Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 15 MODUL 4

“PEMASANGAN, PEMELIHARAAN SERTA KEGAGALAN


GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN”

INSISIVUS 8

Tutor : drg. Ade Sri Ningsih

Ketua : Dinda Srikandi Putri 1911411002

Sekretaris Meja : Rifdol Oversi Putra 1911412021

Sekretaris Papan : Dhefadila Alya Afra Azarys 1911412006

Anggota : Flori Fatiannisa 1911412009

Luthfia Putri 1911413004

Hanafitri Hanifah 1911411004

Muthia Halimah Nugraha 1911412011

Naura Mazaya Oriza 1911413001

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2020/2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan tutorial tentang Komunikasi dan Keterampilan Belajar.

Laporan tutorial ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan tutorial ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki laporan tutorial ini.

Akhir kata kami berharap semoga laporan tutorial dapat memberi manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 18 Desember 2021

Penyusun
MODUL 4
PEMASANGAN, PEMELIHARAAN SERTA KEGAGALAN GIGITIRUAN
SEBAGIAN LEPASAN
SKENARIO 4

Ya… patah..

Pak Rebon datang ke tempat praktek drg. Bellu karena gigitiruan rahang
bawahnya patah akibat jatuh saat dia membersihkannya. Setelah diperiksa, GT itu
patah menjadi 2 bagian, terdapat banyak kalkulus pada anasirnya, dan cangkolan
C pada gigi 16 sudah berubah bentuk. Ternyata, Edi pernah mencoba mengutak-
atik cangkolan karena daerah di sekitar cangkolan tersebut terasa sakit.
Drg Bellu menjelaskan kepada Pak Rebon bahwa setelah pemasangan, gigi
tiruan harus dipelihara dengan baik. Disamping itu, perlu dilakukan evaluasi
untuk mengetahui jika terdapat keluhan setelah pemasangan gigitiruan sehingga
masalah yang dialami Pak Rebon dapat ditanggulangi segera. Sekarang Pak
Rebon mengerti dan ingin gigitiruan tersebut diperbaiki sehingga dapat dipakai
dengan nyaman dan tidak terasa sakit lagi.
Bagaimana Saudara menjelaskan masalah dan penanggulangannya pada
gigitiruan Pak Rebon?
Langkah Seven Jumps

1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-


hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.

2. Menentukan masalah.

3. Menganalisa masalah melalui brainstroming dengan menggunakan prior


knowledge.

4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan


dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk
membuat solusi secara terintegrasi.

5. Memformulasikan tujuan pembelajaran.

6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.

7. Sintesis dan uji informasi yang telah diperoleh.

URAIAN

Langkah I : Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan


mendefinisikan hal hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi

Langkah II : Menentukan masalah

1. Apa yang harus diperhatikan saat insersi GTSL?


2. Bagaimana prosedur pemasangan GTSL?
3. Bagaimana cara membersihkan atau menggosok gigi tiruan yang benar?
4. Apa penyebab ada kalkulus pada anasir gigi tiruan?
5. Apa penyebab daerah cangkolan terasa sakit?
6. Bagaimana penanggulangan masalah yang terdapat pada kasus diatas?
7. Bagaimana cara pemeliharaan GTSL?
8. Bagaimana cara pemeliharaan gigi geligi asli serta jaringan lunak di
sekitar GTSL?
9. Apa saja evaluasi pasca insersi GTSL?
10. Mengapa perlu dilakukan evaluasi pasca insersi?
11. Apa saja permasalahan yang sering terjadi pasca insersi dan bagaimana
cara penanggulangannya?
12. Apa gigi tiruan bisa direparasi?
13. Apa dampak yang dapat terjadi jika terjadi kegagalan dalam GTSL?

Langkah III : Menentukan Menganalisa masalah melalui brain storming


dengan menggunakan prior Knowledge

1. Apa yang harus diperhatikan saat insersi GTSL?


 basis gigi tiruan
 kecekatan
 stabilitas
 tepi sayap basis gigi tiruan
 oklusi dan artikulasi pasien
 warna, bentuk anasir
 senyum dan profil wajah
2. Bagaimana prosedur pemasangan GTSL?
 Pasiennya duduk di tempat nyaman
 GTSL steril
 try in
 kalo ada hambatan dihilangkan dulu
 try in lagi
 lakukan pemeriksaan ulang (stabilitas, oklusi)
 pemasangan gigi tiruan sesuai arah pemasangan
3. Bagaimana cara membersihkan atau menggosok gigi tiruan yang benar?
 pakai sikat gigi halus
 pemakaian pasta gigi yang berbeda
 saat malam hari dilepas dan bisa direndam dalam air dan disimpan
dalam tempat yang tertutup
 saat membersihkan sebaiknya diatas air
4. Apa penyebab ada kalkulus pada anasir gigi tiruan?
 kurangnya edukasi pada pasien
 cangkolan yang tidak tepat
 terdapat sisa makanan
5. Apa penyebab daerah cangkolan terasa sakit?
 Adaptasi kurang baik
 desain yang salah
 daya kunyah yang besar
 basis kegigit karena berlebih atau basis kurang jadi masih ada yang
belum tertutupi
6. Bagaimana penanggulangan masalah yang terdapat pada kasus diatas?
 untuk kalkulus, bisa diberi edukasi ttg cara membersihkan GT yg
benar seperti menggunakan deterjen sabun cuci piring, intruksi
melepas GT pd malam hari dan direndam air
 untuk basis patah, bisa dimanipulasi basis
 untuk cangkolan yg bengkok, dibentuk kembali cangkolan yang sama
7. Bagaimana cara pemeliharaan gigi geligi asli serta jaringan lunak di
sekitar GTSL?
 menjaga OH rongga mulut dengan cara menyikat gigi teratur ,
menggunakan sikat gigi yang halus
 Kontrol periodik
8. Apa saja evaluasi pasca insersi GTSL?
 kunjungan evaluasi 1 saat 24 jam stlh GT diinsersi, diminta
menceritakan pengalaman pasien memakai GT, observasi oleh dokter
apakan ada permasalahan pasca insersi
 pasien ditanya nyaman memakai GT, diliat dari basis apakah ada
tonjolan atau tidak, sayap nya harus halus, cangkolan tidak boleh
tajam, posisi cangkolan sesuai desain
9. Mengapa perlu dilakukan evaluasi pasca insersi?
 memeriksa oklusi pasien
 memeriksa artikulasi dan fonetik pasien
 meminalisir kegagalan GTSL
 meminalisir adanya trauma pada rongga mulut pasien
10. Apa saja permasalahan yang sering terjadi pasca insersi dan bagaimana
cara penanggulangannya?
 ulserasi ataupun inflamasi jaringan, kalau ada bagian yang menekan
bisa dipoles
 jika ada premature kontak, penyesuaian oklusal
 jika ada benda asing di bawah GT, GT bisa dibersihkan pasien
diedukasi
 jika ada jarak antara oklusal, diperbaiki kembali oklusinya atau susun
kembali GT
 jika OH buruk di edukasi
 jika ada penyakit sistemik, konsultasi medis
11. Apa gigi tiruan bisa direparasi?
 jika GT basisnya patah, jika GT longgar, elemen GT ada yg lepas atau
patah
 bisa dilakukan rebasing atau relining
12. Apa dampak yang dapat terjadi jika terjadi kegagalan dalam GTSL?
 sakit pada jaringan lunak sekitar GT
 kesalahan dalam oklusi menyebabkan kurangnya efesiensi dalam
pengunyahan
 mempengaruhi estetik wajah pasien
Langkah IV : Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen
permasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing
komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi.

Pak Rebon

Pemasangan
GTSL

Drg.bellu

Evaluasi GTSL

Keluhan: GT RB patah
karena jatuh saat Pemeliharaan GTSL
membersihkan

Pemeriksaan:

 GT patah menjadi 2
bagian
 Kalkulus pada
anasir
 Cangkolan c gigi 16
berubah bentuk
 Daerah disekita
cangkolan terasa
sakit

Permasalahan
GTSL

Penanggulangan

Reparasi GTSL
Langkah V : Memformulasikan tujuan pembelajaran.

1. M4 insersi GTSL dan evaluasi pasca insersi GTSL


2. M4 masalah yang dapat terjadi pasca insersi GTSl dan penanggulangannya
3. M4 pemeliharaan GTSL
4. M4 reparasi GTSL

Langkah VI : Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-


lain.

Langkah VII: Sintesis dan uji informasi yang telah diperoleh.

1. Insersi GTSL Dan Evaluasi Pasca Insersi GTSL


b. Prinsip insersi
Sebelum dilakukan insersi harus diamati :
 Permukaan kontak jaringan harus bebas dari gelembung dan goresan
tajam, dilakukan dengan perabaan jari tangan
 Permukaan poles harus halus dan mengkilat sehingga mampu
meningkatkan toleransi pasien terhadap protesa
 Cengkeram harus retentif dan ujung cengkeram tidak tajam

Pemasangan protesa

 Menghilangkan hambatan pada permukaan gigi dan jaringan dengan


cara pengasahan permukaan gigi tiruan
 Pemeriksaan stabilitas protesa dengan cara menekan bagian depan-
belakang dan kanan-kiri gigi tiruan secara bergantian, protesa tidak
boleh bergerak saat pemeriksaan ini.
 Pemeriksaan oklusi dan artikulasi dengan cara meletakkan kertas
okusi pada oklusal gigi tiruan dan gigi asli, kemudian diminta
mengatupkan mulutnya 3-4 kali, idealnya warna biru atau merah
merata pada gigi tiruan dan gigi asli. Bila sudah merata dilanjutkan
dengan gerakan ke lateral, protusif, dan retrusif, idealnya setiap
kontak oklusal tidak menghalangi pergerakan tersebut.
 Pelepasan protesa tidak diperkenankan pada cengkeram karena akan
menyebabkan distorsi. Pelepasan dilakukan menggunakan ibu jari
atau telunjuk melalui tepi bukal sayapnya. Penggunaan cermin
sangat membantu pasien untuk mempelajari arah masuk-keluar
protesa.
c. Evaluasi pasca insersi
 Gigi tiruan harus dikeluarkan dari mulut dan disikat tanpa
menggunakan pasta gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari,
hendaknya saat menyikat dilakukan diatas wadah berisi air untuk
mencegah jatuhnya protesa.
 Bila tidak digunakan malam hari protesa sebaiknya ditempatkan
pada wadah tertutup yang berisi air
 Pada saat kontrol, diperiksa mengenai stabilitas dan retensi, oklusi,
cengkeram, serta kondisi jaringan pendukung. Bila terdapat
kerusakan akan lebih cepat ditangani sehingga mengurangi
kerusakan lebih lanjut.

Setelah gigi tiruan sebagian lepasan telah selesai di processing, gigi


tiruan dipasang kedalam mulut pasien dan perlu dievaluasi kembali
mengenai retensi, stabilisasi, oklusi,kenyamanan pasien, serta
pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan.
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada
saat pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan
cara pengasahan gigi tiruan.Pasien sebaiknya di instruksikan mengenai :
a) Cara pemakaian gigi tiruan tersebut
b) Pasien diminta memakai gigi tiruan tersebut terus menerus
selama beberapa waktu (2x24 jam) agar pasien terbiasa
c) Cara pemeliharaan yang meliputi kebersihan gigi tiruan dan
rongga mulut. Pasien diminta untuk kontrol secara rutin untuk
mengecek kesehatan jaringan.Gigi tiruan sebaiknya tidak
dipakai pada malam hari, hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya denture stomatitis.Gigi tiruan sebaiknya dibersihkan
dan disimpan di dalam air untuk mencegah terjadinya
pengerutan.
d) Kontrol, jika timbul rasa sakit setelah pemasangan, pasien harap
segera kontrol,sebaiknya pasien diminta untuk memakai gigi
tiruan pada hari janji temu dengandokter gigi untuk mengetahui
jaringan mulut yang sakit akibat gigi tiruan.Jika tidak ada
keluhan, kontrol seminggu setelah insersi. Setelah pemasangan
GTSL selama 1 minggu, pasien diminta datang untuk
kontrol.Pada saat kontrol sebaiknya dilakukan pemeriksaan
subjektif dan objektif. Pada pemeriksaan subjektif sebaiknya
ditanyakan apakah pasien memiliki keluhan terhadap pemakaian
gigi tiruan, apakah adanya gangguan maupun rasa sakit.
Pemeriksaan objektif yang perlu diamati adalah apakah ada lesi,
peradangan pada lokasi jaringan yang dikeluhkan, mencatat
keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya,
sertamengamati keadaan gigi tiruan, posisi cengkeram, retensi,
stabilisasi, dan oklusi gigitiruan.
d. Perbaikan
 Reparasi
- Mereparasi protesa yang patah pada basisnya
- Memasang kembali anasir gigi yang terlepas dari basis protesa
- Mengganti cengkeram yang lengannya patah
- Penambahan elemen gigi tiruan
 Pencekatan kembali
- Relining adalah perbaikan terhadap permukaan yang menghadap
jaringan mukosa (fitting surface), dengan cara menambah
sebagian fitting surface dengan bahan basis, sehingga kontak
protesa dengan jaringan mukosa menjadi cekat kembali.
- Rebasing adalah penggantian seluruh basis gigi tiruan dengancara
membuang basis yang lama, tanpa mengubah hubungan oklusi
yang ada.
Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan
a. Tahap Persiapan
Ada satu tahap yang harus dilalui sebelum masuk ke tahap pemasangan
gigitiruan, yaitu tahap persiapan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada tahap
persiapan ini adalah :

1. Arah pasang gigitiruan


Sesuai dengaan yang telah diketahui sewaktu melakukan survei model
(apakah terdapat tilting ke lateran atau anterior atau posterior)

2. Pengamatan terhadap gigitiruan


a) Permukaan poles/permukaan mekanis.

Permukaan poles yang dipoles sempurna mengakibatkan :

- pemakaian gigitiruan terasa nyaman.


- penumpukan plak dapat dihindari.
- otot-otot sekitar gigitiruan terhindar dari iritasi.
Dengan demikian permukaan poles ini berperan dalam
meningkatkan retensi (walaupun retensi utama telah diperoleh dari
cangkolan). Karena otot-otot disekitar gigitiruan melekat pada
permukaan yang tidak kasar, sehingga otot-otot tersebut turut
berperan dalam menahan gigitiruan. Oleh karena itu, permukaan
mekanis basis gigitiruan sebaiknya dibuat halus dan mengkilat

b) Permukaan yang menghadap ke jaringan mulut/permukaan anatomis.


Pemukaan ini sebaiknya tidak kasar dan tajam, berbentuk sesuai
anatomis dengan pinggiran sayap yang halus, serta tidak terdapat
undercut,
Permukaan yang kasar dan tajam akan menimbulkan rasa sakit dan
setiap penyebab rasa sakit harus dihilangkan untuk menjamin kenya-
manan pemakaian gigitiruan.
Penyebab umum timbulnya rasa sakit dari permukaan anatomis ini,
adanya tonjol-tonjol kecil akrilik, hal ini dapat diketahui dengan :
- perabaan jari tangan.
- mengusapkan kain kasa yang lembut atau gulungan kapas pada
permukaannya hingga ada benang yang tersangkut pada
gelembung-gelembung kecil akrilik tersebut.
c) Cangkolan

Ujung cangkolan harus dipoles. Karena ujung yang tajam dapat


melukai jaringan mulut.

b. Tahap Pemasangan
Setelah tahap persiapan selesai, tahap berikutnya adalah tahap pemasangan
gigitiruan. Sebelum pemasangan, hal yang dapat dilakukan yaitu menghilangkan
hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dengan mengasah permukaan gigitiruan. Pengasahan ini harus
dilakukan dengan hati-hati. Kontak antara permukaan gigi atau jaringan dengan
gigitiruan jangan sampai hilang, karena dapat menyebabkan terjebaknya sisa
makanan dengan akibat lanjut berupa :
- karies maupun gingivitis.
- berkurangnya stabilitas gigitiruan.
Setelah hambatan dihilangkan dan gigitiruan telah dimasukkan ke dalam
mulut pasien, dilakukan pemeriksaan terhadap :

1. Basis gigitiruan,
Basis harus beradaptasi secara merata terhadap mukosa mulut.

2. Kecekatan gigitiruan,
Hal ini tercapai bila :
o adaptasi basis terhadap mukosa baik dan protesa tidak dapat
ditekan lagi.
o tahanan telah berada di bawah garis survei (lengan retentive
cangkolan berada di bawah kontur terbesar).
o Verkeiling telah masuk ke atau berada pada interdental.
o Protesa tidak terlepas saat pipi atau bibir dan lidah digerakkan
secara perlahan

3. Stabilitas gigitiruan.
Stabilitas gigitiruan diperiksa dengan merekam gigitiruan pada
bagian depan dan belakang serta kanan dan kiri. Jika gigitiruan
bergerak, ini menandakan stabilitas gigitiruan cukup baik. Cara ini
tidak dapat diterapkan pada kasus dengan perluasan distal karena
penekanan ini akan menyebabkan gigitiruan bergerak ke arah mukosa.
4. Tepi sayap yang panjang atau terlalu tebal
Kondisi ini akan mengganggu pergerakan otot-otot sewaktu
berfungsi. Perbaikan tepi-tepi sayap gigitiruan akan menambah
stabilitas gigitiruan yang bermanfaat untuk retensi dan kenya-manan
dalam pemakaian gigitiruan.

5. Oklusi dan artikulasi.


Pemeriksaan berikutnya menyangkut aspek oklusi pada posisi
sentrik, lateral dan antero posterior.
Kertas artikulasi atau malam indikator oklusal diletakkan
diantara gigi atas dan bawah kemudian pasien diminta untuk
mengatup-ngatupkan mulutnya beberapa kali.
Titik-titik pada permukaan oklusal karena kontak oklusal dapat
dilihat setelah kertas artikulasi diangkat dan pada keadaan normal,
titik-titik ini tersebar merata pada gigi geligi asli maupun gigitiruan.
Bila oklusi sentrik sudah diperbaiki, pasien diminta untuk
melakukan gerakan ke lateral dan antero posterior dalam batas normal
sebagaimana layaknya seorang yang sedang mengunyah dengan kertas
artikulasi yang tetap diletakkan diantara gigi atas dan bawah. Setiap
kontak yang menghambat pergerakan-pergerakan tersebut dibuang
dengan cara pengasahan, sehingga diperoleh artikulasi yang baik.

2. Masalah Yang Dapat Terjadi Pasca Insersi Gtsl Dan Penanggulangannya

Setelah 24 jam pemakaian GTSL, biasanya timbul beberapa masalah :

- Rasa kurang nyaman/enak


- Efisiensi terganggu
- Banyak keluhan keluhan lain
-
a. Rasa kurang nyaman/enak

 Terjadi mulai GTSL dipasang sampai pasien dapat beradaptasi dengan


gigi tiruan sebagian lepas di dalam mulut
 Rasa kurang nyaman yang mengganggu proses adaptasi :
o Gigi terasa ngilu, biasanya terjadi pada gigi penjangkaran,
karena tertekan kawat cengkeram, rest oklusal yang tidak
terletak pada tempatnya sehingga mengganggu oklusi
Penanggulangan : perlekatan lengan cengkeram diperbaiki
sehingga kontak pasif, tempat rest oklusal diperbaiki, bila tidak
mungkin diperbaiki maka gigi antagonis diasah sedikit, bila
harus diasah banyak, maka pembuatan GTSL harus diulang
o Abrasi dan laserisasi jaringan lunak
Disebabkan tekanan tepi GTSL terhadap mukosa dibawahnya
o GTSL longgar : karena cengkeram pada gigi penjangkaran
longgar, karena basis GTSL longgar, harus dilakukan relining
(menambah resin akrilik yang baru pada basis gigi tiruan)

b. Efisiensi terganggu
 Sulit mengunyah makanan karena gangguan mekanisme
neuromuscular dibagian posterior. Penanggulangan : Latihan makan
 Gigi-gigi terasa tumpul : bila sudah lama memakai GTSL, permukaan
oklusal mengalami aus. Penanggulangan : dibuatkan GTSL baru
 Gangguan oklusi : karena ada kontak premature. Penanggulangan :
periksa dengan kertas artikulasi lalu diasah
 Mulut terasa penuh : adaptasi 2-5 minggu

c. Keluhan lain
 Ingin muntah :
o Basis GTSL terlalu panjang dipalatal sampai ke palatum mole
o Penanggulangan : dikurangi, dibuat post dam pada “ah line”
 Gangguan bunyi/suara :
Pada GTSL RA, karena ada basis palatal, susunan gigi anterior
Penanggulangan : bagian anterior palatum dirubah (kontur daerah
bicara), gigi-gigi anterior atas jangan disusun terlalu ke labial,
kombinasi kedua factor diatas
 Permen karet dapat melekat pada GTSL
 Banyak saliva, karena reaksi fisiologis terhadap benda asing, terjadi
beberapa hari
 Perasaan panas dimulut : karena foramen mentalis pada RB tertekan
basis GTSL dan foramen incisivum tertekan basis GTSL RA
Penanggulangan : daerah foramina tersebut dibebaskan
 Makanan terkumpul di bawah basis GTSL : sayap GTSL terlalu
pendek
 Pipi atau lidah tergigit :
Pipi, karena tidak ada horizontal overlap pada susunan gigi-geligi
posterior RA dan RB
Lidah, karena susunan gigi-gigi RB terlalu ke lingual

Inflamasi yang disebabkan GTSL seringkali tidak menimbulkan keluhan :


1. Denture sore mouth (DSM)
- Ditemukan dibawah GTSL RA resin akrilik
- Permukaan mukosa merah, halus, kadang-kadang nyeri
- Penyebab : GTSL dipakai terus-menerus pada malam hari
- Terapi : malam hari GTSL dilepas, protein, mineral, vitamin
2. Epulis fissuratum = inflamantory hyperplasia
Pada GTSL bila terjadi dibawah sayap anterior (jaringan lunak pada
daerah mucobuccal fold tampak hypertrophies, karena iritasi sayap
anterior)
3. Papillary hyperplasia dari palatum (papillomatosis)
Karena palatum ditutupi basis GTP, jarang terjadi karena GTSL
4. Alergi gigi tiruan
Mukosa membrane alergi terhadap bahan basis gigi tiruan (methyl
methacrylate) – resin akrilik dimana polimerisasinya belum selesai

Berbagai macam keluhan dan masalah yang sering dijumpai pada


pemakai geligi tiruan sebagian lepasan dari resin akrilik adalah fraktur
geligi tiruan tersebut. Fraktur geligi tiruan resin akrilik adalah masalah
yang sering terjadi dalam praktek sehari-hari. Berdasarkan survey yang
dilakukan di Inggris, masalah yang paling sering terjadi adalah fraktur
pada bagian tengah geligi tiruan (midline) atau sekitar 29% dari reparasi
geligi tiruan yang sering di lakukan oleh dokter gigi. Dari kerusakan jenis
ini, 71% terjadi pada geligi tiruan rahang atas dan 29% terjadi pada geligi
tiruan rahang bawah.

Fraktur geligi tiruan dapat terjadi di dalam dan di luar mulut. Di


luar mulut kerusakan biasanya terjadi karena jatuh, sedangkan kerusakan
yang sering terjadi di dalam mulut karena tekanan kunyah yang terlalu
kuat, atau penyaluran gaya- gaya yang tidak benar. Berdasarkan penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa tekanan yang
berlebihan yang terjadi selama proses pengunyahan atau bruxism
menyebabkan fraktur geligi tiruan sebagian lepasan akrilik.

Macam-macam Fraktur dan Etiologinya

Sebelum mereparasi suatu geligi tiruan resin akrilik hendaknya


dicari terlebih dahulu penyebab rusaknya geligi tiruan, sebab mereparasi
geligi tiruan yang sudah tidak pas lagi merupakan pekerjaan yang tidak
berguna oleh karena geligi tiruan akan kembali rusak atau fraktur dalam
waktu yang singkat. Fraktur geligi tiruan dapat digolongkan sebagai
berikut: fraktur pada plat atau basis geligi tiruan dan gigi, elemen terlepas
dari basisnya, lengan cengkram patah, sandaran oklusal patah.
Sedangkan menurut Mc Givney dan Castleberry (1989), fraktur
geligi tiruan dapat digolongkan sebagai berikut: patah pada lengan
cengkram bukal atau lingual, patah pada sandaran oklusal, distorsi atau
kerusakan pada komponen lainnya seperti pada konektor mayor dan
minor, atau kehilangan gigi pendukung sehingga perlu dilakukan
penggantian dan retensi baru secara langsung.

a. Fraktur plat atau basis geligi tiruan dan gigi

Hal ini dapat disebabkan oleh :

1) Kesalahan konstruksi

- Bila gigi belakang, terutama pada rahang atas, disusun diluar


puncak linggir sisa, maka sebagian besar komponen gaya
kunyah akan disalurkan kebagian tengah geligi tiruan tersebut.
Hal ini menyebabkan fraktur bagian tengah geligi tiruan rahang
atas.
- Kurang tebalnya plat resin akrilik pada bagian depan palatum,
akan memperlemah geligi tiruan. Hal ini terjadi terutama pada
pemakaian gigi depan yang terbuat dari resin, bila bagian
singulum gigi dibentuk secara anatomis, maka pada waktu
pembuatan plat malam, sering dilakukan penipisan bagian ini
untuk mempertahankan bentuk gigi tadi.

Etiologi dan Penanggulangan Fraktur pada Geligi Tiruan Sebagian


Lepasan Resin Akrilik

- Kekuatan dan ketidaktepatan dimensional basis geligi tiruan,


karena tidak tepatnya konsistensi adonan pada waktu packing,
lama dan suhu polimerisasi yang tidak memadai, dan atau kuvet
terlalu cepat didinginkan setelah pemasakan (curing).
- Berbagai faktor yang menyebabkan fraktur gigi porselen. Gigi
porselen mungkin saja fraktur pada saat pemrosesan geligi
tiruan resin,

Faktor penyebab terjadinya hal ini antara lain:

- Strain yang terjadi pada geligi tiruan pada saat pembongkaran


dari kuvet (deflasking). Karena insersi pin merupakan bagian
terlemah dari gigi porselen, maka frakturnya gigi ini biasanya
terjadi pada bagian ini. Itulah sebabnya, perlu menentukan
teknik pembongkaran sebelumnya.
- Melakukan packing pada saat kuvet masih panas. Kuvet panas
ini mengakibatkan berbedanya konsistensi resin dan ini
menimbulkan tekanan tidak memadai, yang dialami elemen gigi
selama tahap penutupan percobaan akhir.
- Rendahnya mutu gigi porselen. Pada gigi porselen dengan pin
yang harganya murah atau kualitasnya rendah, kadang-kadang
terdapat ruangan pada tempat insersi pinnya. Dengan demikian,
resin dapat masuk kedalam celah ini dan tekanan yang
mengenainya dapat menyebabkan pecahnya gigi pada bagian
pin ini. Bila diketahui sebelumnya, adanya celah ini sebaiknya
disemen dahulu.
- Perbedaan koefisien muai panas yang menyolok antara metil
metakrilat, porselen dan logam mungkin merupakan penyebab
pecahnya gigi, selama proses pendinginan temperatur dari 1000
celcius ke suhu kamar, kontraksi resin adalah 20 kali kontraksi
yang dialami porselen.

• Kelemahan karena adanya lubang-lubang retensi. Penyebabnya


pecahnya gigi belakang dalam jurusan mesiodistal adalah
kelemahan karena adanya lubang-lubang retensi pada elemen
tiruan.

2) Faktor penyebab dari dalam mulut

- Tekanan berlebihan yang terjadi selama proses pengunyahan atau


karena menggertak, atau mengatup-ngatup gigi (clenching atau
grinding). Dalam hal ini basis resin geligi tiruan perlu diganti
dengan bahan metal.
- Resorbsi tulang alveolar yang terjadi sesudah pemasangan geligi
tiruan akan menyebabkan geligi tiruan tidak stabil lagi dengan
akibat mudah terjadi fraktur.
- Frenulum labialis yang terlalu tinggi mengharuskan dibuatnya
pembebasan yang dalam pada sayap geligi tiruan. Lekukan
semacam ini biasanya merupakan tempat awal terjadinya fraktur.
- Relief yang tidak memadai pada geligi tiruan rahang atas dibagian
tengah palatum pada penderita-penderita yang perbedaan ketebalan
mukosanya menyolok, dapat menyebabkan geligi tiruan
melengkung pada bagian tengah palatum selama berfungsi. Proses
ini dapat berakhir dengan fraktur.

3) Faktor-faktor yang berasal dari luar mulut

- Tekanan berlebihan selama pembersihan.


- Kecelakaan, umpamanya geligi tiruan jatuh ke lantai.
3. Pemeliharaan GTSL
Perilaku memelihara kebersihan gigi tiruan merupakan faktor penting
dalam keberhasilan perawatan gigi tiruan. Sedangkan, pemeliharaan
kebersihan gigi tiruan sangat berperan penting dalam proses perawatan gigi
tiruan. Hal ini dikarenakan dapat membantu menjaga kekuatan, kestabilan,
dan retensi gigi tiruan, serta menjaga kesehatan jaringan sekitar di dalam
rongga mulut. Pemeliharaan kebersihan gigi tiruan sebagian lepasan yang
kurang baik dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan gigi dan mulut.
Pemeliharaan kebersihan gigi tiruan sebagian lepasan meliputi cara
penyimpanan dan pembersihan. Pembersihan gigi tiruan sebagian lepasan
dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi, atau kombinasi keduanya.
Pembersihan secara mekanis dapat dilakukan dengan penyikatan
menggunakan pasta atau bubuk serta pembersih ultrasonik. Pembersihan
secara kimiawi diantaranya perendaman dengan larutan pembersih, pemaparan
oksigen dengan air- drying, dan radiasi microwave.
a. Pembersihan secara mekanis
1) Penyikatan
Metode yang paling umum untuk pembersihan gigi tiruan rutin
yaitu menyikat gigi. Telah dilaporkan bahwa metode ini efektif bila
dilakukan dengan cermat untuk menghilangkan plak dan perubahan
warna dari gigi tiruan resin akrilik. Resin akrilik telah terbukti
mengalami kerusakan secara progresif dengan penyikatan yang
berkepanjangan, khususnya saat penggunaan sikat dan metode yang
kurang tepat.
Pasta gigi mengandung pentasodium triphosphate sebagai
bahan untuk membersihkan stain, dan mengandung bahan abrasif yaitu
hydrated silica.
Penggunaan pasta gigi dapat meningkatkan kekasaran area
permukaan gigi tiruan yang dapat mengakumulasi mikroorganisme dan
menyebabkan terbentuknya kalkulus. Perubahan pada gigi tiruan dapat
menyebabkan iritasi mukosa dan halitosis.
Penyikatan dengan menggunakan pasta gigi dapat
meningkatkan kerusakan gigi tiruan. Produk yang mengandung
kalsium karbonat yang tidak larut bersifat sangat abrasif, sedangkan
yang mengandung natrium bikarbonat larut kurang abrasif. Pasta gigi
yang mengandung kloroform telah terbukti menyebabkan keausan gigi
tiruan karna kelarutan akrilik dalam kloroform dan tidak boleh
digunakan. Sementara itu, pasta gigi tiruan yang dikembangkan secara
khusus yang mengandung zirkonium telah ditemukan lebih unggul dari
sejumlah pasta gigi yang tersedia secara komersial untuk
membersihkan dan memoles gigi palsu dan mengurangi abrasi resin
akrilik.
2) Pembersih ultrasonic
Sejumlah penelitian terbaru menggunakan energi ultrasonik
untuk membersihkan gigi tiruan. Perangkat ultrasonik mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik pada frekuensi gelombang suara.
Pembersih ultrasonik dengan kontras menggunakan energi getaran
untuk membersihkan gigi tiruan. Bila deterjen alkali dengan pH 11,5
diimbangi dengan aliran listrik 400ke, bakteri termasuk spora dapat
dihancurkan dalam 5 menit.
Pembersih ultrasonik ini bekerja dengan menghasilkan
gelombang suara ultrasonik (20 sampai 120 kHz), yang menciptakan
rongga mikroskopik (gelembung) yang tumbuh dan meledak. Ledakan
ini menciptakan rongga yang menghasilkan area penghisap lokal.
Bahan yang melekat pada gigi tiruan dihilangkan dengan aksi ini. Aksi
ini biasa disebut dengan “cavitation”. Dua tipe larutan yang biasa
digunakan dengan pembersih ultrasonik yaitu BioSonic Enzymatic dan
Ultra-Kleen, yang mengandung campuran dua larutan yang
menghasilkan formasi pembersih alkalin peroksida.

b. Pembersihan secara kimiawi


1) Perendaman
Perendaman dapat dilakukan dalam air dan juga dengan larutan
pembersih. Beberapa contoh larutan pembersih yaitu alkalin peroksida,
alkalin hipoklorit, dan desinfektan. Alkalin peroksida (sodium
perborat) adalah pembersih gigi tiruan yang paling umum digunakan,
pembersih ini tersedia dipasaran dalam bentuk tablet dan bubuk. Pada
saat tablet effervescent dilarutkan dalam air hangat maka sodium
perborat akan terurai dan membentuk alkalin peroksida, senyawa ini
melepaskan oksigen dan terjadilah aksi pembersihan terhadap basis
gigi tiruan.
Jenis pembersih ini bekerja dengan mengurangi permukaan
ketegangan dan melepaskan oksigen. Oksigen yang dilepaskan dapat
menghasilkan buih dan secara mekanis pembersih dapat
menghilangkan debris. Gigi tiruan sebaiknya direndam dalam larutan
kimia selama beberapa jam dalam semalam. Alkalin peroksida
mempunyai bau yang sedap dan menunjukkan sedikit efek bahaya
pada komponen metal dari gigi tiruan sebagian.

2) Radiasi microwave
Gigi tiruan yang direndam pada air steril diberi penyinaran
menggunakan gelombang mikro dengan daya 650 watt selama tiga
menit. Metode ini dapat mensterilkan gigi tiruan tanpa menyebabkan
degradasi dari gigi tiruan tersebut. Namun, efek jangka panjang dari
teknik ini belum diselidiki.

Setelah melewati masa penyesuian, gigi tiruan harus dikeluarkan dari mulut
pada malam hari (akan tidur), gunanya :
1) Mengurangi kemungkinan patahnya gigi tiruan terutama bagi pasien
dengan kebiasaan jelek (bruxism).
2) Agar kebersihan gigi tiruan tetap terjaga.
3) Bila gigi tiruan tidak dipakai pada malam hari, gigi tiruan tersebut
sebaiknya
4) Direndam dalam suatu tempat berisi air bersih untuk menghindari
terjadinya
5) Proses pengeringan atau berubahnya bentuk basis resin.
6) Membersihkan gigi tiruan dapat menggunakan :
7) Sikat gigi dan pasta gigi.
8) Cairan perendam (polydent).
9) Jika gigi tiruan tidak dibersihkan akibatnya :
10) Sisa makanan melekat pada gigi tiruan.
11) Terjadi perubahan warna.
12) Bau mulut tidak enak.
13) Dapat terjadi denture stomalitis.

Pemeliharaan Gigi Geligi Dan Jaringan Lunak

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemakaian GTSL mempunyai


potensi dalam mengakibatkan perubahan-perubahan patologik dalam mulut.
Bertambahnya akumulasi plak, meningkatnya frekuensi karies, memburuknya
kebersihan mulut, inflamasi gingiva dan goyangnya gigi dapat terjadi sebagai
akibat pemakaian gigi tiruan. Tetapi jika perawatan mulut dilaksanakan
dengan baik dan gigi tiruan dibuat dengan berpegang teguh pada prinsip-
prinsip desain, setelah jangka waktu pemakaian dua tahun, hanya sedikit saja
kerusakan jaringan yang timbul. Oleh karena itu diminta perhatian yang besar
pada pasien untuk memelihara kebersihan mulutnya. Pasien harus memelihara
kebersihan gigi geligi asli dengan menyikatnya setiap selesai makan, karena
plak gigi adalah etiologi utama terjadinya karies dan gingivitis. Pemeliharaan
terhadap jaringan lunak mulut sama pentingnya dengan pemeliharaan gigi
geligi asli. Seluruh permukaan jaringan lunak yang tertutup oleh gigi tiruan
harus dibersihkan setiap hari dengan sikat gigi berbulu lembut.

Metode membersihkan GTSL dengan menggunakan sikat gigi, dianjurkan


untuk dilakukan secara teratur. Namun, hal ini juga dapat menyebabkan abrasi
permukaan yang dapat merusak unsur estetik dan biologis GTSL. Kandungan
bahan kimia yang terkandung dalam pasta gigi juga dapat merusak bahan
GTSL sehingga akan menyebabkan permukaan GTSL menjadi kasar.
Permukaan yang kasar dapat meningkatkan akumulasi plak pada GTSL. Oleh
karena itu menyikat GSTL menggunakan pasta gigi perlu didukung dengan
teknik yang tepat. Selain itu, membersihkan GTSL dengan menyikat dengan
atau tanpa pasta gigi tidak akan cukup karena tidak cukup untuk membunuh
mikro-organisme. Metode pembersihan secara mekanis perlu didukung
dengan metode pembersihan secara kimiawi yaitu dengan dilakukan
perendaman menggunakan larutan perendaman GTSL.

Pembersih gigi tiruan yang ideal memiliki beberapa syarat diantaranya


tidak beracun, mudah digunakan oleh pasien, mampu melarutkan plak pada
gigi tiruan, tidak berbahaya terhadap kesehatan pasien dan bahan dasar gigi
tiruan akrilik.
Pembersih gigi tiruan tablet merupakan tablet yang dilarutkan ke dalam air
hangat 7 (±30˚C) untuk membuat larutan effervescent. Perendaman gigi tiruan
di dalam larutan effervescent membantu membunuh kuman yang dapat
menyebabkan bau, dan menghilangkan noda pada gigi tiruan

Larutan effervescent memiliki kelebihan antara lain dapat mencapai


bagianbagian sempit yang tidak dapat dicapai dengan sikat gigi, dapat
menghilangkan kuman yang menyebabkan bau pada gigi tiruan, dapat
menghilangkan stain (noda) dan sisa makanan, dan tidak menggores gigi
tiruan. Sedangkan kekurangan dari larutan effervescent adalah aksi mekanik
lebih kecil karena pembersihan dilakukan secara kimia, sehingga
landasan gigi tiruan dianjurkan untuk disikat.

4. Reparasi GTSL
Reparasi gigi tiruan adalah Proses perbaikan gigi tiruan yang masih dapat
digunakan karena gigi tiruan tersebut menjadi rusak atau kurang dapat
memenuhi fungsinya. Perawatan ini sering diperlukan pasien pada pada kasus
darurat karena gigi tiruanya patah pada waktu yang tidak tepat .
Indikasi reparasi GTSL
 GT masih dapat dikembalikan ke dalam mulut dengan baik
 Basis akrilik gt retak/patah
 Clasp gts patah / penambahan clasp gtsl
 Penambahan anasir gigi baru krn ada pencabutan gigi

Penyebab fraktur pada GT dapat terjadinya fraktur/patah basis GT ketika :


a. GT sedang digunakan atau berfungsi : akibat resorpsi tlg alveolar,
frenulum labial terlalu tinggi
b. GT terjatuh pada permukaan yg keras (mis.lantai) atau penekanan yg
berlebihan saat pembersihan GT

Macam reparasi GT
 Reparasi sederhana tidak memerlukan pencetakan dalam mulut bahan
yang dipakai adalah resin akrilik self-cured
 Reparasi kompleks memerlukan pencetakan di dalam mulut (mis untuk
pembuatan clasp baru, penambahan anasir gigi baru) bahan yg dipakai
adalah resin akrilik self-cured atau heat-cured

REPARASI PROTHESA PATAH RA & RB

Prosedur reparasi gtsl

1. Reposisi dan fiksasi fragmen landasan yg patah

Prosedur Reposisi dan fiksasi fragmen landasan yg patah penempatan


kembali bagian gtsl yg patah dg menggunakan sticky wax

1) Bersihkan garis patah pada gtsl dari sisa makanan dan kotoran

2) Pertemukan bagian yang patah tersebut dengan tepat  cek dengan


sonde  tidak ada step
3) rekatkan dengan sticky wax  lelehkan syicky wax diatas permukaan
poles gtsl pada garis fraktur

4) Setelah sticky wax mengeras, cek kembali permukaan anatomis gtsl


dengan sonde  tidak boleh menyangkut

2. Membuat basis dari gips untuk tempat kedudukan landasan yang patah

1) Olesi permukaan anatomis gtsl dengan vaselin untuk mencegah gips


menempel pada gtsl
2) Buat adonan gips  sebagian diletakan di glaslab, sebagian lagi
dioleskan pada permukaan anatomis gtsl  letakan gtsl keatas adonan
gips yg diatas glass, permukaan anatomis pd gips,
3) Setelah gips mengeras  rapikan  landasan tidak boleh tertutup gips
supaya mudah dilepas

3. Pengasahan garis patahan dan penyambungan kembali dengan wax

1) Setelah gips mengeras  gtsl dilepaskan dari model gips dan sticky
wax dibersihkan
2) Bagian gtsl yang patah dikurangi 5 mm dengan menggunakan fraser 
preparasi garis patah ini dibuat melandai (buat bevel)  terbentuk
ruang 1 cm
3) Buat retensi pada permukaan preparasi berupa dovetail atau zigzag
4) Tempatkan Kembali bagian gtsl ke model kerja
5) ruang hasil preparasi diisi dengan baseplate wax lebih tinggi dari
permukaan poles gtsl untuk mengantisipasi shrinkage akrilik dan
memudahkan finishing akrilik
6) Permukaan wax dihaluskan  selanjutnya processing

4. Flasking, curing, dan finishing

Reparasi Anasir Lepas dan Menambah Anasir


Penyebab anasir lepas
- Kekurangan resin pd waktu packing
- Terdapat selapis tipis minyak / lilin pd gigi resin
- Melakukan packing resin pd saat sdh lewat dough stage (saat
konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak lengket lagi.)
Prosedur
1. Cetak RA dan RB dengan gtsl terpasang dalam mulut
2. Pada rahang yg ada gtsl, permukaan anatomis diolesi vaselin -> cor
kedua cetakan -> pasang model kerja di artikulator
3. daerah yg anasirnya lepas diambil dengan fraser dibuat landai 1 cm ->
pasang anasir baru -> rekatkan dengan wax
4. Tanam dalam kuvet -> boiling out -> permukaan gips diolesi vaselin ->
packing akrilik

• Pada pasien periksa: Kontak oklusinya, Bentuk gigi dan warnanya,


Kenyamanan pasien saat dipasang

Cangkolan Patah

• Penyebab cangkolan patah


1) GT Sering keluar masuk melalui undercut yg terlalu dalam
2) Kegagalan struktur karena penghalusan dan pemolesan yg tdk hati2
3) lengan cengkram terlalu sering dilekukan dengan tang
4) Terjadinya distorsi karena jatuh

Prosedur
1. Cetak RA dan RB dengan gtsl terpasang dalam mulut
2. Pada rahang yg ada gtsl, permukaan anatomis diolesi vaselin -> cor kedua
cetakan -> pasang model kerja di artikulator
3. Keluarkan gt dari model -> cangkolan yg patah dibuang sampai daerah
retensinya -> daerah sekitar kawat dibuang 1 cm dengan landai
4. Cangkolan baru dipasang pada gigi sandaran dan bagian retensinya
difiksasi dengan wax -> perbaiki bentuk landasan
5. Tanam dalam kuvet -> lengan cangkolan harus tertutup gips ->
processing

Relining;
Adalah Proses Menambahkan Bahan Baru Secukupnya Pada Permukaan Gigi
Tiruan Yang Menghadap Jaringan Pendukung Untuk Mengisi Ruangan Yang Ada
Antara Basis Gigi Tiruan Dengan Permukaan Jaringan Yang Telah Berubah.

Tujuan Relining Adalah:

1) Menentukan ulang relasi yang tepat pada protesa terhadap basis jaringan.
2) Memperbaiki relasi oklusal dan maxilomandibula yang hilang.
3) Memperbaiki retensi dan stabilisasi.
4) Untuk memperbaiki perubahan yang terjadi pada kontur / bentuk
jaringan pendukung setelah gigi tiruan sebagian lepasan (GTLS)
digunakan.
5) Untuk memperbaiki basis yang patah yang tidak dapat diperbaiki lagi

Pada proses relining menggunakan:

1. Alat–alat: spatula, bowl, articulator, scraper / bur, handpiece / lathe –


mounted akrilik bur, fissure bur, reline jig, kuas, pressure container.

2. Bahan–bahan: jelly petroleum, zinc oxide eugenol pasta, cold curing


acrylic, heat curing acrylic, tissue conditioning, hydrocal, pumice.

Macam–macam metode yang dipakai dalam relining pada gigi tiruan sebagian
lepasan yaitu:

1. Relining tanpa perubahan dimensi vertikal;

Relining pada protesa dengan dimensi vertikal yang tidak berubah,


pembuatannya lebih sederhana bila dibandingkan dengan protesa yang
dimensi vertikalnya berubah.

2. Relining dengan perubahan dimensi vertikal;

Untuk melakukan relining pada protesa dengan dimensi vertikal yang


telah berubah, maka terlebih dahulu ditempatkan tiga bulatan kecil dari
impression compound yang hangat di daerah Premolar I kanan dan kiri
serta di daerah anterior ridge (tengah). Kemudian cetak ke dalam mulut.
Penderita diminta untuk menutup mulutnya serta dibantu menekan
protesa tersebut sampai dicapai dimensi vertikal yang dikehendaki.
Selanjutnya tambahkan impression compound pada pinggir–pinggir
protesa dan lakukan muscle trimming. Kemudian dilakukan pencetakan
dengan pasta zink oxid.
Tehnik serta material yang biasa digunakan dalam Relining Protesa

1. Relining secara direct

a. Menggunakan self curing acrylic resin yang dilakukan langsung di


dalam mulut penderita.

b. Untuk memperbaiki protesa yang tidak mengalami banyak perubahan

c.Penderita tidak mempunyai penyakit sistemik.

d. Dikerjakan dalam satu kali kunjungan.

e. Dalam processing bahan self curing acrylic menimbulkan panas


menyebabkan iritasi pada mucosa

f. Penderita sukar untuk menggigit dalam oklusi sentrik, karena terganggu


bau tak enak yang dikeluarkan oleh self curing acrylic.

g. Porosity serta warna self curing acrylic yang tidak stabil (mudah
berubah)

2. Relining secara indirect

a. Mempergunakan heat curing acrylic resin yang dilakukan di luar mulut


penderita (secara laboratorium)

b. Baik digunakan untuk penderita yang berusia lanjut serta dapat


digunakan penderita yang bersikap mental tak stabil (histerical mind )

c. Keuntungan pemakaian heat curing acrylic resin dihasilkan protesa yang


jauh lebih kuat dari pada protesa yang dibuat dari self curing acrylic

d. Porosity jauh berkurang.

Prosedur Relining: ( Kema,D:1969; Rudd,K :1981:403- 411; Austin


K:1957:195; Gunadi::994)

1. Persiapan pasien:

a. Pasien harus melepas gigi tiruan selama 1 – 2 hari.

b. Pemberian tissue conditioner bila perlu.

c. Bila terdapat hyperplatic tissue yang besar harus dioperasi.


2. Prosedur klinik:

Persiapan gigi tiruan:

a. Permukaan gigi tiruan yang menghadap jaringan pendukung direlief


dengan mengerok akrilik sebanyak 1 – 2 mm.

b. Seluruh undercut yang ada dihilangkan.

c. Tepi – tepi gigi tiruan dipendekkan 1 – 2 mm.

d. Pencetakan dilakukan dengan memakai gigi tiruan sebagai sendok


cetak.

e. Pada metode direct pencetakkan dilakukan dengan menggunakan cold


curing acrylic, sedangkan untuk metode indirect pencetakkan dilakukan
menggunakan bahan cetak Zinc Oxide Eugenol pasta.

Teknik mencetak terdiri dari closed mouth technique/pencetakan pada


relasi centries dan open mouth technique/pencetakan pada rahang atas dan
rahang bawah terpisah.

3. Prosedur Laboratoris;

Prosedur relining dan rebasing meliputi masalah pembuatan cetakan yang


baru pada gigi tiruan dimana pada cetakan harus memperhatikan dimensi
vertikal (DV) dan relasi sentries (RS) yang benar.

Sebelum dilakukan perawatan maka perlu persiapan sebagai berikut::

a. Melepaskan gigi tiruan sebelum 24 jam, agar jaringan dalam keadaan


sehat.

b. Jaringan mulut harus dalam keadaan sehat tidak ada kelainan.

c. Misalnya jika ada jaringan hyperplastic yang besar bisa dilakukan


pembedahan, sedangkan jika kecil cukup diberi tissue conditioning.

d. Jika ada jaringan yang teriritasi, dilakukan pengobatan.

e. Batas protesa rahang atas dan rahang bawah harus tepat.


Daftar Pustaka

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/26880/STUDY
%20GUIDE%20modul%20protesa-%20revisi%202019%20-%20skp.pdf?se

Austin, K. et al. Partial Dentures, St. Louis, The Mosby,1957.

Gunadi, HA, dkk. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepas, Jilid 2, Jakarta,
Hipokrates,1994.

Setiawan, Ricky. 2013. Penatalaksanaan Relining Pada Gigi Tiruan Sebagian


Lepasan (GTSL). Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(1) : 61-62

Anda mungkin juga menyukai