klamer:
- Akarnya panjang
digunakan
3. Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus alveolaris, gigi yang
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi yang
letaknya sejajar
Tahapan pembuatan desain gigi tiruan merupakan salah satu tahap penting dan
salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi tiruan.
Desain yang baik dapat mencegah terjadinya kerusakan jaringan mulut akibat
jawabkan. Terdapat empat tahap pembuatan desain gigi tiruan sebagian, yaitu:
Menentukan daerah tak bergigi pada suatu lengkung gigi dapat bervariasi,
dalam hal panjang, macam, jumlah dan letaknya. Semua ini akan
c. Mucosa and tooth: dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi dan mukosa.
gigi tiruan. Terdapat dua macam jenis retainer yang dapat digunakan sesuai
dan pasifitas.
dari garis fulkrum tempat gaya tadi bekerja. Retensi itu dapat berupa lingual
Ada dua jenis konektor yang dapat dipilih sesuai kebutuhan dan desain:
dari gigi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan komponenkomponen yang terdapat pada satu
sisi rahang dengan sisi yang lain atau
tergeseknya mukosa dan gingiva, tepi konektor utama cukup jauh dari
margin gingiva, tepi dibentuk membulat dan tidak tajam supaya tidak
diletakkan pada daerah embrasur gigi dan harus berbentuk melancip ke arah
gigi penyangganya
b) Prosedur dan tata klinis
PENATALAKSANAAN GTSL
Diawali dengan ndakan diagnosis
(suatu proses yang dilakukan untuk
menetapkan adanya suatu keadaan
yang dak wajar, meneli
abnormalitas serta menentukan
penyebabnya), dengan pencetakan
rahang yang
akan menghasilkan cetakan rahang.
Cetakan dicor dengan salah satu jenis
gips, dan akan menghasilkan
reproduksi posif berupa model
rahang
(cast).
Setelah itu, melakukan tahapan
preparasi mulut (mouth preparaon)
dengan perawatan dan penambalan
gigi
yang sudah karies, ndakan bedah
termasuk pencabutan gigi,perawatan
ortodonk, periodonk endodontk,
dan sebagainya.
Kemudian melakukan ndakan
persiapan selanjutnya berupa preparasi
gigi penahan untuk sandaran oklusal,
perubahan kontur gigi untuk
penempatan lengan cengkeram, dan
lain-lain.
Sebelum desain gigi ruan
ditetapkan, terlebih dahulu
dilakukan survei (surveying), yaitu
suatu prosedur
penentuan lokasi dan garis luar
(outline) dari kontur dan posisi gigi
penahan, serta jaringan mulut lainnya
pada model rahang.
Penentuan hubungan rahang atas dan
rahang bawah, dibutuhkan galengan
gigit, yaitu galangan atau tanggul
yang terbuat dari malam dan
diletakkan di atas basis. Pada tempat
bekas galengan malam ini, kemudia
disusun elemen gigi ruan.
Galengan gigit dimasukkan ke
dalam mulut, dan penderita diminta
untuk menutup mulutnya. Dengan cara
ini,
hubungan gigi diusahakan berada
dalam keadaan oklusi sentrik.
Setelah itu, model rahang dipasang
pada arkulator atau okludator.
Cengkeram, elemen ruan dan
lain-lain bagian protesa disusun
dan dibuat di atas model
sehingga
menghasilkan gigi ruan malam.
Gigi ruan malam lalu dicoba dalam
mulut dalam tahap percobaan dalam
mulut (try in).
Pengecekan faktor-faktor estek,
retensi, stabilitas, oklusal, arkulasi,
dan sebagainya.
Bila semua sudah baik dan betul,
gigi tuan malam lalu dicor dengan
resin akrilik.
Setelah proses laboratorium, seper
penanaman model dalam kuvet
(asking), penghilangan malam
(boiling
out), penanaman resin (packing),
pemasakan resin (curing), pelepasan
gigi ruan dari kuvet
(deasking),
sampailah tahap penyelesaian
(nishing), dan pemolesan
(polishing).
Pemasangan gigi ruan (ng
the denture
PENATALAKSANAAN GTSL
Diawali dengan ndakan diagnosis
(suatu proses yang dilakukan untuk
menetapkan adanya suatu keadaan
yang dak wajar, meneli
abnormalitas serta menentukan
penyebabnya), dengan pencetakan
rahang yang
akan menghasilkan cetakan rahang.
Cetakan dicor dengan salah satu jenis
gips, dan akan menghasilkan
reproduksi posif berupa model
rahang
(cast).
Setelah itu, melakukan tahapan
preparasi mulut (mouth preparaon)
dengan perawatan dan penambalan
gigi
yang sudah karies, ndakan bedah
termasuk pencabutan gigi,perawatan
ortodonk, periodonk endodontk,
dan sebagainya.
Kemudian melakukan ndakan
persiapan selanjutnya berupa preparasi
gigi penahan untuk sandaran oklusal,
perubahan kontur gigi untuk
penempatan lengan cengkeram, dan
lain-lain.
Sebelum desain gigi ruan
ditetapkan, terlebih dahulu
dilakukan survei (surveying), yaitu
suatu prosedur
penentuan lokasi dan garis luar
(outline) dari kontur dan posisi gigi
penahan, serta jaringan mulut lainnya
pada model rahang.
Penentuan hubungan rahang atas dan
rahang bawah, dibutuhkan galengan
gigit, yaitu galangan atau tanggul
yang terbuat dari malam dan
diletakkan di atas basis. Pada tempat
bekas galengan malam ini, kemudia
disusun elemen gigi ruan.
Galengan gigit dimasukkan ke
dalam mulut, dan penderita diminta
untuk menutup mulutnya. Dengan cara
ini,
hubungan gigi diusahakan berada
dalam keadaan oklusi sentrik.
Setelah itu, model rahang dipasang
pada arkulator atau okludator.
Cengkeram, elemen ruan dan
lain-lain bagian protesa disusun
dan dibuat di atas model
sehingga
menghasilkan gigi ruan malam.
Gigi ruan malam lalu dicoba dalam
mulut dalam tahap percobaan dalam
mulut (try in).
Pengecekan faktor-faktor estek,
retensi, stabilitas, oklusal, arkulasi,
dan sebagainya.
Bila semua sudah baik dan betul,
gigi tuan malam lalu dicor dengan
resin akrilik.
Setelah proses laboratorium, seper
penanaman model dalam kuvet
(asking), penghilangan malam
(boiling
out), penanaman resin (packing),
pemasakan resin (curing), pelepasan
gigi ruan dari kuvet
(deasking),
sampailah tahap penyelesaian
(nishing), dan pemolesan
(polishing).
Pemasangan gigi ruan (ng
the denture
Klasifikasi Kennedy
bergigi yang telah diusulkan dan digunakan hingga saat ini. Menurut Henderson
(1976), diperkirakan bahwa dalam suatu lengkung tunggal terdapat lebih dari
65.000 kombinasi gigi dan dan daerah tidak bergigi. Maka diperlukan sebuah
rahang tidak bergigi yang paling banyak diterima saat ini. Maka memacu pada
dr. Edward Kennedy pada akhir tahun 1925. Klasifikasi ini bertujuan untuk
sebagian menjadi empat golongan besar berdasarkan sadel dan free end. Selain itu
daerah tidak bergigi juga dibedakan dalam tipe yang terbentuk sebagai daerah
modifikasi.
Klas I : Daerah tidak bergigi bilateral yang letaknya pada bagian posterior dari
gigi asli yang masih tinggal pada bagian anterior (Bilateral free end)
Klas II : Daerah tidak bergigi unilateral pada bagian posterior dari gigi asli yang
Klas III.:.Daerah tidak bergigi unilateral dengan gigi asli yang tinggal pada bagian
Klas IV : Tunggal (single). Tetapi bilateral (memotong garis tengah), letak daerah
tidak bergigi pada daerah anterior saja, tetapi masih ada gigi pada
daerah posterior.