Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 16

REHABILITA EDENTULOUS DAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDER

MODUL 3

"PEMASANGAN, KONTROL SERTA KEGAGALAN GTP"

Insisivus 7

Tutor: drg. Popy Sandra

Ketua : Mega Apriliani 1711411022

Sekretaris Meja: Kerin Irawan 1711412025

Sekretaris Papan: Putri Habci 1711412026

Adinda Rizki Amalia 1711413010

Livia Oktia 1711411012

Syahrina Suhdi 1711413002

Shavira Annisa Faran 1711412003

Vina Nurul Alvionita 1711411016

Zuha Daffa Ulhaq 1711413007

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2019/2020
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbilalamin, sungguh banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita,


tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji bagi Allah atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta Hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas hasil
laporan Tutorial Skenario modul 3 ini.
Dalam penyusunannya kami mengucapkan terimakasih kepada dokter tutor kami drg.
Popy Sandra yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan kepercayaan yang begitu besar.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga laporan ini bisa bermanfaat dan menuntun
pada langkah yang lebih baik lagi bagi kami.
Meskipun kami berharap isi dari laporan tutor kami ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun pasti selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar laporan tutorial ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan tutorial kami ini dapat
bermanfaat.

Wassalamualaikum wr.wb

Padang, 9 Februari 2020

Penyusun
Modul 3
PEMASANGAN, KONTROL SERTA KEGAGALAN GTP

Skenario 3:
Dikontrol buk…

Ibu Kokom (69 tahun) datang ke praktik drg. Keken untuk control 24 jam paska
pemasangan gigi tiruan barunya berupa gigi tiruan lengkap RA dan gigi tiruan lepasan RB. Dia
mengeluh nyeri di bawah sayap gig tiruan RA bagian depan kanan saat mengunyah makanan,
Sebenarnya ibu Keken sudah menggunakan GTP yang dibuat ioleh tukang gigi selama
hampir 5 tahun, tetapi sekarang gigi tiruan tersebut sudah sangat jelek sekali dan longgar. Pada
awal kunjungan, drg. Keken menjelaskan padanya untuk dibuatkan gigtiruan baru karena gigi
tiruan lamanya tidak dapat direlining dan rebasing. Hal ini karena dari pemeriksaan klinis
didapat bahwa linggir posterior rahang bawah flat ridge dan terdapat epulis fisuratum pada
region anterior superior dextra.
Setelah dilakukan i sedikit penyesuian, drg. Keken mengingatkan kembali instruksi
pemeliharaan gigi tiruan yang harus dilakukan dan jadwal control selanjutnya setelah 1 minggu.
Bagaimana menurut anda kasus gigi tiruan ibu Keken?

Langkah Seven Jumps :

A. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang dapat
menimbulkan kesalahan interpretasi
B. Menentukan masalah
C. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledge
D. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari
korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara
terintegrasi
E. Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectives
F. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain
G. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

Langkah 1: Mengklarifikasi Terminologi yang tidak diketahui dan mendefiniskan hal-hal


yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi

Relining : menempatkan bahan baru pada GT tanpa pengambilan yang banyak, untuk mecari
adaptasi kembali
Rebasing : penggantian basis GT baru dengan anasir lama yang di gunakan tanpa merubah letak
dan oklusi dari GT
Epulis fissuratum : pertumbuhan jaringan fibrosa akibat iritasi kronik

Langkah 2 : Menentukan masalah

1. Apa penyebab GT lama pasien jelek dan longgar?


2. Apa penyebab nyeri pada pasien dan bagaimana penanganannya?
3. Apa saja indikasi dan kontra indikasi reloning dan rebasing?
4. Apa tujuan dari relining dan rebasing?
5. Apa indicator keberhasilan dari relining?
6. Bagaimana penatalaksanaa relining dan rebasing?
7. Apa saja hal yang perlu diperhatikan saat insersi pertama kali?
8. Apa saja keluhan yang dapay dirasakan pasien pasca insersi?
9. Mengapa pasien perlu control dan apa yang perlu diperhatikan ?
10. Bagaimana instruksi pemeliharaan GT pada pasien ?
11. Apa saja dampak penggunaa GTP yang tidak tepat?

Langkah 3 : Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior


knowledge

1. -adanya overextended atau underextende


-tidak adaptasi
-oklusi dan artikulasi tidak baik
-ruang lidah sempit
-post dam kurang baik
-resorpsi linggir alveolar
2. – tepi sayap overextended sehingga menekan jaringan
- tepi sayap tajam makan bulatkan bagian tersebut
-permukaan anatpomis GTP tidak rata maka cek dengan PIP
3. indikasi :
Tidak adaptasi dan retensi
Akumulasi makanan
Terjadi perubahan yang sedikit
Pertimbangkan biaya
Jika immediate denture
Kontraindikasi:
Permasalahan estetik
Jaringan dibawah GT tidak mendukung
Ada undercut
Relasi RA dan RB tidak baik sehingga mengganggu fonetik
Gangguan jaringan lunak
Elem anasir patah
4. – memperbaiki adaptasi
- memperoleh mukosa yang adekuat
-memperpanjangpendekkan
5. – tidak ada keluhan
-retensi dan stabilisasi tercapai
- tidak aad ungkitan
-pasien nyaman
-tidak ada gangguan fonetik
6.relining
Direct- self curing acrylic
Indirect- heat curing acrylic
Prosedur: kurangi sayap basisi yang menghadap mukosa 1-2 mm > border molding > pencetakan
final > flasking, deflasking, finishing, polesing
7. sebelum : periksa permukaan mekanis/poles harus halus dan permukaan anatomis tidak ada
yang tajam
Saat : periksa dan sesuaikan POI dan perhatikan jika ada hambatannya
Setelah: GT tidak lepas atau retensi dengan baik, GT stabil, oklusi baik tanpa premature kontak
dan occlusa interference
8. rasa sakit, GTP longgar, rasa muntah, mulut pasien terasa penuh, DV tidak tepat, kesalahan
oklusi dan fungsi fonetik, Estetik, rasa sakit pada linggir dan palatum
9. keluhan pasien
- estetik (susunan anasir, bucal support dll )
- fonetik (terlepas saat bicara)
- rasa sakit
- mastikasi sulit apa tidak
10. – jaga kebersihan protesa dengan air dan sikat lembut juga cairan pembersih khusus
- lepas protesa saat malam hari
- segera hubungi drg ketika ada gangguan yang dirasakan
- control sesuai jadwal yang telah ditetapkan (24 jam, 1 minggu, 6 bulan)
- rendam dalam cairan pembersih atau air saat malam hari
- protesa bersifat individualis dijelaskan agar pasien tidak menyamakan pengalamannya dengan
orang lain
- butuh waktu agi pasien untuk penyesuaian mastikasi dan fonetiknya
- jangan makan makanan yang keras dan lengket
11. – trauma jaringan lunak
- trauma TMJ atau temporo mandibular dissorder

Langkah 4 : Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan


mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi
secara terintegrasi

Sudah 5 tahun pakai GT


oleh tukang gigi Ibu Kokom (69)

Sekarang GT sudah sangat Drg. Keken


jelek dan longgar

Mengeluh nyeri di bawah


GT baru sayap GTP baru RA

Insersi

24 jam

kontrol dan pemeliharaan 1 minggu


GT
6 bulan

Permasalahan pasca
insersi

Relining dan Dampak GT


rebasing yang buruk

Langkah 5 : Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectives

1) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang relining dan rebasing GTP
2) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang insersi GTP
3) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Permasalahan dan keluhan
pasca insersi GTP
4) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang dampak dari GTP yang buruk
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang relining dan
rebasing GTP

A.Relining

Relining yaitu melapisi permukaan anatomis untuk mengoreksi adaptasi gigi tiruan dengan
penambahan bahan di permukaan anatomis basis gigi tiruan tanpa mengubah hubungan oklusal.

