Anda di halaman 1dari 4

BRUXISM

a) Definisi
Istilah bruxism berasal dari kata Greek (brychein), yang berarti to gnash the
teeth atau mengerotkan gigi-gigi. Fenomena bruxism yang tercatat yaitu
kira-kira pada 600-200 BC, dan konsep ini dinyatakan oleh Olkinura1 (1972),
Faulkner1 (199a) dan Sjoholm1 (1995)
Definisi bruksisma menurut The Academy of Prosthodontics, yaitu grinding
parafungsional dari gigi-gigi, suatu kebiasaan yang tanpa disadari dan berulang
atau tidak beraturan. Grinding atau clenching yang non fungsional, selain dari
gerakan pengunyahan mandibula yang akan mengarah ke traumatik oklusal,
situasi ini disebut pula sebagai neurosis oklusal.
Sedangkan definisi menurut American Academy of Orofacial Pain, bruksisma
adalah diurnal or nocturnal parafunctional activity that includes clenching, bracing,
gnashing and grinding of teeth.

b) Etiologi
Pada anak-anak, kadang kebiasaan ini timbul pada masa gigi-geligi sedang
tumbuh. Berikut adalah empat penyebab terjadinya bruxism, antara lain:

1. Faktor psikologis
Etiologi dari bruxism termasuk kebiasaan, stress emosional (seperti
respon terhadap kecemasan, ketegangan, kemarahan, atau rasa sakit),
parasomnia (gangguan tidur yang muncul pada ambang batas antara saat
terjaga dan tidur, misalnya gangguan mimpi buruk dan gangguan tidur sambil
berjalan). .
Anak-anak yang memiliki kebiasaan bruxism ternyata memiliki tingkat
kecemasan yang lebih daripada anak-anak yang tidak memiliki kebiasaan
bruxism. Tanda-tanda bruxism seperti tingkat kecemasan yang tinggi,
temporomandibular disorders, dan kerusakan gigi sebaiknya dirawat pada
masa kanak-kanak sebelum menjadi masalah ketika anak telah tumbuh
dewasa.
2. Faktor patofisiologis
Bruxism kemungkinan terjadi akibat kelainan neurologis yaitu
ketidakmatangan sistem neuromuskular mastikasi, perubahan kimia otak,
alkohol, trauma, penyakit, dan obat-obatan. Hal ini berpotensi sistemik
menyebabkan aktivitas parafunctional melalui alergi makanan, kekurangan
gizi, dan disfungsi endokrin.
Faktor neurokimia tertentu, yaitu obat-obatan. Efek samping dari obat
yang akan menimbulkan bruxism adalah Amfetamin yang digunakan dalam
mengatasi gangguan attention-deficit/hyperactivity (ADHD) seperti
methylphenidate dan pemakaian jangka panjang Serotonin. Selain itu,
bruxism ditemukan lebih sering pada pecandu narkoba berat serta perokok.
3. Temporomandibular Disorders (TMD)
Penderita TMD cenderung memiliki insiden bruxism yang lebih tinggi dari
gangguan psikologis seperti stress, kecemasan, dan depresi. Faktor-faktor ini
dapat menyebabkan kebiasaan parafunctional.
4. Peran faktor periferal (morpologis)
Faktor periferal pada waktu lalu dipertimbangkan sebagai etiologi utama
bruxism. Ramfjorf (1961) menyarankan bahwa bruxism dapat dihilangkan
dengan penyesuaian oklusal. Tapi dari berbagai studi menunjukkan bahwa
hubungan antara bruxism dan faktor oklusal adalah lemah. Sementara itu,
Michelotti dkk, 2005, dalam eksperimennya, bahwa suprakontak nyata
berhubungan dengan pengurangan kegiatan elektomiografi (EMG) ketika
bangun. Hasil double-blind randomized controlled studies di Finland
menunjukkan bahwa interferensi oklusal artifisial tampaknya mengganggu
keseimbangan oromotor pada mereka dengan kelainan temporomandibular¹4.
Artikel tinjauan Luther, 2007 menyatakan tidak ada bukti bahwa interferens
oklusal sebagai etiologi bruxism, atau penyesuaian oklusal (occlusal
adjustment) dapat mencegahnya

c) Gambaran Klinis
Bruxism dapat menyebabkan aus permukaan gigi-gigi pada rahang atas dan
rahang bawah, baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan email yang
melindungi permukaan atas gigi hilang, sehingga dapat timbul rasa ngilu pada
gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini berlanjut terus dan berlangsung dalam waktu
lama, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal, terjadi pada
pasien dengan bentuk tonjol yang curam, luka pada periodonsium, pulpitis,
kadang-kadang disertai peningkatan derajat mobilitas gigi yang terlibat, maloklusi,
patahnya gigi akibat tekanan yang berlebihan, dan kelainan pada sendi
temporomandibular joint.
Gambar : Bruxism

d) Penatalaksanaan
Tujuan dari perawatan gangguan otot yang disebabkan oleh aktivitas
parafungsional bruksisme adalah mengembalikan fungsi normal gigi,
periodontium, serta jaringan lain yang berhubungan dengan sistem
pengunyahan. Perawatan terbaik untuk suatu kelainan yaitu dengan mengenali
faktor etiologi terlebih dahulu, selanjutnya berusaha untuk menghilangkannya.
Tidak ada perawatan yang secara permanen dapat menghilangkan kelainan
bruksisme, tetapi ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menolong
pasien mengurangi atau menghilangkan akibat yang ditimbulkan dari kelainan
ini.
1) Occlusal adjustment
Tindakan yang perlu dilakukan pertama kali adalah mencegah
rusaknya gigi dan struktur pendukungnya akibat bruksisme. Penyesuaian
oklusal (occlusal adjusment) dapat dilakukan sebagai suatu cara untuk
mencegah terjadinya bruksisme yang disebabkan adanya sangkutan
oklusal, yaitu dengan menghilangkan sangkutan oklusal tersebut, hal ini
dapat dilakukan hanya pada bruksisme tahap awal.
2) Penggunaan Night-guard / Oral Splint
‘Oral splint’ atau ‘occlusal splint’ adalah alat yang dapat dilepas dan
terbuat dari akrilik keras, tembus pandang dan menutupi seluruh oklusal
geligi maksila serta mempunyai kontak sentrik dengan seluruh geligi
mandibula . Penggunaannya selama ini adalah sebagai alat pelindung
untuk mencegah terjadinya kerusakan gigi dan jaringan periodontal pada
penderita bruxisme yang melakukan ‘grinding’ pada waktu tidur. Selain itu,
alat ini juga menghilangkan bruxisme karena meniadakan interferensi
oklusi.
Gambar : Night-guard
3) Bila penyebab utama dari bruxism adalah stress. Maka harus mencari tahu
apa yang mungkin membuat anak stress dan membantu mereka
menghadapinya. Konsultasi dengan psikolog merupakan salah satu hal
yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.
4) Satinless Steel Crown
Gigi mungkin mengalami abrasi sehingga SSC dibutuhkan untuk
mengembalikan vertikal dimensi dan mencegah kerusakan pulpa akibat
trauma.

Anda mungkin juga menyukai