Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Case Report Manajemen Kecemasan Pasien Anak pada Kedokteran Gigi”.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Udayana. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS............................................................................................4
BAB III DISKUSI............................................................................................................8
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................11
4.1 Kecemasan Anak................................................................................................11
4.1.1 Pengertian...................................................................................................11
4.1.2 Tanda dan Gejala.......................................................................................11
4.1.3 Rentang Respon........................................................................................12
4.2Kecemasan Dental Anak.....................................................................................14
4.2.1 Definisi......................................................................................................14
4.2.2 Etiologi......................................................................................................14
4.2.3 Faktor-faktor Kecemasan Anak dalam Kedokteran Gigi.........................17
4.2.4 Dampak Kecemasan Terhadap Prosedur Perawatan Gigi........................19
4.3 Manajemen Kecemasan Anak............................................................................20
BAB V PENUTUP..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Perawatan gigi anak sangat ditentukan oleh hubungan dokter dengan anak
dan orang tuanya. Hal yang perlu dilakukan untuk mengendalikan rasa takut dan
kecemasan ketika dihadapkan dengan perawatan adalah berbicara, hal tersebut
sangat dibutuhkan untuk mendapatkan kepercayaan pasien dan menjelaskan
secara detail dan mudah dimengerti sehingga rasa ingin tahu anak-anak yang besar
dalam lingkungan gigi dapat dijelaskan dan membuang hal yang salah dalam
pikiran anak. Teknik manajemen non-farmakologis yang paling sering digunakan
dalam kedokteran gigi anak adalah sebagai berikut: komunikasi verbal, tell-show-
do, komunikasi non-verbal, penguatan positif, gangguan, ada atau tidaknya orang
tua dan pengekangan fisik. Setiap teknik memiliki indikasi dan usia kapan teknik
ini paling baik digunakan.
1
verbal, berdasarkan penampilan. penelitian oleh Ravikumar et al, studi cross-
sectional pada 534 anak berusia antara 6 dan 11 tahun, di sekolah dan di klinik
gigi. Anak-anak dibagi menjadi tiga kelompok sesuai usia. Foto-foto dokter gigi
dalam jas putihnya, pakaian bedah dan pakaian kasual dan tingkat kecemasan
dievaluasi menggunakan Skala Kecemasan Gigi Anak-Anak [MCDAS (h)].
Disimpulkan bahwa anak-anak kecil lebih suka melihat para dokter gigi yang
mengenakan pakaian kasual. Anak-anak yang lebih tua lebi hsuka dokter gigi
mengenakan jas putih dan pakaian bedah. Jas putih adalah seragam pilihan untuk
sebagian besar anak-anak di lingkungan sekolah, tetapi tingkat pemilihan untuk
pakaian bedah lebih tinggi di lingkungan klinik gigi. Serta faktor lingkungan
tempat mereka tinggal sangat mempengaruhi sikap dan kebiasaan anak-anak, oleh
karena itu motivasi sangat penting bagi anak-anak.
LAPORAN KASUS
Pasien anak laki-laki berusia lima tahun datang ke klinik gigi ditemani
oleh ibunya, karena ia memiliki beberapa lesi karies dan bersikap tidak kooperatif.
Menurut sang ibu, seorang profesional lain telah berusaha untuk mengobatinya,
tetapi tidak berhasil,dimana ia hanya menggunakan bahan kariostatik pada
geraham dengan tujuan agar lesi karies tidak akan memburuk, lebih lanjut
(Gambar 1).
DISKUSI
TINJAUAN PUSTAKA
4.1.1 Definisi
Tanda dan gejala yang sering dialami oleh individu yang mengalami
kecemasan, antara lain:
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik seperti rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala (Lestari, 2015).
4.1.3 Rentang Respon
Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Cemas berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup,
tetapi tingkat cemas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan. Rentang respon
kecemasan menggambarkan suatu derajat perjalanan cemas yang dialami individu
(dapat dilihat dalam gambar 2.1)
b. Kecemasan sedang
c. Kecemasan berat
4.2.1 Definisi
4.2.2 Etiologi
Etiologi Kecemasan dental dapat dikelompokkan menjadi 3 besar yaitu:
faktor personal, faktor eksternal, dan faktor dental.
1) Faktor Personal
Faktor personal meliputi: usia, kecemasan secara umum, temperamen
(emosional). Usia anak dapat dihubungkan dengan kecemasan dental dan masalah
perilaku anak. Kecemasan dental serta masalah perilaku anak pada umumnya
terjadi pada anak-anak dalam merefleksikan pengaruh perkembangan psikologi
anak dalam kemampuannya menghadapi perawatan dental. Anak kecil akan
merasa dan mengerti situasi dental yang tentu akan berbeda dengan orang dewasa.
Alasan utamanya yaitu proses memahami dan motivasi untuk taat terhadap
perawatan dental memerlukan kesiapan anak itu sendiri.
Faktor personal lain seperti jenis kelamin juga turut berperan dalam tingkat
kecemasan dental yaitu anak perempuan cenderung memiliki tingkat kecemasan
dental yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.
Prevalensi kecemasan dental pada anak usia 11-14 tahun adalah 7,1% dengan
tingkat kecemasan tertinggi pada anak perempuan dan pada anak dengan tingkat
sosial yang rendah.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari: kecemasan orang tua, situasi sosial dalam
keluarga, latar belakang etnik keluarga, pola asuh orang tua, peran lingkungan
sosial. Prevalensi kecemasan dental dilaporkan berkisar antara 5-20% di berbagai
negara. Beberapa penelitian melaporkan bahwa kecemasan dental pada anak
secara signifikan dihubungkan dengan kecemasan orang tua.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah menjadi kebiasaan untuk ibu, lebih
sering daripada ayah, untuk menemani anak ke dokter gigi. Untuk alasan ini, efek
kecemasan ibu pada kunjungan ke dokter gigi terhadap anak-anak telah memberi
cukup perhatian dalam literatur dalam kedokteran gigi. Sebagian besar penelitian
menunjukkan terdapat korelasi antara kecemasan ibu dan kooperatif anak pada
kunjungan pertama. Orang tua yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi
cenderung mempengaruhi perilaku anak-anak dan lebih mengarah pada perilaku
negatif. Dengan kata lain, orang tua yang cemas terhadap perawatan gigi
cenderung memiliki anak-anak yang cemas juga.
Pengalaman dental dari teman dan saudara (vicarious learning) juga dapat
menyebabkan kecemasan dental pada anak. Banyak orang yang belum
mendapatkan perawatan dental tetapi merasa cemas. Anak dapat belajar dari cerita
teman seusianya yang bermasalah pada giginya. Rasa takut untuk merasakan sakit
secara umum ditemukan pada anak sehingga sering menimbulkan kecemasan
tersendiri pada anak.
Faktor eksternal lainnya yaitu keadaan sosial. Kelompok anak dengan status
sosial ekonomi rendah memperlihatkan tingginya prevalensi kecemasan dental
dan masalah perilaku.
3) Faktor Dental
Faktor dental terdiri dari: Rasa sakit dan lingkungan dental (pengalaman
dental). Anak yang cemas selama kunjungan dental berhubungan dengan
pengalaman traumatik atau prosedur dental yang tidak menyenangkan cenderung
tidak kooperatif dan begitupun sebaliknya, anak-anak yang memiliki pengalaman
medis yang positif lebih cenderung bersikap kooperatif dengan dokter gigi.
Salah satu penyebab kecemasan dental dan masalah perilaku saat perawatan
gigi ialah rasa sakit yang ditimbulkan dari perawatan. Rasa sakit didefinisikan
sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang disebabkan karena kerusakan
jaringan atau oleh ancaman kerusakan itu. Sensasi tidak harus disebabkan oleh
kerusakan jaringan, tetapi juga oleh kondisi stimuli seperti suara bur dan jarum.
Hal ini disebabkan karena secara normal rasa sakit menimbulkan reaksi fisiologi
dan psikologi untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan, perilaku tidak
kooperatif. Ini reaksi yang wajar saat anak merasakan sakit atau
ketidaknyamanan.
b. Persiapan psikologis
Dokter gigi perlu mengajarkan orangtua bagaimana menyiapkan
kunjungan berikutnya agar orangtua mengetahui perawatan apa yang akan
dilakukan pada anak, sehingga orangtua tidak harus khawatir secara
berlebihan atau anak ditemani dengan orang dewasa yang tidak takut,
penggunaan pesan positif dan menghindari kalimat jaminan yang dapat
meningkatkan kecemasan (Chadwick dan Hosey, 2003 ; Gupta dkk, 2014).
2. Pengalaman medis umum dan gigi
Anak yang mempunyai pengalaman buruk, terhadap kunjungan terakhir ke
rumah sakit atau perawatan medis yang diterima, atau kunjungan ke dokter gigi,
akan lebih cemas terhadap perawatan gigi dan berhati-hati membangun hubungan
kepercayaan dengan dokter gigi. Sangat penting untuk menanyakan kepada orang
tua mengenai perawatan terakhir yang diterima dan bagaimana respon anak
terhadap perawatan tersebut. Hal ini mungkin dapat mengidentifikasi timbulnya
kecemasan yang berhubungan dengan kebiasaan dan memungkinkan dokter gigi
untuk menggunakan strategi yang tepat untuk mengoreksi kebiasaan anak ( Gupta
dkk, 2014).
KESIMPULAN
Tujuan dari bagan insentif yang disajikan dalam jurnal ini adalah cara
menunjukkan respon menyenangkan untuk menciptakan rutinitas yang sehat.
Dalam hal ini, bagan insentif merupakan salah satu alternatif manajemen untuk
mengatasi kecemasan pada pasien yang terbukti efektif.
SARAN
Sebagai dokter gigi hendaknya kita dapat memahami pola tumbuh
kembang perilaku anak, ada beberapa tekhnik pendekatan alternatif yang baik
untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan pada anak-anak selama perawatan
gigi, sehingga kita dapat melakukan tindakan yang benar, tepat dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak (a manual of paedodontics). Alih
bahasa/trans. Djaya A Jakarta: Widya Medika, 1992: 15-26.
Armfield, J., 2016. Dental Fea and Anxiety : Information for Dental Practitioners,
The University of Adelaide, 11: 1-4
Chadwick, B.L. dan Hosey, M.T., 2003, Child Taming : How To Manage in
Dental Prectice, 1st ed., Quintessence Publishing Co. Ltd., London, hal.9-11, 19-
20,27-28.
Chestnutt IG, Gibson J. Clinical dentistry. 3rd. China: Elsevier, 2007: 168-173.
Gao, Xiaoli., dkk., 2013. Dental Fear and Anxiety in Children and Adolescents:
Qualitative Study Using YouTube. Journal of Medical Internet Research. doi:
10.2196/jmir.2290
Marwansyah dkk. 2018. Tingkat Kecemasan Pada Anak Dengan Metode Corah’s
Dental Anxiety Scale (CDAS) di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah
Padang. Jurnal B-Dent. 5(1) : 21