Anda di halaman 1dari 6

MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Sejarah dan Kebijakan Pemerintah Terhadap Perkoperasian Oleh : Dian Widiastuti M.

(H34100105), R. Tribowo Hernadi (H34100120), Ghandur Insani (H34100077), Febby Kurniawati (H34100100), Atika Azariawati Sugiono (H34100116), M. Zulkifli Luthan (H34100073) Program Sarjana Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Insitut Pertanian Bogor 2013 Dosen Praktikum Hari / Tanggal Ruang : : : Ach. Firman Wahyudi 2 Mei 2013 RK. 4 AGB 202A PENDAHULUAN Latar Belakang Koperasi adalah salah satu pelaku ekonomi, artinya koperasi merupakan bagian dari penyelenggara perekonomian yang berdasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi,berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju (barat) dan negara berkembang memang sangat diametral. Di barat koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya. Di negara berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, baik oleh pemerintah kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi serta dukungan/perlindungan yang diperlukan. Tujuan Penulisan Nilai

Mahasiswa mampu memahami lebih jauh tentang jatidiri koperasi: definisi, nilai dan prinsip-prinsip koperasi Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan fungsi koridor koperasi Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami sejarah, sikap dan kebijakan pemerintah terhadap koperasi PEMBAHASAN

Sikap pemerintah terhadap pembentukan koperasi dengan menggunakan pola KUD dan Non KUD a. Bantuan pemerintah merupakan sikap over sympathy Koperasi yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan kinerja yang baik tidak telepas dari kebijakan pemerintah terhadap koperasi. Sikap pemerintah terhadap setiap koperasi berbeda-beda. Sikap pemerintah tersebut dapat bersifat berlawanan (antagonism), acuh tak acuh (indifference), simpati berlebihan (over sympathy), dan seimbang (well balance). Dalam pembentukan koperasi, pemerintah menerapkan dua pola, yaitu pola KUD dan Non KUD. Pada pola KUD pemerintah memberikan bantuan yang sangat besar. Pola KUD ditujukan untuk koperasi-koperasi pedesaan dan pola Non KUD diterapkan untuk koperasi perkotaan. Pemerintah mengembangkan KUD sebagai organisasi ekonomi rakyat yang demokratis sebagai wadah bagi masyarakat golongan ekonomi lemah untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Pemerintah pula melaksanakan pembinaan dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, dan penyuluhan, pengawasan, peningkatan keterampilan manajer, dan bantuan permodalan seperti kredit program. Menurut kelompok kami, pola yang diterapkan pemerintah termasuk ke dalam sikap simpati berlebihan (over sympathy). Sikap over sympathy merupakan sikap pemerintah yang menimbulkan ketergantungan koperasi kepada pemerintah. Hal ini dikarenakan pemerintah memberikan perhatian dan bantuan yang berlebihan kepada koperasi. Sikap ini muncul juga karena pemerintah menganggap koperasi sebagai organisasi yang tepat untuk mengatasi perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat di negara yang bersangkutan. Pemerintah kita juga menggangap koperasi sebagai sokoguru perekonomian yang mampu mengatasi perbaikan ekonomi Indonesia. Sikap ini mengakibatkan jiwa self help pada diri anggota tidak melekat pada kepribadiannya karena seluruh tenaga kerja, modal, dan lainnya disediakan oleh pemerintah. Pada awal pembentukannya, wajar apabila pemerintah memberikan bantuan kepada koperasi. Namun, pada kenyataannya pemerintah terus menerus memberikan bantuan kepada koperasi yang mengakibatkan koperasi menjadi tidak mendiri. Padahal seharusnya pemerintah mulai mengurangi bantuannya, sehingga anggota koperasi dapat mengusahakan perkembangan koperasi tanpa tergantung pada bantuan pemerintah. Sikap ini juga membuat koperasi menjadi tidak berkembang. Akibatnya citra koperasi itu sendiri menjadi buruk dan partisipasi anggota menjadi sedikit. Pemerintah kita terlalu memanjakan koperasi-koperasi sehingga orang-orang yang ada di dalam koperasi tidak termotivasi untuk bekerja keras dan cenderung tergantung pada pemerintah. b. Tahapan pembinaan KUD oleh pemerintah Sikap pemerintah yang pernah diterapkan di Indonesia terhadap koperasi meliputi sikap over symphaty dan well balance. Kedua sikap tersebut yang mendasari perkembangan dan pasang surut koperasi Indonesia hingga saat ini. Pada dasarnya pemerintah melalui instansi atau pihak terkait berupaya untuk menumbuhkembangkan koperasi menjadi salah satu alternatif kekuatan ekonomi rakyat yang berdasarkan pada penguatan ekonomi

masyarakat di pedesaan dan pertanian. Maka, bentuk perhatian dan keterlibatan pemerintah atau pembinaan yang ideal terhadap koperasi dapat ditunjukkan dalam bentuk tiga tahap, yaitu: tahap offisialisasi, tahap de-offisialisasi, dan tahap kemandirian. Pada tahap awal, bentuk perhatian pemerintah dan keterlibatannya disebut sebagai tahap offisialisasi, yaitu sikap dimana pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar karena peran koperasi yang masih sangat kecil. Ini terjadi apabila koperasi masih dalam tahap pendirian dan baru saja tumbuh, sehingga dimungkinkan peran pemerintah lebih besar dibandingkan dengan peran dari koperasi itu sendiri. Sikap pemerintah sudah mulai dikurangi hingga terjadi keseimbangan antara koperasi dan pemerintah, yang terjadi pada tahap de-offisialisasi. Tahap terakhir dari bentuk perhatian dan pembinaan pemerintah pada koperasi adalah tahap kemandirian. Pada tahap ini, pemerintah mengurangi bantuan dan perhatiannya kepada koperasi, dan koperasi memiliki peran yang lebih besar daripada pemerintah. Artinya, pada tahap ini, koperasi telah mampu mandiri, namun fungsi pemerintah tetap ada, yaitu untuk mengawasi dan memberikan bantuan bila koperasi membutuhkan bantuan pemerintah, sesuai dengan kebutuhan koperasi. Bentuk bantuan pemerintah kepada koperasi ini adalah antara lain berupa modal, pendidikan dan pelatihan, dan pendampingan.

KOPERASI

kemandirian

PEMERINTAH

offisialisasi

de-offisialisasi

Kebijakan yang dianggap sebagai kebijakan oversimpathy Pada perkembangan koperasi di Indonesia serta seiringnya kemajuan koperasi, tidak dapat terlepas dari peran pemerintah dalam mendukung perjalanan koperasi di masa ini. Melalui kebijakankebijakan yang dirancang oleh pemerintah dalam upaya untuk memberikan keistimewaan koperasi dalam menyokong ekonomi rakyat. Namun, apabila dalam kebijakankebijakan yang dirancang oleh pemerintah membuat koperasi tidak mandiri, hal ini akan mengakibatkan kebijakan yang over simpathy. Kebijakan seperti ini akan berakibat pada menurunnya tingkat kemandirian koperasi dalam meningkatkan kinerjanya. Contoh kebijakan pemerintah dalam mengatur koperasi yang dianggap oversimpathy dan memiliki efek apabila kebijakan ini dilakukan terus menerus ialah: Inpres no 4/1984 Keputusan presiden mengenai fungsi dan peran KUD diperluas sebagai koperasi pedesaan serba usaha yang pembangunannya dikaitkan sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi pedesaan. Dengan kata lain, KUD merupakan bagian perpanjangan tangan dari pemerintah untuk melanjutkan program-program yang dilakukan pemerintah seperti mendukung kegiatan PJP I, dengan memberikan dana yang besar untuk mendukung kegiatan-kegiatan pemerintah tersebut, mengakibatkan koperasi tidak dapat mandiri dalam mengembangkan usahanya. KUD memiliki dana yang menjadi tanggung jawabnya kepada pemerintah untuk melanjutkan program tersebut. Perbedaan Terbentuknya Koperasi di Indonesia dan Negara-Negara Tempat Lahirnya Koperasi yakni di Jerman/Eropa Berkembanganya koperasi di negara maju dan negara berkembang memang terlihat

sangat diametral, terbagi dua, memiliki perbedaan masing-masing. Hal tersebut dikarenakan di negara maju dan negara berkembang mempunyai pandangan yang bervariasi dalam mengembangkan koperasinya untuk mencapai tujuannya masing-masing yang memang berbeda-beda. Di negara maju (barat) koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Maka dengan kekuatannya itu koperasi dapat meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya. Di negara berkembang koperasi perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, baik oleh pemerintah kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi, dilahirkan dengan tujuan untuk memperkenalkan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi. Perbedaan Pola Diametral Terbentuknya Koperasi di Indonesia dan di Jerman Negara Maju Negara Berkembang Koperasi kredit atau Credit Union yaitu sebuah lembaga keuangan bergerak di bidang simpan pinjam yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya, dan bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya sendiri. Terdapat 3 prinsip pada koperasi kredit, yaitu: 1. Sesuai PP No. 60/1959. Ada empat bentuk koperasi : a) Koperasi Primer. b) Koperasi Pusat. c) Koperasi Gabungan. d) Koperasi Induk

2. Sesuai Wilayah Administrasi Pemerintah. Mengacu pada PP 60 Tahun 1959, yaitu : a) Di tiap desa ditumbuhkan Koperasi Desa. 1) Azas swadaya (tabungan hanya b) Di tiap Daerah Tingkat II ditumbuhkan diperoleh dari anggotanya). Pusat Koperasi. 2) Azas setia kawan (pinjaman hanya c) Di tiap Daerah Tingkat I ditumbuhkan diberikan kepada anggota). Gabungan Koperasi. 3) Azas pendidikan dan penyadaran d) Di Ibu Kota ditumbuhkan Induk Koperasi. (membangun watak adalah yang utama hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman). 3. Koperasi Primer dan Sekunder. a) Koperasi Primer, merupakan Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari orang -orang. b) Koperasi Sekunder, merupakan Koperasi yang anggota-anggotanya adalah organisasi koperasi .

Inpres Sapu Jagad Instruksi presiden Republik Indonesia No 4 Tahun 1984 secara umum menjelaskan mengenai pengembangan KUD diarahkan agar KUD dapat menjadi pusat layanan kegiatan perekonomian didaerah pedesaan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional dan dibina serta dikembangkan secara terpadu melalui program lintas sektoral. Adanya bantuan dari pemerintah tersebut ditujukan agar masyarakat dapat menikmati kemakmuran secara merata dengan tujuan masyarakat yang adil makmur akan juga tercapai dengan melalui pembangunan dibidang ekonomi, misalnya dengan memberikan kredit kepada pihak-pihak yang ekonominya masih lemah atau rakyat kecil terutama didaerah pedesaan. Perkembangan Koperasi Saat Orde Baru Perkembangan koperasi dalam masa orde baru memiliki dampak positif dan negatif. Koperasi pada suatu daerah otonomi memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya dan pelayanan dalam hal pembinaan lebih mudah karena pusat pengontrolan terjadi di pemerintah daerah. Pergeseran pengontrolan ke pemerintah daerah semakin mempermudah pergerakan koperasi, karena pemerintah daerah lebih tahu masalah yang terjadi pada setiap koperasi didaerahnya lebih dalam dibanding pemerintah pusat. Dengan adanya otonomi daerah tentu saja membuat adanya masalah baru yang harus dihadapi yaitu penempatan lokasi investasi dan pengembangan skala kegiatan bisnis koperasi. Koperasi tidak bisa leluasa untuk mengembangakan kegiatan usahanya kedaerah lain karena sudah masuk otoritas daerah lain, ini membuat koperasi tidak leluasa untuk melakukan pengembangan usaha. Pemerintah daerah juga harus menguatkan lembaga keuangan sebagai lembaga pendukung kegiatan koperasi. Penguatan dan pengokohan lembaga keungan ditingkat kabupaten/ kota juga secara tidak langsung akan menjangkau masyarakat lapisan ekonomi bawah. Dengan kuatnya lembaga keuangan daerah, akan sangat berperan penting dalam menahan laju modal untuk keluar dari daerah, karena pemilik modal daerah akan lebih cendrung berinvestasi didaerah, secara ekonomi tentunya akan sangat berperan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi didareah. Selain penguatan lembaga keuangam daerah, pemerintah daerah juga harus mulai mengembangkan lembaga jaminan kredit bagi koperasi. Adanya lambaga jaminan kredit bagi koperasi tentunya akan secara langsung membantu percepatan pengembangan koperasi di daerah. Pengembangan koperasi secara otonom akan berdampak positif terhadap pergerakan koperasi tersebut, tetapi akan berdampak negatif jika pemerintah daerah tidak siap. Pemrintah daerah untuk itu harus siap dalam konsolidasi potensi keuangan daerah, pengembangan jaringan informasi dan inovasi di daerah, dan pengembangan jaminan kredit di daerah dan juga pemerintah daerah juga harus menjalankan fungsi intermediasi dalam upaya koperasi mengembangkan kegiatan usahanya.

PENUTUP

Kesimpulan Pola yang diterapkan pemerintah termasuk ke dalam sikap simpati berlebihan (over sympathy). Hal ini dikarenakan pemerintah memberikan perhatian dan bantuan yang berlebihan kepada koperasi. Seharusnya, bentuk perhatian dan keterlibatan pemerintah atau pembinaan yang ideal terhadap koperasi dapat ditunjukkan dalam bentuk tiga tahap, yaitu: tahap offisialisasi, tahap de-offisialisasi, dan tahap kemandirian. Berkembanganya koperasi di negara maju dan negara berkembang memang terlihat sangat diametral, terbagi dua, memiliki perbedaan masing-masing. Hal tersebut dikarenakan di negara maju dan negara berkembang mempunyai pandangan yang bervariasi dalam mengembangkan koperasinya untuk mencapai tujuannya masing-masing yang memang berbeda-beda. . Pengembangan koperasi secara otonom akan berdampak positif dan negatif terhadap pergerakan koperasi. Pemerintah daerah untuk itu harus siap dalam konsolidasi potensi keuangan daerah, pengembangan jaringan informasi dan inovasi, dan pengembangan jaminan kredit di daerah dan juga pemerintah daerah harus menjalankan fungsi intermediasi dalam upaya koperasi mengembangkan kegiatan usahanya. DAFTAR PUSTAKA Dimara, K. Earl. 2010. Koperasi di Negara Lain (Jerman). http://earldimara.blogspot.com/ (diakses tanggal 9 Mei 2013) Hamzah, Asep. 2012. Sikap dan Kebijakan Pemerintah di Bidang Perkoperasian. http://toekyck.blogspot.com/2012/06/sikap-dan-kebijakan-pemerintah-di.html (diakses tanggal 12 Mei 2013) Narendra, Eka. 2013. Jenis dan Bentuk Koperasi. http://eka20narendra.blogspot.com (diakses tanggal 9 Mei 2013)

Anda mungkin juga menyukai