,6 sampai 7, dengan rata-rata pH 6,7. Saliva
dengan pH yang rendah dapat menyebabkan hilangnya ion kalsium, fosfat dan hidroksil
47
dari kristal hidroksiapatit. Saliva dengan pH kritis yaitu 5,5, dapat mengakibatkan disolusi
(proses pelepasan senyawa) hidroksiapatit yang disebut demineralisasi pada gigi.
Derajat keasaman saliva (pH saliva) istirahat dari seseorang yang berusia mulai
dari 3 minggu sampai 101 tahun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kerusakan pada
email dapat terjadi jika pH saliva menunjukkan angka kurang dari 5,5.
Terdapat 2 teknik pengukuran pH saliva yaitu:
• Metode kalorimetri
• Metode digital, yaitu menggunakan pH meter digital. Pengukuran
dilakukan dengan memasukkan ujung detektor pH pada saliva dalam
collection cup hingga keseluruhan ujung detektor pH terendam. Beberapa
saat kemudian nilai pH akan muncul dan menunjukkan nilai yang stabil.
Sebelum dilakukan pengukuran pH selanjutnya, detektor pH dibilas
dengan aquades steril.
48
ml/menit) dapat menyebabkan demineralisasi gigi, sehingga meningkatkan resiko
terjadinya karies.
Produksi saliva sebagian besar dihasilkan pada saat makan, sebagai reaksi atas
rangsang yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan. Nilai sekresi saliva
terstimulasi lebih besar dari 1,0 ml/menit, termasuk dalam kategori normal, sedangkan
yang kurang dari 1,0 ml /menit dianggap beresiko terjadinya karies gigi
Peningkatan laju aliran saliva dapat meningkatkan konsentrasi protein, sodium,
klorin dan bikarbonat serta dapat menurunkan konsentrasi dari magnesium dan phosphorus
pada saliva. Kecepatan sekresi saliva yang mengalami penurunan dapat diikuti dengan
peningkatan jumlah Streptococcus mutans dan lactobacilli. Individu dengan kecepatan
sekresi saliva yang rendah, dapat ditemukan aktivitas karies yang tinggi.
3. PENGISIAN ODONTOGRAM
Kegiatan skills lab tahap ini adalah melakukan pengisian odontogram dengan
menggunakan indeks DMF-T dan Indeks WHO, yang akan digunakan pada saat FST di
komunitas. Masing-masing mahasiswa akan diberikan 2 form odontogram, yang kemudian
akan diisi menggunakan 2 indeks tersebut. Setelah materi selesai, mahasiswa akan berlatih
mengisi form berdasarkan skenario kasus yang ada, dan akan dilakukan penilaian oleh
dokter gigi pembimbing skills lab.
4. BRIEFING FST
Kegiatan briefing ini antara lain penjelasan terkait persiapan, teknis pelaksanaan,
tahap pembuatan laporan dan pengumpulan laporan survei sebagai nilai akhir dari kegiatan
FST. Mahasiswa akan dikumpulkan dalam satu ruangan, yaitu ruang SL AMC, dan akan
diberikan penjelasan dan pengarahan oleh PJ FST dan dokter gigi pembimbing FST.
49
akhir kegiatan mahasiswa membuat laporan survei serta melakukan edukasi atau
komunikasi hasil survei kepada responden.
Survei kesgilut tersebut terdiri atas pemeriksaan karies gigi menggunakan indeks
karies WHO dan survei pengetahuan kesgilut menggunakan kuesioner. Kegiatan dilakukan
dalam waktu 1 (satu) hari dan akan dibimbing oleh dokter gigi instruktur skills lab KG.
Unsur perencanaan:
Rumusan misi
Rumusan masalah
Tujuan umum & khusus
Rumusan kegiatan
Asumsi perencanaan
Strategi pendekatan
Kelompok sasaran
Waktu
Organisasi & tenaga pelaksana
Biaya
Metode penilaian & kriteria keberhasilan
Langkah-langkah perencanaan:
➢ Problem priority
Pengumpulan data (jenis, sumber, cara)
Pengolahan data (manual, mekanikal/elektrikal)
Penyajian data (teks, tabular, grafikal)
Memilih prioritas masalah
50
Hanlon
Kriteria inti: pentingnya masalah, kelayakan teknologi, sumber daya yg tersedia
1 A 1 4 2 3 4 3 1 3 2 1.728
2 B 2 3 4 1 5 2 4 2 1 1.920
3 C 4 2 5 2 3 1 3 1 4 2.880
I = Importancy
P: Prevalence
S: Severity
R: Rate of increase
DU: Degree of Unmeet Need
SB: Social Benefit
PB: Public Concern
PC: Political Climate
T = Technical Feasibility
R = Resources Availability
➢ Solution priority
Menyusun alternatif jalan keluar
Memilih prioritas jalan keluar
Melakukan uji lapangan
Memperbaiki priotitas jalan keluar
Menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar
51
9. KOMUNIKASI HASIL SURVEI KESGILUT DAN PHBS KEPADA RESPONDEN
Skills Lab komunikasi merupakan salah satu materi skills lab di Prodi KG FKIK
UMY. Skills lab ini mempunyai level konten yang berbeda pada tiap tahun angkatan
mahasiswa. Skills Lab komunikasi pada blok 9 ini mahasiswa diharapkan mampu
melakukan komunikasi tentang bagaimana melakukan edukasi atau Dental Health
Education (DHE) kepada mayarakat ataupun responden yang telah dilakukan survei
sebelumnya. Mahasiswa akan melakukan DHE berdasarkan hasil analisis data survei
kesgilut dan PHBS
52
PETUNJUK TEKNIS JURNAL READING
PRODI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
C. PENDAHULUAN
Sackett et al.,(2000), mendefinisikan EBM: “the integration of best research evidence with clinical
expertise and patient values” – EBM adalah integrasi bukti-bukti riset terbaik dengan keterampilan klinis
dan nilai-nilai pasien. EBM bertujuan membantu klinisi memberikan pelayanan medis yang lebih baik agar
diperoleh hasil klinis (clinical outcome) yang optimal bagi pasien, dengan cara memadukan bukti terbaik
yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien.
EBM (Evidance Base Medicine) diperlukan untuk membantu dalam proses perawatan yang tepat
kepada pasien. Beberapa penelitian yang ada diperlukan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki. EBM diperlukan karena perkembangan di bidang kesehatan sangat pesat dengan berbagai
penelitian yang ada. Sedangkan dari banyak penelitian tersebut harus kita pilih mana yang sesuai yang dapat
digunakan dalam peningkatan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
53
Mahasiswa kedokteran gigi Prodi Kedokteran Gigi UMY program Sarjana memerlukan
pembelajaran terkait EBM untuk dapat diaplikasikan baik dalam taraf pembelajaran ketika mereka sarjana,
pendidikan profesi ataupun ketika jika sudah menjadi dokter gigi. Hal ini yang mendorong untuk
peningkatan pembelajaran terkait pencarian jurnal dan bagaimana membaca jurnal tentang Kesehatan.
Instruktur Instruktur
memberikan
menunjukkan
introduction untuk kepada Kelompok memlih ketua
memulai diskusi mahasiswa untuk dan sekretaris
dengan
pengecekkan
memperhatikan
jurnal melalui
beberapa tata cara scimago, scopus,
identifikasi. jurnal
predatory journal,
dan bellis journal)
Ketua memimpin
Kesimpulan dan diskusi jurnal dengan
Instruktur menutup feedback dari form yang disediakan
diskusi Instruktur dengan bimbingan
Instruktur
Penilaian dari
Instruktur
54
55
56
57
E. CHECK LIST PENILAIAN JURING
Komponen yang dinilai setiap pertemuan dalam tutorial PBL sebagai berikut.
1 Keaktifan mahasiswa
6 Perumusan kesimpulan
TOTAL SKOR
Keterangan skor
70-79,9 : Good
60-69,9 : Less
Keterangan poin
58
F. SISTEMATIKA JOURNAL READING
NO Isi Keterangan
59
(apabila informasi dalam material dan method tidak cukup menjawab
poin-poin tersebut, wajib mencari informasi tambahan yang ada
dalam daftar pustaka cari jurnal pendukung).
5 Discussion • Bagian ini menerangkan hasil yang diperoleh dalam studi ini
dan membandingkannya dengan hasil penelitian-penelitian
sebelumnya.
60
PLENNARY DISCUSSION
BLOK BASIC RESEARCH AND
SURVEILLANCE EPIDEMIOLOGY
A. PETUNJUK PELAKSANAAN:
1. Plennary discussion adalah kegiatan diskusi klasikal dimana topik yang diangkat adalah
topik yang menarik dan diharapkan dapat meningkatkan deep learning mahasiswa
2. Kelompok penyaji dalam kegiatan ini adalah salah satu kelompok tutorial yang ditetapkan
sebagai penyusun makalah pembahasan scenario yang terbaik/kelompok yang ditunjuk
secara khusus. Kelompok penyanggah adalah kelompok tutorial lainnya.
3. Pemilihan kelompok penyaji berdasarkan hasil penyusunan makalah pembahasan
scenario. Pembahasan scenario sesuai dengan seven jumps dan diperbolehkan
menyusunnya dalam bahasa indonesia. Presentasi saat diskusi adalah langkah ke-7 dari
seven jumps.
4. Kelompok yang terpillih sebagai pemenang/penyaji wajib berkonsultasi dengan pakar
yanng sudah ditunjuk
5. Presentasi dilakukan dalam bahasa inggris
6. Pada plennary discussion akan diadakan miniquiz.
7. Makalah pembahasan dikumpulkan melalui admin tutorial (R. tutor), atau sesuai instruksi
penanggungjawab blok
8. Selamat mengerjakan
Outbreaks in Indonesia can be detected quickly and then appropriate handling is done due to
an adequate epidemiological surveillance system. Epidemiological surveillance is one of the
programs conducted by the Health Offices in all district of Indonesia. Each type of disease
that exists, both communicable disease and non-communicable disease has its own
surveillance and evaluation system.
C. Peserta Kegiatan
1. Pakar/Pembicara
2. LTC (Reviewer Bahasa Inggris)
3. Tim Blok/Wakil PJ Blok
4. Mahasiswa
5. Admin
61
62