Anda di halaman 1dari 19

KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS (PPDGS)

PENYAKIT MULUT 2015


Hasil Rapat Kerja Kolegium Ilmu Penyakit Mulut Indonesia
Senin – Rabu 22-23 Agustus 2016

KATA PENGANTAR

Kurikulum PPDGS Penyakit mulut mencakup penatalaksanaan kelainan / penyakit


jaringan lunak mulut pada pasien sehat dan juga pasien dengan berbagai penyakit
sistemik atau dengan kondisi psikologis / psikiatris tertentu baik anak-anak maupun
dewasa. Kondisi ini menuntut setiap peserta PPDGS Penyakit Mulut untuk mempelajari
berbagai penyakit dan kondisi sistemik yang relevan sehingga pada saat praktik nantinya
mereka dapat bekerjasama dalam tim kesehatan lainnya.

Manifestasi penyakit mulut seringkali melibatkan jaringan mulut lain seperti jaringan
periodontal dan perluasan ke gigi serta tulang rahang. Apabila kondisi ini terjadi maka
akan dilakukan perawatan bersama dengan dokter gigi spesialis terkait agar dapat
memberikan perawatan gigi dan mulut yang terbaik bagi pasien.

Pada implementasinya kurikulum terdiri dari 10 (sepuluh) blok dan kemudian setiap blok
dijabarkan menjadi beberapa modul. Masing-masing blok maupun modul disertai dengan
kompetensi yang harus dicapai oleh setiap peserta pendidikan setelah mengikuti /
menyelesaikan blok ataupun modul tersebut. Kolegium Ilmu Penyakit Mulut Indonesia
(KIPMI) menetapkan bahwa ketujuh blok ini sebakai minimal materi yang harus dipelajari,
tetapi setiap program studi dapat menambah blok ataupun modul yang disepakati
menjadi unggulannya (excellence).

Strategi pembelajaran menggunakan metoda student-centered learning, termasuk


presentasi dan diskusi, belajar mandiri dan berkelompok, laporan kasus, bedah kasus
dan pembelajaran klinik. Metoda presentasi dan diskusi merupakan metoda yang paling
banyak digunakan karena metoda ini menuntut setiap peserta PPDGS untuk mencari
masalah, mencari atau menelusuri literatur yang sesuai, menyusun bahan presentasi,
presentasi dan kemudian mendiskusikan presentasinya dengan para peserta yang lain
dan dosen terkait. Kuliah hanya dilakukan untuk topik-topik tertentu yang sifatnya
informatif dan inspiratif terkait perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan baru.

Pembelajaran klinik dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) yang dimiliki oleh
program studi dan rumah sakit jejaring lainnya berdasarkan kerjasama antar institusi
pendidikan dan rumah sakit. Pembelajaran klinik mencakup perawatan bagi pasien rawat
jalan maupun rawat inap. Walaupun kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum

1
Berbasis Kompetensi (KBK) tetapi KIPMI telah sepakat untuk menetapkan jumlah
minimal kasus yang harus dirawat oleh seorang residen agar mutu pendidikan dapat
terjamin.

Sesuai dengan tuntutan pelayanan pasien dan perkembangan global akan pendidikan
spesialis penyakit mulut, waktu pendidikan dirancang selama 6 semester termasuk
menyusun thesis yang topiknya relevan dengan bidang penyakit mulut dengan total
beban studi minimal 60 sks.

Sejalan dengan pendidikannya seorang lulusan spesialis penyakit mulut nantinya harus
dapat bekerja di rumah sakit dimana ia dapat merawat pasien secara profesional
bersama dengan spesialis bidang kedokteran gigi lainnya serta bekerja dalam tim dengan
spesiais bidang kedokteran seperti spesialis penyakit dalam dan spesialis kulit dan
kelamin dan sebagainya.

Jakarta, Mei 2016

Kolegium Ilmu Penyakit Mulut Indonesia


Ketua 2014 – 2017,

Drg. Afi Savitri Sarsito SpPM

2
I. PENDAHULUAN

Kurikulum ini disusun sebagai panduan pendidikan program dokter gigi spesialis penyakit
mulut (PPDGS PM) di Indonesia yang akan menghasilkan seorang dokter gigi spesialis
penyakit mulut (drg Sp.PM).

Setelah menempuh pendidikan, kemampuan dokter gigi spesialis penyakit mulut


meliputi :

1. Penatalaksanaan penyakit/kelainan pada jaringan lunak mulut dan sekitarnya secara


non-bedah, pada pasien anak, dewasa dan lansia, dengan maupun tanpa kompromis
medis, meliputi prosedur diagnosis, penetapan pemeriksaan penunjang,
menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang, penegakkan diagnosis,
penatalaksanaan perawatan mandiri dan atau terpadu dalam tim kesehatan, sampai
dengan monitoring hasil perawatan dan pemeliharaan atau pencegahan kambuh
ulang termasuk upaya promotif dan preventif.
2. Penatalaksanaan masalah kesehatan gigi-mulut pada pasien kompromis medik dan
kompromis imun.
3. Penelitian bidang penyakit mulut baik penelitian epidemiologi, laboratoris maupun
klinis.
4. Penerapan ilmu penyakit mulut bagi masyarakat meliputi kegiatan promotif, preventif
dan kuratif.

Pendidikan ditempuh dalam waktu 6 (enam) semester dengan beban studi minimal 60
sks. Pendidikan dilakukan di dalam kelas (kuliah, diskusi, presentasi dsb), Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Pendidikan dan Rumah Sakit jejaring tipe A atau B (praktik klinik pada
pasien rawat jalan dan rawat inap).

Capaian kompetensi (learning outcomes) dievaluasi dengan cara ujian dan asesmen
kinerja yang meliputi pengetahuan, ketrampilan klinik dan perilaku dalam merawat pasien
dengan berbagai penyakit /kelainan mulut. Setiap asesmen diberikan umpan balik bagi
peserta didik dan terdiri dari asesmen formatif dan sumatif. Pada akhir pendidikan peserta
harus lulus ujian komprehensif tulis dan SOCA.

Asesmen kinerja dapat menggunakan metoda case based discussion (CbD), mini-CEX
(clinical evaluation exercise), DOPS (direct observation of procedural skills), Patient
Assessment Questionnaires (PAQ) dan MSF (multisource feedback).

3
III. BLOK DAN MODUL PPDGS PENYAKIT MULUT

Materi pembelajaran kurikulum PPDGS Penyakit Mulut dikelompokkan menjadi Blok dan
masing-masing blok kemudian dijabarkan menjadi modul sebagai rambu-rambu materi
pada saat implementasi pembelajaran di masing-masing institusi pendidikan. KIPMI
menyusun 10 (sepuluh) Blok sebagai minimal standar materi termasuk modul dan
kompetensi utama lulusan yang diharapkan.

BLOK I: ILMU KEDOKTERAN DASAR DAN IKG DASAR

Ruang Lingkup:

Seorang dokter gigi spesialis penyakit mulut perlu memahami patogenesis setiap
penyakit / kelainan yang terjadi pada pasien, oleh sebab itu para peserta didik perlu
mempelajari berbagai ilmu kedokteran dasar dan kedokteran gigi dasar yang relevan
dengan berbagai penyakit mulut.

Selain itu dalam menentukan diagnosis definitif suatu kasus penyakit mulut beserta
penatalaksanaannya, seringkali diperlukan adanya pemeriksaan penunjang, sesuai
dengan kasus terkait. Pemeriksaan penunjang termasuk pemeriksaan darah dan urin,
pemeriksaan patobiologi.

Modul:

1. Fisiologi nyeri
2. Fisiologi mukosa oral dan kelenjar saliva
3. Patologi klinik
4. Patologi anatomi
5. Patobiologi oral

Kompetensi Utama

Peserta didik mampu:

1. Menetapkan pemeriksaan darah dan urin yang diperlukan untuk mendiagnosis


penyakit mulut.
2. Menginterpretasi hasil tes darah dan urin yang diperlukan untuk pengelolaan
penyakit mulut.
3. Menetapkan berbagai pemeriksaan histopatologis yang terkait untuk
mendiagnosis penyakit mulut.

4
4. Menginterpretasi hasil pemeriksaan histopatologis yang diperlukan untuk
pengelolaan penyakit mulut.

Metoda Pembelajaran, Metoda Penilaian dan Beban Studi

Materi Metoda Metoda Penilaian Beban


Pembelajaran Studi
(sks)
1. Fisiologi nyeri Kuliah, Presentasi, Ujian tulis 5
2. Fisiologi mukosa Diskusi Kelompok
oral dan kelenjar
saliva, serta variasi
normal oral
3. Patologi klinik
4. Patologi anatomi
5. Patobiologi oral

BLOK II: PENGELOLAAN PASIEN

Ruang Lingkup:

Profesionalisme dan pengelolaan pasien merupakan domain utama praktik kedokteran


gigi spesialis. Seorang dokter gigi spesialis dituntut untuk memiliki Etik, Komunikasi dan
empati terhadap pasien sehingga dalam melakukan praktiknya yang bersangkutan dapat
memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien, bebas dari pelanggaran etika sehingga
perlindungan pasien terjamin.

MODUL:

1. Profesionalisme (Etika, Komunikasi, Empati dalam menghadapi pasien)


2. Anamnesa untuk mengumpulkan riwayat penyakit (History taking)
3. Pemeriksaan klinis:
a. Umum
b. Oral: ekstra dan intra oral
4. Memahami prosedur berbagai teknik pemeriksaan mikologi, bakteriologi dan
sitologi dan jaringan.
5. Menetapkan pemeriksaan penunjang yang tepat untuk berbagai penyakit mulut.
6. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan penunjang, serta menegakkan diagnosis
7. Penatalaksanaan Pasien secara farmakoterapi dan nonfarmakoterapi

5
a. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
b. Menulis resep yang benar dan rasional
c. Prosedur operatif yang terkait dengan perawatan penyakit mulut (skeling,
debridement, eliminasi iritan dsb)
8. International patient safety goals (IPSG)

Kompetensi Utama
Peserta didik mampu :

1. Melayani pasien dengan sikap yang baik, sopan dan jujur sesuai etika dan
profesionalisme
2. Mengumpulkan, merekam dan menginterpretasikan secara akurat riwayat
penyakit pasien, baik anak-anak maupun dewasa di bidang penyakit mulut.
3. Melakukan pemeriksaan klinis secara umum, ekstra dan intra oral pada pasien
dengan segala usia di bidang penyakit mulut.
4. Memilih dan meminta pemeriksaan penunjang yang relevan dengan bidang
penyakit mulut.
5. Menginterpretasikan dan bila perlu mencari penjelasan yang berhubungan dengan
hasil pemeriksaan penunjang pasien.
6. Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap pasien dengan baik
dan benar.
7. Melakukan tatalaksana pasien spesialistik secara profesional, baik pasien rawat
jalan maupun rawat inap.
8. Memberikan terapi obat-obatan secara efektif dan aman bagi pasien.
9. Melakukan tindakan operatif secara rasional apabila diperlukan (skeling, eliminasi
iritan dan sebagainya)
10. Bekerjasama dalam tim kesehatan lainnya.

Metoda Pembelajaran, Metoda Penilaian dan Beban Studi

Materi Metoda Metoda Penilaian Beban


Pembelajaran Studi
(sks)
1. Profesionalisme (Etika,
Komunikasi, Empati Kuliah, Presentasi, Ujian lisan, Ujian 4
dalam menghadapi Diskusi Kelompok tulis, Observasi
pasien) kecil, Simulasi, langsung (DOP),
Praktik Klinik Ujian pasien, SOCA
2. Anamnesa untuk Skills lab IPSG
mengumpulkan riwayat
penyakit (History
taking)

6
3. Pemeriksaan klinis:
a. Umum
b. Oral: ekstra dan
intra oral

4. Menetapkan dan
menginterpretasikan
pemeriksaan
penunjang, serta
menegakkan diagnosis

5. Penatalaksanaan
Pasien secara
farmakoterapi dan
nonfarmakoterapi
a. Komunikasi,
Informasi dan
Edukasi (KIE)
b. Menulis resep
yang benar dan
rasional
c. Prosedur
operatif yang
terkait dengan
perawatan
penyakit mulut
(skeling,
debridement,
eliminasi iritan
dsb)

BLOK III: KEGAWAT-DARURATAN MEDIK ORAL MEDICINE

Ruang Lingkup:

Seorang spesialis penyakit mulut harus mampu mengatasi kegawatdaruratan medik,


termasuk bagaimana mengidentifikasi, menghimpun, mengelola data kasus pasien dan
menyimpulkan resiko kegawatdaruratan medik yang perlu diantisipasi, agar dapat
mengklasifikasikan kondisi kegawatdaruratan pasien dengan keadaan ringan, sedang,
dan berat, serta dapat memutuskan dengan tepat, tindakan yang perlu dilakukan saat
terjadi kegawatdaruratan pada pasien. Hal ini dilanjutkan dengan melakukan langkah-

7
langkah dengan benar saat menghadapi kasus kegawatdaruratan medik, khususnya di
bidang Kedokteran Gigi. Selanjutnya menyusun dan menyiapkan kelengkapan fasilitas
klinik kedokteran gigi untuk menatalaksana kejadian kegawatdaruratan pada pasien di
klinik, menyusun dan menyiapkan SOP untuk mengantisipasi kejadian kegawatdaruratan
di klinik.

MODUL:

1. Kegawatdaruratan medik-dental
2. Bantuan Hidup Dasar

Kompetensi utama
Peserta didik mampu:

1. Mengidentifikasi, menghimpun, mengelola data kasus pasien dan menyimpulkan


resiko kegawatdaruratan medik yang perlu diantisipasi.
2. Mengklasifikasikan kondisi kegawatdaruratan pasien dengan keadaan ringan,
sedang, dan berat, serta dapat memutuskan dengan tepat, tindakan yang perlu
dilakukan saat terjadi kegawatdaruratan pada pasien.
3. Melakukan langkah-langkah dengan benar saat menghadapi kasus
kegawatdaruratan medik, khususnya di bidang Kedokteran Gigi.

Metoda Pembelajaran, Metoda Penilaian dan Beban Studi

Materi Metoda Metoda Penilaian Beban


Pembelajaran Studi
(sks)
1. Kegawatdaruratan Kuliah, Presentasi, Ujian lisan, Ujian 3
medik-dental Diskusi Kelompok, tulis, Observasi
Simulasi, Prakti langsung
2. Bantuan Hidup Dasar Klinik
*BHD (skills lab)
akan diulang setiap
tahun. Dimulai sejak
tahun pertama.

8
BLOK IV: PENYAKIT JARINGAN LUNAK MULUT

Ruang lingkup:

Penatalaksanaan penyakit jaringan lunak mulut dan sekitarnya merupakan kompetensi


utama seorang dokter gigi spesialis penyakit mulut. Pemahaman meliputi jaringan
mukosa mulut normal dan varian normal serta berbagai kelainan / penyakit yang dapat
mengenai jaringan ini.

MODUL:

1. Jaringan lunak mulut normal (sehat) dan varian normal


2. Penyakit jaringan lunak mulut yang penyebabnya belum sepenuhnya
diketahui:
a. Lesi putih
b. Lesi bukan putih
c. Lesi vesikulo-bulosa
3. Keganasan jaringan lunak mulut
4. Reaksi hipersensitif pada jaringan lunak mulut:
a. Hipersensitif kontak
b. Hipersensitif jalur sistemik
5. Penyakit infeksi pada jaringan lunak mulut:
a. Infeksi virus
b. Infeksi bakteri
c. Infeksi jamur

Kompetensi Utama:
Peserta didik mampu:

1. Membedakan mukosa mulut sehat dan tidak sehat.


2. Menjelaskan pada pasien patogenesis varian normal mukosa mulut.
3. Melakukan pemeriksaan penunjang, menginterpretasikan dan menegakkan
diagnosis serta mengelola pasien dengan penyakit / kelainan jaringan lunak mulut
yang etiologinya belum diketahui sepenuhnya.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang, menginterpretasikan dan menegakkan
diagnosis keganasan jaringan lunak mulut serta merujuk ke departemen yang
relevan.
5. Melakukan pemeriksaan penunjang, menginterpretasikan dan menegakkan
diagnosis serta mengelola pasien dengan penyakit / kelainan jaringan lunak mulut
yang disebabkan reaksi hipersensitif.

9
6. Melakukan pemeriksaan penunjang, menginterpretasikan dan menegakkan
diagnosis serta mengelola pasien dengan penyakit / kelainan jaringan lunak mulut
yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau jamur.
7. Melakukan rawat bersama dengan tenaga medik lain bagi kasus-kasus yang
memerlukannya.

Metoda Pembelajaran, Metoda Penilaian dan Beban Studi

Materi Metoda Metoda Beban


Pembelajaran Penilaian Studi
(sks)
1. Jaringan lunak mulut normal
(sehat) dan varian normal Kuliah, Presentasi, Ujian lisan, Ujian 19
2. Penyakit jaringan lunak mulut Diskusi Kelompok tulis, Tugas
yang penyebabnya belum kecil, Laporan ujian, Observasi
sepenuhnya diketahui: Kasus, Diskusi langsung,
a. Lesi putih Jurnal, Praktik Klinik SOCA
b. Lesi bukan putih dan Bedah kasus
c. Lesi vesikulo-
bulosa

3. Keganasan jaringan lunak


mulut

4. Reaksi hipersensitif pada


jaringan lunak mulut:
a. Hipersensitif kontak
b. Hipersensitif jalur sistemik

5. Penyakit infeksi pada jaringan


lunak mulut:
a. Infeksi virus
b. Infeksi bakteri
c. Infeksi jamur

BLOK V: KELENJAR SALIVA

Ruang Lingkup:

Kelenjar saliva baik mayor maupun minor merupakan adnexa yang penting dari mukosa
mulut dan merupakan system perlindungan yang penting. Seorang dokter gigi spesialis

10
penyakit mulut harus mampu mengidentifikasi adanya gangguan / penyakit kelenjar
saliva yang dapat mengganggu fungsi mulut.

MODUL:

1. Kelenjar Saliva sehat dan Saliva


2. Penyakit Kelenjar Saliva

Kompetensi Utama
Peserta didik mampu:

1. Menjelaskan struktur dan fungsi kelenjar saliva serta fungsi saliva.


2. Menegakkan diagnosis dan mengelola pasien dengan penyakit / kelainan kelenjar
saliva.
3. Menjelaskan konsekuensi penyakit kelenjar saliva terhadap fungsi mulut yang
digunakan sebagai informasi bagi pasien.

Metoda Pembelajaran, Metoda Penilaian dan Beban Studi

Materi Metoda Metoda Beban


Pembelajaran Penilaian Studi
(sks)
1. Penyakit Kelenjar Saliva Kuliah, Presentasi, Ujian lisan, Ujian 1
Diskusi Kelompok, tulis, Observasi
Simulasi, Laporan langsung,
Kasus, Diskusi SOCA
Jurnal, Prakti Klinik

BLOK VI: JARINGAN SYARAF MULUT

Ruang Lingkup:

Nyeri oro-facial bukan hanya disebabkan oleh sakit gigi geligi saja, tetapi juga dapat
disebabkan oleh peradangan / kerusakan jaringan syaraf mulut. Seorang dokter gigi
spesialis penyakit mulut harus dapat melakukan penatalaksanaan nyeri oro-facial baik
secara mandiri maupun dengan bekerjasama tim kesehatan lainnya.

11
MODUL:

1. Jaringan syaraf mulut sehat


2. Nyeri Orofacial
3. Disfungsi Syaraf

Kompetensi Utama
Peserta didik mampu:

1. Menjelaskan struktur dan fungsi dari sistem syaraf mulut dan muka.
2. Menegakkan diagnosis dan pengelolaan non-bedah pada pasien dengan nyeri
oro-facial.
3. Menegakkan diagnosis dan pengelolaan non-bedah pada pasien dengan disfungsi
syaraf mulut dan muka.
4. Melakukan rawat bersama dengan tenaga medik lain bagi kasus-kasus yang
memerlukannya.

