Anda di halaman 1dari 36

MODUL MAHASISWA

ILMU PENYAKIT MULUT

SKILLS LAB KETERAMPILAN KLINIK

EARLY CLINICAL EXPOSURE

Tema: LESI VARIASI NORMAL DAN


PIGMENTASI MUKOSA RONGGA MULUT

(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi


sebagai Bagian dari Tatalaksana Non Farmakologi)

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2023
Nama Kegiatan : Keterampilan Klinis (SPKKT)
Nama Mata Kuliah : Early Clinical Exposure
Tema : Variasi Normal dan Pigmentasi Mukosa Rongga Mulut
Sub Tema :
KIE sebagai bagian Tatalaksana Non Farmakologi di bidang IPM
Semester : 7-8
Kompetensi Utama :
Mampu melakukan analisis pada kasus variasi normal dan pigmentasi mukosa rongga mulut.
1. Mampu menentukan diagnosis berdasarkan analisis kasus yang diperoleh.
2. Mampu membuat rencana perawatan non farmakologi yang didasarkan pada kondisi,
kepentingan dan kemampuan pasien (sesuai kasus).
Kompetensi Penunjang :
1. Mampu mengidentifikasi kasus variasi normal dan pigmentasi mukosa rongga mulut,
2. Mampu melakukan/menentukan diagnosis penyakit/kasus variasi normal dan
pigmentasi mukosa rongga mulut,
3. Mampu menentukan terapi yang diperlukan secara non farmakologis (OHI dan KIE).
Bahan Kajian :
1. Identifikasi kasus variasi normal dan pigmentasi mukosa rongga mulut melalui
gambaran klinis.
2. Menentukan diagnosis dan diagnosis banding.
3. Tindakan perawatan non farmakologi: OHI dan KIE.
Muatan pelatihan Keterampilan Klinis pada modul ini :
1. Melakukan interpretasi analisis kasus dan identifikasi gambaran klinis kasus variasi
normal dan pigmentasi mukosa rongga mulut.
2. Menentukan diagnosis dan diagnosis banding kasus.
3. Melakukan simulasi atau pemberian OHI dan KIE sesuai kasus.
Tujuan Umum :
Setelah menyelesaikan MODUL KETERAMPILAN KLINIK ini, mahasiswa diharapkan
mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam melakukan simulasi interpretasi dan
identifikasi kasus variasi normal dan pigmentasi mukosa rongga mulut, secara sistematis dan
menyeluruh/lengkap sehingga tidak ada hal yang terlewat dalam menentukan diagnosis dan
mampu melakukan simulasi terapi non farmakologi pada kelainan atau kasus variasi normal
dan pigmentasi mukosa rongga mulut dengan tepat.
Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan MODUL KETERAMPILAN KLINIK ini, mahasiswa diharapkan
mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam melakukan:
- Interpretasi dan identifikasi kasus variasi normal dan pigmentasi mukosa rongga mulut,
- Penentuan diagnosis dan diagnosis banding,
- Melakukan OHI dan KIE sesuai kasus.

Metode Pembelajaran :
Demonstrasi (modelling), Simulasi, Peer/small group discussion, Role play.
Tempat Pembelajaran : FKG Unpad – ruang skill’s lab/SPKKT (offline).
Peserta Pembelajaran : Mahasiswa Prodi S1 FKG Unpad (semester 7/8).

1|Modul Variasi Nor mal dan Pigmentasi ( KIE) ~ IPM FKG Unpad
Sistem Assessment : Rubrik Formatif/DOPS/item checklist, tugas asyncronize.
Sistem Evaluasi : Rubrik Somatif pada OSCE
Media Learning system: Live Unpad (Early Clinical Exposure (ECE) (C))

Sistematika Skills Lab


- Asyncronize/online tidak tatap muka:
mahasiswa membuat tugas yang diberikan dan ditulis dalam bentuk PPT.
- Syncronize/online/tatap muka/tatap maya:
1. Melakukan interpretasi dan identifikasi kasus variasi normal dan pigmentasi mukosa
rongga mulut: Dosen pelatih memberikan soal/foto gambaran klinis (atlas
berwarna/modul) lalu melakukan pembimbingan dan diskusi interaktif dalam
menginterpretasi sumber informasi tersebut dengan tujuan mendapatkan identifikasi dari
masalah-masalah sesuai kasus (20 menit).
2. Menentukan diagnosis dan diagnosis banding kasus: dosen pelatih memimpin diskusi
untuk menentukan diagnosis dan DD kasus (30 menit).
3. Simulasi OHI dan KIE sesuai kasus: mahasiswa melakukan OHI dan KIE (role play)
untuk selanjutnya diberikan feedback oleh teman sekelompok (80 menit).
4. Modelling: dosen memberikan contoh demonstrasi OHI dan atau KIE sesuai kasus/salah
satu contoh (10 menit).
5. Dosen pelatih menyampaikan feedback dan penugasan (10 menit).

Penyusun Modul:

Indah Suasani Wahyuni, drg., Sp.PM

Kontributor Materi Ajar :


Departemen IPM FKG Unpad.

Alat dan Bahan yang diperlukan:


Atlas Berwarna Rongga Mulut/Oral Medicine, E-book Petunjuk Praktis Klinis Spesialis
Penyakit Mulut (KIPMI-ISPMI. Panduan Praktik Klinis Ilmu Penyakit Mulut, Edisi ke-1.
Jakarta: PB PDGI. November 2020.), Buku Ilmu Penyakit Mulut dan Jurnal terkait yang
mendukung, dan modul ini.

2|Modul Variasi Nor mal dan Pigmentasi ( KIE) ~ IPM FKG Unpad
RENCANA PERAWATAN NON FARMAKOLOGI
UNTUK KASUS ILMU PENYAKIT MULUT

Rencana perawatan bagi pasien-pasien dengan kasus IPM/lesi jaringan lunak rongga
mulut terdiri dari rencana perawatan farmakologi dan non farmakologi. Pada materi kali ini
akan dibahas mengenai rencana perawatan non farmakologi, yang terdiri dari:
1. Instruksi menjaga kebersihan mulut meliputi kebersihan gigi, gigi tiruan jika ada, dan
lidah (DHE dan OHI),
2. Komunikasi, Informasi dan Edukasi bagi pasien terkait penyakit/kasus yang dialami.

Dasar-dasar teori penyampaiannya dalam bentuk komunikasi dokter dan pasien


dipelajari dalam modul Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat (Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Komunitas FKG Unpad, Modul Keterampilan Klinik: Komunikasi
sistemik, Informasi dan Edukasi atau Teks Book Tekait).

Beberapa materi yang terdapat dalam modul tersebut yang dapat digaris bawahi adalah
sebagai berikut:
A. Pemberian Informasi Kepada Pasien
Pasal 45 UU Praktik Kedokteran memberikan batasan minimal informasi yang
selayaknya diberikan kepada pasien yaitu:
1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
3. Alternatif tindakan lain dan resikonya (jika ada)
4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

B. Edukasi pada pasien terkait tatalaksana kasus IPM


1. Edukasi tentang penyakit yang diderita: meliputi etiologi dan faktor predisposisi yang
mungkin menyertainya, diagnosis/nama penyakit dalam bahasa yang dimengerti pasien,
prognosis dapat berupa penjelasan apakah penyakit tersebut berbahaya (berpotensi
keganasan, menular, diturunkan secara genetik) atau tidak, atau merupakan variasi
normal.
2. Edukasi tentang rencana pengobatan: meliputi informasi obat (tatalaksana
farmakologi) yang diberikan (golongan obat, jenis sediaan, cara pakai, frekwensi, dosis,
dan durasi penggunaan obat, kemungkinan resiko dan efek samping, serta alternatif obat
lain jika ada).
3. Edukasi mengenai hal-hal yang harus dihindari/dihentikan terkait penyakit.
Biasanya merupakan penghentian kebiasaan/pola hidup buruk, konsumsi makanan
minuman tertentu/obat pemicu penyakit, atau bahkan menghindari atau mengurangi
kontak atau terlibat dengan lingkungan/pekerjaan/aktifitas tertentu.
4. Edukasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan pasien untuk mencegah kekambuhan
penyakit, meningkatkan kualitas hidup pasien, atau mempertahankan kesehatan.

3|Modul Variasi Nor mal dan Pigmentasi ( KIE) ~ IPM FKG Unpad
PETUNJUK PRAKTIS EDUKASI PASIEN,
(Sumber lengkap dapat dilihat dalam PPK Ilmu Penyakit Mulut tahun 2020)

CONTOH KASUS NON ULSERASI: FRICTIONAL KERATOSIS


Definisi
Frictional keratosis (FK) merupakan lesi putih dengan permukaan kasar yang terjadi akibat
dari gesekan/iritasi mekanis kronis. Hiperkeratinisasi atau pembentukan keratin epitel
mukosa oral secara berlebihan terjadi pada FK, karena gesekan konstan dua permukaan
antara mukosa mulut dengan, sebagai contoh, plat gigi tiruan (atau komponen lainnya) dapat
menyebabkan perkembangan berupa munculnya bercak atau plak putih yang dapat diamati
secara klinis.
Etiologi
Kebiasaan parafungsional yaitu terdapat gesekan yang konstan seperti menggigit pipi, trauma
alat ortodontik, gigi tiruan yang tidak pas, cusp patah, tepi kasar pada gigi karies atau gigi
yang rusak dapat menyebabkan keratosis pada mukosa bukal, lidah, dan bibir. Etiologi ini
diamati pada area yang mengalami peningkatan gesekan, yang menstimulasi epitel untuk
merespon dengan meningkatkan produksi keratin. Reaksi ini dapat dianggap sebagai respon
fisiologis terhadap trauma minor.
Epidemiologi
Prevalensi FK pada anak-anak dan remaja berkisar dari 0,26% sampai 5,3% (USA), pada
orang berusia 15 tahun dan lebih tua sedikit lebih tinggi yaitu 5,5% (Denmark). Tidak ada
predileksi ras yang tampak jelas, tidak memiliki predileksi jenis kelamin yang diketahui, dan
FK dapat mempengaruhi orang-orang dari berbagai usia. Secara umum, FK lebih sering
terjadi pada orang dewasa.
Gambaran Histopatologi
Biasanya perubahan mikroskopis utama yang terlihat adalah hiperkeratosis tanpa displasia
dan tidak ada atau ada peradangan subepitel ringan. Beberapa sel peradangan kronis dapat
terlihat di jaringan ikat.

Histopatologi Hiperkeratosis

Gambaran Klinis
Hiperkeratosis akibat gesekan terjadi di area yang sering mengalami trauma seperti bibir, tepi
lateral lidah, mukosa bukal sepanjang garis oklusal, dan puncak tulang alveolar yang tidak
bergigi. Terlihat plak putih yang tidak beraturan muncul dalam pola difus yang menutupi area
trauma. Peningkatan trauma dapat menghasilkan respon hiperplastik yang meningkatkan
ukuran plak, dan dapat terlihat unilateral atau bilateral. Pada beberapa pasien, hal ini dapat

4|Modul Variasi Nor mal dan Pigmentasi ( KIE) ~ IPM FKG Unpad
meluas hingga ke seluruh pipi dan meluas ke bibir. Pada daerah alveolar ridge, temuan klinis
dapat berupa area abu-abu atau papula putih dan plak dan mungkin berhubungan dengan
erosi dan ulkus jika trauma gigitannya luas.

Klinis: FK pada linggir alveolar karena


gesekan dengan GT yang sudah
longgar.

Klinis: Frictional keratosis pada


mukosa bukal akibat kebiasaan
menggigit/menyedot pipi

Klinis: Frictional keratosis pada


mukosa labial akibat kebiasaan
menggigit bibir

Diagnosis Banding:
Leukoplakia, Candidiasis tipe hiperplastik, Cheek bitting/Linea Alba
Perawatan
Farmakologis:
- Multivitamin (contoh: becomzet): memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral, membantu
mempercepat proses pemulihan, memelihara daya tahan tubuh.
- Anti-inflamasi (contoh: aloclair): kandungan ekstrak aloe vera mempunyai efek anti
inflamasi, antiseptik, dan mengandung vitamin A, E, C, dan B12 yang membantu
mempercepat proses penyembuhan lesi; kandungan sodium hyaluronat dapat mempercepat
penyembuhan luka dan mengurangi jaringan parut; serta kandungan polyvinylpyrrolidone
berfungsi membentuk lapisan pelindung untuk mengurangi rasa sakit, melembabkan, dan
mempercepat reepitelisasi.
Non Farmakologis:
Memberi informasi kepada pasien untuk menghentikan kebiasaan apa pun yang mungkin
terkait dengan lesi.

Item Edukasi dan Informasi Rincian


1. Edukasi tentang penyakit yang 1. Diagnosis/nama penyakit: Frictional Keratosis, atau
diderita: pertumbuhan kulit mulut yang menebal karena
gesekan dalam waktu lama.
2. Etiologi dan faktor predisposisi: gigi tiruan yang
sudah longgar, kebiasaan buruk, alat orto atau bagian

5|Modul Variasi Nor mal dan Pigmentasi ( KIE) ~ IPM FKG Unpad
gigi yang tajam, dll.
3. Prognosis: Baik, tidak berbahaya, tidak berpotensi
keganasan, tidak menular, tidak diturunkan secara
genetik pada keturunan selanjutnya.
2. Edukasi tentang rencana 1. Multivitamin
pengobatan farmakologis (jika - golongan obat dan tujuan: roburantia/pendukung,
ada): dengan tujuan mempercepat regenerasi sel,
penyembuhan lesi, dan meningkatkan imunitas
lokal mukosa oral dan sistemik,
- jenis sediaan: tablet/sirup,
- cara pakai: diminum atau dimakan/telan,
- frekwensi dan dosis: 1x sehari 1 tablet/1sdm,
- durasi penggunaan obat: 7-14 hari,
- kemungkinan resiko: resiko pengobatan hampir
tidak ada kecuali memiliki riwayat alergi.
- efek samping: reaksi alergi jika ada,
- alternatif pilihan: mengandung vitamin A, C, E
dan antioksidan.
2. Anti-inflamasi
- golongan obat dan tujuan: anti peradangan, dengan
tujuan mempercepat penyembuhan lesi,
- jenis sediaan: gel,
- cara pakai: dioleskan pada lesi,
- frekwensi dan dosis: 2-3 x sehari secukupnya,
- durasi penggunaan obat: 7-14 hari,
- kemungkinan resiko: resiko pengobatan hampir
tidak ada,
- efek samping: reaksi alergi jika ada,
- alternatif pilihan: steroid, atau non steroid
mengandung hyaluronic acid, mengandung glicyl
retinic acid.
Catatan: Wax ortodonti dapat diberikan untuk menutup
bagian alat ortodonti yang berhadapan dengan mukosa
yang mengalami FK jika factor penyebab adalah gesekan
dengan bagian dari alat ortodonti cekat tersebut.
3. Edukasi mengenai hal-hal 1. Mengganti gigi tiruan dengan gigi tiruan yang baru
yang harus (jika sudah terlalu jelek dan tidak dapat diperbaiki
dihindari/dihentikan terkait lagi),
penyakit. 2. Tidak merokok/minum alcohol/menggunakan obat
kumur mengandung alcohol setiap hari (penggunaan
maksimal 14 hari berturut-turut),
3. Apabila FK terjadi akibat hasil dari mengunyah
makanan keras secara terus menerus, maka diet
makanan perlu dilakukan untuk menghindari trauma
pada mukosa selama pengunyahan.
4. Edukasi mengenai hal-hal 1. Menjaga oral hygiene yang baik: menyikat gigi,
yang harus dilakukan pasien lidah, dan gigi tiruan.
untuk mencegah kekambuhan 2. Menerapkan pola hidup yang sehat: buah dan sayur 3-
penyakit, meningkatkan 5 porsi sehari (ideal: 2 porsi buah + 3 porsi
kualitas hidup pasien, atau sayuran/hari), minum air mineral minimal 2 L sehari,

6|Modul Variasi Nor mal dan Pigmentasi ( KIE) ~ IPM FKG Unpad
mempertahankan kesehatan. istirahat/tidur minimal 6 jam sehari (sesuaikan usia).
3. SAMURI (periksa mulut sendiri) secara teratur 1
bulan sekali.
5. Edukasi mengenai hasil 1. Pasien diminta untuk control 1 minggu atau 1 bulan
perawatan berikutnya (hal ini tergantung dari kemungkinan
masa penyembuhan lesi),
2. Jika pada kunjungan control diobservasi namun lesi
keratotik masih ada, dilanjutkan dengan dilakukan
biopsy (konvensional).
6. Pemahaman Pasien: 1. Apakah saudara sudah paham dengan penjelasan
tersebut?
2. Apakah ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait hal-
hal yang sudah disampaikan tersebut?

Daftar Pustaka
1. Regezi, Joseph A., Sciubba, James J., Jordan RCK. Oral Pathology: Clinical Pathologic
Correlations. 7th Ed. Elsevier; 2017.
2. Khaled S, Dantala S. Frictional Keratosis of the Tongue: A Case Report. Int Health Res
J. 2017;1(3):24-26.
3. Greenberg M, Glick M, Ship J. Burket’s Oral Medicine. 11th Ed. Hamilton Bc Decker
Inc; 2008.
4. Muller S. Frictional Keratosis, Contact Keratosis and Smokeless Tobacco Keratosis:
Features of Reactive White Lesions of the Oral Mucosa. Head Neck Pathol. 2018.
5. Tapia JL. Oral Frictional Hyperkeratosis. Medscape. 2021.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

7|Modul Variasi Nor mal dan Pigmentasi ( KIE) ~ IPM FKG Unpad
VARIASI NORMAL MUKOSA RONGGA MULUT,
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA

Mukosa rongga mulut adalah lapisan epitel dan jaringan ikat yang menutupi bagian
dalam mulut, merupakan suatu struktur kompleks yang telah disesuaikan dengan fungsi dan
letak anatominya. Beberapa kondisi mulut meskipun ciri fisiknya berbeda bukan berarti
abnormal namun tetap dianggap normal atau Variasi Normal. Berdasarkan teori Cowson,
kondisi tersebut bersifat pseudo-patologis dan tidak dianggap sebagai kelainan patologis. Lesi
pada kondisi variasi normal dan lesi patologis perlu dibedakan karena lesi variasi normal
tidak memerlukan intervensi medis. Sebagai contoh Linea Alba, seperti namanya, hal ini
mengacu pada garis putih horizontal yang sering ditemukan pada kedua sisi mukosa bukal
sepanjang bidang oklusal (biasanya masih bergigi banyak), memanjang dari sudut mulut
menuju gigi molar dan diarahkan ke pterigomandibular. Penyebab paling umum munculnya
hiperkeratosis jenis ini adalah iritasi terus menerus, trauma gesekan, serta kebiasaan para-
fungsional (trauma menghisap dan mengepal). Oleh karena itu, seringkali tampilan klinis
menunjukkan diagnosis akhir. Lesi variasi normal ini seringkali tidak membutuhkan terapi
farmakologis atau intervensi lainnya, dan dengan menghilangkan faktor etiologi, maka
pemulihan spontan dapat diharapkan.
Jenis-jenis lesi mukosa oral yang termasuk ke dalam variasi normal mukosa oral
seperti: Parotid papilla, Geografic tongue (walaupun sebagian ahli menyebutkan bukan
variasi normal), Leukoedema, Fissured Tongue, Torus, Fordyce Granule, Scalloped Tongue,
Frenal tag, dan Ankyloglossia.

Sumber:
Aghel S, Esfehani M, Zarabadipour M. The Frequency of Normal Variations of Oral Mucosa
in Patients Referred to Qazvin School of Dentistry, Spring, 2015. International Journal of
Ayurvedic Medicine, 2018, 9(1), 34-38.

8|Modul Variasi Nor mal dan Pigmentasi ( KIE) ~ IPM FKG Unpad
1. FORDYCE GRANULE
Definisi
Merupakan anomali perkembangan yang secara karakteristik ditandai oleh adanya kelenjar-
kelenjar sebasea yang ektopik di dalam mulut (tumbuh tidak pada tempat semestinya pada
submucosa, seharusnya ada pada subcutan).
Etiologi
Kelenjar sebasea muncul pada mukosa mulut karena terjadinya inclusion (penyatuan) dari
ectoderm rongga mulut yang mempunyai potensi mirip dengan kulit, pada saat perkembangan
maksila dan mandibular selama proses embrionik. Kelenjar sebasea secara embrionik
terperangkap selama penggabungan tersebut
Epidemiologi
Granula-granula kelenjar sebacea pada mukosa oral ini menjadi tampak lebih mencolok
sesudah kematangan seksual seseorang, ketika sistem sebaseanya berkembang, namun tidak
ditemukan rambut intra oral dalam kaitan dengan keadaan ini.
Gambaran Klinis
Terdapat lesi pada permukaan mukosa oral yang menonjol atau merupakan lesi papula,
berbentuk granula-granula/spots yang terdiri atas kelenjar sebasea, dengan ukuran diameter 1
sampai 2 mm, biasanya jumlah multipel, dapat berkelompok terlokalisir namun dapat juga
menyebar, terasa kasar pada pemeriksaan palpasi, warna putih kekuningan atau cream. Jarang
ditemui pada mukosa labial, retromolar pad, gusi cekat, lidah dan frenulum, seringnya pada
mukosa bukal atau bibir.

Diagnosa Banding:
Tidak ada karena gambaran klinis khas memperlihatkan fordyce’s granules.
Perawatan
Farmakologis:
Tidak ada tatalaksana farmakologis
Pembedahan:
Jika pasien sangat menginginkan dan dirasakan sangat mengganggu estetik dapat dilakukan
bedah laser untuk menghilangkan tampilan klinisnya.

9|Modul Variasi Nor mal dan Pigmentasi ( KIE) ~ IPM FKG Unpad
Non Farmakologis:

Item Edukasi dan Informasi Rincian


1. Edukasi tentang penyakit yang 1. Diagnosis/nama temuan klinis: Fordyce granule, atau
diderita: tampilnya kelenjar minyak yang seharusnya ada di
kulit namun muncul di mulut karena kelainan pada
proses pertumbuhan.
2. Etiologi dan faktor predisposisi: kelainan
pertumbuhan.
3. Prognosis: Baik, tidak berbahaya, tidak berpotensi
keganasan, tidak menular, merupakan variasi normal.
2. Edukasi tentang rencana Terapi farmakologis tidak diperlukan, namun jika terasa
pengobatan (jika ada): mengganggu estetik dapat dilakukan pembedahan.
3. Edukasi mengenai hal-hal 1. Tidak mencemaskan kondisi ini,
yang harus 2. Jika saat anamnesa ditemukan: Berhenti merokok/
dihindari/dihentikan terkait minum alcohol/menggunakan obat kumur
penyakit. mengandung alcohol setiap hari (penggunaan
maksimal 14 hari berturut-turut),
4. Edukasi mengenai hal-hal 1. Menjaga oral hygiene yang baik: menyikat gigi,
yang harus dilakukan pasien lidah, dan gigi tiruan.
untuk mencegah kekambuhan 2. Menerapkan pola hidup yang sehat: buah dan sayur 3-
penyakit, meningkatkan 5 porsi sehari (ideal: 2 porsi buah + 3 porsi
kualitas hidup pasien, atau sayuran/hari), minum air mineral minimal 2 L sehari,
mempertahankan kesehatan. istirahat/tidur minimal 6 jam sehari (sesuaikan usia).
3. SAMURI (periksa mulut sendiri) secara teratur 1
bulan sekali.
5. Edukasi mengenai hasil 1. Pasien diminta untuk control 1 minggu atau 1 bulan
perawatan berikutnya (hal ini tergantung dari kemungkinan
masa penyembuhan lesi),
2. Pada kunjungan kontrol diobservasi, lesi seharusnya
menetap atau tidak ada perubahan. Jika ada
perubahan lesi kemungkinan dilanjutkan dengan
biopsy (konvensional).
6. Pemahaman Pasien: 1. Apakah saudara sudah paham dengan penjelasan
tersebut?
2. Apakah ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait hal-
hal yang sudah disampaikan tersebut?

Daftar Pustaka
1. Gaballah KY, Rahimi I. Can presence of oral Fordyce's granules serve as a marker for
hyperlipidemia? Dent Res J (Isfahan). 2014 Sep;11(5):553-8. PMID: 25426145; PMCID:
PMC4241607.
2. Oivio UM, Pesonen P, Ylipalosaari M, Kullaa A, Salo T. Prevalence of oral mucosal
normal variations and lesions in a middle-aged population: a Northern Finland Birth
Cohort 1966 study. BMC Oral Health. 2020 Dec 9;20(1):357. doi: 10.1186/s12903-020-
01351-9. PMID: 33298037; PMCID: PMC7727189.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

10 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
2. LINEA ALBA

Definisi
Merupakan lesi mukosa oral yang berbentuk garis bergelombang atau lurus, warna putih
memanjang (panjang bervariasi), menonjol atau menimbul, sering ditemukan terterletak pada
garis oklusi di mukosa bukal.
Etiologi
Disebabkan oleh gesekan fisiologis, tekanan, atau isapan pada permukaan mukosa bukal. Lesi
berkembang sebagai respon terhadap aktivitas gesekan gigi-gigi, yang mengakibatkan epitel
menjadi menebal (hiperkeratotik). Mula-mula iritasi pada mukosa bukal tersebut
menimbulkan lesi yang merangsang respon hiperplastik sehingga muncul lesi papula/plak
putih yang sedikit menonjol, bentuk tidak teratur dalam pola difus yang menutupi daerah
trauma akibat iritasi. Bertambahnya iritasi akan yang memperbesar ukuran lesi. Pola linear
atau striae kadang ditemukan, yang terdiri atas daerah yang kasar dan tebal dengan zona
eritem yang berada diantaranya. Luka yang persisten dapat mengakibatkan pembesaran plak
dengan zona eritem dan ulserasi traumatik yang tidak teratur.
Gambaran Klinis
Terdapat lesi pada permukaan mukosa oral yang menonjol atau merupakan lesi papula/plak,
berupa garis putih yang mempunyai lebar 1-2 mm, dan meluas horizontal, sering ditemukan
dari molar kedua hingga regio kaninus mukosa bukal, atau berakhir pada kalikulus angularis.
Lesi paling sering ditemukan bilateral dan tidak bias dihilangkan dengan digosok.
Diagnosis Banding:
Cheek Bitting, Morcicatio Buccarum, Oral Lichen Planus tipe Retikuler.

Laskaris, 2013

Perawatan
Farmakologis:
Tidak ada tatalaksana farmakologis
Pembedahan:
Jika pasien sangat menginginkan dan dirasakan sangat mengganggu kenyamanan dapat
dilakukan bedah konvensional atau laser untuk menghilangkan tampilan klinisnya.

11 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
Non Farmakologis:
Item Edukasi dan Informasi Rincian
1. Edukasi tentang penyakit 1. Diagnosis/nama temuan klinis: Linea alba, atau
yang diderita: penonjolan kulit mulut/mukosa mulut karena gesekan
akibat fungsi sehari-hari.
2. Etiologi dan faktor predisposisi: gesekan atau iritasi
kronis fungsional.
3. Prognosis: Baik, tidak berbahaya, tidak berpotensi
keganasan, tidak menular, merupakan variasi normal.
2. Edukasi tentang rencana Terapi farmakologis tidak diperlukan, namun jika perlu
pengobatan (jika ada): dapat dilakukan pembedahan (jarang dilakukan).
3. Edukasi mengenai hal-hal 1. Tidak mencemaskan kondisi ini,
yang harus 2. Jika memiliki kebiasaan menyedot pipi atau
dihindari/dihentikan terkait menggigit pipi saat cemas perlu dihentikan atau
penyakit. dilakukan upaya tatalaksana psikologis (dirujuk ke
psikolog/psikiater untuk kasus berat)
3. Jika saat anamnesa ditemukan: Berhenti
merokok/minum alcohol/menggunakan obat kumur
mengandung alcohol setiap hari (penggunaan
maksimal 14 hari berturut-turut),
4. Edukasi mengenai hal-hal 1. Menjaga oral hygiene yang baik: menyikat gigi,
yang harus dilakukan pasien lidah, dan gigi tiruan.
untuk mencegah kekambuhan 2. Menerapkan pola hidup yang sehat: buah dan sayur 3-
penyakit, meningkatkan 5 porsi sehari (ideal: 2 porsi buah + 3 porsi
kualitas hidup pasien, atau sayuran/hari), minum air mineral minimal 2 L sehari,
mempertahankan kesehatan. istirahat/tidur minimal 6 jam sehari (sesuaikan usia).
3. SAMURI (periksa mulut sendiri) secara teratur 1
bulan sekali.
5. Edukasi mengenai hasil 1. Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu atau 1 bulan
perawatan berikutnya (hal ini tergantung dari kemungkinan
masa penyembuhan lesi),
2. Pada kunjungan kontrol diobservasi, lesi seharusnya
menetap atau tidak ada perubahan. Jika ada
perubahan lesi dan dicurigai keganasan kemungkinan
dilanjutkan dengan biopsy (konvensional).
6. Pemahaman Pasien: 1. Apakah saudara sudah paham dengan penjelasan
tersebut?
2. Apakah ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait hal-
hal yang sudah disampaikan tersebut?

Daftar Pustaka
1. Kansky AA, Didanovic V, Dovsak T, Brzak BL, Pelivan I, Terlevic D. Epidemiology of
oral mucosal lesions in Slovenia. Radiol Oncol. 2018 Sep 11;52(3):263-266. doi:
10.2478/raon-2018-0031. PMID: 30210036; PMCID: PMC6137360.
2. El Toum S, Cassia A, Bouchi N, Kassab I. Prevalence and Distribution of Oral Mucosal
Lesions by Sex and Age Categories: A Retrospective Study of Patients Attending
Lebanese School of Dentistry. Int J Dent. 2018 May 17;2018:4030134. doi:
10.1155/2018/4030134. PMID: 29887889; PMCID: PMC5985080.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

12 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
3. SCALLOPED TONGUE/CREANATED TONGUE

Definisi
Merupakan lesi mukosa oral pada tepi lidah yang berbentuk gelombang atau seperti
cetakan/teraan/indentasi gigi.
Etiologi
Disebabkan oleh tekanan abnormal habitual seperti menyedot, mengerenyot (bruxisism),
menjulurkan lidah, clenching atau karena lidah yang ukurannya membesar, atau karena
ukuran lidah lebih besar daripada ukuran lengkung rahang, sehingga tekanan gigi
menimbulkan teraan pada lateral lidah. Dapat terjadi pada pasien normal berhubungan
dengan sendi temporomandibular, nocturnal bruxism, obstructive sleep apneu, atau pasien
dengan kelainan genetik seperti sindrom Down, atau adanya kondisi sistemik lain seperti
hypothyroidism, tuberculosis, sarcoidosis, light chain amyloidosis, multiple myeloma,
neurofibromatosis, syphilis, dan angioedema.
Gambaran Klinis
Lesi teraan gigi pada lidah dapat terjadi bilateral atau unilateral atau terisolasi pada regio
tertentu dimana lidah berkontak erat dengan gigi-geligi, misalnya pada kondisi linguoversi
salah satu gigi yang menekan permukaan tepi lidah. Tekanan pada lidah menimbulkan
cetakan berbentuk oval multiple (seperti rumah kerang) atau tunggal, terdepresi kadang-
kadang dikelilingi tepi menonjol, berkelok-kelok dan berwarna putih. Sering ditemukan
menyertai temuan linea alba pada mukosa bukal.
Diagnosis Banding:
Tidak ada, karena gambarannya sangat khas.

Laskaris, 2013 Vinod et al., 2017

Perawatan
Farmakologis:
Tidak ada tatalaksana farmakologis

13 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
Non Farmakologis:
Item Edukasi dan Informasi Rincian
1. Edukasi tentang penyakit yang 1. Diagnosis/nama temuan klinis: Scalloped
diderita: tongoue/Crenated Tongue/Teraan gigi pada tepi lidah.
2. Etiologi dan faktor predisposisi: tekanan kronis akibat
kebiasaan buruk atau karena ukuran lidah lebih besar
daripada lengkung rahang.
3. Prognosis: Baik, tidak berbahaya, tidak berpotensi
keganasan, tidak menular, merupakan variasi normal.
Namun perlu diwaspadai jika terdapat kelainan
sistemik seperti tersebut pada sub bagian etiologi.
2. Edukasi tentang rencana Terapi farmakologis tidak diperlukan, namun jika diduga
pengobatan (jika ada): terdapat factor pemicu berupa gangguan psikologis,
dapat dirujuk ke dokter yang berwenang.
3. Edukasi mengenai hal-hal 1. Tidak terlalu mencemaskan kondisi ini,
yang harus 2. Jika memiliki kebiasaan menyedot lidah terutama saat
dihindari/dihentikan terkait cemas perlu dihentikan atau dilakukan upaya
penyakit. tatalaksana psikologis (dirujuk ke psikolog/psikiater
untuk kasus berat)
3. Jika saat anamnesa ditemukan: Berhenti
merokok/minum alcohol/menggunakan obat kumur
mengandung alcohol setiap hari (penggunaan
maksimal 14 hari berturut-turut),
4. Edukasi mengenai hal-hal 1. Menjaga oral hygiene yang baik: menyikat gigi,
yang harus dilakukan pasien lidah, dan gigi tiruan.
untuk mencegah kekambuhan 2. Menerapkan pola hidup yang sehat: buah dan sayur 3-
penyakit, meningkatkan 5 porsi sehari (ideal: 2 porsi buah + 3 porsi
kualitas hidup pasien, atau sayuran/hari), minum air mineral minimal 2 L sehari,
mempertahankan kesehatan. istirahat/tidur minimal 6 jam sehari (sesuaikan usia).
3. SAMURI (periksa mulut sendiri) secara teratur 1
bulan sekali.
5. Edukasi mengenai hasil 1. Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu atau 1 bulan
perawatan berikutnya (hal ini tergantung dari kemungkinan
masa penyembuhan lesi),
2. Pada kunjungan kontrol diobservasi, lesi seharusnya
menetap atau tidak ada perubahan.
6. Pemahaman Pasien: 1. Apakah saudara sudah paham dengan penjelasan
tersebut?
2. Apakah ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait hal-
hal yang sudah disampaikan tersebut?

Daftar Pustaka
1. Weiss TM, Atanasov S, Calhoun KH. The association of tongue scalloping with
obstructive sleep apnea and related sleep pathology. Otolaryngol Head Neck Surg. 2005
Dec;133(6):966-71. doi: 10.1016/j.otohns.2005.07.018. PMID: 16360522.
2. Vinod KV, Reddy P, Pillai VM. Scalloped tongue: A rare finding in nocturnal bruxism.
Natl Med J India. 2017 Sep-Oct;30(5):296. doi: 10.4103/0970-258X.234404. PMID:
29916438.

14 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
4. FISSURED TONGUE

Definisi
Kondisi lidah yang memiliki fisura, atau alur, atau celah berupa garis memanjang
anteroposterior atau menyebar, atau berupa lekukan cekung yang sempit pada permukaan
dorsum lidah, namun tidak menembus otot lidah.
Etiologi
Tidak diketahui, namun termasuk ke dalam kelainan morfologi lidah yang diturunkan.
Fissured tongue merupakan gangguan perkembangan lidah/developmental anomaly, diduga
berhubungan dengan polimorfisme gen atau autosomal dominan herediter, lesi dapat
berkembang (bertambah banyak atau dalam) dengan bertambahnya usia.
Gambaran Klinis
Terdapat fisura atau celah yang sempit atau meluas, pada dorsum lidah, arah celah bervariasi
(antero posterior/medio-lateral/tidak beraturan), kedalaman celah bervariasi. Pada beberapa
kasus sering ditemukan bersamaan dengan Geographic tongue.
Pada pasien dengan Xerosthomia celah biasanya tampak lebih jelas. Pada kasus fissure
tongue yang mengalami iritasi dapat menimbulkan rasa sakit.

Sumber: PPK IPM, 0021/PPK IPM/1/2020

Diagnosis Banding:
Melkerson-Rosenthal syndrome, apabila ditemukan trias gejala: fissure tongue,
granulomatous cheilitis, dan paralisis nervus cranial (N. VII)/Bell’s palsy
Fissured tongue terkait Sjogren Syndrome.
Perawatan
Farmakologis (diberikan jika terdapat rasa sakit terkait iritasi):
- Anti-inflamasi (contoh: aloclair): kandungan ekstrak aloe vera mempunyai efek anti
inflamasi, antiseptik, dan mengandung vitamin A, E, C, dan B12 yang membantu
mempercepat proses penyembuhan lesi; kandungan sodium hyaluronat dapat mempercepat
penyembuhan luka dan mengurangi jaringan parut; serta kandungan polyvinylpyrrolidone
berfungsi membentuk lapisan pelindung untuk mengurangi rasa sakit, melembabkan, dan
mempercepat re-epitelialisasi.
Pilihan alternatif jika OH baik dan tidak ada kontra indikasi steroid dapat diberikan
Triamcinolone acetonide 0,1% in orabase, oles pada lesi 3-4 kali sehari, secukupnya, selama
7-14 hari.
- Multivitamin (contoh: becomzet): memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral, membantu
mempercepat proses penyembuhan lesi inflamasi, memelihara daya tahan tubuh.

15 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
Non Farmakologis:
Memberi informasi kepada pasien untuk menghentikan kebiasaan apa pun yang mungkin
terkait dengan lesi atau menyebabkan iritasi mukosa.

Item Edukasi dan Informasi Rincian


1. Edukasi tentang penyakit yang 1. Diagnosis/nama kondisi: Fissured tongue, atau celah
diderita: pada lidah (dapat mengalami inflamasi karena iritasi
atau tidak bergejala disesuaikan dengan kasus).
2. Etiologi dan faktor predisposisi: tidak diketahui,
terkait genetik dari generasi sebelumnya.
3. Prognosis: Baik, tidak berbahaya, tidak berpotensi
keganasan, tidak menular, kemungkinan diturunkan
secara genetik pada keturunan selanjutnya.
2. Edukasi tentang rencana 1. Multivitamin
pengobatan farmakologis (jika - golongan obat dan tujuan: roburantia/pendukung,
ada): dengan tujuan mempercepat regenerasi sel,
penyembuhan lesi, dan meningkatkan imunitas
lokal mukosa oral dan sistemik,
- jenis sediaan: tablet/sirup,
- cara pakai: diminum atau dimakan/telan,
- frekwensi dan dosis: 1x sehari 1 tablet/1sdm,
- durasi penggunaan obat: 7-14 hari,
- kemungkinan resiko: resiko pengobatan hampir
tidak ada kecuali memiliki riwayat alergi.
- efek samping: reaksi alergi jika ada,
- alternatif pilihan: mengandung vitamin A, C, E
dan antioksidan.
2. Anti-inflamasi
- golongan obat dan tujuan: anti peradangan, dengan
tujuan mempercepat penyembuhan lesi,
- jenis sediaan: gel atau in orabase,
- cara pakai: dioleskan pada lesi,
- frekwensi dan dosis: 2-3 x sehari secukupnya,
- durasi penggunaan obat: 7-14 hari,
- kemungkinan resiko: resiko pengobatan hampir
tidak ada,
- efek samping: reaksi alergi jika ada,
- alternatif pilihan: steroid, atau non steroid
mengandung hyaluronic acid, mengandung glicyl
retinic acid.
3. Edukasi mengenai hal-hal 1. Menghentikan dugaan factor yang menyebabkan
yang harus iritasi (misalnya kebiasaan buruk, makanan terlalu
dihindari/dihentikan terkait pedas dan atau panas),
penyakit. 2. Tidak merokok/minum alcohol/menggunakan obat
kumur mengandung alcohol setiap hari (penggunaan
maksimal 14 hari berturut-turut),
3. Apabila Fissured Tongue terjadi akibat iritasi saat
mengunyah makanan keras secara terus menerus,
maka diet makanan perlu dilakukan untuk

16 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
menghindari trauma pada mukosa selama
pengunyahan.
4. Edukasi mengenai hal-hal 1. Menjaga oral hygiene yang baik: menyikat gigi,
yang harus dilakukan pasien lidah, dan gigi tiruan (jika menggunakan).
untuk mencegah kekambuhan 2. Menerapkan pola hidup yang sehat: buah dan sayur 3-
penyakit, meningkatkan 5 porsi sehari (ideal: 2 porsi buah + 3 porsi
kualitas hidup pasien, atau sayuran/hari), minum air mineral minimal 2 L sehari,
mempertahankan kesehatan. istirahat/tidur minimal 6 jam sehari (sesuaikan usia).
3. SAMURI (periksa mulut sendiri) secara teratur 1
bulan sekali.
5. Edukasi mengenai hasil Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu atau 1 bulan
perawatan berikutnya (hal ini tergantung dari kemungkinan masa
penyembuhan lesi), umumnya lesi sembuh jika kondisi
Kesehatan umum pasien baik dan mematuhi instruksi
yang diberikan.
6. Pemahaman Pasien: 1. Apakah saudara sudah paham dengan penjelasan
tersebut?
2. Apakah ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait hal-
hal yang sudah disampaikan tersebut?

Daftar Pustaka
1. KIPMI-ISPMI. Panduan Praktik Klinis Ilmu Penyakit Mulut, Edisi ke-1. Jakarta: PB
PDGI. November 2020.
2. Järvinen J, Jopi JW, Mikkonen, Kullaa AM. Fissured tongue: A sign of tongue edema?
Medical Hypotheses. 2014; 82: 709–712.
3. Fitriasari N, Dewi TS, Rahayuningtyas ED. Kelainan variasi normal lidah yang dipicu
makanan pedas dan panas pada pasien dengan kondisi anemia. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran. Februari 2021;32(Suppl 2):150-156.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

17 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
5. ANKYLOGLOSSIA

Definisi
Kondisi lidah yang menyatu dengan dasar mulut, terjadi sejak awal perkembangan. Frenulum
lingualis normalnya melekat pada ventral lidah dan tuberkel genial mandibular namun
apabila lidah berfusi dengan dasar mulut atau lingual gingiva dan ujung ventral pada lidah,
kondisi ini disebut ankyloglossia. Atau ankyloglossia adalah anomali oral kongenital yang
jarang terjadi dan dapat menyebabkan kesulitan dalam menyusui atau artikulasi pengucapan.
Ankyloglossia pada banyak individu bersifat asimtomatik.
Epidemiologi
Frekuensi tampaknya lebih tinggi ditemukan pada laki-laki, dengan rasio laki-laki terhadap
perempuan sampai 3: 1.
Etiologi
Pada fase embrionik pertumbuhan dan perkembangan lidah, terjadi kematian sel (apoptosis)
dan resorpsi yang menghilangkan perlekatan dan membebaskan lidah dengan menyisakan
frenulum sebagai satu-satunya ikatan. Selanjutnya selama enam bulan pertama sampai lima
tahun kehidupan perkembangan frenulum lingualis yang merupakan lipatan membran
mukosa yang terbentuk dari jaringan ikat fibrosa, menghubungkan lidah ke dasar rongga
mulut dan tulang mandibular, akan bermigrasi menuju posisi sentral untuk menempati posisi
akhir seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tulang dan erupsi gigi.
Etiologi seringkali merupakan factor genetik, namun dapat ditemukan juga pada anak dari ibu
dengan kecanduan kokain (risiko ankyloglossia meningkat menjadi lebih dari tiga kali lipat),
pada kasus trisomy 13, dan sindrom Pierre-Robin. Ankyloglossia juga dapat ditemukan pada
satu individu yang juga bersamaan mengalami cleft-lip/cleft palate/congenital lip pit (Van der
Woude’s) sindrom, cryptophthalamos (Fraser’s sindrom) dan Meckel’s sindrom.
Gambaran Klinis
Letak frenulum tampak pada ujung lidah (perlekatan tidak normal), panjang frenulum dan
ketebalannya ditemukan dengan derajat bervariasi (umumnya frenulum lingualis menjadi
pendek) sehingga mempengaruhi mobilitas lidah. Frenulum yang abnormal pendek dan tebal
menyebabkan lidah menjadi berbentuk seperti hati kadang disertai juga kerusakan fungsional,
seperti ketidakmampuan untuk menjulurkan lidah, dan penurunan mobilitas lidah.
Ankyloglossia pada bayi mengganggu proses menyusui yang dapat melukai puting payudara
ibu. Karies gigi bisa terjadi karena sisa makanan pada gigi dan vestibulum yang tidak dapat
dibersihkan secara alami dengan pulasan lidah.
Ankyloglossia dapat dibagi menjadi ankyloglossia parsial dan ankyloglossia lengkap.
Ankyloglossia parsial ditandai dengan frenulum lingualis pendek sehingga mengubah
tampilan dan fungsi lidah, elastisitas lidah menurun atau perlekatan frenulum lingualis terlalu
dekat dengan ujung lidah atau gingival ridge. Ankyloglossia lengkap adalah suatu kondisi
dimana lidah benar-benar berfusi dengan dasar mulut, hal ini sangat jarang terjadi.

18 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
Partial Ankyloglossia (Chaubal & Dixit, 2011) https://medium.com/@sudhannks/ankyloglossia-
or-tongue-tie-169d5511c1ba

Diagnosis Banding:
Bifid tongue, Congenital furrowing, Lingual thyroid, Lymphatic malformations, Oral Ranula.
Perawatan
Pembedahan
Frenotomi atau frenektomi adalah pilihan tindakan bedah utama untuk kasus ankyloglossia
dengan gangguan fungsi. Frenotomi adalah prosedur operasi yang melakukan insisi pada
frenulum, sedangkan frenektomi adalah prosedur operasi yang melakukan eksisi pada
jaringan frenulum.
Kriteria klinis dan fungsional untuk indikasi operasi: Kesulitan menyusu, Hambatan bicara,
Penelanan yang tidak normal, Tidak dapat menyentuh bibir atas dan/atau bawah,
Keterbatasan lidah mencapai palatal retroincisal spot saat mulut terbuka lebar, Bentuk lidah
berubah pada ujung lidah saat dijulurkan di luar mulut.
Farmakologis: Tidak ada
Non Farmakologis:

Item Edukasi dan Informasi Rincian


1. Edukasi tentang penyakit 1.
Diagnosis/nama kondisi: Ankyloglossia, atau lidah
yang diderita: yang menyatu dengan dasar mulut (dapat
mengalami gangguan fungsi atau tidak, disesuaikan
dengan kasus).
2. Etiologi dan faktor predisposisi: tidak diketahui,
terkait genetik dari generasi sebelumnya.
3. Prognosis: Baik, tidak berbahaya, tidak berpotensi
keganasan, tidak menular, kemungkinan diturunkan
secara genetik pada keturunan selanjutnya.
2. Edukasi tentang rencana Terapi farmakologi tidak ada, namun terapi pembedahan
pengobatan farmakologis diindikasikan jika mengganggu fungsi (lihat keterangan
atau pembedahan (jika ada): sebelumnya)
3. Edukasi mengenai hal-hal 1. Tidak merokok/minum alcohol/menggunakan obat
yang harus kumur mengandung alcohol setiap hari (penggunaan
dihindari/dihentikan terkait maksimal 14 hari berturut-turut),
penyakit. 2. Tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan tersebut.
4. Edukasi mengenai hal-hal 1. Menjaga oral hygiene yang baik: menyikat gigi,
yang harus dilakukan pasien lidah, dan gigi tiruan (jika menggunakan). Jika
untuk mencegah kekambuhan kesulitan dalam pemeliharaan OH dapat disarankan
penyakit, meningkatkan berkunjung ke drg untuk skeling rutin.
kualitas hidup pasien, atau 2. Menerapkan pola hidup yang sehat: buah dan sayur

19 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
mempertahankan kesehatan. 3-5 porsi sehari (ideal: 2 porsi buah + 3 porsi
sayuran/hari), minum air mineral minimal 2 L
sehari, istirahat/tidur minimal 6 jam sehari
(sesuaikan usia).
3. SAMURI (periksa mulut sendiri) secara teratur 1
bulan sekali.
5. Edukasi mengenai hasil Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu atau 1 bulan
perawatan berikutnya, namun umumnya kondisi ini tidak
mengalami perubahan.
6. Pemahaman Pasien: 1. Apakah saudara sudah paham dengan penjelasan
tersebut?
2. Apakah ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait hal-
hal yang sudah disampaikan tersebut?

Daftar Pustaka
1. KIPMI-ISPMI. Panduan Praktik Klinis Ilmu Penyakit Mulut, Edisi ke-1. Jakarta: PB
PDGI. November 2020.
2. Becker S, Mendez MD. Ankyloglossia. [Updated 2020 Oct 1]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482295/
3. https://medium.com/@sudhannks/ankyloglossia-or-tongue-tie-169d5511c1ba

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

20 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
PIGMENTASI MUKOSA RONGGA MULUT,
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA

Pigmentasi oral merupakan bentuk dikolorisasi pada membran mukosa oral yang
dapat bersifat normal maupun abnormal. Pigmentasi memiliki etiologi multifaktorial di
antaranya paparan sinar matahari, obat-obatan, bahan kimia faktor hormonal, genetik dan ras.
Pigmentasi pada rongga mulut dapat disebabkan oleh adanya akumulasi dari beberapa
pigmen. Terdapat beberapa derajat perbedaan warna yang dapat diobservasi pada kondisi
fisiologis maupun patologis. Warna normal pada mukosa yang sehat adalah merah muda.
Variasi regional normal pada pigmentasi rongga mulut dari yang paling sering terjadi hingga
yang paling jarang terjadi adalah pada gingiva, mukosa bukal, palatum keras, lidah, palatum
lunak, dan dasar mulut.
Lesi merepresentasikan berbagai entitas klinis dari perubahan fisiologis hingga
manifestasi penyakit sistemik. Pigmentasi oral dapat bersifat eksogen atau endogen.
Pigmentasi eksogen umumnya terjadi akibat adanya pigmentasi dari luar tubuh sedangkan
pigmentasi endogen disebabkan oleh beberapa faktor seperti melanin, hemoglobin,
hemosiderin dan karoten. Banyak dari pigmentasi bersifat fisiologis namun kadang dapat
menjadi prekursor penyakit-penyakit yang lebih berat. Iregularitas pigmen melanin dan
perubahan warna pada jaringan rongga mulut dapat menjadi aspek diagnostik signifikan
untuk penyakit yang bersifat lokal maupun sistemik (Cicek, 2003).
Patofisiologi
Melanin adalah pigmen yang diproduksi oleh melanosit yang berada di lapisan basal (stratum
basale) dari epidermis. Melanocyte stimulating hormone (MSH) berperan mengatur melanosit
yang akan memproduksi melanin. Melanin disimpan dalam vesikula yang disebut
melanosomes dan ditransfer ke sel-sel epitel yang berdekatan melalui proses dendritik.
Melanin berfungsi untuk melingdungi DNA dari pengion dan efek radiasi UV yang merusak.
Melanin adalah penentu utama untuk pewarnaan jaringan pada manusia, termasuk kulit,
mukosa, rambut, iris dan bagian otak.
Pada lapisan sel basal dan mukosa oral yang tidak menunjukkan adanya tanda pigmentasi
melanin pun terdapat sel melanosit yang mengandung melanin. Sel melanosit pada rongga
mulut dapat memproduksi melanin atau tidak namun jumlah melanin yang diproduksi oleh
sel melanosit ditentukan oleh faktor genetik. Fungsi melanosit masih belum dapat dipastikan
namun melanin diproduksi untuk menentukan warna kulit, rambut, dan mata, serta
menyediakan perlindungan dari agen stressor seperti radiasi sinar UV, reactive oxygen
species (ROS), serta radikal bebas yang ada di lingkungan sekitar. Melanin juga memiliki
kemampuan untuk menangkap ion logam dan mengikat substansi obat-obatan serta molekul
organic.
Warna kulit dan oral mukosa secara genetik ditentukan oleh jumlah dan ukuran melanosom
serta tipe melanin (eumelanin/pheomelanin) yang diproduksi oleh masing-masing individu.
Faktor lingkungan hanya berperan sebagai modifying factor pada warna kulit dan mukosa.

Daftar Pustaka
Feller, L. et al. 2014. Melanin: the biophysiology of oral melanocytes and physiological oral
pigmentation. Head & Face Medicine. 10(8): 1-7.

21 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
1. PIGMENTED FUNGIFORM PAPILLAE OF THE TONGUE (PFPT)
Definisi
Terdapat beberapa papillae di permukaan lidah, yaitu filiform, sirkumfalata, dan fungiform.
Papilla fungiform merupakab tonjolan berbentuk “mushroom-shaped” yang mengandung
indra pengecap, berwarna merah atau merah muda, dan terletak pada lateral atau dorsal,
terutama di ujung lidah. Pigmented Fungiform Papillae of the Tongue (PFPT) ditandai
dengan hiperpigmentasi terbatas yang terlokalisasi pada papilla fungiformis. Lesi ini
asimptomatik, nonprogresif dan umumnya berkembang pada akhir masa kanak-kanak. PFPT
merupakan kondisi pigmentasi rongga mulut yang jinak.
Epidemiologi
PFPT umumnya dianggap sebagai temuan umum pada pasien Afrika-Amerika. Hal ini, sering
terjadi pada orang berkulit hitam. Pada tahun 1973, Holzwanger et al, memeriksa 300 orang
secara acak dan sampai pada kesimpulan bahwa diantara orang kulit hitam, 30% pria dan
25% wanita menunjukkan beberapa hiperpigmentasi papilla fungiformis, sedangkan diantara
orang Asia dan kaukasia prevalensinya sangat rendah. Tan et al., melaporkan bahwa
prevalensi pada populasi Cina 0,4%. Selain itu, Chessa et al., meninjau 193 kasus PFPT
menemukan bahwa 60% (116 kasus) PFPT terjadi pada individu keturunan Afrika, dan 35%
(68 kasus) terjadi pada individu Asia. Werchniak et al, melaporkan PFPT pada pasangan ibu
dan anak perempuannya, yang mendukung gagasan bahwa kecenderungan genetik mungkin
menjadi faktor yang berkontribusi.
Etiologi
Etiologi tidak diketahui secara pasti, tetapi hal ini dapat terjadi lebih umum pada individu
kulit hitam karena aktifitas melanositik meningkat daripada peningkatan jumlah melanosit
sehingga menyebabkan pigmentasi. Intensitas pigmen dapat meningkat karena beberapa
faktor, yaitu merokok, perubahan hormonal, dan efek pengobatan sistemik.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada PFPT yaitu hiperpigmentasi terbatas yang terlokalisasi pada papilla
fungiformis asimtomatis. Warna pigmentasi dapat bervariasi, dari coklat muda hingga coklat
tua hingga hampir hitam. Holzwanger et al, mengklasifikasikan PFPT menjadi tiga tipe klinis
yang berbeda,
(I) Hiperpigmentasi makula bebatas jelas melibatkan semua papilla fungiformis dan
terletak di permukaan anterolateral atau ujung lidah,
(II) Hiperpigmentasi yang melibatkan 3-7 papila fungiformis dan tersebar secara acak di
permukaan dorsal lidah, dan
(III) Hiperpigmentasi semua papilla fungiformis pada permukaan dorsal lidah.
PFPT paling sering merupakan tipe klinis kedua dan didistribusikan pada permukaan dorsal
lidah.
Gambaran Histopatologis
Pada PFPT, hiperpigmentasi terjadi akibat akumulasi melanin dalam makrofag di jaringan
ikat fibrosa dibawah epitel. Secara histopatologi, PFPT menunjukan adanya melanofag yang
menonjol pada jaringan ikat tanpa abnormal melanogenesis pada epitel atau inflamasi pada
lamina propria. Melanofag mengandung melanin yang melimpah. Melanosit mengandung
warna coklat butiran melanin hadir disepanjang lapisan sel basal dari epitel, dan melanofag

22 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
yang yang mengandung butiran melanin terlihat dalam jaringan ikat dibawah epitel.
Melanosit dan melanofag terlihat terutama didekat ujung papilla fungiformis.

Gambaran Klinis PFPT

Gambaran Histopatologis PFPT

Diagnosis Banding:
Smoker’s melanosis, Addison’s disease, dan Peutz-Jegher’s Syndrome (PJS).
Perawatan
Pembedahan :
Perawatan bedah pada PFPT sebenarnya tidak diperlukan, karena lesi ini dapat kambuh
kembali. Apabila pasien meminta menghilangkan untuk kepentingan estetis, perawatan yang
dapat dilakukan berupa terapi laser dan cryotherapy pada jaringan yang terkena lesi, atau
eksisional biopsi dilakukan apabila lesi PFPT terdistribusi secara fokus. Direkomendasikan
untuk follow up selama 6 bulan, atau apabila ada keluhan kembali pada lesi. Biopsi untuk
pemeriksaan histopatologi juga dapat diindikasikan apabila pigmentasi terjadi baru-baru ini
dimasa dewasa atau pasien melaporkan gejala fisik yang mungkin terkait pada gangguan
sistemik.
Farmakologis : Tidak ada

23 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
Non Farmakologis :

Item Edukasi dan Informasi Rincian


1. Edukasi tentang penyakit yang 1. Diagnosis/nama kondisi: Pigmented Fungiform
diderita: Papilla of the Tongue, atau warna bercak kehitaman
pada puting kecap lidah.
2. Etiologi dan faktor predisposisi: terkait ras,
diperparah merokok, hormonal, dan pengobatan
sistemik.
3. Prognosis: Baik, tidak berbahaya, tidak berpotensi
keganasan, tidak menular, kemungkinan diturunkan
secara genetik pada keturunan selanjutnya atau
terkait ras.
2. Edukasi tentang rencana Terapi farmakologi tidak ada, namun terapi pembedahan
pengobatan farmakologis atau diindikasikan jika mengganggu estetik (lihat keterangan
pembedahan (jika ada): sebelumnya)
3. Edukasi mengenai hal-hal 1. Tidak merokok/minum alcohol/menggunakan obat
yang harus kumur mengandung alcohol setiap hari (penggunaan
dihindari/dihentikan terkait maksimal 14 hari berturut-turut),
penyakit. 2. Tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan tersebut.
4. Edukasi mengenai hal-hal 1. Menjaga oral hygiene yang baik: menyikat gigi,
yang harus dilakukan pasien lidah, dan gigi tiruan (jika menggunakan).
untuk mencegah kekambuhan 2. Menerapkan pola hidup yang sehat: buah dan sayur
penyakit, meningkatkan 3-5 porsi sehari (ideal: 2 porsi buah + 3 porsi
kualitas hidup pasien, atau sayuran/hari), minum air mineral minimal 2 L
mempertahankan kesehatan. sehari, istirahat/tidur minimal 6 jam sehari
(sesuaikan usia).
3. SAMURI (periksa mulut sendiri) secara teratur 1
bulan sekali.
5. Edukasi mengenai hasil Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu atau 1 bulan
perawatan berikutnya, namun umumnya kondisi ini tidak
mengalami perubahan.
6. Pemahaman Pasien: 1. Apakah saudara sudah paham dengan penjelasan
tersebut?
2. Apakah ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait hal-
hal yang sudah disampaikan tersebut?

Daftar Pustaka
1. Sugiyama Y, Hayashi K, Takayama T. Pigmented fungiform papillae of the tongue in a
Japanese child. Clin Case Reports. 2020;8(6):1104–6.
2. Al-Fagaan F, Joseph B. A case of pigmented fungiform papillae of the tongue in a
Middle Eastern Woman. Med Princ Pract. 2014;23(2):167–9.
3. Rosebush MS, Briody AN, Cordell KG. Black and Brown: Non-neoplastic Pigmentation
of the Oral Mucosa. Head Neck Pathol [Internet]. 2019;13(1):47–55. Available from:
http://dx.doi.org/10.1007/s12105-018-0980-9
4. Stoopler ET, Alawi F. Contemporary Oral Medicine. Contemporary Oral Medicine.
2017. 1-31 p.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

24 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
2. PIGMENTASI FISIOLOGIS/RACIAL PIGMENTATION
Definisi
Pigmentasi fisiologis adalah pigmentasi mukosa mulut multifokal atau difus yang
paling sering ditemukan. Individu berkulit gelap, termasuk orang kulit hitam, Asia, dan
Amerika Selatan, sering menunjukkan hiperpigmentasi jaringan mukosa mulut yang tidak
merata hingga bersifat generalisata. Gingiva cekat merupakan lokasi paling umum meskipun
pigmentasi fisiologis dapat terjadi di berbagai bagian rongga mulut. Pigmentasi fisiologis
merupakan hasil dari peningkatan produksi melanin oleh melanosit. Warna pigmentasi
fisiologis beragam dari cokelat muda hingga kehitaman. Pigmentasi fisiologis meningkat
seiring bertambahnya usia dan intensitas warna dapat dipengaruhi oleh kebiasaan merokok,
hormon dan medikasi sistemik.
Pigmen ini sering diamati pada masa kanak-kanak dan biasanya tidak berkembang
pada orang dewasa. Jika ada onset pigmentasi mukosa yang menyebar secara tiba-tiba atau
bertahap di masa dewasa, bahkan pada pasien berkulit gelap, sumber lain untuk melanosis
harus dipertimbangkan. Hiperpigmentasi yang terkait dengan endokrinopatik dan penyakit
sistemik lainnya juga harus dipertimbangkan. riwayat menyeluruh dan tes laboratorium
mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis.
Pigmentasi itu sendiri bukanlah konsekuensi klinis dan dianggap sebagai variasi
normal. Meskipun demikian, pada beberapa pasien, munculnya perubahan warna coklat,
bahkan secara intraoral, bisa sangat mengganggu, terlebih lagi jika pigmentasi mengganggu
estetika, oleh karena itu, intervensi bedah mungkin diperlukan. gingivektomi dan terapi laser
telah digunakan untuk menghilangkan pigmentasi mukosa mulut. Namun, dengan kedua
modalitas tersebut, efeknya mungkin hanya sementara karena pigmentasi pada akhirnya dapat
berulang, namun penyebab re-pigmentasi masih belum jelas.
Epidemiologi
Frekuensi tampaknya lebih tinggi ditemukan pada laki-laki.
Etiologi
Pigmentasi rongga mulut berhubungan dengan faktor-faktor etiologis yang bersifat
endogen dan eksogen. Gingiva merupakan salah satu bagian dari jaringan rongga mulut yang
paling mudah mengalami pigmentasi dan paling cepat terlihat secara langsung. Pigmentasi
pada umumnya disebabkan oleh lima pigmen primer yaitu melanin, melanoid,
oksihemoglobin, hemoglobin yang berkurang, dan karoten. Pigmentasi lain dapat pula
disebabkan oleh pigmen bilirubin dan zat besi.
Melanin berperan dalam pigmentasi fisiologis dalam rongga mulut. Pewarnaan ini
berasal dari granula melanin yang di produksi oleh sel-sel melanoblas. Hiperpigmentasi
gingiva disebabkan oleh deposisi melanin yang berlebihan. Melanin diproduksi oleh
melanosit yang ada pada lapisan basal epitel. Melanosit memiliki nukleus yang berbentuk
bulat dengan membran nukleus ganda dan sitoplasma yang kurang memiliki desmosom atau
lempeng perlekatan. Berbagai stimulus dapat mempengaruhi peningkatan produksi melanin
seperti adanya trauma, hormon, radiasi, dan obat-obatan. Granul-granul pigmen melanoid
tersebar pada stratum lusidum dan stratum korneum pada kulit. Awalnya dipercaya bahwa
melanoid merupakan produk degradasi dari melanin. Namun, pada kenyataannya melanoid
memberi gambaran kekuningan pada kulit.

25 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
Gambaran Klinis
Lokasi yang umum terpigmentasi adalah gingiva cekat (27,5%). Prevalensi
pigmentasi gingiva lebih tinggi terjadi pada bagian labial dibandingkan bukal dan
palatal/lingual. Corak pigmentasipun beragam dari hitam, cokelat gelap, cokelat, cokelat
terang kekuningan. Pigmentasi melanin pada jaringan rongga mulut biasanya tidak
menunjukkan adanya masalah medis namun pasien mengeluhkan gingiva yang berwarna
hitam mengganggu penampilan.
Pigmentasi fisiologis mukosa oral secara klinis termanifestasi sebagai pigmentasi
melanin yang multifokal atau difus. Individu dengan kulit yang gelap memiliki gingiva yang
jumlah melaninnya lebih tinggi dibandingkan bagian mukosa alveolar didekatnya.

Gambaran Histopatologis
Secara mikroskopis, pigmentasi fisiologis ditandai dengan peningkatan jumlah pigmen
melanin dalam lapisan sel basal.
Diagnosis Banding:
Makula melanotic, Smoker’s Melanosis, Peutz-Jeghers Syndrome.
Perawatan
Pigmentasi melanin yang bersifat fisiologis pada gingiva sangat jinak dan tidak menunjukkan
masalah medis, keluhan adanya gusi hitam atau gelap sangat umum muncul dan dikeluhkan
oleh pasien sebagai masalah estetika.
Pembedahan :
Perawatan untuk menghilangkan pigmentasi dapat dilakukan dengan prosedur depigmentasi.
Depigmentasi gingiva merupakan prosedur bedah dan estetik yang dilakukan bagian
Periodonsia dimana hiperpigmentasi dihilangkan dengan berbagai teknik. Depigmentasi
gingiva dapat dilakukan dengan abrasi bur, metode skalpel, krioterapi, electrosurgery, dan
laser (keterangan perawatan bedah lihat bagian selanjutnya).
Farmakologis : Tidak ada

26 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
Non Farmakologis :
Item Edukasi dan Informasi Rincian
1. Edukasi tentang penyakit 1. Diagnosis/nama kondisi: Pigmentasi Fisiologis, atau
yang diderita: pewarnaan pada gusi yang normal terkait warna
kulit/ras.
2. Etiologi dan faktor predisposisi: aktifitas melanosit
dan deposisi melanin, terkait genetik dan ras.
3. Prognosis: Baik, merupakan variasi normal, tidak
berbahaya, tidak berpotensi keganasan, tidak
menular, diturunkan secara genetik pada keturunan
selanjutnya dan terkait ras.
2. Edukasi tentang rencana Terapi farmakologi tidak ada, namun terapi pembedahan
pengobatan farmakologis diindikasikan jika mengganggu estetik (lihat keterangan
atau pembedahan (jika ada): sebelumnya)
3. Edukasi mengenai hal-hal 1. Tidak merokok/minum alcohol/menggunakan obat
yang harus kumur mengandung alcohol setiap hari (penggunaan
dihindari/dihentikan terkait maksimal 14 hari berturut-turut),
penyakit. 2. Tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan tersebut.
4. Edukasi mengenai hal-hal 1. Menjaga oral hygiene yang baik: menyikat gigi,
yang harus dilakukan pasien lidah, dan gigi tiruan (jika menggunakan). Jika
untuk mencegah kekambuhan kesulitan dalam pemeliharaan OH dapat disarankan
penyakit, meningkatkan berkunjung ke drg untuk skeling rutin.
kualitas hidup pasien, atau 2. Menerapkan pola hidup yang sehat: buah dan sayur
mempertahankan kesehatan. 3-5 porsi sehari (ideal: 2 porsi buah + 3 porsi
sayuran/hari), minum air mineral minimal 2 L
sehari, istirahat/tidur minimal 6 jam sehari
(sesuaikan usia).
3. SAMURI (periksa mulut sendiri) secara teratur 1
bulan sekali.
5. Edukasi mengenai hasil Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu atau 1 bulan
perawatan berikutnya, namun umumnya kondisi ini tidak
mengalami perubahan.
6. Pemahaman Pasien: 1. Apakah saudara sudah paham dengan penjelasan
tersebut?
2. Apakah ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait hal-
hal yang sudah disampaikan tersebut?

Daftar Pustaka
1. Cicek, Y. (2003) The Normal and Pathological Pigmentation of Oral Mucous Membrane: A
Review. The Journal of Contemporary Dental Practice. 4 (3), 1–9.
2. Gondak, R. et al. (2012) Oral pigmented lesions : Clinicopathologic features and review of
the literature. Journal of Oral Medicine and Pathology. [Online] 17 (6), 6.
3. Karydis, A., Bland, P., and Shiloah, J. (2012) Management of Oral Melanin Pigmentation.
Journal of The Tennessee Dental Association. 92 (2), 10-15.
4. Kauzman, A. et al. (2004) Pigmented Lesions of the Oral Cavity : Review , Differential
Diagnosis, and Case Presentations. Journal of Canadian Dental Association. 70 (10), 682–
683g.
5. Ponnaiyan D, Jegadeesan V, Perumal G, and Anusha A. Correlating Skin Color with
Gingival Pigmentation Patterns in South Indians: A Cross Sectional Study. OHDM. 2014.
13(1), 132-136.

27 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
3. SMOKER’S MELANOSIS
Definisi
Smoker’s melanosis adalah pigmentasi fokal jinak pada mukosa oral akibat adanya kebiasaan
merokok. Individu dengan kulit gelap yang secara normal memiliki pigmentasi fisiologis
dapat mengalami peningkatan pigmentasi akibat kebiasaan merokok. Istilah smoker’s
melanosis dideskripsikan oleh Hedin et al., pada tahun 1977, untuk mengkarakterisasi
pigmentasi melanin terbatas jinak yang terjadi pada attached gingiva perokok tembakau.
Etiologi
Efek panas dari asap tembakau dan nikotin yang terdapat dalam sebatang rokok akan
menstimulasi secara langsung melanocytes memproduksi melanosomes, sehingga akan
menghasilkan peningkatan endapan pigmen melanin pada basal melanosis dengan berbagai
macam kadar melanin. Hal ini juga berhubungan dengan lama merokok dan jumlah rokok
yang dihisap.
Merokok juga dapat menyebabkan pengendapan berlebihan melanin di lapisan epitel oral
mukosa mulut. Polycyclic amina seperti nikotin dan benzopyren, hadir dalam tembakau,
dapat mengaktifkan melanosit untuk menghasilkan melanin, mungkin sebagai adaptasi
pelindung mukosa mulut terhadap agen tembakau. Smoker’s melanosis telah dilaporkan pada
22% perokok dan tergantung dosis. Wanita lebih terpengaruh dan presentasi karakteristik
adalah makula hitam-cokelat difus yang terutama melibatkan gingiva, diikuti oleh bukal
mukosa, bibir, dan langit-langit keras.
Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia yang terdiri dari komponen gas dan
komponen partikel. Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam
hidroksianat, nitrogen oksida dan formaldehyde sedangkan komponen partikel terdiri dari tar,
indol, nikotin, karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun dan mengiritasi sehingga dapat
menimbulkan kanker, sehingga edukasi mengenai bahaya kanker perlu juga disampaikan
pada pasien dengan smoker’s melanosis.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang terlihat pada smoker’s melanosis menunjukkan makula berbentuk
seperti pita berwarna coklat tua, berbatas jelas, dan bilateral, atau bentuk bercak coklat difus
yang ukurannya beberapa sentimeter dan biasanya terdapat pada gingiva cekat anterior
mandibula dan mukosa pipi diikuti dengan interdental papilla, margin gingiva, dan mukosa
alveolar. Lesi timbul secara persisten dan tidak mengubah struktur anatomi normal seperti
stippling gingiva. Warna pigmentasi bervariasi dari coklat muda hingga coklat tua.
Penegakan diagnosa untuk smoker’s melanosis dapat dilakukan melalui anamnesa secara
lengkap dan pemeriksaan klinis. Selain itu juga dapat dilakukan biopsi dan tes laboratorium
jika gambaran klinis atypical, namun seringkali tidak diperlukan.
Diagnosis banding
Pigmentasi fisiologis, Drug-induced pigmentation, Addison’s disease, Postinflamatory
(Inflamatory) Hyperpigmentation, Melasma, Makula melanotik oral, dan Melanoma
Malignan.

28 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
Perawatan
Pigmentasi ini tidak memerlukan terapi apapun. Jika pigmentasi mengganggu penampilan
dan estetika, maka terapi pembedahan seperti gingivektomi/depigmentasi gingiva dan
terapi laser dapat dilakukan. Hasil pembedahan dapat bersifat sementara karena pigmentasi
dapat muncul kembali.

Smoker’s Melanosis, gambaran klinis

Teknik Abrasi Gingiva dengan Bur Diamond (kuadran II) (Khatariya, 2011)

Sebelum Deepitelisasi Teknik Scalpel (A), Deepitelisasi Teknik Scalpel (B), Jaringan yang
diambil (C), setelah Deepitelisasi Teknik Scalpel (D) (Patil KP, et al, 2015)

Sebelum gingivektomi (A), gingivektomi (B), setelah gingivektomi kontrol 2 bulan (C)
(Bergamaschi,1993), kasus ini disertai frenectomy.

Jarum elektroda digunakan untuk memberikan insisi (A), bola elektroda dengan diameter
berbeda digunakan untuk koagulasi (B), fenestrasi antara gigi caninus dan daerah premolar
(C) 12 hari setelah dilakuka electrosurgery (D) (Patil KP, et al, 2015)

Gambar 3.12. Depigmentasi menggunakan teknik cryosurgery(A), bagian beku mencair


secara spontan dalam 1 menit (B), efek ghosting pada hari ke 2 (C), follow-up pasca operasi
4 minggu (D) (Patil KP, et al, 2015)

29 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
Gingiva dengan hiperpigmentasi melanin (A), Epitel gingiva yang diablasi dengan
teknik laser Nd/YAG (B), follow up 2 minggu setelah dilakukan teknik laser Nd/YAGs (C)
(Atsawasuwan, et.al, 2000)

Farmakologis : Tidak ada


Non Farmakologis :

Item Edukasi dan Informasi Rincian


1. Edukasi tentang penyakit 1. Diagnosis/nama kondisi: Smoker’s Melanosis, atau
yang diderita: gusi berwarna gelap akibat terpengaruh kebiasaan
merokok.
2. Etiologi dan faktor predisposisi: kebiasaan merokok
(panas dan material dalam rokok).
3. Prognosis: Baik, tidak berbahaya, tidak berpotensi
keganasan, tidak menular, namun kebiasaan
merokok berbahaya, sehingga dikhawatirkan
memicu kanker mulut atau kanker lainnya.
2. Edukasi tentang rencana Terapi farmakologi tidak ada, namun terapi pembedahan
pengobatan farmakologis diindikasikan jika mengganggu estetik (lihat keterangan
atau pembedahan (jika ada): sebelumnya)
3. Edukasi mengenai hal-hal 1. Menghentikan kebiasaan merokok
yang harus 2. Tidak minum alcohol/menggunakan obat kumur
dihindari/dihentikan terkait mengandung alcohol setiap hari (penggunaan
penyakit. maksimal 14 hari berturut-turut),
3. Tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan tersebut.
4. Edukasi mengenai hal-hal 1. Menjaga oral hygiene yang baik: menyikat gigi,
yang harus dilakukan pasien lidah, dan gigi tiruan (jika menggunakan). Jika
untuk mencegah kekambuhan kesulitan dalam pemeliharaan OH dapat disarankan
penyakit, meningkatkan berkunjung ke drg untuk skeling rutin.
kualitas hidup pasien, atau 2. Menerapkan pola hidup yang sehat: buah dan sayur
mempertahankan kesehatan. 3-5 porsi sehari (ideal: 2 porsi buah + 3 porsi
sayuran/hari), minum air mineral minimal 2 L
sehari, istirahat/tidur minimal 6 jam sehari
(sesuaikan usia).
3. SAMURI (periksa mulut sendiri) secara teratur 1
bulan sekali.
5. Edukasi mengenai hasil Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu atau 1 bulan
perawatan berikutnya, namun umumnya kondisi ini tidak
mengalami perubahan.
6. Pemahaman Pasien: 1. Apakah saudara sudah paham dengan penjelasan
tersebut?
2. Apakah ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait hal-
hal yang sudah disampaikan tersebut?

30 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
Daftar Pustaka Materi Pigmentasi:
1. Ghom, A. G. and S.A Ghom. 2014. Textbook of Oral Medicine 3rd Ed. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.Multani, S. (2013) ‘Interrelationship of
smoking, lip and gingival melanin pigmentation, and periodontal status.’, Addiction &
health, 5(1–2), pp. 57–65.
2. Kaur, H., S. Jain, G. Mahajan and D. Saxena. 2015. Oral pigmentation. International
Dental and Medical Journal of Advanced Research. 1, 1-7.
3. Kauzman, A., M. Pavone, N. Blanas, and G. Bradley. 2004. Pigmented lesions of the oral
cavity: review, differential diagnosis, and case presentations. Journal of the Canadian
Dental Association. 682-683.
4. Khatariya, R. et al. 2011. Split mouth de-epithelization techniques for gingival
depigmentation: A case series and review of literature. Journal of Indian Society of
Periodontology. 15(2): 161–168
5. Mokeem SA. 2006. Management of gingival hyperpigmentation by surgical abrasion-
Report of three cases. Saudi Dental Journal;18:162-66.
6. Mirbod SM, Ahing SI. 2000. Tobacco associated lesions of the oral cavity: part I.
nonmalignant lesions. J Can Dent Assoc;66(5):252-6.
7. Moneim, R. A., M. E. Deeb., A. A. Rabea. 2017. Gingival pigmentation (cause,
treatment, and histological preview). Future Dental Journal. 3 (2017) 1-7
8. Monteiro, L.S., Costa, J. A., Camara, M. I., et al. 2015. Case Report: Aesthetic
Depigmentation of Gingival Smoker’s Melanosis Using Carbon Dioxide Lasers. Case
Reports in Dentistry. Hindawi Publishing Corporation.
9. Patil R, Pereira R, Shetty V. Perio-Esthetic. 2002. Esthetic Dentistry An Artist’s Science.
Mumbai: PR Publication First Edition:163-81.
10. Rosebush, M. S., Briody, A. N., & Cordell, K. G. (2019). Black and Brown: Non-
neoplastic Pigmentation of the Oral Mucosa. Head and neck pathology, 13(1), 47–55.
https://doi.org/10.1007/s12105-018-0980-9
11. Sathvika Kanagaraj and Thenmozhi M. (2018). A short review on smoker’s melanosis,
Drug Intention Today, 10:12.
12. Tarakji, B., A. Umair, D. Prasad, and M. Alsakran. 2014. Diagnosis of oral
pigmentations and malignant transformations. Singapore Dental Journal. 35 (2014) 39-
46.
13. Valerie BY, Malone RE. 2006. Melanin and nico- tine: a review of the literature.
Nicotine Tob Res:8(4):487-98.
14. Verica Pavlic, Zlata Brkic, Sasa Marin, Smiljka Cicmil, Mirjana Gojkov-Vukelic &
Akira Aoki (2018) Gingival melanin depigmentation by Er:YAG laser: A literature
review, Journal of Cosmetic and Laser Therapy, 20:2, 85-90, DOI:
10.1080/14764172.2017.1376092
15. World Health Organization (WHO). 2014. Tobacco. Tersedia pada: http://who.int/
16. Yerger VB, Malone RE. 2006. Melanin and nicotine: A review of the literature. Nicotine
and tobacco research;8(4):487-98.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

31 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
Instruksi untuk mahasiswa (pada Skills Lab):

1. Asyncronize (pra-pertemuan tatap muka): dikerjakan sebelum pertemuan tatap muka.


Mahasiswa membuat tugas yang diberikan (terdapat di halaman 33,34,35) dan ditulis
dalam bentuk PPT (template terlampir). Perhatikan karakteristik klinis lesi variasi
normal atau pigmentasi tersebut, dapat menggunakan bantuan atlas berwarna oral
medicine atau sumber lain. Tugas dikumpulkan di Tugas #3 pada Live Unpad.
2. Syncronize/tatap muka:
2.1 Melakukan interpretasi dan identifikasi kasus variasi normal dan pigmentasi
mukosa rongga mulut: Dosen pelatih melakukan pembimbingan dan diskusi
interaktif dalam menginterpretasi sumber informasi tersebut dengan tujuan
mendapatkan identifikasi dari masalah-masalah sesuai kasus (20 menit).
2.2 Menentukan diagnosis dan diagnosis banding kasus: dosen pelatih memimpin
diskusi untuk menentukan diagnosis dan DD kasus (30 menit).
2.3 Mahasiswa melakukan simulasi OHI dan KIE sesuai kasus: mahasiswa
melakukan OHI dan KIE (role play) untuk selanjutnya diberikan feedback oleh
teman sekelompok (80 menit). Perhatikan prinsip KIE dan aplikasikan
menyesuaikan dengan karakteristik kasus.
2.4 Modelling: dosen memberikan contoh demonstrasi OHI dan atau KIE sesuai
kasus/salah satu contoh (10 menit).
2.5 Dosen pelatih menyampaikan feedback dan penugasan (10 menit).
3. Tugas pasca pertemuan tatap muka:
3.1 Perbaiki tugas PPT yang sudah direvisi sesuai masukan dan arahan saat diskusi
dengan dosen pembimbing, → tiap kelompok mengumpulkan 1 PPT yang berisi
pembahasan 3 kasus variasi normal dan pigmentasi mukosa rongga mulut.
3.2 Buatlah Petunjuk Praktis Edukasi pasien seperti contoh kasus-kasus pada
modul, yang meliputi: Definisi, Etiologi, Epidemiologi, Gambaran Histopatologi,
Gambaran Klinis, Diagnosis Banding, Perawatan Farmakologis, Perawatan Non
Farmakologis (Edukasi tentang penyakit yang diderita, Edukasi tentang rencana
pengobatan farmakologis atau pembedahan jika ada, Edukasi mengenai hal-hal
yang harus dihindari/dihentikan terkait penyakit, Edukasi mengenai hal-hal yang
harus dilakukan pasien untuk mencegah kekambuhan penyakit, meningkatkan
kualitas hidup pasien, atau mempertahankan Kesehatan, Edukasi mengenai hasil
perawatan, serta memastikan Pemahaman Pasien), dan Daftar Pustaka, untuk
kasus sebagai berikut:
a. Cheilitis exfoliative (karena kebiasaan buruk menjilat bibir), dikerjakan
oleh kelompok A1, A2, B1, B2, C1, dan C2.
b. Traumatic ulcer (karena tergigit), dikerjakan oleh kelompok A3, A4, B3, B4,
C3, dan C4.
Tugas pasca pertemuan online (3.1 dan 3.2) dikumpulkan di Tugas #4 pada Live Unpad.

32 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
TUGAS ASYNCRONIZE
DIKERJAKAN SEBELUM PERTEMUAN TATAP MUKA/MAYA

KASUS 1:

Vignette:
Seorang laki-laki usia 26 tahun datang dengan keluhan bibir tidak rata seperti bercak2
kuning. Gambaran pemeriksaan klinis seperti pada foto.

Soal (tatap muka/maya):


1. Lakukan anamnesa pada pasien standard/teman sekelompok (identifikasi kasus).
2. Verbalkan deskripsi klinis lesi sesuai kasus pada foto (identifikasi kasus).
3. Verbalkan diagnosa kerja/tentatif kasus dan diagnosis bandingnya.
4. Lakukan OHI dan KIE pada pasien standar/teman sekelompok.
5. Diskusikan atau analisis kasus tersebut, berikan feedback pada teman anda.

Skenario untuk pasien standar:


1. Nama : sesuai PS
2. Umur : 26 tahun
3. Alamat : sesuai PS
4. Pekerjaan : Karyawan Perusahaan IT
5. Riwayat penyakit sekarang : merasa aneh pada tampilan bibir atas terdapat bercak-
bercak kecil tidak rata, tidak terasa sakit, tidak tahu kapan pertama muncul, faktor
memperberat tidak ada, hanya sedikit malu, faktor memperingan tidak ada, tidak
disertai gejala lain-lain, belum ada pengobatan pada kondisi bibir yg dilakukan
pasien.
6. Riwayat dental: terakhir ke dokter gigi 3 tahun lalu, penambalan gigi.
7. Riwayat penyakit terdahulu: tidak ada.
8. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada, tidak memiliki riwayat penyakit
genetik/keturunan di keluarga.
9. Riwayat sosial: nutrisi lebih suka makanan instan, kebiasaan buruk lain-lain tidak ada.

Tugas asyncronize:
Buatlah dalam PPT (template terlampir),
1. Skenario tanya jawab sesuai kasus untuk kegiatan anamnesis dan OHI-KIE,
2. Identifikasi kasus: highlight/penekanan pada karakteristik penyakit berdasarkan
anamnesis, deskripsi lesi, dan data penunjang lainnya.
3. Buatlah mekanisme kasus (mind map), yang dapat menunjang penentuan diagnosis
dan DD/ serta therapeutic decision making.

33 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
KASUS 2:

Vignette:
Seorang laki-laki 55 tahun datang dg keluhan gusi warna gelap menghitam. Nilai OHIS
buruk, terdapat stain pada permukaan labial/buka/ dan lingual gigi. Riwayat merokok (+).

Soal (tatap muka/maya):


1. Verbalkan deskripsi klinis lesi sesuai kasus pada foto (identifikasi kasus).
2. Verbalkan diagnosa kerja/tentatif kasus dan diagnosis bandingnya.
3. Lakukan OHI dan KIE pada pasien standar/teman sekelompok.
4. Diskusikan atau analisis kasus tersebut, berikan feedback pada teman anda.

Skenario untuk pasien standar:


1. Nama : sesuai PS
2. Umur : 55 tahun
3. Alamat : sesuai PS
4. Pekerjaan : Jurnalis
5. Riwayat penyakit sekarang : gusi warna gelap menghitam sudah sejak lama, terasa
terasa mengganggu 1 bulan terakhir, tidak sakit namun mengganggu penampilan,
faktor memperberat disertai bau mulut, faktor memperingan tidak ada.
6. Riwayat dental: sudah lama tidak ke dokter gigi.
7. Riwayat penyakit terdahulu: tidak ada.
8. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada keluhan penyakit mulut yang sama, tidak
memiliki riwayat penyakit genetik/keturunan di keluarga.
9. Riwayat sosial: merokok sehari 20 batang, kurang suka minum air putih, kadang
konsumsi minuman beralkohol sebulan 1-2 kali.

Tugas asyncronize:
Buatlah dalam PPT (template terlampir),
1. Skenario tanya jawab sesuai kasus untuk kegiatan OHI-KIE,
2. Identifikasi kasus: highlight/penekanan pada karakteristik penyakit berdasarkan
anamnesis, deskripsi lesi, dan data penunjang lainnya.
3. Buatlah mekanisme kasus (mind map), yang dapat menunjang penentuan diagnosis
dan DD/ serta therapeutic decision making.

34 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d
KASUS 3:

Vignette:
Seorang anak perempuan usia 13 tahun datang bersama orang tuanya, dengan
keluhan/khawatir karena lidah terdapat celah, juga tidak bisa banyak bergerak, dan agak cadel
jika bicara. Gambaran pemeriksaan klinis seperti pada foto.

Soal (tatap muka/maya):


1. Verbalkan deskripsi klinis lesi sesuai kasus pada foto (identifikasi kasus).
2. Verbalkan diagnosa kerja/tentatif kasus dan diagnosis bandingnya.
3. Lakukan OHI dan KIE pada pasien standar/teman sekelompok.
4. Diskusikan atau analisis kasus tersebut, berikan feedback pada teman anda.

Skenario untuk pasien standar:


1. Nama : sesuai PS
2. Umur : 12 tahun
3. Alamat : sesuai PS
4. Pekerjaan : Pelajar SMP
5. Riwayat penyakit sekarang : merasa khawatir dan tidak nyaman karena lidah terdapat
celah, tidak sakit, serta cadel saat berbicara dan lidah susah bergerak leluasa. Tidak
disadari sejak kapan muncul pertama kali, faktor memperberat tidak ada, faktor
memperingan tidak ada, tidak disertai gejala lain-lain (selain gangguan fungsi), belum
ada pengobatan pada kondisi lidah tersebut yang dilakukan pasien.
6. Riwayat dental: terakhir ke dokter gigi 1 tahun lalu, pencabutan gigi sulung.
7. Riwayat penyakit terdahulu: tidak ada.
8. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada, tidak memiliki riwayat penyakit
genetik/keturunan di keluarga, namun sepupu dan ibu pasien mengalami hal yang
serupa (cadel).
9. Riwayat sosial: tidak ada kebiasaan buruk, namun suka makanan snack/chiki, dan
seringkali menyikat gigi kurang dari 2 kali sehari atau lupa sama sekali.

Tugas asyncronize:
Buatlah dalam PPT (template terlampir),
1. Skenario tanya jawab sesuai kasus untuk kegiatan OHI-KIE,
2. Identifikasi kasus: highlight/penekanan pada karakteristik penyakit berdasarkan
anamnesis, deskripsi lesi, dan data penunjang lainnya.
3. Buatlah mekanisme kasus (mind map), yang dapat menunjang penentuan diagnosis
dan DD/ serta therapeutic decision making.

35 | M o d u l V a r i a s i N o r m a l d a n P i g m e n t a s i ( K I E ) ~ I P M F K G U n p a d

Anda mungkin juga menyukai