Anda di halaman 1dari 18

BLOK REMOVABLE PROSTHODONTIC & DENTAL REHABILITATION

RESUME

TAHAPAN AKHIR PEMBUATAN GTL DAN GTSL

Tutor :
drg. Pratiwi Nur Widianingsih, M.Biomed

Disusun oleh :
Raja Ronaldo Siregar (G1B017004)
Aldina Gusri (G1B017005)
Alfian Gilar Ramadhan (G1B017006)
Nadya Elsa Cahyaningrum (G1B017007)
Alfan Maulana Akbar (G1B018041)
Sabrina Annisa (G1B018042)
Kurnia Jelang Ramadian (G1B018043)
Nabella Deby Ramadhani (G1B108044)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2021
I. Procesing, Deflasking, Finishing, Polishing & Insersi Control GTSL
A. Procesing GTSL
Pencetakan rahang adalah bentuk negatif dari seluruh jaringan
pendukung geligi tiruan. Setelah dicor, maka akan didapatkan bentuk
positif dari rahang, model rahang Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
merupakan bagian prosthodonsia yang menggantikan satu atau beberapa
gigi yang hilang dengan gigi tiruan yang di dukung oleh gigi mukosa
atau kombinasi gigi mukosa yang dipasang dan dilepas oleh pasien.
GTSL mempermudah pemakai dalam perawatannya (Rachman A,2007).

Gambar 1. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Sumber : (Rachman A, 2007)

1. Persiapan model kerja Menurut Itjiningsih, syarat model kerja yang


baik ialah bersih dari nodul dan batas anatomi terbentuk jelas untuk
mempermudah saat pembuatan protesa.
2. Desain geligi tiruan, bersihkan model dari sisa-sisa gips dan buat
desain geligi tiruan yang akan dibuat, membuat garis median denture
out line. (Dewi R.M, 2015:14)
3. Perencanaan dimensi vertical dan oklusi sentries, pasien yang
kehilangan sebagian giginya berarti sudah kehilangan bidang oklusi,
tinggi gigitan atau dimensi vertical, oklusi sentrik. Ketiga hal ini
harus kita cari saat membuat geligi tiruan dengan media tanggul
gigitan, galangan gigit atau bagian noklusal bite trim. (Gunadi; dkk,
1991:101).
4. Memilih gigi, pada kasus pasien ompong, memilih gigi berpedoman
pada bentuk wajah, jenis kelamin dan umur pasien untuk
menentukan warna dan tingkat keaausanya, sedangkan ukuran gigi
disesuaikan dengan garis orientasi pada tangul gigitan. (Gunadi; dkk,
1995:381).
5. Penyusunan gigi, penyusunan gigi dilakukan diatas malam/ wax.
(Itjingningsih, 1991:51).
6. Conturing, setelah bentuk kontur geligi tiruan dipendam dalam
kuvet.
7. Penanaman model pada okludator Okludator merupakan alat yang
digunakan untuk menirukan gerakan oklusi sentris.Tujuan
penanaman model pada okludator ini untuk membantu dalam proses
penyusunan elemen gigi tiruan. Penanaman okludator yang baik
ialah sesuai dengan bentuk oklusi, garis median okludator sejajar
dengan bidang datar (Pratiwi, 2016:15).
8. Packing, proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik.
9. Procesing, polimerasi antara monomer yang bereaksi dengan
polimernya bila dipanaskan atau ditambahakan zat kimia. (Dewi
R.M,2015:25)

B. Deflasking
Deflasking merupakan suatu proses melepaskan protesa gigi
tiruan resin akrilik dari kuvet dan bahan tanamnya yaitu dengan cara
memotong gips sehingga dapat dikeluarkan secara utuh (Itjingningsih,
2013). Tahapannya adalah kuvet dibuka dengan cara memisahkan bagian
atas dan bawah setelah kuvet dingin, lalu protesa yang tertanam pada
gips dikeluarkan dari kuvet, kemudian bahan tanam atau gips yang
menempel dibuang dengan menggunakan tang gips secara perlahan dan
hati-hati agar protesa tidak patah (Oktavia, 2019).
Gambar 2. Membuka kuvet
Sumber : (Oktavia, 2019)

Gambar 3. Deflasking
Sumber : (Oktavia, 2019)

C. Finishing polisihing
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dengan bahan basis akrilik
pada tahap akhirnya diperlukan finishing dan polishing untuk
menghasilkan bentuk gigi tiruan yang halus dan mengkilap. Permukaan
gigi yang halus dan mengkilap dapat mencegah penumpukan sisa
amakanan sehingga lebih mudah dibersihkan. Selain itu, permukaan yang
tidak halus dapat mengganggu kenyamanan dari pasien (Itjiningsih, 2015;
Combe, 1992).
Basis gigi tiruan akrilik dapat dihaluskan dengan cara membuang
guratan-guratan dan daerah kasar dengan alat-alat berbahan abrasif. Bahan
abrasif berperan dalam mengikis permukaan atau grinding. Beberapa alat
yang dapat digunakan pada tahap finishing dan polishing adalah pumice
dengan menggunakan alat feltcone dan sikat hitam (Wahyuni dan Elina,
2018).
Tahapan pada finishing meliputi:
1. Kurangi dan hilangkan bagian-bagian tidak diperlukan (bagian
berlebih) dari akrilik. Pengurangan dapat dilakukan menggunakan
carbide bur

Gambar 3. Proses finishing menggunakan bur carbide


Sumber: https://youtu.be/i9wBDtolxjY

2. Pengurangan akrilik pada bagian gingival, dibentuk sesuai dengan


kontur gigi.

Gambar 4. Pengurangan akrilik pada bagian gingival


Sumber: https://youtu.be/i9wBDtolxjY
3. Pengurangan akrilik pada bagian interproksimal dapat dilakukan
menggunakan separating disc bur. Hal ini bertujuan agar bur dapat
menjangkau area yang sempit
Gambar 5. Pengurangan akrilik pada bagian interproksimal
Sumber: https://youtu.be/i9wBDtolxjY
Menurut Carr dan Brown (2016), area yang harus dilakukan
polishing pada gigi tiruan sebagian lepasan adalah area tepi pada basis,
permukaan fasial, dan area gigi dan sekitarnya. Tahapan-tahapan dalam
polishing dibagi menjadi berikut:
1. Polishing dilakukan menggunakan felt cone bur. Sebelumnya
oleskan bahan pasta kryet pada felt cone bur

Gambar 6. Polishing menggunakan felt cone bur


Sumber: https://youtu.be/SGHRF9USVPE
2. Setelah dilakukan polishing menggunakan pasta kryet, dilanjutkan
polishing menggunakan pasta pumice
Gambar 7. Polishing menggunakan felt cone bur dan pasta pumice
Sumber: https://youtu.be/SGHRF9USVPE

3. Polishing diteruskan sampai didapatkan permukaan yang halus dan


mengkilap

D. Insersi control
1. Insersi
Insersi merupakan suatu proses pemasangan gigi tiruan
sebagian lepasan yang sudah siap kedalam rongga mulut pasien.
Sebelum proses ini dilakukan dokter gigi perlu memeriksa kembali
apakah gigi tiruan tersebut sudah dibuat dengan baik dan sesuai
dengan keadaan rongga mulut pasien. Hal – hal yang perlu
diperhatikan, seperti :
a. Pemeriksaan komponen gigi tiruan
Pemeriksaan komponen gigi tiruan dilakukan terhadap
beberapa komponen, yaitu apakah retainer maupun oklusal rest
sudah berada pada posisi yang seharusnya, bagian fitting surface
yang sesuai dengan keadaan mukosa dan tidak ada bagian yang
kasar, bagian perifer dan relief yang membulat dan harus tidak
ada yang bersudut ataupun tajam.
b. Pemeriksaan adaptasi
Pemeriksaan adapatasi gigi tiruan dilakukan dengan
cara menekan-nekan bagian kanan, kiri, depan dan belakang
gigi tiruan dari arah oklusal untuk melihat apakah ada yang
terungkit atau bergoyang. Apabila terdapat bagian yang
terungkit maka dapat dikatakan bahwa gigi tiruan belum
memiliki adaptasi yang baik sehingga perl untuk dilakukkan
perbaikan kembali (relining).
c. Pemeriksaan retensi
Pemeriksaan retensi dilakukan dengan mencoba
melepaskan gigi tiruan dengan tekanan yang ringan serta dengan
melakukan simulasi mengunyah dengan menggerakkan otot
bibir dan pipi.
d. Pemeriksaan stabilisasi
Pemeriksaan stabilisasi dapat dilakukan dengan cara
menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara
bergantian hingga tidak ada lagi pergerakan yang terjadi.
Pemeriksaan ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan
kertas artiklasi. Caranya dengan meletakkan kertas artikulasi
dibagian oklusal kemudian pasien diintruksikan untuk
menggerakkan rahang bawah kearah kanan dan kiri, apabila
terdapat hasil teraan yang tidak merata berarti terdapat sankutan
yang akan mengganggu stabilitas gigi tiruan tersebut.
e. Pemeriksaan oklusi
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan menggunakan
kertas artiklasi yang diletakkan diantara gigi atas dan bawah
kemudian pasien diintruksikan untuk melakukan gerakan
mengunyah.
f. Pemeriksaan estetik dan fonetik
Apabila hal – hal diatas sudah baik dan sesuai maka dokter
gigi dapat melakukan insersi gigi tiruan kedalam rongga mulut
pasien dan memberikan edukasi kepada pasien berupa :
a. Mengajarkan pasien cara memasang dan melepaskan gigi tiruan
b. Edukasi untuk menjaga kebersihan gig tiruan dan rongga mulut
pasien
c. Edukasi pasien untuk menggunakan gigi tiruan tersebut setiap
hari agar terdapat adaptasi yang baik antara gigi tiruan dan
rongga mulut
d. Intruksikan pasien untuk melepaskan gigi tiruan pada malam
hari dan rendam pada air yang dingin dan bersih. Melepas gigi
tiruan pada malam hari ini berfungsi untuk memberikan
kesempatan pada jaringan pendukung gigi untuk istirahat.
e. Edukasi pasien untuk menghindari makanan yang kerasa dan
lengket serta rutin untuk melakukan kontrol ke dokter gigi.
2. Kontrol
a. Kontrol Pertama
Setelah gigi tiruan di insersikan pasien diminta untuk
melakukan kontrol pertama seminggu setelah insersi dilakukan.
Kontrol ini dilakukan untuk melihat adaptasi dari gigi tiruan
tersebut dengan melakukan pemeriksaan secara subjektif dan
objektif. Pemeriksaan subjektif dilakukan dengan melakukan
menanyakan ada tidaknya keluhan ketika menggunakan gigi
tiruan tersebut (anamnesa), sedangkan pemeriksaan objektif
dilakukan dengan memeriksa langsung rongga mulut pasien
b. Kontrol kedua
Kontrol kedua dilakukan apabila pada kontrol pertama
terdapat perbaikan pada gigi tiruan yang digunakan pasien.
Kontrol dilakukan seminggu setelah kontrol pertama untuk
melihat adaptasi dari gigi tiruan yang sudah diperbaiki pada
kontrol pertama.
c. Kontrol rutin
Kontrol rutin dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk
melihat apakah terdapat gangguan pada rongga mulut pasien
karena penggunaan gigi teriun, apakah terdapat perubahan pada
anatomis rongga mulut, serta untuk melihat adaptasi dari gigi
tiruan tersebut.

II. Processing, deflasking, finishing, polishing & insersi control GTL


A. Processing
Tahapan akhir processing GTL dilakukan di laboratorium dental.
Model malam yang telah dipasang gigi dan dilakukan contouring
kemudian diproses di dalam laboratorium untuk dibuatkan resin akrilik
dari model malam yang sudah disiapkan. Langkah-langkah processing
yang dilakukan diantaranya yaitu flasking, dewaxing, packing, dan curing.
B. Flasking
Flasking pada pembuatan GTL allacrylic menggunakan kuvet
yang berukuran besar. Sebelum ketahap flasking, aplikasikan CMS
(could mould seal) pada cuvet. Letakkan model malam dan model kerja
gips di dalam cuvet bagian bawah untuk menentukan letak posisi pada
saat ditanam nantinya. Masukkan gips plaster tipe 1 ke dalam kuvet
bagian bawah tersebut, kemudian tanamkan model malam dan model
kerja ke dalam gips. Rapikan area di tepian cuvet agar tidak tertutup
dengan gips karena untuk penguncian cuvet harus metal to metal ruang
preparasi pada malam diisi dengan menggunakan dental stone. Pasang
cuvet bagian atas, kemudian isikan dengan gips dental stone. Setelah
terisi penuh, pastikan bagian oklusal dan insisal tidak tertutup dengan
gips. Aplikasikan CMS pada gips saja, tidak perlu sampai pada ke anasir.
Tanam kembali cuvet dengan gips dental stone hingga penuh, kemudian
tutup dengan
C. Packing
Packing merupakan proses mencampur monomer dan polimer.
Sebelum dilakukan proses packing, mould space diulasi CMS hal ini
bertujuan untuk memudahkan protesa terlepas dari gips yang telah diaduk
sebelumnya saat proses deflasking. Kemudian dilakukan pengisian
mould space dengan akrilik yang disebut dengan tahap packing.
Masukkan resin akrilik heat cured dengan perbandingan 3:1. Tahapan
memasukkan resin akrilik yaitu pada saat dough stage. Tekan cuvet
hingga resin akrilik yang berlebih keluar dari cuvet, lalu bersihkan
kelebihan resin akrilik tersebut. Buka kembali cuvet, pastikan resin
akrilik sudah sesuai dengan model kerja. Tekan cuvet hingga dapat
terfiksasi dengan baik. Proses packing yang digunakan adalah dengan
metode kering (dry method), yaitu bubuk akrilik ditaburkan diatas
monomer. Pada proses packing ini digunakan bubuk akrilik dengan
warna A3.
D. Curing/Processing
Proses curing adalah saat proses perebusan akrilik, kuvet yang
telah di press pada handpress dimasukan kedalam panci yang berisikan
air Rebus cuvet dalam air dengan suhu 74°C selama 2 jam, kemudian
dilanjutkan pada air dengan suhu 100°C selama 1 jam. Setelah sudah
pada batas waktu yang ditentukan matikan api, kuvet dibiarkan dan
didinginkan, kemudian ketahap deflasking.
E. Deflasking
Deflasking merupakan tahapan untuk melakukan pelepasan gigi
tiruan dari cuvet dengan cara membuka gips yang mengeras dari
cuvetnya. Bisa menggukan gergaji atau dipatahkan. Tahap berikutnya
adalah reparasi, yaitu proses perbaikan gigi tiruan yang mengalami
kerusakan, retensi dan stabiliasi yang rusak agar menjadi baik kembali.

gambar 8. deflasking
sumber: https://www.youtube.com/watch?v=iuFo56iYAnA

F. Remounting dan Selective Grinding


Remounting merupakan tahap pemasangan kembali pada
artikulator guna melihat ada atau tidaknya peninggian gigitan.
Sedangkan selective grinding merupakan tahap pengurangan gigi
untuk mendapatkan oklusi yang seimbang.

Tahap remounting dan selective grinding, sebagai berikut:

1. dipasang kembali ke artikulator untuk melihat terjadi peninggian


atau tidak

Gambar 9. a. Remounting Rahang Atas; b. Remounting


Rahang Bawah
Sumber: (Rachman A, 2007)

2. Dilakukan pada rahang atas terlebih dahulu, kemudian


dilanjutkan pada rahang bawah.
3. Melakukan pengurangan dengan hukum “BULL” (buccal upper
lingual lower) yaitu mengasah di bagian bukal untuk rahang atas
dan lingual untuk rahang bawah

Gambar 10. Selective Grinding


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=k3RJxvoTDac&t=58s

G. Finishing
Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah penyelesaian gigi tiruan
atau finishing. Tahap penyelesaian gigi tiruan, sebagai berikut:

1. Kelebihan akrilik pada bagian tepi protesa dikurangi dengan


menggunakan mata bur frezzer.
2. Bagian disekitar elemen gigi tiruan dan interdental yang masih
terdapat nodul/porus serta sisa gips dikurangi dan dibersihkan
dengan mata bur fissure dan round.
3. Bagian tepi dibuat bulat agar tidak tajam menggunakan mata
bur stone.
4. Akrilik di amplas dan dihaluskan menggunakan amplas kasar
dan halus dengan mandrill.

Gambar 11. Proses Finishing


Sumber: https://www.youtube.com/watch?
v=NJcCl2r3olQ&t=40s

H. Polishing
Tahap terakhir dari pembuatan gigi tiruan lengkap adalah
polishing. Tahap polishing sebagai berikut:
1. Protesa dipoles dengan sikat hitam dan pumice untuk menghilangkan
goresan pada protesa

Gambar 12. Menghilangkan Goresan pada Protesa


Sumber: https://www.youtube.com/watch?
v=NJcCl2r3olQ&t=40s

2. Selanjutnya, memoles protesa dengan menggunakan CaCo3 agar


mengkilap
3. Kemudian, protesa dibersihkan dari bahan poles dengan sikat yang
bersih dibawah air mengalir

Gambar 13. Menghilangkan Goresan pada Protesa


Sumber: https://www.youtube.com/watch?
v=NJcCl2r3olQ&t=40s
4. Protesa sudah selesai dan didapat protesa yang halus, mengkilap dan
bersih

a. b.
Gambar 14 . a. Hasil Akhir bagian Bukal; b. Hasil Akhir bagian Labial
Sumber: https://www.youtube.com/watch?
v=NJcCl2r3olQ&t=40s

I. Insersi
Tahapan proses insersi adalah sebagai berikut :
1. Operator mempersiapkan alat dan bahan seperti diagnostic set,
articulating paper, pressure indicating pasta, dan gigi tiruan lengkap
yang akan diinsersikan pada rongga mulut pasien
2. Operator mencuci tangan dan menggunakan APD seperti gown,
masker, dan Handscone
3. Mempersiapkan posisi pasien pada dental unit
4. Melakukan pemeriksaan pada rongga mulut pasien kemudian
membersihkan rongga mulut pasien dan keringkan.
5. Insersi gigi tiruan lengkap kedalam rongga mulut pasien sesuai
dengan arah insersi gigi tiruan.
6. Melakukan pemeriksaan kembali estetik pada rongga pasien yaitu
pada dukungan bibir dan pipi pasien kemudian gigi rahang atas yang
pada umumnya tidak terlihat pada posisi istirahat
7. Memeriksa retensi gigi tiruan lengkap rahang atas dan rahang bawah
a. Pemeriksaan retensi pada sisi posterior dilakukan dengan menekan
gigi anterior kearah depan
b. Pemeriksaan retensi pada sisi anterior dilakukan dengan menarik
gigi tiruan kearah yang berlawanan dengan arah insersi, jika
terdapat tahanan maka retensi adekuat
8. Memeriksa stabilisasi gigi tiruan untuk memeriksa apakah terdapat
displacement Ketika pasien melakukan Gerakan seperti berbicara,
mengunyah, dan Gerakan fungsional lainnya.
9. Memeriksa artikulasi yaitu dilakukan dengan sevagai berikut :
a. Memeriksa dukungan bibir untuk melihat apakah terjadi perubahan
dimensi vertical dengan cara menginstrusikan pasien untuk
mengucapkan huruf labial sepeti b, p, dan m.
b. Memeriksa ketinggian gigi anterior rahang atas dengan cara
menginstruksikan pasien untuk mengucapkan huruf labiodental
yaitu f dan v.
c. Menginstruksikan pasien untuk mengucapkan huruf linguodental
yaitu t dan h,
d. Menginstruksikan pasien untuk mengucapkan huruf linguo alveolar
yaitu t,d,s, dan z untuk memeriksa apakah basis terlalu tebal dan
mempengaruhi artikulasi pasien.
e. Kemudian mengisntruksikan pasien untuk mengucapkan huruf s
dan normalnya lidah tidak menyentuh gigi anterior rahang atas.
10. Melakukan pemeriksaan oklusi dengan menggunakan articulating
paper, articulating paper di letakkan pada seluruh permukaan oklusal
gigi kemudian pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan seperti
membuka dan menutup mulut lalu menggerakkan rahang kearah
lateral. Kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui adanya
premature kontak atau tidak.
11. Operator mengajarkan cara memasang dan melepas gigi tiruan kepada
pasien yang dilakukan didepan cermin gar dapat dilihat oleh pasien.
Kemudian pasien diminta untuk mencoba memasang gigi tiruannya
sendiri tanpa bantuan operator.
J. Instruksi
1. Pasien diberi instruksi untuk menggunakan gigi tiruan secara terus
menerus selama 12-24 jam untuk mempercepat proses adaptasi
didalam rongga mulut
2. Pasien dihimbau untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan
kebersihan gigi tiruan
3. Menginstruksikan pada pasien untuk melepas gigi tiruannya pada
malam hari untuk memberikan kesempatan istirahat pada jaringan
pendukung gigi tiruan. Pada saat dilepas gigi tiruan di rendam air
bersih
4. Kemudian pasien diinstruksikan untuk menhindari makanan yang
keras dan lengket
K. Kontrol
1. Kontrol pertama dilakukan satu hari pasca pemasangan gigi tiruan.
Kontrol pertama dilakukan pemeriksaan subyektif untuk mengetahui
apakah terdapat keluhan pada pasien terkait penggunaan gigi tiruan
dan obyektif untuk mengevaluasi jaringan disekitar gigi tiruan apakah
terdapat peradangan atau tidak. Kemudian melakukan pemeriksaan
kembali retensi, stabilisasi, serta oklusi dari gigi tiruan.
2. Kontrol kedua dilakukan satu minggu setelah kontrol pertama.
Kontrol kedua dilakukan pemeriksaan subyektif untuk mengetahui
apakah terdapat keluhan pada pasien terkait penggunaan gigi tiruan
dan obyektif untuk mengevaluasi jaringan disekitar gigi tiruan apakah
terdapat peradangan atau tidak. Kemudian melakukan pemeriksaan
kembali retensi, stabilisasi, serta oklusi dari gigi tiruan.
3. Menginstruksikan kepada pasien untuk melakukan kujunjungan ke
dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=_VpdUbddi-4
DAFTAR PUSTAKA

Basker, R.M., Davenport J.C. dan Tomlin H.R, 1994, Perawatan Prostodontic
Bagi Pasien Tak Bergigi (Penerjemah Tati S.S. dan Hazmia A.), Penerbit buku
Kedokteran EGC : Jakarta

Dewi, Rosmala. 2015. Profesionalisasai Guru melalui Penelitian Tindakan Kelas.


Medan : Unimed Press

Gunadi HA. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Hipokrates, 1991: 308-313.

Itjiningsih, W.H., 1991, Anatomi Gigi, Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran,
p. 29-34.

Rachman A, Prosiding, PERIL IKG 25-26 Mei 2007, Disain Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan Frame: Kasus Berujung Bebas, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Padjadjaran, Bandung

Oktavia, L., 2019. Prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
dengan kasus protrusif dan crossbite gigi 23 serta impaksi gigi 48. Diploma
thesis. Poltekkes Tanjungkarang

Anda mungkin juga menyukai