Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI

KELAPA SAWIT PASCA PEREMAJAAN


DI KECAMATAN BAHAR SELATAN
KABUPATEN MUARO JAMBI

PROPOSAL SKRIPSI

ERLAN SUKMA NUR ALAM

JURUSAN AGRIBISNIS
PROGAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadiran Allah SWT yang

telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani

Kelapa Sawit Pasca Peremajaan di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro

Jambi”.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak yang membantu dan membimbing serta memberi dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini, khususnya kepada

Bapak Dr. Ir. A Rahman, M.S. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Yanuar

Fitri, M.Si. selaku dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memotivasi

penulis dalam penyelesaian proposal skripsi ini. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada Bapak Dr. Fuad Muchlis, S.P., M.Si selaku dosen

Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan perkuliahan selama

ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-

teman telah memberikan dukungan dan restu dalam pembuatan proposal skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih belum sempurna

sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan

kesempurnaan proposal skripsi ini.

Jambi, 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................
i
DAFTAR ISI.................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
iv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
v

I. PENDAHULUAN.....................................................................................
1

1.1. Latar Belakang....................................................................................


1

1.2. Perumusan Masalah............................................................................


7

1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................


8
1.4. Kegunaan Penelitian...........................................................................
8

II.TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
10

2.1. Perkebunan Kelapa Sawit...................................................................


10

2.2. Usahatani Kelapa Sawit......................................................................


11

2.3. Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit....................................................


12
2.4. Pendapatan Usahatani.........................................................................
17

2.5. Pendapatan Petani...............................................................................


19

2.6. Penelitian Terdahulu...........................................................................


20
2.7. Kerangka Pemikiran............................................................................
22

III. METODE PENELITIAN.....................................................................


25

3.1. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................


25

3.2. Sumber atau metode pengumpulan data.............................................


26

3.3. Metode Penarikan Sampel..................................................................


26

3.4. Metode Analisis Data..........................................................................


28
3.5. Konsepsi Pengukuran..........................................................................
29

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
32
LAMPIRAN..................................................................................................
33
DAFTAR TABEL

1. Luas areal, produksi, produktivitas dan jumlah petani kelapa sawit di


Provinsi Jambi tahun 2015-2019..........................................................
2

2. Luas lahan, produksi dan produktifitas kelapa sawit rakyat menurut


kabupaten di Provinsi Jambi tahun 2019..............................................
3

3. Luas areal, produksi dan produktivitas perkebunan kelapa sawit


rakyat di Kabupaten Muaro Jambi menurut kecamatan tahun 2019.....
4

4. Tanaman kelapa sawit yang sudah di remajakan di Kecamatan Bahar


Selatan Kabupaten Muaro Jambi 2020.................................................
5

5. Alokasi jumlah sampel pada masing-masing koperasi/gapoktan.........


28
DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran......................................................................................
24
DAFTAR LAMPIRAN

1. Produksi kelapa sawit di provinsi sentra tahun 2015-2019..................


33

2. Luas areal tanaman belum menghasilkan (tbm), tanaman


menghasilkan (tm), tanaman tidak menghasilkan (ttm), kelapa sawit
perkebunan rakyat di kecamatan bahar selatan tahun 2019..................
34

3. Nama kelompok tani dan jumlah nggota desa ujung tanjung (kud
tandan buah segar)................................................................................
35

4. Nama kelompok tani dan jumlah anggota di desa bukit subur


(gapoktan tani maju )............................................................................
36
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris dimana subsektor pertanian

memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam perekonomian

Indonesia. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bagian dari

pembangunan sektor pertanian dan pembangunan nasional merupakan salah satu

potensi penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Peran strategis sub

sektor perkebunan dalam meningkatkan perekonomian nasional digambarkan

melalui kontribusinya sebagai penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB).

Salah satu komoditas perkebuan yang mempunyai peranan yang sangat

penting dalam perekonomian Indonesia adalah komoditas kelapa sawit. Kelapa

sawit merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai

produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati lainnya.

Kelapa sawit memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan

sosial. Sebagai salah satu komoditas ekspor pertanian terbesar di Indonesia,

kelapa sawit mempunyai peran penting sebagai sumber penghasil devisa maupun

pajak yang besar.

Berdasarkan data Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2020, perkebunan

kelapa sawit tersebar di 25 Provinsi di seluruh Indonesia dari 34 Provinsi yang

ada. Hampir seluruh Provinsi ikut berkontribusi atau mengusahakan perkebunan

kelapa sawit, salah satu Provinsi di Indonesia yang menjadi sentra perkebunan

kelapa sawit yaitu Provinsi Jambi dengan rata-rata produksi kelapa sawit sebesar

2.891.336 ton (Lampiran 1). Provinsi Jambi merupakan Provinsi di pulau

1
2

Sumatera yang menjadi salah satu sentra pengusahaan perkebunan kelapa sawit.

di Provinsi Jambi perkebunan kelapa sawit tersebar di sembilan Kabupaten.

Dalam lima tahun terakhir luas areal kelapa sawit swadaya di Provinsi Jambi

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas areal, produksi, produktivitas dan jumlah petani kelapa sawit di
Provinsi Jambi tahun 2015-2019
Produksi Produktivitas Jumlah
Luas Areal (ha)
Tahun (ton) (ton/ha) Petani (KK)
TBM TM TTM Jumlah
2015 110.345 334.815 14.800 459.960 1.013.811 3,029 206.787
2016 110.340 338.302 18.931 467.573 1.010.393 2,987 210.684
2017 108.733 368.305 20.956 497.994 1.123.329 3,050 212.833
2018 108.046 376.374 22.042 506.462 1.142.078 3,034 221.711
2019 101.770 323.846 96.594 522.210 1.038.292 3,206 228.457
Sumber : Statistik Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2020
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa perkembangan perkebunan

kelapa sawit di Provinsi Jambi mengalami peningkatan pada luas lahan dan

produksi dari tahun 2015 sampai tahun 2019. Peningkatan luas areal sebesar

62.250 ha dan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,59% per tahun. Namun produksi

mengalami penurunan pada tahun 2019 sedangkan produktivitas kelapa sawit di

Provinsi Jambi mengalami fluktuasi dikarenakan pada tahun 2016 luas areal

meningkat.

Pertumbuhan jumlah luas lahan tanaman perkebunan kelapa sawit dan

jumlah produksi kelapa sawit di Provinsi Jambi tidak terlepas dari pertumbuhan

jumlah luas lahan tanaman perkebunan kelapa sawit di setiap Kabupaten yang ada

di Provinsi Jambi. Adapun jumlah luas lahan dan jumlah produksi tanaman

perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi menurut Kabupaten tahun 2019 dapat

dilihat pada Tabel 2.


3

Tabel 2. Luas lahan, produksi dan produktifitas kelapa sawit rakyat menurut
kabupaten di Provinsi Jambi tahun 2019
Luas Areal (ha) Produksi Produktivitas Petani
Kabupaten
(ton) (kg/ha) (kk)
TBM TM TTM Jumlah
Batanghari 10.887 41.824 393 53.094 141.965 3,394 24.564
Muaro Jambi 13.561 89.964 31.754 135.279 232.725 2,587 61.842
Bungo 22.408 26.427 12.373 61.208 100.696 3,810 21.462
Tebo 14.944 40.193 5.536 60.673 129.170 3,214 18.866
Merangin 11.271 31.735 24.999 68.005 211.978 6,680 42.441
Sarolangun 9.661 22.439 5.091 37.191 54.271 2,419 21.039
Tanjab Barat 18.978 42.704 11.112 72.794 119.671 2,802 26.591
Tanjab - 28.541 5.331 33.872 47.806 1,675 11.609
Timur
Kerinci 70 19 5 94 10 0,52 43
Jumlah/
101.770 323.846 96.594 522.210 1.038.292 3,206 228.457
Rata-rata
Sumber :Statistik Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2020

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Jambi pada Tabel 2. Dapat

dilihat bahwa Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu Kabupaten yang

memiliki luas lahan terbesar dan produksi tertinggi dari Kabupaten lainnya yang

ada di Provinsi Jambi. Luas lahan yang dimiliki Kabupaten Muaro Jambi yaitu

seluas 135.279 ha atau sebesar 5,8% dari total luas lahan perkebunan kelapa sawit

di Provinsi Jambi. Sedangkan untuk produksi sebesar 232.725 ton atau sebesar

22,4% dari jumlah total produksi kelapa sawit di Provinsi Jambi. Namun

produktifitas yang dimiliki Kabupaten Muaro Jambi masih tergolong rendah

hanya 2,587 ton/ha dibandingkan dengan rata-rata produktivitas yang ada di

Provinsi Jambi. Adapun perkembangan perkebunan kelapa sawit yang ada di

Kabupaten Muaro Jambi dimana penyebaran kelapa sawit merata di sebelas

Kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas areal, produksi dan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat di
Kabupaten Muaro Jambi menurut kecamatan tahun 2019
Kecamatan Luas Areal (ha) Produksi Produktivitas Petani
4

(ton) (kg/ha) (kk)


TBM TM TTM Jumlah
Jambi Luar 673 4.363 5.660 10.696 16.360 3.750 4.351
Kota
Sekernan 3.477 21.798 2.199 27.474 58.010 2.661 11.749
Kumpeh Ilir 1.159 13.501 372 15.032 27.763 2.056 7.408
Muaro Sebo 3.502 6.301 - 9.803 15.235 2.418 4.724
Mestong 865 379 - 1.244 970 2.559 781
Kumpeh Ulu 248 3.209 - 3.457 6.689 2.084 1.942
Sungai 1.769 14.075 - 15.844 42.542 3.023 8.666
Bahar
Sungai 989 14.670 10.587 26.246 33.689 2.296 12.881
Gelam
Bahar 369 2.728 5.827 8.924 7.473 2.739 2.367
Selatan
Bahar Utara 82 2.361 5.566 8.009 6.225 2.637 2.599
Taman Raja 428 6.579 1.543 8.550 17.769 2.701 4.374
Total 13.561 89.964 31.754 135.279 232.725 2.587 61.842
Sumber :Statistik Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2020

Berdasarkan data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Bahar

Selatan memiliki sebelas kecamatan yang semuanya mengusahakan tanaman

perkebunan kelapa sawit dengan jumlah luas lahan dan jumlah produksi yang

berbeda-beda setiap kecamatannya. Kecamatan Bahar selatan memiliki luas lahan

seluas 8.924 ha atau 6,5 % dari total luas areal tanaman kelapa sawit yang ada di

Kabupaten Muaro Jambi dengan produksi sebesar 7.473 ton atau sebesar 3,2 %

dari total jumlah produksi kelapa sawit di Kabupaten Muaro Jambi. Sedangkan

produktivitas kelapa sawit di Kecamatan Bahar Selatan memiliki produktivitas

tertinggi dari kecamatan lainnya dengan produktivitas sebesar 2.739 ton/ha.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di Kecamatan Bahar selatan,

dimana terdapat sepuluh desa yang semuanya mengusahakan tanaman perkebunan

kelapa sawit dengan luas lahan dan produksi yang berbeda-beda disetiap desa

yang ada, dapat dilihat pada Lampiran 2. di Kecamatan Bahar Selatan terdapat

dimana dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Bahar Selatan terdapat dua desa

yang telah melakukan peremajaan tanaman perkebuan kelapa sawit yaitu di Desa
5

Ujung Tanjung dan Bukit Subur yang tergabung dalam kelompok tani. Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tanaman kelapa sawit yang sudah di remajakan di Kecamatan Bahar


Selatan Kabupaten Muaro Jambi 2020

Nama koperasi/gapoktan Desa Luas (ha)


KUD Tandan Buah Segar Ujung Tanjung 167.599
Gapoktan Tani Maju Bukit Subur 100.737
Jumlah 268.336
Sumber : UPTD Sungai Bahar, 2021

Perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Bahar Selatan merupakan

perkebunan kelapa sawit Plasma yang di tanama sejak tahun 1988-1989.

Peremajaan kelapa sawit dilakukan karena sebagian tanaman kelapa sawit di desa

Ujung Tanjung dan Bukit Subur telah mencapai masa ekonomis dan hal ini akan

berdampak pada pendapatan petani yang ada di desa tersebut. Program

peremajaan ini telah mendapat bantuan dari dana hibah PSR dari BPDPKS pada

tahun 2020.

Peremajaan yang diterapkan petani di Kecamatan Bahar Selatan adalah

sistem konvensional yaitu peremajaan yang dilakukan dengan cara tumbang habis

seluruh tanaman tua yang kemudian diganti dengan tanaman kelapa sawit yang

baru. Selama peremajaan maka pendapatan petani akan berpengaruh yaitu

terjadinya penurunan atau bahkan kehilangan pendapatan utamanya, karena

usahatani kelapa sawit merupakan pendapatan utama bagi masyarakat Kecamatan

Bahar Selatan. Sehingga terjadinya penurunan produksi dikarenakan adanya

peremajaan (replanting).

Banyaknya biaya yang dibutuhkan petani selama masa TBM kelapa sawit

ditambah biaya kebutuhan untuk konsumsi petani sehingga jika dikaitkan dengan
6

kemampuan ekonomi petani dalam melakukan peremajaan kelap sawit sangatlah

rendah. Produksi kelapa sawit yang rendah tidak dapat mencukupi kebutuhan

hidup petani sehingga dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan

petani. Petani juga dihadapkan dengan harga TBS yang tidak stabil sehingga

sangat merugikan petani karena biaya produksi mengalami kenaikan seperti

pupuk, herbisida dan upah tenaga kerja sehingga dapat mempengaruhi pendapatan

petani kelapa sawit selama masa TBM.

Permasalahan tersebut menjadi tantangan bagi petani kelapa sawit yang

melakukan peremajaan di Kecamatan Bahar Selatan selama masa TBM yaitu 3-4

tahun kedepan sampai tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM). Dalam

memenuhi kebutuhan petani dengan hilangnya pendapatan utama menyebabkan

sebagian dari petani mencari alternatif sumber pendapatan lainnya, seperti

menanam tanaman pangan, bekerja sebagai buruh, berdagang, mengajar dan lain

sebagainya yang akan berpengaruh terhadap pendapatan petani.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani Kelapa

Sawit Pasca Peremajaan Di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro

Jambi”.

1.2. Perumusan Masalah


Kabupaten Muaro Jambi merupakan Kabupaten terluas pertama di

Provinsi Jambi yang mengusahakan tanaman perkebunan kelapa sawit dimana

dengan rata-rata peningkatan luas lahan sebesar 5,8 % dari total luas lahan yang

ada di Provinsi Jambi pada tahun 2019. Rata-rata pertumbuhan tanaman


7

tua/tanaman rusak (TT/TR) pada tahun 2019 yaitu sebesar 32,8 % dari total

tanaman tua/tanaman rusak yang ada di Provinsi Jambi. Produksi kelapa sawit

yaitu sebesar 232.72 ton, serta produktivitas perkebunan kelapa sawit Kabupaten

Muaro Jambi pada tahun 2019 yaitu sebesar 2,587 kg/ha.

Kecamatan Bahar Selatan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di

Kabupaten Muaro Jambi yang telah melakukan peremajaan (replanting) dengan

bantuan dana hibah Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari BPDPKS. Desa yang

telah dilakukan peremajaan yaitu Desa Ujung Tanjung dan Bukit Subur dimana

desa tersebut juga tergabung didalam Kelompok Tani. Peremajaan yang

diterapkan petani di Kecamatan Bahar Selatan yaitu di Desa Ujung Tanjung dan

Bukit subur adalah sistem konvensional yaitu peremajaan yang dilakukan dengan

cara tumbang habis seluruh tanaman tua yang kemudian diganti dengan tanaman

baru. Selama masa peremajaan maka pendapatan petani akan mengalami

penurunan atau bahkan kehilangan pendapatan utamanya yaitu kelapa sawit

dikarenakan tidak adanya produksi yang dihasilkan. Sementara itu pengeluaran

yang dikeluarkan petani semakin tinggi karena dibutuhkan biaya untuk

pemeliharaan tanaman ditambah biaya kebutuhan untuk konsumsi petani.

Besarnya penurunan pendapatan, sementara pengeluaran yang semakin

tinggi akan mempengaruhi bagaimana petani kelapa sawit di Kecamatan Bahar

Selatan Selatan mengelola pendapatannya dan mencari alternatif sumber

pendapatan lainnya, sehingga penting dikaji terkait kemampuan petani dalam

memenuhi kebutuhan rumah tangganya selama peremajaan.


8

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran usahatani kelapa sawit di Desa Ujung Tanjung dan

Bukit Sari di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi ?

2. Bagaimana pendapatan petani kelapa sawit pasca peremajaan di Desa

Ujung Tanjung dan Bukit Sari di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten

Muaro Jambi ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui gambaran usahatani kelapa sawit di Desa Ujung Tanjung dan

Bukit Sari di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi.

2. Menganalisis pendapatan petani kelapa sawit pasca peremajaan di Desa

Ujung Tanjung dan Bukit Sari di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten

Muaro Jambi.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada tingkat sarjana

pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

2. Sebagai bahan inforrmasi bagi pihak-pihak yang terkait khususnya tentang

pendapatan petani kelapa sawit pasca peremajaan di Kecamatan Bahar

Selatan Kabupaten Muaro Jambi.

3. Sebagai salah satu referensi bagi penelitian berikutnya, baik di daerah

yang sama maupun di daerah yang berbeda.


9
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkebunan Kelapa Sawit


Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) merupakan tanaman penghasil minyak

nabati yang tergolong Family Palmae yang memiliki potensi lebih tinggi

dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti bunga

matahari dan kedelai. Kelapa sawit diperkenalkan ke Indonesia oleh pemerintah

Belanda pada tahun 1848, pembudidayaan tanaman kelapa sawit untuk tujuan

komersial dimulai pada tahun 1911, sebelumnya tanaman sawit hanya

dibudidayakan sebagai tanaman hias. Adrien Hallet merupakan seorang dari

Belgia yang merintis perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yang kemudian

diteruskan dan dikembangkan oleh K.Schadt di Indonesia.

Pada dekade terakhir ini, kelapa sawit berkembang dengan sangat pesat

terutama pada tanah mineral kering masam di luar Pulau Jawa. Hal ini berkaitan

dengan ketersediaan lahan, kemampuan adaptasi yang relatif luas (toleran

terhadap sifat tanah kurus dan bereaksi masam), fasilitas dan kemudahan yang

disediakan oleh pemerintah, sarana produksi yang tersedia, serta prospek

pemasaran hasil pengolahan pasca panen yang sangat cerah (Lubis, 1994).

Adapun Prospek pasar minyak sawit diprediksikan sangat cerah, karena

masih tingginya permintaan dunia. Konsumsi minyak sawit dunia dalam beberapa

tahun rata-rata tumbuh 8% pertahun, jauh diatas kemampuan produksi sehingga

harga terus mengalami peningkatan. Minyak kelapa sawit memiliki produktivitas

relatif lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lain. Minyak kelapa sawit bisa

mencapai produksi hingga lebih dari 3.5 ton per hektare, sedang biji kedelai hanya

mencapai 0.4 ton per hektare, sedang biji matahari mencapai 0.5 ton per herktare.
11

Keberhasilan dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit, dapat memberikan

manfaat langsung berupa peningkatan produksi, ekspor, dan penyediaan bahan

baku industri, juga berperan dalam masalah pembangunan nasional, utamanya

kemiskinan, pengangguran dan pembangunan daerah.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan kelapa

sawit diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan dan lapangan kerja,

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sektor penghasil devisa negara. Hal

ini didukung pemerintah untuk melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat

Perkebunan (PIR), untuk memacu pembukaan lahan baru untuk perkebunan.

Pengembangan kelapa sawit ditempuh melalui program Perkebunan Besar

Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Rakyat (PR) dan Perkebunan Besar Negara

(PBN). Perkebunan plasma adalah perkebunan rakyat yang dalam

pengembangannya ditumpangkan oleh PBSN maupun PBN karena melihat

keterampilan petani yang belum memadai, sedangkan dana ditalangi oleh

pemerintah melalui perbankan dalam bentuk kredit.

2.2. Usahatani Kelapa Sawit


Ilmu Usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara petani dalam

menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-

faktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut

memberikan pendapatan yang maksimal (Suratiyah. 2020). Sedangkan menurut

Soekartawi (2016) ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan

efisien dengan tujuan memperoleh keuntungan tinggi pada waktu tertentu.


12

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24

meter bunga dan buahna berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil

dan bila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Akar kelapa

sawit adalah akar serabut. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa

mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal. Kedalaman perakaran ini

tergantung umur tanaman, sistem pemeliharaan dan aerasi tanah. Kelapa sawit

termasuk tanaman monokotil dan batangnya tidak memiliki kambium serta pada

umumnya tidak bercabang. Tinggi batang bertambah kira-kira 45 cm/tahun.

Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan 15-18

meter, sedangkan di alam liar dapat mencapai 30 meter. Tanaman kelapa sawit

memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Tanaman kelapa

sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan

bunga jantan atau betina. Buah kelapa sawit mempunyai warna bervariasi dari

hitam, ungu, hingga merah bergantung bibit yang digunakan.

Kelapa sawit tumbuh dan berproduksi optimal dengan kondisi lingkungan

yang sesuai antara lain: suhu tahunan rata-rata 25-32 0C curah hujan rata-rata

tahunan 1700-2500 mm/tahun, kedalaman tanah efektif >100 cm (untuk tanah

mineral) dan 140-200 cm (untuk gambut), lereng 8-16%, ketinggian dari muka

laut <400 meter, serta drainase yang baik (Ritung et al., 2007).

2.3. Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit


Peremajaan atau (replanting) adalah upaya mengembangkan perkebunan

dengan mengganti tanaman tua/tidak produktif dengan tanaman baru secara

keseluruhan atau secara bertahap dengan menggunakan teknologi. Menurut Pahan


13

(2007), saat tanaman kelapa sawit memasuki masa ekonomis 25 tahun, perlu

dilakukan penanaman kembali. Perkebunan kelapa sawit yang memasuki masa

ekonomis akan menghasilkan hasil yang rendah, yang tidak lagi memberikan

keuntungan ekonomi bagi petani.

Menurut Sutarta dalam Cici, (2012) terdapat beberapa alternatif model

peremajaan yang dapat diterapkan dalam budidaya tanaman kelapa sawit

diantaranya adalah:

1. Peremajaan Konvensional (penumbangan secara serempak)

Penumbangan serentak adalah teknik peremajaan dengan menumbang

tanaman tua secara keseluruhan, kemudian bercocok tanam dan menanam

tanaman baru. Sistem ini merupakan teknik yang umum digunakan oleh petani,

terutama di perkebunan besar. Tahapan peremajaan kelapa sawit dengan sistem

penumbangan serentak adalah menyiapkan rencana penanaman kembali,

pembongkaran atau pemotongan, pemupukan, pengelolaan tanah, penanaman

kacang tanah penutup, pemancangan, pembuatan lubang tanam, penanaman

kelapa sawit, pemantapan tanaman, dan pemeliharaan tanaman penutup tanah.

Pemupukan TBM dan pengendalian penyakit tanaman dan serangga hama.

Peremajaan kelapa sawit dengan sistem penumbangan serempak memiliki

keunggulan yaitu salah satu tahap pelaksanaanya dilakukan pengolahan tanah

yang lebih intensif, sehingga penyiapan tanah menjadi lebih baik, dan dapat

menyediakan media tanam yang baik dan ideal bagi tanaman. tanaman. Selain itu,

adanya tempat perkembangbiakan tanaman legum dalam sistem ini dapat

membantu mempercepat laju pelapukan, menjaga kelembaban tanah, dan


14

menghambat kumbang tanduk sehingga tanaman baru dapat dipelihara selama

kurang lebih 3 tahun. Jika petani hanya mengandalkan areal tanam untuk

memulihkan vitalitas, tanpa pendapatan dari sektor lain, ini akan menjadi masalah

besar.

2. Peremajaan Sistem Underplanting

Teknik peremajaan underplanting adalah teknik peremajaan dengan

menanam tanaman baru/muda di antara tanaman tua (yang akan diremajakan).

Sutarta, dkk (2012) Pola peremajaan underplanting adalah menumbang 50%

populasi tanaman lama sebelum menanam tanaman baru. Hal ini bertujuan untuk

mengurangi resiko terhambatnya pertumbuhan tanaman baru akibat persaingan

nutrisi unsur hara dan sinar matahari. Pada saat yang sama, untuk 50% sisa

tanaman tua, 25% tanaman diracuni setiap tahun sampai tanaman muda tumbuh

hingga 3 tahun.

Sistem tanam bawah dilakukan karena pendapatan petani dan penjualan

TBS tidak akan berhenti, karena pada tahun pertama tanam, petani masih

mendapatkan 50% hasil TBS dari sisa tanaman tua. Sementara itu, pada tahun

kedua dan ketiga, petani masih bisa memperoleh hasil TBS dari 25% sisa tanaman

tua yang tidak tercemar. Memasuki tahun keempat, saat tanaman tua habis, petani

mulai mendapatkan hasil TBS dari bibit. Oleh karena itu, petani tetap dapat

memperoleh penghasilan sambil melakukan kegiatan peremajaan. Tahap

implementasi sistem peremajaan kelapa sawit meliputi penyusunan rencana

peremajaan, pemilihan lokasi penanaman, inventarisasi pohon, penebangan,


15

pemupukan, pemancangan, peracunan tahap pertama, peracunan tahap kedua,

perawatan tanaman baru dan pemupukan.

Peremajaan kelapa sawit dengan sistem tanam bawah/underplanting

memiliki kelebihan dan kekurangan. Keuntungannya adalah petani masih

memiliki peluang untuk memperoleh penghasilan, selama tanaman tersebut

diremajakan dari tanaman tua yang belum dicabut atau diracun, sehingga masih

dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain menjamin pendapatan penjualan

buah-buahan dan sayur-sayuran dari hasil panen tua, sistem ini juga berlaku

secara umum di daerah-daerah yang rawan konflik kepemilikan tanah. Kerugian

dari sistem underplanting ini adalah masalah teknis, yaitu terhambatnya

pertumbuhan tanaman baru akibat dampak sisa tanaman tua yang beracun. Selain

itu, terjadi persaingan antara tanaman tua dan tanaman muda untuk nutrisi dan

sinar matahari. Karena keberadaan tanaman tua yang busuk sebagai tempat

berkembang biak hama ini, kumbang atau badak lebih mungkin untuk keluar.

Di daerah endemik Ganoderma lucidum, karena akar tanaman tua telah

terinfeksi penyakit Ganoderma lucidum, penggunaan teknologi tanam bawah akan

meningkatkan risiko tanaman baru terkontaminasi Ganoderma lucidum. Masalah

lain yang biasanya muncul selama pemulihan sistem tanam bawah adalah

munculnya sisa TBS yang membusuk dan kesulitan panen pada masa peralihan

dari dodos ke egrek, karena tanaman baru sangat tinggi dan pendek karena

klorosis.
16

3. Peremajaan Sistem Tumpang Sari (Intercropping)

Sistem peremajaan tumpang sari adalah sistem peremajaan di mana

tanaman tumpang sari (tanaman semusim) ditanam di antara barisan tanaman

kelapa sawit yang belum menghasilkan (0-3 tahun), atau biasa disebut sistem

tumpang sari. Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem reklamasi

tradisional, perbedaannya adalah tanaman penutup tanah yang ditanam pada

sistem reklamasi tradisional, tetapi pada sistem tumpang sari ini tanaman penutup

tanah diganti dengan tanaman semusim yang lebih ekonomis. Areal kelapa sawit

TBM 1 dan 2 yang digunakan untuk tumpangsari menyumbang sekitar 60% dari

produksi di areal TBM. Di TBM 3, luas tanam hanya sekitar 45% dari total luas.

Beberapa tahapan peremajaan sistem tumpang sari meliputi peremajaan tanaman

kelapa sawit, persiapan tanah tumpang sari, penanaman tumpangsari,

pemeliharaan tumpangsari, panen dan periode tumpangsari.

Peremajaan dengan sistem tumpang sari sangat cocok untuk perkebunan

rakyat, karena pendapatan petani dari tanaman tua digantikan oleh pendapatan

dari produksi tumpang sari. Perkebunan kelapa sawit juga bebas dari tanaman

yang menguning dan tua, meskipun tidak ada jaminan bahwa Oryctes rhino dan

Genoderma tidak akan menyerang. Keuntungan lainnya adalah dengan

pemeliharaan tumpangsari, gulma akan langsung dikendalikan, dan sisa pupuk

dari tumpangsari diharapkan dapat membantu memberikan nutrisi bagi tanaman

kelapa sawit muda. Kerugian dari pemulihan sistem tumpang sari adalah biaya

tambahan untuk mempersiapkan tumpang sari. Selain itu petani yang biasanya
17

mengelola tanaman kelapa sawit akan terkejut saat harus mengelola tanaman

pangan yang membutuhkan perhatian lebih atau intensif.

4. Peremajaan Kelapa Sawit Sistem Bertahap

Peremajaan tanaman kelapa sawit pada sistem peremajaan bertahap pada

prinsipnya sama dengan sistem penumbangan serempak, namun dalam

pelaksanaannya dilakukan secara bertahap pada areal tertentu. Dalam sistem

peremajaan bertahap, tanaman tua tidak ditumbang seluruhnya, tetapi ditumbang

secara bertahap. Penumbangan dapat dilakukan dalam dua tahap atau lebih.

Sistem peremajaan secara bertahap ini juga dapat dipadukan dengan tumpangsari

kedelai dan jagung untuk lebih meningkatkan pendapatan petani. Melalui sistem

peremajaan kelapa sawit secara bertahap ini, petani tetap dapat memperoleh

pendapatan dengan memproduksi tanaman tua yang belum ditanami kembali.

Kekurangan dari sistem peremajaan bertahap ini adalah kurang efektif bila

diterapkan pada lahan yang sempit, sehingga jika dilakukan secara berkelompok

maka efek pelaksanaannya akan lebih baik.

2.4. Pendapatan Usahatani


Untuk menghitung biaya dan pendapatan dalam usahatani ada tiga macam

pendekatan yang dapat digunakan yaitu pendekatan nominal, pendekatan nilai

yang akan datang dan pendekatan nilai sekarang. Pendekatan yang digunakan

untuk menghitung pendapatan kelapa sawit didalam penelitian ini menggunakan

pendekatan nominal. Pendekatan nominal adalah pendekatan tanpa

memperhitungkan nilai uang menurut waktu (time value of money) tetapi yang

dipakai adalah harga yang berlaku, sehingga dapat langsung dihitung jumlah
18

pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu periode proses produksi

(Suratiyah, 2020).

Soekartawi (2016), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan

dan semua biaya, dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pd = TR – TC

Keterangan:

Pd = Pendapatan usahatani (Rp/ha/)

TR = Total penerimaan (Rp/ha/)

TC = Total biaya (Rp/ha/)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = Y . Py

Keterangan:

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Py = Harga Y

Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang digunakan pada proses

produksi didalam usahatani. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap

didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan

walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap antara

lain: sewa tanah, pajak, alat pertainan dan iuran irigasi. Di sisi lain biaya tidak

tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya
19

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana

produksi.

Cara menghitung biaya tetap adalah:

FC = Ʃn X . Px

Keterangan:

FC = Biaya tetap (Rp/ha)

X = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap (Rp/ha)

Px = Harga input dan (Rp/ha)

n = Macam input (Rp/ha)

Cara menghitung biaya variabel adalah sebagai berikut:

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Biaya total (Total Cost) (Rp/ha)

FC = Biaya tetap (Fix Cost) (Rp/ha)

VC = Biaya tidak tetap (Variabel Cost) (Rp/ha)

2.5. Pendapatan Petani


Rodjak (2002) menyatakan bahwa pendapatan petani adalah jumlah

pendapatan tenaga kerja petani, pendapatan tenaga kerja keluarga petani, dan

pendapatan keluarga petani. Pendapatan adalah pengurangan antara penerimaan

dengan biaya total. Pendapatan petani yaitu pendapatan yang diperoleh dari

kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan berasal dari kegiatan diluar

usahatani dan kegiatan diluar pertanian. pendapatan usahatani adalah selisih

antara pendapatan kotor (Output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam
20

per bulan, per tahun, atau per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah

pendapatan yang diperoleh sebagia akibat dari melakukan kegiatan diluar

usahatani seperti buruh, berdagang dan lain sebagainnya, dihitung denga rumus

sebagai berikut (Hastuti, 2008 dalam Bagas):

Prt = P on farm + P off farm + P non farm

Keterangan :

Prt = Pendapatan Petani Per Tahun

P on farm = Pendapatan dari Usahatani

P off farm = Pendapatan dari Luar Usahatani

P non farm = Pendapatan dari Luar Pertanian

2.6. Penelitian Terdahulu


Hasil Penelitian Cici (2020) dengan judul “Analisis Pedapatan Rumah Tangga

Petani Kelapa Sawit Rakyat Selama Peremajaan di Kecamatan Tabir Selatan

Kabupaten Merangin”, menunjukkan bahwa komposisi pendapatan rumah

tangga petani kelapa sawit rakyat selama peremajaan di Kecamatan Tabir

Selatan terdiri dari usahatani jagung, usahatani cabe, usahatani kacang koro,

buruh tani, tenaga pengajar dan jual jamu keliling. Pendapatan rumah tangga

petani kelapa sawit rakyat di Kecamatan Tabir Selatan sebelum peremajaan yaitu

sebesar Rp. 4.498.065/bulan/petani, dari total pendapatan tersebut 94,03%

berasal dari pendapatan usahatani kelapa sawit, 3,65% berasal dari pendapatan

luar kelapa sawit, dan 2,32% berasal dari pendapatan luar pertanian. Pendapatan

rumah tangga petani setelah peremajaan sebesar Rp. 4.503.949/bulan/petani,

dimana 69,71% dari pendapatan usahatani kelapa sawit, 27,52 % pendapatan


21

luar kelapa sawit, dan 2,77 % pendapatan luar pertanian. Besarnya kebutuhan

biaya petani akan sangat menentukan pendapatan petani selama peremajaan.

Rata-rata biaya kebutuhan hidup petani selama peremajaan sebesar Rp.

2.613.542/bulan/petani dan rata-rata pendapatan petani sebesar Rp.

4.503.949/bulan/petani. Sehingga pendapatan petani di daerah penelitian dapat

menutupi kebutuhan biaya petani selama peremajaan.

Hasil penelitian Bagas (2020) dengan judul “Analisis Pendapatan Petani

Kelapa Sawit Dalam Kesiapan Menghadapi Peremajaan di Desa Bungku

Kecamatab Bajubang Kabupaten Batanghari” menunjukkan bahwa Pendapatan

petani kelapa sawit di Desa Bungku pada kelapa sawit umur 15 tahun adalah

adalah sebesar Rp. 49.846.647/Petani/Tahun, pendapatan petani umur 15 tahun

didominasi dari pendapatan usahatani kelapa sawit (76,03%). Pada petani kelapa

sawit umur 20 tahun adalah sebesar Rp. 37.513.119/Petani/Tahun, pendapatan

petani umur 20 tahun didominasi dari pendapatan usahatani kelapa sawit

(51,45%). Surplus pendapatan pada umur 15 tahun per hektar per tahun adalah

Rp. 37.137.797 maka dibutuhkan waktu selama 3,12 tahun agar terakumulasi

sebesar biaya peremajaan yang dibutuhkan (Rp. 44.038.580 juta per hektar).

Pendapatan pada umur 20 tahun per hektar per tahun adalah Rp. 23.403.543 maka

dibutuhkan waktu selama 5,37 tahun agar terakumulasi sebesar biaya peremajaan

yang dibutuhkan (Rp. 44.038.580 juta per hektar).

Hasil Penelitian Nida dkk (2021) dengan judul “Pendapatan Usahatani Kelapa

Sawit Pasca Umur Produktif di Desa Bukit Makmur Kecamatan Sungai Bahar

Kabupaten Muaro Jambi”, menunjukkan bahwa rata–rata luas lahan yang


22

dimiliki petani adalah 3,54 Ha dengan status milik pribadi dan mayoritas

tanaman kelapa sawit sudah berumur tua rata – rata 28,85 tahun. Rata – rata

produksi hasil usahatani kelapa sawit adalah 2.908 kg/ha/bulan. Penerimaan

berkisar antara Rp. 1.015.800-2.686.400/ha/Bulan dengan rata-rata penerimaan

sebesar Rp. 1.311.417/Ha/Bulan dengan biaya Produksi sebesar Rp. 528.832

/ha/Bulan. Sedangkan total pendapatan berkisar antara Rp. 300.913-

2.189.206/ha/Bulan dengan rata-rata pendapatan petani sebesar Rp.

782.585/ha/Bulan.

2.7. Kerangka Pemikiran


Usahatani Kelapa Sawit merupakan usaha komersil yang dilakukan oleh

petani kelapa sawit dengan memanfaatkan lahan perkebunan. kegiatan yang

dilakukan dalam mengusahakan tanaman kelapa sawit dengan tujuan untuk

menghasilkan keuntungan dari hasil usahatani tesebut dengan mencapai

produktivitas yang tinggi. Produktivitas tanaman kelapa sawit tergantung pada

umur tanaman kelapa sawit. Pada umur 0-3 tahun tanaman kelapa sawit belum

menghasilkan, mulai tahun ke 4 kebun kelapa sawit mulai menghasilkan dan terus

meningkat sampai mencapai puncaknya pada tahun ke-14 dan tahun ke-18, setelah

itu cenderung menurun sampai dengan tahun ke-25. Produksi kelapa sawit yang

rendah sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga petani,

dengan kondisi seperti ini petani tidak dapat berbuat banyak selain meremajakan

kebun kelapa sawit miliknya.

Selama masa peremajaan petani kelapa sawit di Kecamatan Bahar Selatan

akan kehilangan pendapatan utamanya. Rendahnya pendapatan yang diperoleh


23

petani akan mengakibatkan rendahnya kemampuan petani untuk memenuhi

kebutuhannya sehari-hari. Upaya meningkatkan tingkat kemampuan ekonomi

petani dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pendapatan petani atau

menekan biaya kebutuhan petani. Secara Skematis kerangka pemikiran

digambarkan sebagai berikut:


24

Perkebunan kelapa sawit rakyat


dengan produksi menurun, umur
non ekonomis, perlu peremajaan

Petani kelapa sawit rakyat:


memerlukan dana
peremajaan, anggaran
belanja rumah tangga

Tanaman tidak menghasilkan


karena peremajaan atau produksi
rendah

Produksi Harga TBS

Biaya tetap dan Penerimaan Perlu usaha non


biaya variabel rendah/menurun kelapa sawit
selalu naik

Pendapatan usahatani
menurun

Pendapatan luar usahatani kelapa sawit


(Ternak dan lainnya)
Pendapatan non usahatani
( Pegawai, pedagang, buruh tani, dan
lainnya)
25

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di dua Desa yang ada di Kecamatan

Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi yaitu Desa Bukit Subur dan Ujung

Tanjung. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purpossive)

dengan pertimbangan bahwa kedua Desa ini merupakan desa yang telah

melakukan peremajaan kebun kelapa sawit di Kecamatan Bahar Selatan. Objek

penelitian ini adalah petani rakyat yang sudah melakukan peremajaan kebun

kelapa sawit. Ruang lingkung penelitian difokuskan untuk mengetahui

pendapatan petani kelapa sawit setelah peremajaan. Waktu pengambilan data

dilaksanakan pada bulan.... sampai bulan.... tahun 2021.

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Identitas petani kelapa sawit sampel meliputi nama, umur, tingkat

pendidikan terakhir, pengalaman berusahatani, dan jumlah anggota yang

dimiliki

2. Luas kepemilikan lahan kelapa sawit (ha)

3. Luas lahan kelapa sawit yang diremajakan (ha)

4. Jumlah penggunaan tenaga kerja dan modal (benih, pupuk, dan obat-

obatan)

5. Produksi kelapa sawit dan non kelapa sawit (kg)

6. Harga jual kelapa sawit dan non kelapa sawit (Rp)

7. Sumber pendapatan petani dan non usahatani (Rp)


26

8. Pengeluaran petani off farm dan on farm (Rp)

9. Data relevan lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian

3.2. Sumber atau metode pengumpulan data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi dua jenis data yaitu

data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui

pengamatan langsung dan wawancara kepada responden dengan menggunakan

kuisioner yang telah disiapkan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah

petani yang meremajakan kebun kelapa sawit.

Pegumpulan data sekunder dilakukan melalui pengumpulan data dari

instansi dan lembaga terkait. Laporan-laporan instansi terkait seperti Dinas

Perkebunan Provinsi Jambi, Dinas Perkebunan Kabupaten Muaro Jambi dan Balai

Penyuluhan Pertanian Kecamatan Bahar Selatan.

3.3. Metode Penarikan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bukit Subur dan Desa Ujung Tanjung

dengan pertimbangan bahwa kedua desa ini merupakan sentra produksi kelapa

sawit rakyat yang telah melakukan peremajaan sedangkan desa lain yang ada di

Kecamatan Bahar Selatan belum melakukan peremajaan. Penentuan lokasi pada

penelitian ini dilakukan secara sengaja (purpossive). Menurut Eriyanto (2007)

menyatakan bahwa purpossive sampling adalah teknik penentuan lokasi

berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi atau ciri-

ciri yang sudah diketahui sebelumnya.

Berdasarkan sumber dari Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Bahar

Selatan bahwa petani yang melaksanakan peremajaan kebun kelapa sawit di Desa
27

Ujung Tanjung tergabung dalam KUD Tandan Buah Segar dengan jumlah

kelompok tani sebanyak 12 kelompok dengan 272 anggota dan Desa Bukit Subur

memiliki Gapoktan Tani Maju dengan kelompok tani sebanyak 22 kelompok

dengan 550 anggota. Jumlah populasi dilokasi penelitian keseluruhan adalah

sebanyak 822 orang. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

simple random sampling (Pengambilan sampel acak sederhana). Jumlah sampel

yang diambil dilapangan dalam penelitian ini ditentukan dengan Menggunakan

rumus Taro Yamane dalam Sugiono (2019) dengan rumus sebagai berikut:

N
n=
1+ N ( e )2

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan sampel (ditetapkan 13%)

Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

N 822 822
n= 2 = 2 = = 59,09 = 59 Responden
1+ N ( e ) 1+ 822(0,13) 13,9087

Berdasarkan hasil perhitungan sampel menggunakan rumus diatas, maka

diperoleh jumlah sampel sebanyak 59 responden. Selanjutnya dilakukan

penarikan sampel jumlah petani yang akan dijadikan responden pada penelitian

yang mewakili di kecamatan tersebut. Untuk mencarinya digunakan

proportionate random sampling dengan rumus sebagai berikut :

¿= ¿ . n
N

Keterangan:
28

Ni = Jumlah petani sampel per desa

N = Jumlah sampel keseluruhan

Ni = Jumlah populasi petani per desa

N = Jumlah populasi seluruhannya

Dari rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel untuk masing-masing

kelompok tani di daerah penelitian (lampiran 3 dan lampiran 4)

Tabel 5. Alokasi jumlah sampel pada masing-masing koperasi/gapoktan

Nama koperasi/gapoktan Kelompok Jumlah populasi Jumlah sampel


tani
Tandan Buah Segar 12 272 20
Gapoktan Tani Maju 22 550 39
Jumlah 34 822 59
Sumber: Data hasil olahan

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kuantitatif. Tahapan analisis penelitian ini adalah menjawab tujuan

pertama yang akan di analisis dengan metode deskriptif untuk menggambarkan

pelaksanaan kegiatan usahatani kelapa sawit dan untuk menjawab tujuan kedua

menggunakan data kuatitatif digunakan rumus sebagai berikut:

Menghitung biaya produksi, digunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi,2016):

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Biaya total (Rp/ha)

FC = Biaya tetap (Rp/ha)

VC = Biaya tidak tetap (Rp/ha)


29

Menghitung pendapatan digunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2016):

Pd = TR – TC

Keterangan:

Pd = Pendapatan usahatani (Rp/ha)

TR = Total penerimaan (Rp/ha)

TC = Total biaya (Rp/ha)

Untuk menjawab tujuan kedua yaitu, menghitung pendapatan petani

kelapa sawit pasca peremajaan di peroleh dengan cara menjumlahkan pendapatan

petani yang berasal dari on farm, of farm, dan non farm dengan rumus sebagai

berikut:

Prt = P on farm + P off farm + P non farm

Keterangan:

Prt = Pendapatan Petani Per Tahun

P on farm = Pendapatan dari Usahatani Kelapa Sawit

P off farm = Pendapatan dari Luar Usahatani Kelapa Sawit

P non farm = Pendapatan dari Luar Pertanian

3.5. Konsepsi Pengukuran

1. Pendapatan Petani adalah pendapatan bersih dari hasil pertanian ditambah

dengan pendapatan dari sumber lain, yang terdiri dari penghasilan dari

buruh tani, penghasilan dari pekerjaan/usaha lain, serta penghasilan dari

anggota keluarga lain (Rp/Tahun).


30

2. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani kelapa

sawit dan total biaya usahatani kelapa sawit yang diukur dalam satuan

rupiah (Rp/ha/Tahun).

3. Pendapatan usahatani on farm kelapa sawit adalah penerimaan yang

diperoleh petani kelapa sawit setelah dikurangi biaya produksi

(Rp/ha/Tahun).

4. Pendapatan luar kelapa sawit off farm adalah usaha yang masih berkaitan

di bidang pertanian yang dilakukan oleh petani kelapa sawit untuk

menambah pendapatan keluarga, misalnya karet, ternak dan hortikultura

(Rp/ha/Tahun).

5. Pendapatan non usahatani non farm adalah usaha diluar sektor pertanian

yang dilakukan oleh petani kelapa sawit untuk menambah pendapatan,

misalnnya berdagang, buruh, atau karyawan swasta (Rp/ha/Tahun).

6. penerimaan usahatani adalah produksi kelapa sawit yang dihasilkan

selama satu musim tanam dikali dengan harga yang diperoleh petani.

Penerimaan usahatani dihitung dengan satuan rupiah (Rp/musim tanam).

7. Produksi kelapa sawit adalah besarnya jumlah produksi tanaman kelapa

sawit yang dihasilkan oleh petani yang datanya diambil satu tahun terakhir

2019 dan dihitung dalam satuan ton perr hektar per musim tanam

(ton/ha/tanam).

8. Harga kelapa sawit merupakan sejumlah uang yang diterima petani dari

penjualan kelapa sawit. Harga yang dipakai adalah harga rata-rata kelapa
31

sawit selama satu tahun. Harga kelapa sawit dihitung dengan rupiah per

kilogram (Rp/kg).

9. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali

proses produksi meliputi biaya pajak dan biaya penyusutan alat (Rp).

10. Biaya variabel adalah biaya yang habis dalam satu kali proses produksi

meliputi biaya bibit, pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan (Rp).

11. Biaya total adalah jumlah biaya variabel dan biaya tetap per usahatani

kelapa sawit dan dihitung dalam satuan rupiah (Rp).

12. Pengeluran petani adalah total pengeluaran petani baik pengeluaran untuk

pangan maupun non pangan dalam setahun (Rp/Tahun).

13. Luas lahan adalah luas tanah yang digunakan oleh petani untuk

mengusahakan usahatani kelapa sawit, yang diukur dalam satuan hektar

(ha).

14. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan seluruh biaya

usahatani kelapa sawit termasuk tanaga kerja dalam keluarga dan bunga

modal sendiri per usahatani. Keuntungan dihitung dengan satuan rupiah

(Rp).

15
32

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2019. Statistik Perkebunan : 2015-2019. Dinas


Perkebunan. Jambi.
Pardamean, Maruli. 2017. Best Management Practice Kelapa Sawit. Yogyakarta:
ANDI
Rodjak, Pengantar Ilmu Pertanian Aspek Sosial Ekonomi, Pustaka Giratuna,
Bandung, 2002.
S. Adi Putranto. 2015. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit. Yogyakarta: Pustaka.
Baru Press
Soekartawi. 2016. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Bandung:
ALFABETA
Suratiyah. 2020. Ilmu Usahatani. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya
Susanti. 2020. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani Kelapa Sawit Rakyat
Selama Peremajaan di Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin.
Skripsi. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
33

LAMPIRAN

Lampiran 1. Produksi kelapa sawit di provinsi sentra tahun 2015-2019


N Provinsi Produksi (ton)
o 2015 2016 2017 2018 2019
1 Riau 8.059.846 7.668.081 8.113.852 8.496.029 9.127.612
2 Kalimantan 3.572.982 4.260.093 5.778.611 7.230.094 7.748.444
Tengah
3 Sumatera Utara 5.193.135 3.983.730 5.119.497 5.737.271 6.163.771
4 Sumatera 2.821.938 2.929.452 3.119.497 3.793.622 4.075.634
Selatan
5 Kalimantan 1.586.624 2.358.392 2.840.710 3.786.477 4.044.753
Timur
6 Kalimantan 2.168.136 2.192.591 2.784.180 3.086.889 3.316.363
Barat
7 Jambi 1.794.874 1.435.141 1.849.969 2.691.270 2.891.336
8 Kalimantan 1.049.463 1.750.389 1.933.721 1.464.227 1.556.612
Selatan
8 Sumatera Barat 926.618 1.183.058 1.302.952 1.248.269 1.298.038
10 Lainnya 3.896.397 3.970.034 5.042.253 5.349.484 5.638.558
Total 31.070.015 31.730.961 37.965.224 42.883.632 45.861.121
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2020
34

Lampiran 2. Luas areal tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman


menghasilkan (TM), tanaman tidak menghasilkan (TTM), kelapa
sawit perkebunan rakyat di Kecamatan Bahar Selatan tahun 2019
Desa Luas areal (ha) Kelompok KK asli
tani
TBM TM TTM Jumlah
(ha)
Bukit Subur 110 356 990 1.456 22 550
Tri Jaya 14 301 486 801 10 250
Mekar Jaya - 109 400 509 8 200
Ujung 56 109 564 729 16 310
Tanjung
Tanjung Baru - 89 490 579 13 245
Tanjung - 1.122 - 1.122 18 465
Mulya
Adipura - 1.038 - 1.038 21 430
Kencana
Bukit Jaya - 960 - 960 16 400
Tanjung Sari - 1.368 - 1.368 23 570
Tanjung Lebar - 701 - 701 25 630
Sub Total 180 6.153 2.930 9.263 172 4.050
Sumber : UPTD Kecamatan Sungai Bahar, 2020
35

Lampiran 3. Nama kelompok tani dan jumlah anggota Desa Ujung Tanjung (KUD
Tandan Buah Segar)

No Nama kelompok tani Jumlah anggota Luas lahan


(ha)
1. Bulian 17 34
2. Meranti 24 48
3. Sapat 19 38
4. Kruing 23 46
5. Tenggeris 29 58
6. Jati 18 36
7. Rengas 24 48
8. Sungkai 19 38
9. Salak 18 36
10 Manggis 28 56
.
11 Duku 33 66
.
12 Rambutan 20 40
Jumlah 272 544

Lampiran 4. Nama kelompok tani dan jumlah anggota di Desa Bukit Subur
(Gapoktan Tani Maju )

No. Kelompok tani Jumlah anggota Luas lahan (ha)


36

Tani Makmur 25 50
Sumber Rejeki 25 50
Tani Karya 25 50
Tani Maju 25 50
Harapan Mulia 25 50
Rukun Makmur 25 50
Harapan Jaya 25 50
Mekar Utama 25 50
Rukun Santosa 25 50
Mekar Sari 25 50
Bahar Jaya 25 50
Jaya Makmur 25 50
Tani Jaya 25 50
Suka Makmur 25 50
Suka Maju 25 50
Sejahtera 25 50
Mukti Utama 25 50
Sari Makmur 25 50
Subur Jaya 25 50
Darma Maju 25 50
Sri Rejeki 25 50
Tani Mulya 25 50
Jumlah 550 1100

Anda mungkin juga menyukai