Anda di halaman 1dari 36

SKENARIO 2

Seorang pasien perempuan usia 42 tahun yang berprofesi sebagai pegawai ingin
dibuatkan gigi tiruan. Pasien belum pernah memakai gigi tiruan. Kesehatan
umum baik. Pemeriksaan intra oral gigi 11, 12, 34, 35, 36 hilang. Ada oklusi. OH
penderita bagus. Kemudian dokter gigi melakukan rencana perawatan dengan
membuatkan gigi tiruan sebagian lepasan menggunakan anasir akrilik, basis
akrilik. Setelah itu, pada kunjungan berikutnya melakukan cetak anatomi dan
setelah jadi model study, dokter gigi membuat desaindengan menentukan
klasifikasi berdasarkan Kennedy dan melakukan survey.

1
STEP 1
1. GTSL
Gigi tiruan sebagian lepasan adalah alat yang berfungsi mengembalikan beberapa
gigi yang hilang dengan dukungan utama berupa jaringan lunak di bawah plat
dasar dan gigi asli yang masih tersisa. GTSL digunakan untuk mengembalikan
fungsi fonetik, estetik, dan mempertahankan jaringan sisa yang dapat diepas atau
dipasang sendiri oleh pemakai.
2. Cetak anatomi
Merupakan tahapan prosedur klinis pembuatan GTSL yang berupa poses
pencetakan seluruh anatomi dalam rongga mulut dengan menggunakan sendok
cetak
3. Klasifikasi Kennedy
Klasifikasi lengkung tidak bergigi untuk membantu pembuatan GTSL
4. Survey
Prosedur yang dapat menganalisa hubungan dimensional antara jaringan lunak
dan keras dalam mulut. Hal ini diperlukan untuk menetapkan gigi yang akan
digunakan sebagai penahan, dimana cengkeraman akan ditempatkan. Alat yang
digunakan untuk survey adalah surveyor
5. Model studi
Hasil dari cetakan antomis rongga mulut untuk mempelajari rencana perawatan
sebelum dilakukan pembuatan GTSL

2
STEP 2

1. Apa dampak yang terjadi apabila pasien tidak mengganti gigi yang hilang
dengan GTSL?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari GTSL?
3.Mengapa dokter gigi memilih bahan akrilik untuk pembuatan anasir dan basis
dari GTSL?
4.Mengapa dokter gigi melakukan cetak anatomi?
5. Mengapa dokter gigi membuat model studi?
6. Apa saja klasifikasi Kennedy? Kasus pada scenario termasuk klasifikasi
Kennedy kelas berapa?
7. Apa saja tahapan pembuatan desain GTSL?
8. Apa saja tujuan dan prosedur survey?
9. Apa saja prosedur pembuatan GTSL?
10. Apa perbedaan dari pembuatan GTP dengan GTSL?

3
STEP 3

1. Dampak gigi hilang tidak segera dibuatkan GTSL :


Mempersulit berbicara terutama dalam mengucapkan huruf-huruf seperti
huruf S, F, T
Penurunan efisiensi kunyah
Terjadi perubahan lengkung rahang yang dapat menyebabkan Disharmoni
Dento Maksilofasial
Dari segi estetik dapat terganggu apalagi jika kehilangan gigi ada pada
bagian anterior
Menyebabkan adanya kelainan TMJ karena pasien hanya bisa mengunyah
dengan menggunakan 1 sisi rahang yang masih memiliki sisa gigi yang
paling banyak. Sehingga akan menyebabkan daya kunyah yang besar pada
1 sisi rahang tersebut dan kemudian dapat menyebabkan kelainan TMJ
Mempercepat proses atrisi gigi karena adanya beban kunyah yang besar
pada 1 sisi rahang
Terjadi proses resorbsi tulang alveolar yang berlebih karena adanya beban
kunyah yang besar pada 1 sisi rahang

2. Indikasi GTSL:
a. Terdapat gigi yang sehat untuk menyangga GTSL
b. OH baik
c. Tidak ada alergi terhadap bahan GTSL
d. Keadaan processus alveolaris yang masih baik
e. Kehilangan gigi lebih dari 1 gigi
f. Membutuhkan estetik yang baik
g. Tidak memenuhi syarat untuk dibuatkan gigi tiruan cekat
h. Pasien kooperatif memiliki kemauan untuk dibuatkan GTSL
Kontraindikasi GTSL:
a. Pasien tidak kooperatif, tidak ada kemauan untuk dibuatkan GTSL
b. Adanya penyakit sistemik contohnya Diabetes Melitus yang tidak
terkontrol
c. OH buruk
d. Alergi terhadap bahan pembuatan GTSL

4
3. Dokter gigi memilih bahan akrilik karena bahan akrilik merupakan campuran
bahan sejenis plastik yang manipulasinya mudah, murah, ringan dan bisa
diwarnai sesuai dengan warna gigi dan warna gusi

4. Tujuan dilakukan cetak anatomi adalah untuk mendapatkan model studi yang
merupakan replika tiruan dari jaringan rongga mulut yang akan dijadikan
sebagai jaringan pendukung gigi tiruan agar mendapat retensi dan stabilisasi
yang sempurna. Jaringan pendukung gigi tiruan dapat diperoleh dari tulang
rahang atas dan tulang rahang bawah serta mukosa yang menutupinya.
Sehingga dalam proses mencetak, cetakan harus mencakup semua jaringan
pendukung tersebut.

5. Tujuan pembuatan model studi diantaranya yaitu :


- Melihat keadaan rongga mulut pasien untuk menentukan apa rencana
perawatan prostodontik yang sesuai.
- Mempelajari oklusal dari lengkung rahang pasien sebelum dilakukan
perawatan prostodontik
- Mempelajari keadaan anatomi rongga mulut pasien sebelum membuat desain
dari gigi tiruan
- Melihat dan menentukan kondisi gigi asli yang tersisa untuk dijadikan gigi
penyangga dari gigi tiruan
- Melihat apakah masih ada gigi geligi yang harus diasah untuk memperbaiki
oklusi

6. Klasifikasi Kennedy dibuat oleh Dr.Edward Kennedy pada tahun 1925 dengan
mengklasifikasikan lengkung tak bergigi sehingga dapat membantu untuk
penentuan desain geligi tiruan sebagian lepasan. Terdapat empat macam
keadaan sebagai berikut:
1. Kelas I: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih
ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).

5
2. Kelas II: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi hanya berada hanya pada salah satu sisi rahang
(unilateral).

3. Kelas III: daerah tak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada di
bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.

4. Kelas IV: daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi
yang masih ada dan melewati geris tengah rahang.

Sesuai dengan klasifikasi Kennedy, pada step 3 ini kami berpendapat bahwa
kasus pada skenario termasuk kelas 4 pada rahang atas sedangkan untuk rahang
bawah termasuk kelas 3.

7. Tahap pembuatan desain GTSL :

Tahap 1 :

Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi yang akan


mempengaruhi rencana pembuatan desain geligi tiruan, baik dalam bentuk
sadel, konektor, maupun dukungannya.

Tahap 2 :

Menentukan macam dukungan dari setiap sadel.

Dukungan untuk sadel tertutup (paradental sadel) :

- Dukungan gigi

- Dukungan mukosa

- Dukungan kombinasi gigi dan mukosa

Dukungan untuk sadel terbuka (free end sadel) :

- Dukungan mukosa

Tahap 3 :

6
Menentukan macam retainer. Ada 2 macam yaitu :

- Direct retainer : berupa cengkeram yang berkontak langsung dengan gigi


pegangan. Fungsinya untuk mencegah terlepasnya protesa.

- Indirect retainer : Mencegah terlepasnya protesa secara tidak langsung.


Seperti memberi retensi berlawanan dari arah gaya yang bekerja
menggunakan pate barr.

Tahap 4 :

Menentukan macam konektor. Ada 2 macam yaitu :

- Konektor mayor : menghubungkan komponen dari satu sisi rahang ke sisi


yang lain atau menghubungkan basis dengan ratiner. Fungsinya
menyalurkan daya kunyah satu sisi ke sisi yang lain.

- Konektor minor : menghubugkan konektor mayor ke bagian-bagian lain


seperti oklusal rest. Fungsinya untuk meneruskan tekanan oklusal ke gigi
penyangga, stabilisasi, dan retensi.

8. Tujuan survey yaitu :

- Dapat menentukan arah pemasangan yang paling baik sehingga tidak terjadi
sangkutan pada saat geligi tiruan dipasang dan dikeluarkan

- Menentukan lokasi dan besarnya daerah gerong pada permukaan gigi

- Menentukan penempatan cangkolan agar tidak mengganggu estetika

- Melakukan penutupan daerah gerong (block out)

- Membentuk model malam sehingga sesuai dengan arah pemasangan

Tahapan survey :

- Model yang akan disurvey diletakkan pada meja model

7
- Posisi permulaan diambil dari bidang oklusal yang letaknya horizontal.
Karena pada posisi ini umumnya hanya sedikit ditemukan sangkutan pada
bagian proksimal daerah tak bergigi.

- Apabila pada posisi horizontal ini diperoleh daerah gerong yang cukup
untuk meletakkan cangkolan pada gigi sandaran, maka posisi ini lebih
diambil untuk melakukan surveying selanjutnya.

- Pada posisi ini pemasangan model tegak lurus terhadap bidang oklusal dan
arah pemasangan searah dengan tongkat vertical, selanjutnya pada posisi
tersebut dilakukan pembuatan garis-garis survey pada semua permukaan
gigi sandaran dan pada bagian-bagian yang perlu penutupan (block out)

- Bila pada posisi horizontal tersebut ternyata terlalu banyak sangkutan dan
tidak ditemukan daerah gerong yang cukup tinggi pada gigi sandaran,
maka perlu dilakukan perubahan posisi model (tilting)

- Perubahan posisi model dapat dilakukan ke anterior, posterior, dan lateral.


Kemudian pada posisi tersebut dibuat garis survey pada bagian-bagian
yang diperlukan.

- Sebelum dilepas dari meja model terlebih dahulu dilakukan tripoding yaitu
membuat 3 tanda titik pada model (basis) dengan ketinggian yang sama.
Titik ini dipakai untuk menentukan kembali posisi model yang sudah
dilepas.

9. Prosedur pembuatan GTSL :

a. Pembuatan model studi dan model kerja


b. Buat cangkolan pada gigi yang telah ditentukan sebagai gigi
penyangga
c. Pasang malam sebagai pembentuk basis gigi tiruan, haluskan basis
dari malam.
d. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking,
finishing, polishing

8
e. Try-in basis gigi tiruan dengan cangkolannya. Pada basis gigi tiruan
yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam merah
dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien.
Malam merah dilunakkan kemudian pasien diminta mengigit malam
tersebut.
f. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan
memperhatikan relasi gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.
g. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi
posterior maka perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang
akan dipasang. Posisi gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk
mendapatkan oklusi yang memuaskan dengan gigi asli atau gigi
tiruan antagonis untuk mendapatkan derajat oklusi yang seimbang
h. Insersi GTSL dalam mulut pasien dengan memperhatikan stabilitas,
retensi, maupun oklusinya.
i. Instruksi kontrol untuk melihat perkembangan adaptasi rongga
mulut pasien terhadap pemakain GTSL atau memperbaiki kesalahan
apabila mungkin terjadi

10. Perbedaan pembuatan GTP dan GTSL adalah


- Jika pada GTP kita harus mencari dimensi vertical dahulu sedangkan pada
pembuatan GTSL tidak perlu dimensi vertical karena masih terdapat sisa
gigi yang ada.
- Pada pembuatan GTP komponen penyangga gigi tiruan berasal dari mukosa
sedangkan pada pembuatan GTSL komponen penyangga gigi tiruan berasal
dari gigi asli yang masih tersisa.

9
STEP 4
(Mapping)

Pemeriksaan

Diagnosis :
Partial Edentulous Ridge

Rencana Perawatan :
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Syarat Retensi
dan Stabilisasi
Prosedur Pembuatan Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan

Evaluasi Perawatan GTSL :


- Faktor Keberhasilan
- Faktor Kegagalan

10
STEP 5
(Learning Objective)

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :


1. Pembuatan desain GTSL
2. Prosedur pembuatan GTSL

STEP 6
(Belajar Mandiri)

11
STEP 7

LO 1 : Pembuatan Desain GTSL


1. Tahap I
Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi untuk setiap
rahang. Klasifikasi yang umum digunakan adalah Klasifikasi Kennedy (1925).
Klasifikasi Kennedy pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Edward Kennedy pada
tahun 1925. Klasifikasi Kennedy merupakan metode klasifikasi yang paling
umum digunakan saat ini karena sederhana, mudah diaplikasikan pada seluruh
kondisi kehilangan sebagian gigi, dapat segera menentukan tipe kehilangan
sebagian didi, dan dapat menentukan tipe dukungan GTSL. Kennedy membagi
kehilangan gigi sebagian menjadi empat kelas secara umum.
Kelas 1 : daerah tidak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada
dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral)
Kelas 2 : daerah tidak bergigi teretak di bagian posterior dari gigi yang masih ada
tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral)
Kelas 3 : daerah tidak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di bagian
posterior maupun anterior dan unilateral
Kelas 4 : daerah tidak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang
masih ada dan melewati garis tengah rahang.

12

a b c d
Gambar 1 : Klasifikasi Kennedy a. Kelas 1; b. Kelas 2; c. Kelas 3; d. Kelas 4

Adapun ketentuan yang berlaku dalam melakukan klasifikasi yaitu sebagai


berikut :
1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai
dilaksanakan
2. Bila gigi molar tiga hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak masuk
dalam klasifikasi
3. Bila gigi molar tiga masih ada dan akan digunakan sebagai gigi penahan,
gigi ini dimasukkan ke dalam klasifikasi
4. Bila gigi molar dua sudah hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak
dimasukkan ke dalam klasifikasi. Contoh: bila gigi antagonis molar-2
hilang tidak akan diganti
5. Bagian tak brgigi paling posterior selalu menentukan kelas utama dalam
klasifikasi
6. Daerah tak bergigi lain dari pada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi,
masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau
ruangannya
7. Luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan; yang
dipersoalkan adakah jumlah tambahan daerah (ruang)tak bergigi
8. Tidak ada modifikasi bagi lengkung rahang kelas IV.
(Anshari et al, 2014)
Berdasarkan pemerksaan intra oral gigi 11, 12, 34, 35, 36 hilang.
Rahang atas : Kelas III,
Karena 11, 12 yang hilang terletak di antara gigi-gigi yang masih
ada di bagian anterior unilateral.
Rahang bawah: Kelas III
Karena 34, 35, 36 yang hilang terletak di antara gigi-gigi yang
masih ada di bagian posterior unilateral.

13
2. Tahap II
Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel. Terdapat 3 (tiga)
macam jenis dukungan gigi tiruan, yaitu:
- Tooth borne : dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi
tetangga / gigi yang masih dapat dijadikan sebagai
pendukung.
- Mucose / tissue borne : dukungan gigi tiruan diperoleh dari mukosa.
- Mucosa and tooth : dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi dan
mukosa.
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam, yaitu sadel tertutup (paradental)
dan daerah berujung bebas (free end). Untuk dukungan sadel paradental, yaitu
dukungan dari gigi, dari mukosa, atau dari gigi dan mukosa (kombinasi),
sedangkan untuk sadel berujung bebas, dukungan berasal dari mukosa.
(Gunadi,1995)

Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan hanya dapat diperoleh


bila faktor-faktor berikut ini diperhatikan dan dipertimbangkan. Faktor-faktor
tersebut diantaranya,
1. Keadaan jaringan pendukung.
Bila keadaan jaringan gigi sehat maka menggunakan gigi, namun jika
keadaan gigi tampak meragukan maka hendaknya menggunakan jaringan
mukosa, dengan memperhatikan :
- jaringan mukosa dibawahnya cukup tebal
- bagian plat kortikal dari tulang alveolar dibawah sadel padat dan terletak
diatas tulang trabekula dan konselous yang sehat.
- pasien tidak menderita penyakit atau kelainan yang berkaitan dengan
terjadinya resobsi tulang alveolar yang cepat.
2. Panjang sadel
Panjang sadel yang pendek untuk gigi penyangga yang sehat, namun jika
gigi penyangga kurang kuat maka panjang sadel sebaiknya panjang.
3. Jumlah sadel
Untuk rahang dengan jumlah multiple perlu diperhatikan keadaan gigi-gigi
yang masih ada serta jaringan mukosanya. Pada rahang atas sebaiknya
menggunakan dukungan mukosa.
4. Keadaan rahang yang akan dipasangi geligi tiruan.

14
Untuk rahang bawah dengan sadel berujung tertutup, sebaiknya dipilih dukungan
dari gigi, mengingat lebih kecilnya luas permukaan jaringan mukosa pada rahang
bawah. Sebaliknya ada tiga pilihan untuk dukungan pada rahangatas. Yaitu dukungan
dari gigi, mukosa, atau kombinasi. (Gunadi,1995)

3. Tahap III
Menentukan macam retainer / penahan yang digunakan dalam pemakaian
gigi tiruan. Terdapat 2 (dua) macam jenis yang retainer yang dapat digunakan
sesuai kebutuhan desain gigi tiruan.
a. Direct Retainer
Merupakan bagian dari cangkolan GTS yang berguna untuk menahan
terlepasnya gigi tiruan secara langsung. Direct retainer ini dapat berupa
klamer/cengkeram dan presisi yang berkontak langsung dengan permukaan gigi
pegangan.
Fungsi direct retainer adalah untuk mencegah terlepasnya gigi tiruan ke
arah oklusal. Prinsip desain cangkolan yaitu pemelukan, pengimbangan, retensi,
stabilisasi, dukungan, dan pasifitas.
Adapun syarat yang ideal dari direct retainer adalah :
a) Memberi sokongan : tahan terhadap perubahan gingiva
b) Stabil : tahan terhadap pergerakan lateral
c) Retentif : lengan retensi berada pada undercut gigi abutment
d) Pasif : tidak mendesak gigi
(Setiabudi, Indra.1995)

Berdasarkan desain, cangkolan dapat dibagi menjadi dua yaitu cangkolan


oklusal dan cangkolan gingiva. Cangkolan oklusal yaitu cangkolan yang
mengarah ke daerah gerong dari arah oklusal. Cangkolan gingiva yaitu cangkolan
yang mengarah ke daerah gerong dari arah servikal. Kelompok cangkolan oklusal
antara lain:

1. Cangkolan Akers, merupakan bentuk dasar dari jenis sirkumferensial yang


terdiri atas lengan bukal, lengan lingual dan sandaran oklusal. Cangkolan ini
paling umum digunakan karena retentif dan stabil. Cangkolan akers tidak
digunakan jika gerong retentif dapat dicapai lebih baik dengan cangkolan gingiva

15
atau pada kondisi yang lebih mengutamakan estetis. Filiz (2001) serta Sadig dan
Idowu (2002) menyatakan cangkolan Akers merupakan bentuk penahan langsung
yang paling umum digunakan.

2. Cangkolan mengarah belakang, merupakan modifikasi dari cangkolan cincin.


Gerong dapat dicapai dengan sedikit bagian gigi yang tertutupi dan sedikit
cangkolan logam yang terlihat

3. Cangkolan kail, lengan cangkolan diputar membalik untuk mencapai gerong


retentif. Lengan cangkolan juga didesain untuk mencapai gerong proksimal dari
oklusal. Indikasi penggunaan cangkolan kail adalah ketika gerong proksimal harus
digunakan pada gigi penyangga posterior, gigi yang miring, atau perlekatan
jaringan yang menghalangi penggunaan cangkolan gingiva

4. Cangkolan setengah-setengah, terdiri dari lengan retentif pada satu sisi dan
lengan resiprokal dari sisi yang berlawanan. Indikasi penggunaan cangkolan
setengah-setengah adalah ketika diperlukan retensi ganda dan hanya pada desain
GTSL unilateral diaplikasikan.

5. Cangkolan ganda, terdiri dari dua cangkolan sirkumferensial yang


bergabung pada bagian akhir dari dua lengan resiprokal. Indikasi penggunaan
cangkolan ganda adalah ketika diperlukan retensi dan stabilisasi tambahan,
umumnya pada gigitiruan dukungan gigi

6. Cangkolan embrasur, terdiri dari dua lengan retentif, dua lengan pemeluk dan
dua sandaran oklusal. Indikasi penggunaan cangkolan embrasur adalah pada klas
II dan klas III tanpa modifikasi yang tidak memiliki ruang edentulus pada sisi
yang berlawanan untuk menempatkan cangkolan

7. Cangkolan cincin, merupakan cangkolan yang mengelilingi hamper


seluruh permukaan gigi penyangga. Indikasi penggunaan cangkolan cincin
adalah pada gerong proksimal yang tidak dapat dicapai dengan cara lain.

Kelompok cangkolan gingiva antara lain:

1. Cangkolan T, daerah luas yang tertutupi oleh ujung cangkolan T jarang

16
diperlukan untuk retensi yang adekuat

2. Cangkolan I, berkontak dengan gigi hanya pada bagian ujungnya.


Lekukan pada cangkolan I harus ditempatkan paling sedikit 3 mm dari margin
gingiva

3. Cangkolan Y, area luas yang tertutupi oleh ujung cangkolan Y jarang


diperlukan untuk retensi yang adekuat

b. Inderect Retainer
Inderect Retainer adalah bagian dari GTSL yang berguna untuk menahan
terlepasnya gigi tiruan secara tidak langsung. Retensi tak langsung diperoleh
dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum tempat
gaya tadi bekerja. Fungsi indirect retainer antara lain mengurangi ungkitan
anteroposterior pada gigi penyangga, stabilisasi terhadap pergerakan horizontal
gigitiruan melalui kontak antara konektor minor dengan permukaan gigi,
stabilisasi terhadap pergerakan lingual pada gigi anterior yang mendukung
penahan tidak langsung, sebagai sandaran untuk mendukung konektor mayor dan
mendistribusikan tekanan, dapat menjadi indikasi untuk kebutuhan reline pada
gigi tiruan perluasan distal

Beberapa bentuk dari penahan tidak langsung yaitu:


1. Sandaran oklusal, merupakan bentuk penahan tidak langsung yang paling
umum digunakan. Sandaran ini terletak pada permukaan oklusal dan sejauh
mungkin dari basis perluasan distal sehingga dapat menahan gaya yang
melepaskan. Pada GTSL klas I, sandaran oklusal pada umumnya terletak pada
tepi marginal bagian mesial dari premolar pertama pada masing-masing sisi.
2. Sandaran kaninus, merupakan sandaran yang ditempatkan pada gigi kaninus.
Sandaran kaninus sama dengan sandaran lingual atau sandaran insisal. Indikasi
penggunaan sandaran kaninus adalah ketika tepi marginal bagian mesial dari
premolar pertama terlalu dekat ke garis fulkrum.
3. Batang kontinu, secara teknis tidak termasuk penahan tidak langsung karena
bersandar pada inklinasi lingual gigi anterior yang tidak dipreparasi. Batang

17
kontinu ditempatkan diatas singulum gigi anterior. Batang kontinu lebih efektif
sebagai penahan tidak langsung jika ditempatkan sandaran pada kedua
ujungnya.
4. Plat lingual, secara teknis tidak termasuk penahan tidak langsung karena
bersandar pada inklinasi lingual gigi anterior yang tidak dipreparasi. Tepi atas
harus ditempatkan pada sepertiga tengah permukaan lingual gigi anterior. Plat
lingual lebih efektif sebagai penahan tidak langsung jika ditempatkan sandaran
pada kedua ujungnya.
5. Daerah modifikasi, sandaran oklusal pada gigi penyangga tambahan pada
GTSL klas II dapat dijadikan sebagai penahan tidak langsung. Penggunaan
daerah modifikasi tergantung seberapa jauh lokasi gigi penyangga tambahan
dari garis fulkrum. Pada klas II modifikasi 1, gigi penyangga anterior pada sisi
yang didukung gigi merupakan gigi penyangga tambahan, yang memberikan
dukungan, retensi, dan menambah stabilisasi horizontal pada gigitiruan.
6. Dukungan rugae, beberapa ahli mempertimbangkan penutupan daerah rugae
pada rahang atas termasuk penahan tidak langsung karena daerah rugae cukup
kuat dan dapat berfungsi sebagai penahan tidak langsung pada GTSL klas
I. Penggunaan dukungan rugae sebagai penahan tidak langsung pada umumnya
merupakan bagian dari desain plat palatal berbentuk U.
(David M, et al. 1993)

4. Tahap IV
Menentukan macam konektor yang akan digunakan sesuai desain dan
kebutuhan bagi pasien pemakai gigi tiruan. Terdapat 2 (dua) jenis konektor yang
dapat dipilih sesuai kebutuhan dan desain:
a.Konektor Utama
Merupakan bagian dari GTSL yang menghubungkan komponen-
komponen yang terdapat pada satu sisi rahang dengan sisi yang lain atau bagian
yang menghubungkan basis dengan retainer. Fungsi konektor utama adalah
menyalurkan daya kunyah yang diterima dari satu sisi kepada sisi yang lain.
Syarat konektor utama adalah:

18
- Rigid
- Tidak mengganggu gerak jaringan
- Tidak menyebabkan tergeseknya mukosa dan gingiva
- Tepi konektor utama cukup jauh dari margin gingiva
- Tepi dibentuk membulat dan tidak tajam supaya tidak menganggu lidah
dan pipi. (Haryanto, 1991)
Bentuk umum konektor mayor rahang atas adalah: Batang palatal tunggal,
dapat dibuat lebar (8 mm atau lebih disebut strap) atau sempit (kurang dari 8 mm
disebut bar) tergantung pada lokasi dan kebutuhan untuk kekuatan dan dukungan
gigitiruan. Indikasi penggunaan batang palatal tunggal adalah pada ruang
edentulus bilateral yang pendek pada gigitiruan dukungan gigi.
1. Plat palatal, menutupi palatum lebih luas daripada jenis lainnya. Plat palatal
harus terletak di depan daerah posterior palatal seal. Indikasi penggunaan plat
palatal adalah pada kondisi kehilangan lebih dari 6 gigi sehingga daerah palatum
seluruhnya dimanfaatkan sebagai dukungan untuk mendapatkan kekakuan yang
cukup.
2. Batang palatal ganda, terdiri dari batang anterior dan posterior yang disatukan
oleh konektor longitudinal pada masing-masing sisi. Indikasi penggunaan batang
palatal ganda adalah pada torus palatinus yang besar dan tidak melewati batas
antara palatum keras dan palatum lunak serta pada klas I dan klas II dengan
dukungan yang baik dari gigi penyangga dan linggir alveolaris. Dari segi prinsip
desain, batang palatal ganda secara mekanis dan biologis baik jika ditempatkan
tanpa menekan jaringan.
3. Plat palatal berbentuk U, disebut juga konektor tapal kuda. Merupakan desain
konektor yang kurang baik dibandingkan konektor mayor rahang atas lainnya
karena kurang kaku, tetapi plat palatal berbentuk U dapat dibuat lebih kaku
dengan menggunakan beberapa gigi penyangga dan sandaran oklusal. Indikasi
penggunaan plat palatal berbentuk U adalah pada torus palantinus yang besar dan
meluas sampai batas posterior dari palatum keras.
Bentuk umum konektor mayor rahang bawah adalah:
1. Batang lingual, merupakan bentuk paling sederhana. Tepi atas dari batang
lingual terletak paling sedikit 4 mm dari margin gingiva dan lebih jauh bila
memungkinkan. Secara klinis, penggunaan batang lingual dibatasi oleh

19
kondisi anatomis rongga mulut. Indikasi penggunaan batang lingual adalah ketika
ada ruang yang cukup antara sulkus lingual alveolar dan jaringan gingiva lingual
2. Plat lingual, merupakan batang lingual yang meluas sampai diatas
singulum gigi anterior. Tepi atas harus ditempatkan pada sepertiga tengah
permukaan lingual gigi anterior. Dari segi prinsip desain, plat lingual lebih
biologis dibandingkan batang lingual ganda karena lebih kecil kemungkinan
terperangkapnya sisa-sisa makanan. Indikasi penggunaan plat lingual
adalah pada klas I dimana linggir alveolaris mengalami resorpsi vertikal yang
parah. Plat lingual digunakan pada kasus kehilangan 6 gigi atau lebih agar
mendapatkan kekakuan yang cukup sehingga menghasilkan dukungan dan
distribusi tekanan yang baik.Plat lingual lebih sering digunakan pada kasus free
end (klas I dan klas II) dibandingkan batang lingual.
3. Batang lingual ganda, terdiri dari batang lingual dan sebuah batang
tambahan yang terletak diatas singulum gigi anterior. Dapat berfungsi sebagai
penahan tidak langsung dan stabilisasi. Indikasi penggunaan batang lingual
ganda adalah pada diastema yang lebar diantara gigi anterior sehingga plat lingual
kurang estetis karena logam dapat terlihat dari depan
4. Batang labial, tepi atas terletak 4 mm dibawah margin gingiva permukaan
labial dan bukal dan lebih jauh jika memungkinkan. Tepi bawah terletak
pada vestibulum permukaan labial dan bukal pada batas mukosa bergerak
dan tidak bergerak. Indikasi penggunaan batang labial adalah pada kasus dengan
gigi anterior yang terlalu miring ke lingual sehingga batang lingual tidak dapat
digunakan.

20
b..Konektor minor
Konektor minor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan konektor
utama dengan bagian lain, misalnya sandaran oklusal. Biasanya diletakkan pada
daerah embrasur gigi dan harus berbentuk melancip ke arah gigi penyangganya.
Fungsi konektor minor adalah meneruskan tekanan oklusal / beban oklusi ke gigi
pegangan, membantu stabilisasi dengan menahan gaya pelepasan,
menghubungkan bagian-bagian GTSL dengan konektor utama, menyalurkan efek
penahan, sandaran dan bagian pengimbangan kepada sandaran serta mentransfer
efek retainer/klamer serta komponen gigi lain ke gigi tiruan.
Dasar pertimbangan pemilihan konektor adalah :
1. Pengalaman pasien
Pembuatan protesa yang baru biasanya disesuaikan dengan desain protesa
yang lama, agar adaptasi pasien lebih mudah
2. Stabilisasi
Agar protesa lebih stabil, kadang kadang diperlukan konektor tambahan
yang selain berfungsi untuk memperkuat gigi tiruan, juga berfungsi
sebagai penahan tak langsung
3. Bahan geligi tiruan
Untuk geligi tiruan resin, bahan tidak menjadi masalah karena umumnya
berupa pelat dari bahan yang berkekuatan hamper sama, lain halnya
dengan bahan protesa kerangka logam yang modulus elastisitasnya
berbeda beda. Untuk konektor logam campur emas, sebagai contoh,
sebaiknya digunakan 2 konektor. Sebaliknya untuk konektor yang terbuat
dari logam campur kobalt kromium cukup 1 saja.

Khusus untuk kasus berujung bebas , hal-hal berikut ini perlu diperhatikan :
- Perlu adanya penahan tak langsung
- Desain cengkram harus dibuat sedemikian sehingga tekanan kunyah yang
bekerja pada gigi penahan jadi seminimal mungkin
- Perlu dilakukan pencetakan ganda agar keseimbngan penerimaan beban
kunyah antara gigi dan mukosa dapat dicapai
- Sandaran oklusal hendaknya diletakkan menjauhi daerah tak bergigi.
(David, M et al. 1993)

Desain GTSL sesuai skenario :

21
Keterangan :

1. Rahang atas :
a. Material :
- Basis akrilik
- Anasir gigi tiruan akrilik
b. Warna merah : basis GTSL
c. Tanda x : gigi anasir 11, 12
d. Cengkeram 3 jari memeluk gigi 13
e. Cengkeram jacson bilateral memeluk gigi 16 dan 26

2. Rahang bawah
a. Material :
- Basis akrilik
- Anasir gigi tiruan akrilik
b. Warna merah : basis GTSL
c. Tanda x : gigi anasir 34, 35, 36
d. Cengkeram 3 jari memeluk gigi 33
e. Cengkeram jacson bilateral memeluk gigi 37 dan 45

LO 2 : Prosedur Pembuatan GTSL

A.Kunjungan Pertama
1. Anamnesa indikasi berupa pemeriksaan subyektif dan pemeriksaan obyektif

22
2. Membuat model studi
Untuk membuat model studi dilakukan pencetakan pada rongga mulut pasien.
- Pemilihan bahan cetak :
Bahan cetak yang dapat digunakan yaitu :
a. Irreversible hydrocolloid
Bahan ini tidak dapat dipakai lebih dari satu kali setelah dipakai.
Contoh: alginate
b. Reversible hydrocolloid
Bahan ini dapat dipakai berulang-ulang. Hasil cetakan yang dihasilkan
juga lebih akurat. Contoh : agar
- Pemilihan sendok cetak
a. Harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakkan dalam
mulut harus ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm
b. Harus sesuai dengan bahan cetaknya, jika memakai alginate harus
memakai sendok cetak yang berlubang atau yang memakai spiral di
tepinya
c. Sayap sebelah lingual sendok cetak rahang bawah dapat diperpanjang
dengan malam untuk memperluas di bagian posterior
- Teknik mencetak
a. Teknik mukokompresi
Jaringan lunak mulut dibawah penekanan. Dilakukan dengan
menggunakan bahan yang mempunyai viskositas tinggi,
sehinggatekanan lebih dibutuhkan ke arah mukosa dibawahnya.
b. Teknik mukostatis
Jaringan lunak mulut dalam keadaan istirahat. Dilakukan dengan bahan
yang menggunakan bahan yang mempunyai viskositas rendah dimana
hanya sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada keadaan
ini hanya sedikit atau tidak ada sama sekali pergerakan dari mukosa.
(Setiabudi, Indra. 1995)
- Posisi pasien saat pencetakan

23
Pasien duduk dengan posisi tegak dan bidang oklusal sejajar dengan lantai.
Pada rahang bawah posisi mulut pasien setinggi siku operator. Pada ranh
atas posisi mulut pasien setinggi bahu operator.
- Posisi operator saat pencetakan
Pada pencetakan rahang atas operator berdiri pada sisi kanan agak ke
belakang pasien. Pada pencetakan rahang bawah operator berdiri pada
sisi kanan agak ke depan pasien.
- Syarat hasil cetakan yang baik
a. Seluruh gigi geligi yang masih ada tampak
b. Tampak processus alveolaris yang tidak bergigi
c. Tampak perlekatan otot-otot dengan jelas
d. Permukaan cetakan harus halus dan tidak berlubang-lubang
e. Cetakan rahang atas harus mencakup sampai hamular notch
f . Cetakan rahang bawah harus mencakup sampai retromolar pad
- Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1,
setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak
dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan
posisi ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang dicetak. Di
samping itu dilakukan muscle triming agar bahan cetak mencapai lipatan
mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian sendok
dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva. Hasil cetakan diisi
dengan stone gips dan di-boxing.
(Haryanto,1995)

B.Kunjungan Kedua
1. Membuat work model
- Alat : sendok cetak fisiologis
- Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)
- Metode mencetak : mukokompresi
- Cara mencetak :

24
a. Rahang Atas
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke
dalam sendok cetak. Posisi operator di samping kanan belakang.
Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis
tengah sendok cetak berimpit dengan garis median wajah. Setelah
posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas. Sebelumnya bibir dan pipi
penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari manis, tengah dan
kelingking turut menekan sendok dari posterior ke anterior. Pasien disuruh
mengucapkan huruf U dan dibantu dengan trimming.
b. Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke
dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi
operator di samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak
ke dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien
diinstruksikan untuk menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan
muscle trimming supaya bahan mencapai lipatan mucobuccal. Posisi
dipertahankan sampai setting.
2. Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan
melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai sebagai
tempat cangkolan berada nantinya.
a. Tujuan survei
- Menentukan arah pemasangan terbaik, sehingga hambtan pada saat
pemasangan dan pengeluran protesa minim.
- Menetapkan apakah terdapat daerah-daerah hambatan pada tulang maupun
gigi yang perlu dibuang atau cukup dengan pemilihan arah
pemasangannya saja
- Menentukan dan mengukur arah daerah yang dimanfaatkan sebagai retensi
- Merekam hubungan posisi model terhadap arah pemasangan yang sudah
ditetapkan. (Gunadi,1995)

b. Prosedur Survey
Dilakukan pada model studi maupun model kerja.

25
- Pertama model dipasang pada meja basis dengan bidang oklusal hampir
sejajar dengan basis datar surveyor.

- Evaluasi bidang bimbing (guiding plane)


Kesejajaran relative beberapa permukaan proksimal dapat ditentukan
dengan menyentuhkan tongkat analisis pada permukaan geligi. Posisi
model diubah-ubdah dalam berbagai arah, sehingga permukaan proksimal
tadi berada dalam kedudukan sejajar satu sama lain. Bila ternyata bidang-
bidang tadi hampir sejajar, maka bidang ini dapat dibuat sejajar dengan
jalan pengasahan.
- Evaluasi daerah retensi
Besar retensi yang ada dapat diketahui dengan cara menyentuhkan tongkat
analisis pada permukaan lingual dan bukal gigi-gigi yang akan dipakai
sebagai gigi penahan.
- Evaluasi masalah hambatan (interference)
Pada survei model rahang bawah, hendaknya diperiksa dengan cermat
permukaan lingual yang akan dilewati konektor utama berupa lingual bar,
karena gigi-gigi belakang sering kali miring ke lingual. Pada rahang atas
jarang dijumpai hambatan terhadap konektor utama. Hambatan pada
maksila biasanya berupa miringnya gigi ke bukal atau bagian tulang yang
menonjol ke bukal apda region tak bergigi.
- Evaluasi faktor estetik
Arah pemasangan terpilih harus dipertimbangkan lagi dari segi estetik,
baik mengenai penempatan lengan cengkeram maupun menyusun
elemennya. (Gunadi, 2002)
3. Pembuatan basis gigi tiruan
Macam-macam bahan basis yaitu :
a. Metal
Indikasi:
- Penderita yang hipersensitif terhadap resin
- Penderita dengan gaya kunyah abnormal

26
- Ruang intermaksiller kecil
- Kasus basis dukungan gigi dengan desain unilateral
- Permintaan penderita
Kontraindikasi : untuk pasien yang alergi terhadap bahan cobalt dan
cromium
Kelebihan : - Kaku, kuat, tidak mudah berubah bentuk
- Stabil, tahan lama
- Lebih nyaman dipakai karena lebih tipis daripada
akrilik
Kekurangan : - Tidak estetik
- Sulit untuk dilakukan reline
b. Resin akrilik
Indikasi : untuk basis protesa
Kelebihan : - Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya
- Dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah
- Relatif lebih ringan
- Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah
- Harganya murah
Kekurangan : - Mudah fraktur
- Tidak tahan abrasi
c. Bahan nilon
Indikasi : untuk pasien anak-anak, pada kasus single denture,
pasien yang alergi akrilik
Kontraindikasi : untuk pasien yang memiliki overbite dalam, sedikit
gigi yang tersisa
Kelebihan : estetik baik, kuat, beradaptasi dengan baik, dapat
meminimalisir fraktur
Kekurangan : kurang stabil pada kasus free end, tidak dapat
dilakukan reline
4. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing,
polishing. (Annusavice, 2004)

27
C. Kunjungan Ketiga
1. Try in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.
2. Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan yang
tepat dari model RA dan RB sebelum dipasang di artikulator dengan cara
pada basis gigi tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan dua lapis malam
merah dimana ukurannya kita sesuaikan dengan lengkung gigi pasien.
Malam merah dilunakkan kemudian pasien diminta mengigit malam
tersebut.
3. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan
relasi gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.
4. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi posterior
maka perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi
gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan oklusi yang memuaskan
dengan gigi asli atau gigi tiruan antagonis untuk mendapatkan derajat oklusi
yang seimbang. Malam dibentuk sesuai dengan kontur alami prosesus
alveolar dan tepi gingiva.
Macam bahan dari gigi tiruan antara lain :
a. Elemen gigi tiruan resin akrilik:

- mudah aus, terutama pada penderita yang mempunyai kekuatan kunyah


yang kuat

- perlekatannya dengan basis merupakan persenyawaaan kimia, karena


bahannya sama

- dapat berubah warna

- mudah tergores

- mudah dibentuk/diperkecil sesuai dengan ruangan

- lebih ringan dibanding gigi tiruan yang dari porselen dan logam

28
- dapat diasah dan dipoles

- karena sifat mudah aus, baik sekali dipakai untuk prosesus alvolaris yang
datar

b. Elemen gigi tiruan porselen:

- tidak mudah aus/tergores

- perlekatannya dengan basis secara mekanis, sehingga elemen gigi tiruan


harus mempunyai retensi untuk pelekatnya terhadap basis bentuk retensi gigi
tiruan porselen:undercur,pin,alur

- tidak berubah warna

- tidak dapat diasah

- lebih berat daripada akrilik

- tidak baik dipakai untuk prosesus alveoalris yang datar(resorbsi)

c. Elemen gigi tiruan logam:

- biasanya dibuat sendiri sesuai dengan ruang protesa yang ada,


terutama untuk gigi posterior yang ruang protesanya sempit

- estetis kurang baik

- tahan terhadap daya kunyah yang besar/kuat

5. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking, finishing,


polishing.
(Annusavice, 2004)

D.Kunjungan Keempat

29
1. Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien. Hal-
hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada
saat pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara
pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
b. Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang
cenderung memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Retensi gigi tiruan ujung
bebas di dapat dengan cara :
- Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang erat antara basis gigi tiruan
dengan membarana mukosa di bawahnya.
- Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi tiruan yang bergesekan
dengan struktur anatomi. Retensi mekanik terutama diperoleh dari lengan
traumatic yang menempati undercut gigi abutment.
c. Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang
menyebabkan perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam
keadaan berfungsi, misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi
tiruan dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara
bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergeseran pada saat tes ini.
d.Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral,
dan anteroposterior. caranya dengan memakai kertas artikulasi yang
diletakkan di bawah gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta
melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien diminta
melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan
dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang
tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak
merata pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi yang

30
bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini
dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut hukum
MUDL (pengurangan bagian mesial gigi RA dan distal RB) dan BULL
(pengurangan bagian bukal RA dan lingual RB).
2. Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien
- Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut, pasien diminta
memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama beberapa waktu
agar pasien terbiasa.
- Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus selalu dijaga. Sebelum
dipakai sebaiknya gigi tiruan disikat sampai bersih.
- Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa dilepas dan
direndam dalam air dingin yang bersih agar gigi tiruan tersebut tidak
berubah ukurannya.
- Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan
lengket.\Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan pasien harap
segera kontrol.
- Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.
(Itjiningsih, 1980)

E.Kunjungan Kelima
1. Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.
Tindakan yang perlu dilakukan :
a. Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat
pemakaian gigi tiruan tersebut.
b. Pemeriksaan objektif
- Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
- Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya
maupun pada mukosa di bawahnya.
- Melihat posisi cangkolan.

31
- Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
- Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.
2. Evaluasi keberhasilan pembuatan GTSL
Keberhasilan pembuatan GTSL dapat ditentukan dari beberapa hal berikut:
1 Kooperatifan pasien.
2 Kondisi rongga mulut pasien
3 Kemampuan tekniker yang memadai
4 Retensi dan stabilisasi GTS yang berasal dari cengkram dan anatomi
rongga mulut pasien.
5 Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok
6 Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut
Kegagalan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan :
1 Manipulasi yang salah: mencetak dan permukaan oklusal yang tidak
balance oclution
2 Perluasan landasan geligi tiruan yang tidak memenuhi syarat atau
landasan geligi tiruan yang tidak cermat.
3 Oklusi yang tidak layak yaitu relasi sentris, dimensi vertical dan
kontak premature yang salah, hubungan sentris dan eksentris serta
hubungan tonjol yang kurang seimbang
4 Daya horizontal dari bibir, pipi dan lidah pada gigi-gigi dan sayap
geligi tiruan.
(Freedman, G. 2012)

Secara umum prosedur pembuatan GTSL dapat dibagi menjadi 2, yaitu


prosedur klinis dan prosedur laboratorium. Prosedur klinis merupakan prosedur
yang tahap pengerjaanya secara langsung dilakukan di dalam rongga mulut
pasien. Sedangkan prosedur laboratorium merupakan prosedur yang
pengerjaannya dilakukan di luar rongga mulut pasien.

Perawatan GTSL Kunjungan Prosedur Prosedur


Klinis Laboratorium

32
1.Edukasi pasien Kunjungan 1 Amannesa, Pencetakan model
pemeriksaan studi dengan gips
eksra oral dan
intra oral,
pemeriksaan
radiografi.
Pencetakan
anatomis
dengan bahan
hydrocolloid.
Kunjungan 2 Pencatatan Pemasangan model
relasi sentries studi ke semi-
adjustable
articulator, survey,
desain.

2.Diagnosa,rencana Kunjungan 3 Diagnosis dan Pembuatan GTSL


perawatan, dan penentuan sementara.
persiapan rencana
perawatan perawatan
Kunjungan 4 Persiapan
rongga mulut
dalam
pembuatan
GTSL seperti
karies kontrol,
kontrol plak,
perawatn
endodontik,
perawatn
periodonsia,dll

33
Kunjungan 5 Preparasi gigi - Pencetakan model
penyangga akhir (model kerja)
- Survey dan desain
Pencetakan pada model kerja
akhir - Duplikat model
kerja untuk
penanaman
- Persiapan
penanaman
- Waxing kerangka
kerja GTSL
- Spruing, investing,
burnout, casting,
and finishing of the
partial denture
framework
3. Dukungan untuk Kunjungan 6 Pasang coba Individual trays
basis gigi tiruan kerngaka kerja melekat pada
ekstensi distal GTSL kerangka gigi tiruan

4.Evaluasi Kunjungan 7 Hubungan Penyusunan gigi


hubungan oklusal maksila dan anasir
gigi dan mandibula
pengaturan elemen
gigi tiruan Pemilihan gigi
anasir

Kunjungan 8 Try-in GTSL - Penanaman GTSL


- Pemrosesan
Laboratory
remounting for
selective grinding,
Polishing the
denture.
5.Prosedur Kunjungan 9 Insersi
penempatan awal
6.Kontrol Kunjungan 10 Pemeliharaan
dan control
GTSL
(Loney, R. 2011)

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Annusavice KJ. Juwono L, editor. 2004. Phillips buku ajar ilmu bahan
kedokteran gigi. Edisi 10. Jakarta: EGC
2.Anshary, M. Fauzan., Cholil., dan Arya, I Wayan. 2014. Gambaran Pola
Kehilangan Gigi Sebagian pada Masyarakat Desa Guntung Ujung Kabupaten
Banjar. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi Vol. II No. 2.
3. David M. Whatt, A. RoyMagregor. 1993. Penentuan Desain Gigi Tiruan
Lepasan. Jakarta: Hipokrates
4. Filiz KEYF. Frequency of the various classes of removable partial dentures and
selection of major connectors and direct/ indirect retainers. Turk J Med Sci
2001; 31: 445-49.
5. Freedman, G. 2012. Contemporary esthetic dentistry, Ed. ke-1, Philadelphia:
Mosby Inc.
6. Gunadi, HA. et al. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan
Cetakan 2016. Jakarta: Hiprokrates.

35
7. Gunadi,Haryanto. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 2. 2002.
Hipokrates, Jakarta
8. Haryanto, A.G. 1991. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I
Cetakan I. Jakarta: Hipokrates
9. Haryanto, A.G., 1995, Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Jilid II,
Cetakan I, Hipokrates, Jakarta
10. Itjiningsih. 1980. Dental Teknologi. Cetakan I. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Trisakti.
11. Loney, Robert. 2011. Removable partial denture manual. Dalhouse university
12.Sadig WM, Idowu AT. Removable partial denture design: A study of a selected
population in Saudi Arabia. J Contemp Dent Pract 2002;(3)4:040-053.
13.Setiabudi,Indra.1995.Buku Ajar Ilmu Gigi Sebagian Lepasan.Jakarta :
Hipokrates

36

Anda mungkin juga menyukai