Anda di halaman 1dari 60

RINGKASAN

RADEN DANUNINGRAT. NIM A.1610010. Telaah Lapang Budidaya Tanaman


Wortel (Daucus carota L.) Secara Organik di Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua
Bogor. Di bawah bimbingan Setyono dan Yanyan Mulyaningsih.

Kuliah kerja lapangan ini dilaksanakan di Yayasan Bina Sarana Bakti


Cisarua Bogor, pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2019. Tujuan
kuliah keja lapangan ini adalah untuk menelaah budidaya dan analisis usahatani
tanaman wortel secara organik di Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua
Bogor.Yayasan Bina Sarana Bakti merupakan yayasan pengembangan dan
pelatihan pertanian organik. Komoditas sayuran yang dibudidayakan di YBSB
berjumlah 76 komoditas dengan luas lahan sekitar 13 Ha. Tanaman yang
dibudidayakan di Yayasan Bina Sarana Bakti salah satunya adalah wortel. Benih
wortel yang digunakan adalah varietas lokal BSB.
Kegiatan budidaya tanaman wortel dimulai dari pengolahan lahan,
pembuatan guludan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian
organisme pengganggu tanaman, panen dan pascapanen. Penanaman dilakukan
setelah pengolahan lahan. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah
penyiraman dan pengendalian gulma. Pengendalian organisme pengganggu
tanaman dilakukan dengan pendekatan holistik, preventif dan kuratif. Tanaman
wortel dapat dipanen pada usia 10 MST. Kegiatan pascapanen yang dilakukan
meliputi sortasi, grading, penimbangan dan pengemasan. Yayasan Bina Sarana
Bakti menyuplai hasil panen wortel ke PT Agatho Organis Agro yang kemudian
dipasarkan ke pasar swalayan dan komoditas organik di sekitar Jabodetabek.
Kegiatan usahatani wortel yang dilakukan di Yayasan Bina Sarana Bakti
menghasilkan R/C lebih dari 1, dan harga penerimaan serta produksi kacang merah
masih di atas BEP. Hasil ini menunjukkan usahatani wortel di Yayasan Bina Sarana
Bakti mendapatkan keuntungan dan layak untuk dijalankan
Judul : Telaah Lapang Budidaya Wortel (Daucus carota L.) Secara
Organik di Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua Bogor
Nama Mahasiswa : Raden Danuningrat

NIM : A. 1610010
Jurusan : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian

Menyetujui,
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Ir. Setyono. Yanyan Mulyaningsih.

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Agroteknologi

Dr. Arifah Rahayu, Ir. M.Si.


NIP: 19640204 199002 2 001

Tanggal disetujui :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Kuliah Kerja Lapangan
berjudul “Telaah Lapang Budidaya Wortel (Dausus carota L.) Secara Organik
di Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua Bogor” merupakan hasil karya sendiri
dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan sebagai laporan
kuliah kerja lapangan pada perguruan tinggi manapun maupun lembaga lain.
Sumber referensi dari hasil kutipan karya penulis lain dilakukan dengan benar dan
disebutkan dalam teks dan daftar pustaka.

Bogor, Agustus 2019

Raden Danuningrat
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Juli 1996 di Kabupaten Pandeglang,
lebih tepatnya di Kampung Patat Hilir RT 02/01, Desa Waringinkurung, Kecamatan
Cimanggu, Kabupaten Pandeglang sebagai anak ke dua dari dua bersaudara dari
pasangan suami isteri Bapak Iip Arip dan Ibu Surtiah. Penulis memulai pendidikan
di TK Nusa Indah dan lulus tahun 2002, dan pendidikan dasar di SDN 01
Waringinkurung, Kabupaten Pandeglang sampai lulus tahun 2008. Pendidikan
menengah diselesaikan di MTsN 3 Pandeglang, Kabupaten Pandeglang pada tahun
2012 dan SMAN 2 Pandeglang Kabupaten Pandeglang pada tahun 2015. Pada 2016
penulis melanjutkan pendidikan Strata-1 di Universitas Djuanda Bogor pada
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian..
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kuliah kerja lapangan (KKL) yang berjudul “Telaah Lapang Budidaya
Wortel (Daucus carota L.) secara Organik di Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua
Bogor” ini tepat waktu. Laporan ini merupakan bagian dari hasil kuliah kerja
lapangan yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2019
di Yayasan Bina Sarana Bakti yang berlokasi di Jl. Gandamanah No.74, Tugu
Selatan, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Penyelesaian proposal KKL ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Ir. Deden Sudrajat, M,Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Djuanda Bogor;
2. Dr. Ir. Arifah Rahayu, M,Si. selaku Ketua Program Studi Agroteknologi dan
pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu membantu penulis
baik secara substansi maupun teknis;
3. Ir. Setyono selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu
membantu penulis baik secara substansi maupun teknis;
4. Bapak Dian Antonius Lisliyanto selaku Direktur Pelaksana Yayasan Bina
Sarana Bakti (YBSB), yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
kegiatan KKL di YBSB;
5. Bapak Apri Larastio selaku Pembimbing Lapangan dan seluruh karyawan
Yayasan Bina Sarana Bakti yang berkenan membimbing penulis selama
kuliah kerja lapangan.
Semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini bermanfaat bagi para pembaca sebagai
pengetahuan dan referensi.
Bogor, Januari 201
Raden Danuningrat
UCAPAN TERIMA KASIH

Selama proses penyelesaian laporan ini banyak pihak yang membantu baik
moral, material, maupun do’a. Oleh karena itu, dengan penuh rasa syukur penulis
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah
membantu. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Orangtua untuk setiap doa, dukungan baik dari segi materi maupun
spiritual, motivasi dan kasih sayang yang diberikan;
2. Bapak Apri Larastio, SP., Bapak Uji Darmuji, Kang Mamang, Kang
Yoseph, Bu Aam, dan keluarga besar Yayasan Bina Sarana Bakti lainnya
yang telah memberikan informasi, bantuan dan menjadi keluarga baru bagi
penulis;
3. Rekan KKL yang senantiasa memberikan dukungan, bantuan, memberikan
suasana kekeluargaan di ASTI (asrama) dan selama menjalani KKL;
4. HIMAGROTEK, teman-teman Agribisnis 2016, Agroteknologi 2016 yang
selalu mendorong dalam mengerjakan Laporan Kuliah Kerja Lapangan;
5. Teman seperjuangan Deyan Hidayat, Adhitya Mufti Wibowo, Figia, Hasni
yang setia saling membantu dan bekerjasama saat praktek lapang dan
menyusun Laporan Kuliah Kerja Lapangan.
Semoga amal baik Bapak/Ibu dan teman-teman menjadi amal soleh dan mendapat
balasan dari Allah SWT. Aamiin
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wortel (Daucus carota L) adalah tanaman sayur yang ditanam sepanjang tahun
terutama didaerah pegunungan yang memiliki suhu udara yang dingin dan lembab,
kurang lebih pada ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Tanaman wortel
membutuhkan sinar matahari dan dapat tumbuh pada semua musim. Wortel
mempunyai batang berupa sekumpulan pelapah (tangkai daun) yang muncul dari
pangkal umbi bagian atas, mirip daun pada tanaman seledri. Wortel menyukai tanah
yang gembur dan subur (priyono 2011)
Wortel sebagai sayuran umbi sudah sangat dikenal masyarakat Indonesia.
Sayuran ini poluper sebagai sumber vitamin A. Kadar betakaroten wortel lebih
banyak dari pada kangkung (380 g), dan tiga kali lebih banyak dari pada daun
caisim (286 g), lebih banyak dari pada bayam (409 g). wortel juga mengandung
vitamin B1, C, dan sedikit vitamin G, serta zat-zat lain yang bermanfaat bagi
kesehatan. Konsumsi wortel dapat menurunkan kolesterol dan meningkatkan
pencernaan karena mengandung unsur senyawa asam folat, asam pantotenat dan
elemen penting lainnya K, Na, Ca, Mg, P, S, Mn, Fe, Cu dan Zn (Bystricka et al
2015).
Berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia,
luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16
propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya (BPS
2017).
Permintaan terhadap wortel diperkirakan akan terus meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
gizi, peningkatan pendapatan, dan berkembang daerah tujuan wisata. Selain untuk
kebutuhan pasar tradisional, terdapat peningkatan permintaan untuk pemenuhan
pasar modern, hotel, dan restauran yang menuntut ketersediaan wortel bermutu
yaitu wortel dengan ukuran umbi seragam, bentuk umbi sempurna, warna umbi
cerah, dan aman untuk dikonsumsi segar sebagai salad maupun jus buah. Sementara
itu, produksi wortel di Indonesia dalam 5 tahun terakhir berfluktuasi dan cenderung
tetap, dari (2011) 526.917 ton menjadi (2014) 495.800 ton dan (2016) 537.526 ton
(BPS 2017).
Menurut BSN (2010) pertanian organik adalah sistem manajemen produksi
holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem,
termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Pertanian
organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih
mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan
mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan atau lokasi setempat (Fertiana
2014). Bina Sarana Bakti (BSB) merupakan yayasan pengembangan pertanian
organik di Indonesia. YBSB telah memperoleh sertifikasi dari salah satu lembaga
sertifikasi yang telah mendapatkan akreditasi dari IFOAM (International
Federation of Organic Agriculture Movement) dan NASAA (National Association
of Sustainable Agriculture Australia) sebagai salah satu produsen bahan pangan
organik dan produknya telah memperoleh label non pesticides and chemical free
(Fertiana 2014).
1.2 Tujuan Kuliah Kerja Lapang
Kuliah kerja lapangan ini bertujuan untuk mempelajari budidaya dan
analisis usahatani tanaman wortel (Daucus carota L.) secara organik di Yayasan
Bina Sarana Bakti Cisarua Bogor.
1.3 Manfaat Kuliah Kerja Lapang
Manfaat kuliah kerja lapang bagi penulis adalah untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman kerja di lapangan serta keterampilan mengenai cara
budidaya tanaman wortel (Daucus carota L.) secara organik. Bagi perusahaan
diharapkan penulis dapat memberi kontribusi pemikiran untuk kebaikan dan
kemajuan perusahaan.

1.4 Tempat dan Waktu


Kegiatan kuliah kerja lapang ini dilaksanakan di Yayasan Bina Sarana Bakti
(PT Agatho Organis Agro) Jl.Gandamanah No.74, Tugu Selatan., Cisarua, Bogor,
Jawa Barat 16750 pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2019.
1.5 Metode
Selama pelaksanaan kegiatan KKL ini penulis melakukan seluruh kegiatan
yang bersifat teknis di YBSB. Data primer diperoleh melalui pengamatan secara
langsung, diskusi dan informasi dari staf dan karyawan selama kegiatan kuliah kerja
lapangan. Data sekunder merupakan pendukung dari data primer yang diperoleh
dari laporan manajemen perusahaan dan literatur lainnya. Aspek budidaya diamati
dan dikerjakan secara keseluruhan, mulai dari pengolahan lahan sampai dengan
pemasaran. Selain aspek budidaya, dilakukan pula analisis usahatani wortel.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Wortel

Wortel termasuk sayuran yang paling luas dikenal manusia. Manusia mulai
mengkonsumsi wortel setelah mengetahui beberapa manfaat kesehatan yang
terkandung didalamnya. Konon, orang-orang Yunani dan Romawi yang pertama
kali mempublikasikan manfaat wortel. Informasi mengenai manfaat wortel didapat
dalam buku-buku mereka yang telah ditulis sejak 230 tahun sebelum masehi
(Sunanto 2002).
Tanaman wortel berasal dari daerah yang beriklim sedang (subtropis).
Tanaman ini ditemukan sekitar 6500 tahun yang lalu, tumbuh secara liar di kawasan
kepulauan Asia Tengah (Punjab, Kasmir, Afganistan, Tajikistan dan bagian barat
Tiam San) dan kawasan timur (Daratan Tinggi Turkmenistan, Transcaucasia, dan
Iran). Dari kawasan Asia, mula-mula tanaman wortel dibudidayakan di sekitar Laut
Tengah. Selanjutnya, menyebar luas ke Eropa, Afrika, Amerika, dan akhirnya
menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia yang beriklim tropis. Budidaya
wortel di Indonesia awalnya hanya terkonsentrasi di daerah Lembang dan Cipanas,
Jawa Barat, selanjutnya wortel berkembang dan menyebar ke berbagai daerah
penghasil sayuran di Jawa dan luar Jawa (Cahyono 2002).
2.2 Klasifikasi Tanaman Wortel

Menurut Cahyono (2002) tanaman wortel dalam tata nama atau sistematika
tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)


Subdivisi : Angiospermae (biji berada dalam buah)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua atau biji belah)
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae/Apiaceae/Ammiaceae
Genus : Daucus
Species : Daucus Carota L.

Wortel merupakan tanaman sayuran umbi semusim, berbentuk semak yang


dapat tumbuh sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun kemarau.
Batangnya pendek dan berakar tanggung yang berubah menjadi bulat dan
memanjang. Warna umbi kuning kemerahan, mempunyai karoten A yang sangat
tinggi, umbi wortel juga mengandung vitamin B, Vitamin C dan Mineral (Pohan
2008).
Menurut Rini (2010) pada awalnya hanya dikenal beberapa varietas wortel,
namun dengan berkembangnya peradaban manusia dan teknologi, saat ini telah
ditemukan varietas-varietas baru yang lebih unggul dari varietas sebelumnya.
Varietas-varietas wortel terbagi menjadi tiga kelompok yang didasarkan pada
bentuk umbi, yaitu tipe Imperator, Chantenay dan Nates.
1) Tipe imperator memiliki umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung
runcing (menyerupai kerucut), panjang umbi 20-30 cm dan terasa kurang
manis sehingga kurang disukai oleh konsumen.
2) Tipe chantenay memiliki umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung
tumpul, panjang antara 15-20 cm dan rasa yang manis sehingga disukai oleh
konsumen.
3) Tipe Nates memiliki bentuk umbi berbentuk peralihan antara tipe imperator
dan chantenay, yaitu bulat pendek dengan ukuran panjang 5-6 cm atau
berbentuk bulat agak panjang dengan ukuran 10-15 cm.
Dari ketiga kelompok tersebut, varietas yang termasuk ke dalam kelompok
chantenay yang dapat memberikan hasil (produksi) paling baik, sehingga banyak
dikembangkan.

2.3 Morfologi
Tanaman wortel terdiri atas daun, batang, dan akar. Daun wortel adalah
daun majemuk ganda dengan anak daun terletak beraturan dan berbentuk lanset.
Daun tidak berbulu dengan bagian tepi bercangap. Kedudukan daun pada batang
berselang-seling. Daun ditopang oleh pelepah daun yang berukuran besar dan
berbentuk pipih (perikladium), yang tidak membalut batang. Pelepah berlekuk
memanjang dan dapat berukuran hingga 30 cm di bagian bawah (Pitojo 2006).
Batang wortel beruas-ruas hingga delapan ruas. Cabang tanaman wortel
muncul dari ruas batang kedua yang berada dekat dengan permukaan tanah.
Umumnya ruas pada batang utama bagian bawah berjarak lebih pendek jika
dibandingkan dengan ruas batang bagian atas yang relatif lebih panjang. Cabang
tanaman berwarna hijau, keras namun tidak berkayu, dan di dalamnya terdapat
jaringan gabus (Pitojo 2006).
Akar tunggang muncul dari biji yang tumbuh tegak lurus ke dalam tanah.
Dalam perkembangannya, akar berubah bentuk serta fungsi menjadi umbi sebagai
tempat menyimpan cadangan makanan. Umbi berbentuk bulat dan memanjang
dengan memiliki beberapa warna seperti kuning kemerahan, jingga, putih, dan ungu
(Pitojo 2006).
Bunga tanaman wortel tumbuh pada ujung tanaman, berbentuk paying
berganda dan berwarna putih atau merah jambu agak pucat. Bunga memililiki
tangkai yang pendek dan tebal. Kuntum-kuntum bunga terletak pada bidang yang
sama. Bunga wortel yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah
dan biji-biji yang berukuran kecil dan berbulu (Keliat 2008).
2.4 Syarat Tumbuh
Tanaman wortel tumbuh dengan baik pada tanah gembur, remah, poros,
serta memiliki aerasi udara yang bagus seperti tanah andosol. Keasaman tanah
andosol sangat cocok dengan sifat wortel yang tumbuh dengan baik pada pH 6.0-
6.8 (Pitojo 2006).
Tanah andosol banyak dijumpai di daerah dengan curah hujan 2000 mm
setahun tanpa bulan kering yang pasti. Andosol terbentuk dari bahan induk tufa atau
abu volkan yang berada di sekitar puncak gunung berapi atau dataran tinggi. Solum
tanah andosol agak tebal, berwarna hitam agak kuning, konsistensi gembur,
kadang-kadang membentuk pasir palsu dan fragipan, dan tekstur kaya debu. Reaksi
tanah berkisar dari agak masam sampai netral, kaya bahan organik pada permukaan,
kerapatan isi kurang dari 0.85 g/cm3, kejenuhan basa sedang dengan KTK liat
kurang dari 24 me/100 g, fiksasi P tinggi, miskin N, P, dan K, mineral liat dominan
alofan, permeabilitas sedang, dan peka erosi air dan angin (Handayanto 2017).
Pertumbuhan dan produksi wortel sangat dipengaruhi oleh suhu udara,
kelembaban udara, curah hujan, dan cahaya matahari. Tanaman wortel akan tumbuh
baik pada kisaran suhu 15-21.1°C. Sebuah penelitian mengemukakan bahwa
tanaman wortel yang ditanam pada suhu udara di bawah 15°C menyebabkan bentuk
umbi memanjang dan bewarna kuning muda. Warna tersebut mencerminkan
kandungan vitamin A yang rendah. Tanaman wortel yang ditanam pada suhu
melebihi 21.1°C akan menghasilkan umbi yang pendek dan warna umbi kurang
bagus (Samadi 2014).
Wortel merupakan sayuran dataran tinggi pada kisaran 1200 mdpl dengan
iklim subtropis. Tanaman wortel dapat tumbuh dengan baik pada kondisi
lingkungan lembab dengan kisaran suhu 15.6°C – 21.1°C. Suhu udara yang terlalu
tinggi sering kali menyebabkan umbi menjadi kecil, terhambatnya perkecambahan,
penurunan kandungan betakaroten dan berwarna pucat (kusam). Suhu udara terlalu
rendah (sangat dingin) juga tidak baik bagi wortel karena umbi yang terbentuk
menjadi panjang dan kecil (Pitojo 2006).
Rukmana (1995) dan Pitojo (2006) menjelaskan bahwa dalam penanaman
wortel sering terjadi banyak gangguan terutama gangguan biotik yaitu gangguan
organisme pengganggu tanaman (OPT). Beberapa spesies hama yang umum
dijumpai dan menyerang tanaman wortel antara lain: Hyposidra sp., Heliothis
assula, Agrotis ipsilon, Nezara viridula, dan Coccinella sp. Penyakit yang sering
dijumpai pada pertanaman wortel antara lain busuk pangkal batang (Sclerotinia
slerotiorum), bercak daun Cercosprora (Cercospora carotae), hawar daun
(Alternaria dauci), dan nematoda puru akar (Meloidogyne spp.)
2.5 Kandungan Gizi Wortel

Sunanto (2003) menjelaskan bahwa salah satu tumbuhan yang berpotensi


sebagai antioksidan adalah umbi wortel. Telah diketahui bahwa tanaman wortel
memiliki kandungan senyawa aktif yaitu protein, karbohidrat, lemak, serat, gula
alamiah, pektin, glutatin, asparaginin, beta karoten, geraniol, flavonoida, pinena
dan limonena. Wortel ini juga kaya akan vitamin A, B kompleks, C, D, E, K, dan
antioksidan.
Tabel 1. Kandungan Gizi Pada Wortel
No. Nutrisi Jumlah
1. Energi (Kkal.) 41
2. Protein (g) 0,93
3. Lemak (g) 0,24
4. Karbohidrat (g) 9,58
5. Serat (g) 2,8
6. Gula total (g) 4,74
7. Pati (g) 1,43
8. Air (g) 88,29
Mineral
9. Fosfor (mg) 35
10. Kalium (mg) 320
Vitamin
11. Vitamin A (SI) 835
12. Vitamin B1 (mg) 0,066
13. Vitamin B2 (mg) 0,058
14. Vitamin B3 (mg) 0,983
15. Vitamin C (mg) 5,9
Sumber: USDA National Nutrient Database for Standard Reference
(USDA 2016).
2.6 Manfaat Wortel
Sayur merupakan bahan makanan yang banyak mengandung vitamin.
Apabila tubuh kekurangan vitamin akan timbul gejala gejala tertentu sebagai
gangguan kesehatan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tanaman wortel
memiliki kandungan senyawa aktif, yaitu: protein, karbohidrat, lemak, serat, gula
alamiah, pektin, glutatin, asparaginin, geraniol, flavonoida, pinena, limonena dan
beta karoten. Karoten memberikan karakteristik warna jingga pada wortel (Suojala
2000).
Menurut Muchtadi (2000), sayuran yang tergolong memiliki kadar serat
pangan tinggi, baik serat pangan larut maupun serat pangan tidak larut adalah
wortel. Serat pangan larut lebih efektif dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu
low density lipoprotein (LDL), serta meningkatkan kadar high density lipoprotein
(HDL). Serat pangan larut juga dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas,
penyakit jantung dan mencegah penyakit iverticulosis. Serat pangan tidak larut
sangat penting peranannya dalam pencegahan disfungsi alat pencernaan seperti
konstipasi (susah buang air besar), ambeien, kanker usus besar dan infeksi usus
buntu.
Menurut Khomsam (2007) dan Pohan (2008) wortel merupakan sayuran
yang multi khasiat bagi pelayanan kesehatan masyarakat luas. Di Indonesia wortel
dapat dianjurkan sebagai bahan pangan potensial untuk mengentaskan masalah
penyakit kurang vitamin A karena kandungan karoten (pro vitamin A) pada wortel
dapat mencegah penyakit rabun senja (buta ayam) dan masalah kurang gizi. Beta
karoten di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A, zat gizi yang sangat penting
untuk fungsi retina). Warna umbi kuning kemerah-merahan, mempunyai karoten A
yang sangat tinggi, Umbi wortel juga mengandung vitamin B, Vitamin C dan
mineral.
2.7 Teknik Budidaya Wortel Secara Organik
Wortel dapat dibudidayakan dengan sistem pertanian konvensional maupun
sistem pertanian organik. Dalam pertanian konvensional sering digunakan bahan
kimia buatan pabrik berupa pupuk, pestisida sintesis, perangsang tumbuh,
antibiotik, dan lain-lain untuk meningkatkan produksi pangan. Produksi meningkat
tetapi di sisi lain terjadi pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan akibat
pemakaian produk tersebut. Selain itu, petani menjadi ketergantungan pada bahan
kimia yang berharga mahal dan kadang langka. Sehingga Keadaan ini
menyebabkan produksi merosot dan biaya produksi tinggi. Permasalahan ini dapat
diatasi dengan mengembangkan pertanian organik. Pertanian organik merupakan
sistem pertanian yang tidak mempergunakan bahan kimia, tetapi menggunakan
bahan organik. Adapun pestisida yang digunakan untuk memberantas hama dan
penyakit dapat diganti dengan pestisida organik yang mudah dalam pembuatannya,
tidak mencemari udara, tidak berbahaya, tidak meracuni konsumen karena cepat
terurai, dan tanamannya mudah diperoleh (Pracaya 2009).
Menurut Samadi (2014) teknik budidaya wortel secara organik meliputi
penyiapan lahan, penanaman, penjarangan, penyiangan, pendangiran, penyiraman,
pemupukan, perlindungan tanaman.
1. Persiapan Lahan
Lahan untuk tanaman wortel biasanya disiapkan dalam bentuk bedengan-
bedengan. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, dan
jarak antar bedengan (parit) 40-50 cm dengan kedalaman sekitar 30 cm.
2. Benih
Tanaman wortel diperbanyak dengan biji (benih). Benih wortel berkaitan
antara yang satu dengan yang lainnya dan tertutup oleh bulu-bulu yang berbentuk
bengkok. Daya tumbuh benih wortel sampai 3 tahun. Untuk membantu proses
pertumbuhannya, sebelum ditanam, benih wortel dapat direndam dengan air selama
12-14 jam terlebih dahulu. Tanaman yang akan dijadikan sumber benih mempunyai
syarat-syarat yaitu tanaman tumbuh subur dan sehat, bebas hama dan penyakit,
bentuknya seragam, jenis yang berumur pendek, dan berproduksi tinggi.
Sebaiknya tanaman yang akan digunakan untuk sumber benih ditanam
secara terpisah dari tanaman produksi untuk konsumsi yang telah diseleksi
pertumbuhannya. Dari setiap bunga yang muncul pada satu tanaman disisakan 5-6
tangkai bunga yang terbaik. Bunga dirawat sampai menghasilkan biji. Warna bunga
wortel yang baru tumbuh umumnya berwarna putih. Biji yang sudah masak
dikumpulkan lalu dikeringkan dan siap digunakan untuk benih. Untuk
mempertahankan mutunya, benih harus disimpan dengan baik dan tepat yaitu
dimasukan dalam wadah tertutup dan rapat dan kemudian wadah tersebut disimpan
di tempat yang kering.
3. Penanaman
Benih wortel langsung dapat ditanam (disebar) di kebun tanpa disemaikan
terlebih dahulu. Sebelum tanam, sebaiknya benih wortel direndam dalam air selama
12-24 jam untuk membantu proses perkecambahan. Adapun tata cara penanaman
(penaburan) benih wortel dilakukan beberapa tahap berikut ini:
a. Tebarkan benih wortel dalam alur-alur yang telah disiapkan lalu ditutup
dengan tanah tipis sedalam 0,5-1 cm.
b. Buat alur-alur dangkal diantara tanaman wortel untuk menempatkan pupuk
sebagai pupuk dasar. Sebarkan pupuk tersebut dalam alur, kemudian tutup
dengan tanah tipis.
c. Untuk mencegah benih rusak dan mencegah kelembapan tanah sebaiknya
alur-alur ditutup jerami.
d. Bila benih wortel mulai tumbuh (sekitar 10 hari), mulsa jerami segera dibuka
kembali.
4. Pemeliharaan
Tanaman wortel yang masih muda sangat peka terhadap perubahan
lingkungan disekitarnya. Kegiatan pemeliharaan wortel meliputi:
a. Penjarangan
Tanaman wortel yang telah berumur 10-15 hari sejak tumbuhnya benih
yaitu sekitar bibit wortel setinggi 5 cm, perlu dilakukan penjarangan tanaman.
Tujuannya agar tanaman wortel tumbuh baik dan kokoh. Penjarangan dilakukan
pada tanaman yang tumbuh terlalu rapat, atur jarak tanam dalam barisan sekitar 5-
10 cm. Demikian pula tanaman wortel yang tumbuh kurang baik, terserang penyakit
segera dicabut agar tidak mengganggu tanaman lain. Dengan cara ini, kebutuhan
sinar matahari tercukupi, sirkulasi udara lancar sehingga tanaman wortel akan
tumbuh subur.
b. Penyiangan dan Pendangiran Tanah
Pada umumnya gulma lebih cepat tumbuh dari tanaman wortel. Gulma yang
tumbuh disekitar tanaman wortel sangat merugikan karena menjadi pesaing untuk
mendapatkan air, sinar matahari, dan unsur hara. Penyiangan dilakukan bila
pertumbuhan gulma terlihat sudah mengganggu tanaman wortel. Biasanya
penyiangan pertama dilakukan saat tanaman wortel berumur 1 bulan dan
penyiangan kedua saat tanaman wortel berumur 2 bulan.
Demikian pula tanah sekitar tanaman wortel yang kelihatan padat segera
dilakukan pendangiran. Caranya adalah tanah digemburkan dengan hati-hati
sehingga tidak merusak akar wortel karena akar wortel yang terluka lebih mudah
terserang penyakit. Penggemburan tanah sekitar tanaman bertujuan memperbaiki
struktur dan sirkulasi udara. Tanaman wortel menghendaki tanah yang gembur agar
pertumbuhan umbi tidak bercabang dan bengkok.
c. Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, tanaman wortel harus mendapatkan cukup air.
Apabila budidaya wortel dilakukan pada musim penghujan, tidak diperlukan
kegiatan penyiraman karena air hujan sudah cukup untuk memacu pertumbuhan
tanaman wortel. Kondisi tanah yang terlalu becek dapat mengakibatkan akar wortel
mudah membusuk. Penyiraman pada musim hujan hanya dilakukan bila tanah
terlihat kering dan tanaman terlihat agak layu.
Sebaliknya bila tanaman wortel dibudidayakan pada musim kemarau maka
kegiatan penyiraman menjadi sangat penting. Tanaman wortel yang masih kecil
perlu disiram secara kontinyu 1-2 kali sehari tergantung kondisi tanahnya. Namun
pada tanaman wortel yang sudah besar, interval penyiraman dapat dikurangi karena
air yang berlebihan dapat mengakibatkan umbi membusuk. Waktu penyiraman
yang baik adalah pada waktu pagi atau sore hari.
d. Pemupukan
Pemupukan bertujuan menambah unsur hara dalam tanah sehingga dapat
mendorong pertumbuhan tanaman lebih cepat dan mendorong pertumbuhan umbi
yang baik. Kegiatan pemupukan biasanya dilakukan setelah penyiangan gulma
disekitar tanaman wortel. Pupuk yang digunakan dalam budidaya wortel secara
organik adalah pupuk kandang. Pupuk kendang berasal dari kotoran ayam dan
kambing yang telah dicampur dengan sekam padi. Proses pematangan pupuk
dilakukan dengan menumpuk tanah, pupuk kandang, dedaunan dan rumput hingga
membentuk lapisan-lapisan setinggi 2 meter, kemudian didiamkan selama 3 bulan.
Cara pengaplikasian pupuk kendang tersebut di sebar secara merata pada bedengan.
Wortel memerlukan pupuk kendang sebanyak 15 ton/ha sedangkan pada tanah yang
subur pemberian pupuk kendang dapat ditiadakan.
e. Penanggulangan Hama dan Penyakit
Salah satu kendala yang dapat menghambat keberhasilan dalam budidaya
wortel adalah hadirnya hama dan penyakit. Hama yang biasanya menyerang
tanaman wortel adalah lalat wortel, ulat tanah, kutu daun, dan kumbang. Sedangkan
penyakit yang umum menyerang tanaman wortel disebabkan oleh jamur dan
bakteri. Pada tingkat serangan berat dapat menyebabkan penurunan kualitas dan
produksi umbi wortel. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang tanaman
wortel antara lain bercak daun Cercospora, busuk Alternaria, nematoda bintil akar,
dan busuk lunak bakteri.
Teknik pengendalian tanaman yang dianjurkan adalah pengendalian hama
dan penyakit secara terpadu yang terdiri dari:
1) Pengendalian secara kultur teknis, seperti menjaga kebersihan kebun,
pengunaan benih atau bibit sehat, pengaturan jarak tanam, pemanfaatan
musuh alami, agensi hayati, waktu tanam yang tepat, dan pemupukan
berimbang.
2) Pengendalian secara mekanik, seperti menangkap hama dan memotong
bagian tanaman yang terserang penyakit.
5. Panen
Pada umumnya wortel dipanen pada umur sekitar 80-120 hari setelah tanam
tergantung varietasnya atau ukuran umbi mencapai maksimal dan tidak terlalu tua.
Tanaman wortel sudah dapat dipanen bila sebagian besar tanaman terlihat tangkai
daun sudah mulai menguning dan tanaman belum berbunga. Waktu panen yang
tepat adalah pagi hari saat udara cerah. Hal ini untuk menjaga kesegaran umbi dan
menekan penguapan air pada umbi wortel.
Jika tanahnya gembur, panen wortel cukup dilakukan dengan mencabut
batangnya sehingga umbi terangkat dari dalam tanah. Apabila tanahnya kering dan
keras, dapat menggunakan garpu tanah. Garpu dimasukkan dalam tanah sekitar
tanaman lalu diangkat sampai umbi terangkat dipermukaan tanah.
Umbi yang telah dipanen segera dimasukkan karung atau keranjang lalu
dibawa ke tempat penampungan. Selanjutnya dilakukan sortasi, umbi yang sehat
dipisah dari umbi yang busuk dan umbi yang terpotong. Umbi yang terluka
sebaiknya dijemur selama 1 jam agar tidak membusuk.
6. Pascapanen
Penanganan pasca panen sangat penting untuk menjaga kualitas umbi wortel
sampai diterima oleh konsumen dalam keadaan baik. Perlakuan pasca panen umbi
wortel meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pembersihan
Umbi wortel segera dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel pada
umbi, lalu akar, daun, dan bagian umbi yang busuk dipotong dengan pisau atau
gunting. Pembersihan ini bertujuan mencegah masuknya mikroorganisme dari
kotoran yang melekat pada umbi wortel.
b. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk membersihkan tanah yang melekat pada umbi
sehingga lebih menarik untuk dipasarkan. Umbi dicuci dalam air bersih yang
mengalir umbi dicuci dalam bak. Umbi yang baru dicuci keadaannya masih basah.
Untuk itu, umbi segera dikeringkan di tempat terbuka yang teduh.
c. Sortasi dan grading
Sortasi merupakan kegiatan memisahkan umbi yang baik dari umbi yang
rusak (cacat, busuk, dan terserang penyakit). Pemisahan ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit dari umbi yang sakit ke umbi yang sehat
terutama dalam penyimpanan. Untuk umbi wortel yang dijual di pasar tradisional,
semua kualitas umbi dapat diterima konsumen dan tidak membutuhkan kemasan
khusus. Namun bila umbi wortel ditujukan untuk pemasaran ke pasar induk,
supermarket, atau diekspor sebaiknya umbi harus dipilah berdasarkan ukuran besar
dan beratnya untuk mendapatkan keseragaman menurut mutunya.
d. Pengemasan
Pengemasan umbi wortel bertujuan untuk melindungi, memudahkan
pengangkutan dan memperlancar pemasaran hingga ke tangan konsumen.
Pengemasan harus dilakukan dengan baik untuk menghindari kerusakan mekanis,
biologis, dan fisiologis yang mungkin terjadi selama dalam pengangkutan dan
pemasaran. Kerusakan mekanis dapat terjadi pada saat pengangkutan yang
menyebabkan umbi patah. Kerusakan biologis dapat terjadi karena infeksi mikroba
terutama dibagian luka akibat kerusakan mekanis pada umbi. Kerusakan fisiologis
dapat terjadi karena pengaruh lingkungan seperti kerusakan umbi karena panas
sinar matahari.
Wadah yang digunakan untuk mengemas umbi wortel tergantung tujuan
pemasarannya. Untuk keperluan pengangkutan dari lahan ke tempat penampungan
dapat digunakan karung plastik. Di tempat penampungan, umbi wortel segera
dikeluarkan lalu dibersihkan dan disortasi. Untuk tujuan penjualan di pasar induk,
umbi wortel yang sudah bersih tanpa daun dapat menggunakan karung plastik
dengan bagian atas terbuka untuk menghindari suhu tinggi dalam karung. Untuk
tujuan pemasaran ke supermarlet, diperlukan bahan kemasan lebih baik, rapih, dan
menarik. Bahan yang digunakan biasanya dari kemasan plastik atau film plastik
yang tipis dan transparan. Selanjutnya kemasan wortel tersebut ditata rapih pada
tempat yang telah diatur suhu dan kelembapan ruangannya.
e. Penyimpanan
Untuk mencegah kerusakan selepas panen maka diperlukan penyimpanan
yang baik dan benar agar kesegaran umbi dapat dipertahankan sampai beberapa
minggu. Adapun umbi wortel yang akan disimpan harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Umbi wortel dalam kondisi sehat
2) Seragam tingkat ketuannya
3) Dikemas dalam kemasan yang baik
4) Jangan dicampur dengan sayuran lain yang mempunyai bau busuk, karena
dapat mempengaruhi bau wortel.
III GAMBARAN UMUM INSTANSI
3.1 Sejarah Berdirinya Yayasan Bina Sarana Bakti
Bina Sarana Bakti (BSB) merupakan suatu lembaga berbentuk yayasan
yang didirikan oleh Pater Agatho Elsener, OFMCap pada tanggal 7 Mei 1984.
Yayasan ini juga didukung oleh Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Konferensi
Wali Gereja Indonesia, khususnya Romo Gregorius Utomo, Pr dan C. Djoeariah,
SH. Pada mulanya, yayasan ini diharapkan menjadi pusat informasi pembangunan,
karena pada saat itu Pater Agatho berpendapat bahwa pembangunan yang berjalan
di Indonesia arahnya terbalik. Namun karena tema pembangunan dianggap luas dan
kurang jelas, maka dipilih pembangunan pertanian khususnya pertanian organis
(Natural Farming). Pater Agatho sangat terinspirasi oleh sebuah buku yang
dibacanya berjudul “The One Straw Revolution” karya Masanobu Fukuoka. Pikiran
utama buku tersebut menjelaskan bahwa “alam sudah bekerja sebagaimana
mestinya dan manusia hanya mendukungnya” dan pemikiran tersebut yang
mendasari dibuatnya pertanian organik sebagai sarana pembangunan YBSB.
Setelah itu Pater Agatho membuat perencanaan mengenai Natural Farming seperti
pada buku tersebut. Namun karena terjadi kegagalan kemudian beliau mempelajari
prinsip-prinsip rotasi tanam, tumpangsari, dan pengolahan tanah yang akhirnya
dipraktekkan sampai sekarang.
Pada tahun 1987 seluruh lahan YBSB dimanfaatkan dengan menggunakan
prinsip pertanian organik, yakni pertanian yang harmonis dengan sesama, alam dan
Tuhan, dengan menghentikan segala bentuk asupan kimia sintetik mulai dari benih,
pupuk, sampai pestisida. Sejak saat itulah YBSB dikenal sebagai salah satu pionir
pengembangan pertanian organik di Indonesia. Dalam kurun waktu 16 tahun YBSB
telah mengalami banyak perkembangan, pada bulan September tahun 2000 YBSB
memperoleh sertifikasi dari salah satu lembaga sertifikasi yang telah mendapatkan
akreditasi dari IFOAM (International Federation of Organic Agriculture
Movement) dan NASAA (National Association of Sustainable Agriculture
Australia) sebagai salah satu produsen bahan pangan organik dan produknya telah
memperoleh label non pesticides and chemical free. Hal tersebut sangat
menguntungkan, karena YBSB dapat lebih memperluas usaha dan pasar sayuran
organik di Indonesia. Selain telah memperoleh sertifikasi, perkembangan lain yang
dialami oleh YBSB yaitu jumlah komoditas sayuran yang diusahakan semakin
beragam dan lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi semakin luas.
Pater Agatho semakin menyadari bahwa bukan teknik pertanian organik
yang menjadi dasar perbaikan pembangunan pertanian, melainkan sikap petani atau
manusianya dalam berhubungan dengan alam dan Tuhan. Sejak saat itu Pater
Agatho mulai menjadikan YBSB sebagai wadah untuk menggalakkan sikap hidup
organis, yang mengarahkan sikap hidup egois menuju sikap hidup organis.
Hubungan antara manusia dan seluruh organisme yang ada di alam saling
mendukung satu sama lain, sehingga semuanya diuntungkan, yang merupakan
makna dari sikap organis. Sikap organis tersebut harus dimulai dari pelaku
organisnya sehingga ada istilah “Pelaku organis, wajib bersikap organis”. Pater
Agatho telah memberi pedoman praktis yang mempermudah untuk memahami
sikap organis tersebut yakni dengan istilah PANCA MAKIN (5 makin yang berarti,
5 langkah menuju sesuatu yang tidak ada batasnya). Adapun isi dari PANCA
MAKIN antara lain:
1. Rasional (sistematis). Langkah pertama dan utama bahwa segala sesuatu dilihat
dari kacamata rasio atau logika menurut Tuhan ataupun manusia yang bijaksana.
Salah satu Hukum Tuhan adalah kenyataan: hukum alam dan paradoks. Hukum
manusia yang bijaksana dapat dibaca dalam pepatah: hemat pangkal kaya, tut
wuri handayani, jer basuki mowo bea, becik ketitik ala ketara, sehingga sebagai
manusia yang bijaksana sebaiknya bekerja cerdas bukan bekerja keras.
Contohnya jika sakit maka istirahat, kerja setengah mati artinya semua kerja
keras pasti berpeluh, jika mengatakan besok akan hadir maka artinya hadir pada
keesokan harinya bukan minggu depan.
2. Integral (1001 faktor). Faktor yang berkaitan harus diperhatikan, baik faktor
internal (manusianya) maupun faktor eksternal (iklim, keluarga, tempat kerja
dll), agar seimbang dan relevan
3. Kontektual (situasi dan kondisi). Keputusan yang diambil harus sesuai situasi
dan kondisi yang terjadi di lapangan.
4. Optimal (sesuai atau tumbuh). Meskipun tindakan atau keputusan sudah
melewati 3 hal di atas namun masih belum tentu benar dan tepat. Jika keputusan
yang diambil tidak tepat maka tidak perlu putus asa, cukup perlu dievaluasi dan
diperbaiki.
5. Maksimal (penuh atau harmonis). Setiap perbaikan selalu mengarah pada
kebenaran agar menjadi kesatuan di antara diri sesama, alam, dan Tuhan
sehingga menjadi satu kepribadian atau sikap organis itu sendiri.
Dalam kurun waktu 16 tahun YBSB telah mengalami banyak
perkembangan, pada bulan September tahun 2000 YBSB memperoleh sertifikasi
dari salah satu lembaga sertifikasi yang telah mendapatkan akreditasi dari IFOAM
(International Federation of Organic Agriculture Movement) dan NASAA
(National Association of Sustainable Agriculture Australia) sebagai salah satu
produsen bahan pangan organik dan produknya telah memperoleh label non
pesticides and chemical free. Hal tersebut sangat menguntungkan, karena YBSB
dapat lebih memperluas usaha dan pasar sayuran organik di Indonesia. Selain telah
memperoleh sertifikasi, perkembangan lain yang dialami oleh YBSB yaitu jumlah
komoditas sayuran yang diusahakan semakin beragam dan lahan yang
dimanfaatkan untuk kegiatan produksi semakin luas. Pada tahun 2000 YBSB
membentuk PT yang bernama PT Agatho Agro (AA), tetapi pada tahun 2004 PT
AA dibubarkan karena mengalami beberapa masalah. Kegagalan dan jatuh bangun
YBSB dijadikan Pater Agatho sebagai salah satu aset untuk maju. Pada tahun 2009
Pater Agatho jatuh sakit dan sejak saat itu YBSB mulai mandiri dengan
dibentuknya PT Agatho Organis Agro (AOA) dan memiliki unit bisnis pengolahan
produk, toko sayur agatho, toko pembenihan dan taman organis.
3.2 Visi dan Misi Yayasan Bina Sarana Bakti
Yayasan Bina Sarana Bakti berusaha memahami evolusi alam dan
kenyataan pembangunan manusia. Ternyata dua karya itu jauh sekali berbeda,
hampir seperti Sang Pencipta dengan Sang Ciptaan. Menurut Pencipta semua ada
untuk melayani yang lain, sedangkan manusia mengira semua itu ada untuk dipakai
sendiri, alam bersifat organis, manusia bersikap egois. Semua unsur di alam saling
mendukung, diadakan untuk kepentingan bersama, bahkan memberikan diri untuk
kelangsungan hidup yang lain. BSB berkeyakinan bahwa sikap organis menjadi
dasar kemajuan. Di dalam alam segala sesuatunya menghasilkan lebih dari yang
dibutuhkan, sehingga mencukupi semua kebutuhan makhluk yang ada di alam.
Sebaliknya sikap egois tidak akan pernah puas sampai melalap habis semua yang
ada dan akhirnya menelan dirinya sendiri. Untuk membangun masa depan, sikap
egois harus dikalahkan dengan sikap organis.
3.2.1Visi dan Misi
Visi Yayasan Bina Sarana Bakti adalah hidup harmonis dengan sesama,
alam dan Tuhan. Misi YBSB yaitu memBINA (menyiapkan, mengembangkan)
sebagai SARANA (metode, alat) agar setiap manusia bisa makin berBAKTI dan
melayani sesama, alam, dan Tuhan. Pikiran ini berlaku tanpa mengenal tempat dan
waktu, seharusnya dimiliki semua orang tanpa pengecualian. Dunia pasti akan lebih
baik, manusia bersatu dan sungguh maju.
3.3 Motto
Motto YBSB adalah “The organic way, all in harmony”. Motto tersebut
memberi arah bagi pembangunan karakter atau sikap manusia sekaligus gerakan
pelestarian alam dan lingkungan hidup. Manusia merupakan bagian (organ) dari
alam (organisme) yang tidak terpisahkan. Tindakan manusia menentukan
keberlangsungan organ lain. Harmonis dapat diartikan sebagai kesatuan dari segala
faktor (organ).
3.4 Struktur Organisasi
Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) telah dilegalisasi berdasarkan akte
notaris Dwi Swandijani No.17. Yayasan yang bergerak dalam bidang pertanian
organik ini berusaha membina agar manusia hidup secara organis, selaras dengan
alam. Yayasan BSB didirikan oleh Pater Agatho Elsener, OFMCap, Rm. Gregorius
Utomo, Pr, C.Djoeariah SH, dan Bp. Lorentius Suryoto Suryomurcito
Sebagai upaya untuk regenerasi dan memajukan Yayasan Bina Sarana Bakti
(YBSB), sejak tahun 2012 pengurus yayasan diperbaharui menjadi:
Yayasan Bina Sarana Bhakti membentuk badan pelaksanaan yang dipimpin
oleh seorang direkur eksekutif yang menjalankan kegiatan di yayasan terutamanya
memimpin YBSB untuk mewujudkan visi dan misi dalam menjalankan program
sehari-hari direktur eksekuif dibantu oleh kepala-kepala bidang dan unit serta staf
pelaksana srukur ini badan elaksanaan YBSB adalah sebagai berikut:
a. Dewan pembina
Ketua : Eusibius Pantja Pramudya
Wakil Anggota : Prananto nugroho
Anggota : Ir.YP Sudaryanto