Metoda Pembelajaran, Metoda Penilaian dan Beban Studi

Materi Metoda Metoda Penilaian Beban


Pembelajaran Studi
(sks)
1. Jaringan syaraf mulut Kuliah, Presentasi, Ujian lisan, Ujian 4
sehat Diskusi Kelompok, tulis, Observasi
Simulasi, Praktik langsung
2. Nyeri Orofacial Klinik
Disfungsi Syaraf

3. Disfungsi syaraf

BLOK VII: PERAWATAN PENYAKIT GIGI DAN MULUT PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT SISTEMIK YANG RELEVAN (KOMPROMIS IMUN DAN MEDIK)

Ruang Lingkup:

Seorang dokter gigi spesialis penyakit mulut bukan hanya merawat pasien sehat saja
tetapi juga berhadapan dengan pasien yang mengidap berbagai penyakit sistemik yang
relevan. Oleh karena itu ia harus memahami mampu melakukan penatalaksanaan
penyakit gigi dan mulut pada pasien mediko-kompromis itu, baik yang disertai manifestasi
di mulut maupun tidak.

12
MODUL:

Keterkaitan Penyakit Mulut dan Kondisi Sistemik yang relevan

1. Keterkaitan dengan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah


2. Keterkaitan dengan Penyakit Neuromuskuler
3. Keterkaitan dengan Penyakit / Kelainan Darah
4. Keterkaitan dengan Penyakit Ginjal
5. Keterkaitan dengan Penyakit Sistem Pencernaan dan Hepar
6. Keterkaitan dengan Penyakit Paru
7. Keterkaitan dengan Penyakit Endokrin
8. Keterkaitan dengan Penyakit Kulit dan Kelamin
9. Keterkaitan dengan Penyakit pada Anak
10. Keterkaitan dengan Defisiensi imun dan HIV/AIDS
11. Keterkaitan dengan Geriatri

Kompetensi Utama
Peserta didik mampu:

1. Mengidentifikasi Fokus infeksi di mulut dan Infeksi Fokal yang diakibatkannya


serta melakukan penatalaksanaannya.
2. Memahami secara umum penyakit sistemik tertentu dan obat-obatan yang
digunakan pasien serta implikasinya terhadap penatalaksanaan penyakit mulut.
3. Melakukan modifikasi perawatan penyakit mulut (kompromi medik) pada pasien
yang memiliki penyakit sistemik tertentu.
4. Melakukan penatalaksanaan pasien gigi dan mulut sebagai persiapan atau bagian
dari terapi / perawatan penyakit sistemik tertentu. (KIE pada pasien, skeling,
menghilangkan 13ocus infeksi)
5. Melakukan komunikasi efektif dalam bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya

Metoda Pembelajaran, Metoda Penilaian dan Beban Studi

Materi Metoda Metoda Penilaian Beban


Pembelajaran Studi
(sks)
1. Keterkaitan dengan Kuliah, Presentasi, Ujian lisan, Ujian 12
Penyakit Jantung dan Diskusi Kelompok, tulis, Observasi
Pembuluh Darah Simulasi, Prakti langsung
Klinik

13
2. Keterkaitan dengan
Penyakit
Neuromuskuler

3. Keterkaitan dengan
Penyakit / Kelainan
Darah

4. Keterkaitan dengan
Penyakit Ginjal

5. Keterkaitan dengan
Penyakit Sistem
Pencernaan dan Hepar

6. Keterkaitan dengan
Penyakit Paru

7. Keterkaitan dengan
Penyakit Endokrin

8. Keterkaitan dengan
Penyakit Kulit dan
Kelamin

9. Keterkaitan dengan
Penyakit pada Anak

10. Keterkaitan dengan


defisiensi imun dan
HIV/AIDS

11. Keterkaitan dengan


geriatrik

BLOK VIII: KESEHATAN MENTAL / JIWA

Ruang Lingkup:

Masalah kesehatan mulut dapat terjadi dan berhubungan dengan keadaan psikologis
seseorang, oleh sebab itu seorang dokter gigi spesialis penyakit mulut, perlu mempelajari
mengenai psikiatri, yang meliputi membedakan kondisi psikologis normal dan patologis,
menjelaskan berbagai penyakit jiwa : psikosis, neurosis, kelainan kepribadian, gangguan
jiwa organis dan retardasi mental serta melakukan orientasi klinik psikiatri.

