TUTORIAL
BLOK 13 MODUL 1
“ORAL DIAGNOSIS DAN JENIS LESI RONGGA
MULUT”
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2020
LAPORAN DISKUSI TUTORIAL
BLOK 13 PENYAKIT RONGGA MULUT DAN FARMASI KEDOKTERAN GIGI
SKENARIO 1
OLEH
KELOMPOK 3
Skenario 1 :
BUKAN SEKEDAR BERTANYA
Ibu Yati usia 37 tahun ditemani suaminya datang ke RSGM dengan keluhan ulkus
yang sangat sakit di mulut sehingga menyebabkannya susah makan dan berbicara. Setelah
mencatat identitas pasien, dokter memulai anamnesis dengan tipe pertanyaan terbuka
untuk mengetahui Chief Complaint maupun Present Illness dari keluhan pasien.
Mengingat kondisi pasien yang lemah dan susah bicara, maka dokter melakukan
anamnesis baik secara auto maupun allo anamnesis. Dokter mendengarkan dengan
seksama keluhan pasien. Untuk menggali data yang lebih lengkap yang diperlukan,
dokter melakukan anamnesis dengan berbagai tipe pertanyaan. Tipe pertanyaan
kontradiktif diajukan bila diperlukan. Pasien tampak sedikit kesal, karena merasa dokter
terlalu banyak bertanya, padahal mulutnya lagi sakit. Dokterpun memahami dan
menjelaskan bahwa berbagai pertanyaan yang diajukan sangat penting untuk keperluan
menegakkan working diagnosis dan mengetahui faktor etiologi ataupun faktor
predisposisi dan faktor resiko yang mencetuskan ataupun yang memperparah penyakit,
sehingga penatalaksanaan penyakitpun dapat dilakukan dengan tepat.
Selesai melakukan anamnesis, dokter melakukan pemeriksaan klinis, mulai dari
keadaan umum, vital signs, ekstra oral dan intra oral. Pada pemeriksaan intra oral,
ditemukan adanya lesi berupa ulserasi, erosi dan deskuamasi.
Dokter kemudian menganalisa data subjektif dan objektif yang diperoleh, lalu
menetapkan diagnosis banding dan diagnosis klinis. Dokter lalu merujuk pasien untuk
pemeriksaan serologi dan darah lengkap, kemudian melakukan KIE (komunikasi,
informasi, edukasi) pada pasien tentang penyakitnya, rencana perawatan yang akan
dilakukan dan prognosis penyakit pasien.
Bagaimana saudara menjelaskan kasus tersebut?
Langkah 1 : mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinikasi hal-
hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
1. Ulkus: kondisi luka pada permukaan mukosa mulut
2. Lesi : kerusakaan atau ke tidak normalan yang terjadi pada jaringan tubuh
3. Chief Complaint : keluhan utama pasien yang diamana apa yang dirasakan/ apa yang
membawa pasien ke drg contoh : rasa ngilu,rasa sakit
4. Present Ilnes : keadaan rasa sakit yang dirasakan saat itu juga berupa kronologis yang
dirasakan pasien mulai dari awal sampai datang ke drg dimana menjelaskan keluhaan
utama pasien, dan dokter biasa menanyakan secara detail kepada pasien
5. Alloanamnesis : wawancara medis yang dilakukan dokter kepada orang tua pasien atau
orang yang membawa pasien apabila dimana keadaan pasien yang tidak mungkin untuk
diwawancarai biasa yang dilakukan pada pasien anak-anak , pasien yang gangguan jiwa,
apasien tidak sadar
6. Diagnosis Banding : membandingkan diagnosa yang ditemukan dengan penyakit lain
yang memiliki kemiripan gejala
7. serologi : pengujian yang mengunakan serum sebagai sampel. pemeriksaan penunjang