b. Dewan Pengawas
Ketua : Juli Adrian
Anggota : 1. Marelianus Purnomo Harto
: 2. Kukuh Komandoko
c. Dewan Pengurus
Ketua umum : Antonius Lisliyanto
Ketua : Bohman Jonathan Silaen
Sekretaris : Mira Dohanna Elisabeh Simanungkalit
Bendahara : Anonius Djohan Natawiria

Yayasan dan PT dipimpin oleh direktur yang bertugas sebagai pengelola dan
terdapat divisi yang mempunyai tugas serta tanggung jawab masing-masing
(Gambar 2).

Gambar 1 Stuktur organisasi Yayasan Bina Sarana Bakti


3.5 Logo Yayasan Bina Sarana Bakti
Yayasan Bina Sarana Bakti memiliki logo panah melingkar di antara huruf
YBSB, yang memiliki makna pertumbuhan yang berproses menyerupai spiral yang
YBSB biasa disebut Panca Makin (Gambar 3a). Sesuai dengan arti katanya,
“Panca” berarti lima dan “Makin” mengarah pada sesuatu keutamaan yang
berjumlah lima, yaitu makin rasional, makin integral, makin kontekstual, makin
optimal dan makin maksimal. Untuk keperluan pemasaran digunkan logo yang
berbeda antara produk dari petani mitra (Gambar 3b) dan dari lahan tersertifikasi
(Gambar 3c).

a b c

Gambar 2 a) Logo YBSB, b) Logo Pemasaran PT AOA untuk produk sayuran dari
petani mitra (Non Serti fikasi), c) Logo pemasaran produk sayuran dari
lahan tersertifikasi.
3.6 Letak Geografis Yayasan Bina Sarana Bakti
Yayasan Bina Sarana Bakti berada di jalan Gandamanah No. 74, Kampung
Sampay, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat. Lokasi YBSB terletak di kawasan Puncak tepatnya di lereng Gunung
Pangrango dengan ketinggian tempat 800-1100 m dari atas permukaan laut dan
kemiringan lahan 3-5%. Luas lahan YBSB sekitar 15 ha. YBSB berada pada 06,42o
LS dan 106,56o BT dan terletak di daerah beriklim tropik cenderung basah dengan
musim hujan pada bulan November–Mei, dan musim kemarau pada bulan Juni–
Oktober. Pada bulan Juli-September suhu rata-rata di wilayah YBSB sebesar
21,1oC, curah hujan 64 mm/bulan, lama penyinaran matahari 70,03 jam/bulan dan
kelembaban nisbi rata-rata setiap bulan 77,06 % (BMKG 2018).
Yayasan Bina Sarana Bakti memiliki lima kebun produksi yang letaknya
terpisah-pisah, yaitu kebun Asti, kebun Merak, dan kebun Rumah Bawah (kebun
Blok A, Blok K1 dan Kebun PT). Kebun Rumah Bawah (RB) berada paling jauh
dari kebun Asti sekitar 1 km.
a. ASTI (Asrama Putri)
Kebun Asti terletak didekat asrama yang digunakan sebagai tempat tinggal
sebagian karyawan, peserta PKL dan kursus. Kebun Asti memiliki luas ± 1 ha dan
sekitar 60 bedengan namun yang aktif 49 bedengan dan dikelola oleh dua orang
karyawan. Fasilitas yang terdapat di Kebun Asti yaitu asrama, kantor, alat
pertanian, gudang penyimpanan alat, tempat persemaian, kolam, saung, dan tempat
pengomposan. Hasil panen Kebun Blok Asti untuk memenuhi kebutuhan dapur
asrama namun jika berlebih disalurkan ke PT AOA.
b. Kebun Merak
Kebun Merak terletak di kawasan Villa Merak berjarak ± 500 m dari kebun
Asti. Kebun Merak memiliki luas lahan sekitar ± 1 ha dan memiliki sekitar 250
bedengan. Kebun merak dikelola oleh lima karyawan. Fasilitas yang terdapat di
Kebun Merak meliputi villa, alat pertanian, gudang penyimpanan alat, saung,
tempat persemaian, kolam sebagai penampungan air hujan, kumbung jamur dan
tempat pengomposan. Kebun Merak merupakan lahan produksi divisi diklat yang
memiliki hasil produksi tinggi. Hasil panen dari Kebun Blok Merak didistribusikan
ke PT AOA.
c. Kebun RB (Rumah Bawah).
Kebun RB memiliki luas 13 Ha yang dibagi dalam beberapa blok yaitu blok
A, B, C, D, E, F, G, H, I, I1, I2, J, K, K1, K2, L, M, kebun Taman Organis dan
kebun Mendawai. Blok A dan Blok K1 merupakan kebun diklat yang dimanfaatkan
untuk Kegiatan PKL dan kursus. Kebun RB merupakan kebun paling luas yang
dimiliki oleh YBSB. Di lahan RB terdapat area pembibitan, kantor PT, packing
house, tempat pengomposan, stok benih, taman organik, toko sayuran, rumah
bawah banget (RBB) sebagai dapur dan tempat tinggal sebagian karyawan serta
rumah pengolahan.
1) Kebun blok A
Kebun Blok A berada di kawasan Rumah Bawah (RB). Jumlah bedengan
yang dikelola sekitar 160 yang dibagi menjadi 8 teras dengan luas lahan ± 1 ha dan
dikelola oleh 5 orang keryawan. Fasilitas yang terdapat di Kebun Blok A meliputi
alat pertanian, gudang penyimpanan alat, tempat persemaian, kolam dan bak
penampung air, dan tempat pengomposan. Hasil panen pada Kebun Blok A
disalurkan ke PT AOA.
2) Kebun blok K
Kebun Blok K juga berada dikawasan Rumah Bawah (RB). Blok K berjarak
± 200 m dari blok A. Di Blok K terdapat 66 bedengan dan dikelola oleh seorang
karyawan. Fasilitas yang terdapat pada kebun blok K adalah saung, 4 keran air dan
persemaian, sedangkan untuk tempat pengomposan dan gudang alat berada di blok
A.
3) Kebun PT (Blok B, C, D, E, F, G, H, I, I1, I2, J, K, K2, L dan M)
Kebun yang dikelola oleh PT Agatho Organis Agro (PT AOA) memiliki
lahan seluas ± 8 ha. Fasilitas yang terdapat di Kebun PT meliputi alat pertanian,
gudang penyimpanan alat, tempat persemaian, tempat pengomposan, kios
penjualan, packing house, dan kantor. Kebun PT ini lebih difokuskan untuk
produksi yang akan dijual dan dipasarkan kepada agen dan konsumen yang telah
menjalin kerja sama dengan PT AOA.
4) Kebun Mendawai
Kebun Mendawai dikhususkan untuk memproduksi benih. Benih lokal yang
ditanam di YBSB dan PT AOA sebagian besar diproduksi di kebun Mendawai. Di
kebun Mendawai terdapat kurang lebih 250 bedengan dan bangunan screenhouse.
5) Kebun TO (Taman Organis)
Taman organis memiliki fokus di bidang ekowisata dan pendidikan yang
terdiri dari 12 stasiun. Salah satu stasiun yang tersedia adalah stasiun animal
farming dan stasiun herbal. Saat ini penggunaan stasiun herbal masih belum
optimal, sehingga hanya digunakan untuk koleksi tanaman herbal dan produksi
sayuran. Proyek 12 stasiun yang akan dikembangkan oleh kebun TO sebagai
berikut :
a) Stasiun Pater Agatho, di dalam stasiun ini pengunjung dapat mempelajari
sejarah kehidupan Pater Agatho, seorang pelopor pertanian Organik di
Indonesia.
b) Stasiun Arsitektur, Teknologi Ramah Lingkungan, menyajikan sistem
ramah lingkungan pada model sistem irigasi yang berkelanjutan, generator
tenaga air, pengolahan air limbah dan masih banyak lagi.
c) Stasiun Filosofi, menyajikan pembelajaran mengenai manusia mengharagai
alam dan keanekaragaman hayati untuk menjaga keseimbangan alam yang
berkelanjutan.
d) Stasiun Pertanian Organik dan prinsip-prinsipnya, menyajikan prinsip-
prinsip pertanian organik yang diterapkan di BSB.
e) Stasiun Tanah dan Kehidupan di dalamnya, memberi pemahaman kepada
pengunjung mengenai pentingnya peran tanah beserta isinya dalam
kehidupan ini.
f) Stasiun Permakultur, menyajikan pemukiman manusia berkelanjutan
melalui ekologi dan desain.
g) Stasiun Agroforestri, menyajikan sebuah hutan buatan dengan menjelaskan
fungsi agroforestri.
h) Stasiun Herbal, menampilkan dan memberi informasi dan pengetahuan
mengenai tanaman medis dan pengobatan tradisional.
i) Stasiun Budidaya/Persemaian, menyajikan proses produksi sayuran dari
mulai benih sampai dengan siap ditanam di lapangan dan juga siap dipanen.
j) Stasiun Peternakan Hewan, menyajikan demplot-demplot peternakan
berbagai jenis hewan yang dikelola secara organik, sehinga pengunjung dapat
mempelajari cara dan teknik dalam memelihara dan memanfaatkan hewan
secara organik.
k) Stasiun Hama dan Pupuk, menyajikan pengetahuan mengenai jenis, siklus
hidup, cara pencegahan, pengendalian hama dan penyakit serta cara
pengomposan tanaman hijau.
l) Stasiun Benih, menyajikan langkah-langkah untuk mendapatkan kualitas
benih organik terbaik.
IV TELAAH LAPANG DAN PEMBAHASAN
Yayasan Bina Sarana Bakti menerapkan sebuah prinsip bahwa catatan
(dokumentasi) merupakan bukti dari tanggung jawab. Di Yayasan Bina Sarana
Bakti terdapat 11 buku catatan yang terdiri atas buku 0-10 yang masing-masing
memiliki isi dan fungsi yang berbeda. Buku 0-10 secara berurutan berjudul agenda
umum, program jangka panjang, job desk, perkembangan, rencana harian, input
dan output, segala daftar, segala data tabel dan artikel, notulensi, ringkasan dari
agenda umum dan agenda pribadi. Kegiatan budidaya juga memiliki catatan berupa
buku yang terdiri atas buku semai, buku tanam dan buku panen (Lampiran 8).
Buku semai berfungsi untuk mencatat tanaman yang disemai dan
memperkirakan luas lahan yang dibutuhkan untuk menanam tanaman yang telah
disemai. Buku tanam berfungsi sebagai pedoman penanaman, memperkirakan
waktu panen sejak tanaman ditanam, menentukan pola rotasi dan kombinasi yang
akan digunakan untuk meminimalisir serangan OPT. Buku panen berfungsi untuk
mencatat estimasi panen dan hasil panen sesungguhnya, sehingga jumlah panen
sesuai dengan permintaan konsumen.

