Anda di halaman 1dari 31

Laporan Tutorial Skenario 2

Gigi Tiruan Sebagian Lengkap


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial
Blok 19 Perawatan Rehabilitatif

Tutor : drg. Supriyadi, M.Kes


Anggota (17161010114
: Daragyta Purnama R
1)
(17161010114
Iza Afkarina
2)
(17161010114
Desy Sofyah Hartina
3)
(17161010114
Mulki Nur Maajid
4)
(17161010114
Kevin Justisio
5)
(17161010114
Muhammad Rizki Y
6)
(17161010114
Annisa Ayah Esa S
7)
(17161010114
Maria Eklevina W 8)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tutorial Skenario 2 Blok 19 Perawatan Rehabilitatif. Tutorial blok ini merupakan
salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember. Dengan selesainya laporan tutorial ini, tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. drg. Supriyadi, M.Kes sebagai Dosen Pembimbing Tutorial 15
2. Anggota Kelompok Tutorial 15
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.

Jember, April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN....………………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...6

Step I. Mengklarifikasi Istilah Atau Konsep………………………………………..6

Step II. Menetapkan Permasalahan………………………………………………….7

Step III. Penyelesaian Masalah……………………………………………………...7

Step IV. Pemetaan……………………………………………………………….....10

Step V. Menentukan Objek Pembelajaran……………………………………….....10

Step VII. Jawaban Objek Pembelajaran…………………………………………....11

BAB III KESIMPULAN ……………………………………………….................29

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigitiruan sebagian lepasan adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau
beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka
pasang oleh pasien. Berdasarkan bahan yang digunakan, gigitiruan sebagian lepasan
dibagi dua yaitu gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik dan gigitiruan sebagian
lepasan kerangka logam.

Gigitiruan sebagian lepasan merupakan alternatif perawatan prostodontik yang


tersedia dengan biaya yang lebih terjangkau untuk sebagian besar pasien dengan
kehilangan gigi sebagian. Salah satu kelemahan pemakaian gigitiruan sebagian
lepasan yaitu dapat merusak jaringan mulut yang tersisa. Hal ini berhubungan
dengan terjadinya penumpukan plak pada gigi asli yang masih ada dan pada
gigitiruan, karena adanya bagian tertentu dari gigitiruan tersebut yang sulit dijangkau
saat dibersihkan.

Gigitiruan harus didesain untuk mengurangi resiko ini, tetapi standar kebersihan
rongga mulut dan gigitiruan yang tinggi tetap diperlukan. Salah satu keuntungan dari
perawatan gigitiruan sebagian lepasan adalah memudahkan pasien dalam memelihara
kebersihan rongga mulutnya. Pemakaian gigitiruan ini memungkinkan pasien untuk
membersihkan gigi asli yang masih ada dan gigitiruan itu sendiri, karena gigitiruan
tersebut dapat dilepaskan dari rongga mulut.

4
1.2 Skenario 2

Seorang pasien laki-laki usia 49 tahun yang bekerja sebagai guru, ingin
dibuatkan gigi tiruan karena giginya banyak yang lepas setelah kecelakaan. Pasien
belum pernah memakai gigi tiruan. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral:
gigi hilang, pada 11, 12, 14, 15, 16, 21, 22, 24. Ada oklusi. OH penderita bagus.
Kemudian dokter gigi melakukan rencana perawatan dengan melakukan pembuatan
gigi tiruan sebagian lepasan menggunakan anasir akrilik, basis akrilik. Dokter gigi
membuat model studi, membuat model kerja dan membuat desain dengan
menentukan klasifikasi berdasarkan Kennedy dan melakukan survey

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Step 1 Identifikasi Kata Sulit


1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
 Adalah gigi tiruan yang mengggantikan satu atau dua gigi pada gigi
rahang atas atau rahang bawah yang hilang dan dapat di buka pasang
oleh pasien.
 Bukan hanya satu atau dua gigi tetapi bisa lebih

2. Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


 Gambaran yang menggambarkan gigi tiruan lepasan yang akan
pasang
3. Survey
 Metode pengumpulan data primer dengan cara memberikan
pertanyaan kepada responden individu / pasien
 Analisis dari dimensi seberapa besar, tebal jaringan keras dan lunak
untuk GTSL
 Ada alatnya namanya surveyor
 Suatu prosedur untuk menganalisis untuk menentukan desain GTSL
4. Kennedy
 Klasifikasi yang menjelaskan keaddaan keadaan gigi jaringan
pendukungnya yang tidak memadai dan penekanan nya lebih banyak
pada ruang ruang kosong yang sudah ditinggalkan gigi

