Anda di halaman 1dari 22

Bab 2

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan


Program Kerja

2.1. Latar Belakang
Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar adalah salah satu Instansi pada Pemerintah Kota
Denpasar yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam pengaturan,
pembangunan, pengawasan, pembinaan sarana transportasi jalan darat termasuk jalan
lingkungan / gang di Kota Denpasar. Dengan semakin pentingnya data/informasi jalan
yang akurat untuk dapat memonitor perkembangan warga dan wilayah sekaligus untuk
mengembangkan kebijakan yang akurat, maka Pemerintah Kota Denpasar perlu memiliki
aplikasi Sistem Informasi Jalan dengan berbasis database dan sistem informasi.
Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pekerjaan
Umum Kota Denpasar akan melaksanakan Penyusunan Sistem Informasi / Database
jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar melalui Pengadaan Jasa Konsultasi Pendataan
dan Pemetaan di Kota Denpasar.
2.2. Maksud dan Tujuan
1. Membangun basis data jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar, sehingga terbentuk
suatu data-data bereferensi geografis yang terintegrasi sebagai suatu sistem
informasi jaringan jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar.
2. Melakukan inventarisasi data ruas-ruas jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar
dengan penanganan melalui dukungan ketersediaan informasi yang lengkap dan
akurat dalam suatu basis data yang tersentralisasi.
3. Menjaga kelengkapan, akurasi, dan aktualisasi data sehingga selalu dapat
mempresentasikan keadaan sebenarnya di lapangan yang dapat digunakan dalam
kegiatan peningkatan, pemeliharaan, dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan.



2.3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah :
1. Seluruh ruas jalan lingkungan / gang yang ada di wilayah Kota Denpasar.
2. Kegiatan pembuatan data base jalan lingkungan / gang dibagi dalam tiap kecamatan
yang ada di Kota Denpasar.
2.4. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan Pembuatan Data Base Jalan Lingkungan di Kecamatan
Denpasar Utara meliputi :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap awal kegiatan ini, dilakukan persiapan tenaga ahli dan pendukungnya
serta penyiapan gambar citra satelit dan peta-peta pendukung lainnya yang
memenuhi koordinat bumi yang tepat.
2. Tahap Pencarian Data / pengumpulan data
Data yang dibutuhkan dicari dengan melakukan survey dan pengumpulan data, baik
data primer maupun data sekunder, survey dilakukan untuk memperoleh data
sebagai berikut :
- Data mengenai kepadatan lalu lintas
- Data mengenai jalur-jalur kendaraan umum
- Data mengenai nama, panjang dan lebar jalan lingkungan / gang
- Data mengenai status dan fungsi jalan lingkungan / gang
- Data mengenai konstruksi dan kondisi jalan lingkungan / gang
- Data mengenai panjang dan lebar jalan lingkungan / gang
3. Tahap Integrasi Data
Kegiatan pemasukan dan integrasi data ini meliputi kegiatan integrasi data citra
satelit, peta pendukung, data hasil survey dan data multimedia.
2.4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan berada di wilayah administrasi Kecamatan Denpasar Utara.


2.5. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Masa pelaksanaan pekerjaan Pembuatan Data Base Jalan Lingkungan di Kecamatan
Denpasar Utara adalah 120 (seratus dua puluh) hari kalender terhitung sejak
dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh Pihak Pengguna Jasa. Rencana
Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Penugasan Personil disampaikan dalam sub bab
selanjutnya.
2.6 Metodologi
2.6.1. Istilah Umum Pekerjaan Data Base Jalan Lingkungan
1. Ruas Jalan
Adalah jalan antara dua simpul yang mempunyai karakteristik lalu-lintas
yang relatif sama.
2. Simpul
Adalah suatu titik dari suatu jaringan jalan yang timbul sebagai akibat
adanya persimpangan (termasuk simpang susun), batas kota, atau
kegiatan lalu-lintas maupun non lalu-lintas yang memanfaatkan jaringan
jalan tersebut, sehingga menimbulkan karakterisrik lalu-lintas yang berbeda
pada ruas jalan tersebut. Contoh Kegiatan Non Lalu-lintas yaitu pasar,
pabrik, tempat rekreasi dan sebagainya.
3. Nomor Simpul
Adalah sederet angka yang berlaku hanya untuk simpul.
4. Nomor Ruas Jalan
Adalah nomor ke dua simpul yang mengapit ruas jalan tersebut.
5. Persimpangan
Adalah persimpangan antara dua atau lebih ruas jalan yang mempunyai
karakteristik lalu-lintas hampir sama. Persimpangan dimana salah satu
kakinya mempunyai volume lalu-lintas kurang dari 25 % terhadap kaki
lainnya tidak dikodefikasikan sebagai simpul.




