Disusun oleh:
Fenny Tjong (160321210006)
Ishlahil Akmalia (160321210008)
Pembimbing:
Dr. Endah Mardiati, drg., MS,. Sp.Ort (K)
Dr. Avi Laviana, drg., Sp.Ort(K)
Hal
Bab I Diagram Bonwill-Hawley
1.1 Pendahuluan 3
1.2 Lengkung gigi 4
1.3 Lengkung rahang 4
1.4 Bonwill Hawley Chart 5
1.5 Cara membentuk lengkung rahang yang ideal 6
1.6 Prosedur teknis Diagram Bonwill-Hawley 7
1.1. Pendahuluan
Bentuk lengkung gigi mewakili morfologi pola masing-masing yang dikendalikan oleh tulang
basal yang mendasari dan keseimbangan antara sirkumoral dan otot intraoral (Sekhar,Chandra dkk,
2019). Bentuk lengkung gigi awalnya dibentuk oleh konfigurasi tulang pendukung dan diikuti dengan
erupsi gigi oleh otot-otot sirkum oral dan tekanan fungsional intraoral. Sebagai seorang orthodontist
kita tentunya mengenal berbagai bentuk tipe lengkung gigi yang normal, apakah square (kotak),
ovoid (oval) atau tapered (runcing). Kita juga tahu bahwa bentuk lengkung gigi dipengaruhi oleh
mekanisme pergerakan dari rahang.
Lengkung rahang dapat didefinisikan sebagai lengkung yang dibentuk oleh permukaan bukal
13
dan fasial dari gigi-geligi ketika dilihat dari permukaan oklusal. Para ortodontis meyakini bahwa
bentuk dari lengkung rahang memegang peran kunci pada akhir perawatan kasus-kasus maloklusi.
Untuk mendapatkan lengkung rahang/ arch form yang bersifat stabil, fungsional dan estetik telah
lama menjadi tujuan utama para ortodontis sejak jaman Edward Angle.
Terdapat beberapa konsep penentuan lengkung rahang, seperti:
1. Bonwill concept
2. Bonwill-Hawley concept
3. Angles Line of Occlusion
4. Apical Base Concept
5. Caternary Arch Form
6. Brader Arch Form
7. Rocky Montain Data System
8. Roth’s Tru Arch Form
9. Ricketts Penta Morphic Arch Form
10. Mathematic & Geometric Models For Arch Forms
11. Arch For Determination Using Cone Beam Computed Tomography
Namun, pertanyaan seperti “Konsep lengkung rahang mana yang harus dilakukan?” telah
menjadi pertanyaan yang selalu timbul dikalangan ortodontis. Selain itu, peneliti telah lama mencoba
untuk mendefinisikan lengkung rahang yang ideal dimana lengkung rahang ideal ini sering kali
dianggap sebagai lengkung rahang yang simetris secara alami dan dapat direpresentasikan secara
6
rumus perhitungan atau geometri. Pada makalah ini akan kita pelajari singkat tentang Bonwill
Hawley Chart.
Gambar 1. Segitiga Bonwill dimana menunjukkan rahang bawah mempunyai bentuk segitiga sama sisi yaitu
apabila ditarik garis dari kondil ke kondil dan dari kondil ke
midline. Premolar dan molar membentuk garis lurus dari kanin ke kondil.
Charles Hawley mempunyai gagasan yang hampir sama untuk suatu kasus ortodontik
berdasarkan prinsip dari Bonwill mengenai lengkung standar. Dr. Robert H.W. Strang melaporkan
suatu kasus yang menekankan akan pentingnya dan hasil yang memuaskan dari penggunaan metode
Bonwill. Dengan demikian, pada tahun 1905, Hawley melakukan modifikasi pada prinsip ini. Tahun
1905, Hawley memodifikasi postulat Bonwill yang dikenal sebagai Bonwill-Hawley Chart. Chart ini
menggunakan jumlah lebar enam gigi anterior sebagai radius lingkaran, lalu gigi disusun pada
lingkaran tersebut. Dari lingkaran ini dibuat segitiga yang seimbang dengan lebar interkondil sebagai
dasar. Konstruksi ini dapat membantu untuk memprediksi bentuk lengkung gigi normal. Diameter
lingkaran ini bervariasi tergantung pada ukuran dari gigi anterior, sehingga dimensi lengkung rahang
berbeda karena fungsi dari ukuran gigi tersebut namun lengkung rahang alami tetap konstan. Dengan
demikian, metode Bonwill-Hawley ini digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan lengkung
rahang. Bentuk lengkung Hawley dapat dilihat pada gambar 2.
Bab II
Enam Kunci Oklusi
2.1 Pendahuluan
Tujuan akhir dari perawatan ortodontik adalah estetika termasuk oklusi yang baik, oleh karena
itu oklusi merupakan hal penting dalam perawatan ortodontik. Oklusi normal menurut Angle dilihat
dari hubungan gigi molar atas terhadap gigi molar bawah sebagai kunci oklusi, disebut oklusi statis.
Konsep oklusi yang sekarang digunakan adalah konsep oklusi fungsional yang dianggap oleh para ahli
lebih lengkap karena tidak hanya melihat hubungan antar tonjol dan lekuk gigi saja namun juga dari
fungsinya yang bersifat dinamis. Konsep tersebut menentukan bahwa suatu oklusi dinilai baik atau
normal jika terdapat keserasian antara komponen yang berperan untuk terjadinya kontak antara gigi-
gigi rahang atas dan bawah.1
Evaluasi pada akhir perawatan ortodontik dilakukan secara klinis dan dengan mencetak rahang.
Evaluasi secara radiografi dengan sefalometri atau panoramik. Hasil evaluasi sefalometri dapat
menunjukkan kemajuan hasil perawatan ortodontik dalam arah sagital, yaitu profil jaringan keras
(skeletal) dan jaringan lunak, sedangkan dari evaluasi panoramik dapat dilihat keadaan gigi-gigi
beserta jaringan pendukungnya dan angulasi mesiodistal tiap gigi.
Andrews (1972) melakukan penelitian terhadap 120 model gigi dengan oklusi normal yang
belum pernah dirawat ortodontik. Penelitian didasarkan atas enam kunci oklusi normal, yaitu :1,2
1. Hubungan gigi molar pada kedua lengkung rahang,
2. Angulasi mesiodistal mahkota gigi,
3. Inklinasi labiolingual mahkota gigi,
4. Tidak ada rotasi,
5. Titik kontak baik,
6. Curve of Spee datar.
Penelitian Andrews dilakukan karena terdahulu para ahli ortodontik tidak mempunyai standar
untuk menyatakan bahwa perawatan ortodontik yang dilakukan pada suatu kasus maloklusi sudah
cukup baik atau belum. Angulasi gigi-gigi sebaiknya diperiksa baik secara klinis maupun radiologis
sebelum dan setelah perawatan ortodontik . Evaluasi oklusi hasil akhir perawatan ortodontik
ditentukan secara radiografis, gigi-gigi seharusnya mempunyai susunan (arrangement) kesejajaran
akar yang sama dengan oklusi normal.2,3
Berdasarkan hasil penelitian Andrews yang menghasilkan enam kunci oklusi normal, Ursi dkk.
(1990) melakukan penelitian untuk mengetahui rerata angulasi mesiodistal gigi-gigi dengan oklusi
normal menggunakan radiografi panoramik. Kriteria subjek penelitian mempunyai oklusi normal yang
tidak dirawat ortodontik, mempunyai gigi lengkap dengan relasi gigi molar pertama dan kaninus Kelas
I serta overbite maksimum 3 mm dan overjet 1 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angulasi
akar gigi insisivus sentralis dan lateralis atas sedikit konvergen, dan gigi-gigi atas lainnya ke distal
kecuali gigi-gigi molar kedua yang sedikit tilting ke mesial. Gigi-gigi insisivus bawah tegak, dan
angulasi gigi-gigi bawah lainnya ke distal. Rerata angulasi setiap gigi yang diperoleh ditabulasikan
sebagai rerata angulasi mesiodistal gigi oklusi normal.1
2.2 Hubungan gigi molar pada kedua lengkung rahang
Klasifikasi original oklusi menurut Angle adalah berdasarkan hubungan anteroposterior
antara gigi molar pertama permanen rahang atas dan rahang bawah. Pada oklusi kelas 1,cusp
mesio bukal molar pertama rahang atas beroklusi dengan bukal groove molar pertama rahang
bawah. Oklusi kelas 1 lebih jauh dibagi menjadi oklusi normal dan maloklusi (Gambar 1). Tetapi
kedua subtipe memiliki hubungan molar yang sama dengan ditandai oleh crowding, rotasi dan
posisi ireguler lainnya.2,3
Oklusi kelas II yaitu ketika cusp mesiobukal molar pertama rahang atas beroklusi lebih
anterior dengan bukal groove molar pertama rahang bawah. Terdapat 2 subtipe oklusi kelas II.
Keduanya memiliki hubungan oklusi kelas II tetapi perbedaannya terletak pada posisi insisivus
rahang atas. Pada maloklusi kelas II divisi 1, keempat insisivus rahang atas lebih ke labial,
terbentuk overjet yang signifikan (Gambar 2).
Sedangkan pada maloklusi kelas II divisi 2, inklinasi insisivus sentralis rahang atas lebih
ke lingual dan inklinasi insisivus lateral lebih ke labial. Maloklusi Kelas III : cups mesiobukal gigi
molar pertama rahang atas beroklusi lebih posterior dari bukal groove gigi molar pertama rahang
bawah (Gambar 3).2
Maloklusi Kelas III merupakan oposit dari kelas II : cups mesiobukal gigi molar pertama
rahang atas beroklusi lebih posterior dari groove bukal gigi molar pertama rahang bawah (Gambar
4).
Gambar 9. Gambaran dari angulasi mesiodistal mahkota ketika beroklusi secara normal.3
Menurut Andrews, pada mahkota gigi kaninus rahang atas memiliki derajat angulasi yang
terbesar dan gigi premolar yang paling kecil. Gigi kaninus sebesar 11o dan gigi premolar sebesar 2o.2
Inklinasi mahkota labiolingual antara gigi insisif rahang atas dan rahang bawah (torque putar
dari mahkota)
Gigi insisif rahang atas membentuk sudut positif dari garis singgung mahkota dan garis tegak
lurus bidang oklusal (+7 o) dan sudut 18o antara garis singgung mahkota dan sumbu panjang gigi.
Torque mahkota insisif bawah adalah -1o dan sudut antara garis singgung mahkota gigi insisif
bawah dan sumbu panjang dari gigi insisif adalah 16o. Sudut interinsisal antara garis singgung
mahkota insisif rahang atas dan bawah adalah 174o untuk oklusi yang normal (tidak seperti yang
terlihat pada sudut interinsisal antara sumbu gigi insisif yang dipertimbangkan, rata-rata 139 o)
(Gambar 12).2,3
Gambar 14. Inklinasi labiolingual mahkota insisif RA dan RB
Torque mahkota yang salah dan penemuan oklusal
Bila gigi anterior atas berada pada posisi terlalu tegak (inklinasi mahkota dalam arah
labiolingual pada gigi insisif atas bernilai negatif), oklusi menjadi tidak stabil. Canine guidance tidak
cukup dan terdapat resiko tinggi gigi posterior akan drifting ke mesial (Gambar 13). 2,3
Oklusi anterior dan posterior dalam kasus torque mahkota gigi yang tidak tepat
Jika oklusi posterior benar tetapi insisif rahang atas linguoversi akan menghasilkan ruangan di
interdental gigi anterior yang seringkali disalah artikan sebagai ketidaksesuaian antara ukuran gigi
dengan rahang (Gambar 14).2,3
Gambar 16. Ruang interdental akibat gigi insisif linguoversi
2.5 Rotasi
Pastikan tidak ada gigi yang rotasi untuk mencapai oklusi yang baik. Molar dan premolar yang
rotasi lebih banyak menempati ruangan pada lengkung gigi dibandingkan yang normal. Insisif
yang rotasi akan menghasilkan ruangan yang lebih sedikit daripada posisi insisif yang benar.
Rotasi gigi kaninus menggangu estetik dan akan menjadi penyebab terjadinya interferens oklusi.2,3
Gambar 21. Rotasi pada gigi molar menyebabkan ruangan pada mesiodistal gigi dan
juga menyebabkan oklusi yang tidak normal
2.6 Titik Kontak yang baik, rapat dan tidak ada ruangan/diastema
Jika tidak terdapat kelainan dalam bentuk gigi, atau ketidaksesuaian intermaksilla dalam
ukuran mesiodistal gigi, titik kontak seharusnya dalam keadaan oklusi normal.
Gambar 22. Keadaan klinik dengan diastema antara gigi insisiv dan hubungan kelas I dengan
kaninus.
DAFTAR PUSTAKA
3 Andrews, L.F. 1972. The Six Keys to Normal Occlusion. AJO-DO 1972 P: 296-309
4 Bonwill, W. G. A. (1885). Geometrical and Mechanical Laws of Articulation: Anatomical
Circulation. Philadelphia.
5 Budiman JA, Hayati R, Sutrisna B, Soemantri ES. Identifikasi bentuk lengkung gigi secara
kuantitatif. Dentika Dent J 2009;14(2):120-4
6 Felton, J.M., Sinclair, P. M., Jones, D.I., dan Alexander, R.G. (1987). A Computerized Analysis of
The Shape and Stability of Mandibular Arch Form. Am J Orthod Dentofacial Orthop, 92, hal: 478-
483.
7 Hawley, C. (1905). Determination of The Normal Arch and Its Application to Orthodontia. Dent
Cosmos, 47, hal: 541-552.
8 Nanda, R. and Burstone, C.J., 1993, Retention and Stability in Orthodontics, WB. Saunders
Company, Philadelphia, p. 98-9.
9 Paramesthi GAMDH, Farmasyanti CA, Karunia D. Besar indeks Pont dan Korhaus serta
hubungan antara lebar dan panjang lengkung gigi terhadap tinggi palatum pada suku Jawa.
[internet]. Available from: URL:http://cendrawasih.a.f.staff.ugm.ac.id/wp-content/besar-indeks-
pontkorkhaus-serta-hubungan-antara-lebar-dan-panjang-lengkung-gigi-terhadaptinggi-palatum-
pada-suku-jawa.pdf.
10 Proffit, W. R., Fields, H. W., dan Sarver, D. M. (2007). Contemporary Orthodontics, 4th ed.
Canada: Elsevier Inc.
11 Rakosi, T., et al. 1993. Color Atlas of Dental Medicine: Orthodontic – Diagnosis. 1993. Thieme
Mdedical Publishers Inc: New York. P: 51-56
12 Ursi, W.J.S., Almeida, R.R., Tavano, O., and Henriques, J.F.C., 1990, Assessment of mesiodistal
axial inclination through panoramic radiography, JCO, 14:166-73.
13 Staley, R. N., dan Reske, N. T. (2011). Essentials of Orthodontics Diagnosis and Treatment. UK:
Blackwell Publishing.