Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN DISKUSI

TUTORIAL

BLOK 13 MODUL 1
“ORAL DIAGNOSIS DAN JENIS LESI RONGGA
MULUT”
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2020
LAPORAN DISKUSI TUTORIAL
BLOK 13 PENYAKIT RONGGA MULUT DAN FARMASI KEDOKTERAN GIGI
SKENARIO 1
OLEH
KELOMPOK 3

KETUA: Tri Aditya Septian ( 1811412006)


SEKRETARIS : Lutfia Khairani Zulfaneti (1811412018)
ANGGOTA : Yuliza Putri(1811412013)
Aidha Mestika Amril ( 1811413015 )
Hilda Zefni ( 1811412017 )
Adhifandro Satria Andrean ( 1811411010)
Utami Trifanta ( 1811411006 )
Resty Pratama Nurliyani ( 1811413020)
Atikah Fadhilah ( 1811411014)
Hafifah Hanum Suenda (1811413014 )
Shania Azzira ( 1811412010 )

TUTOR: drg.Asep Darya Darma Putra

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
MODUL 1
ORAL DIAGNOSIS DAN JENIS LESI RONGGA MULUT

Skenario 1 :
BUKAN SEKEDAR BERTANYA
Ibu Yati usia 37 tahun ditemani suaminya datang ke RSGM dengan keluhan ulkus
yang sangat sakit di mulut sehingga menyebabkannya susah makan dan berbicara. Setelah
mencatat identitas pasien, dokter memulai anamnesis dengan tipe pertanyaan terbuka
untuk mengetahui Chief Complaint maupun Present Illness dari keluhan pasien.
Mengingat kondisi pasien yang lemah dan susah bicara, maka dokter melakukan
anamnesis baik secara auto maupun allo anamnesis. Dokter mendengarkan dengan
seksama keluhan pasien. Untuk menggali data yang lebih lengkap yang diperlukan,
dokter melakukan anamnesis dengan berbagai tipe pertanyaan. Tipe pertanyaan
kontradiktif diajukan bila diperlukan. Pasien tampak sedikit kesal, karena merasa dokter
terlalu banyak bertanya, padahal mulutnya lagi sakit. Dokterpun memahami dan
menjelaskan bahwa berbagai pertanyaan yang diajukan sangat penting untuk keperluan
menegakkan working diagnosis dan mengetahui faktor etiologi ataupun faktor
predisposisi dan faktor resiko yang mencetuskan ataupun yang memperparah penyakit,
sehingga penatalaksanaan penyakitpun dapat dilakukan dengan tepat.
Selesai melakukan anamnesis, dokter melakukan pemeriksaan klinis, mulai dari
keadaan umum, vital signs, ekstra oral dan intra oral. Pada pemeriksaan intra oral,
ditemukan adanya lesi berupa ulserasi, erosi dan deskuamasi.
Dokter kemudian menganalisa data subjektif dan objektif yang diperoleh, lalu
menetapkan diagnosis banding dan diagnosis klinis. Dokter lalu merujuk pasien untuk
pemeriksaan serologi dan darah lengkap, kemudian melakukan KIE (komunikasi,
informasi, edukasi) pada pasien tentang penyakitnya, rencana perawatan yang akan
dilakukan dan prognosis penyakit pasien.
Bagaimana saudara menjelaskan kasus tersebut?
Langkah 1 : mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinikasi hal-
hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
1. Ulkus: kondisi luka pada permukaan mukosa mulut
2. Lesi : kerusakaan atau ke tidak normalan yang terjadi pada jaringan tubuh
3. Chief Complaint : keluhan utama pasien yang diamana apa yang dirasakan/ apa yang
membawa pasien ke drg contoh : rasa ngilu,rasa sakit
4. Present Ilnes : keadaan rasa sakit yang dirasakan saat itu juga berupa kronologis yang
dirasakan pasien mulai dari awal sampai datang ke drg dimana menjelaskan keluhaan
utama pasien, dan dokter biasa menanyakan secara detail kepada pasien
5. Alloanamnesis : wawancara medis yang dilakukan dokter kepada orang tua pasien atau
orang yang membawa pasien apabila dimana keadaan pasien yang tidak mungkin untuk
diwawancarai biasa yang dilakukan pada pasien anak-anak , pasien yang gangguan jiwa,
apasien tidak sadar
6. Diagnosis Banding : membandingkan diagnosa yang ditemukan dengan penyakit lain
yang memiliki kemiripan gejala
7. serologi : pengujian yang mengunakan serum sebagai sampel. pemeriksaan penunjang
diagnosis penyakit oral dan merupakan cabang imunologi yang menggunakan antigen
antibody dan juga merupakan pengecekan antibody dalam darah
8. Ulserasi : lesi yang berbentuk kawah, terbagi atas 3: Ulkus Traumatikus, Stomatitis,
Sindrom Behcet
9. Erosi : lesi yang berbentuk seperti ulser yang dangkal terjadinya karena kehilangan
epitelium
dan dapat pengikisan itu kadang berisi/ berupa serum
10. Deskuamasi: pengelupasan lapisan epitel
11. Autoanamnesis : wawancara medis yang dilakukan oleh dokter langsung kepada pasien
jika pasien mampu menjawab pertanyaan dokter
Langkah 2 : Menentukan masalah
1. Bagaimana prosedur diagnostic lesi pada RM ?
2. Apa saja jenis-jenis lesi di RM?
3. Kenapa dokter menggunakan pertanyaan terbuka dan pertanyaan kontradiktif kepada
pasien ?
4. Bagaimana pemeriksaan klinis terhadap lesi RM ?
5. Apa saja tahap anamnesis dalam mendiagnosa pasien ?
6. Apa saja contoh pemeriksaan penunjang untuk oral diagnosis selain skenario?
7. Apa saja bentuk periksaan subjektif dan objektif?
8. Pemeriksaanapa yang dilakukaan saat pemeriksaan intraoral?
9. Apasaja penyebab terjadinya lesi di RM ?
10. Apa saja yang perlu disampaikan kpd pasien yang berupa informasi, komuniksai dan
edukasi ?

Langkah 3 : Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior


knowledge:
1. Prosedur diagnostic lesi pada RM:
a. Anamnesis
- Identitas pasien
- Keluhan utama ( Chief Complete )
- Riwayat perjalanan penyakit (Present ilnes)
- Riwayat medis ( post medical history )
- Riwayat dental ( post dental history )
- Riwayat keluarga ( family history )
- Sosial history
b. Pemeriksaan klinis
c. Pemeriksaan penunjang
2. Jenis-jenis lesi di RM:
a. lesi primer: lesi pertama kali muncul , Terdiri dari makula, plak, papula, vesikula,
nodula b. lesi sekunder: lesi yg muncul setelah lesi primer, Terdiri dari erosi, ulserasi.
c. lesi berdasarkan warna : merah, putih dan berpigment
d. lesi proganas : sistemik dan obat-obatan
3. Dokter menggunakan pertanyaan terbuka dan pertanyaan kontradiktif kepada pasien adalah
untuk mengali informasi dan untuk menegakkan anamnesis. Dan untuk mengetahui atau
menggali apa yg dirasakan pasien, dan untuk meyakinkan apakah benar yang dirasakan
pasien.
Teknik pertanyaan terbuka dilakukan sehingga pasien lebih rileks dalam menyampaikan
keluhan dan tidak merasa tertekan.tetapi kurang efektif untuk pasien yang suka berbicara
diluar topik

4. Pemeriksaan klinis terhadap lesi RM :


a. Mengamati penampilan dan pemeriksaan kesehatan umum pasien, bagaimana keadaan
umum pasien : lemah, pucat, susah bicara dan lain-lain, pemeriksaan TB, BB dan vital sign.
b. Pemeriksaan intra oral : pemeriksaan mukosa rongga mulut dan gigi
c. Pemeriksaan ekstra oral : wajah, leher, mata, tmj, bibir, kelenjar limfa dan lain-lain.

5. Tahap anamnesis dalam mendiagnosa pasien :


- Mendekatkan diri kepada pasien
- Identitas pasien
- Mencari keluhan pasien (CC)
- Riwayat penjalan penyakit (Present ilnes)
- Riwayat medis
- Riwayat dental
- Riwayat keluarga

6. Contoh pemeriksaan penunjang untuk oral diagnosis selain skenario :


radiologi, sitology, serologi ,pemeriksaan darah , biopsy, dan pemeriksaan mikrobiologi
7. Bentuk periksaan subjektif dan objektif:
subjektif : anamnesis
objektif : vital sign, intraoral, ekstraoral
8. Pemeriksaan yang dilakukan saat pemeriksaan intraoral :
Pemeriksaan pada mukosa, lidah, dasar mulut, palatum mole, saliva , kelenjar saliva, dll
9. Apa saja penyebab terjadinya lesi di RM :
infeksi bakteri dan virus,kelainan sistemik,autoimun trauma seperti pemakaian gigi tiruan
yg tidak tepat,akibat sikat gigi,kebiasaan menggigit bagian dalam mulut. Terdapat
beberapa faktor, yaitu :
a. factor eksternal : infeksi virus, bakteri, dan kebisaana buruk seperti merokok
b. faktor internal : prosedur dental , dan pemukaan gigi yang kasar
c. faktoralinnya : penyakit sistemik, terapi radiasi dan trauma
10. Yang perlu disampaikan kpd pasien yang berupa informasi, komuniksai dan edukasiadalah:
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya sesuai yang diberi saran oleh tenaga medis, supaya
tidak timbul penyakitnya kembali.Penyakit apa yg diderita dan kemungkinan penyakit yang
dipecu, proses perawatan apa yang akan dilakukan , dan memberikan informasi efek samping
dari perawatan yang dilakukan dan memberikan waktu kepada pasien untuk memilih.
Menjelaskan obat, waktu penyembuhan dan biaya
Langkah 4 : Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen
permasalahandan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen
untuk membuat solusi secara terintegrasi

Keluhan ulkus sakit


Ibu yati 37 thn di mulut

Ke RSGM

Diagnostik lesi
RM

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


subjektif objektif penunjang

Anamnesis Pemeriksaan klinis

Lesi 1. Etiologi
2. Jenis-jenis
3. Klasifikasi

Prognosis

Rencana
perawatan
Langkah 5 : Memformulasikan tujuan pembelajaran
1. M4 pemeriksaan subjektif
2. M4 pemeriksaan objektif
3. M4 diagnosis, prognosis , rencana perawatan dan penatalaksanaan lesi RM
4. M4 pemeriksaan penunjang lesi RM
5. M4 etiologi beserta jenis-jenis lesi

Langkah 6 : Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain


1. Pemeriksaan subjektif :
A. Pengertian pemeriksaan subjektif
 Pemeriksaan yang dilakukan dengan tanya jawab berdasarkan keluhan pasien
menggunakan bahasa komunikasi yang sederhana dan mudah dimengerti.
A. Macam pemeriksaan subjektif
 Autoanamnesis adalah wawancara medis yang dilakukan secara langsung antara
dokter dan pasien itu sendiri,
 alloanamnesis dilakukan oleh dokter dengan keluarga pasien yang membawa pasien
tersebut ke dokter
B. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan subjektif
a. Identitas pasien
 diperlukan sebagai pasca tindakan dapat pula sebagai data mortem (dental forensic),
data identitas pasien meliputi :
1.      Nama lengkap panggilan 5. Status pernikahan
2.      Tempat dan tanggal lahir 6. pekerjaan
3.      Alamat tinggal 7. Pendidikan kewarganegaraan
4.      Golongan darah 8. No. Telfon pasien
b.      Keluhan utama (Chief Complaint CC)
=> Berkaitan dengan keluhan oleh pasien datang kedokter gigi keluhan utama pasien akan
berpengaruh terhadap pertimbangan dokter dalam menentukan tindakan yang akan
dilakuhkan kepada pasien. Contoh rasa sakit ataupun ngilu rasa tidak nyaman,
pembengkakan, perdarahan, halitosis, rasa malu karena penampilan.
c.       Present illness (Present Illness PI)
Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup, maka perlu dilakuhkan pengembangan
masalah yang ada dalam keluhan utama dan lain - lain. Mencari tahu kapan pasien merasakan
sakit/ rasa tidak nyaman sejak pertama kali terasa, apakah bersifat berselang atau terus
menerus, dilihat apakah terlalu pasien merasakan sakit, dilihat faktor pemicunya contoh
lokasi, faktor pemicu, karakter, keparahan, penyebaran.
d.      Riwayat medik (medikal history/ PMH)
Apakah pasien pernah rawat inap dirumah sakit karena dengan gejala umum demam,
penurunan berat badan serta gejala umum lainnya. Perawatan bedah, radiologi, alergi obat
dan makanan, anestesi, dan rawat inap dirumah sakit karena penyakit riwayat umum. Jika
pasien pernah rawat inap.
e.       Riwayat dental (Post Medical History PDH)
Apakah pasien pernah datang kedokter gigi karena akan mempengaruhi seseorang
dokter gigi dalam meninjau tindakan perawatan pada pasien yaitu pasien rutin kedokter gigi
apa tidak, sikap pasien datang kedokter gigi saat dilakuhkan perawatan, keluhan gigi pasien,
perawatan restorasi, dll. Jika pasien pernah datang kedokter gigi.
f.       Riwayat keluarga (Famili History FH)
Ini berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan riwayat penyakit
keluarga, seperti ayah ibu pernah rawat inap dirumah sakit, ayah ibu pernah berkunjung
kedokter gigi memeriksakan keluhan.
g.      Riwayat sosial (Sosial History SH)
Riwayat sosial yang dapat dipertimbangkan
1.      Apakah pasien masih memiliki keluarga
2.      Keadaan sosial ekonomi pasien
3.      Pasien pergi kekeluar negeri
4.      Riwayat seksual pasien
5.      Kebiasaan merokok, minum alkohol, pengguna obat-obatan
6.      Informasi tentang diet makan pasien
Pemeriksaan subjektif. Yang diperiksa antara lain:
-Penyakit sistemik, misalnya : hipertensi, diabetes mellitus
-Kebiasaan jelek, misalnya : mengunyah di satu sisi, bruxism, dll
-Apakah pernah memakai gigi tiruan, jika pernah bagaimana keluhan-keluhan gigi tiruan
yang lama
2. Pemeriksaan Objektif
Prinsip pemeriksaan objektif:
 gunakan sumber cahaya yang baik agar diperoleh pemeriksaan visual yang akurat
 gunakan pendekatan sistematis
 dokter gigi harus tahu struktur normal dari jaringan yang diperiksa
 data didapat dengan palpasi dan inspeksi
 pada struktur bilateral dibandingkan satu sisi dengan sisi lainnya
 gejala dicatat dengan hati –hati
Dokter gigi mempunyai kesempatan yang baik untuk mengamati pasien pada saat pencatatan
riwayat klinis. Pemeriksaan klinis dapat dibagi atas pemeriksaan kesehatan umum dan
pemeriksaan kesehatan rongga mulut dan sekitarnya (intra oral dan ekstra oral). Pemeriksaan
obyektif gigi dapat dilakuhkan dengan pemeriksaan beberapa cara antara lain sebagai berikut:
1.      Inspeksi                                               5. Tes mobilitas
2.      Sondasi                                                6. Tes suhu
3.      Perkusi                                                 7. Tes elektrik
4.      Palpasi                                                 8. transimulasi

