NIM : A. 1610010
Jurusan : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Agroteknologi
Tanggal disetujui :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Kuliah Kerja Lapangan
berjudul “Telaah Lapang Budidaya Wortel (Dausus carota L.) Secara Organik
di Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua Bogor” merupakan hasil karya sendiri
dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan sebagai laporan
kuliah kerja lapangan pada perguruan tinggi manapun maupun lembaga lain.
Sumber referensi dari hasil kutipan karya penulis lain dilakukan dengan benar dan
disebutkan dalam teks dan daftar pustaka.
Raden Danuningrat
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Juli 1996 di Kabupaten Pandeglang,
lebih tepatnya di Kampung Patat Hilir RT 02/01, Desa Waringinkurung, Kecamatan
Cimanggu, Kabupaten Pandeglang sebagai anak ke dua dari dua bersaudara dari
pasangan suami isteri Bapak Iip Arip dan Ibu Surtiah. Penulis memulai pendidikan
di TK Nusa Indah dan lulus tahun 2002, dan pendidikan dasar di SDN 01
Waringinkurung, Kabupaten Pandeglang sampai lulus tahun 2008. Pendidikan
menengah diselesaikan di MTsN 3 Pandeglang, Kabupaten Pandeglang pada tahun
2012 dan SMAN 2 Pandeglang Kabupaten Pandeglang pada tahun 2015. Pada 2016
penulis melanjutkan pendidikan Strata-1 di Universitas Djuanda Bogor pada
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian..
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kuliah kerja lapangan (KKL) yang berjudul “Telaah Lapang Budidaya
Wortel (Daucus carota L.) secara Organik di Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua
Bogor” ini tepat waktu. Laporan ini merupakan bagian dari hasil kuliah kerja
lapangan yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2019
di Yayasan Bina Sarana Bakti yang berlokasi di Jl. Gandamanah No.74, Tugu
Selatan, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Penyelesaian proposal KKL ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Ir. Deden Sudrajat, M,Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Djuanda Bogor;
2. Dr. Ir. Arifah Rahayu, M,Si. selaku Ketua Program Studi Agroteknologi dan
pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu membantu penulis
baik secara substansi maupun teknis;
3. Ir. Setyono selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu
membantu penulis baik secara substansi maupun teknis;
4. Bapak Dian Antonius Lisliyanto selaku Direktur Pelaksana Yayasan Bina
Sarana Bakti (YBSB), yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
kegiatan KKL di YBSB;
5. Bapak Apri Larastio selaku Pembimbing Lapangan dan seluruh karyawan
Yayasan Bina Sarana Bakti yang berkenan membimbing penulis selama
kuliah kerja lapangan.
Semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini bermanfaat bagi para pembaca sebagai
pengetahuan dan referensi.
Bogor, Januari 201
Raden Danuningrat
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama proses penyelesaian laporan ini banyak pihak yang membantu baik
moral, material, maupun do’a. Oleh karena itu, dengan penuh rasa syukur penulis
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah
membantu. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Orangtua untuk setiap doa, dukungan baik dari segi materi maupun
spiritual, motivasi dan kasih sayang yang diberikan;
2. Bapak Apri Larastio, SP., Bapak Uji Darmuji, Kang Mamang, Kang
Yoseph, Bu Aam, dan keluarga besar Yayasan Bina Sarana Bakti lainnya
yang telah memberikan informasi, bantuan dan menjadi keluarga baru bagi
penulis;
3. Rekan KKL yang senantiasa memberikan dukungan, bantuan, memberikan
suasana kekeluargaan di ASTI (asrama) dan selama menjalani KKL;
4. HIMAGROTEK, teman-teman Agribisnis 2016, Agroteknologi 2016 yang
selalu mendorong dalam mengerjakan Laporan Kuliah Kerja Lapangan;
5. Teman seperjuangan Deyan Hidayat, Adhitya Mufti Wibowo, Figia, Hasni
yang setia saling membantu dan bekerjasama saat praktek lapang dan
menyusun Laporan Kuliah Kerja Lapangan.
Semoga amal baik Bapak/Ibu dan teman-teman menjadi amal soleh dan mendapat
balasan dari Allah SWT. Aamiin
1 PENDAHULUAN
Wortel (Daucus carota L) adalah tanaman sayur yang ditanam sepanjang tahun
terutama didaerah pegunungan yang memiliki suhu udara yang dingin dan lembab,
kurang lebih pada ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Tanaman wortel
membutuhkan sinar matahari dan dapat tumbuh pada semua musim. Wortel
mempunyai batang berupa sekumpulan pelapah (tangkai daun) yang muncul dari
pangkal umbi bagian atas, mirip daun pada tanaman seledri. Wortel menyukai tanah
yang gembur dan subur (priyono 2011)
Wortel sebagai sayuran umbi sudah sangat dikenal masyarakat Indonesia.
Sayuran ini poluper sebagai sumber vitamin A. Kadar betakaroten wortel lebih
banyak dari pada kangkung (380 g), dan tiga kali lebih banyak dari pada daun
caisim (286 g), lebih banyak dari pada bayam (409 g). wortel juga mengandung
vitamin B1, C, dan sedikit vitamin G, serta zat-zat lain yang bermanfaat bagi
kesehatan. Konsumsi wortel dapat menurunkan kolesterol dan meningkatkan
pencernaan karena mengandung unsur senyawa asam folat, asam pantotenat dan
elemen penting lainnya K, Na, Ca, Mg, P, S, Mn, Fe, Cu dan Zn (Bystricka et al
2015).
Berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia,
luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16
propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya (BPS
2017).
Permintaan terhadap wortel diperkirakan akan terus meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
gizi, peningkatan pendapatan, dan berkembang daerah tujuan wisata. Selain untuk
kebutuhan pasar tradisional, terdapat peningkatan permintaan untuk pemenuhan
pasar modern, hotel, dan restauran yang menuntut ketersediaan wortel bermutu
yaitu wortel dengan ukuran umbi seragam, bentuk umbi sempurna, warna umbi
cerah, dan aman untuk dikonsumsi segar sebagai salad maupun jus buah. Sementara
itu, produksi wortel di Indonesia dalam 5 tahun terakhir berfluktuasi dan cenderung
tetap, dari (2011) 526.917 ton menjadi (2014) 495.800 ton dan (2016) 537.526 ton
(BPS 2017).
Menurut BSN (2010) pertanian organik adalah sistem manajemen produksi
holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem,
termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Pertanian
organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih
mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan
mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan atau lokasi setempat (Fertiana
2014). Bina Sarana Bakti (BSB) merupakan yayasan pengembangan pertanian
organik di Indonesia. YBSB telah memperoleh sertifikasi dari salah satu lembaga
sertifikasi yang telah mendapatkan akreditasi dari IFOAM (International
Federation of Organic Agriculture Movement) dan NASAA (National Association
of Sustainable Agriculture Australia) sebagai salah satu produsen bahan pangan
organik dan produknya telah memperoleh label non pesticides and chemical free
(Fertiana 2014).
1.2 Tujuan Kuliah Kerja Lapang
Kuliah kerja lapangan ini bertujuan untuk mempelajari budidaya dan
analisis usahatani tanaman wortel (Daucus carota L.) secara organik di Yayasan
Bina Sarana Bakti Cisarua Bogor.
1.3 Manfaat Kuliah Kerja Lapang
Manfaat kuliah kerja lapang bagi penulis adalah untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman kerja di lapangan serta keterampilan mengenai cara
budidaya tanaman wortel (Daucus carota L.) secara organik. Bagi perusahaan
diharapkan penulis dapat memberi kontribusi pemikiran untuk kebaikan dan
kemajuan perusahaan.
Wortel termasuk sayuran yang paling luas dikenal manusia. Manusia mulai
mengkonsumsi wortel setelah mengetahui beberapa manfaat kesehatan yang
terkandung didalamnya. Konon, orang-orang Yunani dan Romawi yang pertama
kali mempublikasikan manfaat wortel. Informasi mengenai manfaat wortel didapat
dalam buku-buku mereka yang telah ditulis sejak 230 tahun sebelum masehi
(Sunanto 2002).
Tanaman wortel berasal dari daerah yang beriklim sedang (subtropis).
Tanaman ini ditemukan sekitar 6500 tahun yang lalu, tumbuh secara liar di kawasan
kepulauan Asia Tengah (Punjab, Kasmir, Afganistan, Tajikistan dan bagian barat
Tiam San) dan kawasan timur (Daratan Tinggi Turkmenistan, Transcaucasia, dan
Iran). Dari kawasan Asia, mula-mula tanaman wortel dibudidayakan di sekitar Laut
Tengah. Selanjutnya, menyebar luas ke Eropa, Afrika, Amerika, dan akhirnya
menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia yang beriklim tropis. Budidaya
wortel di Indonesia awalnya hanya terkonsentrasi di daerah Lembang dan Cipanas,
Jawa Barat, selanjutnya wortel berkembang dan menyebar ke berbagai daerah
penghasil sayuran di Jawa dan luar Jawa (Cahyono 2002).
2.2 Klasifikasi Tanaman Wortel
Menurut Cahyono (2002) tanaman wortel dalam tata nama atau sistematika
tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
2.3 Morfologi
Tanaman wortel terdiri atas daun, batang, dan akar. Daun wortel adalah
daun majemuk ganda dengan anak daun terletak beraturan dan berbentuk lanset.
Daun tidak berbulu dengan bagian tepi bercangap. Kedudukan daun pada batang
berselang-seling. Daun ditopang oleh pelepah daun yang berukuran besar dan
berbentuk pipih (perikladium), yang tidak membalut batang. Pelepah berlekuk
memanjang dan dapat berukuran hingga 30 cm di bagian bawah (Pitojo 2006).
Batang wortel beruas-ruas hingga delapan ruas. Cabang tanaman wortel
muncul dari ruas batang kedua yang berada dekat dengan permukaan tanah.
Umumnya ruas pada batang utama bagian bawah berjarak lebih pendek jika
dibandingkan dengan ruas batang bagian atas yang relatif lebih panjang. Cabang
tanaman berwarna hijau, keras namun tidak berkayu, dan di dalamnya terdapat
jaringan gabus (Pitojo 2006).