Indikasi :
1. Ketika GT kehilangan atau kurang adaptasinya terhadap mukosa pendukungnya
sedangkan semua faktor oklusi, estetik, relasi sentrik, DVO dan material basis GT baik.
2. Hilangnya retensi GT
3. Ketidakstabilan GT
4. Food under denture (akumulasi makanan di bawah basis GT)
5. GT longgar sedikit
6. Sayap GT ‘underextended’
7. Dimensi Vertikal masih baik
8. Relasi sentrik = oklusi sentrik
9. Tepi posterior gigi tiruan rahang atas baik
10. Tepi-tepi perluasan basis cukup
11. Tepi-tepi sesuai dengan gaya otot kunyah
12. Pengucapan/susunan gigi baik
13. Kondisi jaringan tulang dan mukosa sehat
Kontraindikasi :
1. Resorbsi banyak
2. Jaringan mukosa luka
3. Kelainan pada sendi rahang
4. Estetis GT sangat jelek
5. Hubungan relasi RA & RB tidak baik

Prosedur relining :
Direct / Langsung pada mulut pasien dengan ‘SELF CURING ACRYLIC’
1. Daerah resorpsi linggir dikurangi dan dibuat retensi (½basis lama)
2. Dengan ‘self curing acrylic’ pada daerah retensi tadi ditekankan langsung pada
mulut pasien sampai komposisi akrilik plastis lalu dikeluarkan dari mulut
3. Instruksi pasien untuk kumur dengan air dingin,sisa akrilik dibuang
4. Masukkan kembali ditunggu hingga keras ±12-15 menit), lalu poles dan siap
dipakai
Kerugian :
1. Akrilik mudah porus dan warna tidak stabil
2. Mudah menimbulkan bau yang tidak enak
3. Mudah terjadi iritasi mukosa
Indirect / tidak langsung pada mulut pasien dengan ‘HEAT CURING ACRYLIC’
 Ukur dimensi vertikal sebenarnya
 Kerok bagian tepi/ perifer/ permukaan anatomik landasan gigi tiruan sebanyak mungkin dan
hilangkan semua gerongannya supaya mudah memasang dan melepas gigi tiruan
 Buat stop pada tiga tempat stabil, setebal kekurangan dimensi vertikal pasien dengan pedoman
dimensi vertikal pasien sebelum tepi landasan gigi tiruan dikerok. Pembuatan stop di dalam
mulut sambil mengukur ketinggian tadi. Bahan yang dipakai xantigen, yang mudah dibentuk
dalam mulut dengan ketebalan yang minim
 Bahan untuk mencetak harus bersifat mukostatik dan mempunyai daya alir yang tinggi, yang
lazim digunakan adalah zinc oxide eugenol pasta; keuntungan pasta ini adalah dapat
memperbaiki kekurangan tanpa mengulang secara menyeluruh. Lalu aduk bahan cetak dan
oleskan di bagian permukaan anatomik landasan gigi tiruan secara merata dan lakukan
pencetakan,dengan memasukkan ke dalam mulut dan tempatkan pada kedudukan sebenarnya.
Pasien diminta menggigit perlahan-lahan tanpa tekanan, operator mengukur dimensi vertikal
sampai mencapai dimensi vertikal sebenarnya, lalu pasien diminta menghentikan gigitannya
 Lakukan trimming untuk mendapatkan daerah peripherial seal yang baik
 Setelah bahan cetak mengeras, gigi tiruan dikeluarkan dari mulut pasien. Periksa hasil cetakan
dan hasilnya harus merata, tidak ada bagian sendok yang tampak dan tidak boleh menutupi stop
 Buat model kerja dengan cara boxing
 Buang malam untuk boxing dan haluskan tepi sayap model rahang, tetapi jangan lepaskan gigi
tiruan dari model kerja/rahang
 Lakukan flasking dan boiling out sehingga terdapat ruangan. semua bahan cetak zink oxide
eugenol pasta dibuang dan diganti dengan akrilik
 Kemudian lakukan packing, curing, deflasking, penyelesaian dan pemolesan gigi tiruan
 Gigi tiruan dipasang dalam mulut pasien sambil dinilai ketepatan duduknya dan diukur
kembali dimensi vertikalnya.

B. Rebasing

Rebasing adalah proses mengganti landasan gigi tiruan secara menyeluruh karena sudah rusak
sedangkan susunan gigi geligi masih baik atau mencekatkan kembali gigi tiruan dengan
mengganti bahan landasan gigi tiruan tanpa mengubah hubungan oklusinya/ susunan gigi-
giginya.

Syarat lain untuk rebasing adalah gigi tiruan tersebut masih memenuhi syarat estetik, fungsi
mengunyah, dan fonetik. Gigi tiruan mungkin perlu di rebasing karena perubahan dari jaringan
penyangganya di dalam mulut, selama pemakaian gigi tiruan lengkap lepas dalam jangka waktu
yang lama, dan untuk mengembalikan retensi dan fungsinya.

Indikasi :
1. Under extended basis gigi tiruan
2. Untuk membuat post-dam
3. Terjadi resorpsi tulang alveolar yang lokal ataupun menyeluruh
4. Gigi tiruan sudah longgar
5. Desain rangka protesa masih terletak baik pada gigi pengunyah
6. Elemen tiruan tidak aus berlebihan, patah, atau rusak
7. Bila basis gigi tiruan sudah terlihat buruk, karena pemakaian untuk jangka waktu lama
Relining berkali-kali

Rebasing dilakukan karena landasan gigi tiruan mengalami:


o Porusitas dalam yang terlalu bayak
o Perubahan warna karena pemakaian yang terlalu lama
o Bau yang kurang begitu disenangi pada gigi tiruan yang sudah lama dipakai
o Staining/ pewarnaan yang terlalu tebal
o Resorbsi tulang alveolar, yang mengakibatkan gigi tiruan tidak tepat lagi

Prosedur rebasing
 Bagian perifer sayap gigi tiruan lengkap dikasarkan dahulu
 Buat cetakan rahang pasien dengan menggunakan gigi tiruan lama sebagai sendok cetaknya
dan gunakan bahan cetak yang bersifat mukostatik yaitu zink oxide eugenol pasta atau viscogel
 Buat model kerja dari stone/ gips batu dengan cara boxing, dasar model kerjanya dibuat
takikan sebagai indeks bagi penempatan kembali
 Letakkan gigi tiruan pada model kerja/rahangnya pada bagian atas articulator dan siapkan
indeks oklusal pada bagian bawahnya dari gips. Seperti pada proses relining articulator
digunakan hanya untuk gerakan embuka dan menutup saja. Jika gips dari indeks telah keras,
bukalah articulator dan trimlah permukaan indeks sampai susunan gigi-gigi mempunyai
kedalaman 1/8 inci
 Gigi tiruan dilepaskan dari model kerjanya. Bahan cetak dibuang dan trimlah landasan akrilik
gigi tiruan dan tinggalkan secukupnya saja landasan gigi tiruan untuk menahan gigi-gigi. Gigi-
gigi tersebut dibersihkan dan ditempatkan kembali dalam indeks oklusalnya
 Lakukan modifikasi seal daerah posterior palatal dan relief bila diperlukan
 Buat landasan gigi tiruan yang baru dari malam, lakukan waxing
 Uji coba dalam mulut pasien dan periksa estetik, oklusi sentrik, dan ukur dimensi vertikalnya
 Setelah sesuai dan pasien menyukainya, lakukan flasking, packing, curing, deflasking dan
remounting gigi tiruan yang belum dilepas dari model rahangnya dalam articulator.gunakan
takikan pada dasar model rahang untuk menempatkan kembali model rahang pada posisi asalnya
dan gunakan indeks oklusal untuk menemukan dan memperbaiki setiap perubahan dimensi
vertikal oklusi atau oklusi sentrisnya yang terjadi dari proses pembuatan gigi tiruan.
 Gigi tiruan dilepaskan dari model rahangya,selesaikan dan poles
 Lalu pasang dalam mulut pasien, periksa mengenai kekokohan, kemantapan, estetik, dan
fonetik. Pasien diminta datang kembali setelah 3 hari, kecuali terdapat luka boleh kembali
sebelum waktunya
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang insersi GTP

Sebelum Insersi
Yaitu tahap persiapan pemasangan gigitiruan penuh, faktor yang harus diperhatikan adalah
pengamatan terhadap gigiruan berupa: 1. Permukaan polis/permukaan mekanis Tidak ada bagian
yang tajam/kasar Dipakai untuk menghindari:
 Terhindarnya penumpukan plak
 Terhindar dari iritasi pada lidah, bibir, pipi
2. Permukaan anatomis/permukaan yang menghadap jaringan
Pada saat insersi
a. Arah pemasangan
b. Hambatan saat pemasangan
Setelah Insersi
Setelah protesa diinsersikan dalam mulut dan diperhatikan:
a. Retensi
Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau tidak.
b. Oklusi
Di cek ada tidaknya prematur kontak. Apabila oklusinya terganggu, dilakukan grinding.
Gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada oklusi, kemudian pasien
disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah. Pengurangan menggunakan hukum BULL dan
MUDL (pengurangan pada permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan pengurangan
permukaan lingual dan distal pada rahang bawah). Gangguan diketahui dengan kertas artikulasi
yang diletakkan pada oklusi, kemudian pasien disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.
c. Stabilisasi
Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan, bicara, ekspresi
wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa dapat dipolis.

A- Evaluasi gigi tiruan di luar mulut pasien:


1. Sebelumnya, gigi tiruan harus direndam dalam air selama 72 jam untuk menghilangkan
monoer bebas yang dianggap mengiritasi untuk mukosa.
2. Periksalah gigi tiruan yang telah selesai dibuat jika ada tonjolan tajam, gelembung atau
spikula. Jika ditemukan, lepaskan dengan bur akrilik.
3. Periksalah gigi tiruan dari undercut yang terlihat jelas. Jika ada, mungkin perlu dihilangkan.
Jika undercut hadir dan memungkinkan POI tanpa menekan jaringan, itu mungkin dapat
dibiarkan. Undercuts anterior atau yang di fossa post-mylohyoid biasanya dapat dibiarkan jika
gigi tiruan dapat diputar ke posisinya. Ini membantu retensi.
4. Periksa area segel palatal posterior. Jika itu dipotong sangat dalam ke gips dan memiliki tepi
yang sangat tajam, bulatkan dengan bur akrilik.
B- Evaluasi gigi tiruan di dalam mulut pasien:
1. Keringkan GT. Dengan sikat kaku, lapisi gigi tiruan dengan lapisan tipis Pressure Indicator
Paste (PIP).
2. Oleskan bahan PIP sehingga semua sapuan kuas pada pasta rata dan kurang lebih sejajar satu
sama lain. Terlalu banyak bahan tidak membantu dalam diagnosis.
3. Tempatkan gigi tiruan bagian atas ke dalam mulut dan duduk kan dengan kuat menggunakan
tekanan jari merata di kedua sisi gigi posterior. Tidak ada oklusi dengan rahang bawah. kemudian
Lepaskan GT dan cari titik-titik tekanan. lakukan prosedur yang sama dengan gigi tiruan lengkap
rahang bawah.
5. Keringkan gigitiruan. Dengan sikat kaku, lapisi gigi tiruan dengan PIP Pressure Indicator
Paste.
6. Tempatkan gigi tiruan bagian bawah ke dalam mulut dan dudukkan dengan kuat menggunakan
tekanan jari merata di kedua sisi gigi posterior. Gigi tiruan atas tidak boleh ada di tempatnya.
Anda tidak ingin oklusi mengganggu diagnosis tempat-tempat tekanan di setiap GT
7. Lepaskan GT dan cari titik-titik tekanan. Beberapa area tekanan ditunjukkan pada gigi tiruan
rahang atas & rahang bawah.
8. Lepaskan titik-titik tekanan dengan bur resin akrilik. gunakan kembali pasta indikator tekanan,
kembalikan masing-masing gigi tiruan secara terpisah, dan lepaskan tempat-tempat tekanan.
9. Berhenti ketika gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah menunjukkan tekanan yang merata
pada semua area yang ditempelkan.
10. Sesuaikan panjang sayap gigitiruan.1
1. Amati kedalaman vestibulum pasien pada mandibula dan rahang atas.
12. Amati attachment dan lihat apakah jaringan tergeser ketika gigi tiruan pada tempatnya. Jika
dipindahkan, sesuaikan panjang sayap di area itu. Lepaskan batas gigitiruan agar pas dengan
anatomi (lipatan vestubular).
16.disclosing wax dapat digunakan untuk mengevaluasi area dengan panjang perbatasan. Lilin
ada di dalam jarum suntik yang direndam dalam bak air dan diaplikasikan ke perbatasan gigi
palsu. Gigitiruan dimasukkan dan cetakan di daerah dilakukan.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Permasalahan dan


keluhan pasca insersi GTP

Pada tahap pemasangan gigi tiruan penuh sering timbul masalah- masalah yang meliputi evaluasi
dan perawatan terhadap estetis, fonetik, iritasi, dan kurangnya retensi dan stabilisasi
a.Estetik, seperti
 Kesempurnaan di bawah hidung
 Bibir atas konkaf
 Gigi dan basis terlihat secara berlebihan
b. Fonetik, untuk sesaat cara berbicara akan berubah
c. Iritasi jaringan lunak
Iritasi merata pada daerah pendukung gigi tiruan. Hal ini disebab kan oleh:
 Dimensi vertikal oklusi yang tinggi
 Disharmoni antara relasi sentrik dan oklusi sentrik
 Gangguan oklusi pada posisi sentrik
 Kebiasaan jelek, muncul berpu bruxism dan xerostomia
 Iritasi pada puncak linggir alveolus
 Tulang yang tajam
 Kontak oklusal yang defleksi
 Tidak teratur permukaan gigi tiruan
 Puncak linggir yang tajam
 Penekanan basis gigi tiruan
Iritasi dekat vestibulum
 Tepi gigi tiruan tajam
 Tepi gigi tiruan tidak dipoles
Iritasi pada lereng lingual anterior dan lereng lateral dari linggir rahang bawah
 Relasi sentrik dan oklusi sentrik tidak serentak
 Kontak oklusall defleksi pada molar dua
 Kontak oklusal defleksi unilateral
 Penekanan dari basis gigi tiruan
Iritasi pada daerah retro milohioid
 Perluasan berlebihan dari tepi gigi tiruan
 Gangguan oklusal anterior pada gerakan protrusive
 Kontak oklusal
Iritasi pada daerah tuberositas
 Perubahan dimensi dari gigi tiruan rahang atas
 Penekanan dari basis gigi tiruan
Iritasi pada daerah raphe mediana
 Hilang dukungan
 Relief tidak cukup
 Kontak incisal berlebihan pada relasi sentrik
Iritasi mukosa labial
 Bentuk berlebihan dari permukaan labial gigi tiruan
 Tekanan dari bibir
Iritasi yang seiringan pada sulkus labial, daerah retro milohioid
 Kebiasaan mengunyah yang jelek
 Gigi tiruan rahang atas longgar
d. Hilangnya Retensi dan Stabilisasi
Rahang atas
Gigi tiruan jatuh saat mulut dibuka lebar
 Basis posterior kurang luas
 Kurang post palatal seal
 Perluasan berlebihan pada bukal, labial, hamula notch
Gigi tiruan jatuh saat bernyayi atau berbicara
 Kesalahan oklusi
 Kurang posterior palatal seal
 Perluasan kurang
 Perluasan berlebihan
Gigi tiruan jatuh atau bergeser dari sisi seimbang
 Hubungan gigi terhadap linggir alveolus tidak tepat
 Gangguan di atas tonjol bukal, rahang atas, dan gigi rahang bawah, pasa satu sisi kerja
atau fungsional
 Kontak oklusal defleksi pada tonjol satu sisi seimbang
 Hilangnya retensi kalau ketawa
 Perluasan gigi tiruan tidak tepat
 Aktivitas otot wajah ekstream
 Hilang retensi bila mencoba bersiul
 Gangguan pada border seal
 Kurangnya retensi menyeluruh
 Gangguan oklusi berlebihan
 Kurang border seal
 Bentuk tepi gigi tiruan yang salah
 Menurunnya jaringan daerah pendukung gigi tiruan
Gigi tiruan jatuh saat dibuka lebar yang disebabkan oleh kesalahan oklusi sentrik, kurang
luasnya basis posterior, kurangnya posterior palatal seal, perluasan yang berlebihan di daerah
notch
Gigi tiruan jatuh atau bergeser pada sisi seimbang
o Hubungan gigi terhadap linggir alveolus tidak tepat/ baik
o Gangguan diatas tonjol bukal gigi rahang atas dan gigi rahang bawah pada sisi
working side atau fungsional
o Kontak oklusal defleksi pada tonjol- tonjol sisi seimbang
Hilangnya retensi saat tertawa
o Perluasan tepi gigi tiruan yang tidak tepat
o Aktivitas otot wajah yang ekstream
Hilangnya retensi saat bersiul
o Perluasan berlebihan atau ketebalan dari tepi labial gigi tiruan
o Gangguan pada border seal
Kurangnya retensi yang menyeluruh
o Gangguan oklusi yang berlebihan
o Kurangnya border seal
o Bentuk gigi tiruan yang salah
o Menurunnya jaringan daerah pendukung utama
Rahang bawah
 Gigi tiruan terlepas
 Gangguan oklusal
 Hubungan susunan gigi dengan otot di sekitarnya
 Bentuk permukaan gigi tiruan dipoles
 Posisi lidah yang retraksi
 Masalah psykogenik

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang dampak dari GTP


yang buruk

Sebagai konsekuensi daripada GTP yang kurang memadai, adalah timbulnya beberapa atau
suatu kondisi yang mengganggu dalam rongga mulut pasien. Dengan mengetahui penyebab dan
akibat kelainan dalam mulut, maka akan mudah kita menentukan perubahan yang bagaimana
yang tepat agar GTP tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa akibat yang timbul dalam RM pada pasien yang memakai
GTP yang kurang memadai.
a. Iritasi Mukosa
Iritasi pada “ridge” bisa disebabkan oleh beberapa factor, misalnya vertical dimensi yang
berlebihan, free way space yang hilang, bisa pula oleh relasi horizontal yang tidak benar pada
protesa rahang atas dan rahang bawah yang bisa menyebabkan protesa tidak stabil, oleh kontak
premature dalam oklusi sentrik, atau karena penyusunan gigi posterior di luar dukungan tulang.
Semua kemungkinan ini harus diperiksa bila pasien mengeluhkan rasa sakit pada “ridge”nya.
Kadang-kadang pula, iritasi mukosa pada daerah perifer biasanya disebabkan oleh ketebalan
tepi-tepi protesa dan hal ini tentu dengan gampang dapat diperbaiki dengan mengurangi
tepitepinya.
Dan dapat pula terjadi penyakiyt seperti Denture stomatitis (DS), yaitu inflamasi pada
mukosa yang tertutup oleh permukaan anatomis gigi tiruan, baik gigi tiruan sebagian atau gigi
tiruan lengkap. Beberapa istiah denture stomatitis yang banyak digunakan yaitu stomatitis
prostetica, denture sore mouth, inflammatory papillary hyperplasia dan candidiasis associated
denture stomatitis. Faktor–faktor yang menyebabkan denture stomatitis yaitu trauma dari gigi
tiruan dan adanya keterlibatan mikroba umumnya disebabkan oleh jamur Candida spp atau
akibat kedua faktor tersebut.
b. Rasa Nyeri Terus Menerus di Bawah Gigi Tiruan
Rasa nyeri dan sakit merupakan suatu respon yang paling sering dirasakan oleh pasien.
Kadang-kadang pasien mengeluh nyeri di bawah gigi tiruan walaupun desain dan konstruksinya
tampak sudah memuaskan.
Beberapa penyebab yang memungkinkan timbulnya rasa sakit berhubungan dengan keadaan
jaringan seperti atrofi mukosa karena keadaan patologis di dalam jaringan tulang serta beban
yang berlebihan karena adanya clenching/bruksisme antara gigi.
Penatalaksanaan yaitu pada bagian yang tajam dan menekan dilakukan pengasahan dengan
stone bur serta mengurangi luas permukaan oklusal misalnya dengan membuang gigi premolar 2
serta mengurangi lebar buko-lingual gigi.
Selain itu dapat pula digunakan bahan pelunak pelapis lunak jangka panjang yang berfungsi
sebagai bantalan yang dapat mengurangi trauma pada jaringan.
Bahan pelapis ini sekurangnya harus memiiliki ketebalan 2 mm agar sifat bahan ini efektif.
Bahan pelapis lunak ini dapat digunakan supaya diperoleh ikatan yang lebih baik antara gigi
tiruan dengan mucosa mulut di sekitarnya. Jika keadaan jaringan yang mengalami inflamasi dan
sakit sudah baik dapat dilakukan penambahan bahan akrilik secara permanen (relining)
c. Kurang Cekat dan Nyaman
Kurangnya kecekatan gigi tiruan berkaitan dengan retensi dan resistensi gigi tiruan penuh
(GTP). Salah satu penyebabnya karena salah duplikasi (pencetakan) dan penentuan hubungan
rahang. Hubungan rahang dapat diartikan sebagai hubungan posisi mandibula terhadap maksilla.
Terdapat 2 arah yaitu hubungan dalam arah vertikal dikenal dengan dimensi vertikal (DV) dan
horizontal (relasi sentrik). DV terbagi menjadi 2 yaitu dimensi vertikal istirahat / fisiologis dan
dimensi vertikal oklusal (DVO). Akibat DVO yang tidak pas dan dapat dijumpai adanya luka/lesi
di mulut.
Selain itu kesalahan menentukan ukuran dan bentuk gigi juga mempengaruhi kestabilan
suatu gigi tiruan penuh. Bentuk gigi yang non anatomis disarankan untuk digunakan untuk
mengurangi beban yang dapat mempercepat terjadinya resorbsi tulang.
Kurang cekat dan nyaman bila digunakan pada waktu berfungsi dapat diperbaiki dengan 2
cara yaitu cara kuno / tradisional yaitu dengan dibuatkan tissue conditioner misalnya Viscogel.
Bila didapati protesa yang dirasakan lebih nyaman dan stabil, dapat diganti dengan bahan yang
lebih rigid misalnya Hillon- QC20Â yaitu dengan teknik relining dan rebasing.
Cara modern yaitu dengan penambahan bone support seperti dilakukan pembuatan implant
gigi tiruan yang disesuaikan dengan kondisi tulang sehingga dapat dimaksimalkan. Dalam
penanganan seperti ini ada beberapa hal yang harus diketahui seperti pemilihan jenis dan macam
implant, seleksi kasus dan berbagai kondisi pasein baik sistemik maupun dentalnya serta
kooperasi pasien dalam menjalankan sebelum dan sesudah perawatan.
Dari sisi dentalnya beberapa hal penting dalam pembuatan implant adalah tersedianya ruang
protesa yang memenuhi syarat bagi implant , ketinggian dan kepadatan tulang (bone density)
serta keadaan oklusi gigi geliginya sangat mendukung keberhasilan suatu perawatan.
C. Gangguan fungsi bicara.
Pada pemasangan GTP dapat terjadi perubahan ucapam seseorang karena artikulasi terpengaruh .
sejumlah bunyi dibentuk dengan cara lidah berkontak dengan palatum dan kadang-kadang
dengan gigi. Yang terpenting adalah kontak ujung lidah dan prosessus alveolaris yang diperlukan
untuk membentuk bunyi-bunyi s,z,t,d,n
Bunyi s biasanya dibentuk dengan ujung lidah berada di belakang gigi-gigi anterior. Jika
palatum terlalu tebal atau bila gigi insisif dipasang terlalu ke palatal maka bunyi s akan terdengar
menjadi th. Artikulasi dan pengucapan akan terjadi perubahan . Bila gigi anterior tidak
ditempatkan dalam posisi anterior-posterior pasien akan mengalami kesulitan pada pengucapan
bunyi-bunyi tersebut.
Penanggulangan dari hal tersebut dapat diatasi dengan membuat GTP setipis mungkin
dan pasien dimotivasi supaya terbiasa dan lebih mudah beradaptasi. Untuk itu sangat dibutuhkan
kooperasi baik dari pasien dan keluarganya, dokter gigi serta staff sehingga diharapkan adaptasi
terhadap gigi tiruan sehingga gigi tiruan dapat memperbaiki komunikasi dalam aktivitas sehari-
hari.

Daftar Pustaka

Boucher LJ and Renner RP. Treatment of Partial Edentolus Patient. St Louis-


TorontoLondon: The CV Mosby Co.1982.

Herawati Erna, dkk. Penatalaksanaan kasus denture stomatitis. Departemen Ilmu


Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran.
Insertion of complete denture. 2004. Cden.tu.edu.iq
Itjingningsih. 1996. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan. EGC : Jakarta

Jurnal ilmiah dan tekonologi kedokteran gigi. Fkg Univ prof.dr. moestopo (B). vol 14-
no.1-Mei 2018. ISSN 1693-3079
Taufik Sumarsongko, Aprillia Adenan. Pain on supported tissue mucosa of full denture
and its relief. Bagian Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai