Anda di halaman 1dari 53

Insisivus 2

Tutor : drg. Popy Sandra

Mutia Oktori Yelfitri


Hasya Prana Dewi
M. Gheza Akbar
Farhan Muhammad Nouve
Yulia Asri Efendi
Eunike Yemima S
Dinda Ratna Juwita
Oryza Safira
Putri Habci Amran
Hanifa Denis
Skenario Modul 3
ProsedurPerawatan dengan GTSL

"Kok cetak lagi...?"

Ny.Elasti(56 thn) datang ke tempat praktik drg. Algi untuk dibuatkan gigi tiruan karena sudah
banyakgigi yang hilang sejak15 tahun yang lalu. Pemeriksaan intraoral menunjukkan
kehilangan gigi 16,15,14,12,11,21,26,27,35,36,37,38,44,45,46,47,48 ; karies media di
mesiodistalgigi 17; radiks gigi 34,35 ; mobility grade 1 gigi 21,41,42 ; grade 2 dan ekstrusigigi 31.
Kalkulus terdapat hampir di semua Regio sehinggaoedema hampir di seluruh gusi.
Drg. Algi menerangkan rencana perawatan yang akan dilakukan untuk merawat seluruh
masalah gigi Ny Elasti dan beberapa alternative gigi tiruan yang bisa dibuatkan. Setelah Ny Elasti
setuju untuk dibuatkan gigi tiruan lepasan berbahan akrilik, drg. Algi mencatat warna gigiNy
Elasti yang masih tersisa.

Drg. Algi lalu mencetak Ny Elasti dan menjelaskan akan dilakukan pencetakan lagi setelah
perawatan pendahuluan selesaidilakukan. Ny. Elasti bingung mengapa harus dicetak lagi.
Akhirnya drg. Algi dengan sabar menjelaskan semua prosedurklinis dan laboratorisyang harus
dilakukan setelah pencetakanawal.

Bagaimanasaudara menjelaskan kasus di atas?


Rumusan Masalah

1. Bagaimana perawatan sebelum dipasang GTSL pada Ny.


Elasti? Dan apa saja contoh perawatan preprostodontik
lainnya?
2. Bagaimana prosedur klinis dan laboratoris dari GTSL?
3. Apa saja pencetakan dalam pembuatan GTSL?
4. Bagaimana hubungan kehilangan gigi yang sudah lama
dengan rencana perawatan?
5. Bagaimana hubungan rahang atas dengan rahang bawah?
6. Apa tujuan drg. Algi mencatat warna gigi?
7. Apa saja yang harus diperhatikan dalam memilih dan
menyusun anasir?
8. Apakah gigi ekstrusi mempengaruhi POI dari GTSL?
Analisa masalah
1. Bagaimana perawatan sebelum dipasang GTSL pada Ny.
Elasti. Apa saja contoh perawatan preprostodontik lainnya?

• Edukasi pasien
• Perawatan preprostodontik
- Konservasi : restorasi gigi karies media
- Endodontik : untuk radiks
- Periodontal : scalling kalkulus pasien dan splinting
gigi yang mobility
• Contoh lainnya : alveoplasti, alvektomi, frenektomi, ekstraksi,
eksostosis, perawatan orto (jika ada diastema sentral)
Analisa Masalah
2. Bagaimana prosedur klinis dan laboratoris dari GTSL?
• Anamnesa : - Klinis  Pemeriksaan Subjektif dan Objektif, membuat cetakan
studi.
- Laboratoris Hasil cetakan diisi gips : Model studi
• Final Impression : - KlinisMembuat cetakan model kerja (final impression)
- LaboratorisMengisi dengan gips stone : Model kerja dan
batas-batas
• Try in Base Plate Wax : - KlinisRetensi dan stabilisasi pada base plate
- LaboratorisMembuat bite rim
• Try in Base Plate dengan bite rim : - KlinisTry in base plate dengan bite rim
:
menentukan kesejajaran = fiksasi
- LaboratorisPemasangan pada artikulator
• Try in Anterior dan Posterior : - KlinisPemeriksaan pemasangan gigi
- LaboratorisPemasangan gigi abutment
• Insersi
• Kontrol
Analisa masalah
3. Apa saja pencetakan dalam pembuatan GTSL?
• Anatomis :
- Di awal, sebelum dilakukan perawatan
- Bahan : irreversible hydrocolloid (alginat)
- untuk mendapat model studi
• Fisiologis :
- Setelah dilakukan perawatan
- Bahan : Elastomer atau ZOE
- Untuk mendapatkan model kerja

• Teknik pencetakan :
- mukostatis : tanpa menekan jaringan Lunak
- mukokompresi : menekan jaringan lunak
Analisa Masalah

4. Bagaimana hubungan kehilangan gigi yang sudah lama


dengan rencana perawatan?

- Keadaan linggir alveolar


- Migrasi gigi tetangga dan ekstrusi gigi antagonis
- Berhubungan dengan relasi rahang (kondisi otot dan TMJ)
- Kebiasaan pasien (perubahan dalam cara mengunyah)
Analisa Masalah

5. Bagaimana hubungan rahang atas dengan rahang bawah?

• Hubungan vertikal :
- DVO : dalam posisi oklusi/intercuspal maksimum dengan 2 titik
(subnasion dan gnation)
- DVI : rahang pasien dalam kondisi istirahat (tidak ada otot yang
berkontraksi)
• Hubungan horizontal :
- Relasi sentrik
- Oklusi sentrik

• Pada pasien full denture oklusi sentrik = relasi sentrik


Analisa Masalah

6. Apa tujuan drg. Algi mencatat warna gigi?

- Untuk mengetahui gigi anasir yang sesuai dengan memperhatikan


warna gigi yang tersisa dan usia.

- Pada pasien dengan usia tua, biasanya warna giginya cenderung lebih
gelap
Analisa Masalah
7. Apa saja yang harus diperhatikan dalam memilih dan
menyusun anasir?

• Memilih anasir :
- Ukuran gigi : panjang dan lebar
- Bentuk gigi : bentuk gigi menyesuaikan dengan
profil wajah, jenis kelamin (bagian labial gigi wanita lebih
cembung dari pada laki-laki), usia (keausan gigi pada usia tua)
- Warna : bisa memakai cahaya alami dan cahaya artifisial.
Perhatikan hue, chroma, value, dan translucency gigi pasien.
• Menyusun :
- Tepat di atas tulang puncak linggir alveolar
- Berada di dalam lengkung rahang
- Memperhatikan permukaan oklusal/insisal dengan gigi
antagonis
Analisa Masalah

8. Apakah gigi ekstrusi mempengaruhi POI GTSL?

Berpengaruh. Karena gigi ekstrusi permukaan insisal/oklusalnya lebih


tinggi dari pada gigi lainnya sehingga berpengaruh pada saat POI.
SKEMA Wanita (56 tahun)

drg. Algi

Missing teeth : - Mobility grade 1 & 2


16, 15, 14, 12, 11, 21, 26, 27, 35, 36, 37, - Ekstrusi
38, 44, 45, 46, 47, 48 - Karies media
- Kalkulus

Perawatan preprostodontik

Prosedur pembuatan GTSL

Perawatan Pencetakan dalam Surveying dalam Pemilihan dan Penentuan oklusi


pendahuluandan pembuatan GTSL penentuan desain penyusunan dan hubungan
rencana perawatan POI anasir rahang
Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan


pendahuluan dan rencana perawatan
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencetakan
dalam pembuatan GTSL
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang surveying
dalam menentukan POI
4. Mahasiswa mampu memahami da menjelaskan tentang penentuan
oklusi dan hubungan rahang
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan
dan penyusunan anasir
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan pendahuluan dan
rencana perawatan

Perawatan Pendahuluan
Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap
gigi, jaringan lunak maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut
untuk menerima gigi tiruan.
Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi
mulut, juga untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin
kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya. Langkah-langkah persiapan
gigi dan mulut adalah sebagai berikut:
1. Penentuan dataran oklusal
2. Pengkonturan kembali permukaan proksimal posterior
3. Pengkonturan kembali permukaan proksimal anterior
4. pengkonturan kembali permukaan fasial dan lingual gigi
5. Pembuatan preparasi gigi sandaran
6. Pengahalusan preparasi gigi sandaran
7. Penghalusan dan pemolesan seluruh dasar permukaan
Mouth Preparation
Mouth Preparation terbagi menjadi 2 :
1. Pre-prosthetic mouth prep.
2. Prosthetic mouth prep.

• Pre prosthetic mouth prep.


Persiapan rongga mulut untuk menghilangkan segala hal yang
akan menghambat prosthetic treatment
e.g : frenectomy, excision of tori, etc.
• Prosthetic mouth prep.
Persiapan rongga mulut untuk memfasilitasi prosthetic
treatment
e.g : Preparing rest seats, etc
Prosedur Pre-prosthetic Mouth Preparation dilakukan
dengan urutan sebagai berikut:
• Menghilangkan rasa sakit dan infeksi
• Prosedur bedah mulut
• Pengkondisian jaringan yang teriritasi
• Terapi periodontal
• Koreksi bidang oklusal
• Endodontic Treatment
• Koreksi ortodontik
• Splinting gigi
• Membentuk kembali gigi
• Persiapan rest dan guiding planes
1. Relief of Pain and Infection
Kondisi-kondisi ini memerlukan perawatan segera untuk
menghindari perkembangan penyakit. Kondisi berikut ini harus
ditangani dalam fase persiapan mulut ini:
• Potensi kondisi darurat seperti nyeri akut, abses, dll.
• Gigi karies dengan rasa sakit dan tidak nyaman.
• Gigi asimptomatik dengan lesi karies dalam digali dan diisi
dengan bahan restoratif menengah.
• Penyakit gingiva seperti ANUG, AHGS, abses gingiva, dll.
• Akumulasi kalkulus dan plak harus dihapus dan program
kebersihan gigi preventif harus dimulai dan dipantau
2. Oral Surgical Procedures
• Prosedur-prosedur ini harus dilakukan minimal enam minggu
sebelum membuat impression.
• Prosedur ini termasuk ekstraksi gigi dengan prognosis yang buruk,
pengangkatan akar sisa, pencabutan gigi yang impaksi dan malposisi
gigi parah, dll.
• Radiografi harus diambil untuk mendeteksi kista, tumor, eksostosis,
tori, hiperplasia, dll.
• Kelekatan otot dan frenulum harus diperiksa.
• Ridge harus dipalpasi untuk spikula bertulang dan ridge tajam, yang
harus dihilangkan atau dibulatkan.
• Jaringan lunak harus diperiksa terhadap lesi patologis.
• Kelainan bentuk dentofasial seperti bibir sumbing, dll. Yang harus
diperbaiki diobati dalam fase ini.
• Prosedur augmentasi Ridge dan ekstensi vestibular dilakukan jika
diperlukan.
3. Conditioning of Abused and
Irritated Tissues
Pasien harus dirawat untuk gejala-gejala berikut:
• Peradangan dan iritasi pada jaringan lunak di daerah bantalan
gigitiruan.
• Distorsi struktur anatomi normal seperti papilla insisivus,
rugae, dan retromolar pad.
• Sensasi terbakar pada sisa ridge, lidah, pipi dan bibir.
4. Periodontal Therapy
• Penghapusan faktor etiologi yang menyebabkan penyakit
periodontal. Ini termasuk profilaksis oral di mana kalkulus di
sekitar gigi diangkat. Prosedur lain seperti root planing dan
kuretase dilakukan untuk meningkatkan kesehatan gingiva.
Iritasi lokal seperti restorasi menggantung, impaksi makanan
harus dihilangkan.
• Penghapusan pocket periodontal dan peradangan gingiva
menggunakan operasi flap.
• Pembuatam arsitektur alveolar normal. Ini dilakukan dengan
reseksi atau rekonstruksi tulang.
• Pembentukan oklusi fungsional dengan bantuan coronoplasty.
• Instruksi kebersihan mulut dan terapi pemeliharaan.
5. Correction of Occlusal Plane
Bidang oklusal pada pasien edentulous sebagian biasanya tidak
merata. Hal ini disebabkan oleh supraeruption gigi yang
antagonis ruang edentulous, mesial migration dan tipping gigi
yang berdekatan dengan ruang edentulous.

cara memperbaiki :
• Enameloplasty
• Onlay
• Crowns
6.Correction of Malalignment
Gigi yang tidak selaras harus diperbaiki sebelum perawatan.
Malalignment menghasilkan tantangan berikut:
• OH yang buruk.
• Akses tidak memadai. Terutama akses ke permukaan
proksimal gigi yang padat.
• Kesulitan dalam membangun guide planes.
• Kesulitan dalam menentukan jalur path of insertion

cara memperbaiki :
• Orthodontic Realignment
• Enameloplasty
• Crowns
7.Splinting gigi
Beberapa gigi memiliki dukungan tulang alveolar yang
berkurang dalam kondisi kehilangan gigi sebagian. Dukungan
tambahan untuk gigi-gigi ini diperoleh dengan
1. Removable splinting.
2. Fixed Splinting.
3. Abutment overdenture.

Splint bisa removable atau fixed. Itu dapat terbuat dari bahan
yang kaku (kayu, logam, plester) atau fleksibel (kain, atau pita
perekat).
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan pendahuluan dan
rencana perawatan (lanjutan)

Rencana Perawatan
Aspek yang lebih signifikan dari perawatan desain gigi tiruan
sebagian lepasan adalah rencana perawatan yang tepat dan persiapan mulut
dan keakuratan hasil melalui proses pembuatan. Perlu diperhatikan desain
gigi tiruan tidak akan berhasil tanpa penyelesaian yang sangat teliti dan
prosedur klinis serta prosedur laboratorium.
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan pendahuluan dan
rencana perawatan (lanjutan)
Tahap rencana perawatan
Tahap Klinis Tahap Laboratoris
Cetak study model I. Pembuatan study model
Cetak work model
II. Sendok cetak individu
Try in base plate akrilik
Tentukan MMR + CRR III. Pembuatan work model
- Fiksasi bite rim RA dan RB IV. Survey model
Try in, check overbite, overjet, median line, estetis dan fonetik
V. Membuat cangkolan
Try in, check overbite, overjet, oklusi, estetis, fonetik, retensi dan
stabilisasi VI. Pembuatan basis malam

Preminary Insertion, check VII. Pembuatan basis akrilik


- Oklusi VIII. Prosessing
- Retensi
IX. Try in base plate
- Stabilisasi
- Remounting/pemasangan gigi tiruan X. Menentukan gigitan kerja
- Instruksi pasien XI. Cetak
Kontrol, lakukan
XII. Model ditransfer ke articulator
- Pemeriksaan subyektif
- Pemeriksaan obyektif XIII. Penyusunan gigi RA/RB
- Final remounting XIV. Proses pembuatan akrilik sampai polis, GTSL siap dipasang
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencetakan
dalam pembuatan GTSL

Pencetakan
1. Pencetakan Anatomis
Pencetakan anatomis dilakukan sebelum preparasi mulut dengan
menggunakan bahan irreversible hidrokolloid. Sendok cetak harus dipilih
dengan ukuran 4-5 mm lebih besar dari ukuran rahang yang akan dicetak.
Sendok cetak ini ada yang berlubang dan tidak berlubang, sesuai dengan bahan
cetaknya. Jenis sendok cetak menurut bagian rahang yang akan dicetak
meliputi normal stock tray untuk kehilangan gigi paradental, depressed anterior
tray untuk kasus Klas I Kennedy dan sendok cetak untuk sebagian rahang.
Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan dental stone dan dilakukan
trimming untuk mendapatkan model studi.
2. Pencetakan Fisiologis
Pencetakan fisiologis dilakukan setelah preparasi mulut berfungsi
untuk mendapatkan model kerja. Pada GTSL indikasi untuk pencetakan
fisiologis adalah gigitiruan dengan perluasan distal terutama untuk lengkung
rahang Klas I dan Klas II Kennedy. Sendok cetak fisiologis dibuat dari bahan
resin akrilik swapolimerisasi atau visible light cured resin akrilik.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencetakan
dalam pembuatan GTSL (lanjutan)

• Sendok Cetak Fisiologis


Buat outline pada model rahang atas dan bawah sesuai dengan
batas sendok cetak fisiologis. Setelah itu selembar baseplate wax dilapiskan
pada model di atas permukaan linggir edentulus dan daerah palatal dan 2
lembar baseplate wax dilapiskan di atas gigi-geligi yang berfungsi sebagai
spacer. Wax spacer harus 2 mm lebih pendek dari outline sendok cetak
yang telah ditentukan pada daerah tidak bergigi dan 1 mm lebih pendek
pada daerah bergigi untuk proses border molding. Wax spacer tidak
menutupi daerah posterior palatal seal pada rahang atas dan buccal shelf
pada rahang bawah, sehingga sendok cetak fisiologis yang dihasilkan akan
berkontak dengan mukosa daerah tersebut yang berfungsi sebagai pedoman
untuk menempatkan sendok cetak pada posisi yang benar di rongga mulut.
Buka bagian incissal edge pada gigi insisivus sentral sebagai stopper pada
bagian anterior.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencetakan dalam
pembuatan GTSL (lanjutan)
(a) (b)

Outline sendok cetak fisiologis (a)Rahang atas dan (b) Rahang bawah
( a) ( b)

Wax spacer dilapiskan pada model di atas permukaan linggir


edentulus , daerah palatal dan di atas gigi - geligi. Wax spacer tidak
menutupi daerah posterior palatal seal. (a) Rahang atas (b) Rahang bawah

Resin akrilik swapolimerisasi diadaptasikan ke model menutupi spacer, sampai batas outline
yang telah ditentukan dengan ketebalan merata sekitar 2-3 mm dan buat tangkai dari resin
akrilik untuk memudahkan dalam melakukan pencetakan. Setelah mengeras, lepascan
sendok cetak fisiologis dari model, sempurnakan tepi sendok cetak dan dicobakan ke dalam
mulut pasien.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencetakan dalam
pembuatan GTSL (lanjutan)

(a)

Resin akrilik swapolimerisasi yang diadaptasikan pada model menutupi wax spacer hingga
batas outline. (a) Rahang atas (b) Rahang bawah
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencetakan dalam
pembuatan GTSL (lanjutan)
• Border Molding
Prosedur border molding dilakukan pada daerah edentulus untuk
membentuk tepi yang cocok dengan gerakan fisiologis dari struktur anatomi
pembatas gigitiruan, dengan menggunakan green stick compound dan wax spacer
masih berada pada sendok cetak selama prosedur border molding berlangsung.
Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari
permukaan dalam sendok cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round
bur nomor 8 berjarak 5 mm kecuali pada daerah groove alveolar apabila akan
dilakukan pencetakan dengan bahan irreversible hidrocolloid.

Sendok cetak fisiologis yang telah selesai dibuat. Terdapat lubang pada permukaan
sendok cetak fisiologis
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencetakan dalam
pembuatan GTSL (lanjutan)

• Teknik Mencetak
1. Teknik mukokompresi: jaringan lunak mulut di bawah penekanan.
pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas
tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan kea rah mukosa di bawahnya. Bahan
cetak yang digunakan adalah bahan cetak silikon dan polyether.
2. Teknik mukostatis: jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat.
Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas
yang sangat rendah, dimana hanya sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan,
sehingga pada keadaan ini sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi pergerakan
dari mukosa. Bahan cetak yang digunakan adalah irreversible hidrokolloid.
Teknik pencetakan ganda umumnya dilakukan pada pencetakan
fisiologis, dengan mengkombinasikan teknik mukokompresi saat melakukan
pencetakan pertama untuk menghasilkan cetakan yang akurat pada daerah
linggir tidak bergigi dan pencetakan kedua dengan teknik mukostatis pada
daerah bergigi.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang surveying dalam
menentukan POI
Surveying adalah prosedur penentuan lokasi dan outline dari kontur
dan posisi gigi-geligi penahan dan jaringan sekitarnya pada suatu model rahang
sebelum kita membuat desain suatu geligi tiruan.
Guna surveying adalah untuk menentukan path of insertion yang
terbaik untuk suatu geligi tiruan yang sedang dibuat, serta menandai garis-garis
survey pada permukaan gigi dan jaringan sekitar untuk membantu dalam
membuat desain yang cocok buat geligi tiruan tersebut.
Alat yang digunakan namanya surveyor. Dental surveyor adalah suatu
alat yang digunakan untuk menentukan kesejajaran relatif dari dua atau lebih
permukaan gigi atau bagian-bagian lain dari model rahang. Dan tipe surveyor
yang umum digunakan adalah The Ney Surveyor.
Bagian-Bagian The Ney Surveyor
• PlatformPlat dasar, pada bagian ini model/basis dapat digerakkan.
• Vertical Arm/ Lengan Vertikal Bagian ini mendukung bagian-bagian atas
lainnya dan digunakan untuk menyesuaikan tinggi tools surveyor terhadap
model dengan bergerak secara vertikal. Jika sudah menemukan tinggi yang
pas, bisa dilakukan penguncian dengan penahan yang ada di lengan vertikal.
• Horizontal Arm/ Lengan HorizontalTempat tergantungnya alat-alat untuk
mensurvey. Bagian di dekat vertical arm yang bisa digerakkan secara
horizontal agar bisa menyesuaikan pergerakkan mengikuti lengkung gigi
saat dilakukan surveying.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang surveying dalam
menentukan POI(lanjutan)
• Vertical SpindleTongkat vertikal yang terhubung dengan horizontal arm yang
mana vertical spindle ini juga akan berhubungan dengan alat untuk mensurvey.
• Model Table dan Cast HolderMeja yang terdapat klem sebagai penahan model
saat dilakukan surveying.
• Basis Meja ModelTempat meja model bergerak dengan menggunakan sendi
peluru.
• Surveying ToolsAlat-alat yang digunakan untuk melakukan surveying di pasang
di ujung vertical spindle. Alat-alat tersebut yaitu:
- Analyzing Rod : Berbentuk seperti silinder lurus. Gunanya untuk
menentukan kesejajaran dan menganalisa ada atau tidaknya undercut.
- Undercut Gauges : Untuk mengukur kedalaman daerah gerong
(undercut) gigi. Tools ini mempunyai 3 jenis ukuran yaitu 0,01; 0,02; 0,03.
Dimana makin besar penampang maka ukurannya akan kecil.
- Carbon Maker dan Metal Shield for Carbon : Isi pensil yang
digunakan untuk memperoleh garis ketinggian kontur permukaan gigi
sandaran atau untuk menandai garis/undercut di model. Isi pensil
dimasukkan ke metal shield sebagai pegangannya yang dipasang di
vertical spindle.
- Trimmer : Alat ini digunakan untuk merapikan block out menggunakan gips
maupun wax.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang surveying dalam
menentukan POI(lanjutan)
Prosedur Survey Model :
1. Letakkan model di atas meja peninjau dan kunci penjepit model, model
harus sejajar dengan permukaan oklusal gigi/ zero tilting.
2. Analisis model. Analyzing rod dipasang pada sheath. Meja peninjau
digerakkan dalam arah horizontal di atas basis horizontal, dan lihat apakah
terdapat daerah undercut retentif pada gigi penyangga yang akan
digunakan untuk meletakkan cangkolan sekaligus untuk melihat arah
pemasangan gigitiruan/ path of insertion.
3. Pemiringan model. Jika posisi zero tilting tidak didapatkan undercut
retentif, lakukan pemiringan model dalam arah anteroposterior atau
lateral.
4. Penentuan garis survey/ lingakaran terbesar dengan menggunakan
surveyor.
- Gerakkan meja peninjau, posisi gigi dalam keadaan tetap kontak
dengan pensil pencatat/ carbon maker tanpa tekanan.
- Gerakkan carbon maker mengelilingi gigi sehingga tergambar garis
survei pada sekeliling gigi penyangga, sehingga diperoleh daerah
undercut dan daerah non undercut.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang surveying dalam
menentukan POI(lanjutan)

5. Penentuan batas bukal basis gigi tiruan, dilakukan dengan


menggunakan surveyor, tandai dengan pensil pencatat sesuai dengan posisi
model pada meja survey.
6. Penentuan daerah yang akan diblock. Daerah yang akan diblock adalah
seluruh daerah gerong pada gigi dan jaringan lunak yang akan
menghalang pemasangan dan pelepasan gigi tiruan yaitu di bawah garis
survei/ lingkaran terbesar.
7. Cara blocking out (bisa pakai wax atau gips putih)
- Model masih berada pada meja peninjau
- Daerah yang akan diblock tutup dengan gips putih, sesuai dengan
batas yang telah ditentukan.
- Kelebihan gips putih dibuang dengan trimmer.
8. Pencatatan posisi model/ tripodding pada meja peninjau.
9. Pencatatan arah pemasangan pada permukaan lateral model.
4. Mahasiswa mampu memahami da menjelaskan tentang penentuan oklusi
dan hubungan rahang

Hubungan rahang disebut juga dengan relasi vertikal/dimensi


vertikal. Relasi vertikal ada dua, yaitu :
1. Relasi vertikal posisi istirahat : adalah suatu hubungan rahang atas
dimana otototot membuka dan menutup mulut dalam keadaan
seimbang. Relasi vertikal ini diukur pada waktu rahang bawah dalam
keadaan istirahat fisiologis.
2. Relasi vertikal oklusi : adalah suatu hubungan rahang bawah terhadap
rahang atas, gigi geligi atau oklusal rim dioklusikan. Relasi vertikal ini
diukur sewaktu gigi dalam oklusi sentrik.
Selisih antara relasi vertikal posisi istirahat dengan relasi vertikal
oklusi disebut dengan FREE WAY SPACE yang dlam keadaan normal
berkisar antara 2-4 mm. Yang dimaksud dengan FREE WAY SPACE adalah
celah yang terdapat antara rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan
istirahat yang merupakan selisih antara relasi vertikal istirahat dan relasi
vertikal oklusi.
4. Mahasiswa mampu memahami da menjelaskan tentang penentuan oklusi dan
hubungan rahang (lanjutan)

Cara menentukan relasi vertikal :


• Pembuatan basis gigi tiruan dan bite rim
- Bahan basis : Shellac Base Plate atau Malam
- Bahan oklusal rim : Malam
- Guna basis : untuk tempat meletakkan oklusal rim
Guna oklusal rim :
a. Untuk menentukan dataran oklusal dan relasi vertikal dari penderita
b. Untuk tempat penyusunan gigi
c. Untuk mengembalikan profil penderita

P enentuan hubungan rahang dengan bantuan basis dan oklusal rim


4. Mahasiswa mampu memahami da menjelaskan tentang penentuan oklusi
dan hubungan rahang (lanjutan)

Cara pengukuran relasi vertikal:


1. Relasi vertikal posisi istirahat
a. Tentukan dua titik pada wajah penderita sejajar dengan median line, yaitu
pada dagu dan di atas bibir/hidung. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan rol dan kaliper.
b. Pasien disuruh menghiting satu hingga sepuluh serta mempertahankan
posisi rahangnya pada hitungan ke sepuluh, pada saat tersebut jarak kedua
titik diukur.
c. Kemudian penderita disuruh mengucapkan beberapa kata yang berakhiran “
S “ dan diukur kembali jarak kedua titik tersebut.
d. Seterusnya penderita disuruh menelan dan dalam keadaan rileks dilakukan
pengukuran yang ketiga.
Apabila jarak ketiga pengukuran tersebut sama, inilah merupakan
relasi vertikal posisi istirahat.
4. Mahasiswa mampu memahami da menjelaskan tentang penentuan oklusi
dan hubungan rahang (lanjutan)
2. Relasi vertikal oklusi
Pengukuran dilakukan setelah oklusal rim diletakkan dalam mulut
penderita. Oklusal rim rahang atas dimasukkan, kemudian perhatikan
kembali bentuk wajah penderita apakah sudah sesuai dengan ekspresi
normal dari penderita. Kemudian masukkan oklusal rim rahang bawah,
pasien disuruh menghentikan rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan
sentrik oklusi, ukur kembali jarak antara kedua titik tersebut, akan
berkurang 2-4 mm dari jarak relasi vertikal posisi istirahat. Inilah yang
disebut jarak relasi vertikal oklusi.
Perbedaan penentuan relasi vertikal/relasi sentrik antara pembuatan gigi
tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian lepasan :
• Paga gigi tiruan penuh : relasi vertikal ditentukan terlebih dahulu,
kemudian relasi sentrik ditentukan.
• Pada gigi tiruan sebagian lepasan : Jika oklusal stop masih ada, relasi
vertikal dan relasi sentrik ditentukan sekaligus yaitu : pasien disuruh
menggigit dalam keadaan sentrik oklusi. Jika oklusal stop tidak ada,
relasi vertikal ditentukan terlebih dahulu, kemudian relasi sentrik (sama
dengan pembuatan gigi tiruan penuh).
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan
penyusunan anasir
Anasir gigitiruan merupakan bagian dari GTSL yang berfungsi
mengantikan gigi asli yang hilang. Dalam pemilihan dan penyusunan anasir
gigitiruan anterior maupun posterior ada faktor-faktor yang harus diperhatikan
yaitu mengenai ukuran, bentuk, warna, bahan, jenis kelamin, umur serta inklinasi
dari anasir gigitiruan dapat memenuhi fungsinya.
• Pemilihan Anasir Gigitiruan Anterior
Memilih gigi yang akan disusun pada kasus GTSL tidaklah begitu sulit,
khususnya pada kasus dengan kehilangan satu atau dua gigi. Bila gigi yang hilang
banyak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih anasir gigitiruan,
antara lain:
1. Ukuran gigi
a. Panjang gigi
Dalam menentukan panjang gigi, ada hal yang dapat dipakai sebagai
pedoman, yaitu posisi istirahat. Dalam keadaan istirahat tepi insisal gigi depan atas
kelihatan 2-3 mm, tetapi hal ini bervariasi secara individual tergantung dari umur
dan panjang bibir atas. Bagi pasien tua, umumnya tepi insisal gigi depan telah aus
sehingga mahkota klinis lebih pendek. Bila bibir atas panjang maka seluruh gigi
yang terlihat pada saat seseorang tertawa. Pada saat tertawa, panjang gigi akan
terlihat sampai 2/3.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan
penyusunan anasir (lanjutan)
b. Lebar gigi
Para pakar menganjurkan untuk menggunakan pedoman dalam
menentukan lebar gigi, antara lain :
• Lee, Boucher menganjurkan untuk menggunakan indeks nasal sebagai
pedoman yaitu: lebar dasar hidung sama dengan jarak antara puncak
kaninus rahang atas yang diukur secara garis lurus.

Garis alanasi melalui poros kaninus


5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan penyusunan
anasir (lanjutan)

• Sudut mulut
Sudut mulut dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk
menentukan letak tepi distal dari kaninus atas pada saat istirahat. Jarak
antara kedua sudut mulut sama dnegan lebar keenam gigi depan atas.

Hubungan sudut mulut dengan tepi distal kaninus


5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan penyusunan
anasir (lanjutan)

2. Bentuk gigi
Untuk menentukan bentuk gigi beberapa hal di bawah ini dapat
digunakan sebagai pedoman.
a. profil wajah
Menurut Leon Williams
Bentuk wajah ada hubungannya dengan bentuk gigi insisivus
sentral atas. Bentuk insisivus sentral atas sesuai dengan bentuk garis luar
wajah tetapi dalam arah terbalik.
Wajah dilihat dari depan : • Lancip/tapering
• Lonjong/ovoid
• Persegi/square
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan penyusunan
anasir (lanjutan)

Wajah dilihat dari samping:


• Cembung/convex • Lurus/straight • Cekung/concave

Perbedaan bentuk gigi pria (A) dan wanita (B)

Bentuk profil ini perlu diketahui untuk menyesuaikan antara lain :


- bentuk labial insisivus
- inklinasi labio palatal insisivus sewaktu penyusunan gigi depan
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan penyusunan
anasir (lanjutan)

b. Jenis kelamin
Menurut Frush dan Fisher, garis luar insisivus atas pada pria
bersudut lebih tajam (giginya berbentuk kuboidal), sedangkan pada wanita
lebih tumpul (giginya berbentuk spheroidal).

Perbedaan bentuk gigi pria (A) dan wanita (B)


Perbedaan kecembungan kontur labial ada kaitannya dengan
jenis kelamin. Pria mempunyai kontur labial yang datar dan wanita
cembung.

Kontur labial gigi anterior dengan permukaan cembung (A) dan datar (B)
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan penyusunan
anasir (lanjutan)

c. Umur
Bentuk gigi biasanya berubah dengan bertambahnya usia. Bentuk
tepi insisal pada usia tua telah mengalami keausan karena pemakaian.
3. Warna gigi
Pada pembuatan GTSL, untuk menentukan warna gigi yang akan
diganti dapat disesuaikan dengan warna gigi yang ada. Cahaya dapat
mempengaruhi pemilihan warna gigi. Usia dapat juga dipakai sebagai
pedoman. Usia tua, warna giginya lebih gelap dibanding usia muda.
4. Bahan anasir gigitiruan
Anasir gigitiruan biasanya terbuat dari :
• Akrilik
• Porselen
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan penyusunan
anasir (lanjutan)

• Pemilihan anasir gigi tiruan posterior


1. Ukuran gigi
a. Mesio distal
Pada kasus GTSL basis tertutup, ukuran mesio distal sudah
ditentukan oleh kedua gigi yang membatasi daerah edentulus.

Jarak mesio distal pada basis tertutup

Pada kasus dengan basis berujung bebas, ukuran mesio distalnya


diukur dari tepi distal gigi yang berdekatan dengan edentulus sampai mesial
dari retromolar pad.

Jarak mesio distal basis berujung bebas


5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan penyusunan
anasir (lanjutan)
b. Okluso gingival
Ukuran okluso gingival ditentukan oleh besarnya ruangan
interoklusal. Panjang anasir gigitiruan disesuaikan dengan gigi tetangganya
terutama gigi premolar, letak garis servikalnya harus sesuai dengan letak
garis servikal gigi tetangganya karena akan kelihatan pada waktu bicara
atau tertawa.
c. Buko lingual/palatal
Ukuran buko lingual/palatal yang telah disesuaikan dengan lebar
mesio distalnya sehingga bentuknya sebanding, tetapi pada kasus tertentu
misalnya pada kasus linggir alveolus yang datar diperlukan ukuran oklusal
yang sempit untuk mengurangi besarnya daya kunyah dan untuk memberi
tempat pada lidah.
2. Bentuk anasir gigitiruan posterior
Bentuk anasir gigitiruan posterior dibagi dua :
a. Gigi anatomik
Bentuk permukaan oklusal mempunyai tonjol-tonjol dengan sudut
tonjol yang beragam.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan penyusunan
anasir (lanjutan)
b. Gigi non anatomik
Permukaan oklusalnya merupakan bidang datar, biasanya gigi ini
digunakan untuk kasus dengan linggir datar untuk menghindari daya
horizontal pada waktu berfungsi.
Pertimbangan yang mendasar dalam pemilihan anasir gigitiruan
posterior untuk kasus GTSL adalah ukuran permukaan oklusalnya, makin
besar permukaan oklusal makin besar pula daya yang diterima jaringan
pendukung.
3. Warna
Anasir gigitiruan posterior warnanya harus disesuaikan dengan
gigi yang masih ada.
4. Bahan anasir gigitiruan
Bahan anasir gigitiruan posterior terbuat dari:
• Akrilik
• Porselen
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan penyusunan
anasir (lanjutan)

• PENYUSUNAN ANASIR GIGI TIRUAN ANTERIOR


Yang harus diperhatikan pada penyusunan anasir gigitiruan
anterior :
1. Inklinasi Labio Palatal
Anasir gigitiruan anterior disusun dengan inklinasi labio palatal
yang mengarah ke labial
a. Jika gigi depan yang hilang satu atau dua gigi, inklinasinya
disesuaikan dengan gigi yang ada.
b. Bila semua gigi depan hilang, inklinsai gigi yang disusun mengarah ke
labial dan harus dilihat juga dari arah samping/profil, agar gigi dapat
mendukung bibir dengan baik sehingga gigitiruan tersebut harmonis
dengan pasien.

Inklinasi labio palatal


5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan penyusunan
anasir (lanjutan)

2. Inklinasi Mesio Distal


Inklinasi masio distal harus diperhatikan karena penyusunan
anasir gigitiruan anterior menyangkut segi estetis dan disamping itu
penyusunannya harus mengikuti lengkung rahang.

Inklinasi meso distal


3. Hubungan dengan gigi antagonis
Untuk gigi anterior, hubungan dengan gigi antagonisnya harus
diperhatikan yaitu :

Overbite dan overjet gigi anterior


5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemilihan dan penyusunan
anasir (lanjutan)

Overbite dan overjet berkisar antara 1-2 mm. overbite dan overjet
ada hubungannya dengan pengucapan huruf konsonan misalnya huruf “ f ”
dimana tepi insisal gigi atas hampir kontak dengan bibir bawah.
• PENYUSUNAN ANASIR GIGI TIRUAN POSTERIOR
Penyusunan anasir gigitiruan posterior harus mengikuti aturan sebagai
berikut :
1. Tepat di atas linggir alveolus
2. Mengikuti lengkung rahang
3.Disesuaikan dengan permukaan oklusal gigi antagonis sehingga diperoleh
oklusi yang harmonis antara gigi asli dengan anasir gigitiruan atau antar
anasir gigitiruan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai