Anda di halaman 1dari 14

Laporan Tutorial Skenario 2

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Blok 19 Perawatan Rehabilitatif

Tutorial B :
Afifah Rizki F. (161610101011)
Rosi Latifa H. (161610101012)
Oksalani Cahaya R. (161610101013)
Ananda Regina P. D. (161610101014)
Devi Komala (161610101015)
Lisa Wahyu Z. F. (161610101016)
Choridatul Aini A. (161610101017)
Dinda Atika S. (161610101019)
Pramita Wahyu D. (161610101020)

Dosen Tutorial:
drg. Dyah Setyorini, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018/2019
Skenario 2
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Seorang pasien perempuan usia 50 tahun yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga
ingin dibuatkan gigi tiruan. Pasien pernah memakai gigi tiruan sejak 7 tahun yang lalu.
Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral: gigi 36 karies profunda preforasi, 35, 37,38
hilang, 45,46 memakai gigi tiruan. Ada oklusi. OH penderita bagus. Kemudian dokter gigi
melakukan rencana perawatan dengan melakukan ekstraksi pada gigi 36, membuatkan gigi
tiruan sebagian lepasan menggunakan anasir akrilik, basis akrilik. Dokter gigi membuat
model studi, membuat model kerja dan membuat desain dengan menentukan klasifikasi
berdasarkan Kennedy dan melakukan survey.
Step 1 (Clarifying Unfamiliar Terms)
1. Survey:
Proses diagnosis berupa analisis dimensional jar lunak dan keras dalam RM
untuk desain gigi tiruan sebagian lepasan, mengetahui adanya undercut
2. Model studi
Model untuk melakukan rencana perawatan, membandingkan sebelum dan
sesudah perawatan, memperlihatkan gambaran 3 dimensi jar lunak dan keras RM 
gips tipe II
3. Model kerja
Model untuk media pembuatan gigi tiruan  gips tipe I dan tipe III
4. Klasifikasi Kennedy
Penggolongan berdasarkan lengkung yang tidak bergigi untuk menentukan
pembuatan GTSL, klasifikasi berdasarkan kehilangan gigi pada regio lengkung rahang
5. Gigi tiruan sebagian lepasan
Penggantikan satu atau beberapa gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan pada
RA atau RB yg didukung oleh gigi dan mukosa rahang atas atau rahang bawah yang
dapat dilepas dan dipasang secara mandiri oleh pasien. Berfungsi untuk memperbaiki
fungsi kunyah dan fonetik pasien.

Step 2 (Problem Definition)


1. Apa dampak yang ditimbulkan apabila gigi yang diekstraksi tidak digantikan gigi
tiruan?
2. Apa saja komponen gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)?
3. Apa bahan lain untuk pembuatan basis dan anasir gigi tiruan?
4. Mengapa dalam pembuatan desain GTSL menggunakan klasifikasi Kennedy?
5. Kasus pada skenario termasuk klasifikasi Kennedy klas berapa?
6. Bagaimana tahapan pembuatan GTSL?

Step 3 (Brainstorming)
1. Dampak yang ditimbulkan apabila gigi yang diekstraksi tidak digantikan gigi tiruan:
- Migrasi dan rotasi gigi  space pada lengkung rahang dapat membuat gigi
sebelahnya bergeser atau perputaran gigi ke ruang yg kosong  sulit pembersihan
 OH buruk  Karies
- Ekstrusi gigi antagonis
- Penurunan fungsi kunyah
- Kelainan berbicara  kehilangan gigi anterior
- Menurunkan estetik
- Resorbsi tulang alveolar edentulus ridge menjadi flat shg sulit retensi gigi tiruan
- Kerusakan membran periodontal
- Kelainan TMJ akibat mengunyah satu sisi
- Atrisi gigi  dimensi vertikal wajah berkurang
- Perubahan jaringan lunak RM
- Beban kunyah berlebih
2. Komponen gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
a. Basis  plat protesa, bagian gigi tiruan yang menutupi mukosa mulut di daerah
palatum, labial, bukal, lingual
- Basis dukungan gigi  tekanan didistribusikan ke gigi
- Basis dukungan jaringan  tekanan didistribusikan ke jaringan
Fungsi: meneruskan tekanan kunyah, retensi protesa, tempat melekatnya cengkeram,
memberi dukungan jaringan
b. Sadel  bagian gigi tiruan yg menutupi mukosa di atas proc. Alveolaris, dan
mendukung elemen gigi tiruan
- Bonded sadle
- Free end sadle
c. Elemen gigi tiruan  bentuk gigi tiruan dari gigi asli yang hilang
- Ukuran dan bentukgigi tiruan disesuaikan dengan jenis kelamin
- Warna gigi tiruan menggunakan shade guide  estetis
- Keadaan rongga mulut pasien; lengkung rahang sempit  ukuran gigi kecil
d. Cengkeram  kewat stainless steel atau logam yang melingkari gigi penjangkar
- Gigi anterior  cengkram C dan half jackson
- Gigi posterior  cengkram kuat
e. Konektor
- Mayor  menghubungkan sadle dengan sadle
- Minor  menghubungkan mayor konektor dengan bagian GTSL
f. Retainer
- Retainer langsung  cengkeram
- Retainer tidak langsung  oklusal rest, bentukan rugae, perluasan basis
3. Bahan pembuatan basis dan anasir gigi tiruan
 Anasir:
- Akrilik mudah dimanipulasi, mudah aus dan tergores, perlekatan terhadap basis
akrilik secara kimiawi
- Porselen  estetika bagus, tidak mudah aus, harga mahal, perlekatan terhadap
basis akrilik secara mekanis
- Logam  kekuatan lebih besar (tahan terhadap beban kunyah yg besar), estetika
kurang, sulit dimanipulasi, dapat meyebabkan alergi
 Basis
- Akrilik  mudah dimanipulasi, mudah aus dan fraktur, warna menyerupai jaringan
lunak, estetis baik, porositas tinggi, mudah terjadi perubahan warna dan bentuk
- Valplast  bahan nilon termoplastis, estetis baik, resisten terhadap suhu, tingkat
kelenturan bagus, modulus elastisitas rendah, mahal
- Logam  kekuatan besar, estetika kurang, tidak mudah aus, dapat meyebabkan
alergi, penghantar panas yang baik, tidak mudah berubah warna, lebih mahal
4. Alasan pembuatan desain GTSL menggunakan klasifikasi Kennedy
Karena kunci utama pada klasifikasi Kennedy adalah adanya kehilangan gigi
pada lengkung posterior. Klasifikasi Kennedy:
Kennedy kelas I: bilateral free end
kelas II: unilateral free end
kelas III: ada kehilangan gigi tapi gigi paling posterior masih ada
kelas IV: kehilangan gigi anterior melibatkan midline
Syarat:
a. Klasifikasi dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan atau
gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut.
b. Bila gigi M3 hilang dan tidak diganti, tidak termasuk dalam klasifikasi.
c. Bila gigi M3 masih ada dan digunakan sebagai pengganti, gigi ini dimasukkan
klasifikasi
d. M2 hilang tidak diganti jika antagonisnya sudah hilang.
e. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam
klasifikasi.
f. Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi
masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau
ruangannya.
g. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.
5. Klasifikasi Kennedy pada skenario
- Klas II  Seluruh gigi posterior 35 36 37 38 hilang (unilateral free end)
- Modifikasi I  terdapat kehilangan gigi 45 dan 46 (terdapat 1 space)
6. Tahapan pembuatan GTSL
- Kunjungan I:
Anamnesa dan pemeriksaan objektif  diagnosa dan rencana perawatan 
perawatan pendahuluan GTSL (penyembuhan jaringan lunak, ekstraksi, PSA) 
pencetakan menggunakan alginat pembuatan model negatif  dicor membuat model
studi
- Kunjungan II
Pembuatan model kerja  membuat desain gigi tiruan (retensi, stabilisasi,
survey model, dan menentukan undercut) pembuatan cangkolan sebagai retensi
gigi tiruan  membuatan basis dengan malam merah
- Kunjungan III
Try in basis  membuatn gigitan kerja  pemasangan pada artikulator->
penyusunan gigi  flasking, packing (manipulasi polimer dan monomer
metakrilat), proccesing
- Kunjungan IV : Insersi gigi tiruan pada pasien
- Kunjungan V : Kontrol

Step 4 (Mapping)
Kehilangan Gigi
Sebagian

Gigi Tiruan Sebagian


Retensi Stabilisasi
Lepasan (GTSL)

Indikator keberhasilan GTSL


Step 5 (Learning Objective)
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan survey
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi GTSL
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tahapan pembuatan GTSL
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan desain GTSL

Step 6 (Self Studying)

Step 7 (Reporting/Generalisation)
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan survey
Tujuan survey pada model study
1. Menentukan arah pemasangan terbaik, sehingga hambatan pada saat pemasangan
dan pengeluaran protesa menjadi minim.
2. Menemukan permukaan proksimal yang bisa disejajarkan, sehingga bisa dipakai
sebaga bidang bimbing (guidline)
3. Menetapkan apakah daerah-daerah hambatan pada tulang maupun gigi perlu
dibuang atau cukup dengan pemilihan arah pemasangan lain saja.
4. Menentukan arah pemasangan paling sesuai, sehingga penetapan cengkeram
memenuhi faktor estetik.
5. Menentukan dan mengukur daerah yang dapat dimanfaatkan sebagai retensi.
6. Memungkinkan pemberian tanda bagi persiapan mulut, termasuk pemotongan
jaringan proksimal dan kontur gigi berebih untuk mengurangi hambatan.
7. Menggambar garis kontur terbesar pada gigi pendukung dan menentukan gerong
tak diharapkan yang perlu ditutupi, dihindari atau dibuang.
8. Merekam hubungan posisis model terhadap arah pemasangan yang sudah
ditetapkan.
Survey Model Kerja
a. Penempatan Model Kerja pada Surveyor
Model kerja diletakkan pada meja survey.
b. Menentukan Bidang Bimbing (Guiding Plane)
Bidang bimbing diperlukan untuk mempermudah pemasangan dan
pengeluaran gigi tiruan tanpa paksaan. Bidang bimbing dapat ditemukan dengan
mencari kesejajaran antara permukaan proksimal gigi. Kesejajaran ini dapat didapat
dengan cara meletakkan model kerja dengan posisi bidang oklusal sejajar dengan
meja basis surveyor, sehingga arah pemasangan dapat tegak lurus permukaan oklusal.
Tetapi bila dengan posisi tersebut tidak dapat ditemukan kesejajaran antara
permukaan proksimal gigi, maka dapat dilakukan pemiringan model kerja (tilting)
agar ditemukan bidang bimbing. Patokan pasti untuk melakukan pemiringan model
tidak berlaku sama pada setiap kasus, tetapi petunjuk berikut ini dapat digunakan
sebagai pegangan. Masing-masing cara ini ada indikasi penggunaannya sesuai dengan
kasus. Macam pemiringan model tersebut:
 Pemiringan Anterior
Pada cara ini, tepi anterior model dimiringkan ke bawah dan digunakan untuk
kasus berujung bebas yang lebih posterior dari gigi premolar. Pemiringan semacam
ini memberikan arah pemasangan dari posterior ke anterior, dengan memanfaatkan
gerong yang ada pada bagian distal premolar.

Gambar: Pemiringan Anterior


 Pemiringan Posterior
Cara ini diterapkan pada kasus-kasus berikut:
 Kasus kehilangan banyak gigi anterior karena pemiringan ini
memberikan arah pemasangan dari anterior ke posterior. Di sini gerong
mesial dari premolar dan molar yang dimanfaatkan. Cara ini sekaligus
menempatkan gigi tiruan sebagian lepasan lebih dekat kepada
penyangga, sehingga secara estetik hasilnya lebih baik.
 Kasus kehilangan gigi pada bagian anterior maupun posterior.
Pemiringan ini akan memberikan arah pemasangan yang akan
menempatkan protesa lebih dekat kepada gigi penyangga anterior,
serta mengurangi terlihatnya ruang lebar yang terjadi antara gigi tiruan
dan gigi penyangga anteriornya.
Gambar: Pemiringan Posterior
 Pemiringan Lateral
Cara ini dipilih untuk kasus yang posisi salah satu gigi penyangganya
abnormal. Sebagai contoh: Bila sebuah gigi molar kiri bawah sangat miring ke
lingual, arah pemasangan harus dipilih ke kanan atau ke kiri, sehingga gigi miring ini
dapat dimanfaatkan. Hal serupa dilakukan bila gerong jaringan tertentu perlu
dibiarkan, contohnya pada tuberositas yang menonjol.
 Pemiringan Anterior atau Posterior
Pada kasus dukungan gigi, di mana daerah tak bergigi dibatasi gigi-gigi
penyangga, biasanya dipilih cara ini. Pada cara ini, model rahang harus dimiringkan
sedemikian rupa, sehingga gigi penyangga terkuat akan memberikan retensi dan
dukungan terbesar. Contoh: Bila M2 kuat, sedangkan P2 lemah, maka dilakukan
pemiringan posterior. Dengan demikian diperoleh efek penguat (bracing) cengkeran
pada M2. Hal sebaliknya bila M2 yang lemah.

Gambar: Pemiringan Anterior atau Posterior


c. Penentuan Garis Survey
Garis survey menandai garis kontur terbesar dari gigi atau jaringan pada suatu
kedudukan tertentu dari sebuah model. Garis ini didapat dengan menyentuhkan
karbon penanda pada sekeliling permukaan gigi atau bagian model lain. Garis survey
membagi gigi menjadi dua bagian. Bagian gerong (undercut) berada di bawah garis
ini dan bagian lain disebut tanpa gerong (non undercut) berada di atas garis survey.

Gambar: Garis Survey


d. Pengukuran Daerah Retensi
Besarnya retensi pada gerong diukur dengan menggunakan alat penukur
gerong (undercut gauge), yang besarnya 0,01 inci, 0,02 inci, atau 0,03 inci.
Pengukuran gerong dilakukan dengan menempelkan ujung pengukur pada titik di
mana ujung lengan cengkeram akan berakhir. Sebagian gerong (retentive
undesirableundercut) di bawah garis survey berguna untuk menahan protesa dalam
mulut, karena bisa dipakai untuk meletakkan lengan cengkeram untuk retensi gigi
tiruan. Bagian gerong lain juga dapat menyulitkan pemasangan atau pengeluaran gigi
tiruan.

Gambar: Daerah Gerong dan Daerah Tanpa Gerong


e. Evaluasi Masalah Hambatan (Interference)
Pada survey model rahang bawah, hendaknya diperiksa dengan cermat
permukaan lingual yang akan dilewati konektor utama berupa lingual bar, karena gigi-
gigi belakang sering kali miring ke lingual. Tonjolan tulang dan gigi premolar yang
miring seing mengganggu konektor. Suatu tindakan bedah dan atau pengasahan
bagian lingual tidak dapat dihindari, bila hambatan terdapat pada kedua sisi. Pada
hambatan satu sisi saja, pemiringan model ke lateral mungkin sudah bisa dijadikan
jalan keluar.
Pada rahang atas jarang dijumpai hambatan terhadap konektor utama.
Hambatan pada maksila biasanya berupa miringnya gigi ke bukal atau bagian tulang
yang menonjol ke bukal pada regio tak bergigi. Seperti halnya kasus pada rahang
bawah, harus dipilih salah satu cara: hambatan dihilangkan, arah pemasangan saja
yang diubah atau membuat konektor utama dan basis yang bisa menghindarinya.

f. Evaluasi Faktor Estetik


Arah pemasangan terpilih harus dipertimbangkan lagi dari segi estetik, baik mengenai
penempatan lengan cengkeran maupun penyusunan elemennya.

g. Rekaman Hubungan Model Kerja dengan Surveyor


Ada beberapa cara rekaman yang bisa digunakan:
 Tripoding
Pada cara ini tiga buah tanda dibuat pada permukaan model kerja pada
ketinggian atau bidang horizontal yang sama. Jadi, ketiga titik ini akan terletak
pada bidang horizontal yang sama. Pada saat pengembalian model ke
kedudukan semula di atas meja surveyor, model diatur sedemikian rupa,
sehingga tongkat analisis berkontak kembali dengan ketiga tanda yang sudah
dibuat, pada ketinggian yang sama. Hal ini akan mengembalikan model pada
posisi awal dan dengan demikian juga arah pemassangan yang sebelumnya
sudah ditentukan.
Gambar: Tripoding
 Pemberian Tanda Garis
Di sini tepi lateral (kiri dan kanan) serta dorsal model diberi tanda
garis. Pemberian tanda dengan pensil dilakukan dengan menyentuhkan
tongkat analisis pada ketiga sisi model. Pada saat pengembalian posisi,
model dimiring-miringkan sampai tongkat menyentuh kembali dengan tepat
ke tiga garis tersebut.

Gambar: Pemberian Tanda Garis


 Pemberian Tanda Goresan
Dengan cara dan prosedur yang sama seperti pemberian tanda garis,
dapat pula dilakukan pemberian tanda berupa goresan pada permukaan
model. Cara penggoresan ini lebih menguntungkan, karena pada duplikasi
model, tanda gorensan ini tak akan hilang dan tetap ada pada model
duplikat.

Gambar: Pemberian Tanda Goresan


 Pemasangan Pin
Selesai dengan prosedur penentuan arah pemasangan, bagian tengah
dasar model dilubangi. Tongkat surveyor kemudian diganti dengan sebuah
pin. Masih dalam kedudukan sama, pin ini lalu dimasukkan ke dalam lubang
tadi, lalu disemen. Supaya tidak mengganggu proses pekerjaan selanjutnya,
pembuatan lubang hendaknya diatur pada bagian yang tak ada kerangkanya.

Gambar: Pemasangan Pin

Akibat yang mungkin jika tidak dilakukan survey:


- Cangkolan tidak mempunyai retensi yang baik dan mudah lepas sewaktu digunakan
- Adanya kontakyang rapat antara gigi penyangga dan gigi tiruan yang akan
menyebabkan pergerakan dalam arah horizontal pada waktu berfungsi
- Tidak mengetahui arah kemungkinan gigi tiruan terdorong kuat pada jaringan
periodontal

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi GTSL


3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tahapan pembuatan GTSL
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan desain GTSL

Anda mungkin juga menyukai