diagnosis penyakit oral dan merupakan cabang imunologi yang menggunakan antigen
antibody dan juga merupakan pengecekan antibody dalam darah
8. Ulserasi : lesi yang berbentuk kawah, terbagi atas 3: Ulkus Traumatikus, Stomatitis,
Sindrom Behcet
9. Erosi : lesi yang berbentuk seperti ulser yang dangkal terjadinya karena kehilangan
epitelium
dan dapat pengikisan itu kadang berisi/ berupa serum
10. Deskuamasi: pengelupasan lapisan epitel
11. Autoanamnesis : wawancara medis yang dilakukan oleh dokter langsung kepada pasien
jika pasien mampu menjawab pertanyaan dokter
Langkah 2 : Menentukan masalah
1. Bagaimana prosedur diagnostic lesi pada RM ?
2. Apa saja jenis-jenis lesi di RM?
3. Kenapa dokter menggunakan pertanyaan terbuka dan pertanyaan kontradiktif kepada
pasien ?
4. Bagaimana pemeriksaan klinis terhadap lesi RM ?
5. Apa saja tahap anamnesis dalam mendiagnosa pasien ?
6. Apa saja contoh pemeriksaan penunjang untuk oral diagnosis selain skenario?
7. Apa saja bentuk periksaan subjektif dan objektif?
8. Pemeriksaanapa yang dilakukaan saat pemeriksaan intraoral?
9. Apasaja penyebab terjadinya lesi di RM ?
10. Apa saja yang perlu disampaikan kpd pasien yang berupa informasi, komuniksai dan
edukasi ?
Ke RSGM
Diagnostik lesi
RM
Lesi 1. Etiologi
2. Jenis-jenis
3. Klasifikasi
Prognosis
Rencana
perawatan
Langkah 5 : Memformulasikan tujuan pembelajaran
1. M4 pemeriksaan subjektif
2. M4 pemeriksaan objektif
3. M4 diagnosis, prognosis , rencana perawatan dan penatalaksanaan lesi RM
4. M4 pemeriksaan penunjang lesi RM
5. M4 etiologi beserta jenis-jenis lesi
Prognosis
Prognosis yaitu ramalan medis dan hasil pemeriksaan dan diagnosis berdasarkan teori-teori
atau hasil penelitian pada peyakit yang bersangkutan. Prognosis adalah yang digunakan
dalam menyampaikan suatu tindakan untuk memprediksi perjalanan penyakit yang
didasarkan pada informasi diagnosis yang tersedia. istilah medis ini yang menunjukkan
prediksi dokter tentang bagaimana pasien akan berkembang, dan apakah ada kemungkinan
pemulihan.
Tujuan dari prognosis adalah untuk mengkomunikasikan prediksi dari kondisi pasien di masa
datang, dengan penyakit yang telah dideritanya.
Fungsi dari prognosis ini adalah menentukan rencana terapi
selanjutnya, sabagai bahan pertimbangan perawatan dan rehabilitasi Kategori prognosis :
1. Ad vitam (hidup)
2. Ad functionam (fungsi)
3. Ad sanationam (sembuh)
Golongan-golongan prognosis :
1. Sanam (sembuh)
2. Bonam (baik)
3. Malam (buruk/jelek)
4. Dubia (tidak tentu/ragu-ragu)
1. Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik)
2. Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung buruk/jelek)
Rencana perawatan
Rencana perawatan merupakan rumusan strategi untuk memberikan solusi atas berbagai
masalah kesehatan paseien. Rencana perawatan ini besifat individual, sistematis dan
fleksibel.
Rencana pengobatan/perawatan (mirip dengan ringkasan diagnostik) harus dimasukkan dalam
rekam medis pasien dan dijelaskan secara rinci kepada pasien. Ini mencakup prosedur,
kemungkinan penyembuhan (prognosis), komplikasi dan efek samping, serta waktu dan biaya
yang diperlukan. Seperti yang dirumuskan pada awalnya, rencana pengobatan biasanya
mencantumkan prosedur yang direkomendasikan untuk pengendalian penyakit saat ini serta
tindakan pencegahan yang dirancang untuk membatasi kekambuhan atau perkembangan
proses penyakit dari waktu ke waktu. Untuk alasan medikolegal, pengobatan yang paling
mungkin untuk memberantas penyakit dan mempertahankan fungsi sebanyak mungkin (yaitu,
pengobatan yang ideal) biasanya dimasukkan dalam bagan, bahkan jika dokter menyadari
bahwa kompromi mungkin diperlukan untuk mendapatkan persetujuan pasien. untuk
pengobatan. Juga tidak masuk akal bagi dokter untuk menilai keputusan pasien tentang
berapa banyak waktu, energi, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati penyakit
pasien atau seberapa banyak ketidaknyamanan dan rasa sakit yang bersedia ditoleransi oleh
pasien dalam mencapai kesembuhan. Keterlibatan pasien dalam memutuskan rencana
perawatan akhir sangat disarankan untuk mencapai hasil yang memuaskan. Pendekatan
semacam itu telah diumumkan oleh Institute of Medicine sebagai "perawatan yang berpusat
pada pasien" dan didefinisikan sebagai "Memberikan perawatan yang menghormati dan
responsif terhadap preferensi, kebutuhan, dan nilai pasien individu, dan memastikan bahwa
nilai-nilai pasien memandu semua keputusan klinis .
Langlah –langkah dalam menentukan Rencana Perawatan
1. Buatlah daftar masalah sesuai dengan kebutuhan prioritas atau keadaan darurat
2. Buat daftar berbagai kemungkinan solusi
3. Susun solusi berdasarkan skala prioritas mulai dari pengobatan simtomatik, pengen-dalian
penyakit hingga prosedur restorative (memulihkan kerusakan)
4. Pilih solusi terbaik dengan mempertimbangkan kondisi pasien.
Pada praktek dokter gigi dibutuhkan juga pemeriksaan kimia klinik darah untuk penyaringan
awal fungsi ginjal (BUN, & Creatinin), fungsi hepar (SGOT &SGPT), dan diabetes (Glukosa
Darah & HbA1c)
Pertimbangan pemeriksaan patologi klinik :
• Perubahan warna mukosa atau kulit : Pucat, Jaundice (kuning)
• Munculnya adanya multiple pteki dan/atau purpura
• Infeksi yang berulang dan kronis
• Recurrent Apthous Stomatitis
• Infeksi virus dan bakteri• Reaksi Hipersensitivitas
• Terlihat lelah dan letih
• Hepatomegally
• Splenomegaly
• Limfadenopati
• Perdarahan
• Demam
E.Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan dengan menggunakan teknologi pencitraan
untuk mendiagnosis dan mengobati suatu penyakit. Pemeriksaan radiologi berguna untuk
membantu dokter melihat kondisi bagian dalam tubuh.
Beberapa jenis pemeriksaan radiologi yang umum digunakan:
o Foto Rontgen.
o Fluoroskopi.
o USG.
o Computed Tomography / Computerized Axial Tomography (CT/CAT) Scan.
o Magnetic Resonance Imaging (MRI) Scan.
o Pemeriksaan Nuklir, seperti Positron Emission Tomography (PET) Scan.
F. Elektroensefalografi (EEG)
adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi gelombang otak atau aktivitas
listrik dalam otak yang tidak normal.
G. Elektrokardiografi (EKG)
adalah tes yang dilakukan dengan cara merekam aktivitas listrik jantung selama periodewaktu
tertentu untuk memeriksa sebaik apa fungsi jantung saat itu juga.
Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya stomatitis(lesi) adalah
sebagai berikut :
1. Trauma
Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa trauma pada bagian dalam rongga
mulut dapat menyebabkan RAS. Dalam banyak kasus, trauma ini disebabkan masalah-
masalah yang sangat sederhana. Trauma merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan ulser teruatama pada pasien yang mempunyai kelainan tetapi kebanyakan
RAS mempunyai daya perlindungan yang rlatif dan mukosa mastikasi adalah salah satu
proteksi yang paling umum.
2. Defisiensi Hematologi
Pasien dengan RAS yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12, folat atau besi
mencapai 20%. Seperti frekuensi defisiensi pada pasien awalnya akan menjadi lebih
buruk pada pertengahan usia. Banyak pasien yang defisiensinya tersembunyi,
hemoglobin dengan batasan normal dan cirri utama adalah mikrositosis atau makrositosis
pada sel darah merah. Defisiensi hematologi juga dapat disebabkan oleh defisiensi
vitamin B12 atau folat.
3. Faktor Hormonal
Pada umumnya penyakit stomatitis banyak menyerang wanita, khususnya terjadi pada
fase stres dengan sirkulasi menstruasi. Dalam sebuah penlitian, ditemukan kadar
hormone progesterone yang lebih rendah dari normal pada penderita RAS. Sementara
kadar hormone Estradiol, LH, Prolaktin, FSH pada kedua group adalah normal. Pada
wawancara didapat adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami RAS pada
kelompok penderita dibandingkan bukan penderita RAS (5% versus 10%, p=0,002). Dari
penelitian tersebut dapat disimpukan bahwa penderita RAS pada umumnya mempunyai
kadar hormone progesterone yang lebih rendah dari normal dan ada salah satu
keluarganya yang menderita RAS.11
4. Stres
Faktor stres dapat memicu terjadinya stomatitis sebab stres dapat mengganggu proses
kerja dari tubuh sehingga mengganggu proses metabolism tubuh dan menyebabkan tubuh
rentan terhadap serangan penyakit, tidak hanya kejadian stomatitis bahkan gangguan-
gangguan lainnya dapat dapat dipicu oleh stres.11
Biasanya pasien mengalami ulser pada saat stres dan beberapa fakta menunjukkan hal
tersebut. Namun, stres sulit untuk diukur dan beberapa penelitian belum dapat
menemukan hubungan antara sters dengan munculnya ulser. Faktor psikologis (seperti
emosi dan stres) juga merupakan faktor penyebab terjadinya stomatitis.
5. Infeksi HIV
Stomatitis dapat digunakan sebagai tanda adanya infeksi HIV, dimana stomatitis
memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada keadaan defisiensi imun, seperti yang telah
dibahas sebelumnya. Namun infeksi akibat virus HIV biasanya menunjukkan tanda klinis
yang sangat jelas. Dimana jaringan sudah parah.
Infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan infeksi kronik,
yang memiliki 2 pola pada anak, yaitu :
- Pola pertama adalah yang didapati pada bayi dan anak-anak akibat penularan prenatal.
Pola kedua adalah pada remaja melalui perilaku risiko tinggi seperti orang dewasa
a. Lesi primer
1. Makula
- Lesi padat yang menonjol diatas permukaan kulit/mukosa dengan diameter <1 cm.
Contoh lesi: fordyce’s granules, nicotine stomatitis, Lichen planus (pada mukosa,
papula keputihan)
- Bercak putih pada kulit/mukosa
- Berbatas jelas
- Ukuran: dari titik sampai < 1 cm
- Warna bervariasi: kemerahan, kekuningan, abu2 keputihan
3. Plak
- Lesi padat yang lebih tinggi dari jaringan sekitarnya dengan diameter lebih sama 1
cm
- Merupakan papula yang besar.
- Warna : putih keabuan
- Timbul bentuk yang melandai
- Permukaan halus, menonjol atau bentul fisura
- Contoh lesi: white sponge nevus, leukoplakia (Lesi pra-ganas, lesi ini bisa menjadi
ganas).