1. Pemeriksaan kesehatan umum


Meliputi penampilan umum pasien, yaitu cara berjalan, adanya deformitas fisik, dsb.
Selain itu juga diperiksa tanda vital, meliputi temperatur, denyut nadi, pernafasan,
tekanan darah.
2. Pemeriksaan Kesehatan Rongga mulut dan sekitarnya
a. Pemeriksaan ekstraoral
Meliputi Simetri wajah, tekstur kulit, mata, pergerakan mata, hidung, TMJ, bibir, kelenjar
limfe dan kelenjar saliva.
b. Pemeriksaan intraoral
1) Pemeriksaan kondisi rongga mulut secara menyeluruh. Pemeriksaan ini meliputi:
mukosa labial, mukosa bukal, lidah, dasar mulut, gingiva, palatum, orofaring, saliva, serta
pemeriksaan gigi geligi. Dicatat semua kondisi ataupun lesi yang ditemukan, baik itu
berupa lesi patologis atau merupakan variasi-variasi yang masih ditetapkan sebagai
keadaan normal (variasi normal).
2) Pemeriksaan lesi Untuk dapat menegakkan diagnosis lesi rongga mulut dan
menentukan prognosisnya, maka harus dibuat deskripsi lesi secara rinci dan jelas,
meliputi :
• Jenis lesi : eritema, erosi, ulkus, papula, vesikel, bulla, plak, deskuamasi, dsb.
• Jumlah: singel, dua, tiga atau multipel
• Warna : putih, merah, kekuningan, kebiruan dll.
• Lokasi : tentukan dengan tepat, misal pada mukosa bukal regio gigi 37
• Bentuk : bulat, oval, linear, memanjang atau iregular
• Batas tepi : jelas/tidak, rata dengan sekitar, meninggi, menggulung, halo eritematus,
dll.
• Ukuran
• Konsistensi : lunak, keras, kenyal, kaku
• Tekstur permukaan: halus, seperti beludru, bergelombang, kasar dll.
• Indurasi
• Bertangkai, fluktuatif, movable (untuk lesi pembesaran jaringan)
3. Diagnosis, Prognosis , Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan Lesi RM
Diagnosis
Diagnosis adalah penetapan jenis penyakit tertentu berdasarkan analisis hasil anamnesa dan
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh dokter. Penetapan ini penting untuk menemukan
pengobatan atau tindakan yang akan dilakukan.
Diagnosis ditinjau dari segi prosesnya, yaitu :
1. Diagnosis awal atau diagnosis kerja, yaitu penetapan diagnosis awal yang belum diikuti
dengan pemeriksan yang lebih mendalam.
2. Diagnosis banding (deferensial diagnosis) adalah menentukan diagnosis suatu penyakit
dengan cara membandingkan dua atau lebih penyakit yang mempunyai beberapa tanda dan
gejala yang sama. Pada dasarnya kegiatan demikian telah dimulai sejakpermulaan anamnesis
dan akan dilaksanakan terus setama melakukan pemeriksaan fisik. Bahkan diagnosis
diferensial demikian akan memberikan arch untuk dilakukannya tes ataupemeriksaan khusus.
Secara konseptual dan prosedural diagnosis diferensial dilakukan melalui beberapatahapan
sebagai berikut:
Tahap 1: Klasifikasi abnormalitas
Tahap 2: Menentukan ciri-ciri klinis sekunder
Tahap 3: Membuat daftar berbagai kondisi penyebab manifestasi primer.
Tahap 4: Mengesampingkan beberapa kondisi yang tidak mungkin sebagaipenyebab
Tahap 5: Menyusun beberapa kemungkinan penyebab Tahap 6: Menentukan diagnosis kerja /
diagnosis difinitif 3.
3. Diagnosis akhir, yaitu diagnosis yang menjadi sebab mengapa pasien dirawat dan
didasarkan pada hasil-hasil pemeriksaan yang mendalam.
Diagnosis ditinjau dari segi keadaan penyakitnya, yaitu :
1. Diagnosis utama, yaitu penyakit utama yang diderita pasien setelah dilakukan
pemeriksaan mendalam.
2. Diagnosiskomplikasi,yaitupenyakitkomplikasikarenaberasaldaripenyakitutamanya.
3.Diagnosis Co-Morbid, yaitu diagnosis kedua, ketiga dan seterusnya merupakan penyakit
penyerta diagnosis utama yang bukan berasal dari penyakit utaman ya atau sudah ada
sebelum penyakit utama ditemukan

Prognosis
Prognosis yaitu ramalan medis dan hasil pemeriksaan dan diagnosis berdasarkan teori-teori
atau hasil penelitian pada peyakit yang bersangkutan. Prognosis adalah yang digunakan
dalam menyampaikan suatu tindakan untuk memprediksi perjalanan penyakit yang
didasarkan pada informasi diagnosis yang tersedia. istilah medis ini yang menunjukkan
prediksi dokter tentang bagaimana pasien akan berkembang, dan apakah ada kemungkinan
pemulihan.
Tujuan dari prognosis adalah untuk mengkomunikasikan prediksi dari kondisi pasien di masa
datang, dengan penyakit yang telah dideritanya.
Fungsi dari prognosis ini adalah menentukan rencana terapi
selanjutnya, sabagai bahan pertimbangan perawatan dan rehabilitasi Kategori prognosis :
1. Ad vitam (hidup)
2. Ad functionam (fungsi)
3. Ad sanationam (sembuh)
Golongan-golongan prognosis :
1. Sanam (sembuh)
2. Bonam (baik)
3. Malam (buruk/jelek)
4. Dubia (tidak tentu/ragu-ragu)
1. Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik)
2. Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung buruk/jelek)

Rencana perawatan
Rencana perawatan merupakan rumusan strategi untuk memberikan solusi atas berbagai
masalah kesehatan paseien. Rencana perawatan ini besifat individual, sistematis dan
fleksibel.
Rencana pengobatan/perawatan (mirip dengan ringkasan diagnostik) harus dimasukkan dalam
rekam medis pasien dan dijelaskan secara rinci kepada pasien. Ini mencakup prosedur,
kemungkinan penyembuhan (prognosis), komplikasi dan efek samping, serta waktu dan biaya
yang diperlukan. Seperti yang dirumuskan pada awalnya, rencana pengobatan biasanya
mencantumkan prosedur yang direkomendasikan untuk pengendalian penyakit saat ini serta
tindakan pencegahan yang dirancang untuk membatasi kekambuhan atau perkembangan
proses penyakit dari waktu ke waktu. Untuk alasan medikolegal, pengobatan yang paling
mungkin untuk memberantas penyakit dan mempertahankan fungsi sebanyak mungkin (yaitu,
pengobatan yang ideal) biasanya dimasukkan dalam bagan, bahkan jika dokter menyadari
bahwa kompromi mungkin diperlukan untuk mendapatkan persetujuan pasien. untuk
pengobatan. Juga tidak masuk akal bagi dokter untuk menilai keputusan pasien tentang
berapa banyak waktu, energi, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati penyakit
pasien atau seberapa banyak ketidaknyamanan dan rasa sakit yang bersedia ditoleransi oleh
pasien dalam mencapai kesembuhan. Keterlibatan pasien dalam memutuskan rencana
perawatan akhir sangat disarankan untuk mencapai hasil yang memuaskan. Pendekatan
semacam itu telah diumumkan oleh Institute of Medicine sebagai "perawatan yang berpusat
pada pasien" dan didefinisikan sebagai "Memberikan perawatan yang menghormati dan
responsif terhadap preferensi, kebutuhan, dan nilai pasien individu, dan memastikan bahwa
nilai-nilai pasien memandu semua keputusan klinis .
Langlah –langkah dalam menentukan Rencana Perawatan
1. Buatlah daftar masalah sesuai dengan kebutuhan prioritas atau keadaan darurat
2. Buat daftar berbagai kemungkinan solusi
3. Susun solusi berdasarkan skala prioritas mulai dari pengobatan simtomatik, pengen-dalian
penyakit hingga prosedur restorative (memulihkan kerusakan)
4. Pilih solusi terbaik dengan mempertimbangkan kondisi pasien.

Hal-hal yang harus tercakup dalam rencana perawatan meliputi:


1. Komunikasi, Informasi, edukasi (KIE) pada pasien dan keluarga tentang
 Penyakit yang diderita
 Kemungkinan penyebab /predisposisi /pemicu
 Upaya preventif untuk mengurangi keparahan dan rekurensi
 Prosedur perawatan yang akan dilakukan
 Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
 Prognosis
 Komplikasi/efek samping
 Waktu dan biaya
2. Memberitahu garis besar pengobatan secara umum (tindakan yang akan dilakukan)
3. Memberitahu perawatan tambahan yang harus dilakukan (jika ada)
4. Penulisan resep mengenai obat yang diberikan dan menjelaskan kepada pasien cara
dan waktu pemakaian obat
Penatalaksanaan Lesi Rongga Mulut
Prinsip penatalaksanaan lesi rongga mulut dapat dilakukan dengan
1.Preventive care
Yaitu dengan cara memberikan informasi dan edukasi kepada pasien terhadap pemeliharaan
kebersihan dan kesehatan rongga mulutnya .
2.Pendekatan Pengobatan dapat dilakukan dengan pendekatan farmakologi maupun non
farmakologi.
Pendekatan farmakologi berupa medikasi ataupun melalui pemberian obat.Berikut contoh
pada lesi Reccurent Aphthous Stomatitis(RAS),dimana penatalaksanaan lesi ini bertujuan
untuk mengurangi gejala yang muncul dan mengurangi rekurensinya.Farmakoterapi dasar
yang dilakukan pada lesi ini yaitu menggunakan antiseptik seperti klorheksidin dan topikal
anastesi seperti lidokain.Untuk mencegah terjadinya rekurensi ulkus dapat dilakukan dengan
pengaplikasian topikal kortikosteroid .Selain itu,beberapa medikasi yang biasa digunakan
untuk ulser yang rekuren yaitu colchicine,pentoxyfilline,azathioprine,thalidomide,dan
dapsone.Penggunaan obat kumur bertujuan untuk pemeliharaan kebersihan rongga mulut
sehingga diharapkan mampu mempercepat perbaikan sel dan penyembuhannya,meningkatkan
kenyamanan pasien,serta mencegah komplikasi seperti infeksi.
Untuk terapi non farmakologi dapat berupa edukasi kepada pasien terkait cara membersihkan
dan memelihara kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut.Selain itu terapi non farmakologi
dapat berupa pengelolaan stress dengan cara memberikan motivasi kepada pasien dan
memberikan sugesti kepada pasien sehingga pasien merasa tenang dan dapat beristirahat
dengan cukup dan proses penyembuhan pun juga akan lebih cepat terutama untuk lesi yang
disebabkan oleh gangguan imun dan stres serta meningkatkan kecukupan nutrisi pasien untuk
menunjang proses penyembuhan seperti pemberian makanan yang bergizi dan
bervitamin.Selain itu terapi non farmakologi juga dapat dilakukan dengan tindakan seperti
pengasahan gigi yang kasar maupun pencabutan sisa gigi yang tajam untuk mengatasi lesi
akibat trauma.
Tujuan dari perawatan ini yaitu
1.untuk menghilangkan penyebab dari penyakit tersebut,baik yang disebabkan oleh infeksi
virus maupun infeksi bakteri,serta penyebab yang non infeksius seperti trauma,kekurangan
nutrisi,hipersensitivitas,autoimune,dll.
2.Untuk meredakan gejala yang dirasakan dengan pemberian analgetic,anti –
inflammatory,dan antiseptic
3.Memberikan dukungan baik itu kepada pasien dengan memberikan motivasi untuk
mempercepat penyembuhannya maupun membantu menghilangkan faktor yang dapat
menghambat penyembuhan,contohnya yaitu dengan meningkatkan imunitas,meningkatkan
kesehatan jaringan di sekitar lesi
4.palliative, yaitu untuk meringankan kesakitan dan meningkatkan kualitas hidup
5.Profilaksis,dimana tindakan perawatan yang dilakukan bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi

4. Pemeriksaan Penunjang Lesi RM


Pemeriksaan penunjang pada penanganan kasus penyakit mulut antara lain pemeriksaan
patologi klinik, pemeriksaan patologi anatomi dan pemeriksaan mikrobiologi. Kasus
xerostomia dan burn mouth syndrome, diperlukan pemeriksaan unstimulated saliva flow rate
untuk mengetahui jumlah saliva. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu
menunjang diagnosis klinis yang ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat penyakit
penderita, dan kondisi klinis).
Penyakit mulut dapat terjadi pada setiap orang dengan berbagai macam latar belakang, usia &
jenis kelamin. Secara umum orang dewasa lebih sering mengalami penyakit mulut dari pada
anak-anak. Anak-anak sering mengalami penyakit mulut yang berkaitan dengan infeksi
odontogenik & infeksi virus akut. Orang dewasa mengalami penyakit mulut yang
penyebabnya lebih beragam. Kasus penyakit mulut pada orang dewasa sering ditemukan pada
pasien geriatri, pasien dengan kondisi medically compromised & penyakit
immunocompromised.
o Fungsi dan Tujuan
 Konfirmasi diagnosis /menegakkan diagnosis definitive
 Skrining adanya penyakit subklinis/ mendeteksi dini penyakit
 Mengetahui fakto rpenyebab / predisposisi
 Mengetahui komplikasi penyakit
 Petunjuk prognosis
 Petunjuk tata laksana
 Memantau efektivitas terapi dan efek samping
 Memberikan ketenangan pada pasien

Prinsip Penanganan Pasien Penyakit Mulut


1. Anamnesis
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama pasien
c. Riwayat perjalanan keluhan pasien
d. Riwayat kondisi medically compromissed pasien, serta pengobatan yang telah diterima
e. Riwayat perawatan gigi.
f. Riwayat hubungan sosial & riwayat kesehatan keluarga pasien.

2. Pemeriksaan klinis (kondisi umum, pemriksaan ekstra


oral, pemeriksaan intra oral)
3. Menentukan diagnosis klinis (sementara) & diganosis banding : berdasarkan kemiripan
gambaran klinis
4. Menentukan pemeriksaan penunjang yang tepat.
5. Review hasil pemeriksaan penunjang
6. Menentukan diagnosis tentative
7. Penatalakasanaan kasus & pengobatan.
Kasus Yang Memerlukan Pemeriksaan Penunjang
a. Non Lesi
- Burn Mouth Syndrome
- Dry Mouth
b. Lesi Menetap
c. Akut :
- Oral candidiasis
d. Kronis:
- Ulkus persisten
- Jaringan hiperplastik
- Lesi keratotik
e. Lesi Rekuren
- Recurrent Apthous Stomatitis (RAS)
- Reaksi Hypersensitivitas

A. Pemeriksaan Unstimultaed Saliva Flow Rate (USFR)


Pemeriksaan unstimlate saliva flow rate (USRF) dilakukan pada pasien yang
mengeluhkan dry mouth atau burn mouth syndrome. Dry mouth adalah keluhan pasien yang
merasa mulutnya kering. Dry mouth secara klinis terlihat ketika kaca mulut melekat (lengket)
pada mukosa bukal maupun labial, kondisi ini menandakan adanya hyposalivasi. Dry mouth
juga hanya dirasakan oleh pasien (simtomatis), tetapi secara klinis tidak terlihat. Pemeriksaan
USRF dilakukan untuk memastikan kondisi dry mouth yang sebenarnya. Dokter gigi bisa
melakukan pemeriksaan jumlah saliva secara mandiri dengan menggunakan menggunakan
gelas ukur yang ada ukuran mililternya. Pasien diminta berkumur kemudian selama 5 menit
pasien diminta meludah ke dalam tabung reaksi.
B. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Lesi berbentuk plak, nodula, ulser persisten, dan lesi pigmentasi yang menetap lebih dari
3 minggu dan dicurigai suatu keganasan, diperlukan pemeriksaan dengan metode invasive &
non invasive. Metode invasiv dilakukan pengambilan jaringan lunak sebagai sample dengan
metode biopsi dan scrapping, untuk dilakukakan pemeriksaan Histopatologi(HPA). Jaringan
yang diambil dimasukkan kedalam larutan fiksasi (Formalin atau Alkohol). Biopsi
merupakan Gold Standart (pemeriksaan baku) lesi yang dicurigai suatu keganasan. Metode
non invasive dilakukan dengan menggunakan pewarnaan methylene blue 1% atau toulidine
blue 1%.
Macam macam pemeriksaan Patalogi Anatomi:
1. Histopatologi : bagian jaringan yang di cat
2. Imunohistokimia : menggunakan antibody untuk mendeteksi keberadaan dan lokalisasi
protein spesifik
3. Hibridisasi in situ: untuk mengetahui molekul DNA & RNA spesifik
4. Sitopatologi : pemeriksaan sel sel lepas yang di cat
5. Mikroskopi electron: pemeriksaan jaringan dengan mikroskop electron, memungkinkan
visualisasi organel dalam sel

C. Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik


Pemeriksaan mikrobiologi dokter gigi dapat melakukan swab mukosa mulut secara
mandiri. Swab mukosa dimasukkan dalam media transrport {aiemes), kemudian dikirim ke
laboratorium mikrobiologi. Pasien dapat juga dirujuk langsung ke laboratorium mikrobiologi
disertai dengan surat rujukan. Berikut informasi yang dicantumkan di surat rujukan :
1. Pengambilan sampel : swab mukosa regio ………
2. Pewarnaan gram (untuk mengetahui jenis bakteri dan morfologi jamur)
3. Pewarnaan KOH (untuk mengetahui morfologi jamur)
4. Pemeriksaan identifikasi jamur (untuk mengetahui jenis jamur)
5. Uji sensitivitas antibiotik (untuk mengetahui antibiotik yang tepat pengobatan infeksi
bakteri).

D. Pemeriksaan Patologi Klinik


Pemeriksaan hematologi meliputi pemeriksaan darah rutin (hemogram) dan darah
lengkap. Pemeriksaan darah rutin terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit,
indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari
pemeriksaan darah rutin ditambah dengan susunan sel darah merah dan diferensial
leukosit. Susunan sel darah merah terdiri dari MCV, MCH, MCHC. Diferensial leukosit
terdiri dari neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit.
Nilai eritrositrata-rata:
- Mean corpuscular volume (MCV): indeks untuk menentukan ukuran sel-sel darah
merah
- Mean corpuscular haemoglobin (MCH): berat Hb rata-rata dalam sel darah merah -
kualifikasi warna
- Mean corpuscular haemoglobinconcentration (MCHC): konsentrasi hemoglobin
eritrosit rata-rata - Hb/HCT

Pada praktek dokter gigi dibutuhkan juga pemeriksaan kimia klinik darah untuk penyaringan
awal fungsi ginjal (BUN, & Creatinin), fungsi hepar (SGOT &SGPT), dan diabetes (Glukosa
Darah & HbA1c)
Pertimbangan pemeriksaan patologi klinik :
• Perubahan warna mukosa atau kulit : Pucat, Jaundice (kuning)
• Munculnya adanya multiple pteki dan/atau purpura
• Infeksi yang berulang dan kronis
• Recurrent Apthous Stomatitis
• Infeksi virus dan bakteri• Reaksi Hipersensitivitas
• Terlihat lelah dan letih
• Hepatomegally
• Splenomegaly
• Limfadenopati
• Perdarahan
• Demam

E.Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan dengan menggunakan teknologi pencitraan
untuk mendiagnosis dan mengobati suatu penyakit. Pemeriksaan radiologi berguna untuk
membantu dokter melihat kondisi bagian dalam tubuh.
Beberapa jenis pemeriksaan radiologi yang umum digunakan:
o Foto Rontgen.
o Fluoroskopi.
o USG.
o Computed Tomography / Computerized Axial Tomography (CT/CAT) Scan.
o Magnetic Resonance Imaging (MRI) Scan.
o Pemeriksaan Nuklir, seperti Positron Emission Tomography (PET) Scan.

F. Elektroensefalografi (EEG)
adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi gelombang otak atau aktivitas
listrik dalam otak yang tidak normal.
G. Elektrokardiografi (EKG)
adalah tes yang dilakukan dengan cara merekam aktivitas listrik jantung selama periodewaktu
tertentu untuk memeriksa sebaik apa fungsi jantung saat itu juga.