Akar tunggang muncul dari biji yang tumbuh tegak lurus ke dalam tanah.
Dalam perkembangannya, akar berubah bentuk serta fungsi menjadi umbi sebagai
tempat menyimpan cadangan makanan. Umbi berbentuk bulat dan memanjang
dengan memiliki beberapa warna seperti kuning kemerahan, jingga, putih, dan ungu
(Pitojo 2006).
Bunga tanaman wortel tumbuh pada ujung tanaman, berbentuk paying
berganda dan berwarna putih atau merah jambu agak pucat. Bunga memililiki
tangkai yang pendek dan tebal. Kuntum-kuntum bunga terletak pada bidang yang
sama. Bunga wortel yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah
dan biji-biji yang berukuran kecil dan berbulu (Keliat 2008).
2.4 Syarat Tumbuh
Tanaman wortel tumbuh dengan baik pada tanah gembur, remah, poros,
serta memiliki aerasi udara yang bagus seperti tanah andosol. Keasaman tanah
andosol sangat cocok dengan sifat wortel yang tumbuh dengan baik pada pH 6.0-
6.8 (Pitojo 2006).
Tanah andosol banyak dijumpai di daerah dengan curah hujan 2000 mm
setahun tanpa bulan kering yang pasti. Andosol terbentuk dari bahan induk tufa atau
abu volkan yang berada di sekitar puncak gunung berapi atau dataran tinggi. Solum
tanah andosol agak tebal, berwarna hitam agak kuning, konsistensi gembur,
kadang-kadang membentuk pasir palsu dan fragipan, dan tekstur kaya debu. Reaksi
tanah berkisar dari agak masam sampai netral, kaya bahan organik pada permukaan,
kerapatan isi kurang dari 0.85 g/cm3, kejenuhan basa sedang dengan KTK liat
kurang dari 24 me/100 g, fiksasi P tinggi, miskin N, P, dan K, mineral liat dominan
alofan, permeabilitas sedang, dan peka erosi air dan angin (Handayanto 2017).
Pertumbuhan dan produksi wortel sangat dipengaruhi oleh suhu udara,
kelembaban udara, curah hujan, dan cahaya matahari. Tanaman wortel akan tumbuh
baik pada kisaran suhu 15-21.1°C. Sebuah penelitian mengemukakan bahwa
tanaman wortel yang ditanam pada suhu udara di bawah 15°C menyebabkan bentuk
umbi memanjang dan bewarna kuning muda. Warna tersebut mencerminkan
kandungan vitamin A yang rendah. Tanaman wortel yang ditanam pada suhu
melebihi 21.1°C akan menghasilkan umbi yang pendek dan warna umbi kurang
bagus (Samadi 2014).
Wortel merupakan sayuran dataran tinggi pada kisaran 1200 mdpl dengan
iklim subtropis. Tanaman wortel dapat tumbuh dengan baik pada kondisi
lingkungan lembab dengan kisaran suhu 15.6°C – 21.1°C. Suhu udara yang terlalu
tinggi sering kali menyebabkan umbi menjadi kecil, terhambatnya perkecambahan,
penurunan kandungan betakaroten dan berwarna pucat (kusam). Suhu udara terlalu
rendah (sangat dingin) juga tidak baik bagi wortel karena umbi yang terbentuk
menjadi panjang dan kecil (Pitojo 2006).
Rukmana (1995) dan Pitojo (2006) menjelaskan bahwa dalam penanaman
wortel sering terjadi banyak gangguan terutama gangguan biotik yaitu gangguan
organisme pengganggu tanaman (OPT). Beberapa spesies hama yang umum
dijumpai dan menyerang tanaman wortel antara lain: Hyposidra sp., Heliothis
assula, Agrotis ipsilon, Nezara viridula, dan Coccinella sp. Penyakit yang sering
dijumpai pada pertanaman wortel antara lain busuk pangkal batang (Sclerotinia
slerotiorum), bercak daun Cercosprora (Cercospora carotae), hawar daun
(Alternaria dauci), dan nematoda puru akar (Meloidogyne spp.)
2.5 Kandungan Gizi Wortel
b. Dewan Pengawas
Ketua : Juli Adrian
Anggota : 1. Marelianus Purnomo Harto
: 2. Kukuh Komandoko
c. Dewan Pengurus
Ketua umum : Antonius Lisliyanto
Ketua : Bohman Jonathan Silaen
Sekretaris : Mira Dohanna Elisabeh Simanungkalit
Bendahara : Anonius Djohan Natawiria
Yayasan dan PT dipimpin oleh direktur yang bertugas sebagai pengelola dan
terdapat divisi yang mempunyai tugas serta tanggung jawab masing-masing
(Gambar 2).
a b c
Gambar 2 a) Logo YBSB, b) Logo Pemasaran PT AOA untuk produk sayuran dari
petani mitra (Non Serti fikasi), c) Logo pemasaran produk sayuran dari
lahan tersertifikasi.
3.6 Letak Geografis Yayasan Bina Sarana Bakti
Yayasan Bina Sarana Bakti berada di jalan Gandamanah No. 74, Kampung
Sampay, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat. Lokasi YBSB terletak di kawasan Puncak tepatnya di lereng Gunung
Pangrango dengan ketinggian tempat 800-1100 m dari atas permukaan laut dan
kemiringan lahan 3-5%. Luas lahan YBSB sekitar 15 ha. YBSB berada pada 06,42o
LS dan 106,56o BT dan terletak di daerah beriklim tropik cenderung basah dengan
musim hujan pada bulan November–Mei, dan musim kemarau pada bulan Juni–
Oktober. Pada bulan Juli-September suhu rata-rata di wilayah YBSB sebesar
21,1oC, curah hujan 64 mm/bulan, lama penyinaran matahari 70,03 jam/bulan dan
kelembaban nisbi rata-rata setiap bulan 77,06 % (BMKG 2018).
Yayasan Bina Sarana Bakti memiliki lima kebun produksi yang letaknya
terpisah-pisah, yaitu kebun Asti, kebun Merak, dan kebun Rumah Bawah (kebun
Blok A, Blok K1 dan Kebun PT). Kebun Rumah Bawah (RB) berada paling jauh
dari kebun Asti sekitar 1 km.
a. ASTI (Asrama Putri)
Kebun Asti terletak didekat asrama yang digunakan sebagai tempat tinggal
sebagian karyawan, peserta PKL dan kursus. Kebun Asti memiliki luas ± 1 ha dan
sekitar 60 bedengan namun yang aktif 49 bedengan dan dikelola oleh dua orang
karyawan. Fasilitas yang terdapat di Kebun Asti yaitu asrama, kantor, alat
pertanian, gudang penyimpanan alat, tempat persemaian, kolam, saung, dan tempat
pengomposan. Hasil panen Kebun Blok Asti untuk memenuhi kebutuhan dapur
asrama namun jika berlebih disalurkan ke PT AOA.
b. Kebun Merak
Kebun Merak terletak di kawasan Villa Merak berjarak ± 500 m dari kebun
Asti. Kebun Merak memiliki luas lahan sekitar ± 1 ha dan memiliki sekitar 250
bedengan. Kebun merak dikelola oleh lima karyawan. Fasilitas yang terdapat di
Kebun Merak meliputi villa, alat pertanian, gudang penyimpanan alat, saung,
tempat persemaian, kolam sebagai penampungan air hujan, kumbung jamur dan
tempat pengomposan. Kebun Merak merupakan lahan produksi divisi diklat yang
memiliki hasil produksi tinggi. Hasil panen dari Kebun Blok Merak didistribusikan
ke PT AOA.
c. Kebun RB (Rumah Bawah).
Kebun RB memiliki luas 13 Ha yang dibagi dalam beberapa blok yaitu blok
A, B, C, D, E, F, G, H, I, I1, I2, J, K, K1, K2, L, M, kebun Taman Organis dan
kebun Mendawai. Blok A dan Blok K1 merupakan kebun diklat yang dimanfaatkan
untuk Kegiatan PKL dan kursus. Kebun RB merupakan kebun paling luas yang
dimiliki oleh YBSB. Di lahan RB terdapat area pembibitan, kantor PT, packing
house, tempat pengomposan, stok benih, taman organik, toko sayuran, rumah
bawah banget (RBB) sebagai dapur dan tempat tinggal sebagian karyawan serta
rumah pengolahan.
1) Kebun blok A
Kebun Blok A berada di kawasan Rumah Bawah (RB). Jumlah bedengan
yang dikelola sekitar 160 yang dibagi menjadi 8 teras dengan luas lahan ± 1 ha dan
dikelola oleh 5 orang keryawan. Fasilitas yang terdapat di Kebun Blok A meliputi
alat pertanian, gudang penyimpanan alat, tempat persemaian, kolam dan bak
penampung air, dan tempat pengomposan. Hasil panen pada Kebun Blok A
disalurkan ke PT AOA.
2) Kebun blok K
Kebun Blok K juga berada dikawasan Rumah Bawah (RB). Blok K berjarak
± 200 m dari blok A. Di Blok K terdapat 66 bedengan dan dikelola oleh seorang
karyawan. Fasilitas yang terdapat pada kebun blok K adalah saung, 4 keran air dan
persemaian, sedangkan untuk tempat pengomposan dan gudang alat berada di blok
A.
3) Kebun PT (Blok B, C, D, E, F, G, H, I, I1, I2, J, K, K2, L dan M)
Kebun yang dikelola oleh PT Agatho Organis Agro (PT AOA) memiliki
lahan seluas ± 8 ha. Fasilitas yang terdapat di Kebun PT meliputi alat pertanian,
gudang penyimpanan alat, tempat persemaian, tempat pengomposan, kios
penjualan, packing house, dan kantor. Kebun PT ini lebih difokuskan untuk
produksi yang akan dijual dan dipasarkan kepada agen dan konsumen yang telah
menjalin kerja sama dengan PT AOA.
