Anda di halaman 1dari 17

Manajemen

Kesehatan

Dharmapadmi Pradnya Kasilani


195160100111028
DK D/4
Skenario

Learning Issues
1. Survey
a. Definisi
b. Macam
c. Tahapan
d. Kelebihan dan kekurangan
2. Diagnosis (Komunitas umum dan bidang kedokteran gigi)
a. Definisi
b. Prosedur/tahapan
c. Tujuan
d. Perbedaan
e. Indikator penilaian
3. Dokter gigi keluarga
a. Definisi
b. Tujuan
c. Peran
d. Prinsip
e. Visi dan misi
Survey
I. Definisi
❖ Survei dasar kesehatan gigi dan mulut adalah survei untuk mengumpulkan
data dan informasi dasar tentang masalah, kelainan atau penyakit yang
ditemukan pada gigi dan mulut (WHO, 2013) (Susilawati dkk, 2018)
❖ Surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan terhadap suatu masalah
kesehatan yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan untuk
mendapatkan data dan hasil kajian epidemiologi, untuk mengetahui
perubahan-perubahan masalah kesehatan yang diamati, untuk
mengidentifikasi populasi risiko tinggi masalah kesehatan yang diamati,
untuk memprediksi dan mencegah terjdinya KLB serta untuk penyelidikan
epidemiologi setiap KLB (Depkes RI, 2003) (Wahjudi dkk, 2012)

II. Macam
A. Survei Epidemiologi
➢ Pengertian
Kata epidemiologi menunjukkan studi tentang karakteristik penyakit
populasi daripada individu. Survei epidemiologi memberikan informasi
tentang tren dan pola kesehatan mulut dan penyakit pada populasi
(Boyd, 2021)
➢ Tujuan
• Untuk menentukan prevalensi dan insiden kondisi tertentu yang
terjadi dalam populasi tertentu.
• Untuk menyediakan data dasar tentang indikator yang
menunjukkan status kesehatan gigi yang ada dalam populasi.
• Untuk menyediakan data untuk mendukung rekomendasi
intervensi kesehatan masyarakat untuk meningkatkan status
kesehatan populasi, seperti yang disediakan dalam dokumen U.S.
Healthy People 2020 (Boyd, 2021)
➢ Macam (Amiruddin, 2013)
• Surveilans epidemiologi penyakit menular
• Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
• Surveilans epidemiologi penyakit infeksi
• Surveilans epidemiologi penyakit akut
• Surveilans epidemiologi penyakit kronis.

B. Survei Perencanaan Program


Desain untuk merencanakan suatu program kesehatan

C. Survei Evaluasi
Dilakukan untuk menilai sejauh mana upaya kesehatan sudah dilakukan

❖ Macam Surveilans (Amiruddin, 2013)

➢ Surveilans individu
mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak
dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus,
demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan
dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,sehingga
penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
➢ Surveilans penyakit
pengawasan terusmenerus terhadap distribusi dan kecenderungan
insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi,
evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data
relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah
penyakit, bukan individu.
➢ Surveilans sindromik
melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan
gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik
mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual
maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis.
➢ Surveilans Berbasis Laboratorium
mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada
penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis,
penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain
bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih
segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan
sindroma dari klinik-klinik
➢ Surveilans terpadu
menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah
yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah
pelayanan publik bersama.
➢ Surveilans kesehatan masyarakat global
Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut
dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang
manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan
organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
surveilans yang melintasi batas-batas negara

III. Tahapan (Susilawati dkk, 2018)

A. Penyusunan protokol penelitian


Terdiri atas:
➢ Maksud dan tujuan survei
➢ Informasi yang akan dikumpulkan dan metode yang
digunakan (Maidiana, 2021)
Metode penelitian survei (Widodo, 2008):
• Cross-sectional
Cocok untuk penelitian yang tujuannya bersifat deskriptif dan
prediktif. Dalam desain ini, satu sampel atau lebih diambil dari
populasi-populasi pada satu titik waktu yang sama.
• Longitudinal
Responden-responden yang sama disurvei dari waktu ke waktu
untuk menelaah perubahan-perubahan pada mereka secara
individual
➢ Metode pengambilan sampel (Maidiana, 2021)
• Menurut Jogiyanto (2014) terdapat 2 pendekatan:
✓ Non-probability sampling → individu memiliki peluang yang
berbeda-beda untuk menjadi sampel
✓ Probability sampling → setiap individu berpotensi atau memiliki
peluang untuk menjadi sampel, dengan begitu peneliti bisa
memperkirakan seberapa besar kemungkinan temuan untuk
sampelnya berbeda dengan temuan untuk populasinya
• Babbie (1987) menyebutkan beberapa teknik sampling yang
biasa digunakan dalam penelitian survei:
✓ Simple random sample
Pengambilan sampel secara acak sederhana menghendaki
masing-masing unit dari populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dijadikan sampel.
✓ Random sample
Pada hakikatnya sama dengan teknik simple random sample.
Dengan cara diundi namun unit yang sudah diundi bisa
kembali.
✓ Systematic sample
Membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan
jumlah sampel yang diinginkan. Hasilnya adalah interval
sampel.
✓ Stratified sampling
Populasi heterogen. Mengidentifikasi karakteristik umum dari
anggota populasi, kemudian menemukan strata atau lapisan
dari jenis karakteristik unit-unit tersebut
✓ Convenience sampling
Memilih sampel yang aksesibilitasnya kepada peneliti cukup
dekat, sehingga teknik ini cukup subjektif.
✓ Cluster sampling
Pengambilan sampel secara gugus, peneliti tidak mendaftar
semua anggota atau unit yang ada di dalam populai , melainkan
cukup mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang ada di
dalam populasi itu. Kemudian mengambil sampel berdasaran
gugus-gugus tersebut.
✓ Multi-stage sampling
Berdasarkan tingkat wilayah secara bertahap. Populasi terdiri
dari bermacam-macam tingkat wilayah.
✓ Probability proportional size (PPS) sampling
Prosedur penarikan sampel dimana peluang terpilihnya suatu
unit sampel sebanding dengan ukuran. Ukuran yang dimaksud
adalah informasi tambahan (auxiliary information) yang
dipertimbangkan sebagai dasar penarikan sampel dan memiliki
korelasi yang erat dengan variable-variabel yang akan diteliti
➢ Penyusunan tim, alat dan bahan survei
➢ Pelatihan dan kalibrasi tim pemeriksa
➢ Metode statistik yang akan digunakan untuk analisis data
➢ Diseminasi hasil penelitian
➢ Anggaran yang disediakan
➢ Penjadwalan serta tugas tim

B. Perijinan
Izin untuk melakukan pemeriksaan pada kelompok masyarakat biasanya
diperoleh dari Instansi yang berwenang, baik di tingkat lokal, regional
maupun nasional. Perencanaan survei juga perlu disampaikan secara
terinci

C. Penjadwalan
Penjadwalan yang rapi untuk pengumpulan data. Perencana survei dapat
memperkirakan berapa lama setiap pemeriksaan akan berlangsung,
dengan demikian dapat dibuat jadwal harian dan mingguan.

D. Pembiayaan
Perlu dipersiapkan adalah pembiayaan untuk sumber daya yang
diperlukan, termasuk tim yang akan melakukan survei.

E. Penanganan kedaruratan dan rujukan


Untuk menanggulangi kondisi kegawatdaruratan yang mungkin saja terjadi
selama survei berlangsung, sebelum survei dilaksanakan perlu
dipersiapkan alamat dari sarana pelayanan kesehatan terdekat, sehingga
kondisi kegawatdaruratan tidak mengganggu tim pemeriksa dalam
melaksanakan survei.

