Kesehatan
Learning Issues
1. Survey
a. Definisi
b. Macam
c. Tahapan
d. Kelebihan dan kekurangan
2. Diagnosis (Komunitas umum dan bidang kedokteran gigi)
a. Definisi
b. Prosedur/tahapan
c. Tujuan
d. Perbedaan
e. Indikator penilaian
3. Dokter gigi keluarga
a. Definisi
b. Tujuan
c. Peran
d. Prinsip
e. Visi dan misi
Survey
I. Definisi
❖ Survei dasar kesehatan gigi dan mulut adalah survei untuk mengumpulkan
data dan informasi dasar tentang masalah, kelainan atau penyakit yang
ditemukan pada gigi dan mulut (WHO, 2013) (Susilawati dkk, 2018)
❖ Surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan terhadap suatu masalah
kesehatan yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan untuk
mendapatkan data dan hasil kajian epidemiologi, untuk mengetahui
perubahan-perubahan masalah kesehatan yang diamati, untuk
mengidentifikasi populasi risiko tinggi masalah kesehatan yang diamati,
untuk memprediksi dan mencegah terjdinya KLB serta untuk penyelidikan
epidemiologi setiap KLB (Depkes RI, 2003) (Wahjudi dkk, 2012)
II. Macam
A. Survei Epidemiologi
➢ Pengertian
Kata epidemiologi menunjukkan studi tentang karakteristik penyakit
populasi daripada individu. Survei epidemiologi memberikan informasi
tentang tren dan pola kesehatan mulut dan penyakit pada populasi
(Boyd, 2021)
➢ Tujuan
• Untuk menentukan prevalensi dan insiden kondisi tertentu yang
terjadi dalam populasi tertentu.
• Untuk menyediakan data dasar tentang indikator yang
menunjukkan status kesehatan gigi yang ada dalam populasi.
• Untuk menyediakan data untuk mendukung rekomendasi
intervensi kesehatan masyarakat untuk meningkatkan status
kesehatan populasi, seperti yang disediakan dalam dokumen U.S.
Healthy People 2020 (Boyd, 2021)
➢ Macam (Amiruddin, 2013)
• Surveilans epidemiologi penyakit menular
• Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
• Surveilans epidemiologi penyakit infeksi
• Surveilans epidemiologi penyakit akut
• Surveilans epidemiologi penyakit kronis.
C. Survei Evaluasi
Dilakukan untuk menilai sejauh mana upaya kesehatan sudah dilakukan
➢ Surveilans individu
mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak
dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus,
demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan
dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,sehingga
penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
➢ Surveilans penyakit
pengawasan terusmenerus terhadap distribusi dan kecenderungan
insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi,
evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data
relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah
penyakit, bukan individu.
➢ Surveilans sindromik
melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan
gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik
mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual
maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis.
➢ Surveilans Berbasis Laboratorium
mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada
penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis,
penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain
bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih
segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan
sindroma dari klinik-klinik
➢ Surveilans terpadu
menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah
yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah
pelayanan publik bersama.
➢ Surveilans kesehatan masyarakat global
Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut
dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang
manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan
organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
surveilans yang melintasi batas-batas negara
B. Perijinan
Izin untuk melakukan pemeriksaan pada kelompok masyarakat biasanya
diperoleh dari Instansi yang berwenang, baik di tingkat lokal, regional
maupun nasional. Perencanaan survei juga perlu disampaikan secara
terinci
C. Penjadwalan
Penjadwalan yang rapi untuk pengumpulan data. Perencana survei dapat
memperkirakan berapa lama setiap pemeriksaan akan berlangsung,
dengan demikian dapat dibuat jadwal harian dan mingguan.
D. Pembiayaan
Perlu dipersiapkan adalah pembiayaan untuk sumber daya yang
diperlukan, termasuk tim yang akan melakukan survei.
A. Kelebihan
➢ Lebih praktis
➢ Informasi yang diperoleh dapat dikumpulkan dengan jumlah responden
yang lebih luas dalam periode singkat dengan biaya yang relatif lebih
murah
➢ Dapat dilakukan dengan penelitian atau oleh sejumlah orang tanpa
mengalami kesulitan dalam menguji validitas dan reliabilitas
➢ Hasil kuesioner biasanya lebih cepat dan lebih mudah diindentifikasi
oleh peneliti lain atau dengan menggunakan system
➢ Dapat dianalisis secara akademik dan objektif dibandingkan dengan
bentuk peneltiian lainnya
➢ Ketika data dikuantifikasi, data tersebut dapat digunakan untuk
membandingkan dengan penelitian lain
➢ Dapat digunakan untuk menguji hipotesis.
B. Kekurangan
➢ Survey study dianggap tidak cukup memadai untuk memahami
beberapa jenis informasi seperti perubahan emosi, perilaku, perasaan,
dan lain-lain
➢ Ahli fenomenologi menyatakan bahwa penelitian kuantitatif hanyalah
sebuah alat buatan dari peneliti, karena hanya menanyakan informasi
yang terbatas tanpa penjelasan
➢ Data yang diperoleh dalam survey study memungkinkan mempunyai
validitas yang rendah karena tidak semua data yang diperoleh diisi oleh
responden yang tepat
➢ Tidak ada metode yang akurat untuk mengetahui seberapa jujur
responden
➢ Tidak ada cara untuk mengetahui seberapa banyak pemikiran dan
persepsi yang diberikan responden
➢ Responden bisa jadi lupa atau tidak berpikir dalam konteks utuh dari
sebuah situasi
➢ Responden mungkin menafsirkan secara berbeda atas sebuah
pertanyaan sehingga menjawab sesuai interpretasi mereka sendiri atas
pertanyaan tersebut, contohnya apa yang ‘baik’ untuk seseorang
mungkin saja ‘buruk’ untuk orang lain, sehingga terdapat tingkat
subyektivitas yang tidak diakui.
➢ Ada suatu tingkat ‘pemaksaan’ dari peneliti maksudnya ketika
mengembangkan kuesioner, peneliti membuat keputusam dan asumsi
sendiri tentang hal yang penting dan tidak, sehingga dalam prosesnya
mungkin saja mereka melewatkan sesuatu.
Diagnosis
I. Komunitas umum
A. Definisi
➢ Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan
adanya suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat
lapangan.
➢ Menurut definisi WHO, diagnosis komunitas adalah penjelasan secara
kuantitatif dan kualitatif mengenai kondisi kesehatan di komunitas
serta faktor faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatannya.
➢ Diagnosis komunitas ini mengidentifikasi masalah kemudian
mengarahkan suatu intervensi perbaikan sehingga menghasilkan
suatu rencana kerja yang konkrit (Prihartono dkk, 2014)
B. Tujuan
➢ Tujuan utama
Dokter mampu mengidentifikasi masalah kesehatan di komunitas dan
membuat solusi pemecahannya.
➢ Tujuan khusus
• mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat
• mengembangkan instrumen untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan
• menganalisis permasalahan kesehatan dan mengajukan solusi
pemecahannya
• menjelaskan struktur organisasi fasilitas kesehatan tingkat primer
• berkomunikasi secara baik dengan masyarakat
• membuat usulan pemecahan terhadap masalah kesehatan
(Prihartono dkk, 2014)
C. Prosedur/tahapan
(Prihartono dkk, 2014)
➢ Pertemuan awal untuk menentukan area permasalahan
Ditentukan tim pelaksana yang berperan mengelola dan
mengkoordinasikan diagnosis komunitas. Tim ini harus
mengidentifikasi dana dan sumber daya yang tersedia untuk
menentukan batasan dari diagnosis komunitas.
➢ Menentukan instrument pengumpulan data
Menyesuaikan data apa yang akan dikumpulkan
➢ Pengumpulan data dari masyarakat
• Latar belakang wilayah yang dibahas harus dipelajari melalui data
statistik dan hasil sensus populasi,
• Agar data yang dikumpulkan merepresentasikan gambaran
masyarakat, maka perlu ditentukan sasaran penduduk yang akan
menjadi responden, berapa jumlahnya serta lokasinya tinggalnya.
➢ Menganalisis dan menyimpulkan data
Hasil diagnosis sebaiknya terdiri atas tiga aspek yaitu :
• Status kesehatan di komunitas
• Determinan dari masalah kesehatan di komunitas
• Potensi dari pengembangan kondisi kesehatan di komunitas dan
area yang lebih luas
➢ Membuat laporan hasil dan presentasi diseminasi
Diagnosis komunitas harus dilanjutkan dengan usaha untuk
mengkomunikasikannya sehingga memastikan prioritas tindak lanjut
yang harus segera diambil.
D. Indikator penilaian
➢ Angka Kematian (Mortality rate)
AKK, AKI, AKB, Angka Kematian akibat penyakit tertentu, dll
➢ Angka Kesakitan (Morbidity rate)
Insiden, prevalen (menyangkut berbagai penyakit)
➢ Angka Ke-cacatan (Disability rate)
Angka absensi, dll
➢ Indikator lainnya
• Indikator jangkauan pelayanan kesehatan → misalnya cakupan
ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC.
• Rasio petugas kesehatan-penduduk → misalnya rasio dokter :
penduduk
• Indikator kesehatan lingkungan → misalnya persentase penduduk
yang mendapat air bersih
• Indikator sosio-demografi → komposisi/struktur/distribusi,
income per capita, angka buta huruf, dll (Prihartono dkk, 2014)
B. Tujuan
➢ Untuk tujuan pengobatan dan asuransi serta medikolegal yang efektif
➢ Meskipun, tidak ada sistem yang diterima secara universal untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasikan penyakit, diagnosis sering
ditulis untuk tujuan pemahaman penyakit yang akurat. (Marya, 2012)
C. Prosedur/tahapan
D. Indikator COHA
➢ Karakteristik populasi
➢ Status kesehatan komunitas
➢ Angka kematian
➢ Angka kesakitan
➢ Angka kelahiran
➢ Kesehatan lingkungan
➢ Pemanfaatan sarana pelayanan keehattan
➢ Faktor risiko terjadinya penyakit
➢ Pengetahuan dan perilaku masyarakat
➢ Peran serta masyarakat
III. Perbedaan
D. Pradigma sehat
Mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan
mereka sendiri melalui kesadaran yang tinggi pada pentingnya pelayanan
kesehatan yang bersifat promotive dan preventif
A. Visi
Kemandirian keluarga dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan
tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut setinggi-tingginya, melalui
pelayanan dokter gigi keluarga secara efisien, efektif, adil, merata, aman,
dan bermutu
B. Misi
➢ Mendorong kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara
kesehatan gigi dan mulut
➢ Mengusahakan tersediannya pelayanan dokter gigi keluarga yang
merata, bermutu, dan terjangkau
➢ Memberikan pelayanan, memelihara, dan meningkatkan kesehatan
gigi perorang serta masyarakat (keluarga binaan) sehingga tercapai
derajat kesehatan gigi dan mulut yang diharapkan
➢ Meningkatkan profesionalisme dokter gigi keluarga dalam mengemban
peran, tugas, fungsinya
➢ Meningkatkan kemitraan dengan profesi, institusi Pendidikan, dan
pihak-pihak terkait
Daftar Pustaka
1. Susilawati, S., Fadilah, R.P.N., Monica, G., Adiatman, M., Rahardjo, A., Dewanto,
I., Jovina, T. 2018. Handbook Indonesia Oral Health Survey Implementation –
National Basic Health Research. Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia.
2. Wahjudi, P., Irma, P., Ariyanto, Y. 2012. Survei Surveilans Perilaku Berisiko
Tertular HIV pada Remaja Jalanan Tahun 2011 vol 8 no 2. Jurnal IKESMA.
3. Boyd, L.D., Mallonee, L.F., Wyche, C.J. 2021. Wilkins’ Clinical Practice of the
Dental Hygienist 13th ed. Jones & Bartlett Learning.
4. Amiruddin, R. 2013. Mengembangkan Evidence Base Public Health (EBPH) HIV
dan AIDS Berbasis Surveilans vol 2 no 2. Jurnal AKK.
5. Maidiana. 2021. Penelitian Survey vol 1 no 2. ALACRITY: Journal of Education.
6. Yuliansyah. 2016. Menigkatkan Response Rate pada Penelitian Survey Suatu
Study Literature. Change Publication.
7. Prihartono, J, dkk. 2014. Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas.
Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI.
8. Sawitri A.A.S., Pinatih, G.N.I., Weta I.W., Duarsa, D.P., Dharmadi, I.M., Ani, L.S.,
Kartikasari, K.A., Sutarsa, N., Aryani, P., Yuliatni, P.C.D., Ariastuti, P. 2017. Buku
Panduan Belajar Koas: Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan
(IKK-IKP). Denpasar: Udayana University Press.
9. KepMenKes RI No. 1415/Menkes/SK/X/2005. 2007. Kebijakan Pelayanan
Kedokteran Gigi Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
10. KepMenKes RI No. 039/Menkes/SK/I/2007. 2007. Pedoman Penyelenggaraan
Kedokteran Gigi Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
11. Kristiani, A., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Poloyeknik
Kesehatan Tasikmalaya.
12. Marya, C.M. 2012. A Practical Manual of Public Health Dentistry 1st ed. Jaypee.