Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 16: BEDAH JARINGAN 1

MODUL 3

PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL

OLEH:

KELOMOPOK 1

Tutor: drg. Sri Ramayanti.,MDSc.,Sp.KGA

Anggota:1. Rahma Fuddiah

2.Iswara Sardi

3.Nazifa Khairunnisa

4.Ridha Dian Lestari

5.Elsa Febri hanestey

6.Fahira Osca Visca

7.Raudhatul Agvazahira

8.Tatha Febilla

9.Ulfa Rizalni

10.Rinny Maryussa

11.Rika Irma Yanti

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN AJARAN 2018/2019


MODUL 3

PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL

Skenario 3

Gigi bergoyang

Mr.X 38 tahun datang ke praktik dokter gigi dengan keluhan gigi anteriornya goyang,
terlihat lebih memanjang dari sebelumnya serta gusinya sering berdarah. Mr.X merasa
terganggu dengan keadaan giginya tersebut dan ingin dilakukan perawatan.

Pemeriksaan intraoral gigi 31,32,41,42 luksasi derajat 2 dengan gingiva hiperemi.


Terdapat kalkulus subgingiva hampir disemua regio dengan oral hygiene buruk. Dokter
gigi menjelaskan kepada Mr.X dan terdapat atrisi pada incisal gigi anterior rahang bawah
karena bruxisme. Dari pemeriksaan rontgen foto terdapat kerusakan tulang regio anterior
rahang atas. Dilakukan splinting untuk menang. Dokter menjelaskan bahwa Mr.X
menderita perodontitis kronis perlu dilakukan splinting ntuk menangani kegoyahan gigi
tersebut, yang sebelumnya harus dilakukan perawatan initial terapy berupa scalling dan
root planing. Drg menyarankan untuk tetap menjaga kebersihan gigi dan mulutnya di
rumah serta datang kembai untuk kontrol dan evaluasi perawatan.

Bagaimana saudara menjelaskan tentang kasus diatas?

STEP I : TERMINOLOGI

 Luksasi : Perubahan /luksasi gigi dari soket bisa semua/parsial


 Splinting: Perawatan untuk mobiliti,dengan mengikat gigi
 Root planning: Menghaluskan permukaan akar gigi untuk mengeluarkan bagian
gigi yang nekrotik dan tidak sehat.
 Hiperemi :Meningkatnya jumlah darah di suatu bagian tubuhdan pelebaran
kapiler menyebabkan warna menjadi lebih merah/ungu
 Initial terapi:fase 1 perawatan periodontal, diindikasi untuk penyingkiran kalkulus
secara menyelruh dan plak kontrol.
Merupakan fase untuk menghilangkan faktor etiologi

STEP II : IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa yang menyebabkan gigi terlihat panjang dan gusi berdarah serta gigi tampak
panjang?
2. Jenis- jenis derajat luksasi?
3. Apa efek luksasi gigi?
4. Apa saja perawatan yang dapat dilakukan dalam kasus mr.X?
5. Apa saja tahap perawatan periodontal selain initial teraphy?
6. Apa saja tujuan dilakukan perawatan inisial?
7. Apa saja instrumen yang digunakan pada inisial terapi mr.X?
8. Apa saja indikasi dan kontraindikasi scalling dan root planing?
9. Apa kekurangan dari perawatan scalling dan root planing?
10. Apa saja klsifikasi splinting?
11. Apa saja indikasi dan kontra indikasi splinting?
12. Kenapa drg mengajukan perawatan splinting pada mr.X?
13. Splint jenis apa yang digunakan drg pada pasien mr.X?
14. Bagaimana cara kontrol plak di rumah?

STEP III : ANALISA MASALAH

1. Apa yang menyebabkan gigi terlihat panjang dan gusi berdarah serta gigi tampak
panjang?
-Adanya bakteri pada plak yang menyebar dan meluas serta toksin yang
dihasilkannya dapat mengiritasi gingiva sehingga merusak tulang,jaringan
pendukung dan gingiva tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk
poket.Haltersebut dapat menyebabkan gigi menjadi goyang.
-luksasi darajat 2 menyebabkan resesi gingiva sehingga gigi terlihat panjang

2. Jenis- jenis derajat luksasi?


-Derajat 0 : normal
-Derajat 1 : sedikit lebih besar dari normal
-Derajat 2 : 1mm
-Derajat 3 : >1mm dari segala arah gigi dan dapat ditekan dari arah apikal

3. Apa efek luksasi gigi?


-hilangnya vitalitas gigi
-resopsi eksternal dan internal
-Gigi lepas dari soket
4. Apa saja perawatan yang dapat dilakukan dalam kasus mr.X?
-Scalling dan root planning: untuk membuang kalkulus
-Splinting : karena badrun menderita bruxisme dan untuk menstabilkan gigi yang
goyang
-Edukasi
5. Apa saja tahap perawatan periodontal selain initial teraphy?
-Initial fase terapy : menghilangkan faktor etiologi
Contoh:scalling,root planning,DHE,oklusi adjustment,koreksi tumpatan.
-Fase korektive : membuat jaringan periodontal maksimal
Contoh: kuretase
-Fase rekonstruktive : final
-Fase pemeliharaan : pasca melakukan koreksi san rekonstruksi untuk menjaga
kesehatan periodontal.
6. Apa saja tujuan dilakukan perawatan inisial?
-menghilangkan faktor etiologi
-meredakan inflamasi
-mengurangi kedalaman poketyang disebabkan pembesaran yang edematouse
-mendapatkan kondisi ginggiva yang memungkinkan untuk dilakukan prosedur
bedah perio

7. Apa saja instrumen yang digunakan pada inisial terapi mr.X?


-Probe : mengukur kedalaman poket
-Eksplorer :mendeteksi permukaan gigi dan karies
-Scaller
-Hoe
-File
8. Apa saja indikasi dan kontraindikasi scalling dan root planing?
Scalling
Indikasi
-penyakit periodontal
-kalkulus subginggiva dan supra ginggiva
Kontraindikasi
-pasien hipertensi
Pasien hemofili
Root planing
Indikasi
-poket kedalaman 4mm
-nekrosis pada jaringan sementum
Kontraindikasi
-abses periodontal

9. Apa kekurangan dari perawatan scalling dan root planing?


-tidak bisa mencapai poket 3mm
-tidak dapat mencapai daerah bifurkasi pada gigi

10. Apa saja klsifikasi splinting?


Berdasarakan bahan
-splint wire
-splint resin
-splint fiber glass
Berdasarkan penggunaan
-splint permanen
-Splint temporer
-diagnostik splint

11. Apa saja indikasi dan kontra indikasi splinting?


Indikasi :
-Berkurangnya tinggi tulang alveolar
-membantu penyembuhan pasca perawatan periodontal
-Jaringan pendukung gigi sekurang-kurangnya 1/3 akar yang masih sehat
-Jumlah gigi yang harus displint harus sesuai standar
Kontraindikasi:
-Oklusi tidak terganggu
-Stabil
-Mudah dibersihkan
-Tidak mengiritasi

12. Kenapa drg mengajukan perawatan splinting pada mr.X?


-gigi depan goyang,karna luksasi gerajat 2
-bad habit:bruxism(night guard)
-menekan biaya
13. Splint jenis apa yang digunakan drg pada pasien mr.X?
-Splinting night guard (bruxism)
-splnting sementara jika 2 bulan tidak baik,
-splinting permanen
14. Bagaimana cara kontrol plak di rumah?
Menyikat gigi
-horizontal teknik
-modified basss teknik
-carter teknik
Interdental higien
-dental floss
-interdental brushes

STEP IV : SKEMA

Mr.X (38 tahun)


Intra Oral :
Anamnesa: Rontgen Foto :
-31,32,41,42,luksasi
-gigi anterior derajat 2 -Kerusakn tulang
goyang regio anterior
-gingiva hiperemi
rahang atas
-terlihat
-kalkulus subgingiva
memanjang
-atrisi gigi anterior
-gusi berdarah rahang bawah

Diagnosa:periodontitis
kronis

ontitis Kronis
Initial terapy
Perawatan Penyakit Instrumen dan
-(scalling dan root Periodontal instrumentasi
planning)
Perawatan penyakit
-splinting ,night guard periodontal

-kontrol plak kontrol Fase perawatan


dan evaluasi penyakit periodontal

STEP V : MENENTUKAN LO

1.M3 tentang Instrumen dan Instrumentasi Periodontal

2. M3 tentang Fase perawatan Periodontal

3.M3 tentang Inital Terapy(Scalling dan Root Planning)

4.M3 tentang Splinting dalam Perawatan Penyakit Periodontal

5.M3 tentang Evaluasi Pasca Perawatan Penyakit Periodontal


PEMBAHASAN LO

I. M3 tentang Instrumen dan Instrumentasi Periodontal

Instrument periodontal di desain untuk tujuan spesifik, seperti mengambil

kalkulus, root planning, kuret gingival, atau mengambil jaringan yang berpenyakit.

Berikut klasifikasinya :

I. Klasifikasi instrument periodontal

Instrument periodontal diklasifikasikan berdasarkan kegunaannya, yaitu :

1. Probe periodontal digunakan untuk melokalisir, mengukur dan menandai poket,

serta untuk memperkirakan konfigurasi poket pada setiap permukaan gigi

individu.

2. Explorers atau sonde adalah alat yang digunakan untuk melokalisir deposit

kalkulus dan karies di daerah subgingival, dan memeriksan kehalusan permukaan

akar gigi setelah penyerutan akar, cacat anatomis pada permukaan gigi dan tepi

restorasi.

3. Instrument scaling, root palning dan kuretase digunakan untuk mengambil

deposit plak dan kalkulus dari mahkota dan akar pada gigi, menyingkirkan

sementum yang tercemar toksin dan nekrosis pada permukaan akar subgingiva

dan dinding jaringan lunak pada batas poket. Instrument scaling dan kuretase

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Sickle scalers adalah scaler kasar yang digunakan untuk mengambil kalkulus

supragingiva

b. Kuret adalah instrument periodontal halus yang digunakan untuk scaling

subgingiva, root planing dan mengambil jaringan lunak pada batas poket
c. Hoe, chisel dan file scaler digunakan untuk mengambil kalkulus subgingiva

dan sementum nekrosis. Namun, alat-alat ini sekarang sudah jarang

digunakan.

d. Instrument ultrasonic dan sonic adalah alat yang digerakan dengan tenaga

listrik yang digunakan untuk scaling dan membersihkan permukaan gigi dan

mengkuret dinding jaringan lunak pada poket.

4. Periodontal endoscopoe digunakan untuk melihat kedalaman subgingiva pada

poket dan furkasi untuk mendeteksi deposit.

5. Cleansing and polishing instrument, alat pembersih dan pemoles seperti rubber

cups, brushes dan dental tape digunakan untuk membersihkan dan memoles

permukaan gigi. Tersedia pula air-powder abrasive system untuk memoles gigi,

yaitu suatu alat yang menyemprotkan serbuk garam dengan tekanan yang cukup

tinggi.

Setiap kelompok instrument mempunyai karakteristik yang berbeda, setiap dokter

gigi sering mempunyai variasi untuk digunakan secara efektif. Instrumen yang kecil lebih

direkomendasikan untuk masuk kedalam poket tanpa melukai jaringan lunak.

Untuk lebih mengenali alat periodontal ada baiknya lebih dulu dikenali bagian-

bagian dari suatu alat periodontal yang terdiri dari: blade (blade), shank (shank); dan

gagang (handle). Khusus untuk probe periodontal bagian-bagian alatnya terdiri atas

ujung yang berkalibrasi (calibrated working end), shank dan gagang (gambar 1). Gagang

adalah bagian alat yang digenggam oleh si pemakai. Bentuk, besar, dan tekstur

permukaannya bervariasi. Sebaiknya dalam memilih alat dipilih yang paling sesuai

dengan genggaman si pemakai sehingga tidak mudah lelah. Shank adalah bagian alat

yangmenghubungkan blade/ujung dengan gagang. Shank bisa bervariasi sudutnya (lurus

atau membengkok) dan panjangnya. Sudut dan panjang shank perlu diperhatikan agar

instrumentasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Blade adalah bagian alat yang
berkontak dengan gigi, dan bagian inilah yang sebenarnya berfungsi dalam

instrumentasi.

1. Probe periodontal

Probe periodontal digunakan untuk mengukur kedalaman poket dan menentukan

perawatannya. Tipe dari probe bermacam-macam, yaitu tapered, mempunyai kalibrasi

dalam milimeter, tumpul dan dengan ujung membulat. Probe yang baik adalah yang tipis

dengan shank membentuk seudut sehingga mudah diselipkan ke dalam poket.

Berbagai disain prob telah diproduksi dan dipasaran. Penampang melintangnya

bervariasi: pipih, oval atau bundar, dan kalibrasinya pun bervariasi, berikut macam-

macam probe :

1. Prob Marquis mempunyai kalibrasi 3, 6, 9 dan 12 mm, dimana untuk setiap 3

mm-nya diberi warna yang berbeda sehingga mempermudah pembacaan.


Tetapi kelemahannya adalah sukar untuk membaca ukuran diantara kelipatan

3.

2. Prob UNC-15 bagian ujungnya mempunyai panjang 15 mm yang diberi

kalibrasi setiap 1 mm, dan pada 5, 10, dan 15 mm diberi kode warna.

3. Kalibrasi pada prob Williams adalah 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9 dan 10 mm. Adanya

interval 2 mm antara 3 dengan 5 dan 5 dengan 7 sengaja dibuat untuk

menghindarai kesalahan pembacaan.

4. Prob "O" Michigan mempunyai kalibrasi pada 3, 6, dan 8 mm.

5. Prob WHO (World Health Organization) mempunyai disain unik dimana

bagian ujungnya berupa bola kecil seperti jarum pentul berdiameter 0,5 mm,

kalibrasi 3,5, 8,5 dan 11,5 mm dengan kode warna antara 3,5 - 5,5

mm(gambar 2E).

6. Untuk pemeriksaan daerah furkasi sebaiknya digunakan prob Nabers yang

ujungnya melengkung dan tumpul (gambar 3).

Beberapa tipe prob periodontal. (A) Prob Marquis; (B) Prob UNC-15; (C) Prob Williams;

(D) Prob "O"Michigan; (E) Prob WHO.


Ketika melakukan pengukuran poket, probe dimasukan dengan perlahan, dan dengan

tekanan yang lembut sampai ke bawah poket. Shank harus sejajar sumbu panjang

permukaan gigi. Beberapa instrumen dibuat untuk menentukan tingkat perlekatan

sepanjang permukaan gigi.

2. Explorers

Explorers digunakan untuk melokalisir deposit subgingiva dan daerah karies dan

untuk mengecek kehalusan permukaan akar setelah root planning. Explorers didesain

dengan bentuk dan sudut sesuai dengan penggunaanya. Explorers paling umum

digunakan sehari-hari seperti tampak pada Gambar 4 (A dan B), tetapi eksplorer yang

paling tepat untuk mendeteksi kalkulus subgingival dan kelicinan akar gigi adalah

eksplorer Hu-Friedy No.3 (gambar 2 D). Periodontal probe dapat juga digunakan untuk

mendeteksi deposit subgingiva

Gambar 2. Lima tipe eksplorer. (A) No. 17; (B) No. 23; (C) EXD 11-12; (D) No. 3, (E)

No. 3CH Pigtail.

3. Instrumen scaling dan kuretase


Ada lima bentuk dasar scaler : curet, sickle, file, chisel, dan hoe. Instrument tersebut

digambarkan pada gambar berikut ini :

Gambar 3. A. Kuret, B. Sickle, C. File, D. File, E. Hoe

a. Sickle scalers (Supragingiva Scalers)

Permukaan sickle scaler adalah datar dengan dua sisi pemotong (cutting

edge) yang akan menyatu membentuk ujung yang

runcing. Penampang melintangnya berbentuk segitiga

dan sisi pemotong pada kedua sisi (Gambar 4). Karena

disainnya alat ini hanya digunakan untuk pengambilan

kalkulus supragingival. Apabila digunakan untuk

instrumentasi subgingival akan mencederai jaringan

gingival.

Gambar 4. Ciri khas sickle scaler: Potongan melintang berbentuk segitiga; sisi

pemotong ganda; dan ujung runcing


Banyak sekali jenis sickle scaler (gambar 5. Kiri : Skeler U15/30; Kanan : Skeler

Jacquatte). Ada skeler yang khusus untuk regio anterior dan ada yang khusus untuk regio

posterior. Masing-masing jenis skeler ada yang lurus dan ada yang melengkung

shanknya. Pada sickle scaler untuk regio anterior, baik yang lurus maupun yang

melengkung, blade, shank dan gagangnya berada dalam satu bidang. Sebaliknya blade,

shank dan gagang sickle scaler untuk regio posterior tidak berada dalam satu bidang,

karena tangkainya membengkok dapat mudah diadaptasikan pada gigi posterior.

Gambar 5. Sickle scaler

Sickle scaler yang khas adalah skeler Morse yang bagian shank dan bladenya

dapat dibuka pasang pada gagangnya. Karena tipisnya, skeler ini sangat bermanfaat

untuk penskeleran pada daerah anterior mandibula apabila ruang interproksimalnya

sempit.

b. Kuret

Kuret dibedakan atas dua tipe: kuret universal dan kuret khusus (area-

specific/Gracey curette). Ciri khas kuret adalah: bentuk penampang melintang seperti

sendok, ujungnya membulat/tumpul (gambar 6). Sisi pemotongnya ganda pada kuret

universal dan tunggal pada kuret khusus. Ukurannya lebih halus dibandingkan

dengan sickle scaler. Oleh sebab itu alat ini mudah dimasukkan dan diadaptasikan

pada poket yang dalam tanpa menimbulkan cedera pada jaringan. Kuret yang
dipasarkan ada yang dengan blade tunggal (pada salah satu ujung gagang saja), tetapi

ada juga yang blade ganda (blade pada masing-masing ujung gagang).

Gambar 6. Ciri khas kuret: penampang melintang seperti sendok; ujung tumpul.

Perbedaan antara kuret universal dengan kuret khusus/Gracey adalah:

1. Kuret universal dapat digunakan pada semua daerah dan sisi/permukaan,

sedangkan kuret khusus hanya pada daerah dan sisi tertentu;

2. Sisi pemotong pada kuret universal ganda, sedangkan pada kuret khusus

tunggal;

3. Kuret universal melengkung kearah atas saja, sedangkan kuret khusus

melengkung kearah atas dan kesamping;

4. Permukaan blade kuret universal tegak lurus terhadap shank, sedangkan blade

kuret khusus membentuk sudut 60 terhadap shank.