F. Laporan ke pihak-pihak terkait


Pelaporan ke pihak-pihak terkait adalah berupa laporan mengenai jumlah
subjek yang akan diperiksa. Pelaporan ini dapat membantu menunjukkan
kebutuhan perawatan kesehatan rongga mulut dari para peserta

IV. Kelebihan dan kekurangan (Yuliansyah, 2016)

Menurut Popper (2005) dan Ackroyd (1992):

A. Kelebihan
➢ Lebih praktis
➢ Informasi yang diperoleh dapat dikumpulkan dengan jumlah responden
yang lebih luas dalam periode singkat dengan biaya yang relatif lebih
murah
➢ Dapat dilakukan dengan penelitian atau oleh sejumlah orang tanpa
mengalami kesulitan dalam menguji validitas dan reliabilitas
➢ Hasil kuesioner biasanya lebih cepat dan lebih mudah diindentifikasi
oleh peneliti lain atau dengan menggunakan system
➢ Dapat dianalisis secara akademik dan objektif dibandingkan dengan
bentuk peneltiian lainnya
➢ Ketika data dikuantifikasi, data tersebut dapat digunakan untuk
membandingkan dengan penelitian lain
➢ Dapat digunakan untuk menguji hipotesis.

B. Kekurangan
➢ Survey study dianggap tidak cukup memadai untuk memahami
beberapa jenis informasi seperti perubahan emosi, perilaku, perasaan,
dan lain-lain
➢ Ahli fenomenologi menyatakan bahwa penelitian kuantitatif hanyalah
sebuah alat buatan dari peneliti, karena hanya menanyakan informasi
yang terbatas tanpa penjelasan
➢ Data yang diperoleh dalam survey study memungkinkan mempunyai
validitas yang rendah karena tidak semua data yang diperoleh diisi oleh
responden yang tepat
➢ Tidak ada metode yang akurat untuk mengetahui seberapa jujur
responden
➢ Tidak ada cara untuk mengetahui seberapa banyak pemikiran dan
persepsi yang diberikan responden
➢ Responden bisa jadi lupa atau tidak berpikir dalam konteks utuh dari
sebuah situasi
➢ Responden mungkin menafsirkan secara berbeda atas sebuah
pertanyaan sehingga menjawab sesuai interpretasi mereka sendiri atas
pertanyaan tersebut, contohnya apa yang ‘baik’ untuk seseorang
mungkin saja ‘buruk’ untuk orang lain, sehingga terdapat tingkat
subyektivitas yang tidak diakui.
➢ Ada suatu tingkat ‘pemaksaan’ dari peneliti maksudnya ketika
mengembangkan kuesioner, peneliti membuat keputusam dan asumsi
sendiri tentang hal yang penting dan tidak, sehingga dalam prosesnya
mungkin saja mereka melewatkan sesuatu.
Diagnosis
I. Komunitas umum
A. Definisi
➢ Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan
adanya suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat
lapangan.
➢ Menurut definisi WHO, diagnosis komunitas adalah penjelasan secara
kuantitatif dan kualitatif mengenai kondisi kesehatan di komunitas
serta faktor faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatannya.
➢ Diagnosis komunitas ini mengidentifikasi masalah kemudian
mengarahkan suatu intervensi perbaikan sehingga menghasilkan
suatu rencana kerja yang konkrit (Prihartono dkk, 2014)

B. Tujuan
➢ Tujuan utama
Dokter mampu mengidentifikasi masalah kesehatan di komunitas dan
membuat solusi pemecahannya.
➢ Tujuan khusus
• mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat
• mengembangkan instrumen untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan
• menganalisis permasalahan kesehatan dan mengajukan solusi
pemecahannya
• menjelaskan struktur organisasi fasilitas kesehatan tingkat primer
• berkomunikasi secara baik dengan masyarakat
• membuat usulan pemecahan terhadap masalah kesehatan
(Prihartono dkk, 2014)

C. Prosedur/tahapan
(Prihartono dkk, 2014)
➢ Pertemuan awal untuk menentukan area permasalahan
Ditentukan tim pelaksana yang berperan mengelola dan
mengkoordinasikan diagnosis komunitas. Tim ini harus
mengidentifikasi dana dan sumber daya yang tersedia untuk
menentukan batasan dari diagnosis komunitas.
➢ Menentukan instrument pengumpulan data
Menyesuaikan data apa yang akan dikumpulkan
➢ Pengumpulan data dari masyarakat
• Latar belakang wilayah yang dibahas harus dipelajari melalui data
statistik dan hasil sensus populasi,
• Agar data yang dikumpulkan merepresentasikan gambaran
masyarakat, maka perlu ditentukan sasaran penduduk yang akan
menjadi responden, berapa jumlahnya serta lokasinya tinggalnya.
➢ Menganalisis dan menyimpulkan data
Hasil diagnosis sebaiknya terdiri atas tiga aspek yaitu :
• Status kesehatan di komunitas
• Determinan dari masalah kesehatan di komunitas
• Potensi dari pengembangan kondisi kesehatan di komunitas dan
area yang lebih luas
➢ Membuat laporan hasil dan presentasi diseminasi
Diagnosis komunitas harus dilanjutkan dengan usaha untuk
mengkomunikasikannya sehingga memastikan prioritas tindak lanjut
yang harus segera diambil.

D. Indikator penilaian
➢ Angka Kematian (Mortality rate)
AKK, AKI, AKB, Angka Kematian akibat penyakit tertentu, dll
➢ Angka Kesakitan (Morbidity rate)
Insiden, prevalen (menyangkut berbagai penyakit)
➢ Angka Ke-cacatan (Disability rate)
Angka absensi, dll
➢ Indikator lainnya
• Indikator jangkauan pelayanan kesehatan → misalnya cakupan
ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC.
• Rasio petugas kesehatan-penduduk → misalnya rasio dokter :
penduduk
• Indikator kesehatan lingkungan → misalnya persentase penduduk
yang mendapat air bersih
• Indikator sosio-demografi → komposisi/struktur/distribusi,
income per capita, angka buta huruf, dll (Prihartono dkk, 2014)

II. Bidang kedokteran gigi


A. Definisi
➢ Diagnosis dalam kedokteran gigi dapat diartikan sebagai penentuan
jenis penyakit yang diderita pasien. Pengertian lainnya adalah cara-
cara pemeriksaan untuk menentukan suatu diagnosa.
Mengidentifikasi kelainan–kelainan yang berhubungan dengan gigi
dan jaringan sekitarnya dengan jalan menanyakan, memeriksa, dan
menyatukan gambaran penyakit yang terlihat dengan faktor-faktor
yang diperoleh dari wawancara tersebut yang dapat membedakan dari
penyakit yang lain (Kristiani dkk, 2010)

B. Tujuan
➢ Untuk tujuan pengobatan dan asuransi serta medikolegal yang efektif
➢ Meskipun, tidak ada sistem yang diterima secara universal untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasikan penyakit, diagnosis sering
ditulis untuk tujuan pemahaman penyakit yang akurat. (Marya, 2012)
C. Prosedur/tahapan

COHA (Community Oral Health Assesment) → kumpulan data dari


komunitas yang teratur dan sistematik kemudian diolah, dianalisis dan
dikomunikasikan

D. Indikator COHA
➢ Karakteristik populasi
➢ Status kesehatan komunitas
➢ Angka kematian
➢ Angka kesakitan
➢ Angka kelahiran
➢ Kesehatan lingkungan
➢ Pemanfaatan sarana pelayanan keehattan
➢ Faktor risiko terjadinya penyakit
➢ Pengetahuan dan perilaku masyarakat
➢ Peran serta masyarakat
III. Perbedaan

(Sawitri dkk, 2017)

(Prihartono dkk, 2014)


Dokter Gigi Keluarga
I. Definisi (KepMenKes RI No. 039/Menkes/SK/I/2007)

➢ Dokter gigi keluarga adalah dokter gigi yang mempunyai pengetahuan,


sikap, dan perilaku professional dalam menjaga dan memelihara kesehatan
gigi dari keluarga binaannya dengan menyelenggarakan upaya
pemeliharaan kesehatan gigi dasar paripurna dengan pendekatan holistic
dan kesisteman serta proaktif dalam antisipasi dan pemecahan masalah
kesehatan yang dihadapi keluarga yang memilihnya sebagai mitra utama
pemeliharaan kesehatan gigi
➢ Pelayanan kedokteran gigi keluarga atau praktek dokter gigi keluarga
adalah pelayanan kedokteran gigi keluarga yang bersifat paripurna
(promotive, preventif, kuratif, rehabilitatif) dan sinambung dengan
mempertimbangkan dinamika keluarga dalam layanannya, sehingga
pelayananya tidak dibatasi oleh golongan umur, jenis kelamin, maupun
system organ.

II. Tujuan (KepMenKes RI No. 1415/Menkes/SK/X/2005)

➢ Tercapainya kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara


kesehatan gigi dan mulut
➢ Terpenuhinya kebutuhan keluarga untuk memperoleh pelayanan
kesehatan gigi yang optimal, bermutu, terstruktur, dan berkesinambungan
➢ Tertatanya pembiayaan dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga
➢ Tertatanya pembiayaan dalam pelayanan kedkteran gigi keluarga
➢ Tertatanya administrasi dan manajemen pelayanan kedokteran gigi
keluarga
➢ Terbinanya profesionalisme dokter gigi keluarga secara berkesinambungan

III. Peran (KepMenKes RI No. 1415/Menkes/SK/X/2005)

➢ Pemberi pelayanan dengan komitmen tinggi serta menunaikan tugasnya


secara professional dan etis
➢ Ujung tombak dalam system pelayanan kesehatan nasional dan
berhadapan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Di samping itu berfungsi sebagai penapis
rujukan upaya kesehatan gigi dan mulut keluarga ke fasilitas yang lebih
mampu
➢ Koordinator dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien dan
keluarganya, serta bekerja sama secara harmonis dengan setiap individu
dan institusi
➢ Sebagai mitra yang beretika bagi pasiennya dalam mengambil keputusan
medis dengan memilih dan menggunakan teknologi kedokteran gigi secara
rasional berdasarkan evidence-based Dentistry
➢ Penggalang peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan gigi dan mulut

IV. Prinsip (KepMenKes RI No. 039/Menkes/SK/I/2007)

A. Dokter gigi kontak pertama (First contact)


Memberikan layanan kesehatan (provider) yang pertama ditemui pasien.
Dokter gigi keluarga berfungi sebagai kontak pertama dan penapis rujukan
ke strata kedua dan ketiga

B. Layanan bersifat pribadi (Personal care)


Memberikan layanan kepada perorangan (pribadi) dengan memperhatikan
bahwa setiap orang merupakan bagian dari keluarganya. Untuk memahami
masalah pasien secara lebih luas. Keputusan medis dibuat tidak hanya dari
aspek medis tapi juga sapek social, budaya, dan ekonomi pasien besrta
keluarganya

C. Pelayanan paripurna (Comprehensive)


Memberikan pelayanan menyeluruh dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) sesuai dengan
kebutuhan pasien/klien.

D. Pradigma sehat
Mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan
mereka sendiri melalui kesadaran yang tinggi pada pentingnya pelayanan
kesehatan yang bersifat promotive dan preventif

E. Pelayanan berkesinambungan (continuous


care)
Pelayanan berpusat pada pasien (patient-oriented). Pelayanan
berkesinambungan dalam beberapa tahap kehidupan pasien

F. Koordinasi dan kolaborasi


Untuk mengatasi masalah pasien, dokter gigi keluarga perlu berkonsultasi
denga disiplin lain, merujuk ke spesialis (apabila diperlukan), dan memberi
informasi sejelas-jelasnya pada pasien. Dokter gigi keluarga bertindak
sebagai coordinator yang mengurusi segala hal yang berkaitan dengan
kesehatan gigi dan mulut pasien

G. Family and community oriented


Dlam mengatasi masalah pasien, mempertimbangkan konsidi pasien
terhadap keluarga tanpa mengesampingkan pengaruh lingkunagan social
dan budaya tempat pasien tinggal dan bekerja

V. Visi dan Misi (KepMenKes RI No. 039/Menkes/SK/I/2007)

A. Visi
Kemandirian keluarga dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan
tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut setinggi-tingginya, melalui
pelayanan dokter gigi keluarga secara efisien, efektif, adil, merata, aman,
dan bermutu

B. Misi
➢ Mendorong kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara
kesehatan gigi dan mulut
➢ Mengusahakan tersediannya pelayanan dokter gigi keluarga yang
merata, bermutu, dan terjangkau
➢ Memberikan pelayanan, memelihara, dan meningkatkan kesehatan
gigi perorang serta masyarakat (keluarga binaan) sehingga tercapai
derajat kesehatan gigi dan mulut yang diharapkan
➢ Meningkatkan profesionalisme dokter gigi keluarga dalam mengemban
peran, tugas, fungsinya
➢ Meningkatkan kemitraan dengan profesi, institusi Pendidikan, dan
pihak-pihak terkait
Daftar Pustaka
1. Susilawati, S., Fadilah, R.P.N., Monica, G., Adiatman, M., Rahardjo, A., Dewanto,
I., Jovina, T. 2018. Handbook Indonesia Oral Health Survey Implementation –
National Basic Health Research. Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia.
2. Wahjudi, P., Irma, P., Ariyanto, Y. 2012. Survei Surveilans Perilaku Berisiko
Tertular HIV pada Remaja Jalanan Tahun 2011 vol 8 no 2. Jurnal IKESMA.
3. Boyd, L.D., Mallonee, L.F., Wyche, C.J. 2021. Wilkins’ Clinical Practice of the
Dental Hygienist 13th ed. Jones & Bartlett Learning.
4. Amiruddin, R. 2013. Mengembangkan Evidence Base Public Health (EBPH) HIV
dan AIDS Berbasis Surveilans vol 2 no 2. Jurnal AKK.
5. Maidiana. 2021. Penelitian Survey vol 1 no 2. ALACRITY: Journal of Education.
6. Yuliansyah. 2016. Menigkatkan Response Rate pada Penelitian Survey Suatu
Study Literature. Change Publication.
7. Prihartono, J, dkk. 2014. Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas.
Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI.
8. Sawitri A.A.S., Pinatih, G.N.I., Weta I.W., Duarsa, D.P., Dharmadi, I.M., Ani, L.S.,
Kartikasari, K.A., Sutarsa, N., Aryani, P., Yuliatni, P.C.D., Ariastuti, P. 2017. Buku
Panduan Belajar Koas: Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan
(IKK-IKP). Denpasar: Udayana University Press.
9. KepMenKes RI No. 1415/Menkes/SK/X/2005. 2007. Kebijakan Pelayanan
Kedokteran Gigi Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
10. KepMenKes RI No. 039/Menkes/SK/I/2007. 2007. Pedoman Penyelenggaraan
Kedokteran Gigi Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
11. Kristiani, A., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Poloyeknik
Kesehatan Tasikmalaya.
12. Marya, C.M. 2012. A Practical Manual of Public Health Dentistry 1st ed. Jaypee.

Anda mungkin juga menyukai