4) Kebun Mendawai
Kebun Mendawai dikhususkan untuk memproduksi benih. Benih lokal yang
ditanam di YBSB dan PT AOA sebagian besar diproduksi di kebun Mendawai. Di
kebun Mendawai terdapat kurang lebih 250 bedengan dan bangunan screenhouse.
5) Kebun TO (Taman Organis)
Taman organis memiliki fokus di bidang ekowisata dan pendidikan yang
terdiri dari 12 stasiun. Salah satu stasiun yang tersedia adalah stasiun animal
farming dan stasiun herbal. Saat ini penggunaan stasiun herbal masih belum
optimal, sehingga hanya digunakan untuk koleksi tanaman herbal dan produksi
sayuran. Proyek 12 stasiun yang akan dikembangkan oleh kebun TO sebagai
berikut :
a) Stasiun Pater Agatho, di dalam stasiun ini pengunjung dapat mempelajari
sejarah kehidupan Pater Agatho, seorang pelopor pertanian Organik di
Indonesia.
b) Stasiun Arsitektur, Teknologi Ramah Lingkungan, menyajikan sistem
ramah lingkungan pada model sistem irigasi yang berkelanjutan, generator
tenaga air, pengolahan air limbah dan masih banyak lagi.
c) Stasiun Filosofi, menyajikan pembelajaran mengenai manusia mengharagai
alam dan keanekaragaman hayati untuk menjaga keseimbangan alam yang
berkelanjutan.
d) Stasiun Pertanian Organik dan prinsip-prinsipnya, menyajikan prinsip-
prinsip pertanian organik yang diterapkan di BSB.
e) Stasiun Tanah dan Kehidupan di dalamnya, memberi pemahaman kepada
pengunjung mengenai pentingnya peran tanah beserta isinya dalam
kehidupan ini.
f) Stasiun Permakultur, menyajikan pemukiman manusia berkelanjutan
melalui ekologi dan desain.
g) Stasiun Agroforestri, menyajikan sebuah hutan buatan dengan menjelaskan
fungsi agroforestri.
h) Stasiun Herbal, menampilkan dan memberi informasi dan pengetahuan
mengenai tanaman medis dan pengobatan tradisional.
i) Stasiun Budidaya/Persemaian, menyajikan proses produksi sayuran dari
mulai benih sampai dengan siap ditanam di lapangan dan juga siap dipanen.
j) Stasiun Peternakan Hewan, menyajikan demplot-demplot peternakan
berbagai jenis hewan yang dikelola secara organik, sehinga pengunjung dapat
mempelajari cara dan teknik dalam memelihara dan memanfaatkan hewan
secara organik.
k) Stasiun Hama dan Pupuk, menyajikan pengetahuan mengenai jenis, siklus
hidup, cara pencegahan, pengendalian hama dan penyakit serta cara
pengomposan tanaman hijau.
l) Stasiun Benih, menyajikan langkah-langkah untuk mendapatkan kualitas
benih organik terbaik.
IV TELAAH LAPANG DAN PEMBAHASAN
Yayasan Bina Sarana Bakti menerapkan sebuah prinsip bahwa catatan
(dokumentasi) merupakan bukti dari tanggung jawab. Di Yayasan Bina Sarana
Bakti terdapat 11 buku catatan yang terdiri atas buku 0-10 yang masing-masing
memiliki isi dan fungsi yang berbeda. Buku 0-10 secara berurutan berjudul agenda
umum, program jangka panjang, job desk, perkembangan, rencana harian, input
dan output, segala daftar, segala data tabel dan artikel, notulensi, ringkasan dari
agenda umum dan agenda pribadi. Kegiatan budidaya juga memiliki catatan berupa
buku yang terdiri atas buku semai, buku tanam dan buku panen (Lampiran 8).
Buku semai berfungsi untuk mencatat tanaman yang disemai dan
memperkirakan luas lahan yang dibutuhkan untuk menanam tanaman yang telah
disemai. Buku tanam berfungsi sebagai pedoman penanaman, memperkirakan
waktu panen sejak tanaman ditanam, menentukan pola rotasi dan kombinasi yang
akan digunakan untuk meminimalisir serangan OPT. Buku panen berfungsi untuk
mencatat estimasi panen dan hasil panen sesungguhnya, sehingga jumlah panen
sesuai dengan permintaan konsumen.
Gambar.Pembuatan alur
Jarak tanam antar alur tanaman wortel adalah 25cm. waktu tanam yang baik
untuk tanaman wortel adalah pada saat musim kemarau. Tumpang sari adalah
kegiatan menanam tanaman yang dilakukan dengan cara menanam berbarengan hal
ini sesuai dengan pendapat Yuwariah (2017) yang menyatakan bahwa tumpangsari
adalah sistem pertanaman dua jenis atau lebih tanaman secara serempak pada lahan
yang sama dalam waktu tertentu samapi tanaman itu mencapai usia panen.
Menurut purwanto (2011) penenaman secara kombinasi atau tumpang yaitu
apabila dalam 1 bedengan terdapat dua jenis tanaman berbeda, jika salah satu gagal
panen masih ada tanaman lainnya yang dapat dipanen sehingga menekan angka
kerugian. Selain itu dengan kombinasi dapat dijadikan salah satu tanaman sebagai
repellent yang berfungsi mengusir hama, menghemat waktu pengolahan tanah,
hasil beragam, menyeimbangkan hara dan meningkatkan pendapatan petani. Maka
sistem penanaman yang dilakukan oleh pihak Yayasan bina sarana bakti sangat
baik.
4.1.4 pemeliharaan
a. Penyiraman
Gambar penyiraman
Penyiraman di YBSB dilakukan setelah wortel ditanam hingga satu minggu
sebelum wortel panen. Penyiraman dilakukan pada pagi (07.00-08.00) atau sore
hari 15.00-16.00). Penyiraman hanya dilakukan saat musim kemarau saja, karena
pada musim hujan kebutuhan air bagi tanaman telah tersedia. Tanaman
membutuhkan air yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman itu
sendiri sehingga diperlukan adanya penyiraman secara teratur dan terjadwal.
Tanaman yang masih dalam fase vegetatif dalam satu bedengan dilakukan
penyiraman 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari sebanyak 10 gembor atau
100 L air, sedangkan untuk tanaman yang sudah memasuki fase generatif maka
dilakukan pengurangan jumlah air atau dilakukan pengurangan penyiraman
menjadi 1 hari - 2 hari sekali. Pengurangan penyiraman yang berbeda-beda
dilakukan berdasarkan kebutuhan air dalam setiap jenis tanaman.
Penyiraman tanaman menggunakan 2 alat yaitu selang dan gembor. Ketika
tanaman wortel sudah menjelang panen, tidak dilakukan penyiraman karena apabila
terlalu banyak air dapat mengakibatkan umbi wortel menjadi busuk. Wortel
membutuhkan air yang cukup dalam massa pertumbuhannya. Manfaat penyiraman
yaitu untuk menyuburkan tanaman serta untuk mempercepat proses pertumbuhan
tanaman.
Menurut Rahayu (2001) bahwa penyiraman yang dilakukan di YBSB telah
benar hal ini dikarenakan pada fase awal pertumbuhan wortel sangat memerlukan
air yang memadai sehingga perlu dilakukan penyiraman 1-2 kali sehari terutama
pada saat musim kemarau.
Menurut anis tatik maryani (2012)menyatakan bahwa ketersediaan air yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting karena tanaman
wortel pada fase awal pertumbuhan sangat penting. Peranan air pada tanaman
antara lain yaitu sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara)
dari dalam tanah kedalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source) ke
limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran sel dan
membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta pengatur
suhu bagi tanaman. Apabila ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman maka
akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi unsur hara ke daun akan
terhambat sehingga akan berdampak pada produksi yang dihasilkan.
b. Penjarangan
Menurut rahayu (2001) penjarangan harus dilakukan secara merata
sehingga menghasilkan alur yang rapi dan jarak dalam baris menjadi 5-10cm.
penjarangan ini berguna untuk memberikan jarak dalam baris dan menjaga
tercukupinya sinar matahari sehingga tanaman dapat tumbuh subur.
Penjarangan merupakan kegiatan mencabut tanaman yang terlalu rapat
dengan tanaman lainnya agar tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga tanaman
dapat tumbuh secara optimal. Penjarangan ini dilakukan agar jarak antar tanaman
lebih teratur dan ruang tumbuh tanaman lebih luas. Contoh tanaman yang
melakukan penjarangan yaitu wortel dan lobak.
Penjarangan yang dilakukan oleh petani YBSB rata-rata dua kali pada
tanaman wortel anatar lain saat berumur 3 minggu dan 7 minggu. Penjarangan
dilakukan dengan cara dicabut langsung dan mengatur jarak antar tanaman. Apabila
jarak terlalu lebar maka umbi yang akan dihasilkan kurang baik karena mengalami
retak pada umbi. Namun apabila penjarangan antar tanaman terlalu rapat maka akan
mengakibatkan umbi wortel bercabang. Penjarangan dilakukan dengan mencabut
tanaman yang pertumbuhannya kurang baik. Penjarangan dilakukan secara hati-
hati agar tanaman wortel tidak tercabut. Jarak yang tepat untuk antar tanaman yaitu
3-5 cm. penjarangan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
Penyakit utama yang menyerang wortel adalah busuk umbi yang disebabkan
oleh bakteri Erwinia carotovora. Erwinia carotovora merupakan salah satu bakteri
yang umumnya menyebabkan gejala busuk lunak pada beberapa tanamn
hortikultura (Scahaad et al 2001). penyakit ini menyebabkan umbi busuk dan berair.
Bakteri Erwinia carotovora dapat memperbanyak diri di dalam tanah atau sisa-sisa
tanaman sakit. Infeksi bakteri terjadi melalui inti sel, stomata, hidatoda atau luka.
Penularan dari satu tanaman ke tanaman lain disamping ditularkan oleh serangga
juga dapat ditularkan oleh manusia pada waktu penyiangan dan perawatan tanaman.
Gejala umum yang ditimbulkan pada tanaman wortel adalah busuk lunak,
berwarna cokelat atau kehitaman pada daun, umbi dan batang. Pada bagian yang
terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar dan mengendap,
bentuknya tidak beraturan, berwarna tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi maka
maka jaringan yang terserang akan tampak basah dan berwarna kecoklatan.