6
 Penggolongan berdasarkan lengkungan yng tak bergigi untuk
membantu pembuatan desain GTSL
 Klasifikasi yang memudahkan dan menentukan tipe tipe GTSL
 Klasifikasi yang membagi semua keadaan yang tidak bergigi
 Tidak bisa dipatok untuk semua kehilangan gigi
 Dibuat untuk menyamakan penggolongan persepsi gigi

2.2 Step 2 Identifikasi Rumusan Masalah

1. Apa dampak yang terjadi jika gigi yang hilang tidak di ganti ?
2. Bagaimana klasifikasi dari kennedy?
3. Apa saja fungsi dari GTSL ?
4. Apa saja indikasi dan kontra-indikasi penggunaan GTSL ?
5. Bagaimana prosedur pembuatan GTSL ?
6. Bagaimana desain dan klasifikasi menurut kennedy GTSL pada skenario ?

2.2 Step 3 Brainstorming


1. Apa dampak yang terjadi jika gigi yang hilang tidak di ganti ?
a. Pasien akan kesusahan untuk mengunyah
b. Terganggunya proses berbicara: pada gigi anterior susah mengucapkan
huruf F, S, C
c. Tulang alveolar resorbsi / rata
d. Estetik jelek
e. Migrasi dan rotasi gigi
f. Erupsi atau ekstruksi berlebih pada gigi yang tidak mempunyai gigi
antagonis
g. Gangguan pada sendi TMJ
h. Terganggunya fungsi mastikasi
i. Terganggunya kebersihan RM
j. Jika terjadi pada gigi sulung, bila ada space akan menyebabkan gigi
permanen yang baru tumbuh akan migrasi ke tempat yang kosong
k. Adanya space

7
2. Bagaimana klasifikasi dari kennedy?
Diperkenalkan oleh doktor edward kennedy pada tahun 1995.
Klasifikasi ini untuk keadaan gigi hilang sebagian.
Ada 4 kelas
1) Kelas 1
Daaerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada,
letaknya dua sisi rahang / bilateral
2) Kelas II
Daerah tak bergigi terletak pada posterior dari gigi masih ada berada pada
sisi satu rahang / unilateral
3) Kelas III
Daerah yang tidak bergigi terletak di antara gigi anterior maupun
posterior dan letaknya unilateral
4) Kelas IV
Daerah tak bergigi terletak pada anterior dari gigi yang masih ada dan
melewati garis tengah rahang

3. Apa saja fungsi dari GTSL ?


 Peningkatan pengunyahan
 Peningkatan fungsi bicara
 Pelestarian jaringan mulut yang masih tinggal
 Pencegahan migrasi gigi

4. Apa saja indikasi dan kontra-indikasi penggunaan GTSL ?


 Indikasi
1) Hilangnya satu atau lebih jaringan gigi
2) Gigi yang tersisa dalam keadaan baik dan memenuhi syarat untuk
penyangga
3) Keadaan prosesus alveolarisnya masih baik
4) Keadaan jaringan pendukung baik
5) Jumlah gigi yang memadai

8
6) OH baik
7) Jaringan pendukung gigi yang baik
8) GTSL yang memumpuni
 Kontraindikasi
1) Pasien tidak kooperatif
2) Pasien memiliki penyakit sistemik ( epilepi dan DM)
3) Kurangnya retensi gigi sebagian lepasan
4) Rampan karies / kondisi periodontal yang tidak sehat
5) Kontra bagi orang orang yang memiliki keterbatasan

5. Bagaimana prosedur pembuatan GTSL ?


Ada 11 tahap:
1) Pencetakan pendahuluan
2) Preparasi mulut
3) Pencetakan utama
4) Survey model rahang
5) Pembuatan desain GTSL
6) Penentuan hubungan maksilo dan mandibula
7) Try in malam
8) Pemrosesan
9) Selectif granding: memoles gigi tiruan, lebih ke penyesuaian oklusi
10) Finishig and polishing: memperbaiki batas dan kontur gigi tiruaan
11) Try in dan insersi ke pasien

6. Bagaimana desain dan klasifikasi menurut kennedy GTSL pada


skenario?

9
 Gigi yang hilang 11, 12, 14, 15, 16, 21, 22, 24
Bisa gabungan dari dua – tiga kelas. Gigi anterior (11, 12, 21, 22) dan
posterior (14, 15, 16 24)
 Modifikasi antara kelas III dan kelas IV

2.4 Step 4 Mapping

Gigi Tiruan Sebagian


Lengkap

Desain Kebersihan Kondisi Klasifikasi Indikasi


Rongga Kennedy dan
Gigi Dukungan
Mulut kontra-
Tiruan Jaringan Rongga indikasi
Mulut

Prosedur

2.5 Step 5 Menentukan Learning Objective


1. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai
definisi, tujuan dan fungsi GTSL.
2. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai
indikasi dan kontraindikasi GTSL.

10
3. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai
Klasifikasi menurut Kennedy.
4. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai cara
melakukan survey pada GTSL.
5. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai desain
GTSL dan pertimbangannya.
6. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai
Prosedur pembuatan GTSL.
7. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai desain
gigi tiruan pada kasus di skenario (desain basis dan anasir).

2.6 Step 7 Jawaban Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai


definisi, tujuan dan fungsi GTSL.
a. Definisi GTSL
 Gigi tiruan lepasan merupakan suatu gigi tiruan yang
menggantikan gigi yang hilang dan jaringan pendukungnya,
yang dapat dilepas maupun dipasangkan kembali oleh
pemakainya.3,4 Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) telah
diterima secara luas sebagai cara untuk menggantikan gigi
yang hilang baik akibat karies maupun akibat penyakit
periodontal (Dhigra,2012)
 Gigi tiruan lepasan adalah bagian prostodonsia yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang atau
seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung
oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi, mukosa dan yang
dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien (Setyowati,2019)
 Sebuah protesa yang menggantikan satu atau beberapa gigi
yang hilang, pada rahang atas maupun rahang bawah dan

11
dapat dibuka pasang oleh pasien tanpa pengawasan dokter
gigi (Ozkan, 2012).
b. Tujuan penggunaan GTSL
 Memulihkan fungsi pengunyahan, bicara dan estetika
 Mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih ada
 pencegahan migrasi gigi
 peningkatan distribusi beban kunyah (Yunisa,2015)
c. Fungsi penggunaan GTSL
 Mengembalikan fungsi pengunyahan, estetika, bicara
 Membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal
 Memperbaiki oklusi
 Mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar
tetap sehat (Wahjuni,2017)

2. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai


indikasi dan kontraindikasi GTSL.

 Indikasi gigi tiruan sebagian lepasan adalah :


1. Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi
2. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat
sebagai gigi pegangan
3. Keadaan processus alveolaris masih baik
4. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik
5. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
6. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:
a. Usia :
 Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih
besar, panjang mahkota klinis masih kurang.
Pasien usia lanjut dengan kesehatan umum
yang buruk, karena perawatannya memerlukan
waktu yang lama

12
b. Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat
Hukum Ante
c. Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous
7. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous (free end
saddle)
8. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat
9. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan
(Kurnia,2017)

 Kontra indikasi :

1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan


gigi tiruan.

2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita


sebaiknya dibuatkan GT temporer.

3. penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)

4. OH jelek (Kurnia,2017)

3. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai


Klasifikasi menurut Kennedy.

 Klasifikasi Kennedy adalah sebagai berikut (McGarry, 2002) :


a. Klas I
Daerah tidak bergigi bilateral yang letaknya pada bagian
posteriordari gigi asli yang masih tinggal pada bagian anterior
(Bilateral free end)
b. Klas II
Daerah tidak bergigi unilateral pada bagian posterior dari
gigiasli yang masih tinggal (Unilateral free end)
c. Klas III

13
Daerah tidak bergigi unilateral dengan gigi asli yang tinggal
pada bagian anterior dan posterior (Bounded saddle)
d. Klas IV
Tunggal (single). Tetapi bilateral (memotong garis tengah),
letak daerah tidak bergigi pada daerah anterior saja, tetapi
masih ada gigi pada daerah posterior
e. Modifikasi
Kehilangan gigi terjadi pada kombinasi antara klas I, II, dan
III (tidak ada modifikasi pada klas IV), sesuai dengan jumlah
edentulus ridge, biasanya klas III modifikasi 1,2

 Aturan dalam penggunaan klasifikasi Kennedy adalah:


a. Klasifikasi ditentukan setelah ekstraksi gigi yang mungkin
mengubahklasifikasi awal.
b. Molar ketiga tidak dipertimbangkan dalam klasifikasi jika tidak
ada dantidak akan digantikan.
c. Molar ketiga dipertimbangkan dalam klasifikasi jika ada dan
digunakansebagai gigi penyangga.
d. Molar kedua tidak dipertimbangkan dalam klasifikasi jika tidak
ada dantidak akan digantikan
e. Penentuan klasifikasi selalu dari daerah edentulus paling
posterior
f. Daerah edentulus diluar klasifikasi dikategorikan modifikasi dan
sesuaijumlah daerah edentulus
g. Luas daerah modifikasi tidak dipertimbangkan, hanya jumlah
daerahedentulus tambahan

14
h. Tidak ada modifikasi pada klas IV (Fendy,2012)

4. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai cara


melakukan survey pada GTSL.
a. Pengertian survey
Surveying adalah suatu prosedur diagnostik untuk
menganalisis, menentukan, menggambarkan kontur terbesar undercut
dari gigi penyangga dan struktur jaringan yang berhubungan dengan
gigi tiruan sebelum desain ditetapkan dengan menggunakan alat yang
dinamakan surveyor.
 Tujuan surveying:
1. Menentukan lingkaran terbesar dari gigi penyangga
dalam menentukan posisi cangkokan yang tepat pada
gigi penyangga
2. Menentukan permukaan gigi dan jaringan lunak yang
perlu di block out
3. Mengindentifikasi permukaan proksimal gigi agar
dapat dibuat sejajar sehinggadapat bertindak sebagai
guiding plane sewaktu pemasangan dan pelepasan
atauuntuk menentukan dataran penunjuk sehingga
gigitiruan dapat dipasang dengan mudah
4. Mengukur derajat undercut pada gigi penyangga, posisi
lengan cangkolan danresilience yang diperlukan
5. Menentukan arah pasang dan arah lepas
6. Mencatat posisi model yang berhubungan dengan arah
pasang yang telah ditentukan
7. Membantu menentukan prosedur restorasi yang
mungkin
b. Pengertian surveyor
Surveyor adalah alat yang digunakan untuk menentukan
pararelisme relatif dari dua atau lebih permukaan gigi atau bagian lain
dari tuangan pada lengkung gigi. Selainitu juga digunakan untuk

15
preparasi restorasi gigi seperti lepasan dan jembatan fixed dandentur
dari model gigi dari pasien.
c. Tahapan survey:
1. Penilaian visual pendahuluan model studi
Model dipegang dan diinspeksi dari arah atas untuk melihat
susunan gigi, ridge, dan kelainan yang ada pada model.
2. Initial survey/survey awal
Model diposisikan sesuai occlusal plane horizontaligi dan
ridge disurvey untuk mengidentifikasi area undercut yang
digunakan untuk menyediakan retensi.
3. Analisis
Model dianalisis memakai analisis rod. Analisis rod
ditempatkan pada removable arm, lalu model studi
ditempatkan pada table survey, setelah itu baru model dan
table diletakkan di bawah surveyor.
4. Final survey
Berguna untuk mendapatkan retensi di mana retensi itu
digunakan untuk mengetahui bagaimana posisi cengkream
yang baik pada relasi dari dua garis. (Dewa Ayu,2018)

5. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai desain


GTSL dan pertimbangannya.
 Komponen GTSL
a. Basis akrilik dan atau metal
Digunakan pada penderita dengan alergi akrilik namun biaya
lebih mahal, pembuatan lebih sulit), bagian GT yang ada di
palatum, labial, lingual.
b. Anasir gigi akrilik atau porselen
c. Saddle
Bagian gigi tiruan yang menutupi mukosa di atas prosessus
alveolaris dan mendukung gigi tiruan. Berdasarkan letak:
1) Bounded saddle di antara gigi asli

16
2) Free end saddle  di posterior dari gigi asli
d. Cengkeram, retainer, klamer atau piranti
Bagian GTSL yang memeluk gigi dari bukal, lingual yang
berfungsi untuk retensi.
e. Konektor
1) Utama
Menghubungkan bagian gigi tiruan di satu sisi dengan
sisi lainnya atau mengubungkan basis dengan retainer,
menyalurkan daya kunyah dari satu sisi ke sisi lain.
2) Minor
Menghubungkan konektor utama dengan bagian
lainnya misalnya sandaran oklusal, diletakkan pada
daerah yang berbentuk lancip ke arah gigi penyangga,
untuk meneruskan tekanan oklusal gigi penyangga,
membantu stabilisasi dengan menahan gaya pelepasan,
menghubungkan bagian GTSL dengan konektor utama.
 Tahapan desain GTSL
a. Tahap I
Mengevaluasi gigi yang ada, memperkirakan gigi yang masih
adaapakah perlu dicabut, kemudian menentukan kelas dari
masing-masing daerah tak bergigi.
b. Tahap II
Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel.
Macam-macam dukungan:
1) Dari gigi asli; diperoleh dari gigi tetangga atau gigi
yang masih bisa dijadikan penyangga
2) Dari mukosa; berhubungan dengan retensi dan
stabilisasi GTSL
3) Dari keduanya; dari gigi dan mukosa
c. Tahap III
Menentukan macam retainer / penahan. Macam-macam
retainer:

17
1) Cengkeram oklusal (2 atau 3 jari)
Letak cengkeram di oklusal gigi, berbentuk akers clasp
2) Cengkeram Full Jackson
Dari keseluruhan gigi dari mahkota sampai akar
3) Cengkeram Half Jackson
Tidak mengelilingi gigi, cukup setengah saja yang
dicengkeram
4) Cengkeram S
Untuk gigi Caninus
5) Cengkeram panah
Membentuk anak panah
6) Cengkeram Adam
d. Tahap IV
Menentukan macam konektor.

Beberapa syarat GTSL yang baik adalah gigi tiruan tersebut


mampu memenuhi tujuan pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan, tidak menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada
gigi yang tersisa dan jaringan pendukung, dapat dengan mudah
dilepas dan dipasangkan kembali oleh pasien, dapat dengan
mudah dibersihkan, dapat dengan mudah diperbaiki, harganya
terjangkau, tidak boleh tebal,stabil dan retentif (Merry,2015)

6. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai


Prosedur pembuatan GTSL.
 Tahap pembuatan Gigi Tiruan Lepasan Sebagian (Gunandi,1995)
1. Persiapan model kerja
Model kerja diterima dan dibersihkan dari
nodul-nodul. Bagian tepi model kerja yang berlebih
dirapihkan dengan mesin trimmer sampai batas
mukosa bergerak dan tidak bergerak pada rahang atas
dan rahang bawah.

18
2. Survey
Melakukan survey model kerja dengan
menggunakan surveyor untuk menentukan daerah
undercut menguntungkan dan tidak menguntungkan.
Pertama, meletakkan model kerja pada cast holder,
kemudian cast holder diletakkan pada platform atau
table, selanjutnya dilakukan tilting dengan analizing
rood untuk menentukan kesejajaran daerah undercut
pada model kerja terutama pada model gigi yang akan
dijadikan gigi penjangkaran. Setelah itu, gunakan
carbon marker untuk memberi tanda berupa garis
survey dan untuk mengetahui daerah undercut.
3. Block out
Daerah gigi yang sudah disurvey dan
mendapatkan undercut tidak menguntungkan diblock
out. Block out dilakukan dengan menggunakan gips
dan dirapihkan menggunakan lecron.
4. Pembuatan cengkeram
5. Pembuatan bite oklusal rims
Base plate dibuat sesuai dengan gambar desain
yang ada di model. Rendam model kerja dalam air.
Lunakkan wax diatas api, tetapi tidak sampai meleleh.
Wax yang sudah melunak ditekankan diatas model
kerja, kelebihan wax dibuang dengan lecron sehingga
batas tepinya sesuai dengan gambar desain. Untuk
membuat oklusal rim lempengan wax dipanaskan
diatas api sampai melunak, kemudian digulung dan
dibentuk sesuai lengkung rahang. Gulungan yang
sudah dibuat diletakkan di atas base plate. Ruangan
kosong antara base plate dan oklusal rims diisi dengan
wax cair hingga ruangan tadi tertutup rapat. Tinggi bite
oklusal rims disesuaikan dengan tinggi gigi sebelahnya

19
dan lebar bite oklusal rims disesuaikan dengan gigi
yang akan diganti. Kelebihan-kelebihan wax
dirapihkan dengan menggunakan lecron. Setelah rapih
dikirim kembali ke dokter gigi untuk pencobaan pola
malam
6. Pemasangan model kerja pada artikulator
Melakukan fiksaki model kerja yang sudah
dilakukan pencatatan rahang oleh dokter gigi agar
oklusi tidk berubah. Prosedur kerja pemasangan
artikulator sebagai berikut: Menyiapkan dan
memeriksa artikulator yang akan digunakan.
Membuat retensi berupa takik seperti huruf “V” pada
bagian dasar model.
Bagian artikulator upper member dan lower member
diberi separating medium atau vaseline. Membentuk
segitiga bonwill menggunakan karet. Membuat adonan
gips, lalu meletakkan adonan gips pada model kerja
rahang atas sampai bidang oklusal sejajar dengan
segitiga bonwill, kedudukan tersebut dipertahankan
dengan modeling clay pada dasar rahang bawah.
Setelah gips mengeras artikulator dibalik, lower
member dibuka dan modeling clay dibuang. Membuat
adonan gips dan meletakkannya pada dasar rahang
bawah, kemudian menutup dan merapikan lower
member. Upper member dan lower member diikat
dengan karet agar tidak terjadi peninggian gigit.
7. Flasking
Prosedur flasking sebagai berikut: Model kerja
rahang atas dan rahang bawah dilepas dari artikulator.
Kuvet diperiksa apakah penutupnya rapat dan besarnya
sesuai dengan model rahang. Bagian dalam kuvet
diolesi vaseline. Membuat adonan gips dan mengisi

20
kuvet bagian bawah dengan adonan gips tersebut.
Model dengan pola malam gigi tiruan yang sudah
diberi separating medium dimasukkan kedalam kuvet
hingga menyentuh dasar kuvet. Membiarkan gips
mencapai setting time dan mengeras. Setelah mengeras
bagian atas gips diberti vaseline. Kuvet atas dipasang
tanpa penutup, kemudia diisi dengan adonan gips.
Menutup kuvet bagian atas sampai rapat dan dipress
pada press meja.
8. Boiling out
Prosedur boiling out sebagai berikut: Setelah
gips mengeras, kuvet dan hand press dimasukkan
dalam air mendidih selama 5 menit. Setelah 5 menit
kuvet diangkat dan dibuka perlahan-lahan, wax yang
masih lunak dikeluarkan dan sisa-sisa wax yang
tertinggal di siram dengan air panas yang dicampur
dengan sabun. Setelah bersih, diperiksa kembali
keadaannya dan tepi-tepi mould space yang tajam atau
tipis dihaluskan dan diberi CMS.
9. Penambahan tin foil
Pada torus palatinus pada rongga mulut bukan
merupakan penyakit atau tanda dari suatu penyakit,
tetapi jika ukurannya besar dapat menyebabkan
masalah dalam pembuatan dan pemakaian gigi tiruan.
Dalam pembuatan gigi tiruan sebelum melakukan
packing terlebih dahulu bagian torus palatinus ditutupi
atau dilapisi dengan tin foil agar tidak menekan torus
palatinus.
10. Packing
Mengolesi mold space dan kuvet bagian atas
dengan CMS. Mencampurkan polimer kedalam
monomer lalu aduk perlahan-lahan menggunakan

21
lecron. Menutup mixing jar rapat-rapat dan menunggu
akrilik mencapai dough stage. Adonan akrilik diambil
sedikit demi sedikit, kemudian dimasukkan kedalam
daerah mould space secara perlahan-lahan hingga
semua daerah tertutupi. Kemudian menutup dengan
cellophane dan memasang kuvet atas dengan tutupnya,
kemudian melakukan press pada press meja. Membuka
kuvet dengan hati-hati, mengangkat cellophane dan
memeriksa apakah akrilik sudah memenuhi mould
space sampai kebagian sayapnya. Membuang
kelebihan akrilik tetapi tidak merusak mould spacenya.
Mengepress kembali sampai tidak ada lagi kelebihan
akrilik serta kuvet atas dan bawah benar-benar rapat
(metal to metal kontak). Pada press yang terakhir
cellophane tidak lagi dipakai.
11. Curing
Proses curing adalah polimerisasi antara
monomer yang bereaksi dengan polimer bila
dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya. Kuvet
direbus kedalam air mulai dari suhu kamar, tunggu
sampai air mendidih ± 90 menit (sesuai petunjuk
pabrik). Kuvet didiamkan sampai dingin dengan
sendirinya, kemudian dapat dilakukan deflasking.
12. Deflasking
Melepaskan gigi tiruan resin akrilik dari bahan
tanam dilakukan dengan memotong-motong gips untuk
kemudian dibersihkan, tetapi tidak boleh lepas dari
model rahangnya agar gigi tiruan dapat dilakukan
remounting.
13. Remounting
Gigi tiruan akrilik dan model dipasang kembali
dalam artikulator yang bertujuan untuk mengoreksi

22
hubungan oklusi yang tidak harmonis dari gigi tiruan
yang baru selesai diproses.
14. Selective grinding
Permukaan oklusal gigi tiruan diasah pada
tempat-tempat selektif. Pengasahan dilakukan dengan
bantuan articulating paper yang menendai kontak
oklusal yang menyimpang. Selective grinding
dilakukan hingga tidak ada lagi kontak oklusi yang
menyimpang. 3.5.16 Finishing Prosedur finishing
sebagai berikut:
− Merapikan gigi tiruan dengan bur fissure dan frasser
hingga mendapatkan ketebalan ± 2 mm. − Daerah tepi
yang tajam dibentuk membulat dan bagian frenulum
dibebaskan. − Gigi tiruan akrilik dihaluskan dengan
menggunakan amplas kasar dan halus.
15. Polishing
Gigi tiruan dipoles menggunakan feltcone dan
sikat hitam dengan pumice yang sudah dibasahi air.
Setelah permukaan akrilik halus dan tidak ada lagi
goresan, gigi tiruan akrilik dicuci agar sisa-sisa pumice
hilang. Untuk mengkilapkan permukaan akrilik,
digunakan CaCO3 yang dicampur air dan dipoles
dengan menggunakan sikat putih. Setelah mengkilat,
gigi tiruan dicuci dan dibersihkan dari sisa-sisa bahan
poles.
16. Insersi
Evluasi dan control pada pasien GTSL Pasien
dianjurkan untuk memakai gigi tiruan selama 24 jam
setelag pemasangan untuk menyesuaikan gigi tiruan di
dalam rongga mulut (Rahn, 2009). Pemeriksaan
dijadwalkan seminggu setelah pemasangan gigi tiruan.
Perlu ditanyakan kepada pasien mengenai kenyamanan

23
dan fungsi gigi tiruan, kemudian lakukan pemeriksaan
pada jaringan lunak mulut apakah terdapat ulserasi atau
eritema serta oklusi dengan articulating paper
(Jacobsen,2008). Pasien perlu diberitahu bahwa butuh
pemakaian beberapa waktu, gigi tiruan pasti
mengalami perubahan maka perlu pemeriksaan berkala
minimal dua kali dalam setahun (Jacobsen,2008).

7. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai desain


gigi tiruan pada kasus di skenario (desain basis dan anasir).
 Hasil pemeriksaan berdasarkan kasus di skenario:
a. Pasien laki-laki berusia 49 tahun
b. Pemeriksaan ekstraoral: Kesehatan umum baik
c. Pemeriksaan intraoral:
1) Gigi hilang pada 11, 12, 14, 15, 16, 21, 22, 24
2) Ada oklusi
3) OH pasien baik

 Menurut Gunadi (dalam Zulfa, 2019), rencana perawatan pembuatan


desain gigi tiruan sebagian lepasan terdiri atas empat tahapan, yaitu:
a. Penentuan klasifikasi dari daerah tak bergigi
b. Penentuan macam dukungan dari tiap sadel
c. Penentuan jenis penahan (retainer)

24
d. Penentuan jenis konektor

a. Penentuan Klasifikasi dari Daerah Tak Bergigi

1) Area paling posterior, sebagai penentu klasifikasi


2) Area modifikasi
Kasus di skenario diklasifikasikan sebagai kelas III modifikasi 2

b. Penentuan Macam Dukungan dari Tiap Sadel

Bentuk daerah yang tak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup
(paradental) dan daerah yang berujung bebas (free end). Sesuai dengan
sebutan ini, macam sadel dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Bentuk sadel tertutup atau paradental (paradental saddle)

2) Bentuk sadel berujung bebas (free end saddle).

 Jenis sadel yang digunakan pada kasus di skenario:

25
Kelas III mod 2 daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang
masih ada di bagian posterior maupun anteriornya  sadel tertutup
(paradental saddle)

Mengacu pada klasifikasi Neurohr’s, yaitu sistem klasifikasi


berdasarkan tipe pendukung yang digunakan, Maka kasus pada skenario
termasuk ke dalam:

Kelas II divisi II variasi 2B tooth and tissue bearing atau


pendukung berasal dari gigi dan mukosa (tooth-mucos supported)

d. Penentuan Jenis Penahan (retainer)

1) Disebut demikian karena pertama kali dideskripsikan oleh Every.

2) Digunakan pada kasus Klas III Kennedy dengan modifikasi

3) Paling sering diggunakan pada rahang atas

4) Gigi tiruan dirancang brdsrkn cakupan palatal yg luas  membantu


menahan beban vertikal.

26
 Prinsip desain gigi tiruan

1) Gigi tiruan harus berkontak dengan gigi asli menrasfer tekanan


aksio-mesio-distal (Gbr. 22.71)

2) Titik kontak ditempatkan secara oklusif (embrasure gingiva


diperlebar)  tampilan alami, serta meminimalkan insiden karies &
periodontal pocket (Gbr. 22.72).

3) Gigi posterior yg menopang gigi tiruan harus dicengkram


mencegah perpindahan gigi ke belakang. Basis gigi tiruan diperluas
ke posterior  menjepit gigi paling distal(Gbr. 22.73).

4) Basis gigi tiruan tidak boleh melebihi ggv.

5) Gigi tiruan mendapatkan retensi melalui adhesive forces dan tekanan


atmosfer

Gigi abutment:

17 dan 26

Direct Retainer:

17 simple circlet clasp

27
26 Half Jackson clasp

Indirect retainer:

Indirect retainer biasa digunakan pada kasus kelas I dan kelas II yaitu ketika
direct retainer tidak diletakan pada daerah posterior

Kasus di skenario kelas III direct retainer berada di gigi 17 dan 26


(posterior) tidak menggunakan direct retainer

 Penentuan Jenis Konektor

Jenis konektor yang digunakan adalah dengan menggunakan basis


akrilik. Bahan akrilik dipilih karena berwarna harmonis dengan jaringan
sekitarnya sehingga memenuhi faktor estetik, dapat dilapisi dan dicetakan
kembali, relatif lebih ringan, teknik pembuatan dan pemolesannya mudah,
dan harganya murah.

 Kesimpulan:
o Klasifikasi : Kelas III modifikasi 2
o Jenis sadel : Sadel tertutup atau paradental saddle dengan
pendukung sadel
berasal dari gigi dan mukosa (tooth-mucosa supported)
o Retainer : Hanya menggunakan direct retainer pada gigi 17
dengan jenis simple
circlet clasp dan pada gigi 26 dengan jenis half
Jackson clasp. Tidak digunakan indirect retainer.

28
o Jenis konektor : Berasal dari basis akrilik

(Gunadi, dkk., 2012)

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan diskusi utorial yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan


sebagai berikut; Gigitiruan sebagian lepasan adalah gigitiruan yang menggantikan
satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat
dibuka pasang oleh pasien. Berdasarkan bahan yang digunakan, gigitiruan sebagian
lepasan dibagi dua yaitu gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik dan gigitiruan
sebagian lepasan kerangka logam.

Penggunaan gigi tiruan sebagian sangat penting dalam menjaga kesehatan


periodontal dan menjaga stabilitas gigi yang tersisa. Selain itu penggunaan gigi
tiruan sebagian lepasan memiliki fungsi yaitu mengembalikan fungsi pengunyahan,
estetika, bicara, membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal,
memperbaiki oklusi dan mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar
tetap sehat

29
Dari kasus yang ada di skenario 2 ini di dapatkan kesimpulan Klasifikasi
yaitu Kelas III modifikasi 2 , Jenis sadel yang digunakan tertutup atau paradental
saddle dengan pendukung sadel berasal dari gigi dan mukosa (tooth-mucosa
supported), retainer hanya menggunakan direct retainer pada gigi 17 dengan jenis
simple circlet clasp dan pada gigi 26 dengan jenis half Jackson clasp. Tidak
digunakan indirect retainer, dan jenis konektor berasal dari basis akrilik.

DAFTAR PUSTAKA

 (Setyowati, O., Sujati, S., & Wahjuni, S. (2019). Pattern Of Demand For Making
Dentures At Dental Laboratory In Surabaya City, Indonesia. Journal of
Vocational Health Studies, 3(1), 1-5)
 (Yunisa, F., Indrastuti, M., & Tjahjanti, M. T. E. (2015). PENGARUH
KEDALAMAN UNDERCUT GIGI PEGANGAN DAN TIPE BAHAN
CENGKERAM TERMOPLASTIK NILON TERHADAP KEKUATAN
RETENSI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Co-Cr KOMBINASI
NILON. Jurnal Kedokteran Gigi, 6(3))
 Wahjuni, S., & SA, M. (2017). Pembuatan protesa kombinasi dengan castable
extracoronal attachments (prosedur laboratorium). Journal of Vocational Health
Studies, 1)
 Wahjuni, S., & SA, M. (2017). Pembuatan protesa kombinasi dengan castable
extracoronal attachments (prosedur laboratorium). Journal of Vocational Health
Studies, 1)

30
 (Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta: Hipokrates)
 (Fendy, W. A. Klasifikasi dan Desain Gigitiruan Sebagian Lepasan di Unit Usaha
Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU Tahun 2012)
 Ayu Kumara Dewi, Dewa.2018.Surveying GTSL.
 Thressia,Merry.2015.Proses pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dari bahan
kombinasi logam dan akrilik.Vol.1 No.3.Jurnal kesehatan Perintis
 Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete dentures. 6 th ed.
Canada: PMPH- USA, 2009:45-63;85-139;161-95;217-49. Syahdinda, Meralda
Rossy. 2013. Skripsi: Kegoyangan Gigi Penyangga. Surabaya: Universitas
 Airlangga Silalahi P. R., Suryani C, Indah M. 2017. Prosedur Pembuatan Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan

31

Anda mungkin juga menyukai