Anda di halaman 1dari 19

A.

Pengertian Populasi Sampel


1. Pengertian Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti jumlah
penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2013: 117).
Menurut Nazir (1983:327) mengatakan bahwa popuasi adalah berkenaan
dengan data bukan barang atau bendanya. Pengertian lainnya, diungkapkan
oleh Nawawi yang menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek
penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-
tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian.
Sedangkan Ridwan (2002: 3) mengatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran menjadi objek
penelitian.
Menurut Margono (2010:118) populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya dalam Sugiyono
(2006:117)

Menurut Muri (2007:182) secara umum dapat dikatakan beberapa


karakteristik populasi adalah:
a. Merupakan keseluruhan dari unit analisis sesuai dengan informasi yang
akan diinginkan.
b. Dapat berupa manusia/individu, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-
benda atau objek maupun kejadian-kejadian yang terdapat dalam suatu
area/ daerah tertentu yang telah ditetapkan.
c. Merupakan batas-batas (boundary) yang mempunyai sifa-sifat tertentu
yang memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dari keadaan itu.
d. Memberikan pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu dapat
digeneralisasikan.

Jenis-Jenis Populasi
Menurut Muri (2007:183) Populasi digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Populasi terbatas (definite) yaitu objek penelitiannya dapat dihitung,
seperti luas sawah, jumlah ternak, jumlah murid, dan jumlah
mahasiswa.
b. Populasi tak terbatas (infinite) yaitu objek penelitian yang
mempunyai jumlah yang tak terbatas, atau sulit dihitung jumlahnya;
seperti pasir di pantai. Disamping itu persoalan populasi bagi suatu
penelitian harus dibedakan ke dalam sifat berikut ini:
a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-
unsurnya memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu
dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya seorang dokter
yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup
mengambil setetes darah saja.
b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi uang unsur-
unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga
perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
2. Pengertian sampel
Menurut Muri (2007:186) secara sederhana dapat dikatakan bahwa
sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili
populasi tersebut. Sedangkan menurut Suharsimi (2002:109), sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Beberapa pendapat
ahli tentang pengertian sampel adalah sebagai berikut:
a. Sax (1979: 181) mengemukakan bahwa sampel adalah suatu jumlah
yang terbatas dari unsur-unsur yang terpilih dari suatu populasi,
unsur-unsur tersebut hendaklah mewakili populasi.
b. Warwick (1975:69) mengemukakan pula bahwa sampel adalah
sebagian dari suatu hal yang luas, yang khusus dipilih untuk
mewakili keseluruhan.
c. Kerlinger (1973:118) menyatakan: Sampling is taking any portion of
a population or universe as representative of that population or
universe.
d. Leedy (1980:111) mengemukakan bahwa sampel dipilih dengan
hati-hati sehingga dengan melalui cara sedemikian peneliti akan
dapat melihat karakteristik total populasi.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi betul-betul representatif (mewakili).
Ciri-ciri Sampel yang Baik, Berangkat dari berbagi pendapat yang
telah diutarakan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri sampel yang
baik adalah:
a. Sampel dipilih dengan cara hati-hati; dengan menggunakan cara
tertentu dan benar.
b. Sampel harus mewakili populasi, sehingga gambaran yang diberikan
mewakili keseluruhan karakteristik yang terdapat pada populasi.
c. Besarnya ukuran sampel hendaknya mempertimbangkan tingkat
kesalahan sampel yang dapat ditolerir dan tingkat kepercayaan yang
dapat diterima secara statistik.

B. Kegunaan Sampel
Di dalam penelitian ilmiah, banyak masalah yang tidak dapat dipecahkan tanpa
memanfaatkan teknik sampling. Penelitian kesehatan/keperawatan meliputi
bidang yang sanat luas, yang terdiri dari berbagai sub bidang. Apabila dilakukan
penelitian tidak hanya dapat dilakukan terhadap unit atau sub bidang tertentu
saja. Oleh sebab itu agar dapat dilakukan penelitian terhadap semua sub bidang
dann dengan biaya yang murah, peneliti harus dapat melakukan sampling
terhadap objek yang ditelitinya. Kegunaan sampel dalam penelitian yaitu :
1. Menghemat biaya
Proses penelitian memerlukan alat penelitian, pengumpulan data,
pengolahan data dan sebagainyanya dimana semua itu memerlukan
biaya. Apabila penelitian itu dilakukan terhadap seluruh objek yang
diteliti sudah barang tentu memerlukan lebih banyak biaya. Oleh sebab
itu dengan sampling, dalam arti penelitian hanya dilakukan terhadap
sebagian populasi, biaya tersebut dapat ditekan.
2. Mempercepat pelaksanaan penelitian
Penelitian yang dilakukan terhadap objek yang banyak (seluruh
populasi) jelas akan memakan waktu yang lama, bila dibandingkan
dengan hanya sebagian populasi saja (sampel). Oleh sebab itu jelas
bahwa penelitian yang hanya dilakukan terhadap sampel akan lebih
cepat.
3. Menghemat tenaga
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan terhadap seluruh populasi jelas
akan memerlukan tenaga yang lebih banyak bila dibandingkan dengan
penelitian yang hanya dilakukan pada sebagian populasi (sampel).
4. Memperkecil ruang lingkup penelitian
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan terhadap seluruh objek akan
memakan waktu, tenaga, biaya dan fasulitas-fasilitas lain yang lebih
besar. Apabila penelitian dilakukan terhadap sampel, maka dengan
waktu, tenaga dan biaya yang sama dapat dilakukan penelitian yang
lebih luas ruang lingkupnya.
5. Memperoleh hasil yang lebih akurat.
Penelitian yang dilakukan terhadap populasi jelas akan menyita sumber
daya yang lebih besar, termasuh usaha-usaha analisis. Hal ini akan
berpengaruh terhadap keakuratan hasil penelitian. Dengan
mempergunakan sampel, maka dengan usaha yang sama akan diperoleh
hasil analisis yang lebih akurat

C. Faktor yang perlu dipertimbangkan


Untuk keberhasilan suatu penelitian perlu dipertimbangkan faktor-faktor
yang dapat berpengaruh terhadap pengambilan sampel. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
1. Membatasi jumlah populasi
Suatu populasi menunjukkan pada sekelompok subjek yang menjadi
objek atau sasaran penelitian. Sasaran penelitian ini dapat dalam bentuk
manusia, benda, geografis, penyakit, penyebab penyakit, wilayah,
program-program kesehatan dan lainnya. Apabila tidak dilakukan
pembatasan terhadap populasi, maka kesimpulan yang ditarik dari hasil
penelitian tidak menggambarkan atau mewakili seluruh populasi.
Tanpa pembatasan dengan jelas anggota populasi, kita tidak
memperoleh sampel yang representatif. Oleh sebab itu dalam penelitian
apapun populasi tersebut harus dibatasi, misalnya satu wilayah
kelurahan, kecamatan atau kabupaten, kelompok umur tertentu.

2. Mendaftar seluruh unit yang menjadi anggota populasi


Seluruh unit yang menjadi anggota populasi dicatat secara jelas,
sehingga dapat diketahui unit-unit yang termasuk pada populasi.
Misalnya penelitian tentang status gizi anak balita di kelurahan X, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel terlebih dahulu dilakukan
pencatatan seluruh anak di bawah lima tahun yang berdomisili di
kelurahan X tersebut. Untuk melakukan ini dengan sendirinya peneliti
terlebih dahulu harus membuat batasan tentang anak balita tersebut atau
batasan populainya.
3. Menentukan sampel yang akan dipilih
Dari daftar anggota populasidipilih sebagai sampel, besarnya atau
banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel memerlukan
perhitungan tersendiri. Besar/kecilnya suatu sampel bukan ukuran
semata untuk menentukan apakah sampel tersebut representatif atau
tidak, hal ini akan tergantung pada karakteristik populasi, misalnya
homogen atau hiterogen dan sebagainya.
4. Menentukan teknik sampel
Teknik pengambilan sampel ini sangat penting karena bila salah maka
hasilnya pun akan jauh dari kebenaran.

D. Prosedur pengambilan sampel


Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mengambil sampel dari
populasi adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu langkah pokok bagi suatu penelitian,
karena tujuan penelitian tersebut merupakan arah untuk elemen-elemen
yang lain dari penelitian. Demikian pula dalam menentukan sampel
tergantung pula pada tujuan penelitian. Oleh sebab itu langkah pertama
dalam mengambil sampel dari populasi adalah menentukan tujuan
penelitian.
2. Menentukan populasi penelitian
Telah disebutkan di atas bahwa anggota populasi di dalam penelitian
tersebut harus dibatasi secara jelas. Oleh sebab itu sebelum sampel
ditentukan harus ditentukan dengan jelas kriteria atau batasan
populasinya. Dengan demikian maka akan menjamin pengambilan
sampel secara tepat.
3. Menentukan jenis data yang diperlukan
Jenis data yang akan dikumpulkan dari suatu penelitian harus
dirumuskan secara jelas. Apabila jenis data yang akan dikumpulkan
telah di rumuskan secara jelas, maka dapat dengan mudah ditentukan
dari mana data tersebut diperoleh atau ditentukan sumberdatanya.
4. Menentukan teknik sampling
Penentuan teknik sampling yang akan digunakan dalam pengambilan
sampel dengan sendirinya akan tergantung dari tujuan penelitian dan
sifat-sifat populasi.
5. Menentukan besarnya sampel (sample size)
Meskipun besar/kecilnya sampel belum menjamin represen tatifnya atau
tidaknya suatu sampel, tetapi penentuan besar dapat merupakan langkah
penting dalam pengambilan sampel. Secara statistik penentuan besarnya
sampel ini akan tergantung pada jenis dan besarnya populasi. Penentuan
besarnya sampel ini akan dibicarakan di dalam bagian lain.
6. Menentukan unit sampel yang diperlukan
Sebelum menentukan sampel yang diperlukan, terlebih dulu akan
ditentukan unit-unit yang menjadi anggota populasi. Hal ini akan
memudahkan dalam menentukan unit yang mana akan di sampel.
7. Memilih sampel
Apabila karakterisrik populasi sudah ditentukan dengan jelas maka kita
dapat dengan mudah memilih sampel sesuai dengan karakteristik
populasi tersebut. Dalam memilih sampel dari populasi ini dengan
sendirinya berdasarkan teknik-teknik pengambilan sampel.

E. Teknik sampling
Pada garis besarnya hanya ada dua jenis sampel, yaitu sampel-sampel
probabilitas (probability samples) atau sering disebut random sample
(sampel acak) dan sampel-sampel non-probabilitas (non probality samples).
Tiap-tiap jenis sampel ini terdiri dari berbagai macam pula.
1. Random Sampling
Pengambilan sampel secara random atau acak disebut random
sampling, dan sampel yang diperoleh disebut sampel random. Teknik
random sampling, dan hanya boleh digunakan apabila setiap unit atau
anggota populasi itu bersifat homogen. Hal ini berarti setiap anggota
populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai
sampel.
Teknik random sampel ini dapat dibedakan menjadi:
a. Pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple random
sampling)
Hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah
bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Apabila
besarnya sampel yang diinginkan itu berbeda-beda, maka besarnya
kesempatan bagi setiap satuan elementer untuk terpilih pun
berbeda-beda pula. Contoh teknik sampel acak sederhana yaitu:
lempar koin, lempar dadu, metode lotre/undian, blind folded
method dan random tables (menggunakan tabel acak).
Keuntungannya adalah memerlukan pengetahuan minimum dari
populasi, bebas dari kesubjektifan dan bebas dari kesalahan
personal, memberikan data yang sesuai untuk tujuan kita dan
observasi dari suatu sampel dapat digunakan untuk tujuan
inferensial.
Adapun kerugiannya antara lain keterwakilan dari sampel tidak
dapat dipastikan pada metode ini, metode ini tidak menggunakan
pengetahuan tentang populasi dan keakuratan inferensial dari
penemuan tergantung pada ukuran sampel

b. Pengambilan sampel secara acak sisiematis (Systematic sampling)


Teknik ini merupakan modifikasi dari sampel random sampling.
Caranya adalah membagi jumlah atau anggota populasi dengan
perkiraan jumlah sampel yang diinginkan. Hasilnya adalah interval
sampel. Sampel diambil dengan membuat daftar elemen atau
anggota populasi secara acak antara 1 sampai dengan n. Kemudian
membagi dengan jumlah sampel yang diinginkan, misalnya hasil
sebagai interval adalah X, maka yang terkena sampel adalah setiap
kelipatan dari X tersebut. Contoh, jumlah populasi 200, sampel
yang diinginkan 50, maka intervalnya adalah 200 : 50 = 4. maka
anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang
mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4, 8, 12, 16, dan seterusnya
sampai mencapai jumlah 50 anggota sampel.
Kelebihannya adalah metode yang sederhana untuk memilih
sampel, meminimalisir biaya (saat ke lapangan), menggunakan
statistik inferensial, komperhensif (menyeluruh) dan mewakili
populasi dan observasi sampel dapat digunakan untuk
menggeneralisasikan dan menarik kesimpulan.
Kekurangannya adalah tidak bebas dari kesalahan karena
subjektifitas mengarah pada cara yang berbeda dari daftar
sistematis oleh individu yang berbeda. Pengetahuan tentang
populasi sangat penting, Informasi dari setiap individu sangat
penting, metode ini tidak dapat menjamin keterwakilan dan adanya
resiko dalam menggambarkan kesimpulan dari penelitian sampel.

c. Pengambilan sampel secara acak Stratifikasi (stratified sampling


atau stratified random sampling)
Apabila suatu populasi terdiri dari unit yang mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, maka teknik
pengambilan sampel yang tepat digunakan adalah stratified
sampling. Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi
karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menemukan
strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut.
Penentuan strata ini dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya
tingkatan sosial ekonomi pasien, tingkat keparahan penyakit, umur
penderita, dan lain sebagainya. Setelah ditentukan stratanya
barulah dari masing-masing strata ini diambil sampel yang
mewakili strata tersebut secara random atau acak.

Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai


maka dalam teknik ini sering pula dilakukan perimbang antara
jumlah anggota populasi berdasarkan masing-masing strata. Oleh
sebab itu maka disebut pengambilan sampel secara prappartion
stratified sampling.

Pelaksanaan pengambilan sampel dengan stratified, mula-mula


menetapkan unit-unit anggota populasi dalam bentuk strata yang
didasarkan pada karakteristik umum dari anggota-anggota populasi
yang berbeda-beda. Setiap unit yang mempunyai karakteristik
umum yang sama, dikelompokkan pada satu strata, kemudian dari
masyarakat masing-masing strata diambil sampel yang
mewakilinya.

Langkah-langkah yang ditempuh pengambilan sampel secara


stratified adalah :

1. Menentukan populasi penelitian.


2. Mengidentifikasi segala karakteristik dari unit-unit yang
menjadi anggota populasi.
3. Mengelompokkan unit anggota populasi yang mempunyai
karakteristik umum yang sama dalam suatu kelompok atau strata
misalnya berdasarkan tingkat pendidikan.
4. Mengambil dari setiap strata sebagian unit yang menjadi
anggotanya untuk mewakili strata yang bersangkutan.
5. Teknik pengambilan sampel dari masing-masing strata dapat
dilakukan dengan cara random atau non-random.
6. Pengambilan sampel dari masing-masing strata sebaiknya
dilakukan berdasarkan perimbangan (proporsional).

Keuntungan metode ini adalah perbaikan dari yang sebelumnya, ini

adalah metode objektif sampling, dan observasi dapat digunakan


untuk tujuan inferensial.
Adapun kekurangan berat dari metode ini adalah sulit bagi peneliti
untuk memutuskan kriteria relevan untuk stratifikasi, hanya satu
kriteria yang dapat digunakan untuk stratifikasi, tapi itu secara
umum tampak lebih dari satu kriteria relevan untuk stratifikasi, dan

banyak memakan biaya dan waktu.

d. Pengambilan sampel secara kelompok atau gugus (cluster sampling)


Pada teknik ini sampel bukan terdiri dari unit individu, tetapi terdiri
dari kelompok atau gugusan. Gugusan atau kelompok yang diambil
sebagai sampel ini terdiri dari unit geografis (desa, kecamatan,
kabupaten, dan sebagainya), unit organisasi, misalnya klinik, PKK,
LKMD, dan sebagainya. Pengambilan sampel secara gugus, peneliti
tidak mendaftar semua anggota atau unit yang ada di dalam populasi,
melainkan cukup mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang
ada di dalam populasi itu. Kemudian mengambil sampel berdasarkan
gugus-gugus tersebut. Misalnya penelitian tentang kesinambungan
imunisasi anak balita di Kecamatan X yang terdiri dari 15 desa atau
kelurahan, dengan sampel sebesar 20%. Pengambilan sampel secara
gugus adalah dengan mengambil 3 kelurahan dari 15 kelurahan yang
ada di Kecamatan X tersebut secara random. Kemudian semua anak
balita yang bedomisili di tiga kelurahan yang terkena sampel
tersebut itulah yang diteliti.
Keuntungn metode ini adalah perwakilan yang baik dari populasi,
metode yang mudah, metode yang ekonomis, praktis dan sangat
berlaku pada penelitian dan hasil penelitian dapat digunakan untuk
tujuan inferensial.
Adapun kekurangannya adalah cluster sampling tidak bebas dari
kesalahan dan tidak menyeluruh.

e. Pengambilan sampel secara gugus bertahap (multistage sampling)


Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berdasarkan tigkat
wilayah secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk diaksanakan
bila populasi terdiri dari bermacam-macam tingkat wilayah.
Pelaksanaannya dengan membagi wilayah ke populasi dalam sub-
sub wilayah, dan tiap sub wilayah dibagi ke dalam bagian-bagian
yang lebih kecil, dan seterusnya. Kemudian menetapkan sebagian
dari wilayah populasi (sub wilayah) sebagai sampel. Dari sub
wilayah yang menjadi sampel ditetapkan pula bagian-bagian dari sub
wilayah sebagai sampel, dan dari bagian-bagian kecil tersebut
ditetapkan unit-unit yang terkecil diambil sampel-sampel. Misalnya
pelaksanaan suatu penelitian di suatu wilayah kabupaten. Mula-mula
diambil beberapa kecamatan sebagai sampel dari kecamatan-
kecamatan yang terkena sampel ini diambil beberapa kelurahan
sebagai sampel, selanjutnya dari kelurah-kelurahan sampel ini
diambil beberapa RW sebagai sampel, dan dari beberapa sampel
diambil lagi beberapa RT sebagai sampel, dan akhirnya dari RT-RT
yang terkena sampel tersebut diambil beberapa atau seluruh unit
sebagai sampel. Oleh sebab itu, pengambilan sampel semacam ini
sering disebut area sampling atau pengambilan sampel menurut
wilayah.
Keuntungan metode Ini adalah perwakilan yang baik dari populasi,
multi stage sampling adalah perbaikan dari metode sebelumnya,
prosedur yang objektif dari sampling dan penelitian dari multi stage
sample digunakan untuk tujuan inferensial.
Adapun kekurangan metode ini adalah metode sampling yang sulit
dan rumit, adanya kesalahan pada saat menentukan sampel primer
dan sampel sekunder serta merupakan fenomena subjektif.

2. Non Random (Non Probability) Sampling


Pengambilan sampel bukan secara acak atau random adalah pengambilan
sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat
diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi
kepraktisan belaka. Metode ini mencakup beberapa teknik antara lain
sebagai berikut:
1. Porposive Sampling
Pengambilan sampel secara porposive didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan
ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Pelaksanaan pengambilan sampel secara porposive ini antara lain
sebagai berikut:

Mula-mula peneliti mengidennfikasi semua karakteristik populasi


misalnya dengan mengadakan studi pendahuluan/dengan
mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi.
Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya
sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian, sehingga
teknik pengambilan sampel secara porposive ini didasarkan pada
pertimbangan pribadi peneliti sendiri. Teknik ini sangat cocok untuk
mengadakan studi kasus (Case study), di rnana banyak aspek dari
kasus tunggal yang represenrarif untuk diamati dan dianalisis.
Keuntungan metode ini adalah menggunakan pengetahuan terbaik
terkait dengan subjek sampel, lebih baik mengontrol variabel secara
signifikian, data kelompok sampel dapat dengan mudah
dipadupadankan dan homogenitas mata pelajaran dapat digunakan
pada sampel.
Adapun kekurangannya adalah kriteria reliabilitas dipertanyakan,
pengetahuan tentang populasi sangat penting, kesalahan dalam
pengklasifikasian subjek sampling, ketidakmampuan untuk
memanfaatkan statistic parametric inferensial serta ketidak mampuan
untuk membuat generalisasi terkait jumlah populasi.

2. Quata Sampling
Pengambilan sampel secara quota dilakukan dengan cara menetapkan
sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah. Teknik sampling
ini diiakukan dengan cara: Pertama-tama menetapkan berapa besar
jumlah sampel yang diperlukan atau menetapkan quotum (jatah).
kemudian jumlah atau quotum itulah yang dijadikan dasar untuk
mengambil unit sampel yang diperlukan. Anggota populasi mana pun
yang akan diambil tidak menjadi soal, yang penting jumlah quotum
yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi.
Keuntungan metode ini adalah perbaikan dari judgment sampling,
teknik sampling yang mudah dan secara teratur paling banyak
digunakan pada lembaga sosial.
Adapun kekurangan metode ini adalah bukan sampel yang
representative (tidak mewakili), tidak bebas dari kesalahan, dan
memilki pengaruh pada regional geografis dan faktor sosial.

3. Accidental Sampling
Pengambilan sampel secara aksidemal (accidental) ini dilakukan
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia. Bedanya dengan porposive sampling adalah, kalau sampel
yang diambil secara proposive berarti dengan sengaja mengambil
atau memilih kasus atau responden. Sedangkan sampel yang diambil
secara aksidental berarti sampel diambil dari responden atau kasur
yang kebetulan ada.
Keuntungan metode ini adalah metode sampling yang sangat mudah,
secara teratur digunakan untuk science serta menghemat waktu, uang,
tenaga.
Sedangkan kekurangan metode ini adalah tidak mewakili populasi,
tidak bebas dari kesalahan serta statistik parametrik tidak dapat
digunakan.

F. Penentuan besarnya Sampel


Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung
kepada dua hal, yaitu: Pertama adanya sumber-sumber yang dapat
digunakan untuk menentukan batas maksimal dari sampel. Kedua,
kebutuhan dan rencana analisis yang menentukan batas minimal dari
besarnya sampel. Misalnya Keterbatasan jumlah pewawancara atau
pengumpul data. dan keterbatasan sumber-sumber daya pendukung yang
lain menutut hanya jumlah sampel yang kecil. dilain pihak, agar
memungkinkan hasil yang dapat dipercaya dari analisis tabel silang, serta
memberikan ketepatan tentu dari perkiraan proporsi yang diinginkan dan
melakukan uji kemaknaan perbedaan-perbedaan proporsi tersebut
diperlukan jumlah sampel yang cukup besar.
Untuk menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan bagi
ketepatan (accuracy) dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi-
proporsi, kita perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain sebagai
berikut:
1. Berapa angka perkiraan yang masuk akal dari proporsi-proporsi yang
akan diukur dalam penelitian itu. Misalnya kita akan meneliti
prevalensi penyakit jantung koroner, kita harus memperkirakan berapa
angka prevalensi yang akan kita peroleh di dalam populasi. Apabila kita
tidak dapat memperkirakan hal itu, yang paling aman kita perkirakan
angka tersebut adalah 0,50 (50%). Dengan angka ini akan diperoleh
variance yang maksimal sehingga sampel yang dipilih cukup mewakili.
2. Berapa tingkat kepercayaan yang diinginkan dalam penelitian tersebut,
atau berapa jauh penyimpangan estimasi sampel dari proporsi
sebenarnya dalam keseluruhan populasi. Apabila kita menginginkan
derajat ketepatan yang tinggi maka diambil angka 0,01, maka jumlah
sampel akan lebih besar daripada kita memilih derajat ketepatan 0,05.
3. Berapa derajat kepercayaan (confidence level) yang akan digunakan
agar estimasi sampel akurat. Pada umumnya digunakan 91% atau 95%
derajat kemaknaan (confidence level).
4. Berapa jumlah populasi yang harus diwakili oleh sampel tersebut?
Apabila besar populasi itu lebih dari 10.000, maka ketepatan besarya
sampel tidak begitu penting. Tetapi bila populasi lebih kecil dari
10.000, ketepatan atau besarnya sampel perlu diperhitungkan.

Dari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, kita dapat


menghitung besarnya sampel untuk mengukur proporsi dengan alat akurasi
pada tingkatan statistik yang bermakna (significance) deengan menggnakan
formula yang sederhana seperti di bawah ini :

keterangan :
d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan,
biasanya 0,05 atau 0,001.
Z = Standar deviasi normal, biasanya ditentukan pada 1,95 atau 2,0 yang sesuai
dengan derajat kemaknaan 95 %.
p = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkiraakan terjadi pada populasi.
Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut maka p = 0,05.
q = 1,0 – p
N = Besarnya populasi
n = Besarnya sampel.

Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000. dapat menggunakan formula
yang lebih sederhana lagi seperti berikut :

Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang di inginkan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sampel antara lain :

1. Sampel yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih akurat, tetapi
memerlukan lebih banyak waktu, tenaga, biaya, dan fasilitas-fasilitas lain.
2. Pengambilan sampel acak memberikan data kuantitatif yang lebih
representatif dan populasi yang besar daripada pengambilan sampel yang
non random. Tetapi sampel yang non random dapat digunakan untuk
memaksimalkan data kualitatif dari sampel yang relatif
3. Besar/kecilnya sampel bukan sam-satunya ukuran untuk menentukan
representatif atau tidak representatifaya terhadap populasi. Hal ini
tergantung pula pada sifat-sifat populasi yang diwakilinya.
4. Agar karakteristik sampel tidaak menyimpang dari populasinya, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi,
maupun ekslusi. Kriteria inklusi adalah kritera atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil menjadi sampel.
Sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Hamid. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:


Alfabeta

Narbuko, Cholid dan Abu Achamadi.2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT


Bumi Aksara

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Malang: Andi
yogyakarta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai