Anda di halaman 1dari 62

STUDY GUIDE

BASIC RESEARCH
&
SURVEILLANCE EPIDEMIOLOGY
(KG.09)

Tim Blok 9:
(PJ) drg. Sri Utami, MPH.
(WPJ) drg. Wustha Farani, MDSc., Sp.KGA.
(PJ content skills lab) drg. RR. Pipiet Okti Kusumastiwi, MPH.

PRODI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
STUDY GUIDE

BASIC RESEARCH
&
SURVEILLANCE EPIDEMIOLOGY

Penyusun :
drg. Sri Utami, MPH.

Editor
drg. Sri Utami, MPH

Kontributor
drg. Indri Kurniasih, M.MedEd.
drg. Arya Adiningrat, PhD.
Drg. Nyka Dwi Febria, M.MedEd.

2
GAMBARAN BLOK

Basic research and surveillance epidemiology merupakan salah satu blok pada
tahun kedua dari Kurikulum tahap sarjana (S1) di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY. Capaian pembelajaran blok ini
meliputi capaian pembelajaran sikap, keterampilan umum, pengetahuan dan
keterampilan khusus yang telah disesuaikan dengan Kurikulum Perguruan Tinggi (KPT)
yang ditetapkan oleh DIKTI.
Blok ini berisi bahan kajian terkait basic research, epidemiology serta surveillance
epidemiology. Kajian kritis tentang Evidenced Based Dentistry (EBD) juga menjadi salah satu
keterampilan yang diajarkan dalam pembelajaran blok. Prinsip dasar dari sikap, norma dan etika
sebagai seorang dokter gigi yang islami juga diajarkan dalam capaian pembelajaran blok ini
sebagai bahan kajian bermuatan lokal. Standar Kompetensi Dokter Gigi (SKDGI) yang dijadikan
acuan dalam pembelajaran blok ini adalah kompetensi di dalam domain I, II dan V, yaitu
profesionalisme, penguasaan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dan kesehatan mulut
masyarakat.
Diharapkan setelah mengikuti proses pembelajaran blok ini mahasiswa mampu
memahami konsep dasar penelitian secara umum dan penelitian epidemiologi, serta
surveilans epidemilogi. Mahasiswa juga diharapkan mampu melakukan survei kesehatan
gigi mulut komuitas. Penguasaan dasar etika-hukum dan komunikasi efektif juga menjadi
tujuan pembelajaran dari blok ini, sehingga kompetensi dari sikap profesional dan
komunikasi dokter pasien akan menjadi bagian tak terpisahkan dari keterampilan klinik
yang dikuasai mahasiswa kedokteran gigi UMY.

3
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ……………………………………………………………… 1


Gambaran Blok……………………………………………………………… 3
Daftar Isi…………………………………………………………………….. 4
Topic Tree…………………………………………………………………… 5
Area Kompetensi Blok………………………………………………………. 6
Rancangan Pembelajaran……………………………………………………. 10
Petunjuk Tutorial……………………………………………………………. 25
Petunjuk Skills Lab…………………………………………………………. 37
Petunjuk Plenary Discussion……………………………………………….. 61

4
Gambar 1. TOPIC TREE

5
AREA KOMPETENSI

BLOK BASIC RESEARCH AND SURVEILLANCE EPIDEMIOLOGY


Area kompetensi (Domain) dari Standard Kompetensi Dokter Gigi yang akan dicapai pada blok
ini yaitu:
Domain I: Profesionalisme
Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggungjawab,
kesejawatan, etika dan hukum yang berlaku.
Domain II: Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi
Memahami ilmu kedokteran dasar, ilmu kedokteran klinik yang relevan, ilmu kedokteran gigi
dasar, ilmu kedokteran gigi terapan dan ilmu kedokteran gigi klinik sebagai dasar profesionalisme
serta pengembangan ilmu kedokteran gigi.
Domain V: Kesehatan Gigi Mulut Masyarakat
Menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi mulut yang prima

A. Rancangan Pembelajaran
Modul Basic Research and Surveillance Epidemiology mempunyai tujuan akhir untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan survei kesehatan gigi dan mulut
komunitas, melakukan penelitian epidemiologi, serta memahami pembuatan research
proposal. Mahasiswa akan dibekali kompetensi sampai tahap bisa melakukan survei dengan
menggunakan indeks-indeks survei kesehatan gigi dan mulut komunitas, identifikasi factor
risiko, analisis data survei dan membuat laporan survei. Kegiatan survei tersebut akan
dilakukan pada kegiatan KOMUDA BLOK 9

B. Capaian Pembelajaran (Learing Outcome)


1. Ranah Pengetahuan
LO 1. Memahami konsep dasar dan sejarah epidemiologi
LO 2. Memahami konsep dasar epidemiologi penyakit menular dan tidak menular
serta konsep pencegahan
LO 3. Mampu menganaisis jenis dan disain penelitian epidemiologi
LO 4. Memahami konsep dasar surveilance epidemiologi, peran, sumber data
informasi, komponen dan kegiatan surveilance

6
LO 5 Memahami faktor risiko dan determinan kesehatan gigi mulut komunitas
LO 6. Mampu menganalisis tahapan identifikasi faktor risiko kesgilut
LO 7. Memahami dasar-dasar perencanaan program kesgilut komunitas
LO 8. Memahami pengertian, ruang lingkup dan peranan biostatistik
LO 9. Memahami jenis analisis data (deskriptif dan analitik)
LO 10. Memahami teori tentang jenis data, skala pengukuran dan penyajian data
LO 11. Memahami konsep dasar sample size determination
LO 12. Memahami konsep dasar variable penelitian, populasi dan sampel penelitian
LO 13. Memahami konsep dasar-dasar penelitian kedokteran dan kesehatan
LO 14. Memahami jenis-jenis bias dalam penelitian kedokteran dan kesehatan
LO 15. Memahami pengolahan, analisis dan penyajian data
LO 16. Mampu menganalisis aplikasi oral health needs assessment berdasarkan
pendekatan epidemiologi
LO 17. Mampu memahami dan menganalisis validitas instrument penelitian

2. Ranah Sikap
LO 18. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama
serta pendapat/temuan orisinil orang lain
LO 19. Bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan
LO 20. Menunjukkan sikap tanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya
secara mandiri
LO 21. Mampu menerapkan etika KG serta hukum yang berkaitan dengan praktek
KG secara profesional

3. Ranah Ketrampilan Umum


LO 22. Mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan
keputusan yang dibuat dalam melaksanakan pekerjaannya oleh dirinya
sendiri dan oleh sejawat
LO 23. Mampu meningkatkan mutu sumber daya untuk pengembangan program
strategi organisasi.

7
LO 24. Memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada bidang
profesinya
LO 25. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan,
dan menemukan kembali data dan informasi untuk keperluan
pengembangan hasil karya profesi nya.

4. Ranah Ketrampilan Khusus


LO 26. Mampu melakukan oral health needs assessment berdasarkan
pendekatan epidemiologi dan biostatistik (KOMUDA)
LO 27. Mampu melakukan analisis data, penyajian dan pelaporan survei (SL
dan KOMUDA)
LO 28. Mampu mengukur indikator kesgilut komunitas dengan menggunakan
indeks-indeks pengukuran (indices): indeks karies gigi (indeks DMF-
T/S, def-t/s, ICDAS, CAST, PUFA, CSI), indeks kebersihan mulut
(OHI-S, PHPM), indeks penyakit periodontal (CPITN) (SL dan
KOMUDA)
LO 29. Mampu melakukan oral health problem solving: penentuan prioritas
masalah, alternatif jalan keluar dan pembuatan progran kesgilut
komunitas (SL dan KOMUDA)
LO 30. Mampu melakukan penggalian informasi data faktor risiko kejadian
masalah kesehatan gigi mulut melalui wawancara pada masyarakat
(KOMUDA)
LO 31. Mampu melakukan survei standard WHO dan need assessment melalui
pemeriksaan keadaan gigi mulut terkait pengukuran indeks (SL)
LO 32 Mampu memahami dan melakukan komunikasi persuasive
LO 33 Mampu membuat kajian secara mandiri dengan pendekatan evidence-
based dentistry yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademik

8
5. Ranah Pengetahuan (Penciri)
LO 34. Menguasai konsep mendalam terkait ilmu pengetahuan dan proses belajar
dalam sudut pandang islam (kesehatan masyarakat dan lingkungan)

9
C. Kerangka Bahan Kajian dan Topik Pembelajaran Blok

Kode CP Umum Kode CP Khusus Blok Bidang Ilmu Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan (Kuliah Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO (LO) pakar/FGD/Tutorial/ Kegiatan SKS
Skill Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)
PP3 Menguasai LO 1 Memahami Epidemiologi • Pengantar Epidemiologi Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
prinsip-prinsip konsep dasar kedokteran dan kedokteran Drg. Sri Utami, MPH
epidemiologi dan sejarah gigi
epidemiologi
LO 2 Memahami Epidemiologi • Pengantar 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
konsep dasar Epidemiology of
epidemiologi communicable disease
penyakit (endemic, epidemic, Kuliah
menular dan pandemic dan outbreak). Drg. Sri Utami, MPH
tidak menular • Ukuran dalam 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
serta konsep epidemiologi
pencegahan • Konsep terjadinya 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
peyakit, kausaliatas
• Konsep pencegahan Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
penyakit Leavell and Drg. Novitasari R.A.,
Clarck MPH.
• Penyakit-penyakit 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
endemic (Malaria, DB,
Hepatitis, HIV, TBC) Dr. drg. Titik Hidayati,
• Sistem dan komponen M.Kes.. 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
surveilans penyakit
menular
• Epidemiologi penyakit Tutorial 2 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
menular
• Konsep dasar dan Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
epidemiologi penyakit Drg. Pipiet Okti K, MPH.
tidak menular (NCD)
• Surveilans epidemiologi Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
penyakit tidak menular Drg. Sri Utami, MPH.

10
LO 3 Mampu Epidemiologi • Penelitian deskriptif dan Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
menganalisis analitik (definisi dan Prof. Drg. Niken.
jenis dan desain fungsi)
penelitian • Jenis dan desain penelitian Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
epidemiologi epidemiologi Drg. Likky Tiara A.,
MDSc., MPH.
Tutorial 4 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
Plennary bahasa 1 X 2 jam (0,0625) 0,0625

Kode CP Umum Kode CP Khusus Blok Bidang Ilmu Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan (Kuliah Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO (LO) pakar/FGD/Tutorial/Skill Kegiatan SKS
Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)
PP3 Menguasai LO 4 Memahami Epidemiologi • Pengantar surveilans 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
prinsip-prinsip konsep dasar epidemiologi
epidemiologi surveilans Kuliah
• Instrument survei kesgilut Prof. drg. Niken W., 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
epidemiologi,
(indeks survei) Indeks MDSc.
peran, sumber,
DMF-T, ICDAS,PUFA,
komponen dan
OHI, PHP-M)
kegiatan
surveilans • Metode survei kesehatan Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
gigi mulut terstandard Drg. Iwan Dewanto,
WHO (Riskesdas) MMR.
• Surveilans KG Step Wise 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
(WHO)
• Inggris Tutorial in english 1 X 2 jam X 0,0625 0,125
• Komponen dan sistem Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
surveilans epidemiologi Drg. Sri Utami, MPH.
Tutorial 3 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
Plennary in english 1 X 2 jam (0,0625) 0,0625
Metodologi • Jurnal Evidence Based Tugas Mandiri (terbagi 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
penelitian dalam beberapa kelompok
topik jurnal)
LO 5 Memahami • Determinan /Aspek Kuliah panel 1 X I jam X 0,0625 0,0625
faktor risiko sosiobudaya dan demografi Drg. Sri Utami, MPH.

11
serta faktor • Faktor risiko kesgilut pada 1 X 1 jam 0,0625 0,0625
determinan Geriatri
kesehatan gigi • Faktor risiko dan Kuliah panel 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
mulut determinan kesgilut Drg. Afina Hasna H.,
komunitas MPH.
Tutorial 1 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
• Konsep dan definisi sehat Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
Drg. Pipiet Okti K., MPH
• Screening kesgilut Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
komunitas Prof. drg. Niken W.,
MDSc.

Kode CP Umum Kode CP Khusus Blok Bidang Ilmu Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan (Kuliah Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO (LO) pakar/FGD/Tutorial/Skill Kegiatan SKS
Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)
PP3 LO 6 Mampu Epidemiologi • Cara dan tahapan Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
menganalisis identifikasi factor risiko Drg. Afina Hasna H.,
tahapan MPH.
identifikasi
faktor risiko
kesgilut
PP7 Menguasai teori LO 7 Memahami Manajemen • Pengantar manajemen Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
aplikatif dasar-dasar Kesehatan kesehatan Drg. Pipiet Okti K., MPH.
manajemen perencanaan
kesehatan program • Oral health problem Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
kesgilut solving Drg. Iwan Dewanto.,
komunitas MMR.
• Perencanaan program Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
kesgilut komunitas Prof. drg. Niken W.,
MDSc.
• Strategi promotif preventif Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
dalam program kesgilut Drg. Novitasari Ratna A.,
MPH
PP3 LO 8 Memahami Biostatistik • Pengantar Ilmu Biostatistik Drg. Arya Adiningrat, 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
pengertian, PhD.

12
Menguasai ruang lingkup • Konsep dasar Biostatistik 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
prinsip-prinsip dan peran
Biostatistik Biostatistik
dalam bidang
KG

Kode CP Umum Kode CP Khusus Bidang Ilmu Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan (Kuliah Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO Blok (LO) pakar/FGD/Tutorial/Skill Kegiatan SKS
Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)
PP3 Menguasai LO 9 Memahami Biostatistik • Konsep dasar analisis data Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
prinsip - prinsip jenis analisis Drg. Sartika P., MDSc.
ilmu biostatistik data (deskriptif • Statistik demografi Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
dan analitik) Drg. Afina Hasna H.,
MPH.
• Analisis data deskriptif Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
Drg. Iwan Dewanto,
MMR.
LO 10 Memahami Biostaistik • Jenis dan skala pengukuran Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
teori tentang data Drg. Dwi Aji N., MDSc.
jenis data,
skala
pengukuran
data
LO 11 Memahami Biostatistik • Sample size dalam Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
konsep dasar penelitian kesehatan Drg. Likky Tiara A.,
sample size • Sampling technique MDSc, Sp.KGA.
determination
LO 12 Memahami Biostatistik • Konsep dasar variabel Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
konsep dasar penelitian Drg. Likky Tiara A.,
variabel • Populasi dan sampel MDSc., Sp.KGA.
penelitian, penelitian
populasi dan
sampel

13
LO 13 Memahami Biostatistik • Pengantar metodologi Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
konsep dasar penelitian kedokteran dan Drg. Pipiet Okti K., MPH
penelitian kesehatan (perumusan
kedokteran masalah sd hipotesis)
dan kesehatan • Dasar-dasar penelitian dan Kuliah 2 X 1 jam X 0,065 0,125
filsafat ilmu Drg. Arya Adiningrat,
PhD.
• Etika penelitian Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
Drg. Dwi Aji N., MDSc.
• Konsep dasar research Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
proposal Drg. Arya Adiningrat,
PhD.
• Bahasa Indonesia (dasar Kuliah 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
dan metode penulisan Tri Wahyono
ilmiah)

Kode CP Umum Kode CP Khusus Bidang Ilmu Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan (Kuliah Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO Blok (LO) pakar/FGD/Tutorial/Skill Kegiatan SKS
Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)
PP3 Menguasai LO 16 Mampu Epidemiologi • Risk Assessment Kuliah 1 X 2 jam X 0,0625 0,125
prinsip-prinsip memahami Manajemen Drg. Novitasari R.A.,
biostatistik dan kesehatan MPH.
mengaplikasik gigi • Metode penetapan prioritas Kuliah 2 X 1 Jam X 0,125
an oral health masalah dan Prioritas jalan Drg. Pipiet Okti K, MPH. 0,0625
needs keluar
assessment
berdasarkan
pendekatan
epidemiologi
LO 17 Mampu Epidemiologi • Konsep dasar diagnostic Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
memahami testing Drg. Sri Utami, MPH.
dan
menganalisis • Instrumen penelitan Kuliah 2 X 1 jam X 0,0625 0,125
validitas Drg. Pipiet Okti K, MPH.

14
instrument • Jenis validitas instrument
penelitian • Konsep dasar sensitivitas, Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625 0,0625
spesifisitas, PPV dan NPV Drg. Sri Utami, MPH.
PP 5 Mampu LO 32 Mampu Komuikasi • Teknik komunikasi Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625
menguasai konsep memahami persuasuif Drg. Novitasari R.A., 0,0625
teoritis secara teknik MPH.
mendalam tentang komunikasi • Komunikasi Massa Kuliah 2 X 2 jam X 0,0625 0,250
komunikasi persuasif Dr.dr. Warih Andan P.,
kesehatan dan Sp.KJ.
komunikasi
terapeutik
KETRAMPILAN KHUSUS
KK 1 Mampu LO 32 Mampu Komunikasi Komunikasi hasil survei Skill Lab 1 X 2 jam X 0,0625 0,125
melakukan memahami kesgilut dan PHBS kepada
anamnesis secara dan melakukan responden
mandiri dengan komunikasi Pembuatan media Skill Lab 2 X 2 jam X 0,0625 0,25
menggali riwayat persuasif komunikasi persuasif
pasien (riwayat
keluarga dan
psikososial
ekonomi, riwayat
kepenyakitan dan
pengobatan,
riwayat perawatan
gigi mulut,
perilaku) yang
relevan dengan
keluhan utama
melalui metode
komunikasi
efektif terhadap
pasien simulasi.
KK 9 Mampu membuat LO 26 Mampu • Survei kesgilut dan PHBS FST 1 X 3 jam (0,0625) 0,0625
kajian secara melakukan
mandiri oral health • Pengisian odontogram dan Skills Lab 2 X 2 jam X 0,0625 0,25
permasalahan di needs briefing FST

15
bidang KG pada assessment
pasien atau berdasarkan
masyarakat, dan pendekatan
mengusulkan epidemiologi
alternative solusi LO 27 Mampu • Pembuatan Laporan survei FST 1 X 3 jam (0,0625) 0,0625
yang inovatif melakukan
dengan analisis data,
pendekatan EBD penyajian dan
yang bisa pelaporan
dipertanggungjaw survei
abkan secara LO 28 Mampu • Indeks-indeks pengukuran FST 1 X 3 jam (0,0625) 0,0625
akademik. mengukur kesgilut komunitas
indikator • Identifikasi factor risiko Pengukuran indikator 1 X 2 jam X 0,0625 0,125
kesgilut kesgilut komunitas saliva (pH, buffer, flow
komunitas rate)
dengan
menggunakan
indeks-indeks
pengukuran
(indices):
indeks karies
gigi (indeks
DMF-T/S, def-
t/s, ICDAS,
CAST, PUFA,
CSI), indeks
kebersihan
mulut (OHI-S,
PHPM),
indeks
penyakit
periodontal
(CPITN) (SL
dan
KOMUDA)

16
LO 29 Mampu • Perencanaan pembuatan FST 1 X 3 jam (0,0625) 0,0625
melakukan program kesgilut
oral health komunitas
problem
solving:
penentuan
prioritas
masalah,
alternatif jalan
keluar dan
pembuatan
progran
kesgilut
komunitas
LO 33 Mampu Metodologi • Telaah Journal/Journal Skill Lab 1 X 2 jam X 0,0625 0,125
membuat penelitian reading
kajian secara (Jurnal berdasarkan level
mandiri EBD)
dengan
pendekatan
evidence-
based dentistry
yang bisa
dipertanggungj
awabkan
secara
akademik

Kode CP Umum Kode CP Khusus Bidang Topik Pembelajaran Bentuk Kegiatan Estimasi Waktu Jumlah
(KPT KG) LO Blok (LO) Ilmu (Kuliah Kegiatan SKS
pakar/FGD/Tutorial/Sk
ill Lab/Tugas
mandiri/Praktikum)

17
LO 34 Menguasai IRK Kesehatan masyarakat dan Kuliah 1 X 1 jam X 0,0625
konsep lingkungan Drg. M. Sulchan A., 0,0625
mendalam Sp.Ort.
terkait ilmu
pengetahuan
dan proses
belajar dalam
sudut
pandang
islam

18
D. Pre-assesment
Proses pembelajaran dalam Blok wajib diikuti oleh mahasiswa sebagai syarat dapat
mengikuti ujian akhir blok, ketentuan peserta ujian blok adalah memenuhi ketentuan
sbb:
a. Kehadiran Kuliah = 75%
b. Kehadiran Tutorial = 75%
c. Kehadiran Skills Lab dan FST = 100%

Bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kehadiran 100% karena sesuatu hal, wajib
memberikan ijin kepada penanggungjawab blok, untuk kemudian mengurus proses
inhal pada penanggungjawab kegiatan (Skills lab/FST)

E. Fasilitas
Fasilitas pendukung pembelajaran di PSPDG FKIK UMY yang dapat dimanfaatkan
guna menempuh blok ini, terdiri dari :
1. Tiga (3) ruang kuliah minitheater yang masing-masing dilengkap[i dengan 1
komputer akses internet, LCD projector, audio recorder, dan AC
2. Delapan (8) ruang tutorial untuk kegiatan small group discussion dengan
kapasitasa 12-15 mahasiswa, dimana diruang tutorial dilengkapi perlengkapan
audivisial, komputer, mini perpustakaan, loker dan AC
3. Dua (2) ruang skill lab
4. Dua (2) laboratorium (komputer)
5. Satu (1) ruang perpustakaan PBL bersama
6. Hot spot area di lingkungan UMY

19
F. Evaluasi
Penilaian hasil belajar digunakan penilaian formatif dan sumatif,. Penilaian firmatif
adalah penilaian harian menggunakan chek list kegiatan, laporan, kuis, dll, sedangkan
penilain sumatif menggunakan ujian tertulis (MCQ) dan ujian praktek (OSCE).

Nilai akhir blok akan diambil dari komponen pembelajaran yang ada dalam blok
dengan bobot penilan sbb :
40% hasil MCQ
30% tutorial (proses diskusi 50%, SOCA 30%, tugas mandiri 20%)
30% OSCE

Mahasiswa akan dinyatakan lulus blok Keterampilan belajar jika memenuhi evaluasi
nilai akhir sebagai berikut :
Skor minimal MCQ adalah 60
Skor minimal OSCE adalah 60
Skor minimal SOCA adalah 60

Bagi mahasiswa yang belum memenuhi skor minimal pada 3 komponen di atas
diwajibkan mengikuti ujian remediasi blok sesuai jadwal dari bagian akademik.

G. Sumber Belajar
1. Textbook dan Jurnal

AAPD, 2014, Guideline on Caries-risk Assessment and Management for Infant,


Children, and Adolescent

Azwar, A., 1996, Pengantar Admisitrasi Kesehatan, Binarupa Aksara.

Depkes R.I., 2003, Surveilans Epidemiologi Penyakit, Jakarta.

Gregg, M., Epidemiologi Lapangan, Edisi 3

Gordis, L., 2004, Epidemiology, Elsevier Inc., USA

20
Honkala, E., Runnel, R., Honkala, S., Olak, J., Vahlberg, T., Saag, M. dan Makinen,
K.K., 2011, Clinical Study: Measuring Dental Caries in The Mixed Dentition by
ICDAS, International Journal of Dentistry, 1-6

Kasjono, H.S. dan Kristiawan, H.B., 2009, Intisari Epidemiologi, Mitra Cendikia
Press, Jogjakarta.

Murti, B., (1997), Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gadjah Mada University
Press.

Magnus, M., 2010, Buku Ajar Epidemiologi Penyakit Menular, EGC, Jakarta

Maltz, M., Jardim, J.J., and Alves L.S., 2010, Health Promotion and Dental Caries,
Braz Oral Res, 24(1): 18-25

Rothman, K. and Greenland, S., 1998, Modern Epidemiology, Lippincott.

Teutsch, S.M. and Churchill, R.E., 2000, Principles and Practice of Public Health
Surveillance, Oxford University Press.

Timmreck, T.C., 2004, Epidemiologi Suatu Pengantar, EGC, Jakarta

WHO, 2013, Oral Health Surveys: Basic Methods, Fifth Edition.

2. Pakar
a. Dr. Drg. Iwan Dewanto, MM. Ph.D.
b. Drg. Arya Adiningrat, Ph.D.
c. Dr. Drg. Sartika Puspita, MDSc.
d. Dr. Drg. Dwi Aji Nugraha, MDSc.
e. Drg. M. Sulchan Ardiansyah, Sp.Ort.
f. Drg. Likky Tiara Alphianti, MDSc., Sp.KGA.
g. Drg. Sri Utami, MPH
h. Dr. Drg. Rr. Pipiet Okti K., MPH.
i. Drg. Novitasari Ratna Astuti, MPH.
j. Drg. Afina Hasnasari Heningtyas, MPH.
k. dr. Warih Andan Puspita, Sp.KJ.
l. Dr. dr. Titik Hidayati, MPH.
m. Tri Wahyono, MPD.

21
SUPLEMEN
BASIC LEARNING AND PROFESSIONALISM

PETUNJUK TUTORIAL
PETUNJUK SKILLS LAB
PETUNJUK PLENARY DISCUSSION

22
SOP TUTORIAL

1. Tutorial BLOK 9 dimulai pukul 07.30 – 09.30


2. 10 menit pertama dimulai dengan menghafal surat Al-Qur’an
3. Bagi mahasiswa yang tidak membawa tugas mandiri yang telah ditetapkan tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan tutorial
4. Aturan kehadiran :
a. Hadir tepat waktu sesuai ketentuan
b. Keterlambatan < 15 menit tetap diperbolehkan mengikuti kegiatan tutorial
c. Keterlambatan > 15 menit dengan alasan yang tidak ditoleransi, tetap harus mengikuti
tutorial tetapi tidak mendapatkan nilai kegiatan dari tutor.
d. Keterlambatan > 30 menit tidak diperkenankan mengikuti kegiatan tutorial.
e. Keterlambatan dapat ditoleransi jika dikarenakan alasan yang dapat diterima dan
mendapat ijin dari pj blok.
5. Aturan berpakaian :
a. Memakai pakaian yang sopan, tidak ketat, tidak menerawang dan tidak memakai pakaian
berbahan jeans.
b. Untuk mahasiswa perempuan memakai jilbab, memakai rok/ kulot/ celana kain yang
tidak ketat.
c. Untuk mahasiswa laki-laki tidak memakai kaos oblong.
d. Memakai sepatu
6. Minimal kehadiran 75%, sebagai syarat dapat mengikuti ujian CBT Blok.
7. Apabila ketidakhadiran > 25 % tanpa alasan yang ditoleransi maka harus mengulang kegiatan
tutorial pada tahun berikutnya.
8. Pengulangan kegiatan tutorial mengikuti aturan pengulangan Blok yang ditetapkan oleh
bagian akademik.
9. Ijin ketidakhadiran yang mendapat penggantian tugas, apabila ketidakhadiran disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Sakit, dibuktikan dengan surat dokter
b. Berita duka dari keluarga inti
c. Mengalami kecelakaan/halangan di jalan ketika menuju tempat tutorial
d. Mewakili institusi dalam beberapa kegiatan, dibuktikan dengan surat keterangan dari
bagian akademik
e. Menjalani ibadah umroh
10. Mahasiswa wajib mematuhi aturan yang ada dan menjaga sopan satun dalam kegiatan
tutorial

23
PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL

A. PENDAHULUAN
Kegiatan small group discussion (tutorial) dalam kurikulum tahap sarjana PSPDG
UMY menggunakan pendekatan pada dua metode pembelajaran yaitu Problem Based
Learning (PBL) dan Case Based Learning (CBL). Penggunaan dua metode ini dimaksudkan
untuk memberikan variasi pengalaman belajar kepada mahasiswa. Untuk pembelajaran di
tahun awal, kegiatan diskusi tutorial lebih banyak menggunakan pendekatan metode PBL.
Pada tahun ke tiga dan ke empat bentuk tutorial lebih banyak menggunakan metode CBL.
Problem-based Learning (PBL) menghadirkan suatu perubahan yang besar, luas
dan kompleks dalam praktek pendidikan khususnya dalam pendidikan profesional seperti
pendidikan kedokteran. Pembelajaran dalam PBL didasarkan pada empat prinsip modern
yang menjadi pengertian pembelajaran yaitu konstruktif, belajar mandiri, kolaboratif dan
pembelajaran kontekstual (Dolmans, et. al., 2005). Dalam pembelajaran PBL perkuliahan
bukanlah sumber utama dalam proses belajar mahasiswa. Untuk memacu diskusi dan self
directed learning, menstimulasi dan meningkatkan cara berfikir mahasiswa, digunakanlah
kasus /problem.
Penggunaan problem/kasus dalam PBL membuat pembelajaran dalam PBL
menjadi konstruktif dan kontekstual. Kasus merupakan titik awal dalam kegiatan
pembelajaran mahasiswa dalam pembelajaran berbasis masalah. Kasus digunakan untuk
menggambarkan fenomena tertentu yang menimbulkan suatu pertanyaan dan membutuhkan
suatu penjelasan. Isu pembelajaran yang muncul selanjutnya menjadi pemicu mahasiswa
dalam proses belajar mandiri (Dolmans 2005, Niemen, et. al., 2006).

24
B. PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Dalam modul Basic Learning and Professionalism ini terdapat 4 skenario terdiri
dari 1 skenario dalam bahasa Indonesia untuk diskusi dengan pendekatan PBL (2X
pertemuan), 2 skenario dalam bahasa indonesia untuk diskusi dengan pendekatan CBL
(setiap skenario 1X pertemuan), dan 1 skenario dalam bahasa Inggris (1X pertemuan).
Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari
sekitar 10 sampai 13 mahasiswa dan dibimbing oleh satu orang tutor sebagai fasilitator.
Dalam diskusi tutorial perlu ditunjuk satu orang sebagai ketua diskusi dan satu orang
sebagai sekretaris, di mana keduanya akan bertugas sebagai pemimpin diskusi. Ketua
diskusi dan sekretaris ditunjuk secara bergiliran untuk setiap skenarionya agar semua
mahasiswa mempunyai kesempatan berlatih sebagai pemimpin dalam diskusi. Oleh karena
itu perlu difahami dan dilaksanakan peran dan tugas masing-masing dalam tutorial sehingga
tercapai tujuan pembelajaran.
Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan antara
tutor dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor menyampaikan
aturan dan tujuan pembelajaran secara singkat. Ketua diskusi dibantu sekretaris memimpin
diskusi dengan menggunakan 7 langkah atau seven jumps untuk mendiskusikan masalah
yang ada dalam skenario. Seven jumps meliputi :
1. mengklarifikasi istilah atau konsep.
2. menetapkan permasalahan.
3. menganalisis masalah.
4. menarik kesimpulan dari langkah 3.
5. menetapkan Tujuan Belajar.
6. mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri)
7. mensintesis / menguji informasi baru.

25
DEFINISI
1. Mengklarifikasi Istilah atau Konsep
Istilah-istilah dalam skenario yang belum jelas atau menyebabkan timbulnya banyak
interpretasi perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu dengan bantuan, kamus umum,
kamus kedokteran dan tutor.
2. Menetapkan Permasalahan
Masalah-masalah yang ada dalam skenario diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas.
3. Menganalisis Masalah
Masalah-masalah yang sudah ditetapkan dianalisa dengan brainstorming. Pada langkah
ini setiap anggota kelompok dapat mengemukakan penjelasan tentative, mekanisme,
hubungan sebab akibat, dll tentang permasalahan.
4. Menarik Kesimpulan dari Langkah 3
Disimpulkan masalah-masalah yang sudah dianalisa pada langkah 3
5. Menetapkan Tujuan Belajar
Pengetahuan atau informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan
dirumuskan dan disusun sistematis sebagai tujuan belajar atau tujuan instruksional
khusus (TIK).
6. Mengumpulkan Informasi Tambahan (Belajar Mandiri)
Kebutuhan pengetahuan yang ditetapkan sebagai tujuan belajar untuk memecahkan
masalah dicari dalam bentuk belajar mandiri melalui akses informasi melalui internet,
jurnal, perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar.
7. Mensintesis / Menguji Informasi Baru
Mensintesis, mengevaluasi dan menguji informasi baru hasil belajar mandiri setiap
anggota kelompok.

Setiap skenario akan diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali pertemuan.
Langkah 1 s/d 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah 6 dilakukan di antara
pertemuan pertama dan kedua. Langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan kedua.
Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan mengarahkan diskusi dan membantu
mahasiswa dalam cara memecahkan masalah tanpa harus memberikan penjelasan atau
kuliah mini.

26
Dalam diskusi tutorial, tujuan instruksional umum atau TIU dapat digunakan
sebagai pedoman untuk menentukan tujuan belajar. Ketua diskusi memimpin diskusi
dengan memberi kesempatan setiap anggota kelompok untuk dapat menyampaikan ide
dan pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota kelompok yang mendominasi diskusi
serta memancing anggota kelompok yang pasif selama proses diskusi. Ketua dapat
mengakhiri brain storming bila dirasa sudah cukup dan memeriksa skretaris apakah
semua hal yang penting sudah ditulis. Ketua diskusi dibantu sekretaris yang bertugas
menulis hasil diskusi dalam white board atau flipchart.
Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning atmosphere disertai iklim
keterbukaan dan kebersamaan yang kuat. Mahasiswa bebas mengemukakan
pendapatnya tanpa khawatir apakah pendapatnya dianggap salah, remeh dan tidak
bermutu oleh teman yang lain, karena dalam tutorial yang lebih penting adalah
bagaimana mahasiswa berproses memecahkan masalah dan bukan kebenaran
pemecahan masalahnya.
Proses tutorial menuntut mahasiswa agar secara aktif dalam mencari informasi
atau belajar mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat dilakukan
dengan akses informasi baik melalui internet (journal ilmiah terbaru), perpustakaan
(text book & laporan penelitian), kuliah dan konsultasi pakar.

27
Bagan 1. Step 1-5 dari seven jumps tutorial PBL

Salah satu
Kelompok
mahasiswa
Tutor memilih ketua
membacakan
membuka dan sekretaris
kembali
diskusi skenario

STEP 3 STEP 2 STEP 1

Menganalisis Menetapkan Mengklarifikasi


Masalah Permasalahan Istilah atau Konsep

STEP 5
STEP 4
Menetapkan Tujuan
Menarik
Belajar
Kesimpulan dari
Langkah 3

28
Bagan 2. Step 7 dari seven jump

KETUA
memaparkan STEP 7
Tutor membuka tujuan belajar
mandiri dari Setiap mahasiswa
diskusi
pertemuan memaparkan hasil
terdahulu belajar mandiri dari
step 6

Tutor memberikan feed


back terkait hasil diskusi

29
CHECK LIST PENILAIAN TUTORIAL PBL

Komponen yang dinilai setiap pertemuan dalam tutorial PBL sebagai berikut.

No Komponen penilaian (1) (2) (3) (4)


PENGUASAAN MATERI
1 Persiapan materi
2 Kemampuan menyampaian pengetahuan yang sudah dimiliki
(brainstorming) atau menyampaikan informasi baru hasil self study sesuai
EBD
3 Kemampuan berfikir kritis terhadap problem/case
4 Keaktifan individu dalam diskusi kelompok
KEMAMPUAN BEKERJASAMA DALAM GRUP
5 Kerjasama dalam grup (bertanggung jawab sesuai dengan peran masing-
masing)
6 Kemampuan mendengar secara aktif/perhatian pada kegiatan diskusi
7 Membuat kesimpulan hasil analisis kasus
KEMAMPUAN TIAP INDIVIDU BERINTERAKSI DENGAN ORANG LAIN
8 Kemampuan sikap dan komunikasi
9 Perhatian penuh pada proses diskusi
10* Datang tepat waktu
TOTAL SKOR

Keterangan skor
4 : Very Good (selalu)
Nilai = (total skor /skor max ) x 100
3 : Good (sering)
2 : Satisfactory (kadang kadang)
=
1 : Unsatisfactory (tidak pernah)

Keterangan poin 10*


1 : terlambat < 15 menit
2 : terlambat < 10 menit
4 : tepat waktu

30
PROBLEM BASED LEARNING (2x pertemuan)

SKENARIO PBL 1

Students’s School of Dentistry UMY conduct epidemiological surveys related to


determinants and risk factors for dental and oral health status in a district of Gamping, Sleman.
In addition to obtaining vital statistical data, the purpose of the survey was to obtain data on
epidemiology, socioeconomics, culture, and demographics of local communities. The results
of the survey are used to determine the priority of existing problems and then use them in the
planning of the appropriate dental and oral health program.

31
PROBLEM BASED LEARNING (2x pertemuan)

SKENARIO PBL 2

Recently, the news stated that hundreds of residents of Kulonprogo District, D.I.Y.
both adults and children suffer from typical symptoms, including fever, pale face, bitter taste
and dryness in the oral cavity. Some people died so that the status of the incident became the
Outbreak. Several villages in the district are endemic to certain infectious diseases. Oral
examination of the oral cavity, found that there were oral Candidiasis on the tongue, cheek
and palate mucosa, and bad breath. Blood test shows erythrocyte, leukocyte and platelet
abnormalities; and positively found plasmodium parasites.

32
PROBLEM BASED LEARNING (2x pertemuan)

SKENARIO PBL 3

Outbreaks in Indonesia can be detected quickly and then appropriate handling is done due to
an adequate epidemiological surveillance system. Epidemiological surveillance is one of the
programs conducted by the Health Offices in all district of Indonesia. Each type of disease
that exists, both communicable disease and non-communicable disease has its own
surveillance and evaluation system.

33
PROBLEM BASED LEARNING (2x pertemuan)

SKENARIO PBL 4

A Dentist in primary health care will make an appropriate, efficient and effective
dental and oral health program in the context of oral health problem solving. Oral Health Need
assessment is needed as a basic for determining the program, so it is necessary to conduct
epidemiological research with the right sampling design and technique that can represent the
real conditions in the community.

34
SCENARIO IN ENGLISH

Based on the increasing trend of dental caries and periodontal disease cases from year to
year, dentist in primary health care implemented a dental and oral health surveillance
program that has not been done because it does not have an adequate surveillance system.
The dentist used the dental and oral WHO-stepwise surveillance system in that program.