Jaringan yang terserang mulanya tidak tidak berbau, tetapi jika ada serangan yang
diakibatkan oleh bakteri sekunder jaringan yang terserang akan menimbulkan bau
khas yang mencolok di hidung.
Erwinia carotovora sangat sulit unuk dikendalikan hal ini sesuai dengan
pendapat Susilo (2007) yang menyatakan bahwa bakteri merupakan pathogen yang
terbawa oleh tanah dan sangat sulit untuk dikendalikan dan dampak yang
ditimbukan sangat serius maka teknik pengendalian yang biasa dilakukan untuk
bakteri Erwinia carotovora adalah dengan cara menjaga sanitasi. Sanitasi bisa
dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit
sebelum penanaman, menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk
menghidari kelembaban yang terlalu tinggi terutama disaat terjadi musim hujan,
pada waktu pemeliharaan tanaman wortel yaitu pendangiran serta pembersihan dari
gulma sebaiknya diusahakan untuk menghidari terjadinya luka yang tidak perlu.
Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.)
Penyakit lain yang ditemukan penulis selama bekerja di lahan ialah penyakit
puru akar yang disebabkan oleh Meloidgyne spp, penyakit ini ditemukan ketika
kegiatan sortasi setelah panen dilakukan. Ciri-ciri tanaman wortel yang terserang
penyakit ini adalah umbi bercabang, umbi seperti pecah sera umbi berambut. Hal
ini sesuai dengan pendapat Halimah (2014) yang menyatakan bahwa Penyakit puru
akar merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh nematoda puru akar
(NPA). NPA banyak merusak tanaman pertanian di Indonesia dan juga negara lain
terutama tanaman wortel. Selain itu, NPA juga dapat berinteraksi dengan patogen
tanaman dampaknya akan mengakibatkan kerusakan semakin meningkat
Biasanya penyakit ini baru terlihat ketika dilakukan pemanenan pada
wortel. Akibat yang ditimbulkan dari puru akar ialah akan berpengaruh kepada hasil
panen yang mana umbi yang terkena penyakit tidak akan bisa dijual kepemasaran ,
namun ubi wortel yang terkena penyakit masih bisa dimanfaatkan yaitu bisa
dijadikan untuk makanan kelinci.
Umbi bercabang ditandai dengan bentuk umbi yang abnormal, dimana
terdapat satu atau lebih percabangan. Gejala berikutnya adalah umbi pecah, bagian
stele umbi tampak jelas. Biasanya pada bagian permukaan umbi kasar, jika dibedah
terdapat NPA betina di dalamnya dan terkadang terdapat rambut akar yang berpuru.
Umbi pecah diduga karena rangsangan hormon IAA untuk terjadi hipertropi dan
hiperplasia sehingga permukaan kulit umbi tidak bisa mengimbangi pertumbuhan
dan perkembangan umbi wortel secara keseluruhan. Hal ini diperkuat dari bagian
umbi yang pecah terdapat puru yang bentuknya seperti kudis
Cara mencegah timbulnya penyakit ini pada tanaman wortel yaitu dengan
melakukan penggemburan tanah, melakukan penyiraman secara teratur serta
membuang benda keras seperti batu dan kerikil yang umumnya pencegahan bisa
dilakukan ketika sanitasi lahan serta pada waktu pengolahan tanah dilakukan.
Penyakit puru akar merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh
nematoda puru akar (NPA). NPA banyak merusak tanaman pertanian di Indonesia
dan juga negara lain terutama tanaman wortel. Selain itu, NPA juga dapat
berinteraksi dengan patogen tanaman dampaknya akan mengakibatkan kerusakan
semakin meningkat .
4.2 Panen
Panen ini dilakukan pada tanaman yang telah mencapai umur panen
sehingga kegiatan panen tidak dapat ditunda maupun dicicil contohnya saat
memanen tanaman wortel. Apabila tanaman yang sudah siap panen maka akan
menurunkan kualitas maupun kuantitas tanaman tersebut dan ini akan berdampak
ke harga di pemasaran.
2. Cicil
Teknik panen ini umumnya dilakukan pada tanaman yang memiliki
pertumbuhan seragam sehingga belum memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan mitra atau pihak pemasaran contoh tanaman yang dipanen dengan cara
cicil antara lain cabai, seledri dan lain-lain.
3. Panen Tunda
Pemanenan ini dilakukan apabila tidak ada permintaan dari pihak pasar.
Pemanenan ini biasanya dilakukan pada tanaman yang tidak mudah busuk, bias
bertahan lama dan pada tanaman yang tidak akanterpengaruh terhadap kualitas hasil
panen contohnya pada tanaman wortel.
a. Sortasi
Menurut Rahayu (2001) sortasi dilakukan dengan cara melihat kerusakan fisik
akibat pemeliharaan atau akibat serangan hama dan penyakit, kerusakan fisik antara
lain umbi wortel berair, umbi tidak seragam (Bercabang), warna pada umbi terlihat
kurang cerah serta ukuran umbi tidak sesuai dengan standar (10-20 cm).
Hasil sortasi umbi yang dilakukan langsung di kebun blok A YBSB dengan
melakukan pemisahan umbi wortel yang layak konsumsi 20 kg dan umbi yang tidak
layak konsumsi yaitu 4 kg. umbi wortel yang layak konsumsi mempunyai ciri-ciri
bentuk umbi seragam, ukuran panjang 5-20cm, diameter 2-3 cm, serta umbi tidak
mengalami busuk. Sedangkan umbi wortel yang tidak layak konsumsi yaitu umbi
mengalami pembusukan akibat penyakit dan bentuk umbi tidak seragam atau
bercabang
b. Pencucian
Pencucian setelah panen dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan tanah
yang menempel dan melekat pada ubi wortel. Pencucian dilakukan setelah
pembersihan dari batang wortel, proses pencucian dilakukan dengan
memasukan umbi kedalam keranjang lalu dimasukan ke bak air yang ada
dilahan Blok A lalu dibersihkan langsung dengan kedua tangan secara merata
sampai bersih. Wortel yang telah dicuci dimasukan ke dalam container dan
dijual ke PT AOA. Kegiatan pencucian wortel bias dilihat pada gambar.
c. Penimbangan dan Pencatatan
Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan berkapasitas 150
kg kemudian dilakukan pencatatan oleh admin. Kegiatan penimbangan wortel
dapat dilihat pada Gambar 37.
Gambar 37 Penimbangan Wortel di PT AOA, 2018
d. Grading
gambar
e. Pengemasan
f. Pemasaran
Yayasan Bina Sarana Bakti bermitra dengan PT AOA menerapkan strategi
marketing mix atau bauran pemasaran dengan sistem pemasaran dengan
mengedepankan komunikasi dengan konsumen dan loyalitas terhadap konsumen.
Menurut Kolter (2000) secara umum bauran pemasaran mempunyai pengertian
yaitu strategi yang mengintegrasikan product, price, promotion, dan place yang
mana akan berdampak terhadap kemajuan omset penjualan produk yang
dihasilkandan memberikan kepuasan terhadap konsumen dan kedua belah pihak.
Price atau harga yang ada di YBSB terdiri atas harga petani dan harga jual.
Harga petani yaitu harga yang dibayarkan oleh PT AOA kepada pihak Yayasan atau
pihak petani, sedangkan harga jual yaitu harga yang dibayarkan oleh konsumen atau
agen kepada kepada PT AOA . harga jual dibedakan menjadi dua yaitu harga
produk kemas dan harga produk curah. Harga produk curah lebih murah
dibandingkan dengan harga produk sayuran kemas dengan tambahan label. Daftar
harga dapat dilihat pada lampiran 6.
Place atau tempat YBSB berlokasi di daerah cisarua Bogor yang telaknya
tidak terlalu jauh dari Kawasan ibukota Jakarta, sehingga untuk pemasaran dan
pendistribusian sayuran akan lebih mudah. Produk sayuran maupun olahan yang
ada di Yayasan bina sarana bakti dipasarkan melalui toko sayur yang terdapat
dikawasan kebun RB, sayuran di distribusikan langsung dari packing house ke
agen, komunitas organik, restoran, supermarket, dan Konsumen rumah tangga di
daerah jabodetabek.
4.2 Analisis Usahatani
Analisis usahatani bertujuan untuk mengetahui pendapatan (π) suatu
usahatani dengan menghitung selisih antara penerimaan total (TR = total revenue)
dan biaya total produksi (TC = total cost). Biaya (C) dapat dibedakan menjadi biaya
tetap (FC = fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besar produksi
(y), dan biaya variabel (VC = variable cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi
oleh besar produksi (Suratiyah 2015).
2. Penerimaan
Penerimaan = jumlah produksi x harga satuan
= 20 x Rp 6500
= Rp 130.000
Biaya Total (TC) = Total fixed cost (TFC) + Total variabel cost (TVC)
= Rp 4.967 + Rp 90.000
= Rp 94.967
3. Keuntungan
= Rp 35.033
4. Rasio R/C
Analisis R/C adalah analisis perbandingan antara total pnerimaan dan total
pengeluaran usaha. Bila R/C bernilai > 1 maka usaha tersebut dianggap
layak untuk dijalankan, R/C < 1 dianggap tidak layak dan R/C = 1 maka usaha
tersebut dapat dilaksanakan atau tidak, bergantung kepada keputusan dari pihak
yang akan melaksanakan usaha. Nilai R/C usahatani kacang merah organik adalah
sebagai berikut:
𝑇𝑅
R/C = 𝑇𝐶
130.000
R/C =
94.967
= 1,36
Break event point (BEP) merupakan kondisi nilai hasil penjualan produksi
sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan.
Dengan demikian, pada saat itu usaha mengalami impas, tidak untung dan tidak
rugi. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume
penjualan dan juga harga jual agar suatu perusahaan tidak rugi (Soekarwati 2006).
𝑇𝐶
BEP harga (Rp/Kg) =
𝑌
94.947
= 20
= Rp 4.748
94.947
BEP Produksi (Kg) =
6500
= 14,61 Kg