6. Kekerasan Permukaan
Kekerasan permukaan (tekstur) adalah kondisi permukaan perkerasan
dilihat dari keadaan bahan batuan, aspal dan ikatan antara kedua bahan
tersebut.
7. Tambalan/Patching
Tambalan adalah keadaan permukaan perkerasan yang sudah diperbaiki
setempat-setempat dengan material perkerasan.
8. Lubang
Lubang adalah kerusakan perkerasan jalan setempat dengan kedalaman
minimal sama dengan tebal lapis permukaan.
9. Retak-retak
Berdasarkan jenisnya retak jalan dibagi menjadi retak buaya, retak acak,
retak melintang dan retak memanjang.
10. Alur
Alur adalah penurunan memanjang yang disebabkan oleh roda kendaraan.
11. Keriting/Gelombang
Adalah perubahan-perubahan bahan perkerasan ke arah melintang
berbentuk gelombang. Gelombang merupakan kerusakan-kerusakan
struktur sedangkan keriting merupakan kerusakan permukaan.
12. Amblas
Amblas adalah penurunan setempat pada suatu bidang perkerasan yang
biasanya terjadi dengan bentuk tidak menentu tanpa terlepasnya material
perkerasan.
13. Selokan Samping
Adalah saluran pembuang terbuka maupun tertutup yang terletak di kiri /
kanan jalan yang berfungsi mengumpulkan dan mengalirkan air hujan yang
berasal dari permukaan badan jalan.




14. Bahu Jalan
Adalah suatu struktur yang berdampingan dengan jalur lalu-lintas yang
diperuntukkan guna melindungi perkerasan, mengamankan kebebasan
samping dan menyediakan ruang tempat berhenti sementara.
2.6.2. Klasifikasi Jalan
Sesuai peruntukannya jalan terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan
umum merupakan jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, sedangkan
jalan khusus merupakan jalan yang bukan diperuntukkan untuk lalu lintas umum
dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan. Menurut Undang
Undang Nomor 38 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, jalan umum dapat diklasifikasikan dalam
sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan.
1. Klasifikasi menurut fungsi pada sistem jaringan jalan
- Sistem Jaringan Jalan Primer
a. Jalan arteri primer
b. Jalan kolektor primer
c. Jalan lokal primer
d. Jalan lingkungan primer
- Sistem Jaringan Jalan Sekunder
a. Jalan arteri sekunder
b. Jalan kolektor sekunder
c. Jalan lokal sekunder
d. Jalan lingkungan sekunder
2. Klasifikasi menurut status jalan
- Jalan Nasional
- Jalan Provinsi
- Jalan Kabupaten
- Jalan Kota
- Jalan Desa
3. Klasifikasi menurut kelas jalan
- Jalan bebas hambatan


- Jalan raya
- Jalan sedang
- Jalan kecil

Bagian-bagian Jalan
2.6.3. Pekerjaan Persiapan
1. Pendahuluan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan data dan informasi yang
diperlukan, dalam rangka penyusunan rencana kerja Pembuatan Data
Base Jalan Lingkungan di Kecamatan Denpasar Utara. Data dan informasi
yang dikumpulkan dalam pendahuluan antara lain adalah :
a) Peta Rupabumi Bakorsurtanal skala 1:50.000
b) Peta citra satelit dari google map dan atau bing map
c) Peta administratif wilayah pekerjaan
d) Peta jaringan jalan yang ada
e) Kota Denpasar dalam angka
2. Penyusunan Rencana Kerja
Data yang berhasil dikumpulkan dalam kegiatan pendahuluan terlebih
dahulu dianalisis dan selanjutnya dijadikan bahan untuk menyusun
rencana kerja. Materi yang perlu dituangkan dalam rencana kerja tersebut
antara lain adalah :
a) Sasaran dan volume pekerjaan


b) Alternatif kegiatan
c) Standar prestasi petugas
d) Jadwal pelaksanaan pekerjaan
e) Organisasi dan jumlah pelaksana
f) Perkiraan peningkatan pokok ketetapan pajak
g) Hasil akhir
Dalam penyusunan rencana kerja perlu diperhatikan dua hal berikut :
1) Fleksibilitas, artinya rencana kerja tersebut mampu menampung
perubahan-perubahan pelaksanaan di lapangan tanpa harus
mengubah rencana kerja.
2) Konsisten, artinya hal-hal yang telah ditentukan dalam rencana kerja
tersebut harus dapat dipenuhi secara konsisten, seperti halnya standar
prestasi kerja, jumlah personil, waktu yang diperlukan, biaya, dan lain-
lain.



Diagram alur utama pekerjaan







Mulai
Orientasi Awal Studi Literatur
Identifikasi
Metoda Kerja
Penyusunan
format survey
Identifikasi Kebijakan
dan Pengembangan
Pengumpulan Data
Survey Data Sekunder
Survey Data Primer
Evaluasi Sistem
Informasi
Pembangunan
Sistem Informasi
Implementasi dan
Evaluasi
Laporan Pekerjaan
Pembuatan Data Base
Jalan Lingkungan di
Kecamatan Denpasar
Utara
Selesai
Laporan Pendahuluan
Laporan Antara
Laporan Akhir


2.6.4. Tahap Pencarian / Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan dari instansi-instansi terkait, seperti Dinas PU,
Bappeda, Dinas Perhubungan, Kantor Statistik dan lain-lain sebagai data
tambahan untuk mendukung data primer dalam proses analisis. Data
sekunder yang dikumpulkan meliputi :
a. Data tata guna lahan dan sarana pendukung di tiap wilayah studi.
Tata guna lahan yang ada meliputi : kehutanan, pertanian, perkebunan,
perdagangan, perkantoran, pendidikan, serta industri rumah tangga.
Selain besaran potensi, perlu diketahui juga pertumbuhannya selama
rentang waktu tertentu, serta lokasi penyebaran potensi tersebut.
Apabila potensi-potensi ini bisa dimanfaatkanm akan membangkitkan
arus barang dan penumpang yang menuntut penyediaan sara
transportasi.
b. Data demografi kependudukan.
Data kependudukan meliputi : penyebaran penduduk, jumlah penduduk,
mata pencaharian, penghasilan perkapita, tingkat pendidikan, serta
parameter-parameter demografi lainnya. Keberadaan penduduk dapat
dipandang sebagai sumber daya manusia yang akan mengolah potensi
wilayah yang ada dan terlibat dalam implementasi pembangunan
prasaran. Selain itu, penduduk juga sebagai konsumen dari berbagai
komoditi yang akan menimbulkan arus barang yang butuh penyediaan
prasaran transportasi.
c. Data dan peta jaringan jalan yang ada
Perlu dikaji ketersediaan data prasarana transportasi jalan raya yang
sudah ada (eksisting). Adanya pengembangan permukiman yang
dilengkapi dengan jalan penghubung ke pusat kegiatan merupakan
pemacu pertumbuhan wilayah. Dimana keseluruhan jaringan jalan yang
ada tergambar dalam peta jaringan jalan.
d. Pengumpulan kebijakan pemerintah terkait.
Pembuatan klasifikasi jalan menurut fungsinya ini merupakan turunan


dari RTRW Kota Denpasar. Kebijakan pemerintah terkait yang perlu
dipertimbangkan dalam hal ini termasuk peraturan-peraturan dan
program pembangunan yang sudah ada, seperti Rencana Tata Ruang
Nasional, Rencana Tata Ruang Provinsi, Sistem Transportasi Nasional
(Sistranas), Rencana Sistem Transportasi Propinsim Rencana
Pengembangan Daerah, Properda, Renstra dan sebagainya.
2. Data Primer
Sebelum dilaksanakan survei data primer, perlu dilakukan penomoran ruas
jalan untuk memudahkan pelaksanaan survei dan tabulasi data hasil survei.
Beberapa hal penting dalam tahapan pengumpulan data primer jalan
lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Penomoran Ruas dan Simpul Jalan Kota
- Format Kodefikasi
1. Peta ruas jalan yang akan dipakai menggunakan kertas ukuran
A3.
2. Apabila peta dalam 1 kota tidak dapat tergambar seluruhnya
pada kertas ukuran A3, maka peta kota tersebut dapat
digambar dalam beberapa lembar.
3. Peta digambar dengan jelas dan baik.
4. Disebelah kanan terdapat kolom yang berisikan
a. Keterangan mengenai klasifikasi dan status jalan.
b. Keterangan mengenai nama dan kode Kota, Propinsi,
Kabupaten, dan tahun penyusunan.
c. Penggambaran Peta diusahakan agar tidak terlalu kecil
dibandingkan ukuran kertas (proporsional).
d. Skala garis yang menggambarkan ukuran peta.
- Sistem Pemberian Kode
1. Kode Propinsi diberikan dua angka sesuai dengan petunjuk
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga (contoh :
01, 20, 24)
2. Kode Kota/Kabupaten diberikan dua angka, sesuai dengan
nomor yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.


3. Kode Kota diberikan angka 00. Kode kota di dalam Kabupaten
diberikan 2 (dua) angka sesuai dengan kode yang telah
dikeluarkan oleh Direktorat Pembinanan Jalan Kota.
4. Nomor simpul ditulis dalam 3 angka (contoh 001, 011 dan
seterusnya.)
5. Penulisan nomor simpul diurut dari angka kecil.
- Penggambaran
1. Tanda simpul pada peta dibuat titik hitam bulat penuh.
2. Angka simpul sedapat mungldn ditulis di atas tanda simpul.
3. Ukuran angka simpul harus proporsional dan mudah dibaca.
- Prosedur Penomoran Ruas dan Simpul
1. Menyiapkan peta dasar kota yang memuat jaringan jalan dan
batas kota menurut format yang telah ditentukan.
2. Menentukan ruas jalan yang akan diberi nomor (jalan Arteri
Primer, Arteri Sekunder, Kolektor Primer, Kolektor Sekunder)
3. Melakukan survai lalu-lintas dan situasi sepanjang jalan yang
akan diberi nomor untuk mendapatkan data/informasi lapangan
mengenai karakteristik lalu-lintas pada ruas jalan dan
persimpangan.
4. Menentukan simpul berdasarkan data lapangan dan mengikuti
ketentuan yang ada.
5. Cara menentukan nomor simpul di Peta yaitu :
a. Membagi kota menjadi empat bagian (kwadran) yang kira-
kira sama besar. Kwadran I terletak di sisi kiri atas dan
kwadran berikutnya mengikuti arah jarum jam.
b. Menentukan pusat kwadran di salah satu titik simpul. Titik
pusat (titik kwadran) harus merupakan titik simpul yang
dianggap mewakili.
c. Menetapkan pusat kwadran sebagai nomor 001.
d. Menetapkan nomor simpul-simpul pada kwadran pertama
dan kwadran selanjutnya. Pemberian nomor simpul dimulai
dari kwadran pertama dan diurut dimulai dari angka yang
terkecil. Nomor simpul pada kwadran berikutnya


merupakan kelanjutan dari nomor simpul akhir dari
kwadran sebelumnya. Penerapan nomor urut pada setiap
kwadran dilakukan berdasarkan rute.
e. Bila ada penambahan ruas dan simpul, maka nomor simpul
tersebut harus merupakan kelanjutan nomor simpul yang
terakhir.


Contoh Nomor Simpul Jalan



d. Persyaratan dan Perlengkapan Survei
1. Sebelum pelaksanaan survei petugas harus meminta ijin terlebih
dahulu dari instansi terkait.
2. Petugas survei harus mengetahui ruas jalan yang akan disurvei
3. Dalam pelaksanaan survei diusahakan agar tidak mengganggu
kelancaran lalu-lintas.
4. Kelengkapan survei : surat keterangan tugas, tanda pengenal, alat
survei
c. Data yang dibutuhkan
Survei data primer yang perlu dilakukan antara lain :
- Data mengenai kepadatan lalu lintas
- Data mengenai jalur-jalur kendaraan umum
- Data mengenai nama, panjang dan lebar jalan lingkungan / gang
- Data mengenai status dan fungsi jalan lingkungan / gang
- Data mengenai konstruksi dan kondisi jalan lingkungan / gang
- Data mengenai panjang dan lebar jalan lingkungan / gang
2.6.5. Tahap Integrasi Data
Selanjutnya setelah data primer dan sekunder terkumpul, tahapan berikutnya
adalah integrasi data yang mencakup keseluruhan data primer dan data
sekunder yang secara umum terbagi atas :
- Data infrastruktur : jaringan jalan, fasilitas pendukung transportasi
- Data tata guna lahan
- Data sosial ekonomi mencakup demografi, perekonomian wilayah, dll.
Alternatif metoda analisa data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Model Multi Criteria Analysis (MCA)
Model Multi Criteria Analysis (MCA) merupakan salah satu teknik untuk
melakukan pengambilan keputusan pada kasus yang kompleks.
Kompleksitas permasalahan dapat disebabkan oleh karena banyaknya
informasi yang harus dipertimbangkan atau dapat juga disebabkan oleh
karena banyaknya pendapat dan sudut pandang yang harus difasilitasi.
Melalui penerapan metoda MCA, hierarki atau ranking prioritas dari
alternatif-alternatif keputusan yang mungkin dilaksanakan dapat ditetapkan,


sehingga pada gilirannya memudahkan pengambil keputusan mencari solusi
yang optimal.
Secara garis besar kegiatan MCA terdiri atas beberapa langkah utama yakni:
penetapan sasaran, penetapan kriteria, pembobotan (weighting) kriteria dan
penilaian (scoring) atas berbagai alternatif keputusan yang berkaitan dengan
kriteria. Sasaran (objectives) ditetapkan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai, yaitu terwujudnya keseimbangan, kesatuan pengembangan,
efisiensi dan pemulihan daya dukung lingkungan. Dengan kata lain, sasaran
merupakan turunan dari tujuan atau penjabaran yang lebih spesifik dari
tujuan.
Setelah sasaran ditetapkan, kemudian ditetapkan kriteria yang ingin
diterapkan berkaitan dengan sasaran tersebut. Dalam hal ini kriteria bisa
merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai atau kondisi batas yang menjadi
prasyarat bagi tercapainya sasaran. Kriteria dapat juga berfungsi sebagai
tolok ukur bagi tercapainya sasaran yang diinginkan.
Dalam penerapannya, dikenal beberapa macam teknik yang termasuk ke
dalam jenis analisa MCA, seperti: analisa kinerja matriks langsung (direct
analysis of the performance matrix), model linier additive, model teori atribut
utilitas, model analytical hierarchy process (AHP), dan sebagainya. Setiap
model memiliki kelebihan dan kekurangan, dan penggunaannya sangat
tergantung pada jenis data yang dianalisa. Model analisa langsung kinerja
matriks langsung misalnya, cukup baik jika diterapkan pada kondisi yang
dominansi antar kriterianya cukup jelas.
Model ini sangat praktis, namun kurang tepat jika diterapkan pada kasus
kriteria yang bersifat kompleks. Sedangkan model AHP di lain pihak,
cenderung agak rumit dalam proses pembobotan kriteria, namun cukup
efektif untuk digunakan pada analisa kriteria yang cenderung kompleks.
2. Model Analytical Hierarchy Process (AHP)
Model ini dikembangkan oleh Saaty pada tahun 1970an, dan hingga kini
sudah mengalami berbagai pengembangan. Beberapa sifat atau karakter
dari model AHP ini adalah:
- pembobotan kriteria dilakukan dengan cara membandingkan sepasang


kriteria (pairwise). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan yang
tegas antara dua buah kriteria yang diperbandingkan.
- Hubungan antara kriteria yang diperbandingkan kemudian diberi nilai
bobot. Nilai bobot antara 2 hingga 9 menunjukkan nilai kriteria satu lebih
penting daripada nilai kriteria yang diperbandingkan. Sedangkan nilai
pecahan antara 1/2 hingga 1/9 menunjukkan nilai kriteria satu lebih
rendah daripada nilai kriteria yang diperbandingkan.

2.6.6. Metoda Pemetaan Berbasis GIS
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah teknologi baru yang dapat digunakan
sebagai alat untuk menganalisis dan mentransfer data kebumian. Menurut
Burrough (Dulbahri, 1996), sistem informasi geografis adalah suatu alat yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mendapatkan kembali,
mentransformasi, dan menayangkan kembali data keruangan dari dunia nyata
untuk tujuan tertentu. Dengan kata lain, SIG adalah suatu sistem berbasis
komputer yang dapat mengolah dan menginformasikan unsur alam dan unsur
buatan yang bergeoreferensi. Unsur bergeoreferensi artinya unsur tersebut
mempunyai acuan posisi tertentu dimuka bumi.
SIG mempunyai kemampuan untuk mengolah data grafis, non-grafis secara
terpadu. Agar supaya konsep SIG dapat terwujud, maka diperlukan 5 komponen,
yaitu sumber daya manusia, data, perangkat lunak, perangkat keras dan
manajemen. Kelima komponen tersebut saling terkait satu dengan lainnya
(Dulbahri, 1996).
Penerapan sistem informasi geografis sudah berkembang untuk berbagai bidang,
antara lain : (1). Pemetaan kadaster, (2). Pemetaan jalan raya, (3). Perencanaan
kota dan wilayah, (4). Pemilihan rute jalan raya, jalur pipa, dan jalur transmisi, (5).
Bidang teknik sipil, (6). Bidang kesehatan, (7). Proses kartografi.
Keunggulan SIG terletak pada kemampuannya memadukan data untuk
memperoleh informasi baru berdasarkan data base yang sudah ada, dan analisis
keruangan serta integrasi. data vektor, raster, dan data atribut.
Sistem informasi meliputi software, hardware dan data. Software merupakan
perangkat lunak dalam komputer untuk mengolah data yang berasal dari
perangkat keras (hardware), yang biasanya digunakan untuk penelitian sistem


lingkungan adalah Map Info, Epi Info dan Arcview, software ini memiliki kriteria
sebagai berikut :
- Data yang digunakan merupakan data yang dapat diterjemahkan secara
geografis seperti koordinat
lintang dan bujur.
- Dapat diinterprestasikan dalam bentuk peta digital.
- Peta digital yang diolah dapat memperlihatkan dalam skala kecil (jalan raya,
blok perumahan).
- Peta dapat diolah dalam beberapa layer.
- Data dari berbagai layer dapat saling dibandingkan dan dipilih untuk dianalisis.
- Sistem Data termasuk pendukung utama GIS, tanpa data GIS tidak akan berarti
apa-apa. Sebaliknya data yang lengkap akan sangat menunjang sistem
informasi yang dibangun. Berdasarkan jenis dan cara penanganannya data
dapat dikelompokkan, yaitu data grafis/ spasial dan data atribut/ non-spasial.
Disamping data grafis (peta), maka GIS memerlukan data non-grafis (atribut/ non
spasial). Data atribut yang dibutuhkan tergantung dari kebutuhan dan tujuan
pemakaian GIS itu sendiri. Data atribut harus disimpan dalam bentuk digital,
sehingga akan mudah digabungkan dengan data grafisnya.
Secara khusus, perangkat lunak GIS (Geographic Information Systems), terdiri
dari tiga tahapan yaitu tahapan Input, Proses dan Analisis, Output dan Visualisasi.
Gambar berikut menjelaskan diagram kerja perangkat lunak tersebut.












Survei Data
Sekunder
- Peta Kota
Bandar Lampung
- Peta Wilayah
Administrasi
- Peta dan Daftar
Jaringan Jalan
Survei Data Primer
(Inventarisasi)
- Lokasi (GPS)
- Kondisi struktur
- Kondisi visual
- Geometrik Jalan
dan saluran
drainase
Input dan Analisa
Data
- Data hasil
invetarisasi
- Hasil analisa
data sekunder
- Skema jaringan
jalan


PETA JARINGAN
JALAN

Output

Peta Spasial


Aplikasi GIS menerima data-data masukan dari pengguna maupun dari
pengembang sistem. Adapun data-data yang dapat dijadikan data masukan bagi
sistem tersebut adalah sebagai berikut:
- Peta Digital
Data utama yang membedakan sistem informasi geografik dengan sistem
informasi lainnya adalah kemampuannya dalam menampilkan dan menangani
basis data spasial atau data bergeoreferensi. Dalam hal inilah keberadaan peta
digital menjadi sangat esensial bagi system ini. Penyediaan peta digital untuk
penerapan sistem informasi geografik memerlukan pengetahuan dan
pengalaman yang memadai agar dapat menghasilkan peta berkualitas baik.
Basis administrasi terkecil yang akan dikembangkan pada sistem ini adalah
Kelurahan.
- Data Tabular
Yang dimaksud dengan data tabular adalah data-data yang berupa teks, angka,
ataupun biner yang disimpan dalam bentuk tabel-tabel. Terdapat 2 (dua) jenis
data tabular yang dimaksud, yaitu data tabular yang terikat dengan objek dalam
peta dan yang tidak terikat.

Data tabular yang terikat dengan objek di dalam peta digital umumnya berupa
data-data yang melengkapi (atribut) objek tersebut. Sebagai contoh adalah data
demografi yang terikat dengan objek wilayah administrasi, data nama, alamat,
dan keadaan interior/eksterior bangunan yang terikat dengan objek bangunan,
data nama dan panjang yang terikat dengan objek jalan, dan masih banyak lagi
lainnya. Data-data tersebut disimpan dalam sebuah sistem basis data yang
sama dengan yang digunakan untuk menangani data spasial.
- Data Image
Database GIS dapat menerima data masukan berupa foto digital, gambar, dan
objek grafis digital lainnya. Data-data tersebut dapat ditampilkan sebagai data
pelengkap, misalnya: foto Lokasi Bangunan pelintas, pintu air, tapal batas,
obyek vital, dan berbagai macam hal lainnya.




- Data Digital Lainnya
Secara umum, hampir semua jenis data dalam bentuk digital yang ingin
dicantumkan dan ditampilkan dapat diterima dan disimpan dengan baik oleh
basis data GIS dan dapat pula ditampilkan sesuai dengan kebutuhan. Selain
data peta digital, data image, dan data tabular, data-data berbentuk digital
lainnya juga dapat dengan mudah diikutkan dalam sistem ini: musik, animasi,
atau film misalnya.
- Analisis
Data-data yang tersimpan dalam sistem basis data yang bersangkutan
kemudian dijadikan bahan untuk melakukan analisis sehingga dapat ditarik
sebuah informasi darinya sesuai dengan kebutuhan pengguna dan pemilik
sistem. Adapun analisis-analisis yang dapat dilakukan dalam sistem ini adalah
sebagai berikut:
- Analisis Spasial
- Analisis Tabular
- Analisis numeris
- Analisis Statistik
- Analisis Tekstual
Dengan menggunakan fungsi analisis ini maka pengguna akan dapat dengan
mudah menemukan kembali catatan yang diinginkan, atau mengelompokkan
data-data.
Keluaran dari proses analisis-analisis yang telah disebutkan sebelumnya adalah
berupa informasi-informasi yang diinginkan oleh pengguna. Informasi tersebut
disajikan dalam berbagai bentuk yaitu peta tematik, tabel, dan grafik.



2.6.7. Pelaporan
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisikan narasi latar belakang, dasar hukum, maksud
dan tujuan, sasaran dan manfaat, ruang lingkup, pendekatan dan
metodologi, analisa awal terhadap data sekunder serta metodologi, rencana
kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Laporan Pendahuluan dicetak
sebanyak 5 (lima) buku dan diserahkan 1 (satu) bulan pekerjaan berjalan.
2. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan: Berisi
tentang hasil kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dan rencana kerja
lanjutan pada bulan berikutnya Laporan harus diserahkan selambat-
lambatnya: 5 (lima) hari kerjapada bulan berikutnya sejak SPMK diterbitkan
sebanyak 5 (lima) buku laporan..
3. Draft Laporan Akhir
Laporan Draft Laporan Akhir memuat: Draft laporan akhir yang perlu dikaji
secara bersama-sama guna perbaikan dan penyempurnaan aplikasi yang
dihasilkan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: pada bulan ke 3 (tiga) hari
kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
4. Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan produk akhir kegiatan yang memuat :
- Laporan data base jaringan jalan dan pengembangan Sistem Informasi
Geografis (GIS).
- Laporan temuan yang mendukung kesimpulan yang dipresentasikan
sebagai hasil studi lapangan (data dan hasil analisa).
Laporan Akhir merupakan hasil revisi dan masukan dari hasil ekpose/diskusi
dengan seluruh stakeholder terkait. Laporan Akhir ini diserahkan 120
(seratus dua puluh) hari kerja sejak SPMK diterbitkan. Laporan ini dibuat
sebanyak 5 (lima) buku.



5. Buku Petujuk Operasional
Berisi detail petunjuk operasional aplikasi, diserahkan bersama Laporan
Akhir sebanyak 5 (lima) buku.
6. Master CD Aplikasi
Diserahkan bersama Laporan Akhir sebanyak 5 (lima) keping CD.
7. Presentasi Pekerjaan
Konsultan memperagakan kepada pemberi tugas bahwa program yang
dibangun dapat dioperasionalkan dan petugas operator sudah siap
melaksanakan tugasnya. Presentasi dilakukan paling sedikit sebanyak
2(dua) kali.
8. Peta Jaringan Jalan
Peta Jaringan Jalan lingkungan / gang di wilayah pekerjaan sebanyak (3)
buah yang memuat data-data sebagai berikut :
1. Nomor Ruas Jalan lingkungan / gang
2. Nama Ruas Jalan lingkungan/ gang
3. Panjang Ruas Jalan lingkungan / gang
4. Lebar Badan Jalan lingkungan / gang
5. Jenis Perkerasanlingkungan / gang
6. Kondisi Jalan lingkungan / gang
7. Titik-titik pengenal awal dan akhir ruas jalan lingkungan / gang .
8. Data kepadatan lalu lintas jalan lingkungan / gang


Jadwal Pekerjaan
Pembuatan Data Base Jalan Lingkungan di Kecamatan Denpasar Utara




Jadwal Penugasan Personil
Pembuatan Data Base Jalan Lingkungan di Kecamatan Denpasar Utara

Anda mungkin juga menyukai