Gambar 7. Dua tipe kuret. (A) Kuret universal, (B) Kuret Gracey. Kiri: Angulasi

blade dilihat dari arah ujung blade ; Kanan:Blade kuret universal lurus,

sedangkan kuret Gracey melengkung dengan bagian yang tajam pada

sisi yang konveks.

Satu set kuret Gracey terdiri dari 14 alat bila alatnya dengan blade tunggal, atau 7

alat bila alatnya dengan blade ganda. Satu set kuret Gracey bermata ganda terdiri dari

1. Gracey no. 1 – 2 dan no. 3 - 4 untuk gigi anterior,

2. Gracey no. 5 – 6 untuk gigi anterior dan premolar,

3. Gracey no. 7- 8 dan no. 9 - 10 untuk permukaan vestibular dan oral gigi posterior,

4. Gracey no. 11 - 12 untuk untuk permukaan mesial gigi posterior,

5. Gracey no. 13 - 14 untuk permukaan distal gigi posterior.

Namun bagi pemakai yang telah terampil, setiap alat dapat saja diadaptasikan

untuk digunakan pada berbagai permukaan gigi dengan jalan mengubah posisi

tangannya atau posisi pasien

Gambar 8. Beberapa jenis kuret. Kiri: Columbia 4R-4L (kuret Universal); Kanan:

Kuret Gracey (dari kiri ke kanan: no. 5-6, no. 7-8, no. 11-12, dan no. 13-

14).
c. Chisel Scaler

Chisel scaler didisain khusus. untuk penskeleran pada permukaan proksimal gigi

anterior yang terlalu rapat ruang interproksimalnya. Shanknya bisa lurus atau

membengkok, dengan sisi pemotong membentuk sudut 45 .

d. Hoe Scaler

Blade hoe scaler membengkok membentuk sudut 99 -100 terhadap shank. Alat

ini didisain untuk setiap permukaan gigi, artinya pada setiap permukaan gigi

digunakan satu jenis hoe scaler.

4. Cleansing and polishing instrument

a. Rubber cup

Rubber cup

terdiri dari keranka

rubber dengan atau

tanpa selaput jaring

kaki. Rubber cup


Gambar 9. Rubber cup dan brushes
digunakan dengan

hand piece atau contra angle. Rubber cup diolesi pasta yang mengandung flouride

untuk memoles untuk mengurangi panas yang berlebihan pada waktu digunakan.

Penggunaan rubber cup yang berlebihan dapat menghilangkan lapisan sementum,

yaitu lapisan tipis pada daerah servikal. Handpiece, dan rubber cup harus

disterilisasi setiap setelah pemakaian pada pasien atau dapat juga digunakan
disposable prophylaxis angle dan rubber cup yang dapat dibuang setelah

digunakan.

b. Bulu Sikat

Bulu sikat tersedia dalam bentuk lingkaran dan kotak. Penggunaan sikat ini

digunakan pada handpiece dengan pasta polishing. Karena bulu sikat bersifat

kaku, saat penggunaan sikat hanya terbatas pada mahkota untuk menghindari

trauma pada sementum dan gingival.

c. Dental tape

Dental tape dengan pasta poles digunakan untuk memoles permukaan

proksimal, digunakan jangan sampai melukai gusi. Untuk menghilangkan atau

membersihkan rongga mulut dari pasta poles digunakan air hangat untuk

berkumur.

II. Cara Penggunaan Instrumen Periodontal

Instrumentasi periodontal terdiri dari serangkaian teknik yang dilakukan dengan

menggunakan alat periodontal dengan tujuan untuk menyingkirkan iritan lokal yang

menumpuk pada permukaan gigi. Ada teknik-teknik khusus yang perlu diperhatikan

dalam melakukan prosedur scaling dan root planing. Dalam melakukan intrumentasi

periodontal perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut : pemegangan, tumpuan, dan

sandaran jari, gerak pergelangan tangan dan lengan, adaptasi, angulasi, sapuan, posisi

operator dan pasien, dan akses ke rongga mulut.

1. Pemegangan

Pemegangan (grasp) perlu diperhatikan pada waktu instrumentasi agar sisi pemotong

mata pisau (cutting edge/working end) dapat dikontrol. Dengan cara memegang yang

benar operator dapat menggerakkan alat ke sekeliling gigi dan mengarahkan tekanan ke

permukaan gigi tanpa mencederai daerah periodontal. Pemegangan yang paling baik

untuk instrumentasi periodontal adalah modifikasi pemegangan pena (modified pen


grasp). Dengan cara ini alat dipegang dengan bagian dalam jari tengah, jari telunjuk, dan

ibu jari. Jari telunjuk dan ibu jari berada berdekatan pada gagang alat pada sisi yang

berseberangan, sedangkan jari tengah berada di atas leher alat. Jari telunjuk ditekuk pada

ruas kedua (dihitung dari ujung jari) dan berada di atas jari tengah pada sisi yang sama

dari alat. Bagian dalam ibu jari ditempatkan di antara telunjuk dan jari tengah pada sisi

yang berseberangan.

Gambar 10. Modifikasi pemegangan pena

Dengan posisi ketiga jari yang demikian, didapatkan efek tripod (dukungan dari tiga

sisi) yang akan mencegah terputarnya alat secara tak terkontrol pada waktu tekanan

dilepaskan sewaktu instrumentasi. Selain adanya efek tripod, keuntungan lainnya adalah

dimungkinkannya sensasi taktil oleh jari tengan yang diletakkan di atas leher alat.

2. Posisi operator dan pasien dan akses ke rongga mulut

Posisi pasien pada waktu operator melakukan instrumentasi mempengaruhi

kemampuan operator untuk dapat bekerja secara nyaman dan efisien. Operator bisa

bekerja dalam posisi berdiri atau dalam posisi duduk. Namun harus diakui bahwa posisi

kerja yang paling baik adalah dalam posisi duduk, untuk mana jenis kursi dental yang

digunakan harus mendukung. Posisi operator dan pasien yang tepat akan mengurangi

kemungkinan timbulnya nyeri pada punggung operator dan tercapainya efisiensi kerja.
Untuk instrumentasi, kursi dental ditidurkan agar pasien dapat bersandar dalam posisi

telentang dengan kepala dan leher terdukung. Kursi diatur sedemikian sehingga pasien

hampir sejajar dengan lantai dan punggung kursi sedikit dinaikkan.

Posisi kepala pasien diatur sehingga kepalanya berada dekat puncak sandaran kursi.

Operator duduk di atas kursi kerjanya dengan telapak kaki rata di atas lantai dan paha

sejajar dengan lantai. Dengan paha dalam keadaan terdukung dan berat badan

didistribusikan secara merata, hambatan terhadap sirkulasi darah ke kaki dan telapak kaki

dapat dihindari. Siku operator berada setinggi pinggang dan setentang mulut pasien

sehingga akses gigi geligi pasien lebih baik. Apabila operator hendak bekerja dengan

posisi berdiri, ia harus berdiri dengan posisi lurus tidak membungkuk maupun

membengkok. Kursi dental diatur sedemikian sehingga mulut pasien setentang dengan

siku operator.

Posisi operator pada waktu bekerja adalah bervariasi tergantung pada sisi mana

instrumentasi dilakukan. Untuk mempermudah uraian mengenai posisi operator iniakan

digunakan patokan arah jarum jam. Apabila operator berada persis di depan pasien,

bagian atas kepala pasien berada pada posisi pukul 12 sedangkan dagunya pada posisi

pukul 6.
Selengkapnya posisi bekerja bagi operator yang bukan kidal ada1ah seperti terlihat

pada Tabel diatas. Posisi dimaksud pada Tabel tersebut, dapat dimodifikasi tergantung

situasinya dengan tujuan agar posisi punggung, leher dan bahu operator yang baik tetap

tercapai. Membiasakan untuk bekerja dengan posisi yang baik akan memberikan

kenyamanan dan memperpanjang daya tahan operator. Hal ini dapat dicapai dengan

latihan dan pengalaman.

AKSES KE RONGGA MULUT

Agar tercapai akses yang maksima1 ke rongga mulut pasien. posisi kepala pasien diatur

sedemikian rupa untuk mengarahkan dagunya. Untuk instrumentasi di rahang atas, dagu

pasien diarahkan ke atas. Sebaliknya untuk instrumentasi di rahang bawah dagu pasien

diarahkan ke bawah. Untuk memperbaiki visibilitas dan iluminasi (pencahayaan daerah


kerja) kepala pasien dapat diputar ke arah operator atau menjauhi operator. Harus diingat

bahwa adalah lebih mudah mengubah-ubah posisi kepala pasien dibandingkan

memaksakan membengkokkan punggung untuk memperbaiki iluminasi ke rongga mulut

pasien.

Sumber :

Carranza, F.A, et al. 2006. Clinical Periodontology 10th ed. California: Saunders Elsevier

II. M3 tentang Fase perawatan Periodontal

FASE PERAWATAN PERIODONTAL

Jaringan periodontal meliputi jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi


(gingiva), sementum yang menutupi permukaan akar setiap gigi, ligamentum periodontal
yang melekatkan permukaan akar gigi, serta tulang alveolar. Penyakit pada periodontal
merupakan suatu infeksi yang terjadi pada jaringan penyangga gigi yang menyebabkan
kerusakan ligamen periodontal, pembentukan poket, resorbsi tulang alveolar, serta resesi
gingiva (Fedi, 2005).

Perawatan periodontal merupakan bagian dari perawatan gigi dan jaringan


sekitarnya. Perawatan penyakit periodontal bertujuan untuk mempertahankan fungsi gigi
geligi, mencegah atau mengurangi penjalaran atau keparahan penyakit. Keberhasilan
perawatan dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah bakteri pathogen, meningkatkan
kemampuan jaringan untuk mempertahankan atau memperbaiki diri. Keberhasilan
perawatan penyakit periodontal ditandai dengan adanya kapasitas penyembuhan yang
baik dari jaringan periodontal. Perawatan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan
beberapa tahap perawatan yaitu, preliminary phase, fase I, fase II, fase III, dan fase IV
(Carranza, 2002).
Gambar 1.1 Fase Perawatan Periodontal
Sumber: Carranza, 2002

A. Preliminary phase
Keadaan darurat periodontal adalah suatu keadaan atau gabungan berbagai
kondisi yang berpengaruh buruk terhadap jaringan periodontal dan memerlukan
tindakan segera (Fedi, 20005). Situasi darurat yang berhubungan dengan penyakit
periodontal yaitu:
1. Acute Gingival Disease
a. Acute necrotizing ulcerative gingivitis
b. Acute pericoronitis
c. Acute/primary herpetic gingivostomatitis
2. Abscess
a. Gingival abscess
b. Periodontal abscess
c. Pericoronal abscess

B. Fase I (Non-surgical phase)


Terapi inisial disebut juga terapi fase I (phase non-surgical) atau terapi higienik.
Terapi inisial bertujuan untuk membuang semua faktor lokal yang menyebabkan
peradangan gingiva serta pemberian instruksi dan motivasi pasien dalam melakukan
kontrol plak. Terapi inisial juga disebut sebagai fase etiotropik karena bertujuan
untuk menghilangkan faktor etiologik penyakit periodontal. Berikut ini adalah
beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I yaitu:
1. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak
Instruksi kontrol plak harus dimulai sejak kunjungan pertama, yaitu
penggunaan sikat gigi mencakup metode menyikat gigi yang benar, frekuensi
menyikat gigi, lama menyikat gigi, sikat gigi yang digunakan dan prinsip
penyikatan. Instruksi kontrol plak yang komperehensif selanjutnya meliputi
penggunaan alat bantu selain sikat gigi yaitu benang gigi maupun pembersih
daerah interdental lainnya. Konseling yang bersifat memotivasi pasien terhadap
faktor resiko yang berpengaruh terhadap penyakit periodontal (seperti merokok)
juga dimulai pada tahap ini (Manson, 2013).
2. Eliminasi kalkulus supragingiva dan subgingiva
Kalkulus memiliki permukaan yang kasar sehingga menjadi tempat yang
ideal bagi perlekatan bakteri, oleh karena itu kalkulus harus dihilangkan agar
kontrol plak dapat dilaksanakan secara efektif. Scalling dan root planning
termasuk dalam perawatan periodontal tahap awal. Tujuan utama tindakan ini
adalah untuk memperbaiki kesehatan gingiva dengan cara menghilangkan faktor
yang menimbulkan keradangan dari permukaan gigi. Scalling supragingiva dapat
dilakukan dengan menggunakan skeler manual, alat kuret dan instumen
ultrasonic. Tindakan instrumentasi periodontal dapat direncanakan dalam
beberapa kali kunjungan dan untuk pasien dengan inflamasi yang parah dan
disertai deposit kalkulus yang banyak, tindakan debridemen seluruh mulut (full-
mouth debridement) dapat dilakukan secara bertahap dalam dua kunjungan atau
lebih. Penggunaan anastesi lokal juga diperlukan bila instrumentasi dilakukan
pada sisi inflamasi yang lebih dalam, selanjutnya dilakukan pemolesan yang
bertujuan untuk menghilangkan permukaan kasar setelah pembuangan sisa
kalkulus supragingiva (Widyastuti, 2009).
3. Perawatan karies dan lesi endodontik
Langkah ini meliputi pembuangan karies secara sempurna kemudian
dilakukan penumpatan dengan restorassi sementara atau restorasi akhir. Kontrol
terhadap karies penting karena karies merupakan sumber infeksi sehingga perlu
perawatan untuk memaksimalkan penyembuhan selama perawatan periodontal
fase I. Karies khususnya pada daerah proksimal dan serikal gigi serta pada
permukaan akar, merupakan daerah reservoir bakteri dan dapat memberikan
pengaruh terhadap re-populasi bakteri plak. Kavitas yang terbentuk akibat proses
karies merupakan wadah yang baik dimana plak terlindung dari usaha eliminasi
secara mekanis. Oleh karena itu kontrol terhaap karies sangat penting, setidaknya
penumpatan sementara harus diselesaikan dalam terapi fase I (Widyastuti, 2009).

4. Menghilangkan restorasi gigi yang overcountur dan over hanging


Restorasi dengan permukaan yang kasar, overcountur, overhanging, atau
terlalu menekan ke daerah subgingiva dapat menyebabkan akumulasi bakteri
periodontal yang bersifat pathogen sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi
gusi, kehilangan perlekatan epitel dan kehilangan tulang alveolar. Restorasi
tersebut mempengaruhi efektivitaas kontrol plak yang dilakukan pasien sehingga
harus dikoreksi dengan cara penggantian seluruh restorasi atau mahkota, atau
koreksi dengan menggunakan finishing bur atau file berlapis diamond (diamond-
coated files) yang dipasang pada handpiece khusus. Untuk restorasi yang
overhanging pada daerah subgingiva, memungkinkan melakukan tindakan flap
yang sederhana untuk memfasilitasi akses akhiran restorasi (Manson, 2013).
5. Penyesuaian oklusal (occlusal adjustment)
Tahapan setelah gigi-gigi menempati posisi yang semestinya, kemudian
dilakukan occlusal adjustment untuk menghilangkan trauma oklusal serta oral
hygiene yang baik (Ismail, 2015).
6. Splingting temporer pada gigi yang goyah
Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang
ditandai dengan hilangnya perlekatan serta kerusakan tulang vertikal. Salah satu
cara untuk mengontrol dan menstablisasi kegoyangan gigi adalah splinting.
Kegoyangan gigi diklasifikasikan menjadi 3 derajat. Derajat 1 yaitu kegoyangan
sedikit lebih besar dari normal. Derajat 2 yaitu kegoyangan sekitar 1 mm, dan
derajat 3 yaitu kegoyangan > 1 mm pada segala arah dan/ atau gigi dapat ditekan
kea rah apikal. Splinting diindikasikan pada keadaan kegoyangan gigi derajat 3
dengan kerusakan tulang berat (Fedi, 2005).
7. Analisis diet dan evaluasinya
Defisiensi nutrisional tidak menimbulkan penyakit gusi. Meskipun demikian,
bila penyakit akibat plak sudah ada, defisiensi nutrisi akan mempengaruhi
perkembangan penyakit, oleh karena itu diet yang seimbang sangat diperlukan.
Konsumsi gula dalam bentuk apapun sebaiknya dikurangi (Manson, 2013).
8. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas
Jaringan periodontal diperiksa kembali untuk menentukan kebutuhan
perawatan lebih lanjut. Poket periodontal harus diukur ulang dan seluruh kondisi
anatomi dievaluasi untuk memutuskan perawatan bedah. Perawatan bedah
periodontal seharusnya dilakukan jika pasien sudh dapat melakukan instruksi
kontrol plak secara efektif dan gusi terbesas dari inflamasi (Fedi, 2005).

C. Fase II (Surgical phase)


Fase II (Fase surgical) disebut juga fase terapi korektif, termasuk koreksi
terhadap deformitas anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan
disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan
menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah
beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini:
1. Bedah periodontal
Perawatan bedah untuk menghilangkan jaringan inflamasi dapat merangsang
terjadinya perbaikan atau regenerasi jaringan yang mengalami kerusakan.
a. Kuretase gingiva
Kuretase merupakan tindakan membuang dinding poket yang mengalami
granulasi dan inflamasi yang bertujuan membersihkan jaringan granulasi dan
jaringan inflamasi, mengurangi kedalaman poket, mengambil papilla
interdental yang rusak guna mempercepat penyembuhan.
b. Gingivektomi
Gingivektomi merupakan tindakan eksisi gingiva yang mengalami
enlargement dengan tujuan mengeliminasi poket akibat pembengkakan
gingiva ( Manson, 2013).

2. Prosedur flap periodontal


Flap didefinisikan sebagai bagian dari gingiva, mukosa alveolar, atau
periosteum yang masih memiliki suplai darah pada saat diangkat atau dipisahkan
dari gigi dan tulang alveolar. Flap periodontal didesain untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Memberikan akses untuk melakukan detoksifikasi akar
b. Mengurangi poket yang meluas kea tau melebihi pertautan mukogingiva
c. Menediakan atau mempertahankan daerah gingiva cekat yang cukup
d. Membuka akses untuk mencapai tulang di bawahnya, untuk merawat cacat
tulang
e. Memudahkan prosedur regeneratif (Fedi, 2005).
3. Rekonturing tulang
Bedah tulang merupakan istilah umum bagi semua prosedur yang dirancang
untuk memperbaiki dan membentuk kembali cacat dan kelainan bentuk pada
tulang yang mengelilingi gigi (Fedi, 2005).
4. Prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft)
5. Penempatan implant

D. Fase III (Restorative phase)


Fase dengan tahapan pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal
untuk gigi yang hilang, serta evaluasi respon terhadap terapi fase III dengan
pemeriksaan periodontal (Carranza, 2012).

E. Fase IV (Maintenance phase)


Fase IV dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit
periodontal sehingga perlu dilakukan kontrol periodic. Beberapa prosedur dalam fase
ini adalah sebagai berikut:
1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien
2. Re-evaluasi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat skor plak
3. Ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi
4. Melakukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang
alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali
5. Scalling dan polishing tiap 6 bulan sekali, tergantung dari efektivitas kontol plak
pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus
6. Aplikasi tablet fluoride secara topical untuk mencegah karies (Kiswaluyo, 2013).

III. M3 tentang Inital Terapy(Scalling dan Root Planning)

SCALING DAN ROOT PLANING


Prinsip Scaling dan Root Planing

Scaling adalah suatu proses dimana plak dan kalkulus dibuang dari permukaan

supragingiva dan subgingiva gigi. Peralatan yang biasa dipakai adalah hands instruments

scaler atau manual scaler dan ultrasonic scaler.. Root planing adalah proses dimana sisa

kalkulus yang berada di sementum dikeluarkan dari akar untuk menghasilkan permukaan

gigi yang halus, keras, dan bersih. Tujuan utama dari scaling dan root planing untuk

memulihkan kesehatan gusi secara menyeluruh untuk menghapus elemen yang dapat

menyebabkan inflamasi gusi dari permukaan gigi. Instrumentasi telah terbukti secara

dramatis mengurangi jumlah mikroorganisme subgingiva dan menghasilkan pergeseran

dalam komposisi plak subgingiva dari tingginya jumlah gram negatif anaerob satu

didominasi oleh bakteri gram positif fakultatif yang kompatibel dengan kesehatan.
Setelah dilakukan scaling dan root planing secara menyeluruh, terjadi pengurangan

spitochetes, batang motil, dan pathogen putative seperti Actinobacillus

actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, and Prevotella intermedia dan

terjadi perubahan dalam mikrobiota yang disertai dengan berkurangnya atau hilangnya

peradangan klinis.

Permukaan akar yang terkena plak dan kalkulus menimbulkan masalah yang

berbeda. Deposit kalkulus pada permukaan akar sering tertanam dalam sementum

irregular. Ketika dentin terkena , bakteri pada plak dapat menyerang tubulus dentin. Oleh

karena itu perawatan skeling saja tidak cukup sehingga root planning dilakukan dimana

bagian dari permukaan akar tersebut dibuang untuk menghilangkan plak dan kalkulus

yang menempel.

Scaling dan root planning bukan merupakan suatu prosedur yang terpisah. Semua

prinsip-prinsip scaling sama untuk root planing. Scaling dan root planing termasuk dalam

perawatan periodontal fase pertama. Sebelum dilakukan scaling,dokter gigi akan

melakukan anamnesis pemeriksaan gigi. Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien

secara ekstra dan intra oral. Secara ekstra oral akan dilakukan anamnesis atau wawancara

dan dilihat apakah ada pembengkakan kelenjar limfe di bagian kepala dan leher sebagai

tanda adanya penyebaran infeksi, lalu pemeriksaan intra oral untuk melihat keadaan

dalam mulut pasien.

Detection skills

Penglihatan yang baik dan teknik perabaan sangat dibutuhkan untuk penilaian

awal tingkat dan sifat dari kalkulus dan iregulitas akar sebelum melakukan scaling dan

root planing. Evaluasi yang valid dari hasil instrumentasi tergantung pada kemampuan

mendeteksi ini.

Pemeriksaan visual untuk kalkulus supragingival dan subgingival tepat dibawah

gingival margin tidak begitu sulit dibawah pencahayaan yang bagus dan area yang bersih.
Deposit ringan dari kalkulus supragingival seringkali sulit dilihat ketika basah terkena

saliva. Semburan udara digunakan untuk mengeringkan kalkulus supragingival sampai

terlihat berwarna putih pucat dan mudah terlihat. Udara juga bisa diarahkan kedalam

pocket dalam aliran yang stabil untuk membelokkan marginal gingiva jauh dari gigi

sehingga deposit subgingival yang dekat ke permukaan dapat terlihat.

Teknik Scaling Supragingiva

Secara umum kalkulus yang terletak pada supragingiva lebih lunak dan lebih

mudah dibersihkan dibanding kalkulus subgingiva. Pada teknik scaling supragingiva,

instrumentasi dilakukan pada daerah mahkota dan tidak dibatasi oleh jaringan sekitarnya,

sehingga adaptasi dan angulasi lebih mudah. Teknik scaling supragingiva juga

memungkinkan adanya visibilitas langsung dan pergerakan yang lebih bebas dibanding

teknik subgingival.

Kalkulus supragingiva biasanya dihilangkan dengan menggunakan sickle, kuret,

dan instrumen ultrasonic dan sonic. Hoe dan chisel jarang digunakan. Pada teknik scaling

supragingiva, sickle atau kuret dipegang dengan cara modified pen grasp dan dilakukan

firm finger rest pada gigi yang berada di area yang berlawanan dengan area kerja.

Angulasi blade dengan permukaan gigi sedikit lebih kecil dari 90°. Cutting edge harus

berada pada margin apikal kalkulus, dan ditarik ke arah koronal secara vertikal atau obliq

dengan tarikan yang pendek, kuat, dan overlapping. Berhati-hatilah dalam penggunaan

sickle karena ujungnya yang tajam dapat merusak jaringan sekitar, sehingga adaptasi

dengan permukaan gigi harus baik.

Jika bulky blade dapat diinsersikan ke dalam jaringan sekitar maka sickle dapat

digunakan untuk membersihkan kalkulus di bawah margin gingival. Jika tindakan ini

dilakukan, biasanya diikuti dengan final scaling dan root planing dengan menggunakan

kuret.
Teknik Scaling Subgingival dan Root Planing

Teknik scaling subgingiva dan root planing jauh lebih kompleks dan sulit

dilakukan dibanding scaling supragingival karena beberapa alasan berikut.

- Kalkulus subgingiva berkonsistensi lebih keras dibanding kalkulus supragingiva.

- Kalkulus serta deposit lainnya terperangkap di bagian lebih dalam dan sulit

terjangkau, apalagi pada akar gigi dengan morfologi yang irreguler.

- Dinding poket yang terbatas, namun kalkulus yang lebih dalam masih ada.

- Lapang pandang operator minimal akibat perdarahan saat instrumentasi.

Oleh karena kesulitan-kesulitan tersebut, maka operator harus memperhatikan

instrumentasi yang tepat, baik pemilihan alat, posisi dan cara memegang instrumen, serta

keterampilan operator. Sickle , hoe, file dan alat ultrasonik digunakan untuk scaling

subgingiva tapi tidak diajnjurkan untuk root planing. Meskipun beberapa jenis file dapat

menghancurkan deposit yang keras tetapi file, hoe, dan alat ultrasonik yang besar sulit

diinsersikan ke dalam poket yang dalam. Hoe dan file tidak bisa digunakan untuk

mendapatkan permukaan yang halus seperti kuret, kuret sangat baik digfunakan untuk

menghilangkan sementum subgingiva. Scaling subgingiva dan root planing dilakukan

baik dengan kuret universal; maupun dengan kuret gracey. Cutting edge diadaptasikan

dengan ringan pada gigi diman shank bagian bawah dibuat sejajar dengan permukaan gigi

. Shank bagian bawah digerakkan menghadap kegigi sehingga dengan demikian bagian

depan dari blade berada dekat dengan permukaan gigi. Blade instrument kemudian

diinsersikan di bawah gingival sampai dasar poket dengan gerakan eksplorasi ringan. Bila

cutting edge telah mencapai dasar poket, angulasi 45o dan 90o harus dipertahankan dan

kalkulus dihilangkan dengan gerakan yang terkontrol, berulang, gerak pendek, dan

pergelangan tangan yang cukup bertenaga.

Ketika stroke scaling digunakan untuk menghilangkan kalkulus, kekuatan bisa

dimaksimalkan dengan memusatkan tekanan lateral ke sepertiga bagian bawah pisau

(lihat Gambar. 42-19). Dibagian ini, beberapa milimeter dari terminal pisau, diposisikan
sedikit apikal ke tepi lateral kalkulus, dan stroke vertikal atau miring digunakan untuk

membagi kalkulus dari permukaan gigi. Tanpa menarik instrumen dari saku, pisau maju

ke lateral untuk mengenai bagian berikutnya dari kalkulus yang tersisa. Stroke vertikal

atau miring lainnya dibuat, sedikit tumpang tindih dengan stroke sebelumnya. Proses ini

diulang sampai kalkulus hilang.

Tekanan lebih ke lateral diperlukan untuk menghilangkan seluruh kalkulus di

satu stroke. Meskipun beberapa dokter mungkin bisa menghilangkan seluruh kalkulus.

cara, kekuatan yang lebih tepat diperlukan untuk mengurangi sensitivitas taktil

mengurangi jaringan trauma. Sebuah stroke tunggal biasanya tidak cukup untuk

menghapus kalkulus seluruhnya. stroke dibuat dengan ujung enderung mengambil deposit

bagian bawah lapis demi lapis. Ketika serangkaian ini diulang, kalkulus dapat dikurangi

menjadi lembaran tipis, halus, mengkilat yang sulit untuk membedakan dari permukaan

akar di sekitarnya.

Sebuah kesalahan umum dalam instrumenting pada permukaan proksimal adalah

gagal untuk mencapai wilayah midproximal apikal kekontak. Daerah ini relatif

tidak membutuhkan tehnik keterampilan lebih dari instrumentasi bukal atau permukaan

lingual. Hal ini sangat penting untuk memperluas stroke di seluruh permukaan proksimal

sehingga tidak ada kalkulus di daerah interproksimal. Dengan kuret yang baik, hal ini

dapat dicapai dengan menjaga batang bawah kuret tetap paralel dengan sumbu panjang

gigi (Gambar 47-3). Dengan paralel tangkai yang lebih rendah dengan sumbu panjang

gigi, pisau dari kuret akan mencapai dasar saku dan melampaui garis tengah di

permukaan proksimal.

Hubungan antara letak jari dan daerah kerja penting untuk dua alasan. Pertama,

sisa jari atau titik tumpu harus diposisikan untuk memungkinkan tangkai yang lebih

rendah dari instrumen yang akan paralel atau hampir sejajar dengan permukaan gigi yang

sedang dirawat. Paralelisme merupakan persyaratan mendasar untuk optimalisasi kerja

angulation. Kedua, sisa jari harus diposisikan untuk memungkinkan operator


menggunakan gerak pergelangan tangan-lengan. Pada rahang atas posterior, persyaratan

ini dapat dipenuhi hanya dengan menggunakan tumpuan ekstraoral atau sebaliknya-arch.

Ketika jari terletak intraoral digunakan di daerah lain mulut, sisa jari harus cukup dekat

dengan daerah kerja untuk memenuhi dua persyaratan.

Sebagai instrumentasi gigi selanjutnya, posisi tubuh operator dan lokasi dari sisa

jari harus sering disesuaikan atau diubah untuk memungkinkan paralelisme dan gerak

pergelangan tangan. Untuk cara lain yang mungkin dan dapat diterima jika cara tersebut

memberikan efisiensi yang sama dan kenyamanan. Berikut pendekatan dapat digunakan:

Maksilaris kanan posterior sekstan: wajah aspek (Gambar 47-4).

Posisi Operator : posisi samping

Iluminasi:Langsung.

Visibilitas: langsung (tidak langsung

untuk permukaan distal molar).

Alat Scaling dan Root Planing

Alat scaling dan root planing digunakan untuk:

1. Menghilangkan kalkulus dari permukaan mahkota dan akar gigi

2. Membuang sementum yang tercemar toksin dan nekrosis pada permukaan

subgingival dari akar gigi

Alat ini dapat disubklasifikasikan lagi atas :

1. Sickle scaler adalah scaler kasar untuk menyingkirkan kalkulus supragingival.

Permukaan sickle scaler adalah datar dengan dua cutting edge yang menyatu

membentuk ujung yang runcing. Penampang melintangnya berbentuk segitiga


dan sisi pemotong pada kedua sisi. Karena desainnya, alat ini hanya digunakan

untuk penyingkiran kalkulus supragingival. Apabila digunakan untuk

instrumentasi subgingival akan mencederai jaringan gingiva.

Gambar: sickle scaler

Banyak sekali jenis sickle scaler. Ada scaler yang khusus untuk regio

anterior dan ada yang khusus untuk regio posterior. Masing-masing jenis scaler

ada yang lurus dan ada yang melengkung lehernya. Pada scaler sabit untuk region
anterior, baik yang lurus maupun yang melengkung, mata pisau, leher dan

gagangnya berada dalam satu bidang. Sebaliknya mata pisau, leher dan gagang

untuk regio posterior tidak berada dalam satu bidang, karena tangkainya

membengkok agar mudah diadaptasikan pada gigi posterior.

2. Curette adalah alat periodontal halus yang digunakan untuk scaling dan root

planning.

Kuret dibedakan atas dua tipe: kuret universal dan kuret khusus (area-

specific/Gracey curette). Ciri khas kuret adalah: bentuk penampang melintang

seperti sendok, ujungnya membulat/tumpul. Sisi pemotongnya adalah ganda pada

kuret universal dan tunggal pada kuret khusus. Ukurannya lebih halus

dibandingkan dengan sickle scaler. Oleh sebab itu alat ini mudah dimasukkan dan

diadaptasikan pada pocket yang dalam tanpa menimbulkan cedera pada jaringan.

Kuret yang dipasarkan ada yang bermata pisau tunggal (pada salah satu ujung

gagang saja), tetapi ada juga yang bermata pisau ganda (mata pisau pada masing-

masing ujung gagang).

Gambar : kuret

Perbedaan antara kuret universal dengan kuret khusus/Gracey adalah:


a) Kuret universal dapat digunakan pada semua daerah dan sisi/permukaan

sedangkan kuret khusus hanya pada daerah dan sisi tertentu

b) Sisi pemotong pada kuret universal ganda, sedangkan pada kuret khusus tunggal

c) Kuret universal melengkung kearah atas saja, sedangkan kuret khusus

melengkung kearah atas dan kesamping

d) Permukaan mata pisau kuret universal tegak lurus terhadap leher alat, sedangkan

mata pisau kuret khusus membentuk sudut 60° terhadap leher alat.

Gambar : Gracey Curette


Gambar : Gracey Curette

Gracey Curette memiliki 14 ukuran yang digunakan spesifik untuk tiap

gigi dan permukaannya. Kuret nomor 1-4 digunakan untuk gigi anterior, kuret

nomor 5-6 digunakan untuk gigi anterior dan premolar, kuret nomor 7-10

digunakan untuk bagian fasial dan lingual gigi posterior, kuret nomor 11-12

digunakna untuk bagian mesial gigi posterior, serta kuret nomor 13-14 digunakan

untuk bagian distal gigi posterior.

3. Hoe scaler

Mata hoe scaler membengkok membentuk sudut 99°-100° terhadap leher alat.

Alat ini didesain untuk setiap permukaan gigi, artinya pada setiap permukaan gigi

digunakan satu jenis hoe scaler.


Gambar : hoe sclaer

4. Chisel scaler

Chisel scaler didesain khusus untuk permukaan proksimal gigi anterior yang

terlalu rapat ruang interproksimalnya. Lehernya bisa lurus atau membengkok,

dengan sisi pemotong membentuk sudut 45°.

5. Scaler ultrasonic

Digunakan untuk membuang plak, scalling, mabuang stain, dan kuretase. Ada 2

tipe gerakan pada scaler ultrasonic ini, yaitu (1) magnetostrictive, pergerakannya

ellips ; dan (2) piezoelectric, pergerakannya linear.

Gambar : ultrasonic scaler

Sonic dan Ultrasonic Instrumentasi

Komponen penting dari perawatan periodontal adalah membersihkan biofilm dan

kalkulus yang terdapat di subgingival. Metode sederhana untuk perawatan permukaan

akar menggunakan hand instruments seperti kuret. Namun dengan teknik yang sederhana

memerlukan keterampilan operator yang lebih, memakan waktu yang lama, dan

menimbulkan ketidaknyamanan baik untuk operator dan pasien, sehingga saat ini
dikembangkan power-driven scalers (skaler yang digerakkan oleh mesin). Power driven

scaler terdiri dari unltrasonic dan sonic scaler. Dengan power driven scaler meningkatkan

kenyamanan pasien dan mengefisiensikan tenaga yang dikeluarkan oleh operator.

Sonic Scalers, Magnetostrictive, dan Piezoelectric Ultrasonic Scalers

Sistem pergerakkan scaler dibagi menjadi sonic scalers, magnetostrictive,

piezoelectric ultrasonic scaler. Pengoperasian sonic scaler oleh kompres udara yang

berasal dari dental chair. Memiliki frekuensi 6000Hz samapi 9000 Hz dengan amplitudo

sampai dengan 1000µm hampir disetiap pergerakannya sehingga tidak memiliki

ketergantungan terhadap angulasi permukaan akar untuk kestabilan pergerakan scaler ini.

Jadi menggunakan sonic scaler lebih menguntungkan daripada ultrasonic scaler.

Magnetostrictive ultrasonic scalers memilitki amplitudo 13 hingga 72 µm dan

frekuensinya 20.000 Hz hingga 45.000 Hz. Pizoelectric scalers juga memiliki frekuensi

pergerakan 20.000 hingga 45.000 Hz dan amplitude sampai dengan 72 µm. Dengan

frekuensi dan amplitodo sebesar itu magnetostrictive dan piezoelectric scaler memiliki

ketergantungan angulasi terhadap permukaan akar untuk kestabilannya.


Keamanan dan Penggunaan Pergerakan Scaler

Di awal perawatan periodontal membutuhkan instrument yang memiliki

kecepatan tinggi untuk efisiensi waktu saat mengurangi kalkulus dengan pengurangan

substansi akar yang minimal. Meskipun demikian keamanan dari penggunaan scaler ini

tergantung pada waktu instrumentasi, kekuatan lateral, angulasi scaler, dan pengaturan

kecepatan pemakaian instrument. Untuk penggunaan sonic scaler menggunakan low

power, sedangkan untuk magnetostrictive dan piezoelectric scaler menggunakan medium

power.
Ultrasonik scaling dapat menghilangkan kalkulus dan mengurangi jumlah bakteri

berbahaya di bawah garis gusi. Alat ini penting dalam pencegahan dan perawatan dari

penyakit periodontal. Scaling dengan alat ultrasonic sekarang sudah banyak dilakukan di

Indonesia. Pengaruh dan pemakaian alat ultrasonic serta pemolesan permukaan dengan

mesin kecepatan tinggi (jet) mengakibatkan jaringan gigi turut terambil sehingga bakteri

dapat masuk ke dalam tubulus yang terbuka. Jadi penggunaannya harus dengan tekanan

ringan dan mengenai sedikit mungkin daerah. Pada ujung alat ultrasonic terdapat

semprotan air yang bertujuan untuk menghilangkan panas yang umumnya terjadi akibat

vibrasi ultrasonic. Selain itu juga berfungsi sebagai pembersih permukaan gigi.

Posisi pasien dan operator pada penggunaan alat sonic dan ultrasonic sama saja

dengan posisi pada penggunaan hand instrument. Pada instrumentasi untuk rahang atas,

pasien tidur terlentang dengan posisi dagu agak diangkat. Sedangkan pada mandibula,

posisi senderan dari dental chair kira-kira 45 derajat dari lantai. Namun, jangan dilupakan

bahwa penggunaan kaca mulut tetaplah penting.

Sebelum setiap prosedur scaling, seorang dokter gigi harus mengevaluasi terlebih

dahulu bagian yang akan dilakukan perawatan. Evaluasi tersebut termasuk melakukan

probing kedalaman poket, anatomi dari permukaan akar, dan morfologinya. Terkadang

gambaran radiografi juga dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas.

Pada saat melakukan scaling, diperhatikan juga kecepatan dari agen pendingin.

Kecepatan agen pendingin paling tidak 14 ml/min sampai 23 ml/min dianjurkan untuk

mencegah adanya kerusakan termal pada poket periodontal.

Setting dari kecepatan sonic dan ultrasonic scaler mempengaruhi amplitude dari osiliasi

tip. Namun, pada pemakaian instrument berkecepatan tinggi akan meningkatkan aerosol

dan pembentukkan splatter yang akan mengakibatkan berkurangnya agen pendingin yang

masuk ke dalam poket periodontal. Sehingga, akan lebih baik apabila dalam pengaturan

kecepatannya pada kecepatan rendah atau medium. Hal ini dilakukan untuk menghindari

pembuangan jaringan akar yang seharusnya tidak terbuang.


Untuk mencapai stabilisasi instrument yang maksimum, maka harus diperhatikan dalam

hal cara memegang alat dan tumpuan jari kita. Stabilisasi maksimum dapat dicapai

dengan menggunakan teknik modified pen grasp. Dengan panggunaan hand instrument,

finger rest pada intraoral sangat dianjurkan untuk setiap segmen pada rahang atas dan

rahang bawah. Palm rest pada bagian ekstraoral harus dilakukan pada instrumentasi pada

gigi posterior di rahang atas dan punggung tangan pada area maksila bagian kanan atau

dengan telapak tangan pada area kiri.

Pada pendekatan sistemik dalam membersihkan permukaan akar dengan tip scaler yang

tipis. Tip diletakkan secara parallel pada sumbu panjang gigi. Namun, insersi secara

oblique juga direkomendasikan untuk membersihkan permukaan interdental kontralateral.

Gambar. Posisi tip dalam membersihkan permukaan akar

Posisi Scaling

1. Posterior Kanan Rahang Atas: aspek fasial (Molar)

Posisi operator : di sebelah pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung (tidak langsung

untuk permukaan distal dari molar)

Retraksi : kaca mulut atau jari lainnya


Jari lainnya : ekstraoral, telapak tangan. Punggung jari tengah dan jari manis terletak

pada lateral mandibula.

2. Posterior Kanan Rahang Atas: aspek fasial (Premolar)

Posisi operator : di sebelah atau di

belakang pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : kaca mulut atau jari

lainnya

Jari lainnya : ekstraoral, telapak

tangan. Jari manis berada pada

permukaan oklusal gigi sebelahnya.

3. Posterior Kanan Rahang Atas: aspek palatal

Posisi operator : di sebelah atau

depan pasien

Pencahayaan : langsung dan

tidak langsung

Penglihatan : langsung dan

tidak langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : ekstraoral,

telapak tangan. Punggung jari


tengah dan jari manis terletak pada lateral mandibula.

Posisi operator: di depan pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : intraoral,

telapak tangan, jari. Jari

telunjuk tangan yang tidak

bekerja berada di permukaan

oklusal dari gigi poserior kanan

rahang atas. Jari manis dari

tangan yang bekerja pada jari telunjuk tangan yang tidak bekerja.

4. Anterior Rahang Atas: aspek fasial

Posisioperator :di belakang pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : jari telunjuk dari jari

yang tidak bekerja

Jari lainnya : intraoral, telapak

tangan. Jari manis pada incisal edge

pada gigi sebelah.


Posisi operatordi depan pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : jari telunjuk dari jari yang tidak bekerja

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau permukaan

labial pada gigi sebelah

5. Anterior Rahang Atas: aspek palatal

Posisi operator : di belakang pasien

Pencahayaan : tidak langsung

Penglihatan : tidak langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan.

Jari manis pada incisal edge pada gigi

sebelah

6. Posterior Kiri Rahang Atas:

aspek fasial

Posisi operator :di samping atau

belakang pasien

Pencahayaan : langsung atau

tidak langsung
Penglihatan : langsung atau tidak langsung

Retraksi : kaca mulut

Jari lainnya : ekstraoral, telapak tangan. Permukaan depan dari jari tengah dan jari

manis pada lateral mandibula sebelah kiri.

Posisi operator :di samping atau

belakang pasien

Pencahayaan : langsung atau tidak

langsung

Penglihatan : langsung atau tidak

langsung

Retraksi : kaca mulut

Jari lainnya : intraoral, telapak

tangan. Jari manis pada incisal edge atau permukaan oklusal dari gigi sebelah.

7. Posterior Kiri Rahang Atas: aspek lingual

Posisi operator :di depan pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : intraoral. Jari

manis pada incisal edge dari gigi

anterior rahang bawah atau


permukaan fasial dari premolar rahang bawah, diperkuat dengan jari telunjuk dari tangan

yang tidak bekerja

Posisi operator :di depan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : ekstraoral, telapak tangan. Permukaan depan

dari jari tengah dan jari manis pada permukaan lateral dari

mandibula

Tangan yang lainnya memegang kaca mulut sebagai

pencahayaan tidak langsung.

Posisi operator :di samping atau depan

pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi :-

Jari lainnya : intraoral, telapak

tangan. Jari manis pada incisal edge

atau permukaan oklusal dari gigi

sebelah

8. Posterior Kiri Rahang Bawah:

aspek fasial

Posisi operator :di samping atau

belakang pasien
Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung atau tidak langsung

Retraksi : kaca mulut atau jari telunjuk

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau permukaan

oklusal dari gigi sebelah

9. Posterior Kiri Rahang Bawah: aspek lingual

Posisi operator :di samping ataudepan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari

manis pada incisal edge atau permukaan

oklusal dari gigi sebelah

10. Anterior Rahang Bawah: aspek fasial

Posisi operator :di depan pasien


Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : jari telunjuk dari tangan yang tidak bekerja

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau permukaan

oklusal dari gigi sebelah

Posisi operator :di belakang pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : jari telunjuk atau jempol dari tangan yang tidak

bekerja

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal

edge atau permukaan oklusal gigi sebelah

11. Anterior Rahang Bawah: aspek lingual

Posisi operator :di belakang

pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak

langsung

Penglihatan : langsung dan tidak

langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau permukaan

oklusal gigi sebelah

Posisi operator :di depan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung


Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari manis pada incisal edge atau permukaan

oklusal gigi sebelah

12. Posterior Rahang Bawah: aspek bukal

Posisi operator :di sebelah atau depan pasien

Pencahayaan : langsung

Penglihatan : langsung

Retraksi : kaca mulut atau jari telunjuk

dari tangan lainnya

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari

manis pada incisal edge atau permukaan oklusal

gigi sebelah

13. Posterior Kanan Rahang Bawah: aspek lingual

Posisi operator :di depan pasien

Pencahayaan : langsung dan tidak langsung

Penglihatan : langsung dan tidak langsung

Retraksi : kaca mulut menahan lidah

Jari lainnya : intraoral, telapak tangan. Jari

manis pada incisal edge atau permukaan oklusal

gigi sebelah
IV. M3 tentang Splinting dan night guard

-Splint merupakan alat stabilisasi dan immobilisasi gigi yang goyah karena suatu lesi atau
trauma atau penyakit periodontal.

-Splint digunakan untuk menggabungkan beberapa gigi untuk membentuk suatu


dukungan.

-Prinsip dari pembuatan splint ini yaitu dengan mengikat beberapa gigi menjadi satu
kesatuan sehingga tekanan dapat didistribusikan ke semua gigi yang diikat.

-Splint dapat berupa alat yang dapat dilepas, cekat, atau kombinasi keduanya.

-Splint dapat digunakan secara temporer maupun permanen tergantung dari material yang
digunakan juga lama penyembuhan penyakit periodontalnya.

Beberapa contoh splint :

1. Splint Lepasan Eksternal

Splint lepasan permanen dalam hal ini adalah splint continuous clasp dapat mengikat gigi
yang goyah. Alat ini mirip dengan gigi tiruan lepasan sebagian. Splint ini memberikan
dukungan pada gigi dari permukaan lingual dan dimungkinkan adanya tambahan
dukungan dari permukaan labial atau dengan menggunakan landasan intrakoronal. Palatal
bar juga mungkin ditambahkan untuk mendukung efek splintingnya. Beberapa gigi tiruan
menggunakan pin yang ditancapkan dalam cekungan atau lubang pada inlay.

2. Cast Metal Resin Bonded Fixed Partial Denture

Cast metal resin bonded fixed partial denture digunakan dengan mengurangi sedikit
lapisan email. Tipe ini merupakan jenis protesa yang fungsional, estetis, reversibel, dan
murah. Protesa ini terdiri dari kerangka logam yang dilapisi dengan resin yang menempel
pada email gigi. Ikatan email sangat kuat, meskipun demikian gigi yang goyah bila
mendapat tekanan oklusal yang sangat kuat maka dapat lepas dari kerangka logamnya.

3. Splint Cekat Internal

Alat permanen cekat dapat dibuat dengan logam yang disolder, seperti mahkota penuh,
mahkota 3/4 , inlay, splint pin horizontal, dan pin ledge. Splint kemudian disementasi
pada tempatnya. Mahkota penuh merupakan alat yang paling mudah jika resesi tidak
bertambah dan gigi dibuat sejajar. Splint jenis ini bentuknya kaku dan ukuran splint harus
sesuai dengan diameter bukolingual. Sambungan interproksimal jangan sampai mengenai
papila interdental, dan hubungan oklusalnya harus harmonis. Splint cekat merupakan
suatu restorasi yang paling efektif untuk stabilisasi gigi.

4. Splint Kombinasi

Meskipun splint cekat banyak keuntungannya, tetapi terdapat kelemahan dari segi
periodontal, sehingga kombinasi dari splint cekat dan partial denture merupakan pilihan
yang tepat. Gigi tiruan sebagian menggunakan gigi pegangan yang merupakan splint yang
paling baik dan dapat dikerjakan dengan mudah dengan klamer dan sandaran sehingga
stabilisasi dapat tercipta ke segala arah. Gigi tiruan dapat didukung oleh mahkota gigi
atau pasak logam yang ditanam ke dalam akar gigi.

Perawatan splint eksternal fiber-reinforced composite resin pada gigi anterior:

-Membersihkan gigi yang akan displint dengan scaler ultrasonik kemudian menyikat
dengan brush dan pumice.

-Setelah gigi bebas dari deposit kemudian dikeringkan dengan semprotan udara dan
meletakkan kapas disekitar gigi yang akan displint agar tetap bebas dari saliva.

-Mengaplikasikan etsa pada bagian palatal atau lingual di bawah 1/3 incisal gigi selama 5
menit, kemudian dibilas dengan semprotan air lalu mengeringkan dengan semprotan
udara.

-Mengaplikasikan bonding pada area yang telah dietsa, kemudian melakukan penyinaran
dengan light curing unit selama 10 detik.

-Mengaplikasikan net fiber pada area gigi yang telah dibonding (termasuk area
interdental), kemudian melakukan penyinaran selama 10 detik.

-Mengaplikasikan resin komposit diatas net fiber agar splint melekat lebih kuat,
kemudian melakukan penyinaran selama 20 detik.

-Melakukan finishing dan polishing pada resin komposit dengan bur finishing.

-Mengecek adanya traumatik oklusi. Menyarankan pasien untuk menjaga kebersihan


mulutnya dan kontrol 1 minggu kemudian.

-Setelah dilakukan splinting pasien diinstruksikan untuk lebih memperhatikan kebersihan


gigi dan mulutnya, terutama pada regio gigi yang displinting, karena pada regio tersebut
lebih mudah terjadi akumulasi plak dan debris yang akan menyebabkan inflamasi kronis
yang terjadi dapat semakin parah.Evaluasi Keberhasilan Perawatan Jaringan
Periodonsium

V. M3 Evaluasi keberhasilan perawatan periodontal

Keberhasilan perawatan dapat dilihat secara klinis, radiografis, tindakan bedah, atau
secara histologis. Metode klinis yang digunakan dengan membandingkan keadaan
sebelum dan sesudah probing. Tiga cara probing yang dilakukan yaitu pengukuran
kedalaman poket, tinggi perlekatan, dan tinggi tulang. Menentukan tinggi perlekatan lebih
penting daripada pengukuran poket. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan tepi
gingiva setelah perawatan. Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap pengaruh
penetrasi probing kedalaman poket. Penetrasi probing ini sangat bervariasi bergantung
kepada derajat keradangan jaringan, yang secara langsung berpengaruh terhadap dasar
poket. Probing mungkin tidak mencatat kedalaman poket yang sebenarnya, tetapi
merupakan hasil penetrasi probe ke jaringan periodontium, sehingga menghasilkan
perkiraan yang berlebihan dan kedalaman poket.

Penilaian klinis jaringan keras memerlukan re-entry surgery atau pembedahan kedua
setelah periode penyembuhan. Tindakan ini biasanya dilakukan 6 sampai 12 bulan setelah
pembedahan pertama. Pembedahan kedua ini biasanya berjalan lebih cepat dan trauma
yang terjadi lebih sedikit. Jika pengukuran ini dikombinasi dengan penilaian klinis
jaringan lunak, dapat memberikan informasi yang bermanfaat sesuai tujuan perawatan
yaitu regenerasi jaringan periodontium. Penilaian dilakukan dengan membuat model
cetakan tulang pada waktu pembedahan pertama dan pembedahan kedua,yang kemudian
dibandingkan. Teknik pengukuran secara linear terhadap perubahan jaringan keras gigi,
ditentukan dan beberapa titik yaitu:

· Tinggi puncak tulang alveolar, yaitu jarak dan batas semen enamel ke puncak tulang
alveolar

· Kehilangan tulang, yaitu jarak dari batas semen enamel ke dasar kerusakan tulang

· Dalamnya kerusakan, yaitu jarak dan puncak tulang alveolar ke dasar kerusakan Tulang

· Kedalaman probing pada kerusakan daerah furkasi horizontal, yaitu jarak dan
permukaan bukal atau lingual daerah furkasi yang mengalami kerusakán, ke permukaan
luar dan kedudukan probe pada lekukan furkasi.
Untuk menilai regenerasi tulang alveolar pemeriksaan probing secara klinis. Pemakaian
teknik digital komputer substraction radiography akan menghasilkan gambar yang baik.
Hasilnya dapat memperlihatkan perubahan tinggi puncak tulang dan dasan kerusakan
yang berdekatan dengân permukaan akar, perubahan kepadatan tulang, perubahan
persentasi jaringan penyangga gigi pada setiap akar gigi.

Analisis radiografis dan re-entry operations dilakukan untuk mengukun regenerasi tulang
pada kerusakan tulang angular sebelum dan sesudah perawatan. Analisis ini tidak dapat
memperlihatkan adanya pembentukan sementum baru pada permukaan akar dan
ligamentum periodontal baru. Regenerasi jaringan periodontium dan perlekatan baru
hanya dapat ditentukan secara tepat melalui pemeriksaan mikroskopis. Penilaian
regenerasi jaringan diperlukan bukti adanya sementum baru dan pertumbuhan
ligamentum periodontal ke arah koronal tulang alveolar, serta pembentukan perlekatan
baru secara sempurna. Penilaian histologis perlekatan baru hanya membutuhkan. bukti
terbentuknya sementum baru dengan pertumbuhan serat kolagen di antaranya.

Debridemen akar periodontal merupakan salah satu komponen vital dalam terapi
pembedahan dan non-bedah. Karakteristik penting dalam perawatan periodontitis adalah
pembersihan deposit bakteri dan kalkulus subgingival secara mekanis.

Berusaha untuk menghindari trauma pada bagian paling koronal perlekatan jaringan ikat
dengan menginsersikan kuret 1 mm lebih dangkal dibandingkan kedalaman probing
poket. Hasil penelitian tersebut tidak menemukan perbedaan kedalaman probing poket
dan rata-rata tinggi perlekatan probing dinyatakan signifikan antara gigi uji [kuret
diletakkan 1 mm lebih dangkal dari dasar poket] dengan kontrol, pada 1 dan 3 bulan
setelah perawatan. Mereka menyatakan bahwa dibandingkan dengan pembersihan deposit
subgingival yang efektif, trauma pada bagian paling koronal jaringan ikat dan
remodelling lesi pada daerah tersebut setelah prosedur skeling dan root planning,
bukanlah faktor yang penting. Jadi, jika digunakan selama debridemen, penetrasi
Ultrasonic Tip yang dalam dapat meningkatkan resiko trauma pada bagian koronal
perlekatan jaringan ikat, dibandingkan dengan kuret Gracey, namun hal ini bukanlah
faktor utama dalam hasil perawatan klinis.

Anda mungkin juga menyukai