Anda di halaman 1dari 19

Bab 2

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


2.1. Latar Belakang

Pemanfaatan dan pengembangan teknologi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkesinambungan dan saling berkaitan satu sama lainnya. Ini berarti bahwa teknologi yang diterapkan bagi pembangunan Indonesia merupakan paduan proses politik, ekonomi, sosial dan budaya, disamping proses teknologi itu sendiri. Oleh karenanya, falsafah yang harus mendasari upaya pengembangan teknologi perdesaan adalah falsafah memodernkan masyarakat perdesaan tanpa kehilangan identitas, tradisi dan cara hidupnya. Teknologi menjadi bagian terpenting dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam hal ini tidak dapat dielakkan lagi, bahwa usaha ekonomi produktif masyarakat perdesaan pun membutuhkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara berkesinambungan serta menghasilkan added value (nilai tambah) dari aspek ekonomi atau disebut juga dengan Teknologi Tepat Guna (TTG). Teknologi memainkan peranan yang tidak kecil dalam kehidupan manusia. Semakin maju suatu masyarakat, semakin beragam jenis dan semakin tinggi dan kompleks tingkat teknologi yang digunakan, sehingga teknologi dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur tingkat kemajuan masyarakat. Selain untuk memungkinkan sesuatu diproduksi/ dicapai dan menaikkan tingkat produksi, manfaat teknologi yang lain adalah meningkatkan efisiensi. Berangkat dari segi efisiensi ini, sejak lama telah muncul gagasan dan upaya besar-besaran untuk mengembangkan teknologi tepat guna, yang untuk keperluan pedesaan dikenal sebagai teknologi tepat guna pedesaan atau teknologi pedesaan. Tidak berbeda dengan pengertian teknologi secara umum, teknologi pedesaan tidak terbatas pada perangkat keras(hardware) melainkan mencakup pula perangkat lunak

teknologi (software) seperti system dan method. Provinsi Kalimantan Timur yang terdiri dari 10 Kab/Kota, memiliki luas wilayah 12,726,752 ha dan jumlah penduduk lebih dari 2,5 juta jiwa. Walaupun sumber pendapatan daerah Provinsi Kalimantan Timur sampai saat ini didominasi migas dan pertambangan, namun demikian sebagian wilayahnya adalah bercirikan pedesaan. Mata pencaharian penduduk sebagian besar bercirikan pertanian dan usaha-usaha ekonomi kerakyatan. Provinsi Kalimantan Timur yang sejak era tahun 2000 melaksanakan otonomi daerah, telah mengalami perkembangan yang pesat terutama pembangunan infrastruktur transportasi dan perkembangan fasilitas modern terutama di wilayah perkotaan seperti mall, tempat hiburan, dan olah raga. Walaupun demikian Kaltim memiliki daerah yang sangat luas dengan daerah pedesaan yang tersebar di berbagai kabupaten dan kawasan pedesaan tersebut masih sangat memerlukan sentuhan pembangunan khususnya teknologi terapan, guna mendukung pembangunan pedesaan di segala sektor. Konotasi teknologi pedesaan pada umumnya dikaitkan dengan kegiatan pertanian. Namun demikian, dengan karakteristik desa di wilayah Kalimantan Timur yang sangat beragam, teknologi pedesaan yang dimaksud juga perlu mencakup teknologi sektor

perikanan, baik perikanan darat dan laut, perkebunan, dan peternakan. Teknologi pedesaan juga perlu memperhatikan bidang teknologi non-pertanian seperti teknologi dalam bidang pendidikan, sanitasi dan lingkungan, informasi dan komunikasi, dan lain sebagainya. Berbagai kebutuhan teknologi pedesaan di Kab/Kota di Kalimantan Timur ini perlu diidentifikasi dan dipetakan.

2.2.
a.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud Maksud dari pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Kabupaten/Kota Se-Kaltim adalah melakukan pemetaan kebutuhan teknologi pedesaan Kabupaten/Kota Se-

Kalimantan Timur dalam hal pengembangan dan penerapan Teknologi Tepat Guna yang akan menjadi referensi bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, khususnya melalui BPMPD Provinsi Kalimantan Timur, untuk mengembangkan,

memperkenalkan dan menyebarluaskan teknologi tersebut ke wilayah pedesaan yang lainnya .

b.

Tujuan Tujuan dari pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Kabupaten/Kota Se-Kaltim adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kebutuhan teknologi pedesaaan yang sesuai dengan karakteristiknya sehingga dapat mendukung dan meningkatkan daya produksi dan daya saing pedesaan serta dalam lingkup yang lebih luas meningkatkan daya saing Provinsi Kalimantan Timur dalam pemanfaatan sumber daya alam terbarukan yang disesuaikan dengan tata ruang provinsi sebagaimana tertuang dalam dokumen RTRW dan RDTR .

2.3.

SASARAN

Sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Kabupaten/Kota Se-Kaltim adalah didapatnya naskah akademik yang berisikan draft rekomendasi penerapan teknologi tepat guna yang sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing kabupaten/kota dan draft rekomendasi untuk menyusun revisi dan updating dokumen tata ruang.

2.4.

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Ruang lingkup pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Kabupaten/Kota Se-Kaltim meliputi : 1. Melakukan kajian pustaka terkait pembangunan pedesaan yang disesuaikan dengan rencana pembangunan yang tertuang dalam dokumen tata ruang; 2. Melakukan kajian pustaka mengenai karakteristik pedesaan dilihat dari sisi jenis komoditi yang diproduksi pada masing-masing desa, efektifitas kesesuaiannya dengan dokumen tata ruang yang sudah ada; 3. Melakukan kajian pustaka untuk mengidentifikasi teknologi pedesaan yang produksi, serta

sudah diterapkan beserta permasalahan dalam tahap implementasinya; 4. Menyusun daftar rekomendasi sementara terkait teknologi tepat guna yang diperlukan dalam pengembangan produksi di pedesaan; 5. Pengumpulan data lapangan melalui survey, wawancara, dan diskusi intensif dengan berbagai pihak terkait pembangunan dan teknologi pedesaan pada beberapa kabupaten / kota di wilayah Provinsi Kalimantan Timur;

6.

Melaksanakan pengolahan data lapangan dan menyusun daftar rekomendasi teknologi pedesaan tepat guna yang dikaitkan dengan peruntukan wilayah sesuai dengan dokumen tata ruang Provinsi Kalimantan Timur;

7.

Menyelenggarakan workshop hasil pemetaan hasil identifikasi kebutuhan teknologi pedesaan.

2.5.

KELUARAN

Pelaksanaan pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Kabupaten/Kota Se-Kaltim diharapkan menghasilkan naskah akademik yang berisikan draft rekomendasi penerapan teknologi tepat guna yang sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing kabupaten/kota. Naskah akademik ini akan menjadi acuan bagi kabupaten/kota serta pemerintah provinsi dalam penerapan teknologi dan pengembangan wilayah lebih lanjut sesuai dengan dokumen tata ruang yang sudah disusun. Dalam hal terdapat perkembangan lapangan yang berbeda dengan perencanaan pembangunan

sebagaimana tertuang dalam dokumen tata ruang, diharapkan konsultan dapat memberikan draft rekomendasi untuk menyusun revisi dan updating dokumen tata ruang.

2.6.

LOKASI PEKERJAAN

Lokasi pelaksanaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Kabupaten/Kota Se-Kaltim tersebar di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan prioritas daerah yang akan ditentukan pada rapat pembahasan antara pengguna jasa dengan penyedia jasa yang terpilih

2.7.

WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Masa pelaksanaan pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Kabupaten/Kota SeKaltim adalah 180 (seratus delapan puluh) hari kalender terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh Pihak Pengguna Jasa. Rencana Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Penugasan Personil disampaikan dalam sub bab selanjutnya.

2.8
2.8.1.

METODOlOGI DAN RENCANA KERJA


Istilah Umum Pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna 1. Teknologi Tepat Guna Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah serta menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi. 2. Penerapan Teknologi Tepat Guna Penerapan Teknologi Tepat Guna adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan untuk mempercepat alih teknologi dari pencipta atau pemilik kepada pengguna teknologi 3. Kawasan Pedesaan dan Kawasan Perkotaan Kawasan Pedesaan dan Kawasan Perkotaan adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. 4. Pos Pelayanan Teknologi Pedesaan Pos Pelayanan Teknologi Pedesaan selanjutnya disebut Poyantekdes adalah lembaga/wahana di Kecamatan yang berfungsi memberikan pelayanan teknis, informasi dan orientasi berbagai jenis spesifik teknologi tepat guna yang dibutuhkan oleh masyarakat. 5. Warung Teknologi Pedesaan Warung Teknologi Pedesaan selanjutnya disebut Wartekdes adalah lembga/wahana di Desa yang berfungsi memberikan pelayanan teknis, informasi dan orientasi berbagai jenis spesifik teknologi tepat guna yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2.8.2.

Strategi Pengembagan TTG Stategi pengembangan TTG perlu mencermati pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan wilayah, seperti: a) b) c) d) e) Pengolahan Pangan, Kemampuan Ekonomi, Pemanfaatan Energi, Pengelolaan Lingkungan, dan Penyediaan Infrastruktur.

Potensi Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia, khususnya di Kalimatan Timur, yang tersebar di darat dan laut cukup besar belum dapat dipergunakan sepenuhnya bagi kesejahteraan seluruh rakyat. Pengalaman menunjukkan bahwa pemanfaatan SDA yang dilaksanakan selama ini dilakukan secara tidak efisien, berorientasi pada kepentingan jangka pendek dan kurang memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan SDA yang berkelanjutan, sehingga mengakibatkan terjadinya pengrusakan lingkungan secara tidak terkendali. Keberlanjutan suatu sistem perekonomian dan sistem kemasyarakatan ditentukan oleh keberlanjutan SDA, yang berfungsi sebagai penopang sistem kehidupan, maka setiap upaya pemanfaatan SDA perlu diletakkan dalam kerangka pengembangan SDA yang berkelanjutan. Pengelolaan SDA harus dilakukan secara terpadu dengan meningkatkan peranan masyarakat beserta segenap pemangku kepentingan dalam kegiatan pemanfaatan SDA dengan tetap menjaga kelestariannya dalam upaya menciptakan kawasan pemukiman pedesaan yang sehat, serasi, produktif dan berdayaguna demi kelangsungan hidup

masyarakatnya. Selain sumber daya manusia, Teknologi Tepat Guna (TTG) merupakan tiang utama dalam mengelola SDA. Bila dalam pengelolaan SDA yang melimpah tidak didukung oleh teknologi yang memadai maka usaha pengelolaan SDA menjadi kurang efisien, optimal dan berkesinambungan, sehingga kontribusinya bagi pembangunan ekonomi masyarakat relatif kecil. TTG diyakini sebagai

pendekatan yang ampuh dalam upaya mempercepat pemberdayaan masyarakat. Pemilihan teknologi yang tepat akan meningkatkan nilai tambah. Di sisi lain, pengguna teknologi yang kurang tepat justru kontra produktif atau justru menempatkan masyarakat dalam ketidakberdayaan.

Dalam penerapan TTG perlu diperhatikan beberapa pertimbangan, antara lain : Pemilihan jenis dan tingkat teknologi yang akan diterapkan harus dilakukan oleh masyarakat pengguna dengan bantuan, bimbingan dan arahan dari ahli yang berkompeten Perlunya diperhatikan budaya masyarakat yang mencakup agama, adat, kebiasaan dan aspek sosial lainnya Perlunya pembagian tugas dalam penerapan teknologi di antara warga, baik berdasarkan tingkat pendidikan, kelompok umur ataupun antara pria dan wanita sesuai dengan kemampuan masing-masing kelompok. Perlunya diperhatikan kondisi lingkungan masyarakat, baik dalam sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, maupun dalam aspek fisik-teknis dan sosial ekonomi Perlunya diperhatikan ketersediaan sarana yang diperlukan dalam

pengoperasian, perawatan dan perbaikan peralatan yang digunakan. Perlunya diperhatikan aspek keselamatan kerja bagi pelaksana, peralatan dan kelestarian lingkungan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pemanfaatan TTG meliputi : Inventarisasi jenis dan spesifikasi teknologi yang sudah dimanfaatkan masyarakat daerah setempat Pengkajian dan uji coba teknologi, untuk penyusunan daftar jenis TTG yang dibutuhkan masyarakat sesuai potensi daerah Penyiapan pola penerapan TTG yang sesuai dengan kondisi daerah Penyiapan masyarakat melalui penyuluhan, penerangan, pembentukan kelompok-kelompok masyarakat dan pelatihan. Penguatan dan pengembangan Kelembagaan TTG.

Pemanfaatan TTG tidak hanya ditujukan kepada masyarakat yang telah memiliki usaha namun juga kepada masyarakat penganggur. Tujuan dan sasaran pemunbuhan unit usaha baru adalah menambah jumlah wirausaha yang memiliki daya saing melalui pemanfaatn TTG. Sasaran program Penumbuhan unit usaha baru, adalah : mengidentifikasi, memilih dan memberikan dukungan kepada pengusaha potensial untuk pengembangan usaha baru terutama sektor industri kreatif

memfasilitasi

pertumbuhan

pengusaha-pengusaha

yang

menggunakan

teknologi tepat guna memberikan kontribusi ke arah pengembangan budaya wirausaha memfasilitasi pemanfatan Teknogi Tepat Guna bagi UKM pemula dan dalam pertumbuhan Pemanfaatan TTG sebagai salah satu alat untuk mensejahterahkan masyarakat memerlukan prioritas kelompok masyarakat yang akan ditingkatkan

kemampuannya usahanya melalui pemanfaatan TTG. Penentuan prioritas ini dibutuhkan untuk menentukan program-program prioritas pemanfaatan TTG. Banyak hal yang bisa dijadikan parameter untuk penentuan prioritas diantaranya: kelompot masyarakat yang paling membutuhkan TTG, kelompok masyarakat yang memiliki persentase yang besar dimasyarakat, kemampuan ekonomi yang tidak tinggi dan lain sebagainya. Mengingat sifat TTG yang identik dengan

teknologi yang tidak terlalu mahal, sederhana namun tepat guna maka TTG diarahkan UKMK. Di samping hal itu, ada beberapa alasan yang mendukung pemilihan kelompok masyarakat tersebut: a. UKMK adalah kelompok yang memiliki persentase yang cukup besar di masyarakat. b. Kelompok ini umumnya mempunyai permasalahan terhadap informasi teknologi sehingga perlu didampingi Dalam pemanfaatan TTG ini ada beberapa prinsip yang perlu dijadikan acuan yaitu : 1. Pemanfaatan TTG dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas kerja usaha-usaha yang telah ada sehingga produktifitas meningkat yang pada tujuan akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2. TTG juga dimanfaatkan untuk menumbuhkan lapangan kerja baru

dimasyarakat. 3. Walaupun TTG umumnya bukanlah berteknologi tinggi, namun diharapkan adanya proses pendampingan sehingga pemanfaatan TTG tersebut dapat optimal.

2.8.3.

Diagram Alur Pekerjaan Pemetaan TTG Diagram alur pekerjaan Mulai

Pengumpulan Data Sekunder

Orientasi Awal

Identifikasi Metoda Kerja

Laporan Pendahuluan

Identifikasi Kebijakan dan Pengembangan

Penyusunan format survey

Pengumpulan Data Sekunder dan Survey Data Primer

Laporan Antara

Entry Database Pemanfaatan TTG

Pembuatan Peta Pemanfaatan TTG

Diskusi dan Workshop Laporan Pemetaan Teknologi Tepat Guna (TTG) Selesai

Laporan Akhir

2.6.4.

Pekerjaan Pendahuluan a. Orientasi Awal Setelah mobilisasi personil dilaksanakan kegiatan pertama yang dilakukan adalah orientasi awal, yang meliputi : - Pemahaman KAK dan penyamaan pemahamannya antara penyedia jasa dan pengguna jasa. - Bersama-sama direksi pekerjaan melakukan sampling kunjungan salah satu lokasi yang memanfaatkan teknologi tepat guna untuk dijadikan model dalam penyusunan rencana kerja. - Pembahasan batasan lokasi pekerjaan dan ruang lingkup pekerjaan. b. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder dikumpulkan dari instansi-instansi terkait, seperti Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Peternakan, Bappeda, Kantor Statistik dan lain-lain sebagai data tambahan untuk mendukung data primer dalam proses analisis. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi : 1. Rencana Pembangunan Pedesaan 2. Karakteristik dan Komoditi Pedesaaan 3. Teknologi Pedesaan yang ada 4. Pengumpulan kebijakan pemerintah terkait. Kebijakan pemerintah terkait yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini termasuk peraturan-peraturan dan program pembangunan yang sudah ada, seperti Rencana Tata Ruang Nasional, Rencana Tata Ruang Provinsi, Rencana Pengembangan Daerah, Properda, Renstra dan sebagainya. 5. Provinsi dalam angka dan Kota/Kabupaten dalam angka 6. Peta Bakosurtanal skala 1:25000 7. Data Industri Rumah Tangga c. Penyusunan Rencana Kerja Data yang berhasil dikumpulkan dalam kegiatan pendahuluan terlebih dahulu dianalisis dan selanjutnya dijadikan bahan untuk menyusun rencana kerja. Materi yang perlu dituangkan dalam rencana kerja tersebut antara

lain adalah : - Sasaran dan volume pekerjaan - Alternatif kegiatan - Standar prestasi petugas - Jadwal pelaksanaan pekerjaan - Organisasi dan jumlah pelaksana - Perkiraan peningkatan pokok ketetapan pajak - Hasil akhir Dalam penyusunan rencana kerja perlu diperhatikan dua hal berikut : - Fleksibilitas, artinya rencana kerja tersebut mampu menampung perubahan-perubahan pelaksanaan di lapangan tanpa harus mengubah rencana kerja. - Konsisten, artinya hal-hal yang telah ditentukan dalam rencana kerja tersebut harus dapat dipenuhi secara konsisten, seperti halnya standar prestasi kerja, jumlah personil, waktu yang diperlukan, biaya, dan lainlain. Rencana kerja detail yang telah disusun dituangkan dalam Laporan Pendahuluan dan diskusikan dengan Direksi Pekerjaan. 2.6.5. Kegiatan Kajian Pustaka 1. Rencana Pembangunan Pedesaan Melakukan kajian pustaka terkait pembangunan pedesaan yang disesuaikan dengan rencana pembangunan yang tertuang dalam dokumen tata ruang 2. Karakteristik dan komoditi Pedesaan Melakukan kajian pustaka mengenai karakteristik pedesaan dilihat dari sisi jenis komoditi yang diproduksi pada masing-masing desa, efektifitas produksi, serta kesesuaiannya dengan dokumen tata ruang yang sudah ada 3. Teknologi Pedesaan yang ada Melakukan kajian pustaka untuk mengidentifikasi teknologi pedesaan yang sudah diterapkan beserta permasalahan dalam tahap implementasinya

4.

Penyusunan Rekomendasi Awal Menyusun daftar rekomendasi sementara terkait teknologi tepat guna yang diperlukan dalam pengembangan produksi di pedesaan. Rekomendasi disusun dengan metoda analisa SWOT.

2.6.6.

Kegiatan Pengumpulan Data Lapangan 1. Survey Lapangan Survey lapangan dilaksanakan di seluruh Kabupaten/Kota seperti yang tertuang dalam Kontrak Pekerjaan. Kegiatan survey lapangan diawali dengan diskusi dan penggalian data di Instansi Terkait masing-masing Kabupaten. Data awal yang dapat dipergunakan adalah data UKMK. Dari data tersebut selanjutnya diinventarisir UKMK yang telah dan belum mempergunakan teknologi tepat guna. Berdasarkan hasil pengelompokan data UKMK dilaksanakan survey lapangan. Data minimal yang harus diperoleh adalah : - Alamat kontak surat dan penaggung jawab - Sejarah pengembangan usaha - Kegunaan produk - Manfaat dan sisa hasil usaha - Bahan baku produk - Peralatan yang dipergunakan - Pemodalan - Pendampingan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah - Alur proses produksi - Koordinat lokasi UKMK - Foto dokumentasi 2. Diskusi Lapangan Diskusi lapangan dilaksanakan dua kali, yaitu pada saat sebelum survey lapangan dan sesudah pelaksanaan survey lapangan.

2.6.7. Kegiatan Integrasi Data 1. Analisa Data Dengan menggunakan analisis SWOT ini, dapat di evaluasi faktor internal kondisi UKMK berupa kekuatan dan kelemahannya dan faktor eksternal berupa peluang dan tantangan. Strategi yang dipilih harus sesuai dan cocok dengan kapabilitas internal dengan situasi eksternalnya. Adapun aktifitas yang termasuk dalam langkah-langkah persiapan adalah bagaimana terdapat kesepahaman presepsi dengan berbagai metode-motode

pendekatan yang ada. Adapun berbagai kesepakatan pemahaman yang perlu diambil yaitu: Perlunya identifikasi terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi melalui penelaahan terhadap lingkungan usaha dan potensi sumber daya organisasi dalam menetapkan sasaran dan merumuskan strategi organisasi yang realistic dalam mewujudkan misi dan visinya; Mengumpulkan jenis dan kualitas data dan informasi yang internal dan eksternal yang diperlukan; Menyamakan Langkah-langkah (prosedur) dalam melakukan analisis eksternal dan internal; Setelah analisis dilakukan, selanjutnya akan dilakukan pemodelan dengan 4 model alternative strategi dengan menggunakan SWOT yaitu dengan membuat matriks antara kekuatan (strengths) dengan peluang

(opportunities), kelemahan (weakness) dengan peluang (opportunities), kekuatan (strength) dengan tantangan (threat) dan kelemahan (weakness) dengan tantangan (threat). Adapun keempat model alternative tersebut dapat dilihat di bawah ini: Kekuatan (Strengths) peluang (Opportunities) (SO) Kelemahan (Weaknesses) peluang (Opportunities) (WO) Kekuatan (Strengths) Tantangan (Threats) (ST) Kelemahan (Weaknesses) Tantangan (Threats) (WT)

Penjabaran model SWOT pemetaan TTG adalah sebagai berikut : a. Kekuatan (Strength) b. Peningkatan mutu produk Desain dan variasi produk Pengemasan/label Inovasi produk Percepatan proses produksi Perencanaan produksi Kapasitas produksi Fasilitas Produksi Kemampuan pemenuhan order Pengembangan pasar Branding (merek)

Kelemahan (Weakness) Pemahaman manfaat TTG Ketersediaan Perangkat Keras Ketersediaan Perangkat Lunak Kemampuan Operator Ketersediaan bahan baku Ketersediaan Tenaga Kerja yang memiliki keterampilan Pembeliaan Alat Biaya Investasi Biaya Operasional

c.

Peluang (Opportunities) Dukungan untuk menggunakan produk-produk dalam negeri Pemerintah secara khusus telah membuat sebuah kementerian Negara yang mengurusi tentang UKMK Dukungan yang besar dari Pemerintah Kota Medan untuk pemanfataan TTG Pemerintah Kota Medan telah membuat sebuah dinas yang mengurusi tentang UKMK Perkembangan teknologi yang semakin cepat dan semakin murah Mudahnya saat ini mencari informasi untuk pengembangan perangkat-perangkat pendukung bagi pekerjaan

Munculnya kesadaran pelaku bisnis UKMK terhadap pemakaian TTG

Mulai munculnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk-produk dalam negeri

d.

Pengembangan pasar yang lebih luas

Tantangan (Threat) Kurangnya Dukungan Permodalan dari lembaga keuangan untuk investasi pembelian alat TTG Persaingan bisnis semakin competitive Program pasar bebas yang membuat banyaknya produk sejenis dari luar negeri dapat dipasarkan di dalam negeri Mutu Produk yang lebih baik dari industri sejenis Harga yang lebih murah Masih belum terbukanya pelayanan perizinan untuk badan usaha membuat banyak UKMK tidak berbadan hukum yang jelas

2.

Pembuatan Peta Untuk memudahkan visualisasi hasil pekerjaan, dibuat peta-peta yang menggambarkan lokasi pemanfaatan TTG di Provinsi Kalimatan Timur. Jenis peta yang diusulkan adalah : Peta pemanfaatan TTG Provinsi Kalimantan Timur dan masing-masing kabupaten/kota Peta TTG Aspek Pengolahan Pangan Provinsi Kalimantan Timur dan masing-masing kabupaten/kota Peta TTG Aspek Pemanfaatan Energi Provinsi Kalimantan Timur dan masing-masing kabupaten/kota Peta TTG Aspek Penyediaan Infrastruktur Provinsi Kalimantan Timur dan masing-masing kabupaten/kota Peta TTG Aspek Pengelolaan Lingkungan Provinsi Kalimantan Timur dan masing-masing kabupaten/kota Peta TTG Aspek Pemampuan Ekonomi Provinsi Kalimantan Timur dan masing-masing kabupaten/kota

2.6.8.

Pelaporan 1. Laporan Pendahuluan Laporan Pendahuluan dicetak sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dan diserahkan 1 (satu) bulan pekerjaan berjalan, berisi : 1). Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh (antara lain persiapan meliputi mobilisasi personil, penyediaan kantor lapangan, peralatan

kantor, peralatan survei, kendaraan operasional, dll.) 2). Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung Iainnya. 3). Jadwal kegiatan penyedia jasa. 4). Jadwal penugasan personil dan peralatan. 5). Hasil kesimpulan sementara hasil pengumpulan data, gambar/peta dan laporan hasil kegiatan terdahulu yang terkait (bila ada), tinjauan lapangan, identifikasi permasalahan dan evaluasi permasalahan. 6). Membuat/menyusun matrik kerangka pikir logis (Logical Frame) untuk kegiatan yang dilaksanakan. 7). Penyusunan rencana kerja bulan berikutnya. Tanggapan, masukan dan perbaikan-perbaikan dari hasil pembahasan Laporan Pendahuluan dimasukkan dalam Laporan Antara. 2. Laporan Antara Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan pekerjaan yang sudah dilaksanakan seperti hasil survei atau identifikasi lapangan yang telah dilaksanakan dan analisis data. Tanggapan, masukan dan perbaikanperbaikan dari hasil pembahasan Laporan Antara dimasukkan dalam Laporan Akhir Sementara (Draft Final Report). Laporan Antara diserahan sejumlah 10 (sepuluh) buku. 3. Laporan Draft Akhir Jumlah laporan yang diserahkan :10 (sepuluh) buku. Laporan Draft Akhir, memuat : 1). Rangkuman sementara hasil pekerjaan secara keseluruhan. 2). Semua hasil analisa 3). Kesimpulan sementara .

Tanggapan, masukan dan perbaikan-perbaikan dari hasil pembahasan Laporan Akhir Sementara dimasukkan dalam Laporan Akhir. 4. Laporan Akhir Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan atau bentuk akhir dari Laporan Akhir Sementara yang telah dibahas dalam diskusi bersama dengan memperbaiki isi laporan sesuai dengan masukan dan rekomendasi dari hasil diskusi Laporan Akhir Sementara. Laporan Akhir memuat : 1). Rangkuman akhir (final) hasil pekerjaan secara keseluruhan. 2). Kesimpulan akhir hasil pekerjaan. 5. Workshop Workshop hasil Pemetaan Identifikasi Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan diusulkan dengan metode partisipatif dan dilaksanakan selama 2 (dua) hari. Peserta workshop terdiri dari wakil instansi terkait, perwakilan UKMK masing-masing kabupaten/kota, perguruan tinggi, LSM, perwakilan Ditjen PMD Kementrian Dalam Negeri, dan pihak terkait lainnya. Workshop dilakukan dengan sasaran utama adalah penyempurnaan dokumen Pemetaan Identifikasi Kebutuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan.

Jadwal Pekerjaan Pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Kabupaten/Kota Se-Kaltim

Jadwal Penugasan Personil Pekerjaan Pemetaan Teknologi Tepat Guna Kabupaten/Kota Se-Kaltim

Anda mungkin juga menyukai