14
MODUL:

1. Kondisi psikologis normal dan patologis


2. Beberapa penyakit jiwa: psikosis, neurosis, kelainan kepribadian, gangguan jiwa
organis dan retardasi mental.

Kompetensi Utama
Peserta didik mampu:

1. Memahami secara umum penyakit jiwa; psikosis, neurosis, kelainan kepribadian,


gangguan jiwa organis dan retardasi mental.
2. Membedakan kondisi psikologis normal dan patologis.
3. Memahami kelainan rongga mulut yang terkait dengan penyakit jiwa sebagai
akibat langsung atau tidak langsung (efek obat-obatan psikiatri/anti psikotik)
4. Merawat penyakit mulut pada pasien dengan kondisi atau kelainan psikiatri
(gangguan jiwa).

Metoda Pembelajaran, Metoda Penilaian dan Beban Studi

Materi Metoda Metoda Penilaian Beban


Pembelajaran Studi
(sks)
1. Kondisi psikologis Kuliah, Presentasi, Ujian lisan, Ujian 3
normal dan patologis Diskusi Kelompok, tulis, Observasi
Simulasi, Prakti langsung
2. Beberapa penyakit jiwa Klinik
: psikosis, neurosis,
kelainan kepribadian,
gangguan jiwa organis
dan retardasi mental.

BLOK IX PENELITIAN

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan
pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang pengetahuan dan teknologi.

Ruang lingkup

Epidemiologi klinis, klinis dan laboratoris.

15
Jenis penelitian: penelitian terapan dan penelitian dasar

Modul

Metodologi penelitian
Etika penelitian
Statistik

Kompetensi Utama

Peserta didik mampu :

1. Melakukan penelitian mandiri atau kelompok, sesuai etika dan kaidah penelitian
yang berlaku
2. Menemukan masalah di masyarakat yang perlu diteliti
3. Membuat proposal penelitian
4. Menganalisis hasil penelitian
5. Menyusun hasil penelitian
6. Melakukan publikasi penelitian

Metoda Pembelajaran, Metoda Penilaian dan Beban Studi

Materi Metoda Metoda Penilaian Beban


Pembelajaran Studi
(sks)
Metodologi penelitian Kuliah, Presentasi, Ujian lisan, Ujian 8
Etika penelitian Diskusi Kelompok, tulis, ujian penelitian
skills lab pembuatan
Statistik proposal penelitian,
praktikum statistik,

BLOK X PENGABDIAN MASYARAKAT

Definisi Pengabdian masyarakat

Adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan IPTEK untuk memajukan


kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Ruang lingkup

Memberikan pelayanan kepada masyarakat


Penerapan IPTEK
Peningkatan kapasitas masyarakat
Pemberdayaan masyarakat

16
Kompetensi Utama

Peserta didik mampu :

1. Menerapkan IPTEK atau hasil penelitian untuk menyelesaikan permasalahan


kesehatan gigi dan mulut yang ada di masyarakat
2. Berinteraksi dengan masyarakat, sebagai motivator/ penyuluh/ inisiator, untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan
mulut di masyarakat
3. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat
di bidang kesehatan gigi dan mulut.

Metoda Pengabdian, Metoda Penilaian dan Beban Studi

Materi Metoda Metoda Penilaian Beban


Pembelajaran Studi
(sks)
Penyuluhan KIE Observasi langsung, 1
Pemeriksaan klinis Praktek survei, feed back
Kaderisasi percontohan laporan kegiatan
Daerah binaan

17
IV. JUMLAH KASUS MINIMAL

Sebagai pendidikan profesi, pendidikan klinik merupakan kegiatan penting bagi PPDGS
Penyakit Mulut. Walaupun kurikulum dan kompetensi telah disusun tetapi jumlah kasus
sebagai sarana pendidikan klinis tetap harus ditetapkan agar kompetensi pendidikan
profesi dapat tercapai. Jumlah kasus sebagai tuntutan pendidikan klinis ini kemudian
harus disiapkan oleh masing-masing PPDGS Penyakit Mulut.

Tabel 1. Jumlah Kasus minimal yang harus dipenuhi selama Pendidikan Klinik
Sp PPDGS PM
No Kelompok Penyakit Jumlah Keterangan

Pasien Rawat Jalan


1 Lesi Putih dan atau 20 Tidak dibedakan lesi
Lesi Bukan Putih putih atau bukan putih
2 Lesi Ulseratif, Vesikulo-bulosa 20 Tidak dibedakan jenis
penyakitnya
3 Mediko-kompromis dan atau 10 Tidak dibedakan antara
Imuno-kompromis mediko atau imuno
kompromis
4 Penyakit / Kelainan Mulut lain 20 Misalnya: KSS, Penyakit
/ kelainan Kelenjar liur,
Cheilosis, Noma,
Pigmentasi, Neuralgia
Trigeminal, Bell’s palsy,
BMS, Cancer phobi dsb
5 Tatalaksana Fokus Infeksi 20
Pasien Rawat Inap
1 Penyakit Mulut / Manifestasi Oral 10
2 Tatalaksana Fokus infeksi
Total 100

Catatan:

1. Total 100 adalah jumlah pasien baru yang ditangani oleh setiap residen selama waktu
pendidikannya.
2. Total 10 rawat inap tidak dapat digantikan dengan kasus rawat jalan, tetapi kasus
rawat jalan dapat digantikan dengan kasus rawat inap.
3. Waktu pendidikan 6 (enam) semester: disarankan pada Semester 1 peserta sudah
menjadi observer, sehingga diharapkan pada semester 2 peserta didik sudah menjadi
residen madya. Sistem tutorial berjenjang sangat disarankan.

18
4. Khusus pasien rawat inap; diperoleh dari RS jejaring yang ada perawatan inapnya.
Disini tidak dibedakan apakah pasien mempunyai lesi jaringan lunak mulut atau tidak.
Yang penting residen mendapat pengalaman bekerja dalam tim kesehatan (merawat
pasien bersama), diskusi kasus secara interdisiplin, dan memahami sistem pelayanan
RS.

TINGKAT KEWENANGAN KLINIS PPDGS PENYAKIT MULUT FKG UI

PPDGS PM adalah pendidikan klinis professional yang memfasilitasi peserta didiknya


untuk melatih ketrampilan klinis di bidang Penyakit Mulut di sarana pendidikan RSGMP
dan rumah sakit afiliasi.

Mengacu pada PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA nomor 21 tahun


2014 tentang Registrasi Dokter dan Dokter Gigi Peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis, para peserta PPDGS selama mengikuti pendidikan
klinisnya diberi kewenangan klinis yang sesuai dengan kompetensi yang telah dicapainya
secara bertahap. Tingkat kewenangan tersebut terdiri dari tingkat PEMULA, MADYA dan
MANDIRI dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Tingkat Pemula atau Observer (Sem 1)


Disini peserta melakukan observasi terhadap perawatan pasien penyakit mulut yang
dilakukan oleh residen seniornya. Peserta tidak melakukan perawatan secara
langsung tetapi wajib mengamati dan merekam semua tahapan klinis perawatan yang
dilakukan. Pada tahap ini residen tidak mempunyai tanggung jawab pada pasien
sama sekali. Tingkat ini disebut juga tingkat Observasi.
2. Tingkat Madya (Sem 2 - 3)
Disini peserta diberi kewenangan untuk merawat pasien penyakit mulut sederhana
dengan supervisi penuh (direct supervision). Setiap tindakan dan tahapan perawatan
harus dikonsultasikan dengan residen seniornya atau DPJP. Pada tahap ini residen
telah memiliki tanggung jawab sebagian terhadap pasien yang dirawatnya (50%).
3. Tingkat Mandiri (Sem 4 – 6)
Disini peserta diberi kewenangan untuk merawat pasien sederhana secara mandiri
dan merawat pasien Penyakit Mulut yang kompleks dengan supervisi / konsultasi
dengan DPJP. Pada tahap ini residen hampir sepenuhnya bertanggung jawab
terhadap pasien yang dirawatnya (80%).

19

Anda mungkin juga menyukai