Anda di halaman 1dari 7

Alfian Ma’arif

0701517006
Daftar Negatif Investasi (DNI)

Latar Belakang
Pemerintah saat ini tengah memberikan kesempatan seluas-luasnya pada perusahaan yang ingin
bekerja sama dalam Penanaman modal Asing. Kebutuhan akan keamanan, kejelasan dan
kenyamanan bagi para penanam modal menjadi faktor yang sangat diperhatikan oleh pemerintah
Indonesia. Sang penanam modal ini bisa perseorangan ataupun badan usaha, bisa Warga Negara
Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing, maupun badan hukum asing. Dalam bidang
penanaman modal ini ada istilah yang biasa disebut Daftar Negatif Investasi (DNI). DNI ini
merupakan salah satu produk hukum yang diciptakan untuk membuat para investor memiliki
kejelasan pilihan bidang usaha yang ada di Negara kita. Tak hanya kejelasan bidang usaha, rasa
aman berinvestasi pun bisa didapatkan saat para penanam modal mengetahui secara pasti
aturannya. Aturan DNI yang dikeluarkan pada Peraturan Presiden No 44 Tahun 2016, berisi
tentang daftar bidang usaha tertutup dan terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal
ini memperjelas bahwa setiap penanam modal wajib mengetahui bidang apa saja yang menjadi
pilihannya. Dalam Peraturan itu juga dijelaskan tentang apa itu penanaman modal dan
bagaimana bila terjadi perubahan kepemilikan modal usaha. Penanaman modal asing untuk
perluasan usaha serta kewajiban-kewajiban yang perlu dilaksanakan dengan baik.

Artinya, dengan adanya kejelasan Peraturan Presiden ini, Pemerintah berusaha memberikan
ruang untuk mengembangkan sayap bagi para pengusaha, para investor baik investor asing atau
investor lokal untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk DNI sendiri, Pemerintah
membaginya dalam tiga bidang, yaitu
1. Bidang usaha yang bersifat terbuka tanpa persyaratan. Contohnya usaha perkebunan lada,
jambu dan sebagainya.
2. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan. Contohnya perkebunan tembakau.
3. Bidang usaha yang tertutup atau terlarang. Seperti budi daya tanaman ganja.
Apa itu DNI ?
Apakah sebenarnya Daftar Negatif Investasi (DNI) itu? DNI adalah daftar sektor bisnis yang
disusun pemerintah sebagai informasi bagi para calon investor tentang bisnis yang tidak
diperbolehkan di Indonesia dan berbagai aturannya, terutama mengenai kepemilikan bersama.
DNI Indonesia dibuat untuk melindungi ekonomi Indonesia, serta untuk memberikan peluang
bisnis lebih kepada investor. Seiring waktu, DNI dapat berubah untuk disesuaikan dengan
peraturan pemerintah. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk mengetahui DNI di Indonesia
saat ini sebelum membuat perencanaan lebih lanjut mengenai investasi di Indonesia. Hal
terpenting yang perlu diketahui investor mengenai DNI Indonesia terbaru adalah tentang sektor
bisnis mana yang dibuka dengan persyaratan dan mana yang ditutup sepenuhnya.
Sektor bisnis yang saat ini terbuka untuk 100% kepemilikan asing dalam perdagangan adalah
bisnis penyimpanan dingin, distribusi yang berafiliasi dengan produksi, penjualan langsung
melalui jaringan pemasaran, dan broker. Dalam pariwisata dan ekonomi kreatif, seperti
membuka bar, kafe, restoran, dan fasilitas olahraga. Sementara di sektor komunikasi dan
informasi, ada investasi yang melibatkan investasi Rp100 miliar diperbolehkan untuk 100%
kepemilikan asing. Lainnya, di sektor energi dan sumber daya mineral, ada industri pelet
biomassa untuk energi terbarukan yang terbuka untuk kepemilikan 100%.
Di sisi lain, terdapat beberapa bidang usaha yang benar-benar ditutup oleh pemerintah untuk
investasi asing serta investasi domestik. Bidang-bidang tersebut adalah pertahanan nasional dan
lingkungan atau kesehatan. Anda juga tidak dapat berinvestasi pada pengelolaan terminal darat
untuk penumpang, produksi minuman beralkohol, dan membangun kasino.
Saat ini, perubahan-perubahan bidang usaha terbuka atau pun tertutup selalu mengalami
perkembangan mengikuti perkembangan zaman sekarang. Salah satunya dengan kerja sama yang
dilakukan pemerintah dengan negara-negara ASEAN terkait kepemilikan modal asing yang
dibatasi.
Revisi DNI 2018
Pemerintah menyimpulkan bahwa meskipun telah direlaksasi pengaturan terkait DNI pada
Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016, hasilnya belum optimal terlepas dari adanya kenaikan
komitmen Penanaman Modal Asing (PMA).
Dari 83 bidang usaha yang dibuka bebas untuk asing, ternyata 51 bidang usaha tidak ada
peminatnya sama sekali. Terkait hal tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
(Kemenko Ekon) melansir terdapat empat alasan yang disinyalir sebagai penyebab. Alasan-
alasan tersebut, yakni: DNI kurang tersosialisasi; keterbukaan DNI versi Tahun 2016 dianggap
kurang menarik; belum sepenuhnya memberikan kepastian usaha; dan DNI 2016 masih butuh
waktu pelaksanaan dan penguatan kebijakan.
Pemerintah kemudian memutuskan untuk merevisi DNI yang ada demi memajukan investasi
dalam rangka Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) XVI. Pemerintah lalu memutuskan untuk
mengeluarkan 54 bidang usaha dari DNI. Setelah mendapat tentangan dari pelaku usaha, maka
Pemerintah kembali memasukkan lima bidang usaha ke dalam DNI atas pertimbangan untuk
melindungi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Terdapat empat sektor usaha dari
Kelompok A yang tak jadi dikeluarkan dari DNI.
Empat sektor tersebut yakni usaha warung internet (warnet), industri pengupasan dan
pembersihan umbi-umbian, industri percetakan kain, dan industri kain rajut khususnya renda.
Sementara ada satu sektor usaha dari Kelompok B yang tak jadi dikeluarkan dari DNI, yakni
perdagangan eceran melalui pemesanan pos dan internet.
Pemerintah memberikan alasan bahwa hal tersebut dilakukan demi melindungi kepentingan
rakyat yang berusaha dalam kendaraan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan
koperasi. Sejatinya, kelima sektor usaha tersebut memang tak bisa dimasuki oleh Asing karena
batasan minimal Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 10 miliar.
Tidak jadinya kelima sektor usaha tersebut dikeluarkan dari DNI berakibat masyarakat harus
memenuhi segala persyaratan yang ada secara penuh melalui Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM). Dengan kembalinya lima sektor usaha ke dalam DNI, maka secara keseluruhan
hanya terdapat 49 sektor usaha yang dikeluarkan Pemerintah dalam rangka PKE XVI, antara
lain:
1. Industri kayu gergajian dengan kapasitas produksi di atas 2.000 m3/tahun
2. Industri kayu veneer
3. Industri kayu lapis
4. Industri kayu laminated veneer lumber (LVL)
5. Industri kayu industri serpih kayu (wood chip)
6. Industri pelet kayu (wood pellet)
7. Pengusahaan pariwisata alam berupa pengusahaan sarana, kegiatan, dan jasa ekowisata di
dalam kawasan hutan
8. Budidaya koral/karang hias
9. Jasa konstruksi migas: Platform
10. Jasa survei panas bumi
11. Jasa pemboran migas di laut
12. Jasa pemboran panas bumi
13. Jasa pengoperasian dan pemeliharaan panas bumi
14. Pembangkit listrik di atas 10 MW
15. Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik atau pemanfaatan tenaga listrik
tegangan tinggi/ekstra tinggi
16. Industri rokok kretek
17. Industri rokok putih
18. Industri rokok lainnya
19. Industri bubur kertas pulp
20. Industri siklamat dan sakarin
21. Industri crumb rubber
22. Jasa survei terhadap objek-objek pembiayaan atau pengawasan persediaan barang dan
pergudangan
23. Jasa survei dengan atau tanpa merusak objek
24. Jasa survei kuantitas
25. Jasa survei kualitas
26. Jasa survei pengawasan atas suatu proses kegiatan sesuai standar yang berlaku atau yang
disepakati
27. Jasa survei/jajak pendapat masyarakat dan penelitian pasar
28. Persewaan mesin konstruksi dan teknik sipil dan peralatannya
29. Persewaan mesin lainnya dan peralatannya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain
(pembangkit tenaga listrik, tekstil, pengolahan/pengerjaan logam/kayu, percetakan dan
las listrik
30. Galeri seni
31. Gedung pertunjukan seni
32. Angkutan orang dengan moda darat tidak dalam trayek: angkutan pariwisata dan
angkutan tujuan tertentu
33. Angkutan moda laut luar negeri untuk penumpang
34. Jasa sistem komunikasi data
35. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi tetap
36. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi bergerak
37. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi layanan content (ringtone, sms premium, dan
sebagainya)
38. Pusat layanan informasi dan jasa nilai tambah telepon lainnya
39. Jasa akses internet
40. Jasa internet telepon untuk keperluan public
41. Jasa interkoneki internet (NAP) dan jasa multimedia lainnya
42. Pelatihan kerja
43. Industri farmasi obat jadi
44. Fasilitas pelayanan akupuntur
45. Pelayanan pest control atau fumigasi
46. Industri alat kesehatan: kelas B
47. Industri alat kesehatan: kelas C
48. Industri alat kesehatan: kelas D
49. Bank dan laboratorium jaringan dan sel
Pemerintah memangkas Daftar Negatif Investasi (DNI) menjadi 6 bidang usaha dari sebelumnya
20 bidang usaha. Tak hanya itu, pemerintah juga ingin mengubah istilah DNI menjadi DPI yang
berarti Daftar Positif Investasi (DPI).
Rencana ini direalisasikan dalam Perpres No. 44 Tahun 2016 yang berlaku per 2020 nanti.
ada enam bidang usaha yang masih ditutup untuk penanaman modal ini, yakni ganja,perjudian,
industri chlor alkali dengan proses merkuri, penangkapan Spesies dalam daftar CITES,
pengambilan koral dari alam, dan industri bahan kimia daftar-1 konvensi senjata kimia.
pemerintah akan terus memperbaiki iklim investasi di Indonesia. Ia menyebutkan pemerintah
telah menyiapkan satuan tugas percepatan investasi, implementasi tax holiday dan super
deduction tax, sampai Omnibus Law. Kebijakan ini akan menguntungkan kedua belah pihak. Ia
menyoroti peran asing dapat memperbaiki kualitas pendidikan seperti di kampus maupun
kualitas layanan kesehatan.
Kelak dalam perpres baru pemerintah mengatur ketentuan substitusi impor, komoditas utama
ekspor, prioritas investasi, hingga fasilitas fiskal. Selain itu, pemerintah akan menetapkan sektor
gasifikasi masuk ke dalam daftar prioritas, sedangkan industri bahan baku otomotif dan
elektronik masuk dalam daftar positif. Penguatan terhadap struktur nilai tambah dari industri
akan masuk daftar positif.

Perpres DPI itu juga akan mengatur sektor yang berproses penuh dan sektor berproses dengan
persyaratan tertentu. DNI adalah daftar sektor bisnis yang disusun oleh pemerintah sebagai
informasi bagi para calon investor tentang bisnis yang tidak diperbolehkan di Indonesia dan
berbagai aturannya, terutama mengenai kepemilikan bersama.
Selama ini DNI dibuat untuk melindungi ekonomi Indonesia, serta untuk memberikan peluang
bisnis lebih kepada investor. Seiring waktu, DNI dapat berubah untuk disesuaikan dengan
peraturan pemerintah.
Sebagai informasi, porsi Penanaman Modal Asing (PMA) dalam relaksasi DNI kali ini dinaikkan
menjadi 83% bidang usaha dari 64% di 2016 lalu. Jumlah bidang usaha yang boleh dimiliki
asing hingga 100% pun ditambah. Apabila pada 2016 lalu hanya mencakup 41 bidang usaha, kali
ini pemerintah membuka 54 bidang usaha. Dengan demikian, sejak 2016, total sudah ada 95
bidang usaha yang dibuka bagi 100% kepemilikan asing.
Sementara itu masih terdapat beberapa bidang usaha yang benar-benar ditutup oleh pemerintah
untuk investasi asing serta investasi domestik. Bidang-bidang tersebut adalah pertahanan
nasional dan lingkungan atau kesehatan. Investor asing juga tidak dapat berinvestasi pada
pengelolaan terminal darat untuk penumpang, produksi minuman beralkohol, dan membangun
kasino.
Namun seiring waktu, kehadiran DNI kerap dikeluhkan oleh pengusaha, termasuk investor asing.
Sehingga revisi DNI dapat menjadi terobosan reformasi ekonomi yang menggairahkan nafsu
investasi. Sebelumnya pemerintah Indonesia telah membuka peluang investasi pada sektor
perfilman bagi asing sebesar 100 persen. Sejak diberlakukan kebijakan tersebut, industri film di
Indonesia dapat tumbuh sebesar 20 persen per tahun
Dalam website resmi Kementerian Koordinator Perekonomian, dijelaskan relaksasi DNI
dilakukan untuk meningkatkan partisipasi penanaman modal pada beberapa bidang usaha dan
memberikan peran kemitraan yang lebih luas bagi UMKM. Relaksasi dilakukan melalui
perubahan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Untuk menjaga kepercayaan dunia usaha dan investor, lanjut tulisan itu pemerintah mendorong
masuknya modal yang lebih besar, terutama melalui investasi langsung. Oleh karena itu,
Pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) XVI yang mencakup: (1) Perluasan
Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (Tax Holiday); (2) Relaksasi Daftar Negatif
Investasi (DNI); (3) Devisa Hasil Ekspor (DHE) Hasil Sumber Daya Alam.
Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan relaksasi dan keterbukaan bidang usaha sebagaimana
diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 dan untuk meningkatkan daya tarik dan
daya saing investasi, perlu memperkuat kemitraan usaha besar dengan usaha mikro, kecil,
menengah (UMKM) dan koperasi, serta membuka beberapa bidang usaha yang dapat dimasuki
oleh PMA yang membawa teknologi, inovasi, efisiensi, dan perluasan ekspor.
Pemerintah melihat dari 101 Bidang Usaha yang telah diberikan keterbukaan bagi PMA,
beberapa bidang usaha masih belum optimal. Masih terdapat 83 bidang usaha yang PMA-nya
100% atau ditingkatkan kepemilikan asingnya seratus persen, tapi pertumbuhannya kurang dari
50% pada periode Q3/2016 sampai dengan Q2/2018. Dan dari 83 bidang usaha tersebut,
terdapat 51 bidang usaha yang tidak ada peminatnya.
Perubahan kondisi ekonomi global yang berpengaruh terhadap ekonomi nasional juga menjadi
faktor perlunya penyesuaian DNI yang lebih ekspansif. Hal ini untuk mendorong masuknya
investasi merger and acquisitions (M&A) di tingkat global, investasi yang berorientasi ekspor,
industri global value chains, dan substitusi impor. Penyempurnaan DNI 2018 ini juga dirancang
untuk memperluas kemitraan, agar UMKM mampu meningkatkan diversifikasi, volume, standar
produksi, dan ekspor. Dengan demikian akan menciptakan banyak produk inovasi baru untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun pasar internasional.
pemerintah pada November 2018 merilis Paket Kebijakan Ekonomi XVI. Paket kebijakan terdiri
atas tiga hal, yakni perluasan fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan (tax holiday),
relaksasi DNI, dan pemberian insentif perpajakan bagi devisa hasil ekspor (DHE) industri
berbasis sumber daya alam.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 35/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, ada tiga kelompok yang mendapatkan fasilitas ini yakni
kelompok besi dan baja beserta turunannya; kelompok petrokimia beserta turunannya; serta
kelompok kimia dasar.
Perluasan tax holiday yang terangkum dalam Paket Kebijakan Ekonomi XVI adalah kelompok
agribisnis, misalnya pengolahan pertanian (seperti pengolahan kelapa sawit dan karet ke
hilirnya), serta industri digital. Untuk itu, pemerintah bakal menyempurnakan aturan guna
memfasilitasi perluasan tax holiday tersebut.
Paket kebijakan yang kedua adalah perluasan DNI yang diharapkan dapat mendorong aktivitas
ekonomi pada sektor-sektor unggulan. Kebijakan ini sekaligus membuka kesempatan bagi
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM), dan koperasi.
Dalam penghapusan DNI nanti, pemerintah hanya akan melarang yang memang dilarang
berdasarkan konvensi internasional atau yang terkait dengan national interest (kepentingan
nasional). Misalnya seperti industri senjata kimia, atau industri yang berproses dengan merkuri.
Yang lainnya akan dibuka dan pemerintah akan mengeluarkan dafta positif.
Industri prioritas pemerintah yang nantinya masuk dalam DPI ialah industri yang dapat
mensubstitusi kebutuhan impor Indonesia selama ini. Selain itu, juga industri yang KBLI-nya
sudah masuk dalam daftar penerima fasilitas fiskal tax holiday.
Salah satu contohnya, industri batubara yang memiliki program gasifikasi batubara masuk dalam
prioritas pemerintah dan terbuka untuk investasi. Sebab, program gasifikasi batubara bertujuan
menghasilkan produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mensubstitusi
impor seperti dimethyl ether untuk alternatif LPG, atau metanol untuk kebutuhan pengolahan
biodiesel. (E-2)

Anda mungkin juga menyukai