PROPOSAL SKRIPSI
JURUSAN AGRIBISNIS
PROGAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadiran Allah SWT yang
Jambi”.
Bapak Dr. Ir. A Rahman, M.S. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Yanuar
Fitri, M.Si. selaku dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memotivasi
terimakasih kepada Bapak Dr. Fuad Muchlis, S.P., M.Si selaku dosen
ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-
teman telah memberikan dukungan dan restu dalam pembuatan proposal skripsi
ini.
sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
Jambi, 2021
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................
i
DAFTAR ISI.................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
v
I. PENDAHULUAN.....................................................................................
1
II.TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
32
LAMPIRAN..................................................................................................
33
DAFTAR TABEL
1. Kerangka pemikiran......................................................................................
24
DAFTAR LAMPIRAN
3. Nama kelompok tani dan jumlah nggota desa ujung tanjung (kud
tandan buah segar)................................................................................
35
potensi penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Peran strategis sub
produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
kelapa sawit mempunyai peran penting sebagai sumber penghasil devisa maupun
kelapa sawit, salah satu Provinsi di Indonesia yang menjadi sentra perkebunan
kelapa sawit yaitu Provinsi Jambi dengan rata-rata produksi kelapa sawit sebesar
1
2
Sumatera yang menjadi salah satu sentra pengusahaan perkebunan kelapa sawit.
Dalam lima tahun terakhir luas areal kelapa sawit swadaya di Provinsi Jambi
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas areal, produksi, produktivitas dan jumlah petani kelapa sawit di
Provinsi Jambi tahun 2015-2019
Produksi Produktivitas Jumlah
Luas Areal (ha)
Tahun (ton) (ton/ha) Petani (KK)
TBM TM TTM Jumlah
2015 110.345 334.815 14.800 459.960 1.013.811 3,029 206.787
2016 110.340 338.302 18.931 467.573 1.010.393 2,987 210.684
2017 108.733 368.305 20.956 497.994 1.123.329 3,050 212.833
2018 108.046 376.374 22.042 506.462 1.142.078 3,034 221.711
2019 101.770 323.846 96.594 522.210 1.038.292 3,206 228.457
Sumber : Statistik Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2020
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa perkembangan perkebunan
kelapa sawit di Provinsi Jambi mengalami peningkatan pada luas lahan dan
produksi dari tahun 2015 sampai tahun 2019. Peningkatan luas areal sebesar
62.250 ha dan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,59% per tahun. Namun produksi
Provinsi Jambi mengalami fluktuasi dikarenakan pada tahun 2016 luas areal
meningkat.
jumlah produksi kelapa sawit di Provinsi Jambi tidak terlepas dari pertumbuhan
jumlah luas lahan tanaman perkebunan kelapa sawit di setiap Kabupaten yang ada
di Provinsi Jambi. Adapun jumlah luas lahan dan jumlah produksi tanaman
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi menurut Kabupaten tahun 2019 dapat
Tabel 2. Luas lahan, produksi dan produktifitas kelapa sawit rakyat menurut
kabupaten di Provinsi Jambi tahun 2019
Luas Areal (ha) Produksi Produktivitas Petani
Kabupaten
(ton) (kg/ha) (kk)
TBM TM TTM Jumlah
Batanghari 10.887 41.824 393 53.094 141.965 3,394 24.564
Muaro Jambi 13.561 89.964 31.754 135.279 232.725 2,587 61.842
Bungo 22.408 26.427 12.373 61.208 100.696 3,810 21.462
Tebo 14.944 40.193 5.536 60.673 129.170 3,214 18.866
Merangin 11.271 31.735 24.999 68.005 211.978 6,680 42.441
Sarolangun 9.661 22.439 5.091 37.191 54.271 2,419 21.039
Tanjab Barat 18.978 42.704 11.112 72.794 119.671 2,802 26.591
Tanjab - 28.541 5.331 33.872 47.806 1,675 11.609
Timur
Kerinci 70 19 5 94 10 0,52 43
Jumlah/
101.770 323.846 96.594 522.210 1.038.292 3,206 228.457
Rata-rata
Sumber :Statistik Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2020
dilihat bahwa Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu Kabupaten yang
memiliki luas lahan terbesar dan produksi tertinggi dari Kabupaten lainnya yang
ada di Provinsi Jambi. Luas lahan yang dimiliki Kabupaten Muaro Jambi yaitu
seluas 135.279 ha atau sebesar 5,8% dari total luas lahan perkebunan kelapa sawit
di Provinsi Jambi. Sedangkan untuk produksi sebesar 232.725 ton atau sebesar
22,4% dari jumlah total produksi kelapa sawit di Provinsi Jambi. Namun
Tabel 3. Luas areal, produksi dan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat di
Kabupaten Muaro Jambi menurut kecamatan tahun 2019
Kecamatan Luas Areal (ha) Produksi Produktivitas Petani
4
perkebunan kelapa sawit dengan jumlah luas lahan dan jumlah produksi yang
seluas 8.924 ha atau 6,5 % dari total luas areal tanaman kelapa sawit yang ada di
Kabupaten Muaro Jambi dengan produksi sebesar 7.473 ton atau sebesar 3,2 %
dari total jumlah produksi kelapa sawit di Kabupaten Muaro Jambi. Sedangkan
kelapa sawit dengan luas lahan dan produksi yang berbeda-beda disetiap desa
yang ada, dapat dilihat pada Lampiran 2. di Kecamatan Bahar Selatan terdapat
dimana dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Bahar Selatan terdapat dua desa
yang telah melakukan peremajaan tanaman perkebuan kelapa sawit yaitu di Desa
5
Ujung Tanjung dan Bukit Subur yang tergabung dalam kelompok tani. Hal
Peremajaan kelapa sawit dilakukan karena sebagian tanaman kelapa sawit di desa
Ujung Tanjung dan Bukit Subur telah mencapai masa ekonomis dan hal ini akan
peremajaan ini telah mendapat bantuan dari dana hibah PSR dari BPDPKS pada
tahun 2020.
sistem konvensional yaitu peremajaan yang dilakukan dengan cara tumbang habis
seluruh tanaman tua yang kemudian diganti dengan tanaman kelapa sawit yang
peremajaan (replanting).
Banyaknya biaya yang dibutuhkan petani selama masa TBM kelapa sawit
ditambah biaya kebutuhan untuk konsumsi petani sehingga jika dikaitkan dengan
6
rendah. Produksi kelapa sawit yang rendah tidak dapat mencukupi kebutuhan
petani. Petani juga dihadapkan dengan harga TBS yang tidak stabil sehingga
pupuk, herbisida dan upah tenaga kerja sehingga dapat mempengaruhi pendapatan
melakukan peremajaan di Kecamatan Bahar Selatan selama masa TBM yaitu 3-4
menanam tanaman pangan, bekerja sebagai buruh, berdagang, mengajar dan lain
Jambi”.
dengan rata-rata peningkatan luas lahan sebesar 5,8 % dari total luas lahan yang
tua/tanaman rusak (TT/TR) pada tahun 2019 yaitu sebesar 32,8 % dari total
tanaman tua/tanaman rusak yang ada di Provinsi Jambi. Produksi kelapa sawit
yaitu sebesar 232.72 ton, serta produktivitas perkebunan kelapa sawit Kabupaten
bantuan dana hibah Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari BPDPKS. Desa yang
telah dilakukan peremajaan yaitu Desa Ujung Tanjung dan Bukit Subur dimana
diterapkan petani di Kecamatan Bahar Selatan yaitu di Desa Ujung Tanjung dan
Bukit subur adalah sistem konvensional yaitu peremajaan yang dilakukan dengan
cara tumbang habis seluruh tanaman tua yang kemudian diganti dengan tanaman
Muaro Jambi ?
Muaro Jambi.
1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada tingkat sarjana
nabati yang tergolong Family Palmae yang memiliki potensi lebih tinggi
Belanda pada tahun 1848, pembudidayaan tanaman kelapa sawit untuk tujuan
Pada dekade terakhir ini, kelapa sawit berkembang dengan sangat pesat
terutama pada tanah mineral kering masam di luar Pulau Jawa. Hal ini berkaitan
terhadap sifat tanah kurus dan bereaksi masam), fasilitas dan kemudahan yang
pemasaran hasil pengolahan pasca panen yang sangat cerah (Lubis, 1994).
masih tingginya permintaan dunia. Konsumsi minyak sawit dunia dalam beberapa
relatif lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lain. Minyak kelapa sawit bisa
mencapai produksi hingga lebih dari 3.5 ton per hektare, sedang biji kedelai hanya
mencapai 0.4 ton per hektare, sedang biji matahari mencapai 0.5 ton per herktare.
11
Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Rakyat (PR) dan Perkebunan Besar Negara
meter bunga dan buahna berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil
dan bila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Akar kelapa
sawit adalah akar serabut. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa
tergantung umur tanaman, sistem pemeliharaan dan aerasi tanah. Kelapa sawit
termasuk tanaman monokotil dan batangnya tidak memiliki kambium serta pada
meter, sedangkan di alam liar dapat mencapai 30 meter. Tanaman kelapa sawit
memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Tanaman kelapa
sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan
bunga jantan atau betina. Buah kelapa sawit mempunyai warna bervariasi dari
yang sesuai antara lain: suhu tahunan rata-rata 25-32 0C curah hujan rata-rata
mineral) dan 140-200 cm (untuk gambut), lereng 8-16%, ketinggian dari muka
laut <400 meter, serta drainase yang baik (Ritung et al., 2007).
(2007), saat tanaman kelapa sawit memasuki masa ekonomis 25 tahun, perlu
ekonomis akan menghasilkan hasil yang rendah, yang tidak lagi memberikan
diantaranya adalah:
tanaman baru. Sistem ini merupakan teknik yang umum digunakan oleh petani,
yang lebih intensif, sehingga penyiapan tanah menjadi lebih baik, dan dapat
menyediakan media tanam yang baik dan ideal bagi tanaman. tanaman. Selain itu,
kurang lebih 3 tahun. Jika petani hanya mengandalkan areal tanam untuk
memulihkan vitalitas, tanpa pendapatan dari sektor lain, ini akan menjadi masalah
besar.
populasi tanaman lama sebelum menanam tanaman baru. Hal ini bertujuan untuk
nutrisi unsur hara dan sinar matahari. Pada saat yang sama, untuk 50% sisa
tanaman tua, 25% tanaman diracuni setiap tahun sampai tanaman muda tumbuh
hingga 3 tahun.
TBS tidak akan berhenti, karena pada tahun pertama tanam, petani masih
mendapatkan 50% hasil TBS dari sisa tanaman tua. Sementara itu, pada tahun
kedua dan ketiga, petani masih bisa memperoleh hasil TBS dari 25% sisa tanaman
tua yang tidak tercemar. Memasuki tahun keempat, saat tanaman tua habis, petani
mulai mendapatkan hasil TBS dari bibit. Oleh karena itu, petani tetap dapat
diremajakan dari tanaman tua yang belum dicabut atau diracun, sehingga masih
buah-buahan dan sayur-sayuran dari hasil panen tua, sistem ini juga berlaku
pertumbuhan tanaman baru akibat dampak sisa tanaman tua yang beracun. Selain
itu, terjadi persaingan antara tanaman tua dan tanaman muda untuk nutrisi dan
sinar matahari. Karena keberadaan tanaman tua yang busuk sebagai tempat
berkembang biak hama ini, kumbang atau badak lebih mungkin untuk keluar.
lain yang biasanya muncul selama pemulihan sistem tanam bawah adalah
munculnya sisa TBS yang membusuk dan kesulitan panen pada masa peralihan
dari dodos ke egrek, karena tanaman baru sangat tinggi dan pendek karena
klorosis.
16
kelapa sawit yang belum menghasilkan (0-3 tahun), atau biasa disebut sistem
sistem reklamasi tradisional, tetapi pada sistem tumpang sari ini tanaman penutup
tanah diganti dengan tanaman semusim yang lebih ekonomis. Areal kelapa sawit
TBM 1 dan 2 yang digunakan untuk tumpangsari menyumbang sekitar 60% dari
produksi di areal TBM. Di TBM 3, luas tanam hanya sekitar 45% dari total luas.
rakyat, karena pendapatan petani dari tanaman tua digantikan oleh pendapatan
dari produksi tumpang sari. Perkebunan kelapa sawit juga bebas dari tanaman
yang menguning dan tua, meskipun tidak ada jaminan bahwa Oryctes rhino dan
kelapa sawit muda. Kerugian dari pemulihan sistem tumpang sari adalah biaya
tambahan untuk mempersiapkan tumpang sari. Selain itu petani yang biasanya
17
mengelola tanaman kelapa sawit akan terkejut saat harus mengelola tanaman
secara bertahap. Penumbangan dapat dilakukan dalam dua tahap atau lebih.
Sistem peremajaan secara bertahap ini juga dapat dipadukan dengan tumpangsari
kedelai dan jagung untuk lebih meningkatkan pendapatan petani. Melalui sistem
peremajaan kelapa sawit secara bertahap ini, petani tetap dapat memperoleh
Kekurangan dari sistem peremajaan bertahap ini adalah kurang efektif bila
diterapkan pada lahan yang sempit, sehingga jika dilakukan secara berkelompok
yang akan datang dan pendekatan nilai sekarang. Pendekatan yang digunakan
memperhitungkan nilai uang menurut waktu (time value of money) tetapi yang
dipakai adalah harga yang berlaku, sehingga dapat langsung dihitung jumlah
18
(Suratiyah, 2020).
Pd = TR – TC
Keterangan:
TR = Y . Py
Keterangan:
TR = Total penerimaan
Py = Harga Y
biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap
didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara
lain: sewa tanah, pajak, alat pertainan dan iuran irigasi. Di sisi lain biaya tidak
tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya
19
produksi.
FC = Ʃn X . Px
Keterangan:
TC = FC + VC
Keterangan:
pendapatan tenaga kerja petani, pendapatan tenaga kerja keluarga petani, dan
dengan biaya total. Pendapatan petani yaitu pendapatan yang diperoleh dari
antara pendapatan kotor (Output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam
20
per bulan, per tahun, atau per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah
usahatani seperti buruh, berdagang dan lain sebagainnya, dihitung denga rumus
Keterangan :
Selatan terdiri dari usahatani jagung, usahatani cabe, usahatani kacang koro,
buruh tani, tenaga pengajar dan jual jamu keliling. Pendapatan rumah tangga
petani kelapa sawit rakyat di Kecamatan Tabir Selatan sebelum peremajaan yaitu
berasal dari pendapatan usahatani kelapa sawit, 3,65% berasal dari pendapatan
luar kelapa sawit, dan 2,32% berasal dari pendapatan luar pertanian. Pendapatan
luar kelapa sawit, dan 2,77 % pendapatan luar pertanian. Besarnya kebutuhan
petani kelapa sawit di Desa Bungku pada kelapa sawit umur 15 tahun adalah
didominasi dari pendapatan usahatani kelapa sawit (76,03%). Pada petani kelapa
(51,45%). Surplus pendapatan pada umur 15 tahun per hektar per tahun adalah
Rp. 37.137.797 maka dibutuhkan waktu selama 3,12 tahun agar terakumulasi
sebesar biaya peremajaan yang dibutuhkan (Rp. 44.038.580 juta per hektar).
Pendapatan pada umur 20 tahun per hektar per tahun adalah Rp. 23.403.543 maka
dibutuhkan waktu selama 5,37 tahun agar terakumulasi sebesar biaya peremajaan
Hasil Penelitian Nida dkk (2021) dengan judul “Pendapatan Usahatani Kelapa
Sawit Pasca Umur Produktif di Desa Bukit Makmur Kecamatan Sungai Bahar
dimiliki petani adalah 3,54 Ha dengan status milik pribadi dan mayoritas
tanaman kelapa sawit sudah berumur tua rata – rata 28,85 tahun. Rata – rata
782.585/ha/Bulan.
umur tanaman kelapa sawit. Pada umur 0-3 tahun tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan, mulai tahun ke 4 kebun kelapa sawit mulai menghasilkan dan terus
meningkat sampai mencapai puncaknya pada tahun ke-14 dan tahun ke-18, setelah
itu cenderung menurun sampai dengan tahun ke-25. Produksi kelapa sawit yang
rendah sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga petani,
dengan kondisi seperti ini petani tidak dapat berbuat banyak selain meremajakan
Pendapatan usahatani
menurun
Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi yaitu Desa Bukit Subur dan Ujung
dengan pertimbangan bahwa kedua Desa ini merupakan desa yang telah
penelitian ini adalah petani rakyat yang sudah melakukan peremajaan kebun
dimiliki
4. Jumlah penggunaan tenaga kerja dan modal (benih, pupuk, dan obat-
obatan)
data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui
kuisioner yang telah disiapkan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
Perkebunan Provinsi Jambi, Dinas Perkebunan Kabupaten Muaro Jambi dan Balai
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bukit Subur dan Desa Ujung Tanjung
dengan pertimbangan bahwa kedua desa ini merupakan sentra produksi kelapa
sawit rakyat yang telah melakukan peremajaan sedangkan desa lain yang ada di
berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi atau ciri-
Selatan bahwa petani yang melaksanakan peremajaan kebun kelapa sawit di Desa
27
Ujung Tanjung tergabung dalam KUD Tandan Buah Segar dengan jumlah
kelompok tani sebanyak 12 kelompok dengan 272 anggota dan Desa Bukit Subur
sebanyak 822 orang. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
rumus Taro Yamane dalam Sugiono (2019) dengan rumus sebagai berikut:
N
n=
1+ N ( e )2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
N 822 822
n= 2 = 2 = = 59,09 = 59 Responden
1+ N ( e ) 1+ 822(0,13) 13,9087
penarikan sampel jumlah petani yang akan dijadikan responden pada penelitian
¿= ¿ . n
N
Keterangan:
28
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
pelaksanaan kegiatan usahatani kelapa sawit dan untuk menjawab tujuan kedua
TC = FC + VC
Keterangan:
Pd = TR – TC
Keterangan:
petani yang berasal dari on farm, of farm, dan non farm dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
dengan pendapatan dari sumber lain, yang terdiri dari penghasilan dari
sawit dan total biaya usahatani kelapa sawit yang diukur dalam satuan
rupiah (Rp/ha/Tahun).
(Rp/ha/Tahun).
4. Pendapatan luar kelapa sawit off farm adalah usaha yang masih berkaitan
(Rp/ha/Tahun).
5. Pendapatan non usahatani non farm adalah usaha diluar sektor pertanian
selama satu musim tanam dikali dengan harga yang diperoleh petani.
sawit yang dihasilkan oleh petani yang datanya diambil satu tahun terakhir
2019 dan dihitung dalam satuan ton perr hektar per musim tanam
(ton/ha/tanam).
8. Harga kelapa sawit merupakan sejumlah uang yang diterima petani dari
penjualan kelapa sawit. Harga yang dipakai adalah harga rata-rata kelapa
31
sawit selama satu tahun. Harga kelapa sawit dihitung dengan rupiah per
kilogram (Rp/kg).
9. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali
proses produksi meliputi biaya pajak dan biaya penyusutan alat (Rp).
10. Biaya variabel adalah biaya yang habis dalam satu kali proses produksi
11. Biaya total adalah jumlah biaya variabel dan biaya tetap per usahatani
12. Pengeluran petani adalah total pengeluaran petani baik pengeluaran untuk
13. Luas lahan adalah luas tanah yang digunakan oleh petani untuk
(ha).
usahatani kelapa sawit termasuk tanaga kerja dalam keluarga dan bunga
(Rp).
15
32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 3. Nama kelompok tani dan jumlah anggota Desa Ujung Tanjung (KUD
Tandan Buah Segar)
Lampiran 4. Nama kelompok tani dan jumlah anggota di Desa Bukit Subur
(Gapoktan Tani Maju )
Tani Makmur 25 50
Sumber Rejeki 25 50
Tani Karya 25 50
Tani Maju 25 50
Harapan Mulia 25 50
Rukun Makmur 25 50
Harapan Jaya 25 50
Mekar Utama 25 50
Rukun Santosa 25 50
Mekar Sari 25 50
Bahar Jaya 25 50
Jaya Makmur 25 50
Tani Jaya 25 50
Suka Makmur 25 50
Suka Maju 25 50
Sejahtera 25 50
Mukti Utama 25 50
Sari Makmur 25 50
Subur Jaya 25 50
Darma Maju 25 50
Sri Rejeki 25 50
Tani Mulya 25 50
Jumlah 550 1100