KATA PENGANTAR
Manifestasi penyakit mulut seringkali melibatkan jaringan mulut lain seperti jaringan
periodontal dan perluasan ke gigi serta tulang rahang. Apabila kondisi ini terjadi maka
akan dilakukan perawatan bersama dengan dokter gigi spesialis terkait agar dapat
memberikan perawatan gigi dan mulut yang terbaik bagi pasien.
Pada implementasinya kurikulum terdiri dari 10 (sepuluh) blok dan kemudian setiap blok
dijabarkan menjadi beberapa modul. Masing-masing blok maupun modul disertai dengan
kompetensi yang harus dicapai oleh setiap peserta pendidikan setelah mengikuti /
menyelesaikan blok ataupun modul tersebut. Kolegium Ilmu Penyakit Mulut Indonesia
(KIPMI) menetapkan bahwa ketujuh blok ini sebakai minimal materi yang harus dipelajari,
tetapi setiap program studi dapat menambah blok ataupun modul yang disepakati
menjadi unggulannya (excellence).
Pembelajaran klinik dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) yang dimiliki oleh
program studi dan rumah sakit jejaring lainnya berdasarkan kerjasama antar institusi
pendidikan dan rumah sakit. Pembelajaran klinik mencakup perawatan bagi pasien rawat
jalan maupun rawat inap. Walaupun kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum
1
Berbasis Kompetensi (KBK) tetapi KIPMI telah sepakat untuk menetapkan jumlah
minimal kasus yang harus dirawat oleh seorang residen agar mutu pendidikan dapat
terjamin.
Sesuai dengan tuntutan pelayanan pasien dan perkembangan global akan pendidikan
spesialis penyakit mulut, waktu pendidikan dirancang selama 6 semester termasuk
menyusun thesis yang topiknya relevan dengan bidang penyakit mulut dengan total
beban studi minimal 60 sks.
Sejalan dengan pendidikannya seorang lulusan spesialis penyakit mulut nantinya harus
dapat bekerja di rumah sakit dimana ia dapat merawat pasien secara profesional
bersama dengan spesialis bidang kedokteran gigi lainnya serta bekerja dalam tim dengan
spesiais bidang kedokteran seperti spesialis penyakit dalam dan spesialis kulit dan
kelamin dan sebagainya.
2
I. PENDAHULUAN
Kurikulum ini disusun sebagai panduan pendidikan program dokter gigi spesialis penyakit
mulut (PPDGS PM) di Indonesia yang akan menghasilkan seorang dokter gigi spesialis
penyakit mulut (drg Sp.PM).
Pendidikan ditempuh dalam waktu 6 (enam) semester dengan beban studi minimal 60
sks. Pendidikan dilakukan di dalam kelas (kuliah, diskusi, presentasi dsb), Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Pendidikan dan Rumah Sakit jejaring tipe A atau B (praktik klinik pada
pasien rawat jalan dan rawat inap).
Capaian kompetensi (learning outcomes) dievaluasi dengan cara ujian dan asesmen
kinerja yang meliputi pengetahuan, ketrampilan klinik dan perilaku dalam merawat pasien
dengan berbagai penyakit /kelainan mulut. Setiap asesmen diberikan umpan balik bagi
peserta didik dan terdiri dari asesmen formatif dan sumatif. Pada akhir pendidikan peserta
harus lulus ujian komprehensif tulis dan SOCA.
Asesmen kinerja dapat menggunakan metoda case based discussion (CbD), mini-CEX
(clinical evaluation exercise), DOPS (direct observation of procedural skills), Patient
Assessment Questionnaires (PAQ) dan MSF (multisource feedback).
3
III. BLOK DAN MODUL PPDGS PENYAKIT MULUT
Materi pembelajaran kurikulum PPDGS Penyakit Mulut dikelompokkan menjadi Blok dan
masing-masing blok kemudian dijabarkan menjadi modul sebagai rambu-rambu materi
pada saat implementasi pembelajaran di masing-masing institusi pendidikan. KIPMI
menyusun 10 (sepuluh) Blok sebagai minimal standar materi termasuk modul dan
kompetensi utama lulusan yang diharapkan.
Ruang Lingkup:
Seorang dokter gigi spesialis penyakit mulut perlu memahami patogenesis setiap
penyakit / kelainan yang terjadi pada pasien, oleh sebab itu para peserta didik perlu
mempelajari berbagai ilmu kedokteran dasar dan kedokteran gigi dasar yang relevan
dengan berbagai penyakit mulut.