35
PETUNJUK SKILLS LAB

Penyusun

Drg. Sri Utami, MPH.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2021

36
PETUNJUK SKILLS LAB

Topik Skills Lab


Tabel 1. Rancangan Kegiatan Skills Lab
No Topik Tempat/durasi/ Kegiatan Tugas Target kegiatan
frekuensi
1. Indeks Daring/4 jam/2 • Pre test ⚫ Mahasiswa Mahasiswa mampu
pemeriksaan kali pertemuan • Materi dan harus sudah melakukan
kesgilut audiovisual belajar pengukuran indeks
komunitas dan • Pengenalan form terkait topik kesgilut komunitas
odontogram indeks DMF-T dan dari literatur dan odontogram
odontogram ⚫ Jurnal
• Pengisian form dibawa
indeks DMF-T dan ketika
odontogram kegiatan
berdasarkan Skills Lab.
skenario kasus ⚫ Diskusi
• Diskusi kelompok
• Postest
2. Pemeriksaan Daring/2 jam/1 • Pre test • Pada saat skills Mahasiswa mampu
saliva sebagai kali pertemuan • Materi dan lab, mahasiswa memahami dan
faktor risiko audiovisual membawa jurnal mengukur pH,
kesgiut komunitas • Diskusi terkait buffer dan flow rate
• Postest pemeriksaan saliva
saliva
• Diskusi
kelompok
3. Indeks Daring/2 jam/1 • Pre test Mahasiswa mampu
pemeriksaan kali pertemuan • Skenario kasus mengukur Indeks
kesgilut • Pengisian DMF-T dan
Diskusi
komunitas dan odontogram mengisi
kelompok
odontogram berdasarkan kasus odontogram dalam
• Diskusi rangka survei
• Postest
4. Briefing FST Daring/2 jam/1 • Pemaparan teknis Mahasiswa mampu
kali pertemuan FST, laporan FST. memahami teknis
• Indeks DMF-T dan tahapan
• CRA Diskusi kelas pembuatan laporan
• PHBS survei

5. Pelaksanaan Field Rumah masing- • Kegiatan: Melakukan Mahasiswa mampu


Site Teaching masing, pemeriksaan pemeriksaan melakukan survei
(FST) keluarga/4 jam/1 indeks DMF-T, indeks DMF-T kesgilut komunitas
kali CRA & PHBS dan CRA, PHBS dengan survei
pada keluarga kepada salah satu tersandard WHO
masing-masing. anggota keluarga,

37
dibuat video
shooting. Link
video dikirim ke
pembimbing SL.
6. Hari FST Daring/2 jam/1 • Diskusi dengan Membawa hasil Mahasiswa mampu
kali pembimbing pemeriksaan melakukan survei
• Audiovisual hasil survei dan kesgilut komunitas
FST audiovisual dengan survei
• Hasil pemeriksaan survei tersandard WHO

7. Pembuatan Daring/4 jam/2 • Diskusi laporan ⚫ Laporan Mahasiswa mampu


laporan survei kali pertemuan sudah dibuat menganalisis dan
sebelum menyajikan data
skills lab dalam bentuk
(berdasarkan laporan survei
hasil
briefing), di
diskusikan
dan
dikonsultasik
an ke
pembimbing
pada saat
skills lab.
⚫ Laporan di
uploads di
MyKlass
8. Pembuatan Daring/2 jam /1 • Pada saat skills Mahasiswa mampu
perencanaan kali pertemuan • Diskusi lab, mahasiswa membuat 1 (satu)
program membawa jurnal perencanaan
terkait program kesgilut
perencanaan komunitas
program, yang berdasarkan hasil
akan dipelajari survei (FST)
di skills lab
9. Pembuatan media Daring/4 jam/2 ⚫ Media Mahasiswa mampu
komunikasi kali pertemuan • Diskusi audiovisual membuat media
persuasif(media sudah di audiovisual yang
audiovisual). bawa pada relevan, kreatif dan
saat skills inovatif
lab pertama (berdasarkan hasil
pembuatan FST) sebagai salah
audiovisual, satu media promotif
di dan preventif
diskusikan, kesgilut komunitas
revisi.
⚫ Pertemuan
kedua:
finalisasi
audiovisual

38
⚫ Uploads di
MyKlass
10. Komuikasi/KIE Daring/2 jam/1 Media Mahasiswa mampu
hasil survei kali pertemuan • Diskusi audiovisual melakukan
digunakan pada komunikasi/KIE
saat KIE hasil survei kepada
responden

MATERI SKILLS LAB:


1. INDEKS PEMERIKSAAN KESGILUT KOMUNITAS (Skills Lab 1)
a. Indeks pegukuran karies gigi
1) Indeks DMF-T
Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938
untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaannya
meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi (DMFS). Semua
gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak
tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor;
pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang
hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Untuk
gigi permanen dan gigi susu hanya dibedakan dengan pemberian kode DMFT
(decayed missing filled tooth) atau DMFS (decayed missing filled surface)
sedangkan deft (decayed extracted filled tooth) dan defs (decayed extracted filled
surface) digunakan untuk gigi susu. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF
dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
• Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.
• Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen
dimasukkan dalam kategori D.
• Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D
• Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam
kategori M.
• Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan
perawatan ortodonti TIDAK dimasukkan dalam kategori M.
• Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.
• Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi TIDAK dimasukkan
dalam kategori M.

39
2) Indeks DMF-S
• Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan empat permukaan,
fasial, lingual, distal dan mesial sedangkan gigi posterior dengan lima
permukaan yaitu fasial, lingual, distal, mesial dan oklusal.
• Kriteria untuk D sama dengan DMFT
• Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu menghitung
permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan sehingga untuk gigi
posterior dihitung 4 permukaan dan 3 permukaan untuk gigi anterior.
• Kriteria untuk F sama dengan DMFT

3) Indeks def-t dan def-s


Pengukuran ini digunakan untuk gigi susu. E dihitung bila gigi susu dicabut karena
karies.

Klasifikasi angka kejadian karies menurut WHO (Mean DMF-T):


• Sangat rendah: 0,8 -1,1
• Rendah: 1,2 – 2,6
• Sedang: 2,7 – 4,4
• Tinggi: 4,5 – 6,5
• Sangat tinggi: > 6,5

4) Indeks ICDAS (International Caries Detection and Assessment System)


• Konsensus oleh cariologis, epidemiologis dan praktisi klinis.
• sistematik review berbagai literatur terkait sistem assessment karies gigi
• D=Detection, deteksi karies berdasarkan proses, topografi dan anatominya.
• A= Assessment, penilaian terhadap proses karies, baik karies dengan kavitas
atau tanpa kavitas.
ICDAS-I
• Konsensus tahun 2001 oleh cariologis, epidemiologis dan praktisi klinis.
• Konsensus hanya diikuti oleh beberapa Negara
• Assessment terhadap karies koronal, pada tiap permukaan gigi.
• Kode: 0 – 6
• Tidak menilai aktivitas karies (active atau inactive).
• Tidak menilai karies akar dan karies yang berhubungan dengan restorasi
dan sealant.
ICDAS-II
• Konsensus di Baltimore,Maryland, 2005
• Konsensus diikuti oleh banyak negara.
• Assessment karies koronal, karies akar dan Cars (caries adjacent to
restorations and sealants) dan aktivitas karies.
• 2 digit code system: digit pertama adalah cars, digit kedua karies koronal

40
• Assessment dilakukan pada tiap permukaan gigi.
• Karies akar dinilai tersendiri

Tabel 1. Coronal Primary Caries Detection Criteria


Code Description
0 Sound
1 First Visual Change in Enamel (seen only after prolonged air
drying or restricted to within the confines of a pit or fissure)
2 Distinct Visual Change in Enamel
3 Localized Enamel Breakdown (without clinical visual signs
of dentinal involvement)
4 Underlying Dark Shadow from Dentin
5 Distinct Cavity with Visible Dentin
6 Extensive Distinct Cavity with Visible Dentin

Tabel 2. Caries-Associated with Restorations and Sealants (CARS) Detection Criteria


Code Description
0 Sound tooth surface with restoration or sealant
1 First visual change in enamel
2 Distinct visual change in enamel/dentin adjacent to a restoration/sealant
margin
3 Carious defects of <0.5 mm with the signs of code 2
4 Marginal caries in enamel/dentin /cementum adjacent to restoration/sealant
with underlying dark shadow from dentin
5 Distinct cavity adjacent to restoration/sealant
6 Extensive distinct cavity with visible dentin

RESTORATIONS:
0 = Sound: i.e. surface not restored or sealed (use with the codes for primary
caries)
1 = Sealant, partial
2 = Sealant, full
3 = Tooth colored restoration
4 = Amalgam restoration
5 = Stainless steel crown
6 = Porcelain or gold or PFM crown or veneer
7 = Lost or broken restoration
8 = Temporary restoration
9 = Used for the following conditions:
96 = Tooth surface cannot be examined: surface excluded
97 = Tooth missing because of caries (tooth surfaces will be coded 97)
98 = Tooth missing for reasons other than caries (all tooth surfaces will be
coded 98)
99 = Unerupted (tooth surfaces coded 99)

41
e.g:
A two-number coding system is suggested to identify restorations/sealants with
the first digit, followed by the appropriate caries code,
A tooth restored with amalgam which also exhibited an extensive distinct
cavity with visible dentin would be coded 4 (for an amalgam restoration) 6
(distinct cavity)
An unrestored tooth with a distinct cavity would be 06.

5) Indeks CAST (Caries Assessment Spectrum and Treatment)


• Frencken, 2011
• Tujuan:
➢ Mengembangkan indek karies gigi dgn mengambil kelebihan dari
indek DMF-T, ICDAS serta PUFA indek.
➢ Mendapatkan instrumen assessment karies gigi yang reliabel, pragmatik
dan data mudah dilaporkan

Tabel 3. Indeks CAST


Karakteristik Kode Deskripsi
0 Tidak ada lesi karies
Sealant 1
Terdapat sealan pada pit dan fisura, minimal
parsial, menggunakan bahan sealant.
Tumpatan Terdapat kavitas yang sudah di tumpat
2 menggunakan bahan restorative, tidak ada
karies dentin dan fistula/abses.
Email Terdapat perubahan secara visual pada email,
3 diskolorasi, warna putih atau abu-abu, tidak
ada keterlibatan dentin.
Dentin Karies internal, berhubungan dengan
4 diskolorasi pada dentin, dengan atau tanpa
localized breakdown.
Terdapat kavitas pada dentin, tanpa adanya
5 keterlibatan pulpa.
Pulpa 6
Terdapat kavitas yang sudah melibatkan
kamar pulpa atau terlihat bagian akarnya.
7 Terdapat abses atau fistula.
Gigi tanggal 8 Gigi telah dicabut karena karies
Lainnya 9
Kasus selain yang disebutkan, atau tidak
masuk dalam kategori di atas (0-9)

42
6) Indeks SiC
SiC Index: (Bratthall, 2000)
Tujuan: Mengetahui individu yang mempunyai nilai/angka karies paling tinggi
dalam populasi.
Cara assessment:
1. Menggunakan indek DMF-T
2. Data/angka hasil assessment tiap individu di urutkan.
3. Ambil sepertiga jumlah individu dengan nilai tertinggi dari urutan data tsb.
4. Nilai DMF-T pada no.3 dijumlahkan dan di rata-rata.
5. Nilai rata-rata tsb merupakan nilai SiC index

7) Indeks Karies WHO


Indeks karies WHO merupakan indeks yan direkomendasikan oleh WHO dalam
survei karies gigi di komunitas. Alat yang digunakan untuk mengukur karies adalah
probe WHO.

Tabel 4. Indeks karies WHO


Kode
Gigi desidui Gigi permanen Condition/status
Crown Crown Root
A 0 0 Sound
B 1 1 Caries
C 2 2 Filled, with caries
D 3 3 Filled, no caries
E 4 - Missing due to caries
- 5 - Missing for any other reason
F 6 - Fissure sealant
Fixed dent proth, special
G 7 7
crown/veneer/implant
- 8 8 Unerupted (crown)/unexposed root
- 9 9 Not reccorded

8) Indeks PUFA
Tujuan indek:
Untuk mengetahui akibat karis gigi yang tidak dilakukan perawatan.
Indeks DMF-T dan beberapa indek lainnya tidak melakukan assessment terhadap
akibat lanjut dari karies gigi yang tidak dilakukan perawatan.
Kriteria:
P = Pulpal involvement
U = Ulceration
F = Fistula
A = Abscess

43
b. Indeks pengukuran kebersihan mulut/oral hygiene
1) Indeks OHI/OHI-S
Green & Vermilion
Terdiri dari Debris Indeks (DI) dan Calculus Indeks (CI)
OHI = DI + CI

❖ Indeks OHI
Pengukuran DI:
• Debris: lapisan lunak pd permukaan gigi yg terdiri atas mucin, sisa-sisa
makanan, warna putih kehijauan sampai jingga
• Tiap rahang dibagi 3 segmen (segmen distal caninus kanan, segmen distal
cainus kiri, segmen antara caninus kanan dan caninus kiri)
• Setiap segmen dipilih gigi yg paling kotor
• Penilaian dilakukan pd permukaan bukal & lingual
Skoring DI:
• Skor 0 : tidak ada debris
• Skor 1: Ada debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau stain
• Skor 2: ada debris lebih dari 1/3 permukaan gigi, tapi tidak lebih dari 2/3
permukaan gigi
• Skor 3: debris mentupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
• DI : Jumlah total skor debris/Jumlah segmen
Skoring CI:
• Calculus: endapan pd permukaan gigi yg terkalsifikasi keras, warna putih
kekuningan sampai hijau kecoklatan
• Cara pengukuran sama dengan DI
• Skor 0 : tanpa calculus
• Skor 1: tak lebih dari 1/3 permukaan gigi
• Skor 2 : > 1/3 permukaan gigi tapi < 2/3 permukaan gigi atau subgingival
calculus, tdk kontinyu.
• Skor 3 : > 2/3 permukaan gigi atau calculus subgingival kontinyu,
melingkar.
• CI = Jumlah total skor debris/jumlah segmen

❖ Indeks OHI-S
Pengukuran indeks sama dengan pengukuran OHI
Permukaan gigi yg diperiksa:

6(bukal) 1(labial) 6(bukal)


6(lingual) 1(labial) 6(lingual)

Kriteria OHIS
0 – 1,2 = baik
1,3 – 3 = sedang/cukup
3,1 – 6 = Jelek

44
2) Indeks PHP-M
Podshadley & Haley (1968)
Pemeriksaan: permukaan bukal & lingual
Pengukuran plak secara obyektif (disclosing agent)

Rahang Atas:
Gigi paling posterior kwadran kanan atas
Kaninus sulung/permanen (kanan atas), bila tdk ada bisa menggunakan gigi ant
lainnya.
Molar satu atas kiri sulung/premolar satu kiri atas
Rahang Bawah:
Gigi paling posterior kwadran kiri bawah
Gigi C kiri bawah sulung/permanen (bila tdk ada bisa mmenggunakan gigi
anterior lainnya)
Gigi molar satu kanan bawah sulung atau premolar satu kanan bawah

c. Indeks pengukuran status periodontal untuk keperluan survei


Indicators used:
• Gingival bleeding
• Periodontal Pockets
• All tooth present are examined
• Pocket depth: WHO CPI periodontal probe, not recorded in individual younger
than 15 years of age

❖ Pengukuran Gingival Bleeding:


CARA:
• Alat: Probe WHO
• Insersi tip probe di antara gingiva dan gigi (sulkus/poket), probe paralel aksis
gigi, digerakkan menyusuri anatomi permukaan akar gigi.
• Bukal & lingual, dari distal ke mesial
• Latihan tekanan probe:
Insersi pd kuku, sampai kuku berubah warna
Insersi probe pd sulkus gigi anterior kita
Harus dilakukan pd saat kalibrasi (reliabilitas & konsistensi)

Tabel 5. Indeks gingival bleeding


Code Condition
0 Absence of condition
1 Presence of condition
X Tooth excluded
9 Tooth not present

45
❖ Pengukuran periodontal pocket
CARA:
• Alat: Probe WHO
• Insersi tip probe di antara gingiva dan gigi (sulkus/poket), probe paralel aksis
gigi, digerakkan menyusuri anatomi permukaan akar gigi.
• Bukal & lingual, dari distal ke mesial
Tabel 6. Indeks Periodontal pocket
Code Condition
0 Absence of condition
1 Pocket 4-5 mm
2 Pocket ≥ 6 mm
9 Tooth excluded
X Tooth not present

2. PENGUKURAN INDIKATOR SALIVA SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEGILUT


KOMUNITAS (Skills Lab 2)
a. Kandungan saliva
Saliva terdiri dari berbagai elektrolit, diantaranya sodium, potasium, kalsium,
magnesium, bikarbonat, dan fosfat. Imunoglobulin, protein, enzim, mucin, dan produk
nitrogen, seperti urea dan amonia juga ditemukan dalam saliva. Komponen-komponen tersebut
berinteraksi dalam fungsi berikut:
1) Bikarbonat, fosfat, dan urea mengatur pH dan kapasitas buffer saliva.
2) Protein makromolekul dan mucin berfungsi untuk membersihkan mikroorganisme oral dan
berkontribusi untuk metabolisme plak gigi.
3) Kalsium, fosfat dan protein bekerja sama sebagai faktor anti kelarutan serta mengatur
proses terjadinya demineralisasi dan remineralisasi.
4) Imunoglobulin, protein dan enzim sebagai antibakteri.
b. Fungsi saliva
Fungsi saliva diantaranya membantu dalam pengunyahan makanan dan pencernaan
dengan bantuan enzim amilase. Saliva juga berperan dalam pembersihan rongga mulut dan
jaringannya secara alamiah. Saliva memberikan perlindungan bagi gigi-geligi dan mukosa
mulut. Fungsi saliva yang adekuat penting dalam perlindungan gigi terhadap karies.
Mekanisme fungsi perlindungan saliva, meliputi:
1) Aksi pembersihan bakteri, terjadi karena saliva mengandung molekul karbohidrat-protein
(glikoprotein).
2) Aksi buffer, yang dapat membantu melarutan asam dalam plak.
3) Aksi anti mikroba, yang terjadi karena kandungan bermacam-macam protein (lisosim,
latoferin, laktoperosidase) dan antibodi (Ig A sekretori) yang dapat menghambat bahkan
membunuh bakteri.
4) Remineralisasi, yang terjadi karena kandungan ion-ion kalsium, fosfat, kalium dan fluoride
dalam saliva.

46
c. Prosedur pengumpulan saliva
Pengumpulan saliva dimulai dengan menginstruksikan pasien untuk tidak makan dan
minum selama 1 jam sebelumnya, yang bertujuan untuk membebaskan pengaruh makanan dan
minuman terhadap pH saliva. Sebelum pengumpulan saliva, pasien diminta berkumur
beberapa kali untuk menghilangkan sisa-sisa makanan, kurang lebih selama 3 menit.
Prosedur pengumpulan saliva tanpa stimulasi dimulai setelah subyek penelitian
diinstruksikan untuk duduk dalam posisi santai, menundukkan kepala dan tidak bergerak
selama pengumpulan. Saliva dibiarkan terkumpul dalam mulut dengan cara menahannya agar
tidak tertelan selama 2 menit dan kemudian dikeluarkan atau diludahkan ke collection cup.
d. Karakteristik saliva sebagai faktor risiko karies
Pengukuran parameter saliva penting dalam upaya mengetahui perubahan dalam
keseimbangan oral yang mendukung proses demineralisasi. Saliva mengendalikan
keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi dalam lingkungan yang kariogenik.
Buffer saliva dapat mengembalikan pH yang rendah dalam plak dan memungkinkan untuk
pembersihan rongga mulut sehingga mencegah demineralisasi email. Laju aliran saliva dan
viskositas saliva juga dapat mempengaruhi perkembangan karies.
1) Derajat keasaman saliva (pH saliva)
Karies terjadi melalui interaksi antara gigi dan saliva sebagai host, bakteri normal
di dalam mulut, serta makanan terutama karbohidrat yang mudah difermentasikan menjadi
asam melalui proses glikolisis. Bakteri yang berperan dalam proses glikolisis adalah
Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus, sedangkan asam organik yang
terbentuk antara lain asam piruvat dan asam laktat yang dapat menurunkan pH saliva, pH
plak dan pH cairan sekitar gigi sehingga terjadi demineralisasi gigi.
Bakteri asidogenik (bakteri yang mampu hidup dalam suasana asam) dan bakteri
asidurik (bakteri yang dapat menghasilkan asam) banyak dijumpai pada seseorang dengan
karies gigi. Lingkungan tersebut memiliki potensi pembentukan asam yang lebih tinggi
dari sisa-sisa makanan pada gigi yang berlubang, sehingga penurunan tingkat pH lebih
terlihat pada intensitas karies yang lebih tinggi.
Saliva merupakan faktor pengatur keadaan asam-basa di dalam mulut yang
menentukan naik dan turunnya pH. Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pH
saliva antara lain adalah rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut
dan buffer saliva. Senyawa organik yang terkandung dalam saliva yang dapat
mempengaruhi pH antara lain gugus bikarbonat, fosfat, asam karbonat, ammonia dan urea.
Bikarbonat merupakan komponen organik utama dalam saliva yang berpengaruh terhadap
peningkatan pH saliva. Senyawa tersebut bersifat basa yang dapat menetralkan kondisi
asam. Bikarbonat dapat menetralkan keasaman saliva dengan mengikat ion hidrogen, hasil
reaksi tersebut akan membentuk air (H2O) dan karbondioksida (CO2), sehingga pH saliva
yang asam meningkat menjadi normal.
Terdapat 2 teknik pengumpulan saliva, yaitu terstimulasi dan tanpa stimulasi
(saliva istirahat). Perbedaannya terletak pada penerapan stimulus kunyah pada
pengumpulan saliva terstimulasi. Saliva istirahat memberikan nilai yang lebih subjektif
dalam penilaian kuantitatif jika dibandingkan dengan saliva yang terstimulasi.
Nilai pH saliva yang normal adalah 5,6 sampai 7, dengan rata-rata pH 6,7. Saliva
dengan pH yang rendah dapat menyebabkan hilangnya ion kalsium, fosfat dan hidroksil

47
dari kristal hidroksiapatit. Saliva dengan pH kritis yaitu 5,5, dapat mengakibatkan disolusi
(proses pelepasan senyawa) hidroksiapatit yang disebut demineralisasi pada gigi.
Derajat keasaman saliva (pH saliva) istirahat dari seseorang yang berusia mulai
dari 3 minggu sampai 101 tahun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kerusakan pada
email dapat terjadi jika pH saliva menunjukkan angka kurang dari 5,5.
Terdapat 2 teknik pengukuran pH saliva yaitu:
• Metode kalorimetri
• Metode digital, yaitu menggunakan pH meter digital. Pengukuran
dilakukan dengan memasukkan ujung detektor pH pada saliva dalam
collection cup hingga keseluruhan ujung detektor pH terendam. Beberapa
saat kemudian nilai pH akan muncul dan menunjukkan nilai yang stabil.
Sebelum dilakukan pengukuran pH selanjutnya, detektor pH dibilas
dengan aquades steril.

2) Kapasitas buffer saliva


Saliva mengandung asam karbonat-bikarbonat, ammonia dan urea yang dapat
berperan sebagai sistem buffer. Sistem buffer berfungsi untuk menyangga dan menetralkan
pH yang terjadi pada saat bakteri plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas buffer erat
hubungannya dengan kecepatan sekresi saliva. Peningkatan kecepatan saliva dapat
mengakibatkan peningkatan kapasitas buffer, dikarenakan terjadi peningkatan kadar
natrium dan bikarbonat.
Kapasitas buffer diuji dengan cara mengambil sampel saliva dengan menggunakan
pipet kemudian meneteskannya ke kertas lakmus khusus (buffer test strip squares) dan
kemudian dibandingkan hasilnya untuk mendapatkan nilai kapasitas buffer.
3) Laju aliran saliva
Aliran saliva berfungsi untuk menurunkan akumulasi plak pada gigi dan
menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Keadaan tersebut terjadi
karena aliran saliva membantu membuang bakteri patogen dan partikel-partikel makanan
yang memberi dukungan metabolik bagi bakteri. Laju aliran saliva dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya: usia, hormon, penyakit sistemik, irama sirkadian, diet,
pengunyahan, hidrasi, dan obat.
Laju aliran saliva yang disekresikan bervariasi antara individu satu dengan yang
lain, faktor lain yang mempengaruhinya adalah faktor lingkungan. Saliva juga mengikuti
ritme sirkadian, dengan aliran tertinggi disiang hari dan paling rendah sekitar pukul 04.00
pagi. Sekitar 0,5-1,7 liter saliva disekresikan ke dalam rongga mulut setiap harinya.
Gigi-geligi secara terus menerus terendam dalam saliva (resting saliva) sebanyak
0,5 ml. Saliva tersebut akan membantu melindungi gigi, lidah, membran mukosa mulut
dan orofaring. Produksi saliva akan berhenti pada saat tidur, dikarenakan kelenjar saliva
tidak dirangsang oleh apapun.
Laju aliran saliva dapat dihitung dalam gram per menit, yang hampir setara dengan
mililiter per menit. Laju aliran saliva tanpa stimulasi, rata-rata bernilai 0,4 ml/menit. Laju
aliran saliva tanpa stimulasi yang bernilai kurang dari 0,2 ml/menit menunjukkan
hypofunction dari glandula saliva. Nilai laju aliran saliva dibawah normal (kurang dari 0,2

48
ml/menit) dapat menyebabkan demineralisasi gigi, sehingga meningkatkan resiko
terjadinya karies.
Produksi saliva sebagian besar dihasilkan pada saat makan, sebagai reaksi atas
rangsang yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan. Nilai sekresi saliva
terstimulasi lebih besar dari 1,0 ml/menit, termasuk dalam kategori normal, sedangkan
yang kurang dari 1,0 ml /menit dianggap beresiko terjadinya karies gigi
Peningkatan laju aliran saliva dapat meningkatkan konsentrasi protein, sodium,
klorin dan bikarbonat serta dapat menurunkan konsentrasi dari magnesium dan phosphorus
pada saliva. Kecepatan sekresi saliva yang mengalami penurunan dapat diikuti dengan
peningkatan jumlah Streptococcus mutans dan lactobacilli. Individu dengan kecepatan
sekresi saliva yang rendah, dapat ditemukan aktivitas karies yang tinggi.

Tabel 7. Kriteria Pengukuran Volume dan Bufer Saliva


Pengukuran 0 1 2
Volume Salia ˃ 10 ml 3,5 – 10 ml ˂ 3,5 ml
(5 ( 5 menit) (Saliva banyak) (Saliva sedang) (saliva sedikit)
Bufer Saliva Merah Orange Kuning
(warna) (preventif baik) (preventif sedang) (preventif rendah)

3. PENGISIAN ODONTOGRAM
Kegiatan skills lab tahap ini adalah melakukan pengisian odontogram dengan
menggunakan indeks DMF-T dan Indeks WHO, yang akan digunakan pada saat FST di
komunitas. Masing-masing mahasiswa akan diberikan 2 form odontogram, yang kemudian
akan diisi menggunakan 2 indeks tersebut. Setelah materi selesai, mahasiswa akan berlatih
mengisi form berdasarkan skenario kasus yang ada, dan akan dilakukan penilaian oleh
dokter gigi pembimbing skills lab.

4. BRIEFING FST
Kegiatan briefing ini antara lain penjelasan terkait persiapan, teknis pelaksanaan,
tahap pembuatan laporan dan pengumpulan laporan survei sebagai nilai akhir dari kegiatan
FST. Mahasiswa akan dikumpulkan dalam satu ruangan, yaitu ruang SL AMC, dan akan
diberikan penjelasan dan pengarahan oleh PJ FST dan dokter gigi pembimbing FST.

5. SURVEI KESGILUT KOMUNITAS (FST)


Kegiatan ini merupakan kegiatan survei di lapangan, yang merupakan Field Site
Teaching (FST), yaitu survei kesehatan gigi dan mulut (kesgilut) komunitas dan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Mahasiswa WAJIB mengikuti kegiatan survei ini dan di

49
akhir kegiatan mahasiswa membuat laporan survei serta melakukan edukasi atau
komunikasi hasil survei kepada responden.
Survei kesgilut tersebut terdiri atas pemeriksaan karies gigi menggunakan indeks
karies WHO dan survei pengetahuan kesgilut menggunakan kuesioner. Kegiatan dilakukan
dalam waktu 1 (satu) hari dan akan dibimbing oleh dokter gigi instruktur skills lab KG.

6. PEMBUATAN LAPORAN SURVEI (Skills Lab)


Data hasil survei kesgilut dan PHBS dalam kegiatan FST tersebut kemudian
disajikan dalam bentuk laporan survei. Laporan survei WAJIB dibuat tiap kelompok skills
lab dan kelompok kelas. Laporan tersebut dikumpulkan dalam bentuk hardfile maupun soft
file, dengan di uploads di system ELS FKIK UMY.

7. PEMBUATAN PERENCANAAN PROGRAM KESGILUT KOMUNITAS (Skills


Lab)
Berdasarkan hasil analisis data survei pada kegiatan FST, mahasiswa kemudian
membuat planning/perencanaan pembuatan program kesgilut komunitas sebagai salah satu
solusi atau oral health problem solving terhadap masalah-masalah yang ada di komunitas.

Unsur perencanaan:
 Rumusan misi
 Rumusan masalah
 Tujuan umum & khusus
 Rumusan kegiatan
 Asumsi perencanaan
 Strategi pendekatan
 Kelompok sasaran
 Waktu
 Organisasi & tenaga pelaksana
 Biaya
 Metode penilaian & kriteria keberhasilan

Langkah-langkah perencanaan:
➢ Problem priority
Pengumpulan data (jenis, sumber, cara)
Pengolahan data (manual, mekanikal/elektrikal)
Penyajian data (teks, tabular, grafikal)
Memilih prioritas masalah

➢ Memilih prioritas masalah:


Metode yang paling banyak digunakan :
Criteria matrix technique

50
Hanlon
Kriteria inti: pentingnya masalah, kelayakan teknologi, sumber daya yg tersedia

Tabel 8. Skoring Metode Matrik


I IXTX
No Masalah T R
P S RI DU SB PB PC R

1 A 1 4 2 3 4 3 1 3 2 1.728
2 B 2 3 4 1 5 2 4 2 1 1.920
3 C 4 2 5 2 3 1 3 1 4 2.880

I = Importancy
P: Prevalence
S: Severity
R: Rate of increase
DU: Degree of Unmeet Need
SB: Social Benefit
PB: Public Concern
PC: Political Climate
T = Technical Feasibility
R = Resources Availability

➢ Solution priority
Menyusun alternatif jalan keluar
Memilih prioritas jalan keluar
Melakukan uji lapangan
Memperbaiki priotitas jalan keluar
Menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar

8. PEMBUATAN MEDIA KOMUNIKASI PERSUASIF (Skills Lab)


Berdasarkan perencanaan pembuatan program kesgilut komunitas, mahasiswa
kemudian membuat media komunikasi dalam rangka melakukan upaya promotif dan
preventif terhadap masalah kesgilut komunitas yang ditemukan, serta relevan dengan
pogram kesgilut yang sudah direncanakan sebelumnya.
Penilaian pembuatan media ini meliputi relevansi dan kreatifitas serta inovasinya.
Mahasiswa sudah membuat sebelum SL, dan dibawa pada saat SL, sehingga bisa di review
oleh Drg. Pembimbing.

51
9. KOMUNIKASI HASIL SURVEI KESGILUT DAN PHBS KEPADA RESPONDEN
Skills Lab komunikasi merupakan salah satu materi skills lab di Prodi KG FKIK
UMY. Skills lab ini mempunyai level konten yang berbeda pada tiap tahun angkatan
mahasiswa. Skills Lab komunikasi pada blok 9 ini mahasiswa diharapkan mampu
melakukan komunikasi tentang bagaimana melakukan edukasi atau Dental Health
Education (DHE) kepada mayarakat ataupun responden yang telah dilakukan survei
sebelumnya. Mahasiswa akan melakukan DHE berdasarkan hasil analisis data survei
kesgilut dan PHBS

52
PETUNJUK TEKNIS JURNAL READING
PRODI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

C. PENDAHULUAN

Sackett et al.,(2000), mendefinisikan EBM: “the integration of best research evidence with clinical
expertise and patient values” – EBM adalah integrasi bukti-bukti riset terbaik dengan keterampilan klinis
dan nilai-nilai pasien. EBM bertujuan membantu klinisi memberikan pelayanan medis yang lebih baik agar
diperoleh hasil klinis (clinical outcome) yang optimal bagi pasien, dengan cara memadukan bukti terbaik
yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien.

EBM (Evidance Base Medicine) diperlukan untuk membantu dalam proses perawatan yang tepat
kepada pasien. Beberapa penelitian yang ada diperlukan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki. EBM diperlukan karena perkembangan di bidang kesehatan sangat pesat dengan berbagai
penelitian yang ada. Sedangkan dari banyak penelitian tersebut harus kita pilih mana yang sesuai yang dapat
digunakan dalam peningkatan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

53
Mahasiswa kedokteran gigi Prodi Kedokteran Gigi UMY program Sarjana memerlukan
pembelajaran terkait EBM untuk dapat diaplikasikan baik dalam taraf pembelajaran ketika mereka sarjana,
pendidikan profesi ataupun ketika jika sudah menjadi dokter gigi. Hal ini yang mendorong untuk
peningkatan pembelajaran terkait pencarian jurnal dan bagaimana membaca jurnal tentang Kesehatan.

D. LANGKAH-LANGKAH JURNAL READING

Instruktur Instruktur
memberikan
menunjukkan
introduction untuk kepada Kelompok memlih ketua
memulai diskusi mahasiswa untuk dan sekretaris
dengan
pengecekkan
memperhatikan
jurnal melalui
beberapa tata cara scimago, scopus,
identifikasi. jurnal
predatory journal,
dan bellis journal)

Ketua memimpin
Kesimpulan dan diskusi jurnal dengan
Instruktur menutup feedback dari form yang disediakan
diskusi Instruktur dengan bimbingan
Instruktur

Penilaian dari
Instruktur

54
55
56
57
E. CHECK LIST PENILAIAN JURING

Komponen yang dinilai setiap pertemuan dalam tutorial PBL sebagai berikut.

No Komponen penilaian Nilai

1 Keaktifan mahasiswa

2 Penjabaran masalah dan latar belakang

3 Pemahaman metode dan alur penelitian yang digunakan

4 Penjabaran hasil diskusi

5 Penjabaran diskusi dan pembahasan

6 Perumusan kesimpulan

7 Datang tepat waktu

TOTAL SKOR

Keterangan skor

80-100 : Very Good

70-79,9 : Good

60-69,9 : Less

Keterangan poin

65-69,9 : terlambat < 15 menit

70-79,9 : terlambat < 10 menit

80-100 : tepat waktu

58
F. SISTEMATIKA JOURNAL READING

NO Isi Keterangan

1 Judul Jurnal, Sertakan keterangan:


Penulis dan
afiliasi 1. Tipe jurnal: sistematik review/ research article
2. Apakah jurnal tersebut terindeks scopus dan masuk rank (Q)
ABSTRAK berapa?
3. Berapa impact factor jurnal tersebut

2 Introduction Pada Slide ini berisikan tentang:

1. Alasan/latar belakang peneliti melakukan penelitian


2. Penjelasan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya
(literature review) dan gap yang ditemukan oleh peneliti
sehingga ingin meneliti lebih lanjut
3. Problem formulation/ masalah penelitian
4. Tujuan penelitian
5. Hipotesis penelitian

(apabila informasi dalam introduction tidak cukup menjawab latar


belakang penelitian atau informasi penelitian sebelumnya ditulis
sangat terbatas, wajib mencari informasi tambahan yang ada dalam
daftar pustaka > cari jurnal pendukung)

3 Material dan Material dan metode yang digunakan, berisikan tentang:


Method
1. Design penelitian
2. Kriteria (inklusi dan eksklusi), size dan metode pengambilan
sampel
3. Prosedur pengumpulan data, prossesing data dan analisa data
4. Apabila menggunakan instrumen kuesioner, jelaskan isinya,
dan bagaimana caranya mengukur variabel tersebut. Validitas
dan reabilitas kuesioner tersebut juga harus dijelaskan.
5. Pada penelitian eksperimental/ intervensi, harus dijelaskan
prosedure intervensi atau treatment yang diberikan. Mohon
dijelaskan pula bagaimana ethical clearance didapatkan dan
bagaimana perlindungan terhadap subjek.
6. Analisa data harus dijelaskan secara detail, termasuk
menggunakan software apa.
7. Tempat penelitian juga perlu dijelaskan

59
(apabila informasi dalam material dan method tidak cukup menjawab
poin-poin tersebut, wajib mencari informasi tambahan yang ada
dalam daftar pustaka cari jurnal pendukung).

4 Result Berupa tabel/gambar/grafik dan narasi tabel

1. Sertakan tabel/gambar/grafik (semua yang ada dalam jurnal


harus dicantumkan) dan baca tabel tersebut secara detail.
2. Nilai average (mean) dan standar deviasi mohon diperhatikan
dan dijelaskan.
3. Statistik maupun simbol-simbol matematika (Nilai satuan/unit
dalam tabel/grafik, dll) mohon diperhatikan dan dipahami.
4. Mencocokkan kesesuaian antara tabel/gambar/grafik dan
narasi.

Apabila belum paham maksud dari tabel/gambar/grafik, analisa


statistik maupun simbol matematika, mohon mencari artikel
pendukung untuk membantu menjelaskan/menahami hal tersebutàbisa
lihat dari daftar pustaka atau artikel lainnya

5 Discussion • Bagian ini menerangkan hasil yang diperoleh dalam studi ini
dan membandingkannya dengan hasil penelitian-penelitian
sebelumnya.

- apakah hasil tersebut sesuai menjawab hipotesis


penelitiannya

- Jelaskan apa persamaan, perbedaan dan penemuan unik


yang ditemukan dalam penelitian/studi ini.

- Implikasi/dampak hasil penelitian ini pada ilmu


pengetahuan.

- Jelaskan limitasi/keterbatasan/kelemahan studi ini.

6 Conclusion • Berisi kesimpulan apakah menjawab hipothesis yang menjadi


tujuan penelitian
• Berisi rekomendasi/saran untuk penelitan selanjutnya

60
PLENNARY DISCUSSION
BLOK BASIC RESEARCH AND
SURVEILLANCE EPIDEMIOLOGY
A. PETUNJUK PELAKSANAAN:
1. Plennary discussion adalah kegiatan diskusi klasikal dimana topik yang diangkat adalah
topik yang menarik dan diharapkan dapat meningkatkan deep learning mahasiswa
2. Kelompok penyaji dalam kegiatan ini adalah salah satu kelompok tutorial yang ditetapkan
sebagai penyusun makalah pembahasan scenario yang terbaik/kelompok yang ditunjuk
secara khusus. Kelompok penyanggah adalah kelompok tutorial lainnya.
3. Pemilihan kelompok penyaji berdasarkan hasil penyusunan makalah pembahasan
scenario. Pembahasan scenario sesuai dengan seven jumps dan diperbolehkan
menyusunnya dalam bahasa indonesia. Presentasi saat diskusi adalah langkah ke-7 dari
seven jumps.
4. Kelompok yang terpillih sebagai pemenang/penyaji wajib berkonsultasi dengan pakar
yanng sudah ditunjuk
5. Presentasi dilakukan dalam bahasa inggris
6. Pada plennary discussion akan diadakan miniquiz.
7. Makalah pembahasan dikumpulkan melalui admin tutorial (R. tutor), atau sesuai instruksi
penanggungjawab blok
8. Selamat mengerjakan

B. Skenario (scenario tutorial 3)

Outbreaks in Indonesia can be detected quickly and then appropriate handling is done due to
an adequate epidemiological surveillance system. Epidemiological surveillance is one of the
programs conducted by the Health Offices in all district of Indonesia. Each type of disease
that exists, both communicable disease and non-communicable disease has its own
surveillance and evaluation system.

C. Peserta Kegiatan

1. Pakar/Pembicara
2. LTC (Reviewer Bahasa Inggris)
3. Tim Blok/Wakil PJ Blok
4. Mahasiswa
5. Admin

61
62

Anda mungkin juga menyukai