Anda di halaman 1dari 18

PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

DI PROVINSI JAWA TENGAH

19 Januari 2023

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH


PROVINSI JAWA TENGAH 1
1
KONDISI UMUM
JAWA TENGAH

2
GEOGRAFI & DEMOGRAFI

Jumlah penduduk : 36,74 juta jiwa


Laki-laki : 18,47 juta jiwa
Perempuan : 18,26 juta jiwa
Rasio jenis kelamin : 101,11
Laju pertumbuhan penduduk : 1,15%
Jumlah Balita : 1.419.781
Jumlah PUS : 5.870.344
>75 -1.00 1.30
70-74 -1.08 1.19
65-69 -1.72 1.81
60-64 -2.26 2.35
55-59 -2.75 2.86
50-54 -3.16 3.27
45-49 -3.46 3.52
40-44 -3.72 3.72
35-39 -3.85 3.77
30-34 -3.97 3.83
25-29 -4.00 3.82
Luas wilayah : 3,28 juta ha 20-24 -3.99 3.77
Jumlah kabupaten : 29 15-19 -3.94 3.70
Jumlah kota :6 10-14 -3.88 3.66
Jumlah kecamatan : 576 5-9 -3.75 3.59
0-4 -3.74 3.56
Jumlah desa : 7.809
Jumlah kelurahan : 753 -5.00 -4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

perempuan Laki-Laki
Sumber: Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka, 2022 3
JUMLAH KELUARGA BERISIKO STUNTING JAWA TENGAH
Indikator Penentu Risiko Stunting
KELUARGA
BERISIKO STUNTING 1. Keluarga tidak mempunyai sumber air minum utama yang layak

2. Keluarga tidak mempunyai jamban yang layak


3. Terlalu muda (umur istiri kurang dari 20 tahun)

3.017.573 4. Terlalu tua (umur istri 35-40 tahun)


(sumber : PK21) 5. Terlalu dekat (jarak kehamilan <2 tahun)

6. Terlalu banyak (jumlah anak ≥ 3 anak)

CATIN BERISIKO
Indikator Penentu Risiko Stunting
STUNTING
1. Usia Catin

16.770 2. Indeks Masa Tubuh (IMT)


3. Kadar Hb dalam Darah
(sumber : ELSIMIL)
4. Ukuran Lila (Lingkar Lengan Atas)

5. Perilaku Merokok
Pria Wanita
5.714 11.056 4
PREVALENSI STUNTING 2019-2021
50

45 43.8
40.4
40 37.9
37.8
34.9 34.2
35 33.8 33.2
32.3 31.8 31.5
31.4 31.4 31.3
30 29.8 30.2 29.7 30.6 30.4 30.1 29.4
29.5 29.1 28.9
30 29 28.7
27.4 27.4 27.5 28.1 27.7 27.5 27.5
26.9 26.9 26.3 26.3 26.2 26.2
25.8
24.8 24.5 24.6 24.1
24.5 23.9
25 23.3 23.5
22.8 22.1 22.3 21.6 22.4
20.9 21.2 21 21
19.9 19.9 19.8
20 18.5 18.6
17.3 16.8 17.6
15 14.4

10.9
10

0
T ra
t B l o eh h n at ar
a h n ku ra a ra n ur h at lu ur g ra at at n u ra bi ta g ta au li
NT a NT ta Ac nga a ta ar g nga a ta lu ta a pu ta a ta i m nga ar ku i m pun ta ar ar nte R ia ta m ar tun ar Ri Ba
iB ron T e e l
n
B ng e e l
M
a U P U e l T T e B ng T m U B
a
B B a i U J a
ya k
e l i
J a k n
es Go n n
S
ta Te iT iS er
a
uk
u
a
S an a er
a
B e aw a La an w
a u es g B I au
a
w ta ta an si es es at al er nt w at J nt Ja ap w Yo ka DK ul
la a n n e w w m M a t a J a m a P l a . I. ng p
Su a l im l a w la la Su m l im Su l im Su D Ba Ke
l im a l i m Ka Su Su Su Ka Ka
Ka K Su

SSGBI 2019 SSGI 2021

• Prevalensi stunting Jateng turun dari 27,7 (SSGBI 2019) menjadi 20,9 (SSGI 2021) 🡪 turun 6,8%
• Posisi relatif Jateng bergeser dari terendah ke-17 menjadi terendah ke-7 se-Indonesia
• Prevalensi stunting Jateng dalam 2 tahun turun cukup signifikan, tetapi perlu perhatian angka absolutnya
• Jumlah sasaran yang besar perlu kewaspadaan untuk mencegah munculnya kasus stunting baru
5
PREVALENSI STUNTING JAWA TENGAH SSGBI 2019 - SSGI
2021

45.00

38.57
40.00

35.76
34.74
34.65
33.06
32.40
31.57
35.00

31.01
30.90
30.13
29.13
28.82
27.82

27.68
27.64
27.07
26.94

28.1
26.89
26.87
26.59
30.00

26.40
26.01
26.00
25.91
25.79
28

26.3
25.14
24.99

25.5
27.68

24.7
23.45
23.22
23.18
22.96

23.9
22.70

25
23.3
25.00

22.3
21.7
21.6

21.5
21.3

21.2

20.9
19.65

20.7
20.6

20.6
19.38

20.5
20.4
18.76

19.5
17.68

20

18.8
18.7
20.9
17.9

20.00

17.6
16.8

16.4
16.2
15.9

15.8
15.7
15.2

13.3
14

15.00

9.6
10.00

5.00

-
i ti r l l li l a
ir rt
a n a g
ap a g a a g g ra g a
s n
rj
o g jo s n a an a
ar
g ra n g e
s n a
k o H
g a e
ti
g n c y n g g n n a n a n
re
u te d la g n
lo
e n b a b A
o ka P m la la n a g e u ra g ra m g a ta d
la n o g e p la g la
re
g m o G
n . u la e i a b in T g a e a u n h a o u e y o T e e B ra a n e s N
o ra b
eb a g g em
l . g
rn
y
al
o o B rw
K K K o b J g . S m B
al
o D o E
u a S a C n a b n e
m
e
m n k . . . . B ro ta . a b . e . . n T
W S K K M .
ra R rb a a S ja S a k u b u b b b . G o b M a b P b k b o
. . ta a
b a . u K m . n B e S a P a a a b K a . K a . a e a W A
a
b ta a
b o ta K K a
b P T
e b a ta b
. P
b
. K b
. K K K a b
. K b K b K .
P K
b
. W
K o K o . . . a B o a ta a a K a a a b a A
K K K b K b b K . K K o K K K K K a J
a a a b K K
K K a K
K K

SSGBI 2019 SSGI 2021 SSGBI JATENG 2019 SSGI JATENG 2021

6
JATENG SEBAGAI LOKUS PRIORITAS NASIONAL TAHUN 2023

PREVALENSI STUNTING JATENG 2013-2024


40
37.2 REALISASI TARGET
35 36.7
30.8
30 31.2 27.7
28.5 27.7 24.4
25
23.9
20 18.4
20.9
16
18 14
15
16
14
10
2013 2016 2017 2018 2019 2021 2022 2023 2024

Jateng Nasional

Sumber:
Realisasi: Riskesdas, PSG, SSGBI, SSGI
Target: RKPD

Indonesia - RPJMN 2020-2024

Stunting menjadi 14% pada 2024

7
INTERVENSI PELAYANAN SPESIFIK
(indikator monitoring sesuai target Perpres 72/2021)
Target 2024 Realisasi 2021*)
Target 2024 Realisasi 2021*) Target
Persentase Ibu Hamil Persentase anak berusia
Kurang Energi Kronik dibawah lima tahun
v
(KEK) yang 94,15%
(balita) gizi buruk yang
mendapatkan pelayanan 100%
mendapatkan
tata laksanan gizi buruk
tambahan asupan gizi
Persentase anak
Persentase Ibu hamil
berusia dibawah lima
yang mengkonsumsi
Tablet Tambah Darah 83,29% tahun (balita) yang
dipantau pertumbuhan
78,71%
(TTD) minimal 90 tablet
dan perkembangannya
selama masa kehamilan
Persentase anak berusia
Persentase remaja putri
dibawah lima tahun
yang mengkonsumsi
(balita) gizi vkurang yang 83,90%
Tablet Tambah Darah 68,95% mendapatkan tambahan
(TTD) asupan gizi

Persentase anak berusia


Persentase bayi usia dibawah lima tahun
kurang dari 6 bulan
mendapatkan Air Susu
76,58% (balita) yangv
memperoleh imunisasi
89,40%
Ibu (ASI) Eksklusif dasar lengkap

Persentase anak usia 6-


23 bulan yang mendapat
Makanan Pendamping 100% Sumber Data : Dinas Kesehatan
Air Susu Ibu (MP-ASI)
*) DO disesuaikan dengan data yang tersedia s.d tahun 2021
8
INTERVENSI PELAYANAN SENSITIF
(indikator monitoring sesuai target Perpres 72/2021)
Target 2024 Realisasi 2021*)
Target 2024 Realisasi 2021*) Target

Persentase pelayanan Cakupan keluarga


Proses
Keluarga Berencana (KB) 70,08% berisiko Stunting
pasca persalinan yang memperoleh Verval
pendampingan

Jumlah keluarga miskin


Persentase kehamilan 1,53
yang tidak diinginkan 10,90% dan rentan yang
memperoleh bantuan
tunai bersyarat
Juta
Cakupan calon PUS yang Persentase target
memperoleh sasaran yang memiliki
pemeriksaan kes sebagai
bagian dari pelayanan
85,22% pemahaman yang baik 30%
tentang Stunting di
nikah lokasi prioritas

Persenatase RT yang Jumlah keluarga miskin


dan rentan yang 3,13
mendapatkan akses air
minum layak di Kab/Kota 82,51% menerima bantuan
lokasi prioritas sosial pangan Juta
Persentase RT yang Persentase Desa/Ke.l
mendapatkan akses stop BAB sembarangan
sanitas (air limbah
domestik) layak di
88,93% atau Open Defecation 87%
Free (ODF)
Kab/Kota lokasi prioritas

Sumber Data : DP3AP2KB, BKKBN, Dinkes, Dinsos,


Cakupan Bantuan
Jaminan Nasional 14,2 Kemenag, dan Dinas PUPRBMCK
Penerima Iuran (PBI)
Kesehatan
juta *) DO disesuaikan dengan data yang tersedia s.d tahun 2021 9
CAKUPAN 29 LAYANAN ESENSIAL 1. Remaja Putri Konsumsi TTD (%)
(diakses pada webmon aksi bangda tgl 7 Oktober 2022)
2. Remaja Putri Menerima Pemeriksaan Status Anemia (%)
3. Catin Konsumsi TTD (%)

TARGET 2024 4. Calon PUS Memperoleh Pemeriksaan Kesehatan (%)


58 90 90 90 90 90 90 90 90 90 80 7,4 15,5 80 80 80 90 90 90 90 90 70 90 70 90 50 100 90 90 5. Calon PUS Menerima Pendampingan Kesehatan Reproduksi (%)
6. Catin Mendapatkan Bimbingan Perkawinan (%)
100.00
93.50 93.25 7. PUS Menerima Bantuan Tunai Bersyarat (%)
92.62
89.07 89.9789.09 8. PUS Menerima BPNT (%)
90.00 85.51
82.91 83.99
9.PUS Menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan (%)
79.09 77.49 77.84
80.00 76.43 10. Bumil KE Mendapatkan Tambahan Asupan Gizi (%)
73.97
70.15 11. Bumil Mengonsumsi TTD Minimal 90 Tablet (%)
70.00
65.18 63.86
62.36 62.84 12. Unmet Need Pelayanan Keluarga Berencana (%)
61.27
60.00 13. Kehamilan yang tidak diinginkan (%)
53.75
51.10 14. Bayi mendapat ASI eksklusif (%)
50.00
  44.61 15. Anak mendapat MP-ASI (%)
40.79
40.00 16. Balita gizi buruk mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk (%)
36.34
31.91 17. Balita dipantau pertumbuhan dan perkembangannya (%)
30.00
18. Balita gizi kurang mendapat tambahan asupan gizi (%)
19.21 19. Balita memperoleh imunisasi dasar lengkap (%)
20.00 17.20
11.62 20. Keluarga yang Stop BABS (%)
10.00 21. Keluarga yang melaksanakan PHBS (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 22. Keluarga berisiko stunting mendapatkan promosi konsumsi ikan (%)


0.00
JAWA TENGAH 23. Pelayanan KB Pasca Persalinan (%)
24. Keluarga berisiko stunting memperoleh pendampingan (%)
25. Keluarga berisiko stunting mendapatkan manfaat pekarangan (%)
26. Rumah tangga mendapatkan akses air minum layak (%)
27. KPM PKH mengikuti P2K2 (%)
28. KPM Bumil Busui Baduta Menerima Variasi Bantuan Pangan Selain
Beras & Telur (%)
29. Rumah Tangga Mendapatkan Akses Sanitasi Layak (%) 10
KEBIJAKAN DAERAH &
2
RENCANA KERJA TPPS

11
KEBIJAKAN DAERAH

12
KABUPATEN/KOTA PRIORITAS NASIONAL
SEBAGAI LOKUS PELAKSANAAN 8 AKSI KONVERGENSI PENCEGAHAN STUNTING TERINTEGRASI
Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022

1. Kab Cilacap 1. Kab Pekalongan 1. Kab Pati 1. Kab Banjarnegara 1. Kota Salatiga

2. Kab Banyumas 2. Kab Jepara 2. Kab Purworejo 2. Kota Magelang

3. Kab Purbalingga 3. Kab Magelang 3. Kab Boyolali 3. Kota Pekalongan

4. Kab Kebumen 4. Kab Sragen 4. Kab Sukoharjo 4. Kota Tegal

5. Kab Wonosobo 5. Kab Wonogiri

6. Kab Klaten • Pada Tahun 2022 seluruh 6. Kab Karanganyar


Kabupaten/Kota di Jawa
7. Kab Blora Tengah sudah ditetapkan 7. Kab Rembang

8. Kab Grobogan menjadi lokus prioritas 8. Kab Kudus


percepatan penurunan
9. Kab Demak stunting 9. Kab Semarang
• masing-masing 1. Komitmen Jawa Tengah dalam
10. Kab Pemalang 10. Kab Temanggung
OPD/lembaga di tingkat penanganan stunting sejak th 2019
11. Kab Brebes Prov mendorong 11. Kab Kendal bukan hanya pada lokus prioritas
OPD/lembaga di tingkat nasional, namun dilaksanakan di 35
Kab/Kota untuk 12. Kab Tegal
Kab/Kota;
berkontribusi thd 13. Kab Batang 2. Seluruh kab/kota telah melaksanakan
pencapaian target sesuai
8 aksi konvergensi (kab lokpri dan
indikator antara & 14. Kota Semarang
indikator output yg kab/kota perintis)
ditetapkan. 15. Kota Surakarta
13
UPAYA TERINTEGRASIPENANGGULANGAN STUNTING
Dinkes Dispermadesdukcapil
a. Penguatan strategi penurunan bayi risiko stunting a. Peningkatan peran Posyandu untuk pemantauan tumbuh
di Kab/Kota kembang balita (dukungan peningkatan cakupan penimbangan
b. Verifikasi surveilance gizi di Kab/Kota rutin balita) 🡪 kolaborasi dengan TPK dan KPM
c. Monev terintegrasi program gizi b. Penajaman program kerja TP PKK untuk muatan substansi
d. Penguatan tata laksana gisbur dan gizi kurang stunting di tingkat RT/RW
c. Penggerakan akseptor KB melalui kegiatan non-fisik dalam
e. Fasilitasi STBM
kegiatan TMMD (3 kali per tahun) 🡪 menggunakan APBD K/K
f. Pelatihan fasilitator STBM stunting
d. Arahan kepada kabupaten untuk memprioritaskan penanganan
g. Pelatihan kapasitas bagi nakes kesehatan di stunting hingga tingkat desa (saat fasilitasi Ranperkades RKPDes
puskesmas untuk penurunan stunting dan evaluasi Ranperdes RAPBDes)
h. Pelatihan penyusunan stratkom di 6 kab
i. Penguatan program peningkatan penemuan kasus Disperakim
TB RSLH terintegrasi (rumah, jamban, air bersih)
j. Penguatan strategi penguatan kasus TB melalui
skrining risiko tinggi Dishanpan
Pemanfaatan pekarangan pada RT risiko stunting
DP3AP2KB
a. Safari KB, Penurunan unmetneed KB, TFR Dislutkan
b. Fasilitasi DRPPA 2023 a. Kampanye Gemarikan dan pembagian paket olahan ikan
c. Peningkatan BKB, BKR, dan BKL b. Pembagian paket olahan ikan
d. Penurunan jumlah perkawinan usia anak (Jokawin c. Bantuan kolam ikan dan bibit di kab/kota
Bocah) di kabupaten/kota
TANTANGAN
• Perbaikan cakupan dan kualitas data 🡪 memastikan min
90% balita diukur dengan alat dan cara yang sesuai
standar
• Integrasi sistem pendataan dan perbaikan tatakelola
data yang dapat dibagi-pakaikan lintas sektor di tingkat
pusat dan daerah 🡪 basis data menjadi dasar pelaksanaan
konvergensi intervensi agar lebih akurat
• Penguatan peran TPPS di semua jenjang agar berfungsi
optimal
• Penggerakan pelaku di tingkat desa/kelurahan (TPK, KPM
dan kader) untuk mengawal program agar diterima dan
dimanfaatkan oleh sasaran.

15
REKOMENDASI HASIL PENILAIAN KINERJA AKSI KONVERGENSI KABUPATEN/KOTA
DALAM PELAKSANAAN AKSI KONVERGENSI PENURUNAN STUNTING PROVINSI JAWA TENGAH
(30 – 31 MEI 2022 di Solo)
1. Integrasi program percepatan penurunan stunting dengan penanggulangan kemiskinan dan penurunan Angka kematian Ibu (AKI) khususnya pada intervensi-
intervensi yang sejenis.
2. Perbaikan ketersediaan dan kualitas data untuk mendukung analisis situasi dan pelaksanaan aksi sesuai periode waktu yang ditentukan dalam petunjuk
teknis.
3. Perbaikan analisis kondisi wilayah (keluarga berisiko stunting, prevalensi stunting, jumlah kasus stunting, dan cakupan layanan) sehingga terjadi keselarasan
pelaksanaan antar aksi.
4. Peningkatan komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melakukan konvergensi intervensi sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga monitoring dan
evaluasi utamanya pada wilayah yang telah ditetapkan sebagai lokus prioritas.
5. Optimalisasi peran KPM (bekerjasama dengan Tim Pendamping Keluarga) untuk memastikan ketercukupan layanan kepada sasaran dan dalam penggerakan
inisiasi di tingkat masyarakat untuk pencegahan terjadinya stunting baru.
6. Penguatan kapasitas TPPS tingkat Desa/Kelurahan sehingga dapat menjalankan peran dan fungsi secara optimal.
7. Review dan penyempurnaan regulasi di tingkat daerah hingga tingkat desa/kelurahan yang dapat dioptimalkan untuk mendukung percepatan penurunan
stunting.
8. Optimalisasi pemanfaatan dana desa untuk pengadaan antropometri dan kalibrasi.
9. Perbaikan tatacara dan penganekaragaman media publikasi data stunting dilengkapi dengan penjelasan yang mudah dipahami sehingga dapat memunculkan
kesadaran terkait perlunya pencegahan stunting.
10. Daerah yang belum menyusun strategi komunikasi didorong untuk menginisiasi penyusunan strategi komunikasi sebagai pedoman dalam melakukan
komunikasi perubahan perilaku.
11. Penggerakan RS milik pemerintah kabupaten/kota untuk melaksanakan pendampingan dan pembinaan program gizi hingga tingkat puskesmas
12. Penggunaan score card sebagai data penyeimbang untuk pemantauan layanan di desa/kelurahan.
13. Optimalisasi peran dunia usaha dalam edukasi dan pemenuhan gizi bagi karyawan perempuan guna pencegahan stunting.
14. Upaya mewujudkan zero new stunting dengan fokus intervensi pada remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan anak berusia 0-24 bulan.
16
BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN DAERAH PROVINSI
JAWA TENGAH
Jl. Pemuda No.127-133, Kota Semarang,
Jawa Tengah 50132
Telp. : (024) 351 5591, Fax. : (024) 354
6802
Email : bappeda@jatengprov.go.id,
Website : http://bappeda.jatengprov.go.id

17
Pasal 7
(1) Pokjanal Posyandu kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas:
a. menyiapkan data dan informasi dalam skala kabupaten/kota tentang keadaan maupun perkembangan berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan program Posyandu;
b. menyampaikan berbagai data, informasi dan masalah kepada instansi/lembaga terkait untuk penyelesaian tindak lanjut;
c. menganalisa masalah dan kebutuhan intervensi program berdasarkan pilihan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan potensi
dan kebutuhan lokal;
d. menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan
Posyandu;
e. melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitasi, advokasi, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan program/kegiatan Posyandu secara
rutin dan terjadwal;
f. memfasilitasi penggerakan dan pengembangan partisipasi, gotong royong, dan swadaya masyarakat dalam mengembangkan
Posyandu;
g. mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan;
h. melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Bupati/Walikota dan Ketua Pokjanal Posyandu provinsi.

18

Anda mungkin juga menyukai