Selain itu dalam menentukan diagnosis definitif suatu kasus penyakit mulut beserta
penatalaksanaannya, seringkali diperlukan adanya pemeriksaan penunjang, sesuai
dengan kasus terkait. Pemeriksaan penunjang termasuk pemeriksaan darah dan urin,
pemeriksaan patobiologi.
Modul:
1. Fisiologi nyeri
2. Fisiologi mukosa oral dan kelenjar saliva
3. Patologi klinik
4. Patologi anatomi
5. Patobiologi oral
Kompetensi Utama
4
4. Menginterpretasi hasil pemeriksaan histopatologis yang diperlukan untuk
pengelolaan penyakit mulut.
Ruang Lingkup:
MODUL:
5
a. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
b. Menulis resep yang benar dan rasional
c. Prosedur operatif yang terkait dengan perawatan penyakit mulut (skeling,
debridement, eliminasi iritan dsb)
8. International patient safety goals (IPSG)
Kompetensi Utama
Peserta didik mampu :
1. Melayani pasien dengan sikap yang baik, sopan dan jujur sesuai etika dan
profesionalisme
2. Mengumpulkan, merekam dan menginterpretasikan secara akurat riwayat
penyakit pasien, baik anak-anak maupun dewasa di bidang penyakit mulut.
3. Melakukan pemeriksaan klinis secara umum, ekstra dan intra oral pada pasien
dengan segala usia di bidang penyakit mulut.
4. Memilih dan meminta pemeriksaan penunjang yang relevan dengan bidang
penyakit mulut.
5. Menginterpretasikan dan bila perlu mencari penjelasan yang berhubungan dengan
hasil pemeriksaan penunjang pasien.
6. Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap pasien dengan baik
dan benar.
7. Melakukan tatalaksana pasien spesialistik secara profesional, baik pasien rawat
jalan maupun rawat inap.
8. Memberikan terapi obat-obatan secara efektif dan aman bagi pasien.
9. Melakukan tindakan operatif secara rasional apabila diperlukan (skeling, eliminasi
iritan dan sebagainya)
10. Bekerjasama dalam tim kesehatan lainnya.
6
3. Pemeriksaan klinis:
a. Umum
b. Oral: ekstra dan
intra oral
4. Menetapkan dan
menginterpretasikan
pemeriksaan
penunjang, serta
menegakkan diagnosis
5. Penatalaksanaan
Pasien secara
farmakoterapi dan
nonfarmakoterapi
a. Komunikasi,
Informasi dan
Edukasi (KIE)
b. Menulis resep
yang benar dan
rasional
c. Prosedur
operatif yang
terkait dengan
perawatan
penyakit mulut
(skeling,
debridement,
eliminasi iritan
dsb)
Ruang Lingkup:
7
langkah dengan benar saat menghadapi kasus kegawatdaruratan medik, khususnya di
bidang Kedokteran Gigi. Selanjutnya menyusun dan menyiapkan kelengkapan fasilitas
klinik kedokteran gigi untuk menatalaksana kejadian kegawatdaruratan pada pasien di
klinik, menyusun dan menyiapkan SOP untuk mengantisipasi kejadian kegawatdaruratan
di klinik.
MODUL:
1. Kegawatdaruratan medik-dental
2. Bantuan Hidup Dasar
Kompetensi utama
Peserta didik mampu:
8
BLOK IV: PENYAKIT JARINGAN LUNAK MULUT
Ruang lingkup:
MODUL:
Kompetensi Utama:
Peserta didik mampu:
9
6. Melakukan pemeriksaan penunjang, menginterpretasikan dan menegakkan
diagnosis serta mengelola pasien dengan penyakit / kelainan jaringan lunak mulut
yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau jamur.
7. Melakukan rawat bersama dengan tenaga medik lain bagi kasus-kasus yang
memerlukannya.
Ruang Lingkup:
Kelenjar saliva baik mayor maupun minor merupakan adnexa yang penting dari mukosa
mulut dan merupakan system perlindungan yang penting. Seorang dokter gigi spesialis
10
penyakit mulut harus mampu mengidentifikasi adanya gangguan / penyakit kelenjar
saliva yang dapat mengganggu fungsi mulut.
MODUL:
Kompetensi Utama
Peserta didik mampu:
Ruang Lingkup:
Nyeri oro-facial bukan hanya disebabkan oleh sakit gigi geligi saja, tetapi juga dapat
disebabkan oleh peradangan / kerusakan jaringan syaraf mulut. Seorang dokter gigi
spesialis penyakit mulut harus dapat melakukan penatalaksanaan nyeri oro-facial baik
secara mandiri maupun dengan bekerjasama tim kesehatan lainnya.
11
MODUL:
Kompetensi Utama
Peserta didik mampu:
1. Menjelaskan struktur dan fungsi dari sistem syaraf mulut dan muka.
2. Menegakkan diagnosis dan pengelolaan non-bedah pada pasien dengan nyeri
oro-facial.
3. Menegakkan diagnosis dan pengelolaan non-bedah pada pasien dengan disfungsi
syaraf mulut dan muka.
4. Melakukan rawat bersama dengan tenaga medik lain bagi kasus-kasus yang
memerlukannya.
3. Disfungsi syaraf
BLOK VII: PERAWATAN PENYAKIT GIGI DAN MULUT PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT SISTEMIK YANG RELEVAN (KOMPROMIS IMUN DAN MEDIK)
Ruang Lingkup:
Seorang dokter gigi spesialis penyakit mulut bukan hanya merawat pasien sehat saja
tetapi juga berhadapan dengan pasien yang mengidap berbagai penyakit sistemik yang
relevan. Oleh karena itu ia harus memahami mampu melakukan penatalaksanaan
penyakit gigi dan mulut pada pasien mediko-kompromis itu, baik yang disertai manifestasi
di mulut maupun tidak.
12
MODUL:
Kompetensi Utama
Peserta didik mampu:
13
2. Keterkaitan dengan
Penyakit
Neuromuskuler
3. Keterkaitan dengan
Penyakit / Kelainan
Darah
4. Keterkaitan dengan
Penyakit Ginjal
5. Keterkaitan dengan
Penyakit Sistem
Pencernaan dan Hepar
6. Keterkaitan dengan
Penyakit Paru
7. Keterkaitan dengan
Penyakit Endokrin
8. Keterkaitan dengan
Penyakit Kulit dan
Kelamin
9. Keterkaitan dengan
Penyakit pada Anak
Ruang Lingkup:
Masalah kesehatan mulut dapat terjadi dan berhubungan dengan keadaan psikologis
seseorang, oleh sebab itu seorang dokter gigi spesialis penyakit mulut, perlu mempelajari
mengenai psikiatri, yang meliputi membedakan kondisi psikologis normal dan patologis,
menjelaskan berbagai penyakit jiwa : psikosis, neurosis, kelainan kepribadian, gangguan
jiwa organis dan retardasi mental serta melakukan orientasi klinik psikiatri.
14
MODUL:
Kompetensi Utama
Peserta didik mampu:
BLOK IX PENELITIAN
Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan
pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang pengetahuan dan teknologi.
Ruang lingkup
15
Jenis penelitian: penelitian terapan dan penelitian dasar
Modul
Metodologi penelitian
Etika penelitian
Statistik
Kompetensi Utama
1. Melakukan penelitian mandiri atau kelompok, sesuai etika dan kaidah penelitian
yang berlaku
2. Menemukan masalah di masyarakat yang perlu diteliti
3. Membuat proposal penelitian
4. Menganalisis hasil penelitian
5. Menyusun hasil penelitian
6. Melakukan publikasi penelitian
Ruang lingkup
16
Kompetensi Utama
17
IV. JUMLAH KASUS MINIMAL
Sebagai pendidikan profesi, pendidikan klinik merupakan kegiatan penting bagi PPDGS
Penyakit Mulut. Walaupun kurikulum dan kompetensi telah disusun tetapi jumlah kasus
sebagai sarana pendidikan klinis tetap harus ditetapkan agar kompetensi pendidikan
profesi dapat tercapai. Jumlah kasus sebagai tuntutan pendidikan klinis ini kemudian
harus disiapkan oleh masing-masing PPDGS Penyakit Mulut.
Tabel 1. Jumlah Kasus minimal yang harus dipenuhi selama Pendidikan Klinik
Sp PPDGS PM
No Kelompok Penyakit Jumlah Keterangan
Catatan:
1. Total 100 adalah jumlah pasien baru yang ditangani oleh setiap residen selama waktu
pendidikannya.
2. Total 10 rawat inap tidak dapat digantikan dengan kasus rawat jalan, tetapi kasus
rawat jalan dapat digantikan dengan kasus rawat inap.
3. Waktu pendidikan 6 (enam) semester: disarankan pada Semester 1 peserta sudah
menjadi observer, sehingga diharapkan pada semester 2 peserta didik sudah menjadi
residen madya. Sistem tutorial berjenjang sangat disarankan.
18
4. Khusus pasien rawat inap; diperoleh dari RS jejaring yang ada perawatan inapnya.
Disini tidak dibedakan apakah pasien mempunyai lesi jaringan lunak mulut atau tidak.
Yang penting residen mendapat pengalaman bekerja dalam tim kesehatan (merawat
pasien bersama), diskusi kasus secara interdisiplin, dan memahami sistem pelayanan
RS.
19