4. Nodula
- Pemadatan masa jaringan yang berisi jaringan ikat
- Konsistensi padat dan tebal
- Berbatas jelas
- Bentuk solid/ bulat/ elips
- Penonjolan sebesar 1cm atau lebih
- Dapat tumbuh dibawah kulit atau di atas permukaan kulit
- Dapat terjadi karena iritasi kronis
- Dapat hilang sendiri atau tidak, setelah iritasi kronis dihilangkan (misal eksisi)
- Contoh : fibroma iritasi
5. Vesikula
6. Bulla
- Suatu benjolan kulit berisi cairan yang lebih besar dari 1 cm diameternya
- Dapat terbentuk karena adanya trauma mekanis atau gesekan
- Misalnya : Pemphigus Vulgaris, mucous membrane pemphigoid
- Bila pecah dapat menjadi ulser/ulkus yang sembuh dengan jaringan parut
7. Pustula
- Bentukan yang sama dengan vesikula/ bulla tetapi berisi eksudat purulen/ nanah/
pus
- Misalnya : Penyakit Impetigo, pada kulit berupa bisul-bisul kecil
8. Tumor
- Masa jaringan padat yang berdiameter lebih dari 1cm dan memiliki dimensi
kedalaman
- Dapat berwarna apapun
- Dapat berada di mukosa RM manapun
- Lesi bulat menimbul dan tumor menetap bertangkai/ ulseri ditengah
9. Masa jaringan
b. Lesi sekunder
1. Erosi
- Lesi berbentuk seperti ulser yang dangkal
- Bentuknya tidak teratur, kasar, cekung
- Terjadi karena hilangnya epitelium diatas lapisan basal
- Contoh lesi: erithema multiforme, erosive lichen planus
2. Ulser
- Lesi pada kulit atau mukosa yang menyerupai kawah/cekungan, disertai hilangnya
seluruh lapisan epitel sehingga menyebabkan terbukanya jaringan pendukung yang
mendasarinya
- Contoh lesi : aphthous ulcer, stomatitis aftosa rekuren (SAR), ulkus traumatikus
3. Purpura
- Lesi datar berwarna kemerahan sampai ungu
- Disebabkan karena masuknya darah dari pembuluh darah yang bocor kedalam
jaringan.
- Dikelompokkan berdasarkan ukuran:
Ptekie: lesi purpura dengan diameter < 5 mm
Ekimosis : lesi purpura dengan diameter 5mm
4. Fisure
- Celah linear pada kulit/mukosa, dapat menunjukkan kondisi penyakit (contoh:
cheilitis, angular cheilitis), atau merupakan variasi normal (contoh: fissure tongue)
- Dapat terjadi pada kulit kering dan inflamasi kronis
5. Sinus
- Suatu saluran yang memanjang dan rongga supuratif , kista atau abses
- Misalnya: Abses Periapikal
6. Krusta
- Dibentuk dari serum, nanah/ darah yang mengering pada kulit
- Warna krusta bermaca-macam seperti merah kehitaman (krusta darah), kuning
kehitaman (krusta nanah), berwarna madu (krusta serum)
7. Deskuamasi
- Pengelupasan lapisan epitel (stratum korneum)
- Bisa fisiologis, yaitu pengelupasan epitel sehingga mengalami regenerasi
c. Lesi berwarna
1. Lesi putih
White sponge nevus ( familial white folded dysplasia )
Adalah kondisi yang diturunkan dan ditandai oleh munculnya plak berbentuk seperti
spons, berlipat, berwarna putih, dan tidak bergejala. Sering ditemukan pada usia tua
Lesi ini sering mempunyai pola gelombang simetris. Lokasi yang paling umum terlibat pada
white sponge nevus adalah mukosa bukal dikedua sisi, diikuti mukosa labial, liner alveolar,
dan dasar mulut. Dapat juga ditemukan pada seluruh mukosa mulut atau terdistribusi
unilateral sebagai bercak putih yang besa. Tepi gingiva dan dorsum lidah hamper tidak
pernah terkena. Ukuran lesi bervariasi. Secara mikroskopis, white sponge nevus menunjukan
parakeratosis yang menonjol, penebalan, dan hilangnya lapisan spinosium. Untuk lesi ini
tidak perlu dilakukan perawatan
Lesi putih traumatik
Disebabkan oleh beberapa iritasi kimia dan fisik seperti trauma karena gesekan, panas
penggunaan aspirin secara topical, penggunaan larutan obat kumur secara berlebihan, cairan
kaustik dan bahkan pasta gigi. Trauma gesekan sering terlihat pada gingiva cekat. Trauma ini
disebabkan oleh penyikatan gigi yang terlalu kuat, gerakan protesa mulut, dan mengunyah
diatas linger yang tidak bergigi. Dengan berjalannya waktu, mukosa akan menebal dan
permukaan utih yang kasar akan berkembang sehingga tidak bisa dihapus. Tidak ada rasa
sakit. Pemeriksaan histologi menunjukkan adanya hyperkeratosis.
Linea alba
Temuan intraoral yang umum terjadi , tampak berupa garisgelombang putih yang
menonjol dengan panjang bervariasi dan terletak mencolok pada garis oklusi dimukosa bukal.
Umumnya, garis putih yang tidak bergejala ini mempunyai lebar 1-2 mm dan meluas
horizontal dari molar kedua sampai region caninus mukosa bukal, berakhir pada kalikulus
angularis. Lesi paling sering ditemukan bilateral dan tidak bisa dihilangkan dengan digosok.
Lesi berkembang sebagai respon terhadap aktivitas gesekan gigi, yang mengakibatkan epitel
menjadi menebal. Kondisi ini sering dihubungkan dengan lidah krenasi dan dapat berupa
tanda dari tekanan, bruksisme, clenching, dan trauma menghisap. Keadaan ini tidak
memerlukan perawatan.
Leukodemia
Adalah perubahan mukosa bukal yang berwarna abu-abu , putih susu dan opalesen.
Varian mukosa ini sering dihubungkan dengan individu berpigment gelap tetapi kadang-
kadang juga terlihat pada individu berpigment lebih pucat. Leukodemia biasanya pucat dan
bilateral. Pemeriksaan yang teliti dapat menunjukan adanya garis putih halus serta keriput.
Pada kasus yang lama, maka akan terlihat adanya lipatan jaringan yang saling menumpuk.
Diagnosis ini di tentukan denganjalan merengangan mukosa, yang menyebabkan warna putih
signifikan menghilang atau berkurang dalam beberapa kasus.
Sromatitis nikotina
Adalah respon langsung dari mukosa mulut terhadap kebiasaan merokok
pipa atau cerutu yang berlangsung lama. Keparahannya berhubungan dengan intensitas
dan durasi paparan paparan asap. Biasanya ditemukan pada pria paruh baya dan lansia, di
region palatum yang tidak terlindung ( tidak tertutup oleh gigi tiruan atas ), yang
mengandung kelenjar saliva minor.
2. Lesi merah
a. Trombus
Adalah pembentukan bekuan darah pada pembuluh darah pada pembuluh darah.
Rangkaian kejadian yang mencangkup trauma, pengaktifan urutan pembekuan dan
pembentukan beku darah secara tipikal mengakibatkan berhentinya pendarahan. Thrombus
intraoral tampak berupa nodula yang menonjol, bundar, berwarna coklat – merah atau biru,
letaknya khas di mukosa labial. Trombus ini terasa kras diraba dan mungkin sedikit nyeri.
Trombus paling umum ditemukan pada individu diatas 30 tahun . trombus membesar secara
konsebtris, menyumbat seluruh lumen pembuluh atau matang dan mengalami klasifikasi
sehingga membentuk plebolit. Plebolit adalah temuan yang langka di RM, yang berkembang
di pipi, bibir, atau lidah. Radiograf menunjukkan bahwa plebolit adalah focus radiopak yang
bulat seperti donat , dengan bagian tengah radiolusen.
b. Vasikositas ( varix )
Adalah vena yang melebar yang sering terlihat pada orang yang sudah tua .
pembengkakan ini disebabkan oleh berkurangnya elastisitas dinding vascular sebagai akibat
dari dari penuaan atau penumbatan internal pada vena. Dasar mulut, bibir, dan komisura
labial adalah juga daerah lain dimana varix dapat ditemukan. Varix tampak berwarna merah
gelap sampai ungu – biru . biasanya tunggal, bundar, berbentuk kubah dan fluktuan
c. Hemagioma
Adalah tumor jinak pembuluh darah ( sel endotel ) yang mengalami proliferasi.
Lesi ini timbul diusia dini, lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan
berkembang pada jaringan lunak atau lokasi tulang intraoral. Hemagioma terbagi atas 2
bentuk yaitu kapiler ( terdiri atas pembuluh kecil yang halus ) dan hemagioma karvenosus
( terdiri atas ruang vascular yang berdinding tipis dan besar). Hemagioma lunak timbul
umumnya pada dorsum lidah, gingiva, dan mukosa bukal. Hemagioma superfisial bewarna
merah,biru, atau ungu ; datar atau sedikit menonjol ; permukaan halus , dan agak keras.
Hemangioma kongenital umumnya menonjol dan berkelok kelok. Operasi eksisi, kroterapo
dan terapi radiasi , semuanya digunakan untuk menghilangkan lesi yang besar dan
persistensi . diagnosis banding haru mempertimbangkan lesi ganas dan sarcoma kaposis,
tumor vakuler ganas lainnya yang berhubungan dengan penekanan system imun, penuan dan
infeksi human herpervirus -8
3. Lesi merah-putih
Eritroleukoplakia dan Eritroplakia berbecak ( speckled leukoplakia )
Lesi merah dan putih yang pra ganas. Keduanya biasanya tidak bergejala.
Mempunyai predileksi pada pria dan sebagian besar terdeteksi pada pasien diatas 50 tahun.
Lesi dapat terjadi pada daerah intraoral tetapi sering kali ditemukan pada tepi lateral lidah,
mukosa bukal, dan palatum lunak. Lesi serig dihungkan sengan kebiasaan merokok yang
berat, alkoholisme, dan kebersihan mulut yang buruk.
Infeksi jamur biasa terjadi pada erittroplakia berbecak. Candida albicans, organisme yang
dominan. Jadi penatalaksanaan dari lesi ini harus melibatkan penganalisaan untuk candida.
Kelitis angularis ( menjilat )
Erosi kronis yang sakit, di komisura labial yang disebabkan oleh C. albicans,
Staphylococcus aurens.kebiasaan menjilat bibir, dan pengumpulan saliv. Muncul disudut
bibir sebagai erosi berwarna merah dengan fisura sentral yang mengalami ulserasi. Rasa tidak
nyaman yang disebabkan oleh gerak mebuka mulut akan mambuat fungsi normal RM
menjadi terbatas. Perawatan mencangkup menghentikan kebiasaan buruk, perbaikan fakto
prediposis
Disebabkan oleh organisme candida yang menembus permukaan mukosa dan merangsang
respon hiperplastik. Iritasi kronis, kebersihan mulut yang buruk dan xerostomia adalah faktor
prediposisinya. Jadi, perokok dan pemakai gigi tiruan biasanya terkena. Lesi ini dengan tepi
yang menonjol, permukaan lembek yang berwarna putih atau keabuan dan zona merah yang
disebabkan oleh kerusakan mukosa. Lesi ini tidak bisa di kerok, jadi, diagnosisnya hus dibuat
dengan biopsy. Semua pasien dengan lesi ini harus dipantau dengan ketat karena bersifat pra
ganas atau lebih buruk dari itu.
4. Lesi berpigment
Melanoplakia ( pigmentasi fisiologis )
Adalah pigmentasi gelap yang menyeluruh dan konstan pada mukosa mulut,
umumnya terlihat pada orang yang berkulit gelap. Kondisi ini bersifat fisiologis, bukan
patologis. Lesi berasal dari meningkatnya jumlah melanin (pigmen endogen )yang dideposit
pada bagian basal mukosa dan lamina propia. Lesi ini paling sering ditemukan pada gingiva
cekat. Lesi ini sering tampak berupa pita gelap yang lebar, dengan tepi berbatasan jelas
dnegan melengkung, yang memisahkan nya dari mukosa alveolar. Lesi bersifat simetris dan
tidak bergejala. Kadang-kadang, dapat berupa bercak atau asimetris. Derajat pigmentasi
bervarasi dari cokelat mua samppai coklat tua dan kadang-kadang nampak biru tua. Daerah
lain yang dapat kena adalah mukosa bukal , palatum keras, bibir dan lidah. Pada daerah-
daerah ini, deposisi pigmen sering bersifat multifocal dan luas.
Ephelis (bintik- bintik )
Adalah makula kecil yang berwarna ciklat muda sampai coklat tua, yang muncul pada
bibir atau kulit setelah deposisi aktif melanin yang dipicu oleh paparan sinar matahari. Lesi
initidak menonjol, pada dasarnya tidak mengalami perubahan ukuran ( kurang dari 3 mm)
dengan berlalunya waktu, menjadi lebih gelap sebagai respons terhadap sinar matahari.
Ephelis dapat menimbulkan masalah kosmetik, tetapi sebagian besarhanya butuh pemantauan
klinis.