5. Etiologi Beserta Jenis-Jenis Lesi.


Etiologi :
 Trauma Lokal
 Infeksi
 Penyakit Sistemik 
 Penggunaan obatobatan
 Terapi radiasi
Faktor Penyebab Terjadinya Lesi
1. Faktor General antara lain :
- Hormonal maupun penyakit sistemik
- Stres
2. Faktor Lokal antara lain :
- Overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan)
- Luka pada bibir akibat tergigit/benturan
- Defisiensi (kekurangan) vitamin B12 dan zat besi
Infeksi virus dan bkteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya stomatitis ini. Ada
pula yang mengatakan bahwa stomatitis merupakan reakasi imunologik abnormal pada
rongga mulut. Sedangkan yang cukup sering terjadi pada kita, terutama warga kota
yang sibuk, adalah stres. Faktor psikologis ini (stres) telah diselidiki berhubungan
dengan timbulnya stomatitis.

Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya stomatitis(lesi) adalah
sebagai berikut :

1. Trauma
Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa trauma pada bagian dalam rongga
mulut dapat menyebabkan RAS. Dalam banyak kasus, trauma ini disebabkan masalah-
masalah yang sangat sederhana. Trauma merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan ulser teruatama pada pasien yang mempunyai kelainan tetapi kebanyakan
RAS mempunyai daya perlindungan yang rlatif dan mukosa mastikasi adalah salah satu
proteksi yang paling umum.

2. Defisiensi Hematologi
Pasien dengan RAS yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12, folat atau besi
mencapai 20%. Seperti frekuensi defisiensi pada pasien awalnya akan menjadi lebih
buruk pada pertengahan usia. Banyak pasien yang defisiensinya tersembunyi,
hemoglobin dengan batasan normal dan cirri utama adalah mikrositosis atau makrositosis
pada sel darah merah. Defisiensi hematologi juga dapat disebabkan oleh defisiensi
vitamin B12 atau folat.

3. Faktor Hormonal
Pada umumnya penyakit stomatitis banyak menyerang wanita, khususnya terjadi pada
fase stres dengan sirkulasi menstruasi. Dalam sebuah penlitian, ditemukan kadar
hormone progesterone yang lebih rendah dari normal pada penderita RAS. Sementara
kadar hormone Estradiol, LH, Prolaktin, FSH pada kedua group adalah normal. Pada
wawancara didapat adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami RAS pada
kelompok penderita dibandingkan bukan penderita RAS (5% versus 10%, p=0,002). Dari
penelitian tersebut dapat disimpukan bahwa penderita RAS pada umumnya mempunyai
kadar hormone progesterone yang lebih rendah dari normal dan ada salah satu
keluarganya yang menderita RAS.11

4. Stres
Faktor stres dapat memicu terjadinya stomatitis sebab stres dapat mengganggu proses
kerja dari tubuh sehingga mengganggu proses metabolism tubuh dan menyebabkan tubuh
rentan terhadap serangan penyakit, tidak hanya kejadian stomatitis bahkan gangguan-
gangguan lainnya dapat dapat dipicu oleh stres.11

Biasanya pasien mengalami ulser pada saat stres dan beberapa fakta menunjukkan hal
tersebut. Namun, stres sulit untuk diukur dan beberapa penelitian belum dapat
menemukan hubungan antara sters dengan munculnya ulser. Faktor psikologis (seperti
emosi dan stres) juga merupakan faktor penyebab terjadinya stomatitis.
5. Infeksi HIV
Stomatitis dapat digunakan sebagai tanda adanya infeksi HIV, dimana stomatitis
memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada keadaan defisiensi imun, seperti yang telah
dibahas sebelumnya. Namun infeksi akibat virus HIV biasanya menunjukkan tanda klinis
yang sangat jelas. Dimana jaringan sudah parah.

Infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan infeksi kronik,
yang memiliki 2 pola pada anak, yaitu :

- Pola pertama adalah yang didapati pada bayi dan anak-anak akibat penularan prenatal.
Pola kedua adalah pada remaja melalui perilaku risiko tinggi seperti orang dewasa

a. Lesi primer

1. Makula

- Bercak pada kulit/ mukosa


- Konsistensi padat
- Batas jelas/ tegas
- Bentuk & ukuran bervariasi, Datar (tak ada peninggian) hanya berupa perubahan
warna.
- Warna : Merah, coklat keputihan, merah kebiruan, biru kecoklatan.
Jika berasal dari vaskularisasi lesi berwarna merah kecoklatan, jika ditekan
berwarna pucat, contohnya adalah hiperemia.
Jika berasal daripigmendarah akanberwarna merahkebiruan, misalnya purpura
dan hematom.
Jika berasal dari pigmen bermelamin maka akan berwarna biru kecoklatan,
contohnya hiperpigmentasi.
2. Papula

- Lesi padat yang menonjol diatas permukaan kulit/mukosa dengan diameter <1 cm.
Contoh lesi: fordyce’s granules, nicotine stomatitis, Lichen planus (pada mukosa,
papula keputihan) 
- Bercak putih pada kulit/mukosa
- Berbatas jelas
- Ukuran: dari titik sampai < 1 cm
- Warna bervariasi: kemerahan, kekuningan, abu2 keputihan

3. Plak

- Lesi padat yang lebih tinggi dari jaringan sekitarnya dengan diameter lebih sama 1
cm
- Merupakan papula yang besar.
- Warna : putih keabuan
- Timbul bentuk yang melandai
- Permukaan halus, menonjol atau bentul fisura
- Contoh lesi: white sponge nevus, leukoplakia (Lesi pra-ganas, lesi ini bisa menjadi
ganas).

4. Nodula
- Pemadatan masa jaringan yang berisi jaringan ikat
- Konsistensi padat dan tebal
- Berbatas jelas
- Bentuk solid/ bulat/ elips
- Penonjolan sebesar 1cm atau lebih
- Dapat tumbuh dibawah kulit atau di atas permukaan kulit
- Dapat terjadi karena iritasi kronis
- Dapat hilang sendiri atau tidak, setelah iritasi kronis dihilangkan (misal eksisi)
- Contoh : fibroma iritasi

5. Vesikula

- Suatu benjolan kulit berisi cairan dan berbatas jelas


- Diameternya kurang dari 1cm
- Misalnya : stomatitis herpetika, varicella zoster, hand foot and mouth disease
(HFMD)
- Karena infeksi virus
- Jumlah bisa tunggal bisa multiple

6. Bulla

- Suatu benjolan kulit berisi cairan yang lebih besar dari 1 cm diameternya
- Dapat terbentuk karena adanya trauma mekanis atau gesekan
- Misalnya : Pemphigus Vulgaris, mucous membrane pemphigoid
- Bila pecah dapat menjadi ulser/ulkus yang sembuh dengan jaringan parut

7. Pustula

- Bentukan yang sama dengan vesikula/ bulla tetapi berisi eksudat purulen/ nanah/
pus
- Misalnya : Penyakit Impetigo, pada kulit berupa bisul-bisul kecil

8. Tumor

- Masa jaringan padat yang berdiameter lebih dari 1cm dan memiliki dimensi
kedalaman
- Dapat berwarna apapun
- Dapat berada di mukosa RM manapun
- Lesi bulat menimbul dan tumor menetap bertangkai/ ulseri ditengah
9. Masa jaringan
b. Lesi sekunder
1. Erosi
- Lesi berbentuk seperti ulser yang dangkal
- Bentuknya tidak teratur, kasar, cekung
- Terjadi karena hilangnya epitelium diatas lapisan basal
- Contoh lesi: erithema multiforme, erosive lichen planus

2. Ulser
- Lesi pada kulit atau mukosa yang menyerupai kawah/cekungan, disertai hilangnya
seluruh lapisan epitel sehingga menyebabkan terbukanya jaringan pendukung yang
mendasarinya
- Contoh lesi : aphthous ulcer, stomatitis aftosa rekuren (SAR), ulkus traumatikus

3. Purpura
- Lesi datar berwarna kemerahan sampai ungu
- Disebabkan karena masuknya darah dari pembuluh darah yang bocor kedalam
jaringan.
- Dikelompokkan berdasarkan ukuran:
 Ptekie: lesi purpura dengan diameter < 5 mm
 Ekimosis : lesi purpura dengan diameter 5mm

4. Fisure
- Celah linear pada kulit/mukosa, dapat menunjukkan kondisi penyakit (contoh:
cheilitis, angular cheilitis), atau merupakan variasi normal (contoh: fissure tongue)
- Dapat terjadi pada kulit kering dan inflamasi kronis

5. Sinus
- Suatu saluran yang memanjang dan rongga supuratif , kista atau abses
- Misalnya: Abses Periapikal

6. Krusta
- Dibentuk dari serum, nanah/ darah yang mengering pada kulit
- Warna krusta bermaca-macam seperti merah kehitaman (krusta darah), kuning
kehitaman (krusta nanah), berwarna madu (krusta serum)
7. Deskuamasi
- Pengelupasan lapisan epitel (stratum korneum)
- Bisa fisiologis, yaitu pengelupasan epitel sehingga mengalami regenerasi

c. Lesi berwarna
1. Lesi putih
 White sponge nevus ( familial white folded dysplasia )
Adalah kondisi yang diturunkan dan ditandai oleh munculnya plak berbentuk seperti
spons, berlipat, berwarna putih, dan tidak bergejala. Sering ditemukan pada usia tua
Lesi ini sering mempunyai pola gelombang simetris. Lokasi yang paling umum terlibat pada
white sponge nevus adalah mukosa bukal dikedua sisi, diikuti mukosa labial, liner alveolar,
dan dasar mulut. Dapat juga ditemukan pada seluruh mukosa mulut atau terdistribusi
unilateral sebagai bercak putih yang besa. Tepi gingiva dan dorsum lidah hamper tidak
pernah terkena. Ukuran lesi bervariasi. Secara mikroskopis, white sponge nevus menunjukan
parakeratosis yang menonjol, penebalan, dan hilangnya lapisan spinosium. Untuk lesi ini
tidak perlu dilakukan perawatan
 Lesi putih traumatik
Disebabkan oleh beberapa iritasi kimia dan fisik seperti trauma karena gesekan, panas
penggunaan aspirin secara topical, penggunaan larutan obat kumur secara berlebihan, cairan
kaustik dan bahkan pasta gigi. Trauma gesekan sering terlihat pada gingiva cekat. Trauma ini
disebabkan oleh penyikatan gigi yang terlalu kuat, gerakan protesa mulut, dan mengunyah
diatas linger yang tidak bergigi. Dengan berjalannya waktu, mukosa akan menebal dan

permukaan utih yang kasar akan berkembang sehingga tidak bisa dihapus. Tidak ada rasa
sakit. Pemeriksaan histologi menunjukkan adanya hyperkeratosis.

 Linea alba
Temuan intraoral yang umum terjadi , tampak berupa garisgelombang putih yang
menonjol dengan panjang bervariasi dan terletak mencolok pada garis oklusi dimukosa bukal.
Umumnya, garis putih yang tidak bergejala ini mempunyai lebar 1-2 mm dan meluas
horizontal dari molar kedua sampai region caninus mukosa bukal, berakhir pada kalikulus
angularis. Lesi paling sering ditemukan bilateral dan tidak bisa dihilangkan dengan digosok.
Lesi berkembang sebagai respon terhadap aktivitas gesekan gigi, yang mengakibatkan epitel
menjadi menebal. Kondisi ini sering dihubungkan dengan lidah krenasi dan dapat berupa
tanda dari tekanan, bruksisme, clenching, dan trauma menghisap. Keadaan ini tidak
memerlukan perawatan.
 Leukodemia
Adalah perubahan mukosa bukal yang berwarna abu-abu , putih susu dan opalesen.
Varian mukosa ini sering dihubungkan dengan individu berpigment gelap tetapi kadang-
kadang juga terlihat pada individu berpigment lebih pucat. Leukodemia biasanya pucat dan
bilateral. Pemeriksaan yang teliti dapat menunjukan adanya garis putih halus serta keriput.
Pada kasus yang lama, maka akan terlihat adanya lipatan jaringan yang saling menumpuk.
Diagnosis ini di tentukan denganjalan merengangan mukosa, yang menyebabkan warna putih
signifikan menghilang atau berkurang dalam beberapa kasus.

 Sromatitis nikotina
Adalah respon langsung dari mukosa mulut terhadap kebiasaan merokok
pipa atau cerutu yang berlangsung lama. Keparahannya berhubungan dengan intensitas
dan durasi paparan paparan asap. Biasanya ditemukan pada pria paruh baya dan lansia, di
region palatum yang tidak terlindung ( tidak tertutup oleh gigi tiruan atas ), yang
mengandung kelenjar saliva minor.
2. Lesi merah
a. Trombus
Adalah pembentukan bekuan darah pada pembuluh darah pada pembuluh darah.
Rangkaian kejadian yang mencangkup trauma, pengaktifan urutan pembekuan dan
pembentukan beku darah secara tipikal mengakibatkan berhentinya pendarahan. Thrombus
intraoral tampak berupa nodula yang menonjol, bundar, berwarna coklat – merah atau biru,
letaknya khas di mukosa labial. Trombus ini terasa kras diraba dan mungkin sedikit nyeri.
Trombus paling umum ditemukan pada individu diatas 30 tahun . trombus membesar secara
konsebtris, menyumbat seluruh lumen pembuluh atau matang dan mengalami klasifikasi
sehingga membentuk plebolit. Plebolit adalah temuan yang langka di RM, yang berkembang
di pipi, bibir, atau lidah. Radiograf menunjukkan bahwa plebolit adalah focus radiopak yang
bulat seperti donat , dengan bagian tengah radiolusen.

b. Vasikositas ( varix )
Adalah vena yang melebar yang sering terlihat pada orang yang sudah tua .
pembengkakan ini disebabkan oleh berkurangnya elastisitas dinding vascular sebagai akibat
dari dari penuaan atau penumbatan internal pada vena. Dasar mulut, bibir, dan komisura
labial adalah juga daerah lain dimana varix dapat ditemukan. Varix tampak berwarna merah
gelap sampai ungu – biru . biasanya tunggal, bundar, berbentuk kubah dan fluktuan
c. Hemagioma
Adalah tumor jinak pembuluh darah ( sel endotel ) yang mengalami proliferasi.
Lesi ini timbul diusia dini, lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan
berkembang pada jaringan lunak atau lokasi tulang intraoral. Hemagioma terbagi atas 2
bentuk yaitu kapiler ( terdiri atas pembuluh kecil yang halus ) dan hemagioma karvenosus
( terdiri atas ruang vascular yang berdinding tipis dan besar). Hemagioma lunak timbul
umumnya pada dorsum lidah, gingiva, dan mukosa bukal. Hemagioma superfisial bewarna
merah,biru, atau ungu ; datar atau sedikit menonjol ; permukaan halus , dan agak keras.
Hemangioma kongenital umumnya menonjol dan berkelok kelok. Operasi eksisi, kroterapo
dan terapi radiasi , semuanya digunakan untuk menghilangkan lesi yang besar dan
persistensi . diagnosis banding haru mempertimbangkan lesi ganas dan sarcoma kaposis,
tumor vakuler ganas lainnya yang berhubungan dengan penekanan system imun, penuan dan
infeksi human herpervirus -8

3. Lesi merah-putih
 Eritroleukoplakia dan Eritroplakia berbecak ( speckled leukoplakia )
Lesi merah dan putih yang pra ganas. Keduanya biasanya tidak bergejala.
Mempunyai predileksi pada pria dan sebagian besar terdeteksi pada pasien diatas 50 tahun.
Lesi dapat terjadi pada daerah intraoral tetapi sering kali ditemukan pada tepi lateral lidah,
mukosa bukal, dan palatum lunak. Lesi serig dihungkan sengan kebiasaan merokok yang
berat, alkoholisme, dan kebersihan mulut yang buruk.
Infeksi jamur biasa terjadi pada erittroplakia berbecak. Candida albicans, organisme yang
dominan. Jadi penatalaksanaan dari lesi ini harus melibatkan penganalisaan untuk candida.
 Kelitis angularis ( menjilat )
Erosi kronis yang sakit, di komisura labial yang disebabkan oleh C. albicans,
Staphylococcus aurens.kebiasaan menjilat bibir, dan pengumpulan saliv. Muncul disudut
bibir sebagai erosi berwarna merah dengan fisura sentral yang mengalami ulserasi. Rasa tidak
nyaman yang disebabkan oleh gerak mebuka mulut akan mambuat fungsi normal RM
menjadi terbatas. Perawatan mencangkup menghentikan kebiasaan buruk, perbaikan fakto
prediposis
Disebabkan oleh organisme candida yang menembus permukaan mukosa dan merangsang
respon hiperplastik. Iritasi kronis, kebersihan mulut yang buruk dan xerostomia adalah faktor
prediposisinya. Jadi, perokok dan pemakai gigi tiruan biasanya terkena. Lesi ini dengan tepi
yang menonjol, permukaan lembek yang berwarna putih atau keabuan dan zona merah yang
disebabkan oleh kerusakan mukosa. Lesi ini tidak bisa di kerok, jadi, diagnosisnya hus dibuat
dengan biopsy. Semua pasien dengan lesi ini harus dipantau dengan ketat karena bersifat pra
ganas atau lebih buruk dari itu.

4. Lesi berpigment
 Melanoplakia ( pigmentasi fisiologis )
Adalah pigmentasi gelap yang menyeluruh dan konstan pada mukosa mulut,
umumnya terlihat pada orang yang berkulit gelap. Kondisi ini bersifat fisiologis, bukan
patologis. Lesi berasal dari meningkatnya jumlah melanin (pigmen endogen )yang dideposit
pada bagian basal mukosa dan lamina propia. Lesi ini paling sering ditemukan pada gingiva
cekat. Lesi ini sering tampak berupa pita gelap yang lebar, dengan tepi berbatasan jelas
dnegan melengkung, yang memisahkan nya dari mukosa alveolar. Lesi bersifat simetris dan
tidak bergejala. Kadang-kadang, dapat berupa bercak atau asimetris. Derajat pigmentasi
bervarasi dari cokelat mua samppai coklat tua dan kadang-kadang nampak biru tua. Daerah
lain yang dapat kena adalah mukosa bukal , palatum keras, bibir dan lidah. Pada daerah-
daerah ini, deposisi pigmen sering bersifat multifocal dan luas.
 Ephelis (bintik- bintik )
Adalah makula kecil yang berwarna ciklat muda sampai coklat tua, yang muncul pada
bibir atau kulit setelah deposisi aktif melanin yang dipicu oleh paparan sinar matahari. Lesi
initidak menonjol, pada dasarnya tidak mengalami perubahan ukuran ( kurang dari 3 mm)
dengan berlalunya waktu, menjadi lebih gelap sebagai respons terhadap sinar matahari.
Ephelis dapat menimbulkan masalah kosmetik, tetapi sebagian besarhanya butuh pemantauan
klinis.

 Makula melanotik RM ( melanosisi fokal )


Adalah pigmen kecil, bundar, dan rata pada bibir atau mulut. Keadaan ini berasal dari
deposisi melanin yang bersifat local, di sepanjang lapisan batas epithelium dan lapisan
permukaan jaringan ikat ukurannya kurang dari 1 mm dan umumnya terdapat pada individu
berkulit putih dengan usia antara 25-45 tahun. Macula ini mewakili reaksi terhadap trauma,
peradangan, atau kerusakn karena sinar matahari. Daerag yang paling sering terkena adalah
bibir bawah, didekat garis tengah . daerah lainnya mencangkup gingiva, mukoa bukal, dan
palatum,. Warnanya biasanya seragam dan dapat biru, abu-abu, coklat, atau hitam. Biopsy
disarankan kecuali jika selama bertahun-tahun tidak terlihat perubahan. Pemantauan berkala
harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku atlas berwarna lesi mulut yang sering ditemukan edisi 4 ROBERT P.
LANGLAIS. CRAIG S. MILLER. JILL S. NIED- GEHRIG
2. Buku altas bantu kedokteran gigi penhyakit mulut C.Scully. R.A.Cawson
3. Jurnal.ugm.ac.id
4. glick, M 2015, Burkets Oral Medicine, Diagnosis & treatment edisi 12
5. caswson,RA & Odell, EW 2017, Essensial of Oral Pathology and Oral Medicine edisi
9
6. Venkataraman B, Lyengar AR, Ganapathy K, Mohan C, Nagesh K. Diagnostic Oral
Medicine. 1st ed. New Delhi: Wolters Kluwer Health (India) Pvt.Ltd; 2013.
7. Scully C, Bagan J V., Carrozzo M, Flaitz CM, Gondolfo S. Pocketbook of Oral
Disease. 1st ed. Toronto: Elsevier Ltd; 2013.
8. Brennan MT, Carpenter WM, Ciarrocca KN, P.Cox D, Rossi SS De, Desai B, et al.
The ADA Practical Guide to Patients with Medical Conditions. 2nd ed. Patton LL,
Glick M, editors. Huboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc; 2016.
9. https://www.researchgate.net/publication/340442852
10. http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-1-00139-SI%20Bab2002.pdf
11. Janti Sudiono, Pemeriksaan Patologi Untuk Diagnosis Neoplasma,EGC,2008
12. http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einsten/article/download/5313/8440
13. http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2016_1_76_Bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai