Anda di halaman 1dari 14

Sistem operasi untuk budidaya Tomat

Fluktuasi Acak
• Cuaca
• Inflasi
• Campur tangan Pemerintah

Masukan Keluaran
• Tanah Proses • Tomat
• Petani Konversi • Selai tomat
• Bangunan • Saos tomat
• Manajerial • yugourt, dll
Skill

Umpan Balik
• Kondisi Tanah
• Panenan
• Harga

Penjelasan :

A.Masukan atau Input adalah faktor –faktor produksi dan


sumberdaya lain yang digunakan pada budidaya Tomat.

1.Lahan

Pengolahan lahan

Tomat tumbuh baik pada tingkat keasaman tanah pH 5,5-7. Apabila tanah terlalu asam
(<5,5), tambahkan dolomit atau kapur pertanian. Manfaat pengapuran selain menaikan pH
tanah juga untuk memperbaiki struktur tanah. Dosisnya harus disesuaikan dengan tingkat pH
tanah masing-masing.
Bajak atau cangkul tanah hingga gembur kemudian bentuk bedengan dengan ketinggian 30
cm, lebar 1 meter dan pajang mengikuti kontur lahan. Buat jarak antar bedeng selebar 30-40
cm. Kemudian diamkan tanah kira-kira satu minggu.

Setelah itu, berikan pupuk dasar berupa pupuk organik seperti pupuk kandang atau pupuk
kompos sebanyak 20 ton per hektar. Aduk hingga merata diatas bedengan. Untuk
memperkaya kandungan fosfor bisa ditambahkan pupuk TSP secukupnya (kira-kira 5 gram
per tanaman). Untuk budidaya tomat organik, jangan ditambahkan pupuk kimia tapi pupuk
dasar harus lebih banyak, kira-kira 30-40 ton per hektar.

Kemudian tutup bedengan dengan mulsa plastik, penutupan dengan mulsa sangat berguna
terutama pada musim kemarau. Mulsa plastik berguna untuk mempertahankan kelembaban
tanah, mengendalikan gulma dan agar buah tomat tetap bersih tidak menyentuh tanah.
Biarkan kembali tanah selama satu minggu sebelum ditanami.

2.Petani
Untuk mendapatkan hasil maksimal dan produksi tinggi tentu diperlukan keterampilan petani yang
dapat menunjang bagaimana aplikasi pertanian yang sebenar benarnya,tentunya dari proses
pengolahan sampai panen dan siap untuk dipasarkan.

Skill yang harus dimiliki petani tomat adalah:

1. Pengolahan lahan
2. Pembibitan
3. Penanaman
4. Pemeliharaan
5. Pengendalian hama dan penyakit
6. Pemangkasan
7. Panen
8. Pengolahan hasil
9. pemasaran

3.Bibit

Penanaman bibit tomat


Pemilihan Bibit
-Pilih varietas tahan dan jenis Hibrida ( F1 Hybryd ).
-Bibit berdaun 5-6 helai daun (25-30 HSS=hari setelah semai) pindahkan ke lapangan.
-Untuk mengurangi stress awal pertumbuhan perlu disiram dulu pada sore sehari sebelum
tanam atau pagi harinya (agar lembab).

Fase Persemaian (0-30 HSS)


-Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah dan pupuk kandang 25 -30 kg
-Masukan dalam polibag plastik
-Masukkan benih satu per satu dalam polibag atau disemai terlebih dahulu baru
dipindahkan ke polibag Setelah benih berumur 8-10 hari di persemaian, pilih bibit yang
baik, tegar dan sehat dipindahkan dalam polibag
-Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah)

Fase Tanam ( 0-15 HST=Hari Setelah Tanam )


-Bedengan sehari sebelumnya diairi dahulu
-Bibit siap tanam umur 3 - 4 minggu, berdaun 5-6.
-Penanaman sore hari.
-Buka polibag plastik.
-Benamkan bibit secara dangkal pada batas pangkal batang dan ditimbun dengan tanah di
sekitarnya.
-Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu, caranya tanaman yang telah mati,
rusak, layu atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam
baru.

4. Bangunan
Gudang pertanian (barn) adalah bangunan pertanian yang multifungsi, umumnya dipakai
sebagai , penyimpanan hasil pertanian , penyimpanan alat dan mesin pertanian.

Gudang tempat penyimpanan hasil panen tomat sebaiknya terhindar dari panas matahari
langsung dan memiliki suhu yang rendah. Karena sifat tomat yang mudah busuk.

5.Manajerial Skill

Seorang petani tomat sebaiknya memiliki manajerial skill sbb:


1. Ketrampilan Konseptual ( Conseptual Skills) adalah kemampuan mental untuk
mengkoodisikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi .
ini mencakup kemampuan manajer untuk melihat organisasi sebagai suatu
keseluruhan dan memahami hubungan antara bagian yang saling bergantung, serta
mendapatkan,menganalisa dan menginterpretasikan informasi yang diterima dari
bermacam – macam sumber.

2. Ketrampilan Kemanusiaan ( Human skills) adalah kemampuan untuk bekerja dengan


memahami, dan memotivasi orang lain baik sebagai individu ataupun kelompok.
Manajer membutuhkan ketrampilan ini agar dapat memperoleh partisipasi dan
mengarahkan kelompoknya dalam pencapaian tujuan.

3. Ketrampilan Administratif ( Administratif Skills ) adalah keseluruhan ketrampilan


yang berkaitan dengan perencanaan,pengorganisasian ,penyusunan kepegawaian dan
pengawasan. Ketrampilan ini mencakup kemampuan untuk mengikuti kebijaksanaan
dan prosedur , mengelola dengan anggaran terbatas,dan sebagainya. Ketrampilan
administrative adalah suatu perluasan dari ketrampilan konseptual . Manajer
melaksanakan keputusan melalui penggunaan ketrampilan administrative dan
kemampuan kemanusiaan.
4. Ketrampilan Teknik ( Technicall Skills) adalah kemampuan untuk menggunakan
peralatan-peralatan,prosedur-prosedur atau teknik dari suatu bidang tertentu,seperti
akuntasi,produksi,penjualan,atau permesinan dan sebagainya.

B.Proses Konversi
Proses konversi mengupayakan terjadinya efisiensi penggunaan energi. Dalam hal ini,
energi yang terbuang dalam sistem diusahakan sekecil mungkin. Salah satu cara untuk
mengaplikasikan hal ini yaitu dengan pemanfaatan limbah pertanian menjadi sumber
masukan/input produksi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam pertanaman tomat,
limbah yang dihasilkan yaitu berupa tomat yang tidak terpanen (busuk atau tidak layak
konsumsi) dan brangkasan sisa hasil panen.
Limbah ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan dikembalikan ke dalam
sistem sebagai sumber hara. Selain itu dalam pertanian terpadu satu komoditas dapat dipadukan
dengan komoditas lainnya dalam rangka efisiensi penggunaan energi (limbah energi yang
dihasilkan oleh satu komoditas dapat digunakan oleh komoditas lainnya atau sebaliknya) dan
meningkatkan pendapatan per satuan luas lahan. Sebagai salah satu contoh, tomat dapat
dipadukan/tumpang sari dengan kubis. Antara dua komoditas tersebut dapat terjadi pertukaran
energi sehingga input yang digunakan akan lebih efisien.

C.Keluran atau output


Buah tomat dikenal oleh masyarakat sebagai buah-buahan dan bumbu masakan yang sangat
diperlukan. Tomat mengandung komponen nutrisi terutama kaya akan vitamin dan meneral .
Dalam satu buah tomat segar ukuran sedang ( 100 grm ) mengendung sekitar 30 kalori, 40
mg vitamin C, 1500 SI vitamin A, 60 ug tiamin, ( vitamin B ) , zat besi, kalsium dan lain-
lain( Depkes RI, 1972) Komposisi zat gizi yang terkandung dalam buah tomat cukup lengkp
vitamin A dan C merupakan zat gizi yang jumlahny cukup dominan . Vitamin C dapat
berbentuk asam Laskorbat dan asam L-dehidroaskorbat Selain itu buah tomat juga
mengandung senyawa likopen dalam jumlah cukefektik sebagai antioksidan. Komponen
tersebut menjadikan tomat sebagai bahan pangan yang bergizi dan memiliki kandungan
Vitamin C yang cukup sehingga berperan untuk mencegah penyakit sariawan, memelihara
keshatan gigi dan gusi, mempercepat sembuhnya luka dan banyak lagi lainnya.,

Buah tomat mudah mengalami kerusakan jika tidak disimpan dengan baik dan salah satu
alternatif yang dapat dilakukan dengan cara mengolah menjadi Sari Tomat

1. Pembuatan Sari Tomat


Bahan: Tomat 1-2 kg, Gula pasir 13%, Na Benzoat 0,1%, Air bersih 2 liter, CMC 0,2%.

Cara Pembuatan sebagai berikut:

Buah tomat dicuci dengan air mengalir, Buah tomat dikupas & buang bijinya, Buah tomat
dihancurkan dengan blender hingga menjadi bubur tomat, Buah tomat disaring dengan
menggunakan kain saring dan diperas diambil sarinya, Sari buah tomat ditambahkan air ( 1 :
2 ) dan diendapkan, Hasil cairan (fitrat) , gula, CMC, benzoat dipanaskan hingga mendidih (
20-30 menit), setelah mendidih segera diturunkan, Hasil tomat dimasukan dalam botol lalu
diexhousting/sterilisasi selama 30 menit kemudian didinginkan sampai dengan suhu kamar,
baru ditutup.

2. Pembuatan Yoghurt Tomat


Yoghurt merupakan produk minuman fermentasi yang berasa masam, sedikit kental yang
pada mulanya berbahan dasar susu. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman,
pembuatan yoghurt berbasis bahan nabati semakin diminati. Salah satu yoghurt berbasis
nabati yaitu youghurt tomat. Youghurt ini memiliki kandungan antioksidan tinggi, senyawa
antimikroba (asam laktat) dan vitamin

Bahan: sari tomat 1 liter, Susu skim 5%, Gula (sukrosa) 10%, Starter Yoghurt 1 botol.

Cara Pembuatan: 1. Siapkan sari tomat sebanyak 1 liter, 2. Sari tomat ditambah dengan susu
skim sebanyak 5%, gula 10%. 3. Campuran sari tomat dipasteurisasi suhu 85-90 oC selama
30 menit, 4. Setelah selesai dipasteurisasi, didinginkan, 5. Setelah dingin, siap untuk
diinokulasi dengan starter yoghurt sebanyak 5-10%, 6. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC
selama 24 jam. Kalau tidak ada incubator dapat diinkubasi pada suhu ruang, 7. Yoghurt hasil
inkubasi dikemas ke dalam cup bersih dan steril

3. Pembuatan Saos Tomat


Tomat pada musimnya harga dipasaran sangat rendah dengan nilai Rp. 500,- sampai Rp.
1.000,- / Kg, sehingga jika tidak dilakukan pengolahan akan cepat rusak dan tidak dapat
bertahan lama, Untuk dapat memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai tambah
dilakukan pengolahan tomat dalam bentuk saos tomat. Saos Tomat dipergunakan untuk
dapat dijadikan bumbu pelengkap / penyedap rasa, seperti makanan bakso, Mie ayam , soto,
nasi goreng dan lain sebagainya, sehingga hidangan tersebut menjadi lebih nikmat dan
penggugah rasa nafsu makan

Bahan: Tomat 1 kg, Bumbu merica, pala, gula, garam, vetsin, Tepung kanji secukupnya,
asam sitrat secukupnya, Na benzoate secukupnya.

Cara Pembuatan: 1. Buah tomat dicuci dengan air mengalir, lalu dibelah menjadi dua, 2.
Biji dan air di dalam buah tomat dibuang, 3. Daging buah tomat diblancing selama kurang
lebih 3 menit, 4. Buah tomat dikupas kulitnya, dan kulit dibuang, lalu daging dihancurkan
dengan blender hingga menjadi bubur tomat, 5. Bubur tomat dimasukkan ke dalam wajan, 6.
Bumbu (merica, pala, gula dan garam) dihaluskan, kemudian dimasukkan ke dalam wajan, 7.
tambahkan vetsin secukupnya, 8.Tepung kanji (ditambah sedikit air) digunakan untuk
membentuk kekentalan saos tomat

4. Pembuatan Selai Tomat


Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah.
Konsistensi gel atau semi gel pada selai diperoleh dari interaksi senyawa pektin yang berasal
dari buah atau pektin yang ditambahkan dari luar, gula sukrosa dan asam. Interaksi ini terjadi
pada suhu tinggi dan bersifat menetap setelah suhu diturunkan. Kekerasan gel tergantung
kepada konsentarsi gula, pektin dan asam pada bubur buah. Kondisi optimum untuk kadar
pektin adalah ± 1%, pH 3,3-3,4, dan gula ± 66%. Bahan tomat dapat diolah menjadi selai
yang memiliki rasa khas yang banyak mengandung vitamin C dan Vitamin A

Bahan: Tomat 1 kg, Gula 1/2 kg, Asam Sitrat 0,2%, Na Benzoat 0,1%

Cara Pembuatan: 1. Tomat segar ditimbang sebanyak 1 kg, lalu dicuci bersih, 2.
Tomat dibelah menjadi 2 bagian, sedangkan biji dan air pada bagian dalam tomat dibuang, 3.
Daging buah tomat diblanching selama kurang lebih 5 menit, 4. Setelah ditiriskan, kulit buah
tomat dikelupas, 5. Daging buah tomat dihaluskan dengan blender sampai menjadi bubur
tomat, 6. Bubur / slurry tomat ditambahkan dengan gula sebanyak 50% dan asam sitrat 0,2%
(dari berat slurry), 7. Campuran bubur dimasak dengan api kecil dan diaduk hingga
mengental (kurang lebih selama 20-30 menit), 8. Bila perlu dapat pula ditambahkan Na-
benzoat sebanyak 0,1% dari berat slurry tomat, 9. Sari tomat dimasukan dalam botol lalu
diexhousting/sterilisasi selama 30 menit kemudian didinginkan sampai dengan suhu kamar,
baru ditutup

5. Pembuatan Puree Tomat


Puree merupakan produk serupa bubur dengan viskositas atau kekentalan sedang. Puree
dibuat dengan cara memasak bubur atau slurry daging buah tomat dengan gula hingga
diperoleh kekentalan yang diinginkan. Penelitian badan pangan dunia FAO-WHO
menunjukan bahwa kandungan likopen tidak rusak dan jumlahnya tidak jauh berubah selama
pemanasan. Bahkan kandungan likopen akan meningkat 10 kali lipat ketika tomat diolah
menjadi saus atau pasta tomat. Likopen merupakan bagian dari karotenoid yang larut dalam
lemak, namun likopen yang larut di dalam lemak justru sulit di serap oleh tubuh. Karenanya,
disarankan mengolah tomat dengan cara di rebus atau dikukus. Puree merupakan satu cara
untuk pengoalahan agar tomat dapat diawetkan dan memiliki nilai tambah bagi pendapatan
petani

Bahan: Tomat 1-2 kg, Gula Pasir 5% (b/v), Na Benzoat 0,1% (b/v)

Cara Pembuatan: 1. Buah tomat dicuci dengan air mengalir, 2. Buah tomat dibelah menjadi 2
bagian, biji dan air pada bagian dalam buah tomat, 3. Daging buah tomat diblansing pada
suhu 100 oC selama kurang lebih 3 menit, 4. Setelah ditiriskan, kulit buah tomat dikelupas, 5.
Daging buah tomat dihancurkan dengan blender hingga menjadi bubur tomat , 6. Bubur tomat
/ slurry ditambahkan dengan gula secukupnya (sesuai selera), 7. Campuran slurry dimasak
dengan api kecil dan diaduk hingga mengental (kurang lebih selama 15-20 menit)

6. Membuat ToRaKur (Tomat Rasa Kurma)


Pada umumnya, buah tomat hanya digunakan sebagai penyedap masakan atau hiasan janur
pada saat pesta atau acara pernikahan. Kini dengan teknologi sederhana dan relatif mudah,
tomat dapat dijadikan sebuah makanan ringan salah satunya disebut TORAKUR (TOmat
RAsa KURma) dengan bentuk dan rasa yang mirip dengan buah kurma. Makanan snack ini
cocok untuk hidangan pada saat buka puasa dalam bulan ramadhan. Selain itu berbgai
hidangan dari tomat dapat dijadikan berbagai olahan atau aneka olahan untuk snack atau
minuman serta pelengkap dari makanan yaitu manisan tomat, jelly, sari buah, dodol,
saos dan lain-lainnya. Pembuatan olahan tersebut diatas dapat meningkatkan nilai ekonomis
buah tomat yang selama ini hanya digunakan untuk bumbu dan buah untuk makan. Dan bila
sudah musin harga tomat sangat merosot dan murah bahkan dengan harga yang sangat rendah
tomat tersebut petani enggan menjual dan akan menjadi busuk dan terbuang, maka dari itu
untuk dapat dipertahankan buah tomat baik ketahanan simpan dan harga, maka dilakukan
pengolahan

Bahan: Tomat 1 kg, gula pasir 200gr, Kapur sirih 1 sendok, air secukupnya.

Cara Pembuatan: 1. Tomat dibelah menjadi 2 bagian, 2. Rendam tomat bersama kapur sirih
selama 1-2 jam, tekan tomat hingga cairnnya keluar atau buang bijinya, 3. Tomat dicuci
hingga bersih, 4. Susun tomat ke dalam panci/wajan/kuali, taburkan gula pasir di atasnya (2
kg tomat : 1 kg gula), tutup dan diamkan selama semalam hingga keluar air, 5. Masak tomat
dengan api kecil hingga air habis dan kering (jangan sampai gosong dan tercium bau wangi),
angkat, tiriskan sampai dingin dinginkan, 6. Ambil tomat, bentuk seperti kurma, rapikan,
taruh di atas loyang, lakukan hingga tomat habis, 7. Jemur tomat di atas terik matahari selama
3-4 hari hingga kering seperti kurma atau di dalam oven hingga kering

7. Membuat Jelly Tomat


Bahan A: Gelatin bubuk 100gr, sari tomat mendidih 250gr, pengering 1/2 sdt

Bahan B: Agar-agar 2 bungkus, sari tomat 160 gr, gula pasir 600gr, zitrunsur 10gr, glucose
80gr.

Cara Pembuatan:

Bahan A: campur air panas dengan gelatin hingga gelatin larut ,lalu masukkan pengeringnya
aduk kembali hingga rata, sisihkan.

Bahan B: masak agar-agar dengan air hingga agar-agar larut,masukkan gula pasir aduk
kembali sampai gula larut, masukkan zitrunsuur aduk kembali hingga tercampur rata. lalu
masukkan glucosanya aduk kembali hingga tercampur.

Campur bahan A dan bahan B aduk hingga rata,lalu beri warna sesuai selera.

Tuang diloyang / dicetak sesuai selera dan diamkan selama 1 malam.

Potong sesuai selera lalu taburi dengan gula pasir dan angin-anginkan hingga kering
D.Umpan Balik
1.Kondisi Tanah

Kondisi tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan tanaman. Bagi
tanaman, tanah berfungsi sebagai :

1. Tempat tumbuhnya tanaman


2. Tempat persediaan udara bagi pernafasan akar tanaman dan kehidupan
mikroorganisme
3. Tempat persediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman, baik berupa zat organik
maupun anorganik
4. Tempat persediaan air untuk melarutkan unsur hara agar bisa diserap tanaman

Berdasarkan fungsi di atas, maka tanah yang menunjang kesuburan tanaman adalah tanah
yang mengandung zat organik, anorganik, air, dan udara dalam keadaan cukup dan tersedia
sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Zat organik merupakan zat yang terbentuk dari hasil
pelapukan atau pembusukan sisa-sisa tanaman dan hewan. Biasanya zat organik terdapat
pada lapisan tanah paling atas (top soil) hingga kedalaman + 15 cm dan berwarna
kehitaman. Sedangkan zat anorganik ialah zat yang berasal dari hancuran bebatuan dan
mineral, biasanya tersebar pada lapisan tanah bawah pada kedalaman lebih dari 15 cm.
Tanah dikatakan subur apabila mengandung bahan-bahan tersebut dengan komposisi 45%
bahan organik, 5% zat anorganik, 25% air dan 25% udara.

2.Pemanenan

Pemanenan budidaya tomat

Budidaya tomat baru bisa dipanen 60-100 hari setelah tanam, tergantung dari varietasnya.
Penentuan waktu panen berdasarkan umur tanaman kadang kala tidak efektif. Sebaiknya
gunakan pengamatan fisik terhadap tanaman. Tanaman tomat sudah dikatakan siap panen
apabila kulit buah berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun
menguning dan bagian batang mengering.

Pemetikan hendaknya dilakukan di pagi atau sore hari karena pada siang hari tanaman masih
melakukan fotosintesis. Pada keadaan demikian penguapan sedang tingi-tingginya sehingga
buah tomat yang dipetik akan cepat layu. Pemanenan bisa dilakukan setiap 2-3 hari sekali. Di
Indonesia produktivitas tanaman tomat secara rata-rata mencapai 15,84 ton per hektar.
Namun untuk varietas tertentu dan didaerah-daerah tertentu bisa mencapai 25-30 ton per
hektar.

Fase Panen & Pasca Panen (80 - 130 hari)


Panen pada umur 90-100 hari dengan ciri;
kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua
mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Buah dipuntir
hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah dilakukan satu-persatu dan dipilih buah
yang siap petik. Masukkan keranjang dan letakkan di tempat yang teduh.

Interval pemetikan 2-3 hari sekali.


Supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah memar, buah tomat yang akan
dikonsumsi segar dipanen setengah matang.

Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan
jangan dibanting.

Waspadai penyakit busuk buah Antraknose, kumpulkan dan musnahkan.


Buah tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap
untuk konsumsi.

3.Harga

Kebanyakan para petani hanya terpaku untuk fokus dalam penggarapan lahan, penanaman
hingga menunggu masa panen tiba. Beberapa petani memilih menanam buah tomat karena
disamping bibit mudah didapat dan murah juga cara perawatannya tergolong mudah.

Kadang kala ketika masa panen tiba terjadi hal yang sangat tidak di inginkan yakni anjloknya
harga buah tomat yang bahkan bisa mencapai Rp 200 / kg. Sehingga membuat para petani
down dan memilih tidak memanen tomat mereka dan langsung dibajak agar buah tomat tadi
bisa sekalian menjadi pupuk.

Padahal bila mereka mampu mencari peluang dengan mengolah kembali buah tomat yang tak
laku tersebut menjadi produk baru tentu bisa memberikan peluang balik modal hingga
keuntungan yang berlipat ganda seperti membuat produk olahan tomat yaitu:

- Sari Tomat
- Yogourt Tomat
- Saos Tomat
- selai
- puree, dll
E.Fluktusi Acak
Fluktuasi adalah ketidak tetapan atau guncangan, sebagai contoh terhadap harga barang dan
sebagainya, atas segala hal yang bisa dilihat di dalam sebuah grafik.

1.Cuaca

Cuaca adalah seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer Bumi atau sebuah planet lainnya.
Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena dalam waktu beberapa hari. Cuaca
rata-rata dengan jangka waktu yang lebih lama dikenal sebagai iklim. Aspek cuaca ini diteliti
lebih lanjut oleh ahli klimatologi, untuk tanda-tanda perubahan iklim.

Syarat tumbuhnya tomat

a. Iklim

Tanaman tomat dapat tumbuh di daerah tropis maupun sub-tropis. Curah hujan yang
dikehendaki dalam pelaksanaan budidaya tomat ini ialah sekitar 750-1.250 mm/tahun.
Keadaan tersebut berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di
daerah yang tidak terdapat irigasi teknis. Curah hujan yang tinggi juga dapat menghambat
persarian.

Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit,
baik parasit maupun non-parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan
vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang
maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai apabila pencahayaan selama 12-14 jam/hari,
sedangkan intensitas cahaya yang dikehendaki adalah 0,25 mj/m2 per jam (Didit, 2010).

b. Suhu
Anomsari, S. D. dan B. Prayudi (2012) menyatakan bahwa kisaran temperatur yang baik
untuk pertumbuhan tomat ialah antara 20-27ºC. Jika temperatur berada lebih dari 30ºC atau
kurang dari 10ºC, maka akan mengakibatkan terhambatnya pembentukan buah tomat. Di
negara-negara yang mempunyai empat musim, biasanya digunakan pemanas (heater) untuk
mengatur udara ketika musim dingin, udara panas dari heater disalurkan ke dalam green
house melalui saluran fleksibel warna putih.

c. Kelembaban

Kelembaban relatif yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat ialah 25 %. Keadaan ini
akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih muda karena asimilasi CO2
menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak. Akan tetapi, kelembaban
relatif yang tinggi juga dapat merangsang mikroorganisme pengganggu tanaman (Anomsari,
S. D. dan B. Prayudi, 2012).
2.Inflasi

inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga.

3.Campur Tangan Pemerintah

Campur tangan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan dianggap sebagai bagian dari
pendekatan CAC dan merupakan hal yang sudah biasa ditemukan di dalam praktik. Meskipun
merupakan yang secara tradisional paling dikenal dan banyak diterapkan dalam pengelolaan
lingkungan, instrumen CAC seringkali dikritik karena dianggap melahirkan terlalu banyak
campur tangan pemerintah. Tulisan ini memperlihatkan bahwa campur tangan pemerintah
dapat dibenarkan sebagai upaya mengoreksi kegagalan pasar. Campur tangan pemerintah
juga dapat dibenarkan berdasarkan perspektif keadilan distributif. Selain itu, campur tangan
pemerintah dapat pula dijelaskan dari teori pilihan publik, yang menjelaskan campur tangan
terjadi karena regulatory capture, karena keinginan untuk melayani kepentingan birokrat, dan
keinginan untuk membuat sumber pendapatan. Hukum lingkungan Indonesia masih banyak
menggunakan instrumen CAC sebagai bentuk campur tangan pemerintah dalam pengelolaan
lingkungan. Berikut beberapa kebijakan pemerintah dalam mendukung sektor pertanian:

1. Strategi dan Kebijakan Pokok Pembangunan Pengolahan


dan Pemasaran Hasil Pertanian
Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian, maka strategi kebijakan yang ditempuh
harus mencerminkan visinya, yaitu: tangguh, berdaya saing, dan
berkelanjutan.
Dalam hubungan tersebut maka strategi pokok pembangunan pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian adalah:

2. Meningkatkan Kapasitas dan Memberdayakan SDM serta


Kelembagaan Usaha di Bidang Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian.
Salah satu permasalahan yang mendasar dalam memajukan usaha
pertanian di tanah air adalah masih lemahnya kemampuan sumber daya
manusia dan kelembagaan usaha dalam hal penanganan pasca panen,
pengolahan dan pemasaran hasil.
Hal tersebut disebabkan oleh karena pembinaan SDM pertanian selama ini
lebih difokuskan kepada upaya peningkatan produksi (budidaya) pertanian,
sedangkan produktivitas dan daya saing usaha agribisnis sangat ditentukan
oleh kemampuan pelaku usaha yang bersangkutan dalam mengelola produk
yang dihasilkan (pasca panen dan pengolahan hasil) serta pemasarannya.
Adapun beberapa kebijakan operasional terkait dengan strategi tersebut
adalah:

1. Meningkatkan penyuluhan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan di


bidang pasca panen, pengolahan serta pemasaran hasil pertanian;

2. Mengembangkan kelembagaan usaha pelayanan pascapanen,


pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang langsung dikelola oleh
petani/kelompok tani.

3. Meningkatkan Inovasi Dan Diseminasi Teknologi Pasca


Panen Dan Pengolahan .
Salah satu dampak yang signifikan dari kebijakan yang menitik beratkan
kepada usaha produksi (budidaya) selama ini adalah kurang memadainya
upaya-upaya inovasi teknologi pasca panen dan pengolahan serta
diseminasinya.

Hal tersebut mengakibatkan lemahnya daya saing dan kecilnya nilai


tambah yang dapat dinikmati oleh petani, sehingga kesejahteraan tidak
meningkat dari tahun ke tahun. Untuk meningkatkan daya saing dan nilai
tambah produk pertanian maka perlu ditingkatkan upaya-upaya inovasi
teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pertanian serta diseminasinya.

Dalam hubungan tersebut, beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan


adalah:
1. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan sumber-sumber inovasi
teknologi seperti lembaga riset, Perguruan Tinggi dan bengkel-bengkel
swasta dalam rangka pengembangan dan diseminasi teknologi tepat
guna.

2. Mengembangkan bengkel alsin pascapanen dan pengolahan hasil

3. Mengembangkan sistem sertifikasi dan apresiasi (penghargaan)


terhadap inovasi teknologi yang dilakukan oleh masyarakat.

4. Mengembangkan pilot proyek dan percontohan penerapan teknologi


pasca panen dan pengolahan hasil pertanian.

5. Memberikan penghargaan dengan kriteria mutu, rasa, skala usaha,


tampilan terhadap produk olahan yang dihasilkan oleh para pelaku
usaha.
4. Meningkatkan Efisiensi Usaha Pasca Panen, Pengolahan
Dan Pemasaran Hasil
Kunci terpenting dalam rangka meningkatkan daya saing produk pertanian
baik produk segar maupun olahan hasil pertanian adalah mutu produk yang
baik dan efisiensi dalam proses produksi maupun pada tahap
pemasarannya.

Mutu produk dan efisiensi akan berpengaruh langsung terhadap harga dari
setiap produk bersangkutan. Kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu
dan efisiensi produksi dan pemasaran hasil pertanian di antaranya adalah:

1. Revitalisasi teknologi dan sarana/ prasarana usaha pasca panen pengolahan


dan pemasaran hasil pertanian;

2. Mengembangkan produksi sesuai potensi pasar;

3. Menerapkan sistem jaminan mutu, termasuk penerapan GAP, GHP dan


GMP;

4. Mengembangkan kelembagaan pemasaran yang dikelola oleh kelompok tani


di sentra produksi;

5. Mengupayakan sistem dan proses distribusi yang efisien.

6. Memfasilitasi pengembangan kewirausahaan dan kemitraan usaha pada


bidang pemasaran hasil pertanian

5. Meningkatkan Pangsa Pasar Baik Di Pasar Domestik


Maupun Internasional.

Pasar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha agribisnis;


oleh karena itu maka pengembangan pemasaran harus selalu dilakukan
sejalan dengan pengembangan usaha produksi.

Seperti usaha industri pada umumnya, sistem usaha produksi pertanian


atau agribisnis dimulai dengan salah satu kegiatan pemasaran yaitu Riset
Pasar. Dari kegiatan riset pasar dihasilkan informasi pasar yaitu antara
lain berupa potensi pasar dan harga.

Sub sistem selanjutnya adalah perencanaan produksi, termasuk penentuan


desain produk, volume dan waktu. Dalam sistem budidaya pertanian,
perencanaan tersebut lazim disebut sebagai penentuan pola tanam atau
penentuan luas tanam untuk tanaman semusim.

Hal tersebut perlu dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas harga


produk yang bersangkutan tetap berada pada tingkat harga yang wajar
berdasarkan keseimbangan kebutuhan dan pasokan atas produk yang
bersangkutan.

Sub sistem selanjutnya adalah kegiatan pemasaran yang meliputi:


promosi, penjualan dan diakhiri dengan distribusi (delivery). Dalam
hubungan tersebut maka beberapa kebijakan dalam pengembangan pasar
ialah:

1. Mengembangkan kegiatan riset pasar

2. Meningkatkan pelayanan informasi pasar;

3. Meningkatkan promosi dan diplomasi pertanian;

4. Mengembangkan infrastruktur dan sistem pemasaran yang efektif dan


adil.

5. Rasionalisasi impor produk pertanian.

6. Memfasilitasi pengembangan investasi dalam pengembangan


infrastruktur pemasaran.

Jadi setelah mengalami panen pemasaran nya juga harus baik sehingga hasil
jerih payah para petani dapat terbalas . dengan seperti itu produksi pertanian
pun akan semakin membaik karna ada timbal balik dari konsumen kepada
para petani .

F. KESIMPULAN

Dalam budidaya tomat, seorang petani tomat harus memiliki skill


dalam managerial agar dapat mengambil sebuah keputusan yang
terbaik, selain itu kemampuan dalam proses sistem operasi juga
harus dikuasai seorang petani, baik berupa masukan,keluaran,umpan
balik , maupun fluktuasi acak, guna mencapai hasil yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai