2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tutorial Skenario 2 Blok 19 Perawatan Rehabilitatif. Tutorial blok ini merupakan
salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember. Dengan selesainya laporan tutorial ini, tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. drg. Supriyadi, M.Kes sebagai Dosen Pembimbing Tutorial 15
2. Anggota Kelompok Tutorial 15
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN....………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...6
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...30
3
BAB I
PENDAHULUAN
Gigitiruan harus didesain untuk mengurangi resiko ini, tetapi standar kebersihan
rongga mulut dan gigitiruan yang tinggi tetap diperlukan. Salah satu keuntungan dari
perawatan gigitiruan sebagian lepasan adalah memudahkan pasien dalam memelihara
kebersihan rongga mulutnya. Pemakaian gigitiruan ini memungkinkan pasien untuk
membersihkan gigi asli yang masih ada dan gigitiruan itu sendiri, karena gigitiruan
tersebut dapat dilepaskan dari rongga mulut.
4
1.2 Skenario 2
Seorang pasien laki-laki usia 49 tahun yang bekerja sebagai guru, ingin
dibuatkan gigi tiruan karena giginya banyak yang lepas setelah kecelakaan. Pasien
belum pernah memakai gigi tiruan. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral:
gigi hilang, pada 11, 12, 14, 15, 16, 21, 22, 24. Ada oklusi. OH penderita bagus.
Kemudian dokter gigi melakukan rencana perawatan dengan melakukan pembuatan
gigi tiruan sebagian lepasan menggunakan anasir akrilik, basis akrilik. Dokter gigi
membuat model studi, membuat model kerja dan membuat desain dengan
menentukan klasifikasi berdasarkan Kennedy dan melakukan survey
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Penggolongan berdasarkan lengkungan yng tak bergigi untuk
membantu pembuatan desain GTSL
Klasifikasi yang memudahkan dan menentukan tipe tipe GTSL
Klasifikasi yang membagi semua keadaan yang tidak bergigi
Tidak bisa dipatok untuk semua kehilangan gigi
Dibuat untuk menyamakan penggolongan persepsi gigi
1. Apa dampak yang terjadi jika gigi yang hilang tidak di ganti ?
2. Bagaimana klasifikasi dari kennedy?
3. Apa saja fungsi dari GTSL ?
4. Apa saja indikasi dan kontra-indikasi penggunaan GTSL ?
5. Bagaimana prosedur pembuatan GTSL ?
6. Bagaimana desain dan klasifikasi menurut kennedy GTSL pada skenario ?
7
2. Bagaimana klasifikasi dari kennedy?
Diperkenalkan oleh doktor edward kennedy pada tahun 1995.
Klasifikasi ini untuk keadaan gigi hilang sebagian.
Ada 4 kelas
1) Kelas 1
Daaerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada,
letaknya dua sisi rahang / bilateral
2) Kelas II
Daerah tak bergigi terletak pada posterior dari gigi masih ada berada pada
sisi satu rahang / unilateral
3) Kelas III
Daerah yang tidak bergigi terletak di antara gigi anterior maupun
posterior dan letaknya unilateral
4) Kelas IV
Daerah tak bergigi terletak pada anterior dari gigi yang masih ada dan
melewati garis tengah rahang
8
6) OH baik
7) Jaringan pendukung gigi yang baik
8) GTSL yang memumpuni
Kontraindikasi
1) Pasien tidak kooperatif
2) Pasien memiliki penyakit sistemik ( epilepi dan DM)
3) Kurangnya retensi gigi sebagian lepasan
4) Rampan karies / kondisi periodontal yang tidak sehat
5) Kontra bagi orang orang yang memiliki keterbatasan
9
Gigi yang hilang 11, 12, 14, 15, 16, 21, 22, 24
Bisa gabungan dari dua – tiga kelas. Gigi anterior (11, 12, 21, 22) dan
posterior (14, 15, 16 24)
Modifikasi antara kelas III dan kelas IV
Prosedur
10
3. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai
Klasifikasi menurut Kennedy.
4. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai cara
melakukan survey pada GTSL.
5. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai desain
GTSL dan pertimbangannya.
6. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai
Prosedur pembuatan GTSL.
7. Mahasiswa mampu memahami, mengkaji, dan menjelaskan mengenai desain
gigi tiruan pada kasus di skenario (desain basis dan anasir).
11
dapat dibuka pasang oleh pasien tanpa pengawasan dokter
gigi (Ozkan, 2012).
b. Tujuan penggunaan GTSL
Memulihkan fungsi pengunyahan, bicara dan estetika
Mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih ada
pencegahan migrasi gigi
peningkatan distribusi beban kunyah (Yunisa,2015)
c. Fungsi penggunaan GTSL
Mengembalikan fungsi pengunyahan, estetika, bicara
Membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal
Memperbaiki oklusi
Mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar
tetap sehat (Wahjuni,2017)
12
b. Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat
Hukum Ante
c. Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous
7. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous (free end
saddle)
8. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat
9. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan
(Kurnia,2017)
Kontra indikasi :
4. OH jelek (Kurnia,2017)
13
Daerah tidak bergigi unilateral dengan gigi asli yang tinggal
pada bagian anterior dan posterior (Bounded saddle)
d. Klas IV
Tunggal (single). Tetapi bilateral (memotong garis tengah),
letak daerah tidak bergigi pada daerah anterior saja, tetapi
masih ada gigi pada daerah posterior
e. Modifikasi
Kehilangan gigi terjadi pada kombinasi antara klas I, II, dan
III (tidak ada modifikasi pada klas IV), sesuai dengan jumlah
edentulus ridge, biasanya klas III modifikasi 1,2
14
h. Tidak ada modifikasi pada klas IV (Fendy,2012)
15
preparasi restorasi gigi seperti lepasan dan jembatan fixed dandentur
dari model gigi dari pasien.
c. Tahapan survey:
1. Penilaian visual pendahuluan model studi
Model dipegang dan diinspeksi dari arah atas untuk melihat
susunan gigi, ridge, dan kelainan yang ada pada model.
2. Initial survey/survey awal
Model diposisikan sesuai occlusal plane horizontaligi dan
ridge disurvey untuk mengidentifikasi area undercut yang
digunakan untuk menyediakan retensi.
3. Analisis
Model dianalisis memakai analisis rod. Analisis rod
ditempatkan pada removable arm, lalu model studi
ditempatkan pada table survey, setelah itu baru model dan
table diletakkan di bawah surveyor.
4. Final survey
Berguna untuk mendapatkan retensi di mana retensi itu
digunakan untuk mengetahui bagaimana posisi cengkream
yang baik pada relasi dari dua garis. (Dewa Ayu,2018)
16
2) Free end saddle di posterior dari gigi asli
d. Cengkeram, retainer, klamer atau piranti
Bagian GTSL yang memeluk gigi dari bukal, lingual yang
berfungsi untuk retensi.
e. Konektor
1) Utama
Menghubungkan bagian gigi tiruan di satu sisi dengan
sisi lainnya atau mengubungkan basis dengan retainer,
menyalurkan daya kunyah dari satu sisi ke sisi lain.
2) Minor
Menghubungkan konektor utama dengan bagian
lainnya misalnya sandaran oklusal, diletakkan pada
daerah yang berbentuk lancip ke arah gigi penyangga,
untuk meneruskan tekanan oklusal gigi penyangga,
membantu stabilisasi dengan menahan gaya pelepasan,
menghubungkan bagian GTSL dengan konektor utama.
Tahapan desain GTSL
a. Tahap I
Mengevaluasi gigi yang ada, memperkirakan gigi yang masih
adaapakah perlu dicabut, kemudian menentukan kelas dari
masing-masing daerah tak bergigi.
b. Tahap II
Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel.
Macam-macam dukungan:
1) Dari gigi asli; diperoleh dari gigi tetangga atau gigi
yang masih bisa dijadikan penyangga
2) Dari mukosa; berhubungan dengan retensi dan
stabilisasi GTSL
3) Dari keduanya; dari gigi dan mukosa
c. Tahap III
Menentukan macam retainer / penahan. Macam-macam
retainer:
17
1) Cengkeram oklusal (2 atau 3 jari)
Letak cengkeram di oklusal gigi, berbentuk akers clasp
2) Cengkeram Full Jackson
Dari keseluruhan gigi dari mahkota sampai akar
3) Cengkeram Half Jackson
Tidak mengelilingi gigi, cukup setengah saja yang
dicengkeram
4) Cengkeram S
Untuk gigi Caninus
5) Cengkeram panah
Membentuk anak panah
6) Cengkeram Adam
d. Tahap IV
Menentukan macam konektor.
18
2. Survey
Melakukan survey model kerja dengan
menggunakan surveyor untuk menentukan daerah
undercut menguntungkan dan tidak menguntungkan.
Pertama, meletakkan model kerja pada cast holder,
kemudian cast holder diletakkan pada platform atau
table, selanjutnya dilakukan tilting dengan analizing
rood untuk menentukan kesejajaran daerah undercut
pada model kerja terutama pada model gigi yang akan
dijadikan gigi penjangkaran. Setelah itu, gunakan
carbon marker untuk memberi tanda berupa garis
survey dan untuk mengetahui daerah undercut.
3. Block out
Daerah gigi yang sudah disurvey dan
mendapatkan undercut tidak menguntungkan diblock
out. Block out dilakukan dengan menggunakan gips
dan dirapihkan menggunakan lecron.
4. Pembuatan cengkeram
5. Pembuatan bite oklusal rims
Base plate dibuat sesuai dengan gambar desain
yang ada di model. Rendam model kerja dalam air.
Lunakkan wax diatas api, tetapi tidak sampai meleleh.
Wax yang sudah melunak ditekankan diatas model
kerja, kelebihan wax dibuang dengan lecron sehingga
batas tepinya sesuai dengan gambar desain. Untuk
membuat oklusal rim lempengan wax dipanaskan
diatas api sampai melunak, kemudian digulung dan
dibentuk sesuai lengkung rahang. Gulungan yang
sudah dibuat diletakkan di atas base plate. Ruangan
kosong antara base plate dan oklusal rims diisi dengan
wax cair hingga ruangan tadi tertutup rapat. Tinggi bite
oklusal rims disesuaikan dengan tinggi gigi sebelahnya
19
dan lebar bite oklusal rims disesuaikan dengan gigi
yang akan diganti. Kelebihan-kelebihan wax
dirapihkan dengan menggunakan lecron. Setelah rapih
dikirim kembali ke dokter gigi untuk pencobaan pola
malam
6. Pemasangan model kerja pada artikulator
Melakukan fiksaki model kerja yang sudah
dilakukan pencatatan rahang oleh dokter gigi agar
oklusi tidk berubah. Prosedur kerja pemasangan
artikulator sebagai berikut: Menyiapkan dan
memeriksa artikulator yang akan digunakan.
Membuat retensi berupa takik seperti huruf “V” pada
bagian dasar model.
Bagian artikulator upper member dan lower member
diberi separating medium atau vaseline. Membentuk
segitiga bonwill menggunakan karet. Membuat adonan
gips, lalu meletakkan adonan gips pada model kerja
rahang atas sampai bidang oklusal sejajar dengan
segitiga bonwill, kedudukan tersebut dipertahankan
dengan modeling clay pada dasar rahang bawah.
Setelah gips mengeras artikulator dibalik, lower
member dibuka dan modeling clay dibuang. Membuat
adonan gips dan meletakkannya pada dasar rahang
bawah, kemudian menutup dan merapikan lower
member. Upper member dan lower member diikat
dengan karet agar tidak terjadi peninggian gigit.
7. Flasking
Prosedur flasking sebagai berikut: Model kerja
rahang atas dan rahang bawah dilepas dari artikulator.
Kuvet diperiksa apakah penutupnya rapat dan besarnya
sesuai dengan model rahang. Bagian dalam kuvet
diolesi vaseline. Membuat adonan gips dan mengisi
20
kuvet bagian bawah dengan adonan gips tersebut.
Model dengan pola malam gigi tiruan yang sudah
diberi separating medium dimasukkan kedalam kuvet
hingga menyentuh dasar kuvet. Membiarkan gips
mencapai setting time dan mengeras. Setelah mengeras
bagian atas gips diberti vaseline. Kuvet atas dipasang
tanpa penutup, kemudia diisi dengan adonan gips.
Menutup kuvet bagian atas sampai rapat dan dipress
pada press meja.
8. Boiling out
Prosedur boiling out sebagai berikut: Setelah
gips mengeras, kuvet dan hand press dimasukkan
dalam air mendidih selama 5 menit. Setelah 5 menit
kuvet diangkat dan dibuka perlahan-lahan, wax yang
masih lunak dikeluarkan dan sisa-sisa wax yang
tertinggal di siram dengan air panas yang dicampur
dengan sabun. Setelah bersih, diperiksa kembali
keadaannya dan tepi-tepi mould space yang tajam atau
tipis dihaluskan dan diberi CMS.
9. Penambahan tin foil
Pada torus palatinus pada rongga mulut bukan
merupakan penyakit atau tanda dari suatu penyakit,
tetapi jika ukurannya besar dapat menyebabkan
masalah dalam pembuatan dan pemakaian gigi tiruan.
Dalam pembuatan gigi tiruan sebelum melakukan
packing terlebih dahulu bagian torus palatinus ditutupi
atau dilapisi dengan tin foil agar tidak menekan torus
palatinus.
10. Packing
Mengolesi mold space dan kuvet bagian atas
dengan CMS. Mencampurkan polimer kedalam
monomer lalu aduk perlahan-lahan menggunakan
21
lecron. Menutup mixing jar rapat-rapat dan menunggu
akrilik mencapai dough stage. Adonan akrilik diambil
sedikit demi sedikit, kemudian dimasukkan kedalam
daerah mould space secara perlahan-lahan hingga
semua daerah tertutupi. Kemudian menutup dengan
cellophane dan memasang kuvet atas dengan tutupnya,
kemudian melakukan press pada press meja. Membuka
kuvet dengan hati-hati, mengangkat cellophane dan
memeriksa apakah akrilik sudah memenuhi mould
space sampai kebagian sayapnya. Membuang
kelebihan akrilik tetapi tidak merusak mould spacenya.
Mengepress kembali sampai tidak ada lagi kelebihan
akrilik serta kuvet atas dan bawah benar-benar rapat
(metal to metal kontak). Pada press yang terakhir
cellophane tidak lagi dipakai.
11. Curing
Proses curing adalah polimerisasi antara
monomer yang bereaksi dengan polimer bila
dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya. Kuvet
direbus kedalam air mulai dari suhu kamar, tunggu
sampai air mendidih ± 90 menit (sesuai petunjuk
pabrik). Kuvet didiamkan sampai dingin dengan
sendirinya, kemudian dapat dilakukan deflasking.
12. Deflasking
Melepaskan gigi tiruan resin akrilik dari bahan
tanam dilakukan dengan memotong-motong gips untuk
kemudian dibersihkan, tetapi tidak boleh lepas dari
model rahangnya agar gigi tiruan dapat dilakukan
remounting.
13. Remounting
Gigi tiruan akrilik dan model dipasang kembali
dalam artikulator yang bertujuan untuk mengoreksi
22
hubungan oklusi yang tidak harmonis dari gigi tiruan
yang baru selesai diproses.
14. Selective grinding
Permukaan oklusal gigi tiruan diasah pada
tempat-tempat selektif. Pengasahan dilakukan dengan
bantuan articulating paper yang menendai kontak
oklusal yang menyimpang. Selective grinding
dilakukan hingga tidak ada lagi kontak oklusi yang
menyimpang. 3.5.16 Finishing Prosedur finishing
sebagai berikut:
− Merapikan gigi tiruan dengan bur fissure dan frasser
hingga mendapatkan ketebalan ± 2 mm. − Daerah tepi
yang tajam dibentuk membulat dan bagian frenulum
dibebaskan. − Gigi tiruan akrilik dihaluskan dengan
menggunakan amplas kasar dan halus.
15. Polishing
Gigi tiruan dipoles menggunakan feltcone dan
sikat hitam dengan pumice yang sudah dibasahi air.
Setelah permukaan akrilik halus dan tidak ada lagi
goresan, gigi tiruan akrilik dicuci agar sisa-sisa pumice
hilang. Untuk mengkilapkan permukaan akrilik,
digunakan CaCO3 yang dicampur air dan dipoles
dengan menggunakan sikat putih. Setelah mengkilat,
gigi tiruan dicuci dan dibersihkan dari sisa-sisa bahan
poles.
16. Insersi
Evluasi dan control pada pasien GTSL Pasien
dianjurkan untuk memakai gigi tiruan selama 24 jam
setelag pemasangan untuk menyesuaikan gigi tiruan di
dalam rongga mulut (Rahn, 2009). Pemeriksaan
dijadwalkan seminggu setelah pemasangan gigi tiruan.
Perlu ditanyakan kepada pasien mengenai kenyamanan
23
dan fungsi gigi tiruan, kemudian lakukan pemeriksaan
pada jaringan lunak mulut apakah terdapat ulserasi atau
eritema serta oklusi dengan articulating paper
(Jacobsen,2008). Pasien perlu diberitahu bahwa butuh
pemakaian beberapa waktu, gigi tiruan pasti
mengalami perubahan maka perlu pemeriksaan berkala
minimal dua kali dalam setahun (Jacobsen,2008).
24
d. Penentuan jenis konektor
Bentuk daerah yang tak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup
(paradental) dan daerah yang berujung bebas (free end). Sesuai dengan
sebutan ini, macam sadel dibagi menjadi dua, yaitu:
25
Kelas III mod 2 daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang
masih ada di bagian posterior maupun anteriornya sadel tertutup
(paradental saddle)
26
Prinsip desain gigi tiruan
Gigi abutment:
17 dan 26
Direct Retainer:
27
26 Half Jackson clasp
Indirect retainer:
Indirect retainer biasa digunakan pada kasus kelas I dan kelas II yaitu ketika
direct retainer tidak diletakan pada daerah posterior
Kesimpulan:
o Klasifikasi : Kelas III modifikasi 2
o Jenis sadel : Sadel tertutup atau paradental saddle dengan
pendukung sadel
berasal dari gigi dan mukosa (tooth-mucosa supported)
o Retainer : Hanya menggunakan direct retainer pada gigi 17
dengan jenis simple
circlet clasp dan pada gigi 26 dengan jenis half
Jackson clasp. Tidak digunakan indirect retainer.
28
o Jenis konektor : Berasal dari basis akrilik
BAB III
KESIMPULAN
29
Dari kasus yang ada di skenario 2 ini di dapatkan kesimpulan Klasifikasi
yaitu Kelas III modifikasi 2 , Jenis sadel yang digunakan tertutup atau paradental
saddle dengan pendukung sadel berasal dari gigi dan mukosa (tooth-mucosa
supported), retainer hanya menggunakan direct retainer pada gigi 17 dengan jenis
simple circlet clasp dan pada gigi 26 dengan jenis half Jackson clasp. Tidak
digunakan indirect retainer, dan jenis konektor berasal dari basis akrilik.
DAFTAR PUSTAKA
(Setyowati, O., Sujati, S., & Wahjuni, S. (2019). Pattern Of Demand For Making
Dentures At Dental Laboratory In Surabaya City, Indonesia. Journal of
Vocational Health Studies, 3(1), 1-5)
(Yunisa, F., Indrastuti, M., & Tjahjanti, M. T. E. (2015). PENGARUH
KEDALAMAN UNDERCUT GIGI PEGANGAN DAN TIPE BAHAN
CENGKERAM TERMOPLASTIK NILON TERHADAP KEKUATAN
RETENSI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Co-Cr KOMBINASI
NILON. Jurnal Kedokteran Gigi, 6(3))
Wahjuni, S., & SA, M. (2017). Pembuatan protesa kombinasi dengan castable
extracoronal attachments (prosedur laboratorium). Journal of Vocational Health
Studies, 1)
Wahjuni, S., & SA, M. (2017). Pembuatan protesa kombinasi dengan castable
extracoronal attachments (prosedur laboratorium). Journal of Vocational Health
Studies, 1)
30
(Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta: Hipokrates)
(Fendy, W. A. Klasifikasi dan Desain Gigitiruan Sebagian Lepasan di Unit Usaha
Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU Tahun 2012)
Ayu Kumara Dewi, Dewa.2018.Surveying GTSL.
Thressia,Merry.2015.Proses pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dari bahan
kombinasi logam dan akrilik.Vol.1 No.3.Jurnal kesehatan Perintis
Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete dentures. 6 th ed.
Canada: PMPH- USA, 2009:45-63;85-139;161-95;217-49. Syahdinda, Meralda
Rossy. 2013. Skripsi: Kegoyangan Gigi Penyangga. Surabaya: Universitas
Airlangga Silalahi P. R., Suryani C, Indah M. 2017. Prosedur Pembuatan Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan
31