4.1 Teknik Budidaya


4.1.1 Penyiapan Benih
Yayasan bina sarana bahakti (YBSB) memiliki dua jenis benih. Benih yuang
pertama merupakan benih yang diproduksi sendiri oleh YBSB benih ini disebut
dengan benih lokal dan benih yang kedua adalah benih benih hibrida yang
bersertifikat yang dibeli dipasar. Benih di YBSB ini terdapat 2 macam karena tidak
semua benih bisa diproduksi sendiri oleh YBSB. Benih lokal ditanam dilahan yang
dikhususkan untuk proses perbanyakan benih tanaman. Benih lokal merupakan
benih hasil adaptasi dari daerah lain dan dikembangkan di YBSB dan merupakan
benih keturunan ke 7. Setelah keturunan keturunan ke 7 benih tersebut baru bisa
dikatakan sebagai benih lokal.
Benih merupakan biji yang yang diperoleh untuk ditanam kembali. Ciri khas
di YBSB adalah menggunakan benih lokal untuk tanaman wortel. Tujuan
dilakukannya pembenihan adalah untuk memperoleh benih yang akan dipakai di
kebun sendiri serta untuk dijual alasan lain penggunaan benih lokal antara lain
untuk penghematan, menyelamatkan dari kepunahan benih dan mutunya lebih
terjamin.
Tanaman yang ingin dijadikan benih indukan ditanam dalam satu teras
dengan tanaman yang sama agar tidak terjadi proses penyerbukan silang sehingga
biji yang dihasilkan akan tetap terjaga kualitasnya. Saat tanaman mulai dewasa dan
berbentuk biji maka dilakukan proses sleksi dengan cara memilih biji yang telah
dewasa, selanjutnya tangkai bunga yang terdapat dalam biji dipotong dan
dimasukan ke dalam plastic kemudian biji di keringkan selama kurang lebih tiga
hari . setelah itu benih ditampih dan dilakukan sleksi. Penyeleksian benih dilakukan
dengan melihat warna, ukuran, besaran bentuk, dan terbebas atau tidaknya dari
serangan hama dan penyakit. Tahap selanjutnya benih ditimbang kemudian
dimasukan kedalam botol dan benih siap di edarkan ke blok.
Lahan perbanyakan benih tertelak di blok mendawai. Benih yang ditanam
di blok tersebut antara lain yaitu selada kos, selada sioma, selada keriting, tomat,
cabai, wortel, dan kailan. Proses perbanyakan benih dilakukan dengan menanam
tanaman induk yang telah terseleksi dilahan. Seleksi untuk benih dilakukan disaat
pemanenan. Kemudian ditumbuhkan hingga tanaman tersebut berbunga dan
menghasilkan biji. Biji hasil penanaman ini nantinya akan digunakan untuk benih
dilahan yang ada di kebun YBSB. Perbanyakan benih lokal dilakukan di dua tempat
yaitu di green house dan ada yang diluar green house. Tujuan dari penggunaan biji
lokal adalah untuk menghemat biaya dan memiliki daya adaptasi yang tinggi
dengan lingkungan sekitar.
Benih wortel yang digunakan di YBSB didapatkan dari hasil pembenihan
sendiri (local) pemilihan benih dilakukan dengan cara menyeleksi tanaman induk
yang akan dijadikan sumber benih. Ciri tanaman yang akan dijadikan benih antara
lain tanamannya tumbuh subur dan kuat, berbentuk seragam, dan berproduksi
sendiri. Petani YBSB mempertahankan varietas benih yang merupakan hasil
seleksinya sendiri. Keuntungan dari membenihkan tanaman wortel yaitu mudah
memperoleh benih, menghasilkan benih yang berkualitas dengan biaya yang
rendah. Benih yang bermutu tinggi akan mempunyai daya kecambah dan vigor
yang tinggi. Ciri-ciri wortel yang baik untuk ditanam antara lain berwarna cokelat
kehitaman, ukurannya kecil, saling berbiji, berbulu dan saling melekat satu sama
lain.

4.1.2 Persiapan lahan


Persiapan lahan merupakan langkah-langkah untuk menciptakan tanah
yang baik dan subur bagi pertumbuhan tanaman , khususnya pada saat akan
dilakukannya penanaman wortel. Berikut beberapa langkah persiapan lahan.
a. Sanitasi lahan

Sanitasi lahan merupakan langkah pertama dalam proses penanaman,


sanitasi lahan yaitu dilakukannya pembersihan dari sisa-sisa tanaman, gulma,
plastik, ranting-ranting, kaleng bekas,lanjaran yang patah,seresah-seresah yang
patah yang ada dibedengan yang akan di tanami oleh wortel. Sanitasi lahan
bertujuan agar lahan terhindar dari OPT yang bisa menyebabkan penyakit pada
tanaman budidaya, sehingga tanaman nantinya mampu untuk tumbuh dengan baik.
Sanitasi lahan akan membersihkan bibit-bibit penyakit ataupun telur-telur hama
yang menempel pada gulma-gulma maupun tanaman yang ditanam sebelumnya
dilahan tersebut.
b. Penggarpuan
Penggarpuan merupakan pengolahan lahan dengan menggunakan alat garpu
tanah. Penggunaan garpu tanah bertujuan agar tidak merusak tekstur tanah dan tidak
mengganggu mikroorganisme dalam tanah seperti cacing. Tujuan penggarpuan
yaitu untuk menggemburkan tanah dan menjaga biota dalam tanah karena tanaman
wortel memerlukan tanah yang berstruktur gembur dan mengandung bahan
organik. Pengolahan ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang sesuai dengan
yang dibutuhkan tanaman. Dengan pengolahan tanah maka struktur tanah dapat
diperbaiki dan sirkulasi udara yang baik dapat diciptakan. Tanah yang gembur akan
mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya akan maksimal. Persiapan lahan
diawali dengan membersihkan lahan dari berbagai macam jenis gulma dan
melakukan penyiraman air dengan tujuan tanah menjadi gembur dan lebih mudah
digarpu selanjutnya lahan digarpu sampai dengan subsoil tanah dengan kedalaman
mencapai 30 cm setelah itu tanah dibalik. Pembalikan tanah bertujuan agar
organisme pengganggu tanaman (OPT) terangkat keatas dan mati akibat terpapar
sinar matahari, sisa-sisa tanaman yang berada diatas permukaan tanah terkubur
sehingga akan terdekomposisi dalam tanah.
Menurut rahayu (2001) persiapan lahan wortel secara manual dengan cara
memilih lahan 1x10m2 (bedengan) yang kurang produktif karena pada saat
dilakukannya penjarangan sangat banyak tanaman wortel yang tercabut.
Pengolahan lahan yang dilakukan di YBSB dibedakan atas maximum tillage
(sistem pengolahan tanah semaksimal mungkin) dan minimum tillage (sistem
pengolahan tanah seminimal mungkin).
Pengolahan lahan maximum tillage dilakukan dengan menggunakan garpu
untuk membalikkan tanah. Pengolahan lahan minimum tillage dilakukan dengan
pembuatan lubang tanam menggunakan tugal dan pengolahan tanah menggunakan
garpu, tanpa adanya pembalikan tanah.
Pengolahan lahan dengan metode maximum tillage dibagi menjadi
penggarpuan biasa, tacarukub dan double digging (penggalian ganda).
Penggarpuan merupakan kegiatan pengolahan tanah sedalam 30 cm dengan
menggunakan garpu (Gambar 6), bertujuan untuk menggemburkan tanah dan
memperluas perakaran tanaman.
Gambar 3 Kegiatan penggarpuan
Tacarukub merupakan singkatan dari “tanah dicangkul rumput
dikubur”. Tujuan dari tacarukub untuk memperbaiki bedengan yang mengalami
degradasi tanah atau sudah rata dengan jalan antar bedengan. Teknik tacarukub
dilakukan dengan cara penyiangan gulma yang berada di atas bedengan,
mencangkul tanah bagian top soil sampai kedalaman 30 cm dan lebar ±25 cm atau
selebar daun cangkul. Lubang diisi dengan gulma hasil penyiangan, setelah itu
lubang yang berisi gulma ditutup dengan tanah yang hasil galian dari lubang
selanjutnya (Gambar 7). Gulma yang dikubur berfungsi sebagai bahan organik
dalam tanah.
Tanah Tanah Top soil
digali digali
Sub soil

Gambar 4 Sketsa proses tacarukub


Double digging (penggalian ganda) bertujuan untuk menambah bahan
organik, menggemburkan tanah, dan memperbaiki struktur tanah. Pengolahan lahan
double digging dilakukan dengan menggarpu dan mencangkul tanah sepanjang 1 m
sampai top soil nya terangkat atau sampai bertemu dengan tanah berwarna merah
(sub soil) lalu dibawa ke ujung bedengan. Setelah top soil terangkat, sub soil di
garpu agar tanah menjadi gembur lalu kemudian ditutup dengan rumput sampai
lubang terisi penuh lalu ditutup dengan tanah hasil galian selanjutnya, proses ini
dilakukan berulang sampai lubang ke 10 ditutup dengan tanah dari galian yang
pertama (Gambar 8 dan 9).
Tanah Top soil
digali
Sub soil
Sekitar 1 m
Tanah
galian

Tanah Top soil


digali
Sub soil

Gambar 5 Sketsa proses double digging


Pengolahan lahan dengan double digging dilakukan saat produktivitas tanah
sudah berkurang yang ditandai dengan penurunan kesuburan tanah dan tinggi
bedengan, tanaman rentan terkena hama dan penyakit atau tanaman pada bedengan
tersebut sebelumnya pernah terserang penyakit. Pengolahan lahan dengan cara
double digging dapat bertahan satu tahun. Pengolahan tanah dengan cara ini dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, dapat meningkatkan produksi
hingga 2-3 kali lipat dan dapat digunakan untuk 5-6 kali masa tanam. Kerugian cara
double digging adalah membutuhkan tenaga kerja lebih banyak dan waktu yang
lebih lama dalam pengerjaan dibandingkan dengan cara pengolahan lahan lainnya.
Teknik double digging biasanya cocok untuk tanaman umbi-umbian seperti wortel
atau lobak.

4.1.3 Penanaman Wortel


Penanaman dilakukan dengan melihat faktor-faktor tanam atau rancangan
tanam. Rencana tanam meliputi target produksi, reaksi tanaman, tumpeng sari serta
tingkat serangan OPT. peksanaan dilakukan dengan cara menyediakan benih,
menyesuaikan jarak tanam, dosis pupuk yang akan digunakan, kondisi cuaca dan
merencanakan rotasi yang akan dilakukan.
Rotasi tanaman dilakukan dengan tujuan untuk memutus siklus hama,
menyuburkan tanah serta untuk memaksimalkan hasil produksi. Rotasi yang
dilakukan di YBSB antara lain rotasi panjang, sedang dan pendek.
Terdapat beberapa Teknik penanaman yang dilakukan di YBSB diantaranya
adalah monokultur, polikultur dan kombinasi. Monokultur merupakan Teknik
penanaman yang hanya dilakukan satu jenis tanaman yang sama dalah satu
bedengan ketebihannya terletak di teknis budidaya yang mudah karena tanaman
yang ditanami atau maupun yang dipelihara hanya satu jenis.
Polikulkur atau tumpang sari merupakan tenik pertanaman dengan cara
menanam beberapa jenis tanaman dalam satu bedengan dengan beberapa
persyaratan, keuntungan dari polikultur yaitu akan lebih banyak memperoleh
variasi panenan, mengurangi serangan OPT seperti penyebaran karena makanan
akan terbatas ,menjaga hara dalam tanah maka dengan dilakukannya kombinasi
keseimbangan unsur hara dalam tanah akan tercukupi, mengurangi tingkat
kegagalan pada hasil panen, serta efisiensi pada lahan yang ditanami dan
kekurangannya jika salah dalam memadukanm tanaman maka akan timbul hama
dan penyakit dan salah satu tanaman akan mendominasi dalam memperoleh unsur
hara, air, atau sinar matahari.
Kombinasi yaitu proses penaanaman lebih dari dua tanaman dalam waktu
yang sama tujuannya yaitu mengurangi serangan OPT, menjaga kualitas hara tanah,
panen lebih dari satu jenis tanaman, mengurangi tingkat kegagalan panen dan
efisiensi lahan. Bentuk-bentuk kombinasi yang di lakukan di YBSB antara lain
Mixed Cropping, tumpang sari, Companion, Repellent, Relay Croping,Alley
Cropping dan Inter Cropping.
Kegiatan penanaman wortel dilakukan dengan pembuatan alur dalam
bedengan serta dilakukannya tumpang sari dengan tanaman bawang daun.
Kemudian benih disebar pada setiap alur. Satu bedengan dibuat 4 alur untuk
penanaman wortel dan satu alur di tengan untuk tanaman bawang daun dengan
populasi 25 tanaman bawang daun jaraknya 40cm. kebutuhan benih 10 gr
perbedengan.
Penanaman tanaman wortel tidak membutuhkan pupuk, berbeda dengan
tanman brasicca yang sngat banyak membutuhkan pupuk. System rotasi yang
dilakukan di YBSB telah mencapai kebutuhan pupuk yang dibutuhkan oleh
tanaman wortel, apabila dilakukan penambahan pupuk hanya akan tejadi
pemborosan saja serta akan menghasilkan umbi yang kurang baik, umbi akan
berbulu karena pada pupuk kendang mengandung banyak unsur N yang tinggi.
Tanaman wortel termasuk kedalam tanaman yang membutuhkan N yang lebih
sedikit dibandingkan dengan unsur K, maka berdasarkan selama pengalaman
dilapangan pada tanaman wortel tidak diperlukan lagi penambahan pupuk .
pemberian pupuk hanya diberikan kepada tanaman pendampingnya yaitu tanaman
bawang daun yaitu tanaman yang di tumpeng sari dengan wortel. Pupuk diberikan
pada lubang untuk tananman bawang daun saja setelah lubang tersebut dimasukan
bawang daun sebanyak dua tanaman per lubangnya.

Gambar.Pembuatan alur

Jarak tanam antar alur tanaman wortel adalah 25cm. waktu tanam yang baik
untuk tanaman wortel adalah pada saat musim kemarau. Tumpang sari adalah
kegiatan menanam tanaman yang dilakukan dengan cara menanam berbarengan hal
ini sesuai dengan pendapat Yuwariah (2017) yang menyatakan bahwa tumpangsari
adalah sistem pertanaman dua jenis atau lebih tanaman secara serempak pada lahan
yang sama dalam waktu tertentu samapi tanaman itu mencapai usia panen.
Menurut purwanto (2011) penenaman secara kombinasi atau tumpang yaitu
apabila dalam 1 bedengan terdapat dua jenis tanaman berbeda, jika salah satu gagal
panen masih ada tanaman lainnya yang dapat dipanen sehingga menekan angka
kerugian. Selain itu dengan kombinasi dapat dijadikan salah satu tanaman sebagai
repellent yang berfungsi mengusir hama, menghemat waktu pengolahan tanah,
hasil beragam, menyeimbangkan hara dan meningkatkan pendapatan petani. Maka
sistem penanaman yang dilakukan oleh pihak Yayasan bina sarana bakti sangat
baik.

Gambar. Wortel vs bawang daun

4.1.4 pemeliharaan
a. Penyiraman

Gambar penyiraman
Penyiraman di YBSB dilakukan setelah wortel ditanam hingga satu minggu
sebelum wortel panen. Penyiraman dilakukan pada pagi (07.00-08.00) atau sore
hari 15.00-16.00). Penyiraman hanya dilakukan saat musim kemarau saja, karena
pada musim hujan kebutuhan air bagi tanaman telah tersedia. Tanaman
membutuhkan air yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman itu
sendiri sehingga diperlukan adanya penyiraman secara teratur dan terjadwal.
Tanaman yang masih dalam fase vegetatif dalam satu bedengan dilakukan
penyiraman 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari sebanyak 10 gembor atau
100 L air, sedangkan untuk tanaman yang sudah memasuki fase generatif maka
dilakukan pengurangan jumlah air atau dilakukan pengurangan penyiraman
menjadi 1 hari - 2 hari sekali. Pengurangan penyiraman yang berbeda-beda
dilakukan berdasarkan kebutuhan air dalam setiap jenis tanaman.
Penyiraman tanaman menggunakan 2 alat yaitu selang dan gembor. Ketika
tanaman wortel sudah menjelang panen, tidak dilakukan penyiraman karena apabila
terlalu banyak air dapat mengakibatkan umbi wortel menjadi busuk. Wortel
membutuhkan air yang cukup dalam massa pertumbuhannya. Manfaat penyiraman
yaitu untuk menyuburkan tanaman serta untuk mempercepat proses pertumbuhan
tanaman.
Menurut Rahayu (2001) bahwa penyiraman yang dilakukan di YBSB telah
benar hal ini dikarenakan pada fase awal pertumbuhan wortel sangat memerlukan
air yang memadai sehingga perlu dilakukan penyiraman 1-2 kali sehari terutama
pada saat musim kemarau.
Menurut anis tatik maryani (2012)menyatakan bahwa ketersediaan air yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting karena tanaman
wortel pada fase awal pertumbuhan sangat penting. Peranan air pada tanaman
antara lain yaitu sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara)
dari dalam tanah kedalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source) ke
limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran sel dan
membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta pengatur
suhu bagi tanaman. Apabila ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman maka
akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi unsur hara ke daun akan
terhambat sehingga akan berdampak pada produksi yang dihasilkan.
b. Penjarangan
Menurut rahayu (2001) penjarangan harus dilakukan secara merata
sehingga menghasilkan alur yang rapi dan jarak dalam baris menjadi 5-10cm.
penjarangan ini berguna untuk memberikan jarak dalam baris dan menjaga
tercukupinya sinar matahari sehingga tanaman dapat tumbuh subur.
Penjarangan merupakan kegiatan mencabut tanaman yang terlalu rapat
dengan tanaman lainnya agar tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga tanaman
dapat tumbuh secara optimal. Penjarangan ini dilakukan agar jarak antar tanaman
lebih teratur dan ruang tumbuh tanaman lebih luas. Contoh tanaman yang
melakukan penjarangan yaitu wortel dan lobak.
Penjarangan yang dilakukan oleh petani YBSB rata-rata dua kali pada
tanaman wortel anatar lain saat berumur 3 minggu dan 7 minggu. Penjarangan
dilakukan dengan cara dicabut langsung dan mengatur jarak antar tanaman. Apabila
jarak terlalu lebar maka umbi yang akan dihasilkan kurang baik karena mengalami
retak pada umbi. Namun apabila penjarangan antar tanaman terlalu rapat maka akan
mengakibatkan umbi wortel bercabang. Penjarangan dilakukan dengan mencabut
tanaman yang pertumbuhannya kurang baik. Penjarangan dilakukan secara hati-
hati agar tanaman wortel tidak tercabut. Jarak yang tepat untuk antar tanaman yaitu
3-5 cm. penjarangan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

Pada proses penjarangan budidaya tanaman wortel yang sangat efektif


dilakukan di kebun YBSB, hal ini dikarenakan terdapat 2 periode proses
penjarangan sehingga akan menjadi tolak ukur keberhasilan penjarangan pada
proses pertama. Tujuan penjarangan sangat berguna untuk mengurangi persaingan
unsur hara antar tanaman wortel. Penjarangan dilakukan agar umbi mampu
berkembang dengan baik dan memberikan jarak dalam baris untuk menjaga
tercukupinya sinar matahari sehingga tanaman dapat tumbuh subur dan juga umbi
tidak saling merebutkan unsur hara.
c. Penyiangan
Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan gulma atau rumput liar
disekitar tanaman yang tumbuh didalam maupun dipinggir bedengan. Penyiangan
pada wortel dilakukan setiap minggu dengan mencabut gulma yang tumbuh
disekitar tanaman budidaya dan dalam bedengan, cara yang dilakukan dalam
penyiangan di YBSB adalah dengan mencabutnya langsung dan untuk
membersihkan pinggiran dilakukan pengkoredan maupun dengan mesin listrik.
Penyiangan bertujuan agar tidak terjadi persaingan gulma dalam
memperebutkan unsur hara. Penyiangan wortel pertama di lakukan setelah tanaman
berumur dua sampai dengan tiga minggu setelah tanam saat tanaman wortel sekitar
lima sentimeter.penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma sampai akar
dan menggunakan tebasan untuk membersihkan rumput di sekitar bedengan.
Penyiangan untuk tanaman wortel dilakukan menyesuaikan dengan kondisi
pertumbuhan gulma dibedengan. Gulma yang sudah dibersihkan dapat digunakan
sebagai kompos. Proses penyiangan yang dilakukan di Yayasan bina sarana bakti
telah sesuai dengan setandar operasional prosedur. Hal ini dikarnakan penyiangan
tersebut juga dilakukan pada saat kegiatan proses penjarangan sehingga gulma yang
tumbuh diarea tanaman wortel tidak terlalu banyak.
Menurut Saparinto dan Setyaningrum (2011) cara lain untuk penyiangan
adalah mencangkul lahan sebagai upaya penggemburan tanah sekaligus membuang
tanaman liar yang telah tercabut oleh cangkul. Namun di YBSB hal ini tidak
dianjurkan karena dapat mengganggu keseimbangan makroorganisme dan
mikroorganisme didalam tanah serta mengganggu perakaran dan krop tanaman
yang sedang dibudidayakan.

4.1.5 Pengendalian Opt

Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) di YBSB dilakukan


dengan tiga pendekatan yaitu Holistik, Preventif dan Kuartif. Holistik ( cara
bertindak dengan cara melihat keseluruhan) yaitu suatu tindakan pengendalian OPT
yang dilakukan dari awal sejak dilaksanakannya suatu kegiatan budidaya, seperti
perencanaan kebun, persiapan lahan dan rancangan tanam.
a. Holistik
Penanganan penyakit secara holistik yaitu penanganan menggunakan
pendekatan secara menyeluruh melalui perencanaan kebun, perencanaan budidaya
dan perencanaan produksi agar tercipta agroekosistem yang sehat. Perencanaan
kebun berkaitan dengan tata guna lahan seperti penentuan letak tempat persemaian
, rumah kompos, bedengan dan tempat irigasi serta penentuan jalan. Pengguanaan
lahan di YBSB yaitu 70% digunakan sebagai tempat produksi dan 30% digunakan
untuk tempat persemaian, rumah kompos, irigasi dan jalan.perencanaan budidaya
ini betujuan untuk meningkatkan keanekaragaman hayati. Perencanaan ini dapat
dilakukan dengan peneneman tanaman pagar untuk mencegah penyebaran penyakit
melalui angin. Tanaman pagar yang digunakan dapat berfungsi sebagai repellent .
tanaman pagar yang digunakan dapat berfungsi sebagai penolak serangga, tempat
tinggal serangga yang mana berfungsi sebagai fektor dari penyakit yang dapat
menyerang tanaman.tanaman yang digunakan sebagai repellent yaitu bunga
cosmos, rosemary dan lain-lain. Perencanaan produksi berkaitan dengan
penanaman tanaman berdasarkan kebutuhan pasar. Perencanaan ini dapat dilakukan
dengan cara membuat target penanaman. Target tanman di YBSB yaitu setiap
minggu.
b. Preventif (mencegah)
Pendekatan secara preventif adalah suatu Teknik pencegahan dengan
mengendalikan tanda-tanda siklus tahunan OPT yaitu mengenal cuacu atau iklim
setempat, mengenal ketersediaan makanan, mengenal tempat tinggal atau
lingkungan OPT serta mengenal siklus hidup OPT. Dengan mempertimbangkan
ketiga kondisi tersebut maka kita dapat melakukan tindakan kultur teknis sebagai
berikut:
1) Perencanaan dalam penyiapan lahan
2) Rotasi tanam
3) Pengaturan jarak tanam
4) Pemberian naungan
5) Pemberian pupuk kompos dan susulan
6) Perawatan tanaman
Selain itu dengan dilakukannya tindakan secara preventif kita dapat
melakukan paencegahan serangan hama dan penyakit tanaman dengan
memperbaiki teknik budidayanya. Tindakan yang dapat dilakukan adalah
melakukan tanaman. Rotasi yang digunakan di Yayasan Bina Sarana Bhakti terdiri
dari rotasi pola pendek, rotasi pola sedang dan rotasi pola panjang
Rotasi pola pendek
Rotasi pola pendek adalah adalah rotasi yang dilakukan dengan cara
menanam tanaman legume atau kacang-kacangan lalu setelah panen tanaman
tersebut maka dilakukan penggantian tanaman dengan cara menanam tanaman
selain jenis legume.

Rotasi pola sedang


Rotasi tanaman pola sedang dilakukan dengan cara menanam tanaman
legume selama satu musim dan selamjutnya ditanam tanaman sayuran buah seperti
tomat, jagung serta cabai dan selanjutnya dilakukan penanaman root crop (tanaman
umbi-umbian) seperti bit, wortel, dan umbi jalar (gambar 14). Rotasi pola sedang
dapat dilakukan juga dengan cara menanam legume dan diikuti dengan menanam
leaf crop (tanaman daun) seperti bayam, pakcoy dan selada, selanjutnya ditanamai
jenis tanaman root crop seperti (umbi-umbian) seperti bit, wortel dan ubi jalar.

Rotasi pola panjang


Rotasi pola panjang dilakukan dengan cara menanam tanaman jenis legume,
diikuti dengan menanam leaf crop (Tanaman daun) seperti bayam, pakcoy dan
selada dan untuk musim selanjutnya lahan ditanami dengan tanaman sayuran buah
seperti tomat dan cabai dan berikutnya dilakukan penanaman root crop(umbi-
umbian) seperti menanam bit serta wortel.

Selain melakukan rotasi di YBSB juga menerapkan system tanam tumpeng


sari atau kombinasi system dilakukan dengan cara menanam dua atau lebih jenis
tanaman dalam satu bedengan pada waktu bersamaan dengan syarat memperhatikan
sifat tanaman tersebut. Kombinasi yang diterapkan atas dasar sifat tanaman seperti
refellent, usia panen, kebutuhan air, hara matahari, pertumbuhan pada akar
tanaman, bentuk ukuran tajuk serta kebutuhan matahari dengan tujuan yaitu untuk
memaksimalkan produktivitas lahan serta mengendalikan OPT dan kesuburan
tanah. Beberpapa system kombinasi yang terdapat di Yayasan Bina Sarana Bakti
adalah improved fallow, alley cropping, relay cropping, dan repellent.
Improved Fallow
Improved fallow adalah kombinasi antara tanaman utama dengan tanaman
pupuk hijau. Tujuan dari kombinasi ini adalah untuk menyuburkan tanah.
Contohnya kombinasi antara tanaman sayuran daun dengan tanaman legume.
Alley Cropping
Alley cropping adalah kombinasi tanaman yang membentuk seperti lorong.
Contohnya adalah kombinasi antara dua baris jagung dan di tengah ditanami
sayuran daun atau yang lainnya. Tujuannya adalah melindungi tanah dan tanaman
dari penguapan dan serangan hama secara berlebihan. Alley croping lebih tepat
digunakan saat musim kemarau.
Relay Cropping
Relay cropping adalah kombinasi tanaman secara estafet. Kombinasi relay
croping digunakan untuk tanaman berumur panjang dan tanaman berumur pendek.
Contohnya adalah kombinasi cabai rawit dan pakcoy. Tujuannya adalah
memanfaatkan lahan untuk terus berproduksi sampai tanaman utama panen.
Repellent
Kombinasi repellent adalah memadukan tanaman utama dengan tanaman
yang mampu mencegah datan gnya hama akibat bau tidak sedap yang dikeluarkan.
Contohnya adalah tanaman daun bawang dengan tanaman caisim. Tanaman
repellent di Yayasan Bina Sarana Bhakti ada daun bawang, adas, kemangi, basil,
dan tomat
c. Kuratif (mengobati)
Pengendalian OPT dengan pendekatan secara kuratif adalah tindakan yang
paling akhir. Pendekatan kuratif dilakukan jika pendekatan secara holistik dan
preventif tidak berjalan baik. Kerusakan yang ditimbulkan telah mencapai ambang
batas dan mengakibatkan kerugian. Pengendalian secara kuratif terdiri dari 3 cara,
yaitu:
Penggunaan Pengendalian Nabati (Biophytopatronum)
pengendalian kuratif dapat dilakukan dengan adanya perbaikan ruang hidup
OPT, metode yang dilakukan di YBSB yaitu dengan pengendalian nabati yaitu
membuat semacam pestisida alami yang di semprotkan secara langsung kepada
daun tumbuhan yang terserang OPT bahan-bahan yang digunakan biasal dari
tumbuhan sekitar seperti brotowoli, nimba, kacang babi,adas, daun papaya, daun
paitan, sisbania sibon dan lain-lain. Sedangakan untuk pengendalian penyakit maka
dilakukan penyemprotan dengan aplilasi Biophytopatronum. Bahan yang
digunakan untuk pembuatan biophytopatronum anatara lain teprosia sebanyak
200gr, 1 liter air, sabun secukupnya, cara membuatnya yaitu dengan membuat
menumbuk daun teprosia dalau diperas sampai lebut dan disaring supaya hasi
perasan lebih halus dan tidak membuat spyraye tersendak, hasil perasan dicampur
dengan sabun yang tidak mengandung soda api selanjutnya disemprotkan ke
tanaman. Aplikasi biophytopatronum ini efektif untuk OPT jenis kutu, ulat dan
wereng. Selain teprosia bahan yang digunakan untuk pengaplikasian
biophytopatronum ialah daun sembung, biji bengkuang, serta tunas bawang putih.
Penekanan Pada Populasi
Serangan hama terjadi karena kebutuhan dari hama tersebut tersedia pada tanaman.
Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan merupakan status kesehatan suatu lingkungan dengan
memelihara lingkungan di sekitar tanaman tersebut. Sanitasi lingkungan meliputi
pasokan air yang bersih dan aman, pembungan limbah, dan faktor-faktor
lingkungan (dapat diubah oleh manusia) yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
Sanitasi tanaman
Sanitasi tanaman dilakukan dengan cara mencabut, memotong dan
membakar tanaman yang sudah terkena penyakit dengan kerusakan 20%,
sedangakan pada tanaman kerdil dapat dilakukan dengan diberikan pupuk cair
dengan dosis (3 in 1 ) yaitu menyiram, memupuk serta mengobati. Pada tanaman
tertentu bias dilakukan stek dan penyambungan. Cara lain yang bias digunakan
yaitu membersihkan dari gulma diar di sekitar tanaman dan membersihkan dari sisa
panen.
4.1.6 Organisme Pengganggu Tanaman yang Menyerang
a. Hama
Menurut pengamatan dan pengalaman penulis selama bekerja di lapangan,
penulis jarang sekali menemukan adanya hama dalam tanaman wortel. Hama yang
muncul adalah hama pendatang yang datang hanya untuk makan serta membuat
sarang ditanaman wortel dan setelah selesai makan maka hama akan pergi. Hama
pendatang antara lain belalang kembara, belalang hijau dan siput kecil sedangkan
hama utama tanaman wortel seperti kutu daun (Aphid spp) dan ulat tanah (Agrotis
ipsilon) sangat jarang sekali ditemukan dilahan bedengan budidaya wortel. Hama
yang ditemukan penulis selama bekerja di lapangan yaitu belalang. Belalang ini
merupakan hama migrasi sehingga para petani tidak terlalu khawatir dengan adanya
hama tersebut. Serangan hama ini tergolong rendah sehingga keberadaannya tidak
akan mempengaruhi produksi serta tidak akan menyebabkan kerusakan yang cukup
parah. Hama jenis ini akan menyebabkan daunnya sobek dan terkoyak dari pinggir
daun.
Pengendalian hama yang dilakukan di YBSB adalah dengan cara diambil
secara manual lalu dimusnahkan atau disebut dengan Hand Picking. Hal ini selaras
dengan pendapat Edi dan Bobihoe (2010) yang menyatakan bahwa pengendalian
hama dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan cara dipungut langsung
dengan tangan selain itu pengendalian hama dapat pula digunakan pestisida nabati
yang dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan dosis dan anjuran. Di YBSB
menggunakan pengendalian nabati merupakan langkah terakhir yang di tempuh jika
pengendalian secara holistic dan preventif tidak berhasil.
b. Penyakit Pada Tanaman Wortel
Menurut pengamatan penulis selama praktek di lapang penulis menemukan
beberapa penyakit pada tanaman wortel, penyakit umumnya tidak terlihat secara
fisik. Penyakit pada tanaman wortel dapat ditemukan ketika penulis melakukan
kegiatan panen. Penyakit yang ditemukan anatar lain busuk lunak, busuk kering
serta umbi wortel bercabang.
Busuk Lunak

Penyakit utama yang menyerang wortel adalah busuk umbi yang disebabkan
oleh bakteri Erwinia carotovora. Erwinia carotovora merupakan salah satu bakteri
yang umumnya menyebabkan gejala busuk lunak pada beberapa tanamn
hortikultura (Scahaad et al 2001). penyakit ini menyebabkan umbi busuk dan berair.
Bakteri Erwinia carotovora dapat memperbanyak diri di dalam tanah atau sisa-sisa
tanaman sakit. Infeksi bakteri terjadi melalui inti sel, stomata, hidatoda atau luka.
Penularan dari satu tanaman ke tanaman lain disamping ditularkan oleh serangga
juga dapat ditularkan oleh manusia pada waktu penyiangan dan perawatan tanaman.
Gejala umum yang ditimbulkan pada tanaman wortel adalah busuk lunak,
berwarna cokelat atau kehitaman pada daun, umbi dan batang. Pada bagian yang
terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar dan mengendap,
bentuknya tidak beraturan, berwarna tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi maka
maka jaringan yang terserang akan tampak basah dan berwarna kecoklatan.
Jaringan yang terserang mulanya tidak tidak berbau, tetapi jika ada serangan yang
diakibatkan oleh bakteri sekunder jaringan yang terserang akan menimbulkan bau
khas yang mencolok di hidung.
Erwinia carotovora sangat sulit unuk dikendalikan hal ini sesuai dengan
pendapat Susilo (2007) yang menyatakan bahwa bakteri merupakan pathogen yang
terbawa oleh tanah dan sangat sulit untuk dikendalikan dan dampak yang
ditimbukan sangat serius maka teknik pengendalian yang biasa dilakukan untuk
bakteri Erwinia carotovora adalah dengan cara menjaga sanitasi. Sanitasi bisa
dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit
sebelum penanaman, menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk
menghidari kelembaban yang terlalu tinggi terutama disaat terjadi musim hujan,
pada waktu pemeliharaan tanaman wortel yaitu pendangiran serta pembersihan dari
gulma sebaiknya diusahakan untuk menghidari terjadinya luka yang tidak perlu.
Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.)

Penyakit lain yang ditemukan penulis selama bekerja di lahan ialah penyakit
puru akar yang disebabkan oleh Meloidgyne spp, penyakit ini ditemukan ketika
kegiatan sortasi setelah panen dilakukan. Ciri-ciri tanaman wortel yang terserang
penyakit ini adalah umbi bercabang, umbi seperti pecah sera umbi berambut. Hal
ini sesuai dengan pendapat Halimah (2014) yang menyatakan bahwa Penyakit puru
akar merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh nematoda puru akar
(NPA). NPA banyak merusak tanaman pertanian di Indonesia dan juga negara lain
terutama tanaman wortel. Selain itu, NPA juga dapat berinteraksi dengan patogen
tanaman dampaknya akan mengakibatkan kerusakan semakin meningkat
Biasanya penyakit ini baru terlihat ketika dilakukan pemanenan pada
wortel. Akibat yang ditimbulkan dari puru akar ialah akan berpengaruh kepada hasil
panen yang mana umbi yang terkena penyakit tidak akan bisa dijual kepemasaran ,
namun ubi wortel yang terkena penyakit masih bisa dimanfaatkan yaitu bisa
dijadikan untuk makanan kelinci.
Umbi bercabang ditandai dengan bentuk umbi yang abnormal, dimana
terdapat satu atau lebih percabangan. Gejala berikutnya adalah umbi pecah, bagian
stele umbi tampak jelas. Biasanya pada bagian permukaan umbi kasar, jika dibedah
terdapat NPA betina di dalamnya dan terkadang terdapat rambut akar yang berpuru.
Umbi pecah diduga karena rangsangan hormon IAA untuk terjadi hipertropi dan
hiperplasia sehingga permukaan kulit umbi tidak bisa mengimbangi pertumbuhan
dan perkembangan umbi wortel secara keseluruhan. Hal ini diperkuat dari bagian
umbi yang pecah terdapat puru yang bentuknya seperti kudis
Cara mencegah timbulnya penyakit ini pada tanaman wortel yaitu dengan
melakukan penggemburan tanah, melakukan penyiraman secara teratur serta
membuang benda keras seperti batu dan kerikil yang umumnya pencegahan bisa
dilakukan ketika sanitasi lahan serta pada waktu pengolahan tanah dilakukan.
Penyakit puru akar merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh
nematoda puru akar (NPA). NPA banyak merusak tanaman pertanian di Indonesia
dan juga negara lain terutama tanaman wortel. Selain itu, NPA juga dapat
berinteraksi dengan patogen tanaman dampaknya akan mengakibatkan kerusakan
semakin meningkat .
4.2 Panen

Panen merupakan kegiatan ahir dari kegiatan budidaya wortel. Kegiatan


panen yang dilakukan di YBSB terdapat tiga Teknik yaitu panen sipa ( siap panen),
tunda dan cicil.

1. sipa atau siap panen

Panen ini dilakukan pada tanaman yang telah mencapai umur panen
sehingga kegiatan panen tidak dapat ditunda maupun dicicil contohnya saat
memanen tanaman wortel. Apabila tanaman yang sudah siap panen maka akan
menurunkan kualitas maupun kuantitas tanaman tersebut dan ini akan berdampak
ke harga di pemasaran.

2. Cicil
Teknik panen ini umumnya dilakukan pada tanaman yang memiliki
pertumbuhan seragam sehingga belum memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan mitra atau pihak pemasaran contoh tanaman yang dipanen dengan cara
cicil antara lain cabai, seledri dan lain-lain.
3. Panen Tunda
Pemanenan ini dilakukan apabila tidak ada permintaan dari pihak pasar.
Pemanenan ini biasanya dilakukan pada tanaman yang tidak mudah busuk, bias
bertahan lama dan pada tanaman yang tidak akanterpengaruh terhadap kualitas hasil
panen contohnya pada tanaman wortel.

Menurut samadi (2014) cara pemanenan wortel dengan mencabut


batangnya secara langsung atau bila tanahnya keras bias dilakukan dengan cara
membongkar tanahnya memakai alat seperti garpu untuk memudahkan pencabutan.
Sebelum melakukan pencabutan maupun penggarpuan perlu disiram terlebih
dahulu supaya tanah menjadi gampang gembur. Ciri-ciri wortel yang siap panen
yaitu daun wortel telah menguning, umbi telah muncul keatas permukaan tanah,
umbi mencapai ukuran panjang sekitar 20 cm, dan diameter 3 cm.
Pemanenan yang dilakukan di Yayasan Bina Sarana Bakti wortel dipanen
sekitar 10 sampai 12 minggu. Panen wortel dilakukan pada pagi hari dalam satu
bedengan secara keseluruhan agar umbi wortel masih tampak segar serta untuk
menghindari kehilangan hasil yang lebih banyak. kehilangan hasil yang disebabkan
oleh waktu panen terjadi karena umbi wortel cenderung mengalami penurunan
kadar air akibat terjadi penguapan. Faktor tersebut akan berakibat pada menurunnya
kualitas umbi bahkan mempengaruhi kualitas hasil panennya. Cara panen wortel
secara organis dengan cara di cabut. Sebelum pencabutan terhadap tanaman yang
akan dipanen tanah digarpu untuk memudahkan proses panen. Penggarpuan
dilakukan secara hati-hati agar umbi tidak rusak atau cacat.
Tanaman wortel dipanen saat sebagian wortel telah menguning. Umbi telah
muncul kepermukaan tanah, jika dilihat umbi sudah mencapai ukuran panjang
sekitar 14 sampai 20cm dan berdiameter 2,5 sampai dengan 3,5 sentimeter. Secara
fisik umbi tidak bercabang , tidak busuk, lurus dan mulus dengan warna orange.
Hasil panen dalam satu bedengan berdasarkan pedoman sepuluh meter di YBSB
standarnya pada saat musim kemarau yaitu 20kg sedangkan pada musim hujan
sebanyak 17kg.
4.3 Pascapanen
Penanganan pascapanen dilakukan dua kali,yaitu penanganan dilahan dan
penanganan dan penanganan di bagian pemasaran. Penangan pascapanen dilahan
meliputi pengumpulan hasil panen, pemotongan daun dari umbinya serta pencucian
umbi wortel. Daun dipotong secara hati-hati menggunakan pisau agar tidak melukai
umbi wortel. Pencucian umbi wortel bertujuan utuk memisahkan umbi dari tanah
maupun kotoran yang melekat. Setelah itu wortel ditempatkan ke dalam keranjang
dan dibawa ke bagian pemasaran yang berada di PT Agatho Organis Agro.

a. Sortasi

Menurut Rahayu (2001) sortasi dilakukan dengan cara melihat kerusakan fisik
akibat pemeliharaan atau akibat serangan hama dan penyakit, kerusakan fisik antara
lain umbi wortel berair, umbi tidak seragam (Bercabang), warna pada umbi terlihat
kurang cerah serta ukuran umbi tidak sesuai dengan standar (10-20 cm).

Sortasi hasil panen wortel di YBSB umumnya dilakukan sebanyak 2 kali


antara lain dilakukan langsung setelah panen dan yang kedua dilakukan di
pemasaran . sortasi dilakukan bertujuan agar konsumen mendapatkan sayuran yang
berkualitas baik. Sortasi yang dilakukan setelah panen yaitu melakukan pemisahan
pada wortel yang bentuknya bercabang ukuran umbi panjangnya kurang dari 10 cm,
busuk akibat bakteri Erwinia carotovora, dan warna yang kurang cerah. Sortasi
kedua yaitu sortasi yang dilakukan di pemasaran, sortasi yang dilakukan meliputi
pengecekan umbi wortel yang busuk akibat luka pada saat panen dan pencucian
ulang wortel.

Hasil sortasi umbi yang dilakukan langsung di kebun blok A YBSB dengan
melakukan pemisahan umbi wortel yang layak konsumsi 20 kg dan umbi yang tidak
layak konsumsi yaitu 4 kg. umbi wortel yang layak konsumsi mempunyai ciri-ciri
bentuk umbi seragam, ukuran panjang 5-20cm, diameter 2-3 cm, serta umbi tidak
mengalami busuk. Sedangkan umbi wortel yang tidak layak konsumsi yaitu umbi
mengalami pembusukan akibat penyakit dan bentuk umbi tidak seragam atau
bercabang

b. Pencucian
Pencucian setelah panen dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan tanah
yang menempel dan melekat pada ubi wortel. Pencucian dilakukan setelah
pembersihan dari batang wortel, proses pencucian dilakukan dengan
memasukan umbi kedalam keranjang lalu dimasukan ke bak air yang ada
dilahan Blok A lalu dibersihkan langsung dengan kedua tangan secara merata
sampai bersih. Wortel yang telah dicuci dimasukan ke dalam container dan
dijual ke PT AOA. Kegiatan pencucian wortel bias dilihat pada gambar.
c. Penimbangan dan Pencatatan
Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan berkapasitas 150
kg kemudian dilakukan pencatatan oleh admin. Kegiatan penimbangan wortel
dapat dilihat pada Gambar 37.
Gambar 37 Penimbangan Wortel di PT AOA, 2018

d. Grading

Grading adalah kegiatan mengelompokan sayuran kedalam beberapa kelas


berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan oleh PT Agatho Organis Agro.
Berikut ini adalah hal-hal yang perludipertimbangkan dalam merumuskan standar
mutu sayuran di PT Agatho Organis Agro:

1) Bentuk crop (panjang, lebar dan diameter)


2) Kondisi sayuran (segar dan utuh)
3) Warna alami
4) Karakteristik
Wortel dikelompokan dalam 3 grade, yaitu grade A dan grade B serta grade
C. wortel yang masuk kedalam grade A memiliki kualitas antara lain berwarna
orange cerah, tidak busuk, tidak beaker dan tidak berbulu, tidak berkayu atau keras
dan tidak bercabang. Secara kuantitas, wortel yang masuk kedalam karakteristik
grade A mempunyai diameter 2,5 sampai dengan 3,5 cm,panjang ubi 14 sampai 20
cm,dan isi perkilogram 10 sampai 15 buah. Standar mutu wortel dapat dilihat pada
lampiran. Grade B merupakan wortel yang tidak memiliki karakteristik Grade A.
hasil pada dapat dilihat pada

gambar

e. Pengemasan

Pengemasan merupakan cara untuk melindungi wortel dan memperlancar


proses distribusinya ke konsumen. Pengemasan juga bertujuan untuk menambah
nilai jual barang tersebut pengemasan di PT AOA menggunakan pelastik yang telah
diberi label Agatho Organics. Dalam satu kemasan berisi lima sampai dengan enam
wortel yang sudah dipisahkan dari daunnya dengan bobot 500 gram. Hasil packing
dapat dilihat pada
Untuk produk wortel grade A pada kemasan plastic ditempel label “Grup:
Agatho Organics, Pioneer Organics in Indonesia” hal tersebut bertujuan untuk
meyakinkan konsumen bawa produk sayuran yang mereka beli dan konsumsi
merupakan produksi asli dari Aghato farm, nama lain dari Yayasan Bina Sarana
Bakti. selain bentuk packing ada juga bentuk curahuntuk dikiri ke agen atau
dipasarkan. Untuk curah pengemasan dilakukan dengan menggunakjan plastic
polos tanpa label dengan bobot 1 kg. pihak agen biasanya memesan wortel dalam
bentuk packing maupun curah.

f. Pemasaran
Yayasan Bina Sarana Bakti bermitra dengan PT AOA menerapkan strategi
marketing mix atau bauran pemasaran dengan sistem pemasaran dengan
mengedepankan komunikasi dengan konsumen dan loyalitas terhadap konsumen.
Menurut Kolter (2000) secara umum bauran pemasaran mempunyai pengertian
yaitu strategi yang mengintegrasikan product, price, promotion, dan place yang
mana akan berdampak terhadap kemajuan omset penjualan produk yang
dihasilkandan memberikan kepuasan terhadap konsumen dan kedua belah pihak.
Price atau harga yang ada di YBSB terdiri atas harga petani dan harga jual.
Harga petani yaitu harga yang dibayarkan oleh PT AOA kepada pihak Yayasan atau
pihak petani, sedangkan harga jual yaitu harga yang dibayarkan oleh konsumen atau
agen kepada kepada PT AOA . harga jual dibedakan menjadi dua yaitu harga
produk kemas dan harga produk curah. Harga produk curah lebih murah
dibandingkan dengan harga produk sayuran kemas dengan tambahan label. Daftar
harga dapat dilihat pada lampiran 6.
Place atau tempat YBSB berlokasi di daerah cisarua Bogor yang telaknya
tidak terlalu jauh dari Kawasan ibukota Jakarta, sehingga untuk pemasaran dan
pendistribusian sayuran akan lebih mudah. Produk sayuran maupun olahan yang
ada di Yayasan bina sarana bakti dipasarkan melalui toko sayur yang terdapat
dikawasan kebun RB, sayuran di distribusikan langsung dari packing house ke
agen, komunitas organik, restoran, supermarket, dan Konsumen rumah tangga di
daerah jabodetabek.
4.2 Analisis Usahatani
Analisis usahatani bertujuan untuk mengetahui pendapatan (π) suatu
usahatani dengan menghitung selisih antara penerimaan total (TR = total revenue)
dan biaya total produksi (TC = total cost). Biaya (C) dapat dibedakan menjadi biaya
tetap (FC = fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besar produksi
(y), dan biaya variabel (VC = variable cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi
oleh besar produksi (Suratiyah 2015).

Analisis pendapatan usaha kacang merah organik pada lahan seluas 10 m²


selama satu musim panen adalah sebagai berikut:

2. Penerimaan
Penerimaan = jumlah produksi x harga satuan
= 20 x Rp 6500
= Rp 130.000

Artinya pendapatan usahatani wortel organik dengan produksi sebanyak 20


kg dengan harga per kilo gram nya sebesar Rp 6500 sehingga penerimaannya
diperoleh Rp 130.000.

2. Biaya Total (TC)

Biaya Total (TC) = Total fixed cost (TFC) + Total variabel cost (TVC)

= Rp 4.967 + Rp 90.000

= Rp 94.967

3. Keuntungan

Keuntungan (π) = Penerimaan (TR) – Biaya Total (TC)


= Rp 130.000 – Rp 94.967

= Rp 35.033

Hasil Hitungan menunjukan bahwa keuntungan yang diperoleh dari


penjualan Wortel organik yaitu sebesar Rp 35.033

4. Rasio R/C

Analisis R/C adalah analisis perbandingan antara total pnerimaan dan total

pengeluaran usaha. Bila R/C bernilai > 1 maka usaha tersebut dianggap
layak untuk dijalankan, R/C < 1 dianggap tidak layak dan R/C = 1 maka usaha
tersebut dapat dilaksanakan atau tidak, bergantung kepada keputusan dari pihak
yang akan melaksanakan usaha. Nilai R/C usahatani kacang merah organik adalah
sebagai berikut:

𝑇𝑅
R/C = 𝑇𝐶

130.000
R/C =
94.967

= 1,36

Efisiensi usaha (R/C rasio) yang diperoleh pada wortel organik


menghasilkan angka 1,36, sehingga usahatani ini layak namun keuntungan nya
sangat kecil. Apabila akan dilanjutkan perlu diadakan perbaikan dalam usahatani
dan perlu adanya efisiesi biaya yang dikeluarkan.
5. Analisis Titik Impas (BEP)

Break event point (BEP) merupakan kondisi nilai hasil penjualan produksi
sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan.
Dengan demikian, pada saat itu usaha mengalami impas, tidak untung dan tidak
rugi. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume
penjualan dan juga harga jual agar suatu perusahaan tidak rugi (Soekarwati 2006).

Adapun analisi titik impas adalah sebagai berikut:

a. BEP harga (Rp/kg)

𝑇𝐶
BEP harga (Rp/Kg) =
𝑌

94.947
= 20

= Rp 4.748

b. BEP Produksi (Kg)

94.947
BEP Produksi (Kg) =
6500

= 14,61 Kg

Berdasarkan kedua jenis penghitungan BEP, menunjukkan bahwa usahatani


wortel di YBSB mengalami break even point, jika harga jual sebesar Rp4.748 /kg
dan produksi wortel yang dihasilkan perusahaan sebesar 14,61 kg per bedengan
dalam satu musim tanam.

Anda mungkin juga menyukai